BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSAT TARI MODERN - … · Gambar 2.1 Salah Satu Gerakan Robot...

47
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSAT TARI MODERN 1. Pengertian Tari Menurut beberapa pakar seni tari mengatakan pada hakikatnya tari adalah ekspresi perasaan manusia yang diungkapkan lewat gerak ritmis dan indah yang telah mengalami stilisasi maupun distorsi. Definisi lain, tentang tari dapat dijabarkan sebagai sebuah visualisasi, sebuah ekspresi dalam gerak yang berisi pesan-pesan terhadap kenyataan yang tetap tinggal dibenak penonton setelah pertunjukkan selesai. Tari dapat dikatakan sebagai ekspresi seni menciptakan image-image gerak yang membuat penonton lebih sensitif terhadap realitas tari akan memberikan pengalaman yang berguna untuk memperkaya peranan dan pertumbuhan seseorang baik bagi seniman maupun penikmat. 2. Pengertian Tari Modern Menurut pakar tari, Kenneth Macgowan dalam bukunya “The Living Stage: A Story of The World Theater”, yang menyebutkan bahwa tari modern adalah merupakan tari yang didominasi oleh emosi atau rasa yang sebagaimana ciri kodrati emosi manusia yang memiliki desakan untuk ingin bebas, maka jenis tari ini lebih mengarah untuk bebas dari tradisi. Bebas di sini adalah bebas untuk mengungkapkan gerak yang tidak diharuskan oleh pola-pola yang sudah ada. Menurut Horosko, seorang pakar tari modern, menuturkan tari modern adalah salah satu genre yang paling sulit untuk mendefinisikan dengan teknik. Modern tidak selalu cepat atau lambat atau dilakukan untuk musik tertentu atau musik apapun. Itu tidak selalu menyorot ketrampilan fisik tertentu. Ini merupakan kabar baik dan besar menurut

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSAT TARI MODERN - … · Gambar 2.1 Salah Satu Gerakan Robot...

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSAT TARI MODERN

1. Pengertian Tari

Menurut beberapa pakar seni tari mengatakan pada hakikatnya tari

adalah ekspresi perasaan manusia yang diungkapkan lewat gerak ritmis

dan indah yang telah mengalami stilisasi maupun distorsi.

Definisi lain, tentang tari dapat dijabarkan sebagai sebuah

visualisasi, sebuah ekspresi dalam gerak yang berisi pesan-pesan

terhadap kenyataan yang tetap tinggal dibenak penonton setelah

pertunjukkan selesai. Tari dapat dikatakan sebagai ekspresi seni

menciptakan image-image gerak yang membuat penonton lebih sensitif

terhadap realitas tari akan memberikan pengalaman yang berguna untuk

memperkaya peranan dan pertumbuhan seseorang baik bagi seniman

maupun penikmat.

2. Pengertian Tari Modern

Menurut pakar tari, Kenneth Macgowan dalam bukunya “The

Living Stage: A Story of The World Theater”, yang menyebutkan bahwa

tari modern adalah merupakan tari yang didominasi oleh emosi atau rasa

yang sebagaimana ciri kodrati emosi manusia yang memiliki desakan

untuk ingin bebas, maka jenis tari ini lebih mengarah untuk bebas dari

tradisi. Bebas di sini adalah bebas untuk mengungkapkan gerak yang

tidak diharuskan oleh pola-pola yang sudah ada.

Menurut Horosko, seorang pakar tari modern, menuturkan tari

modern adalah salah satu genre yang paling sulit untuk mendefinisikan

dengan teknik. Modern tidak selalu cepat atau lambat atau dilakukan

untuk musik tertentu atau musik apapun. Itu tidak selalu menyorot

ketrampilan fisik tertentu. Ini merupakan kabar baik dan besar menurut

16

sudut pandang koreografer dan penari karena dalam teori itu memberi

mereka kemungkinan tak terbatas untuk mengeksplorasi gerak.

