Desiana Maryam - Project proposal

21
Proposal Nama : Desiana Maryam NPM : 0906559990 Topik : Konstruksi Identitas Tokoh Utama dalam Film Monsieur Lazhar Judul : Konstruksi Identitas Nasional Tokoh Utama dalam Film Monsieur Lazhar 1. Latar belakang Film merupakan sebuah media yang terdiri atas rangkaian gambar yang bergerak. Seperti halnya bahasa, film memiliki aspek-aspek yang menjadikannya sebuah karya (Amy Villarejo. Hlm.24). Aspek-aspek pembangun dalam sebuah film adalah aspek naratif yang terdiri atas tokoh, alur, dan latar seperti yang terdapat dalam sebuah karya sastra berbentuk roman dan cerpen, serta aspek sinematografi. Aspek ini menjadi ciri khas dalam sebuah film yang memperlihatkan tata artistik penggunaan kamera dan komposisi yang dihadirkan dalam sebuah frame atau yang biasa disebut dengan istilah mise-en-scène. (Boggs, Joseph M, dan Dennis W. Petrie. Hlm.3). Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1895, ketika Lumière Bersaudara mengembangkan alat yang dapat merekam dan menghasilkan gambar yang bergerak, film mengalami banyak perkembangan dari masa ke masa baik dalam aspek naratif maupun sinematografi. Kedinamisan aspek naratif dalam sinema 1

description

argumentative essay

Transcript of Desiana Maryam - Project proposal

Page 1: Desiana Maryam - Project proposal

Proposal

Nama : Desiana Maryam

NPM : 0906559990

Topik : Konstruksi Identitas Tokoh Utama dalam Film Monsieur Lazhar

Judul : Konstruksi Identitas Nasional Tokoh Utama dalam Film Monsieur Lazhar

1. Latar belakang

Film merupakan sebuah media yang terdiri atas rangkaian gambar yang bergerak. Seperti

halnya bahasa, film memiliki aspek-aspek yang menjadikannya sebuah karya (Amy

Villarejo. Hlm.24). Aspek-aspek pembangun dalam sebuah film adalah aspek naratif

yang terdiri atas tokoh, alur, dan latar seperti yang terdapat dalam sebuah karya sastra

berbentuk roman dan cerpen, serta aspek sinematografi. Aspek ini menjadi ciri khas

dalam sebuah film yang memperlihatkan tata artistik penggunaan kamera dan komposisi

yang dihadirkan dalam sebuah frame atau yang biasa disebut dengan istilah mise-en-

scène. (Boggs, Joseph M, dan Dennis W. Petrie. Hlm.3).

Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1895, ketika Lumière Bersaudara

mengembangkan alat yang dapat merekam dan menghasilkan gambar yang bergerak, film

mengalami banyak perkembangan dari masa ke masa baik dalam aspek naratif maupun

sinematografi. Kedinamisan aspek naratif dalam sinema terlihat dari kemampuannya

yang dapat meretas dimensi ruang dan waktu melalui tema, alur, latar maupun tokoh

yang dihadirkan terkait isu sosial, sejarah, industri, teknologi, filosofi, politik, estetika,

dan psikologi. (Amy Villarejo. Hlm.9). Film tidak hanya menjadi sebuah sarana hiburan,

tetapi juga sebuah media yang mendokumentasikan sebuah kejadian sehingga

menghasilkan informasi yang dapat dikaji. Kemudian dalam aspek sinematografi, film

mengalami perkembangan dengan digunakannya beragam efek visual yang dapat

menimbulkan cinematic experience bagi para penontonnya (Boggs, Joseph M, dan

Dennis W. Petrie. Hlm.3).

1

cm-20, 12/09/12,
Ringkas ke paragraph 1
Page 2: Desiana Maryam - Project proposal

Film merupakan salah satu ikon kebudayaan Prancis. Sinema Prancis membawa

pengaruh besar tidak hanya di Eropa, tetapi juga film Prancis memiliki ciri khas yang

hingga kini menjadi acuan film-film berkualitas di seluruh dunia (Dayna Oscherwitz dan

Mary-Ellen Higgins. Hlm.1). Film Prancis yang sarat akan makna dan estetika

memperluas pengaruhnya ke dalam budaya di daerah-daerah bekas koloni melalui bahasa

(John K Sanaker. Hlm.3). Karya-karya film yang diproduksi di negara-negara frakofon

yang menggunakan bahasa Prancis dan identik dengan gaya khas sinema Prancis

kemudian dikenal dengan istilah film frankofon. Salah satu negara frankofon yang

produktif membuat film adalah Kanada.