3. Klasifikasi Tari Modern

Sejalan dengan perkembangannya, tari modern dapat dikategorikan

menjadi beberapa macam, antara lain:

a. Robot Dance

Gambar 2.1 Salah Satu Gerakan Robot Dance

Sumber: bp.blogspot.com diakses pada tanggal 14 Januari 2015

Robot dance adalah sebuah ilusi gaya yang mencoba untuk

meniru sebuah robot atau manekin. Tari ini dipelopori oleh Charles

Washington pada akhir tahun 1960-an dan memperoleh ketenaran

setelah Jackson melakukan tari tersebut ketika mereka tampil dalam

acara Dancing Machine.

b. Breakdance

Gambar 2.2 Salah Satu Gerakan Breakdance

Sumber: bp.blogspot.com diakses pada tanggal 14 Januari 2015

B-boying atau yang sering disebut sebagai breakdancing

adalah gaya tari jalanan yang berevolusi sebagai bagian dari budaya

hip-hop di antara pemuda kulit hitam dan Amerika latin di New

York City pada tahun 1970-an. Penari yang menari tarian ini untuk

17

laki-laki disebut b-boy dan untuk penari perempuan disebut b-girl.

Pertandingan kompetisi antar breaker dilakukan di arena terbuka

(pada panggung atau sebuah lapangan). Pemenang ditentukan dari

kombinasi dari berbagai variasi gaya.

Ciri khusus gerakan breakdance adalah

Gambar 2.3 Salah Satu Gerakan Toprocks

Sumber: bp.blogspot.com diakses pada tanggal 14 Januari 2015

1) Toprocks adalah tarian yang menampilkan gerakan fleksibilitas,

gaya, dan yang paling penting adalah irama. Tarian ini biasa

digunakan pada awal pertunjukan sebagai pemanasan beberapa

gaya akrobatik lain.

Gambar 2.4 Salah Satu Gerakan Downrock

Sumber: upload.wikimedia.org diakses pada tanggal 14 Januari 2015

2) Downrock biasanya ditampilkan dengan posisi tangan dan kaki

pada lantai. Pada downrock, seorang breaker menampilkan

perputaran tubuh dengan kecepatan kaki dan kontrol dengan

cara mengkombinasi gerakan kaki. Kombinasi ini akan

menampilkan gaya baru yang disebut power move.

18

Gambar 2.5 Salah Satu Gerakan Power Move

Sumber: yogadork.com diakses pada tanggal 16 Januari 2015

3) Power Move adalah gerakan yang membutuhkan momentum

dan kekuatan fisik untuk menjalankannya. Pada power move,

breaker lebih bergatung pada kekuatan tubuh bagian atas untuk

menari, menggunakan tangan untuk bergerak.

Gambar 2.6 Salah Satu Gerakan Freeze

Sumber: yogadork.com diakses pada tanggal 16 Januari 2015

4) Freeze adalah menahan gerakan dengan pose yang bagus.

Semakin sulit freeze, membutuhkan kekuatan tubuh breaker

untuk menahan dirinya, dengan pose seperti handstand.

Gambar 2.7 Salah Satu Gerakan Suicide 1

Sumber: flickr.com diakses pada tanggal 8 Februari 2015

5) Suicide adalah tarian penutup sebagai kebiasaan breaker.

Breaker akan membuat dirinya terlihat kehilangan kendali dan

jatuh dengan punggung, perut, dan lain-lain. Semakin sakit

penampilan suicide terlihat, semakin bagus tarian tersebut, tetapi

breaker akan melakukannya dengan sebuah trik untuk

mengurangi sakit. Biasanya tarian ini juga digunakan untuk

menarik penonton setelah gerakan freeze.

19

c. Popping

Gambar 2.8 Salah Satu Gerakan Popping

Sumber: campofhiphop.com diakses pada tanggal 14 Januari 2015

Popping adalah tari jalanan dan salah satu gaya funk asli yang

berasal dari California selama tahun 1960 sampai 1970-an. Gerakan

ini didasarkan pada teknik kecepatan gerak dan relaksasi otot yang

dikombinasikan dengan pose. Seorang penari popping sering disebut

sebagai popper.

Dalam sebuah pertandingan, peserta mencoba untuk

mengungguli satu sama lain di depan banyak orang dengan

menunjukkan improvisasi dan gerak gaya bebas yang jarang terlihat

di acara dan pertunjukkan lainnya, seperti berinteraksi dengan

sesama penari dan penonton. Gaya popping biasanya dilakukan

seperti melambaikan tangan dan tutting, selain itu dilakukan pula

beberapa gerakan robotic.

Macam-macam gerakan popping:

1) Electric Boogalo

Gambar 2.9 Salah Satu Gerakan Electric Boogalo

Sumber: bp.blogspot.com diakses pada tanggal 16 Januari 2015

Electric boogalo adalah gaya tari funk dan tari hip-hop

yang berkaitan erat dengan popping. Hal ini menjadi gaya khas

dari kelompok tari yang dimulai pada tahun 1970-an. Seiring

20

dengan berjalannya waktu, electric boogalo menjadi populer di

kalangan popping. Hal ini ditandai sebagai gaya berorientasi

dari crazy legs footwalk yang diciptakan oleh Poppin Pete.

Gerakan dasar popping yaitu antara tubuh, lengan, dan kaki.

Penari menciptakan kesan sendi tubuh alami dengan

memindahkan dan memutar berbagai bagian tubuh secara

berurutan. Bagian yang tidak memutar harus tetap benar-benar

diam. Hal ini lebih disempurnakan dengan menggunakan tangan

untuk mendorong atau menarik tubuh bagian memutar dan hal

ini sangat umum dilakukan untuk gerakan popping.

2) Moonwalk

Gambar 2.10 Salah Satu Gerakan Moonwalk

Sumber: bp.blogspot.com diakses pada tanggal 16 Januari 2015

Floating, gliding atau sliding mengacu pada sekelompok

teknik tari footwork yang berorientasi dan mempunyai gaya

mencoba menciptakan ilusi bahwa tubuh penari mengambang di

lantai atau kaki berjalan ke belakang, sementara tubuh bergerak

tak tentu arah. Hal ini paling terkenal digunakan oleh Michael

Jackson dengan memunculkan beragam variasi yang lebih

banyak. Floating adalah teknik gerak sederhana bergantian

antara kaki dan tumit kaki untuk membuat tubuh mengapung di

lantai. Hal ini biasanya dilakukan ke samping. Gliding

menggunakan teknik mengambang tetapi juga menambah

dorongan dan tarikan yang menyebabkan kaki terlihat meluncur

di atas lantai dan menciptakan ilusi yang bagus. Gliding dapat

dilakukan ke banyak arah, tetapi paling umum adalah slide glide

21

dan circle glide. Sliding dan air walking adalah semacam

gerakan yang membuat penari seolah-olah tampak berjalan di

udara tanpa gesekan.

3) Strobing

Gambar 2.11 Salah Satu Gerakan Strobing

Sumber: dancehipology.com diakses pada tanggal 16 Januari 2015

Strobing adalah teknik tari popping yang memberikan

kesan bahwa penari bergerak dalam pengaturan lampu sorot atau

film low-framerate.

Untuk menghasilkan efek ini, penari akan menegangkan

tubuhnya dan mengambil gerakan dengan tempo: gerakan cepat

- berhenti sejenak - gerakan pergi. Hal itu berarti seorang penari

dapat membuat langkah sederhana seperti melambai ke

penonton sesuai dengan gerakan nyala lampu. Menguasai nyala

lampu membutuhkan waktu yang tepat sempurna dan jarak antar

tiap gerakan. Melakukan gerakan dengan kecepatan tempo

musik akan sangat membantu mencapai hal ini dan

mengintensifkan ilusi teknik.

4) Waving

Gambar 2.12 Salah Satu Gerakan Waving

Sumber: wordpress.com diakses pada tanggal 14 Januari 2015

22

Waving adalah gaya tari terdiri dari serangkaian gerakan

yang memberikan kesan bahwa sebuah gelombang melintasi

tubuh penari. Waving diperkirakan muncul dari teknik tari

popping dan funk serta sering terlihat dikombinasikan dengan

popping dan gaya terkait lainnya. Banyak penari yang berlatih

melambai tanpa melibatkan popping, seperti David. Waving juga

terlihat dikombinasikan dengan tarian lainnya, terutama ketika

dipraktekkan dalam teknik electronica.

Macam Gerakan:

Armwave diawali dengan memegang kedua lengan ke

samping tubuh penari, sejajar dengan tanah. Penari mengangkat

lengan lalu menurunkan bagian sebelah lengannya sambil

menjaga seluruh tubuhnya tetap pada posisi gerakan semula

sambil menggerakkan jari dan berakhir di pada jari lengan yang

lainnya. Hal ini sangat penting dilakukan agar seluruh tubuh

tampak bergerak.

Salah satu kesalahan gerakan dalam armwave yang

biasanya dilakukan oleh pemula adalah mengangkat siku. Ketika

mengangkat siku, penari juga mengangkat tangan. Seharusnya

penari harus secara aktif menurunkan tangannya untuk

mempertahankan ilusi. Ketika gelombang mencapai dada,

gelombang dapat dijadikan ilusi di depan dada atau di

punggung. Penari dapat menambahkan gerakan seperti memutar

kepalanya ke arah gerakan gelombang atau menghirup sebagai

gelombang mencapai dada dan menghembuskan napas untuk

menciptakan ilusi gelombang tersebut keluar dari tubuhnya.