Berdasarkan penelitian Marion Froger pada kurun 1960-1980 di kota Québec,

menunjukkan film-film Kanada yang diproduksi dan tersebar di dunia adalah film-film

yang bertema sosial. Sejak itulah Kanada mencirikan film-film frankofon produksi

negaranya adalah film bertema sosial. Ciri khas tersebut terlihat dari beragam film

Kanada yang berhasil masuk nominasi dan meraih penghargaan di berbagai festival film

bergengsi di dunia.

Tema mengenai imigran menjadi salah satu isu sosial yang diangkat dalam film

frankofon Kanada. Hal ini mengingat berdasarkan sejarahnya, Kanada merupakan

wilayah tujuan para imigran baik yang mencari pekerjaan maupun suaka politik. Terletak

di utara benua Amerika, Kanada banyak didatangi oleh penduduk dari negara-negara

Amerika Latin, Amerika Serikat, Asia, Mediterania dan Afrika. Timbulnya krisis politik

di negara-negara Mediterania berdampak pada peningkatan jumlah pencari suaka ke

negara ini.

Pembahasan mengenai imigran tidak lepas dari isu identitas. Identitas merupakan hasil

dari proses manusia dalam mengadaptasi berbagai hal dari konteks sosial budaya

sehingga ia dapat mendefinisikan keadaan dirinya berdasarkan karakteristik tersebut

(Giles, Judy, dan Tim Middleton. Hlm. 30). Para imigran akan mengalami perubahan

identitas seiring dirinya beradaptasi di lingkungan baru. Imigran diminta untuk mampu

berintegrasi ke dalam masyarakat Kanada. Tidak jarang para imigran ini mengalami

krisis identitas yang disebabkan adanya perbedaan antara kebudayaan asal dan

kebudayaan baru di negara tujuan. Meskipun sulit, para imigran secara bertahap akan

2

cm-20, 12/09/12,
Focus jabarkan filmmaker kanada yang mengangkat tema imigran, siapa (backgroundnya), sejak kapan marak, dkk)
Page 3: Desiana Maryam - Project proposal

membangun kembali identitasnya karena Hall menyatakan dalam esainya “identitas

merupakan suatu hal yang dinamis dan berkembang”. Hal ini memungkinkan adanya

konstruksi identitas seseorang untuk dapat berintegrasi dengan wilayah tempat tinggalnya

yang baru.

Selain diharuskan berintegrasi secara kultural, imigran juga mengalami isu identitas

nasional terkait status kewarganegaraan yang dimiliki. Identitas nasional merupakan

salah satu identitas yang dapat berkembang (Stuart Hall. Hlm. 612). Isu identitas nasional

merupakan perluasan dari teori identitas yang dikemukakan oleh Stuart Hall.

Kewarganegaraan menjadi salah satu alat seseorang untuk mengidentifikasi dirinya.

Konstruksi identitas nasional dibangun di atas penekanan pada hal-hal terkait sejarah

kebangsaan yang dimiliki setiap inidvidu (Rudolf de Cillia, Martin Reisigl, dan Ruth

Wodak. Hlm.154). Oleh karena itu, terdapat tahapan-tahapan tertentu bagi para imigran

untuk memperoleh identitas nasional. Dalam hal ini, imigran berusaha untuk

mengkonstruksi identitas nasional.