23

d. Locking

Gambar 2.13 Salah Satu Gerakan Loocking

Sumber: stoptime.lv diakses pada tanggal 14 Januari 2015

Locking adalah gaya tari funk yang saat ini juga terkait dengan

hip-hop yang ditemukan oleh seorang penari bernama Don Campbell

di awal tahun 1970-an. Nama ini didasarkan pada konsep

penguncian gerakan yang berarti freeze dari gerakan cepat dan

mengunci pada posisi tertentu. Bertahan pada posisi tersebut untuk

sementara waktu dan kemudian berlanjut di kecepatan sama seperti

sebelumnya. Hal ini bergantung pada kecepatan lengan dan gerakan

tangan dikombinasikan dengan gerakan pinggul dan kaki yang lebih

santai. Ada sejumlah langkah locking yang dikombinasikan dengan

popping.

e. Hip-Hop Dance

Gambar 2.14 Salah Satu Gerakan Hip-Hop Dance

Sumber: loop-barcelona.com diakses pada tanggal 14 Januari 2015

Hip-hop dance mengacu pada gaya tari jalanan terutama

dilakukan dengan musik yang muncul pada tahun 1970-an dan

dipopulerkan oleh komunitas Breakin‟ Beat di Amerika Serikat.

Dengan adanya gaya tari baru ini, seorang penari klasik menciptakan

koreografi dari tarian hip-hop yang dilakukan di jalanan dengan

24

musik jazz-punk. Seiring perkembangan zaman, hip-hop dance

dipraktikkan di studio ataupun di luar ruang. Perbedaan hip-hop

dance dengan tarian lainnya adalah menggunakan improvisasi gaya

bebas yang terlihat di kompetisi yang disebut dengan pertempuran

atau dalam komunitas disebut dengan battle. Hip-hop dance bisa

menjadi bentuk hiburan maupun hobi yang didasari oleh kru,

freestyling, dan pertempuran antar kru.

f. Ballroom Dance

Gambar 2.15 Salah Satu Gerakan Ballroom Dance

Sumber: wordpress.com diakses pada tanggal 14 Januari 2015

Ballroom dance berasal dari bahasa Inggris “ball” yang berarti

bola dan dari bahasa Latin yaitu “ballare” yang berarti menari. Maka

dari itu Ballroom Dance adalah sebuah ballroom atau ruangan besar

yang dirancang khusus untuk menari pada satu set tarian mitra atau

berpasangan yang dinikmati baik secara sosial dan kompetitif di

seluruh dunia. Namun, dengan munculnya dance sport di jaman

modern ini, istilah tersebut menjadi sempit. Sekarang hal ini lebih

mengacu kepada tari gaya Amerika Latin.

g. Shuffle Dance

Gambar 2.16 Salah Satu Gerakan Shuffle Dance

Sumber: bp.blogspot.com diakses pada tanggal 14 Januari 2015

25

Tarian yang mulai muncul pada tahun 1980-an yang dilakukan

oleh MC Hammer selama konser live show dan video musik. Akan

tetapi tari ini mulai mencapai popularitas di tahun 2000. Tari ini

diciptakan oleh Paula Abdul, seorang koreografer dari Janet Jackson

pada akhir tahun 1980-an. Shuffle dance terdiri dari langkah hopping

atau geser yang dilakukan sedemikian rupa untuk lebih ditekankan

pada kecepatan dan kekuatan kaki.

4. Metode Penciptaan Tari Modern

Penciptaan suatu karya seni terutama tari modern membutuhkan

proses yang cukup panjang, karena merupakan hasil kreatifitas manusia

melalui olah pikir budinya yang terwujudkan melalui gerakan tubuh yang

memiliki makna estetik dengan iringan musik yang menambah keindahan

dari sebuah tari tersebut.

Menurut Alma Hawkins dalam bukunya yang berjudul “Creating

Through Dance”, bahwa di dalam metode penciptaan tari modern

berintikan:

a. Eksplorasi

Menentukan judul/tema/topik ciptaan melalui cerita, ide, dan

konsepsi.

Berpikir, imajunasi, merasakan, menanggapi, dan menafsirkan

tentang tema yang dipilih.

b. Improvisasi

Percobaan, memilih, membedakan, mempertimbangkan, membuat

harmonisasi, dan kontras-kontras tertentu.

Menentukan integrasi dan kesatuan terhadap berbagai percobaan

yang dilakukan.

c. Pembentukan

Menentukan bentuk ciptaan dengan menggabungkan simbol-simbol

yang dihasilkan dari berbagai percobaab yang telah dilakukan.

26

Menentukan kesatuan dengan parameter yang lain seperti gerak

dengan iringan, busana, dan warna.

Memberi bobot seni (kerumitan, kesederhanaan, dan intensitas,

dramatisasi dan bobot keragaman).

d. Observasi dan Kritik

Penelitian seni untuk mengkaji karya seni sering disebut sebagao

observasi dan kritik. Penelitian ini terkait erat dengan taksonomi ilmu-

ilmu apresiasi seni. Agar karya seni dapat dinikmati oleh masyarakat,

baik secara individual maupun kolektif perlu adanya pengenalan,

pengamatan, pemahaman, dan apresisasi yang mendalam.

5. Pusat Tari Modern

Pusat tari modern adalah suatu wadah pemusatan segala kegiatan

tari modern yang menyangkut kegiatan berlatih, berkumpul,

bersosialisasi, marketing, dan menjadi pusat kegiatan seperti adanya

studio film, tempat latihan, dan tempat pertunjukkan.

6. Preseden Pusat Tari

a. Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, Yogyakarta

Salah satu padepokan seni yang telah berdiri di Yogyakarta

adalah Padepokan seni Bagong Kussudiarja. Padepokan Seni

Bagong Kussudiarja ini merupakan sebuah "rumah" serta "ladang"

berkesenian bagi banyak seniman serta pemerhati bidang seni. Di

tempat inilah, baik masyarakat Yogyakarta maupun masyarakat dari

luar, dapat mengapresiasi berbagai karya seni pertunjukan lewat

program-program yang dihadirkan oleh padepokan ini. Pada

mulanya, padepokan yang berdiri di atas tanah seluas 5.000 m² ini

berawal dari tempat latihan menari saja dan ia dirikan pada tahun

1958. Semenjak itu, begitu banyak penari hebat yang telah

dilahirkan. Kemudian dalam proses berkesenian yang ia jalani serta

keterlibatannya secara terus-menerus dalam dunia itu, membuat

27

Bagong ingin menciptakan sebuah tempat dimana siapa saja dapat

berlatih berkesenian.

Gambar 2.17 Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (bagian samping & belakang)

Sumber: http://www.jogjatrip.com/id/631/padepokan-seni-bagong-kussudiardja

diakses pada tanggal 14 Maret 2015

Para pengunjung padepokan seni milik Bagong dapat

menyaksikan berbagai kesenian di ruang pertunjukan utama. Ruang

pertunjukan utamanya yang menyerupai pendapa membuat kita

merasa tidak lepas dari dunia nyata dalam proses apresiasi. Sejumlah

karya seni pertunjukan dari dalam maupun luar negeri sempat

menorehkan aksinya di panggung itu. Sesuai dengan konsepnya,

semua pertunjukan itu terbuka bagi siapa saja yang ingin

menikmatinya. Salah satu program yang diadakan secara rutin oleh

padepokan ini antara lain adalah Jagongan Wagen yaitu program

pergelaran dan apresiasi karya seni pertunjukan yang

diselenggarakan secara terbuka dan rutin pada tiap bulan di rumah

budaya Yayasan Bagong Kussudiarja. Pagelaran seni pertunjukan

adalah ruang sinergi yang mempertemukan semangat kebersamaan

dan energi kreatif, mampu merangsang inspirasi dan imajinasi yang

membangkitkan gairah hidup.

Gambar 2.18 Ruang Pelatihan Seni Padepokan Seni Bagong

Sumber: http://www.jogjatrip.com/id/631/padepokan-seni-bagong-kussudiardja

diakses pada tanggal 14 Maret 2015

28

Melalui program ini, dapat diyakini bahwa kekuatan ruang

pementasan seni pertunjukan sebagai media dan sarana untuk saling

berbagi pengetahuan, energi kreatif, dan kreativitas yang senantiasa

harus dijaga serta ditumbuhkan. Sajian (karya) seni pertunjukan dan

obrolan seputar seni dan karya itu sendiri merupakan hal yang paling

ditunggu karena keakraban yang terbangun penuh dengan

kehangatan. Kegiatan kreatif ini memanfaatkan seni pertunjukan

sebagai sumber pembelajaran dan aktivitas berbasis seni yang

mengangkat dan menyertakan masyarakat di sekitar dengan seniman.