Salah satu film frankofon asal Kanada yang mengangkat tema mengenai konstruksi

identitas nasional imigran dan berhasil meraih beragam nominasi dan penghargaan

bergengsi adalah film berjudul Monsieur Lazhar yang diproduksi tahun 2010. Film ini

merupakan karya dari Phillipe Falerdeau yang mengadaptasi drama monolog yang ditulis

oleh Évelyn de La Chenelière berjudul Bachir Lazhar. Film ini berkisah tentang

kehidupan seorang pria Aljazair bernama Bachir Lazhar. Ia harus meninggalkan tanah

kelahirannya dan bermigrasi ke Kanada karena kondisi keamanan dan politik di Aljazair

yang tidak aman. Ia harus berjuang untuk beradaptasi dengan kebudayaan baru serta

mendapatkan kewarganegaraan Kanada.

Film Monsieur Lazhar merupakan media yang memotret cerita imigran Aljazair yang

menjadi sebagian gambaran mengenai isu imigran yang ada di Kanada. Film ini

mengambil latar ketika kondisi politik Aljazair yang memanas pada tahun 2002 ketika

partai beraliran ekstrem islam berusaha menggagalkan pemilu presiden dan mengambil

alih pemerintahan menimbulkan serangkaian kerusuhan antar warga sipil yang setuju dan

menentang tindakan partai ekstrem islam tersebut. Banyak warga sipil yang tewas

3

Page 4: Desiana Maryam - Project proposal

menyebabkan mereka yang masih hidup ingin keluar dari negaranya untuk mencari

perlindungan. Warga-warga sipil ini kemudian mengungsi ke Kanada daerah yang

dianggap aman dan mudah dalam pemberian suaka sejak ditandatanganinya kebijakan

negara Kanada tahun 1996 yaitu Kanada merupakan negara yang memberikan

perlindungan suaka bagi warga negara yang mengalami ketidakamanan politik di

negaranya. Selain itu, Kanada juga merupakan negara frankofon sehingga dalam aspek

bahasa imigran Aljazair akan lebih mudah untuk berkomunikasi.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi

rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana tahapan konstruksi identitas

nasional yang dialami tokoh Bachir Lazhar dalam film Monsieur Lazhar.

3. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memaparkan

bagaimana konstruksi identitas nasional tokoh Bachir Lazhar dalam film Monsieur

Lazhar.

4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan dibatasi pada analisis aspek naratif dan sinematografi.

Aspek naratif yang akan dianalisis adalah tokoh, latar, dan alur sedangkan aspek

sinematografi yang akan dianalisis yakni sudut pengambilan gambar. Analisis unsur-

unsur tersebut dilakukan untuk mengetahui konstruksi identitas nasional tokoh utama

dalam film Monsieur Lazhar.

5. Metodologi Penelitian

5.1 Metode Penelitian

Metode penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Menurut

Creswell, metode kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan

memahami makna yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan (4).

Metode kualitatif ini menerapkan analisis tekstual yaitu menganalisis data-data dalam

bentuk teks maupun gambar (24). Berdasarkan pengertian tersebut, metode kualitatif

4

Page 5: Desiana Maryam - Project proposal

sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini karena penulis akan mengkaji permasalahan

sosial mengenai konstruksi identitas di dalam sebuah teks yang berupa film berjudul

Monsieur Lazhar untuk memperoleh pemahaman secara mendalam.

5.2 Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini berupa DVD film berjudul Monsieur Lazhar yang dirilis

oleh eOne Films pada 13 Maret 2012. Film ini merupakan film frankofon asal Kanada

karya sutradara sekaligus penulis naskah Philippe Falardeau yang diproduksi oleh

Micro_Scope. Film dengan durasi 95 menit ini bergenre film drama dan tayang perdana

pada 8 Agustus 2011 di Festival Film Locarno.

5.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah studi kepustakaan.

Data diambil dari film Monsieur Lazhar baik aspek naratif maupun sinematografis.

Adapun aspek nararatif yang diambil adalah penokohan, latar, dan alur sedangkan aspek

sinematografis yang diambil adalah sudut pandang kamera. Selain mengumpulkan data,

penulis juga mengumpulkan referensi berupa buku-buku dan artikel-artikel dari berbagai

sumber yang berkaitan dengan imigran Aljazair di Kanada. Referensi ini berfungsi untuk

memberikan pemahaman lebih mendalam terkait topik penelitian.