b. Cube Studio, Korea

Gambar 2.19 Desain Cube Studio dan Cube Studio (bagian depan)

Sumber: Photo-News-Korean-Entertainment-Agencies-Tour-Route_Official-Korea-

Tourism-Organization.html dan (x)clusive-visit-to-the-new-home-of-CUBE-artists,CUBE-

Studio.html diakses pada tanggal 20 Maret 2015

Gambar 2.20 Cube Studio (bagian depan dan samping)

Sumber: Photo-News-Korean-Entertainment-Agencies-Tour-Route_Official-Korea-

Tourism-Organization.html diakses pada tanggal 20 Maret 2015

29

Gambar 2.21 Cafe Cube Entertainment

Sumber: (x)clusive-visit-to-the-new-home-of-CUBE-artists,CUBE-Studio.html

diakses pada tanggal 20 Maret 2015

Cube Studio merupakan studio tari artis K-pop Korea dari

agensi Cube Entertainment yang mengusung tema Cafe and Studio

Dance. Fasilitas bangunan ini terdiri dari 2 lantai. Pada lantai 1,

terdapat cafe. Tujuan utama dari cafe ini adalah mempererat

komunikasi antara fans dengan artis Cube Entertainment seperti

Beast, 4Minute, dan G.NA. pada lantai 1 ini terdapat Cube

Entertainment CD‟s dan merchandise, serta minuman dan makanan

dengan nama artis K-pop.

Gambar 2.22 Studio 1 dan 2 Cube

Sumber: http://www.cubeent.co.kr/ diakses pada 20 Maret 2015

Pada lantai 2, terdapat beberapa studio tari untuk berlatih

koreografi, ruang latihan vokal, dan ruang latihan band untuk artis

Cube Entertainment. Orang yang tidak memiliki keperluan ataupun

bukan merupakan pengurus Cube ini tidak memiliki akses untuk

masuk ke lantai 2.

30

a. Juilliard Art School, New York

Gambar 2.23 Tampak depan dan bangunan Juilliard Art School

Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015

Sekolah ini berada di Licoln Center Performing Arts, New

York City. Entrance berada di jalan 155 W, 65 Street, antara

Broadway dan Amsterdam Avenue. Pada mulanya sekolah ini

dinamakan menurut nama Augustus Juilliard, seorang pedagang

tekstil yang kaya untuk mendirikan The Juilliard school of music

pada tahun 1924. Pada tahun 1926, sekolah ini bergabung dengan

Institute of Musical Art dan menjadi Juilliard School of Music.

Kemudian terdapat penambahan divisi tari pada tahun 1951 dan

Drama pada tahun 1968. Hingga akhirnya nama sekolah diperpendek

menjadi The Juilliard School. Alumni Juilliard telah memenangkan

lebih dari 105 Grammy Awards, 62 Tony Awards, 47 Emmy

Awards, 26 Bessie Awards, 24 Academy Awards, 16 Pulitzer Prizes,

dan 12 National Medals for the Arts.

Sekolah ini merupakan sekolah terkemuka di dunia dan

memiliki fasilitas lengkap dengan beberapa studio musik, tari, dan

teater drama eksperimental maupun teater pertunjukkan. Lokasi

sekolah ini terletak dalam Lincoln Performing Center, sehingga

sekolah ini mampu berkembang pesat dan menarik perhatian

masyarakat luas.

1) Interior Ruang Objek

Fasilitas sekolah ini antara lain:

Main Entrance dan Lobby

31

Bangunan ini memiliki 2 entrance, yaitu entrance utama yang

berhubungan dengan fasilitas teater, sementara entrance di

sisi bangunan untuk sekolah.

Gambar 2.24 Main Entrance Alice Tuly Hall dan Lobby

Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015

Peter Jay Sharp Theater

Tiket box untuk peter hay sharp theater menggunakan lampu

backlit dan dekat dengan area lobby.

Gambar 2.25 Ticket box untuk Peter Jay Sharp Theater

Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015

Kapasitas tempat duduk yaitu 933 orang dengan panggung

selebar 60 ft2. Ruangan ini menampung pertunjukkan opera,

tari, konser, recitals, dan acara khusus bagi juilliard.