5.4 Teknik analisis data

Data yang terkumpul akan dianalisis menggunakan teori pengkajian sinema menurut

Boggs yang terdapat dalam buku The Art of Watching Film. Teori pengkajian sinema

digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis aspek naratif yakni tokoh, latar, dan

alur serta aspek sinematografis yakni sudut pengambilan gambar. Kemudian penulis akan

menganalisis unsur naratif yakni tokoh dengan menggunakan teori identitas nasional

menurut Stuart Hall yang terdapat dalam buku Questions of Cultural Identity untuk

menganalisis konstruksi identitas yang dibangun pada tokoh utama. Melalui analisis

terhadap kedua aspek tersebut, penulis akan memperoleh pemaparan mengenai

bagaimana tahapan konstruksi identitas pada tokoh utama dalam film Monsieur Lazhar.

5

Page 6: Desiana Maryam - Project proposal

6. Tinjauan Pustaka

6.1 Kajian Sinema

Menurut Joseph M Boggs dalam bukunya The Art of Wathcing Films (2004) sinema

merupakan rangkaian gambar bergerak yang terjalin atas narasi dan penataan

sinematografi. Baik aspek narasi maupun sinematografi dalam film keduanya sama-sama

mengalami perkembangan dari masa ke masa. Cerita yang dihadirkan dalam film

memiliki tingkat kerumitan yang beragam dan dapat terkait isu-isu yang berkembang di

masyarakat sedangkan unsur sinematografi mengalami beragam inovasi sehingga

menimbulkan pengalaman menonton (cinematic experience) yang berbeda-beda (4).

Kemudian Boggs memaparkan lebih lanjut mengenai aspek sinematografi dan aspek yang

naratif yang berfungsi untuk menghadirkan cerita yang menarik. Unsur-unsur narasi

dalam film antara lain tema, gagasan cerita, tokoh, alur serta latar ruang dan waktu

sedangkan unsur sinematografi terdiri atas sudut pandang, pergerakan kamera, efek

visual, dan suara. Lebih lanjut Boggs juga memaparkan unsur-unsur yang berperan

penting dalam sebuah film yakni editing, dialog, dan gaya penyutradaraan. Boggs

menekankan pentingnya memahami aspek naratif terlebih dahulu terutama tema saat

memulai kajian sinema. Seseorang harus memahami tema, tokoh, konteks ruang dan

waktu serta alur cerita dalam memahami sebuah film. Hal ini berfungsi untuk

memfokuskan topik penelitian sebuah film (405). Setelah memahami tema yang diangkat

dalam sebuah film, analisis dapat dilanjutkan dengan menganalis unsur-unsur

sinematografi yang mendukung cerita.

Hal serupa juga dipaparkan oleh Amy Villarejo dalam bukunya yang berjudul Film

Studies The Basics (2007) yakni sinema merupakan rangkaian gambar yang bergerak dan

memiliki sifat dinamis karena mengalami berbagai perkembangan dari masa ke masa.

Film terdiri atas aspek naratif dan sinematografis. Aspek sinematografis merupakan ciri

khas yang membedakan sinema dengan karya seni lainnya. Villarejo menyatakan film

memiliki komponen-komponen pembentuk yang dapat diuraikan dan dianalisis seperti

halnya bahasa (24). Film dibangun atas komponen mise-en-scène, sinematografi yakni

6

Page 7: Desiana Maryam - Project proposal

teknik penggunaan kamera, editing serta suara. Mise-en-scène merupakan konsep

penempatan komposisi obyek dalam kamera yang terdiri atas setting, tata cahaya, tata

kostum, tata rambut, make-up dan figure behavior (53).

Lebih lanjut Villarejo memaparkan tentang perkembangan film yang dinamis ditandai

dengan munculnya berbagai inovasi baru terhadap pembuatan film sejak diperkenalkan

pada akhir abad ke-19 hingga masa kini (8). Sinema dapat meretas ruang dan waktu

karena melalui sinema, sejarah yang sudah berlalu atau yang sedang terjadi maupun yang

mungkin terjadi di masa depan dapat dihadirkan dalam sebuah tampilan film.

Perkembangan sinema juga terlihat dalam narasi cerita yang dihadirkan. Sebuah sinema

dapat menampilkan cerita terkait isu sosial, sejarah, industri, teknologi, filsafat, politik,

estetika, psikologi, dan tokoh ternama. Adanya keterkaitan film untuk mengangkat isu-

isu tersebut membuat sinema berhak mendapat kesempatan untuk dikaji lebih lanjut (9).

Lebih lanjut Villarejo memaparkn kritik film merupakan bagian dari mengapresiasi

sebuah karya dengan menonton dengan cermat kemudian menganalisis aspek-aspek film

menggunakan beberapa pendekatan (109). Pengkajian film ini berfungsi juga untuk

melihat seberapa besar film tersebut diapresiasi dan mampu mengangkat isu yang muncul

di masyarakat (131). Dalam kajian film, Villarejo menekankan bahwa pengkajian sinema

terfokus terlebih dahulu pada unsur-unsur pembangun aspek sinematografis yang

merupakan ciri khas dari sebuah film (53).

Menurut William H Phillips dalam bukunya Film An Introduction (1999) kajian sinema

membantu penonton untuk memahami perbedaan kekhasan media yang digunakan oleh

para pembuat film tanpa mengurangi kenikmtan saat menonton film (3). Hal ini dapat

dilakukan setelah seseorang memahami aspek sinematografi yang muncul dalam film.

Aspek sinematografi merupakan unsur penting karena menjadi ciri khas yang

membedakan film dengan karya seni lainnya. Aspek sinematografi terkait teknik

pembuatan film yang terdiri atas setting, penataan komposisi, tata cahaya, teknik kamera,

sudut pandang, editing, dan suara (7). Setiap penggunaan teknik pembuatan film yang

digunakan dapat menghasilkan tampilan yang berbeda sehingga menghasilkan

pengalaman yang berbeda juga bagi penonton (8). Dalam buku ini dengan lengkap

7

Page 8: Desiana Maryam - Project proposal

Phillips memaparkan aspek-aspek sinematografi yang dapat diterapkan baik dalam

pembuatan film maupun analisis film. Lebih lanjut Phillips menyatakan bahwa sebuah

film yang baik dapat dinikmati dan diterima oleh penonton (373). Agar pesan yang ingin

disampaikan dapat diterima oleh penonton, sutradara harus dapat meramu dengan baik

aspek naratif tersebut sesuai konteks masyarakat dan politik yang ingin ditampilkan

(374). Tidak hanya pembuat film, tetapi juga penonton mampu memiliki pengetahuan

mengenai genre dan jenis-jenis makna dalam film.

Berdasarkan pemaparan di atas, baik Boggs, Villarejo, dan Phillips ketiganya sama-sama

menyebutkan dua aspek dalam sebuah film yakni aspek naratif dan sinematografi.

Mereka sepakat bahwa aspek sinematografi merupakan ciri khas yang membedakan film

dengan karya seni lainnya. Namun, terdapat perbedaan pendapat di antara ketiga ahli ini

mengenai kajian sinema. Boggs mengutamakan tema merupakan hal utama untuk

mendapatkan fokus analisis film untuk kemudian dilanjutkan dengan analisis aspek

sinematografi. Di sisi lain, Villarejo dan Phillips lebih mengutamakan analisis terhadap

aspek sinematografi terlebih dahulu sebagai aspek yang menjadi ciri khas sebuah film.

Pemamaparan kajian sinema lebih lengkap terdapat dalam buku The Art of Watching

Film yang ditulis oleh Boggs.

6.2 Konsep Identitas Nasional

Perkembangan aspek narasi yang ditampilkan dalam sebuah film, menyebabkan

meluasnya beberapa pendekatan yang digunakan untuk menganalisis aspek tersebut. Film

menjadi sebuah media yang mengangkat tema sosial salah satunya mengenai identitas.