Gambar 2.26 Area tunggu dan interior Peter Jay Sharp Theater

Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015

32

Experimental Theater (Black Box Theater)

Gambar 2.27 Interior experimental Theater

Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015

Kapasitas duduk sekitar 100 orang dan didesain dengan

teknologi canggih terbaru yang memungkinkan agar dapat

digunakan bagi ketiga divisi. Juilliard Theater ini akan

menjadi fasilitas pertama yang ditambahkan pada sekolah

sejak dibukanya Recital Hall pada tahun 1990 yang kini

dinamakan Morse Recital Hall pada tahun 2004. Fasilitas ini

menyediakan hampir sekitar 2.000 ft2 untuk space produksi

termasuk pemasangan sistem suara permanen, lantai tari yang

dapat dipindahkan, dan kemampuan proyeksi video. Fasilitas

baru Juilliard yaitu Music Technology Center yang akan

dihubungkan dengan theater ini, sehingga para siswa dapat

menggunakan kemampuan suara yang canggih dari teater ini.

Adanya fasilitas ini, diharapkan para siswa ikut

mengembangkan departemen musik untuk menciptakan suara

baru dari instrumen elektronik. Bentuk teater ini adalah teater

eksperimental, dimana bisa digunakan untuk berbagai fungsi.

Wolfson Orchestral Studio

Studio ini merupakan tempat latihan bersama antara orchestra

dan paduan suara. Ruangan ini sangat memperhatkan akustik

karena bentuk musik orchestra.

33

Gambar 2.28 Interior Orchestra Studio

Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015

Jazz and Music Rehearsal Studio

Merupakan fasilitas berlatih bersama dan pertunjukkan musik

(recital) karena letaknya yang berada di fasad kaca bangunan.

Gambar 2.29 Interior Jazz and Rehearsal Studio

Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015

Instrumental Practice Room

Merupakan studio latihan kecil dan privat.

Gambar 2.30 Instrumental Practice Studio

Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015

Dance Rehearsal Studio

Ini merupakan studio tari regular yang biasa digunakan untuk

tujuan latihan saja. Studio ini bersifat tertutup, artinya

ruangan ini tidak dapat dilihat dari luar.

34

Gambar 2.31 Dance Rehearsal Studio

Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015

Glorya Kauffman Dance Studio

Sementara itu Glorya Kauffman dance studio ini memiliki

sisi yang terbuka menghadap jalan. Tujuannya adalah agar

masyarakat dapat melihat aktivitas latihan dan menjadi

tontonan.

Gambar 2.32 Glorya Kauffman Dance Studio

Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015

Secara keseluruhan, fasilitas di bangunan Juillard ini tertata

dan terencana dengan baik. Selain elemen interior yang

sangat bagus, secara keseluruhan penampilan interiornya juga

sangat modern. masing-masing divisi juga memiliki fasilitas

yang sangat lengkap. Fasilitas ini juga memanfaatkan sumber

sekitarnya dengan baik, seperti view yang mendukung

kegiatan siswa, juga difungsikan secara cerdas untuk menarik

perhatian masyarakat. Dengan pemanfaatan cahaya alami

yang maksimal dan pencahayaan buatan yang kompleks.

Hanya saja fasilitas ini merupakan fasilitas pendidikan

formal, dimana jumlah siswanya banyak dan sistem

kurikulumnya lebih padat. Penataan interior yang menarik,

tanpa mengacuhkan pentingnya kebutuhan standar dan

perlengkapan ruang.

35

b. Kesimpulan Tipologi

Dari ketiga tipologi ini, terlihat bahwa fasilitas kota

Yogyakarta, standar fungsinya sudah cukup baik, terutama untuk

skala pelatihan informal, tetapi elemen estetikanya masih belum

diolah dan masih kalah dari segi teknologinya. Sementara itu,

fasilitas dari luar tersebut memang lebih besar jumlahnya siswa,

pengajar, dan kebutuhan, sebab merupakan sekolah formal dengan

kebutuhan yang kompleks dan teknologinya sudah maju, sehingga

terlihat lebih lengkap. Jika dilihat dari konteks kebutuhan kota

Yogyakarta dan bentuk pelatihan formal, sistem dan fasilitas yang

ada saat ini dapat dijadikan rujukan. Namun, untuk elemen interior,

material seperti akustik, lantai, desain ruang, dan ruangan yang

lainnya, jika mengikuti standar tipologi dari Juilliard School akan

lebih baik.