Dalam artikel berjudul The Question of Cultural Identity yang dimuat dalam buku

Modernity An Introduction to Modern Societies (1996) Hall memaparkan mengenai

konsep identitas dan tantangan identitas di masa kini yang terdiri atas masyarakat

modern. Identitas menjadi sebuah alat untuk mengidentifikasi diri. Konsep identitas

menjadi suatu pembahasan yang lebih kompleks daripada hanya sebuah alat untuk

mengidentifikasi diri di masa modern ini. Globalisasi yang terjadi menjadi salah satu

pemicu munculnya isu krisis identitas. Identitas terdiri atas beberapa kategori yakni

berdasarkan etnis, ras, bahasa, agama, dan kenegaraan (596). Hall memaparkan mengenai

8

Page 9: Desiana Maryam - Project proposal

tiga konsep identitas yaitu identitas individu sebagai subyek pusat, identitas individu

dalam masyarakat, dan identitas yang selalu berkembang (597). Salah satu pembahasan

identitas dalam masyarakat multikultural adalah identitas nasional yang kini mengalami

banyak tantangan di masa modern yang disebabkan dengan tingginya arus globalisasi.

Identitas nasional bukan merupakan identitas yang seseorang dapatkan dari lhir seperti

identitas ras dan etnis. Ide untuk memunculkan identitas nasional di samping identitas

budaya berangkat dari komunitas bangsa yang memiliki akar politik yang sama (611).

Identitas nasional membentuk kebudayaan nasional yang dapat menciptakan standar

bahasa, komunikasi, dan pendidikan nasional. Adanya identitas nasional menjadi titik

awal munculnya masyarakat modern (612).

Serupa dengan yang dinyatakan Hall, Judy Giles dalam bukunya yang berjudul Studying

Culture A Practical Introduction (1999) memaparkan bahwa identitas adalah proses

manusia mengadaptasi konteks sosial dan budaya di sekitarnya ke dalam diri sehingga ia

dapat mengidentifikasikan dirinya (30). Lebih lanjut Giles memaparkan kategori identitas

yang digunakan seseorang untuk mendefinisikan dirinya antara lain warna kulit, jenis

kelamin, pandangan politik, kewarganegaraan, dan budaya. Dari pengkategorian tersebut

dapat terlihat adanya identitas yang didapatkan manusia sejak lahir seperti ras dan jenis

kelamin serta identitas yang dapat berkembang dan dipilih oleh seseorang seperti

pandangan politik, gender, dan kewarganegaraan (31). Giles juga menyatakan bahwa

identitas mengalami banyak tantangan di masa modern ini. Hal tersebut disebabkan oleh

globalisasi terutama di bidang ekonomi, perpindahan yang mudah dilakukan, dan

beberapa kejadian politik khususnya di Timur Tengah. Krisis identitas muncul ketika

perbedaan sudah tidak tampak. Penetapan identitas ini menjadi penting karena identitas

merupakan sebuah representasi sebuah individu maupun komunitas.

Kedua ahli ini sama-sama menyatakan bahwa identitas adalah alat seseorang untuk

mengidentifikasi diri. Identitas di masa modern harus berhadapan dengan globalisasi di

mana tidak ada lagi batas antara suatu kebudayaan yang satu dengan lainnya. Namun,

Giles tidak mengkhususkan lebih lanjut identitas yang bagaimana yang kini lebih utama

dalam pembahasan multikulturalisme di tengah masyrakay modern. Sebaliknya Hall

menulis lebih rinci mengenai pentingnya sebuh bentuk identitas nasional selain identitas

9

Page 10: Desiana Maryam - Project proposal

budaya. Hall memaparkan konsep identitas secara umum dan mengkhususkan diri dalam

pembahasan isu identitas nasional.

7. Penelitian Terdahulu

Penulis menemukan beberapa penelitian terdahulu mengenai terkait topik penelitian.

Pertama, skripsi berjudul Konstruksi Identitas Gender Tokoh Utama dalam Film

Chouchou yang ditulis oleh Anita Yuliana dari Program Studi Prancis Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia dan diterbitkan tahun 2009. Skripsi ini

menganalisis tokoh utama dalam film Prancis berjudul Chouchou dan memaparkan

masalah identitas gender yang dialami tokoh utama yakni seorang imigran terkait dengan

pilihan tokoh utama untuk bertranseksual. Peneltian berupa skripsi ini bertujuan untuk

memaparkan tahapan konstruksi identitas pada tokoh utama. Skripsi ini mengangkat tema

multikulturalisme yang di dalamnya membahas isu gender. Isu tersebut mulai menjadi

pembahasan menarik dalam kajian film di awal abad-21 dan cukup banyak sutradara

yang mengangkat mengenai fenomena tersebut. Analisis yang dilakukan dalam skripsi

tersebut menggunakan teori pengkajian film dan pendekatan cultural studies serta teori

tahapan kehidupan menurut Soren Kiekgard. Temuan yang dihasilkan dalam penelitian

ini adalah tahapan yang dialami tokoh utama yang melakukan trans seksual

membutuhkan waktu yang lama. Tokoh utama mengalami tahapan kehidupan yang

terbalik dari yang seharusnya dialami manusia pada umumnya dari tahap estetis, etis, dan

religius menjadi tahap religius, etis kemudian estetis.

Berikutnya adalah penelitian berupa skripsi berjudul Konstruksi Identitas Budaya

Masyarakat Imigran Turki di Jerman dalam Film Kebab Connection yang ditulis oleh

mahasiswa program studi Jerman Fakultas Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia

bernama Aditya Ari Prabowo pada tahun 2008. Skripsi ini membahas tema

Multikulturalisme di tengah-tegah masyarakat Jerman yang mengangkat masalah

identitas kaum imigran Turki. Skripsi ini menganalisis simbol-simbol sebagai

representasi yang digambarkan dalam film dengan teori representasi dan identitas.

Penulis skripsi ini membagi analisisnya menjadi tiga bagian yaitu analisis narasi, musik,

dan isi cerita. Penulis skripsi ini menarik beberapa kesimpulan dalam penelitian ini yaitu

10

Page 11: Desiana Maryam - Project proposal

konstruksi indentitas budaya yang di alami masayarakat multicultural di Jerman tidaklah

mudah. Hal tersebut disebabkan oleh danya stereotipe yang dimiliki oleh masing-masing

pihak karena banyaknya perbedaan identitas budaya antara masyarakat Jerman dan

imigran Turki. Konstruksi identitas budaya imigran Turki dalam film Kebab Connection

mengalami perubahan terutama di kalangan generasi muda yakni mereka menjadi lebih

liberal dibandingkan orangtua mereka yang menganut nilai-nilai konservatif.

Penelitian selanjutnya berupa tesis berjudul Konstruksi Identitas Etnis Cina Pasca Orde

Baru Melalui Media : Studi Pemaknaan terhadap Film Cina : Wo Ai Ni Indonesia, Jangan

Panggil Aku Cina dan Ca Bau Kan ditulis oleh mahasiswa program studi ilmu

komunikasi FISIP Universitas Indonesia bernama Juni Alfiah Chusjairi tahun 2005. Tesis

ini meneliti konstruksi identitas warga etnis Cina di Indonesia. Penelitian ini melibatkan

empat informan yang merupakan orang etnis Cina yang sudah menonton ketiga film

tersebut dan tinggal di Indonesia. Tesis ini merupakan penelitian perspektif fenomenologi

dan menggunakan paradigma kritis. Data penelitian diperoleh melalui wawancara

terhadap informan tersebut. Analisis data yang dilakukan menggunakan methods of

agreement dan methods of difference serta konsep identitas yang dikemukakan Stuart

Hall. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan pergaulan yang ditunjang oleh

nilai-nilai budaya yang kuat mempunyai pengaruh yang besar dalam menimbulkan sikap

eksklusif atas identitas Cina yang dimilikinya.

Ketiga penelitian terdahulu terkait topik penelitian memiliki kesamaan yakni membahas

mengenai konstruksi identitas tokoh di dalam film maupun terkait dengan film. Analisis

konstruksi identitas yang digunakan pada ketiga penelitian ini mengacu pada teori

identitas yang dikemukan Stuart Hall. Konstruksi identitas yang dihadirkan dalam ketiga

penelitian ini berbeda-beda yakni mengenai gender, budaya, dan etnis cina yang

kesemuanya adalah isu yang dibahas dalam pembahasan multikulturalisme. Berbeda

penelitian Konstruksi Identitas Gender Tokoh Utama dalam Film Chouchou dan

Konstruksi Identitas Budaya Masyarakat Imigran Turki di Jerman dalam Film Kebab

Connection yang membahs konstruksi identitas pada tokoh dalam film, pada tesis

Konstruksi Identitas Etnis Cina Pasca Orde Baru Melalui Media : Studi Pemaknaan

11

Page 12: Desiana Maryam - Project proposal

terhadap Film Cina : Wo Ai Ni Indonesia, Jangan Panggil Aku Cina dan Ca Bau Kan

penelitian dilakukan untuk melihat pembangunan identitas langsung bagi masyarakat

etnis Cina di Indonesia.

8. Kemaknawian Penelitian

Berdasarkan penelitian terdahulu yang ditemukan dan dipaparkan dalam uraian

sebelumnya, penulis berpendapat bahwa sudah ada beberapa penelitian mengenai tema

multikulturalisme dan analisis konstruksi identitas pada tokoh imigran di dalam sebuah

film. Namun, penulis tidak menemukan adanya penelitian yang membahas analisis

konstruksi identitas nasional tokoh imigran dalam film Monsieur Lazhar maupun film

frankofon lainnya. Meskipun analisis yang dilakukan pada penelitian terdahulu juga

menggunakan teori identitas, akan tetapi setiap film memiliki latar ruang dan waktu, alur

serta penokohan yang berbeda-beda sehingga akan menghasilkan analisis yang juga

berbeda. Selain itu, penelitian mengenai konstruksi identitas nasional merupakan

pembahasan yang muncul dalam masyarakat yang multikultural. Penulis berharap hasil

penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan dalam menanggapi isu identitas nasional di

tengah masyarakat Indonesia yang multikultural. Oleh karena itu, penelitan ini menjadi

maknawi.

9. Jadwal Penelitian

KegiatanBulan I Bulan II Bulan III Bulan IV

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengumpulan Data x x x x x

Analisis Data x x x x

Penulisan Penelitian x x x x x

Pembacaan x x

Revisi x x

Pengumpulan Penelitian x x

12

Page 13: Desiana Maryam - Project proposal

Daftar Pustaka

Austin, James. Yale French Studies, Number 115 : New Spaces for French and Francophone

Cinema. New Heaven : Yale University Press, 2009.

Boggs, Joseph M, dan Dennis W. Petrie. The Art of Watching Films. New York: McGraw-

Hill, 2008.

Carment, David dan David J Bercuson. The World in Canada: Diaspora, Demography, and

Domestic Politics. Ottawa: McGill-Queen’s University Press, 2008.

Chusjairi, Juni Alfiah. Konstruksi Identitas Etnis Cina Pasca Orde Baru Melalui Media :

Studi Pemaknaan terhadap Film Cina : Wo Ai Ni Indonesia, Jangan Panggil Aku Cina dan

Ca Bau Kan. Depok: Universitas Indonesia, 2005.

Creswell, John W. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Metode

Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Terj. Achmad Fawaid dari Research Design:

Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, 2009.

Froger, Marion. Le Cinéma à L’Épreuve de La Communauté. Le Cinéma Francophone de

l’ONF 1960-1985. Montréal : Les Presses de l’Université de Montréal, 2010.

Giles, Judy, dan Tim Middleton. Studying Culture A Practical Introduction. Oxford:

Blackwell Publisher Ltd, 1999.

Hall, Stuart. The Question of Cultural Identity. Modernity An Introduction to Modern

Societies. Ed. Stuart Hall, David Held, Don Hubert, dan Kenneth Thompson. London :

Blackwell Publisher, 1996.

Higgins, Mary-Ellen.

Phillips, William H. Film An Introduction. Boston : Bedford/St.Martin, 1999.

Prabowo, Aditya Ari. Konstruksi Identitas Budaya Masyarakat Imigran Turki di Jerman

dalam Film Kebab Connection. Depok: Universitas Indonesia, 2009.

Villarejo, Amy. Film Studies The Basics. New York : Routledge, 2007.

13

Page 14: Desiana Maryam - Project proposal

Yuliana, Anita. Konstruksi Identitas Gender Tokoh Utama dalam Film Chouchou. Depok:

Universitas Indonesia, 2009.

14