Dari tipologi ini juga diperoleh karakteristik bagi fasilitas

pelatihan seni yaitu harus mengutamakan elemen teknisnya terlebih

dahulu, baru elemen estetisnya. Dengan adanya hal ini, bukan

berarti bahwa ruangan harus bersifat kaku dan formal, karena

nantinya bangunan ini bersifat informal. Perbedaan lain yang

didapat adalah fasilitas pelatihan formal memiliki pembagian dan

penggolongan ruang yang lebih sedikit, sebab jumlah pemakai

fasilitas lebih banyak dan sistem pengajaran yang lebih besar dan

umum. Sementara untuk fasilitas informal, pembagian ruang lebih

kecil dan banyak karena menampung berbagai macam komunitas

tari modern di Yogyakarta yang lebih berfokus pada masing-

masing komunitas.

36

B. TINJAUAN KOMUNITAS TARI MODERN

1. Pengertian Komunitas

Istilah komunitas berasal dari bahasa latin “communis” yang

artinya sama, kemudian menjadi kata benda “communitas” yang artinya

kesamaan. Komunitas lazim dipergunakan untuk menyebut sebuah

kelompok dimana anggotanya memiliki ketertarikan terhadap terhadap

sesuatu yang sama atau berada dalam habitat yang sama.

Menurut Vanina Delobelle, definisi suatu komunitas adalah group

beberapa orang yang beberapa orang yang berbagi minat yang sama,

yang terbentuk oleh 4 faktor, yaitu:

Komunikasi dan keinginan berbagi (sharing): para anggota salong

menolong satu sama lain.

Tempat yang disepakati bersama untuk bertemu.

Ritual dan kebiasaan: orang-orang datang secara teratur dan periodik.

Influencer: influencer merintis sesuatu hal dan para anggota

selanjutnya ikut terlibat.

2. Pengertian Komunitas Tari Modern

Sejarah komunitas dimulai dimana Amerika Serikat pada tahun

1900-an dan mulai berkembang di indonesia pada tahun 1980-an.

Gerakan tari modernyang merupakan ekspresi diri dari setiap individu

merupakan kunci utama dari setiap teknik yang ada. Sejalan dengan

perkembangan jaman, di Indonesia mulai menjamur di kalangan remaja.

Maka dari itu, beberapa individu mulai membentuk kelompok yang

saling bertukar pikiran dan mengajarkan serta belajar bagaimana tari

modernitu. Kelompok-kelompok tersebut kemudian disebut dengan „kru‟

dan membentuk sekelompok kru dengan teknik dan jenis tari modern

yang mereka minati disebut dengan komunitas. Tari modern pertama kali

mulai berkembang pertama di kota Surabaya dan merambah ke kota

Yogyakarta merupakan kota yang disebut kota budaya. Maka dari itu,

potensi komunitas dan event tari modern di kota Yogyakarta sekarang

37

sangat besar dan menarik minat masyarakat, sehingga peminat tari

modern semakin lama semakin bertambah jumlahnya.

3. Fasilitas Utama untuk Komunitas Tari Modern

a. Studio Tari

Sebuah wadah komunitas tari modern memerlukan tempat berlatih

yang biasanya disebut studio tari. Studio tari terdiri dari dua macam,

yaitu:

1) Studio Tari Tertutup

Studio tertutup harus benar-benar kedap suara, terutama bunyi

yang datang dari studio tari di sebelahnya. Studio tari juga tidak

memerlukan pencahayaan khusus karena di dalam studio tari

terdapat banyak cermin untuk keperluan berlatih gerak tari.

Pencahayaan yang berlebihan akan menimbulkan pemantulan di

dalam ruang studio tari. Terutama karena di dalam studio terdapat

banyak cermin sehingga pemantulan harus diminimalisir.

Ketinggian plafon juga perlu diperhatikan sehingga memiliki ruang

gerak yang memadai untuk bermacam-macam gerakan tari. Luas

ruangan menyesuaikan pada tarian dan jumlah peserta tarinya serta

instruktur yang mengajar. Sirkulasi untuk instruktur sekitar 20%

dari luas ruang.

2) Studio Tari Terbuka

Studio tari terbuka hanya digunakan untuk jenis tari tertentu.

Studio tari terbuka harus lebih memperhatikan kebisisngan. Karena

tidak terdapat elemen-elemen dapat digunakan sebagai penghalang

kebisingan. Sehingga peletakan studio terbuka ini harus di tempat

yang jauh dari kebisingan. Studio terbuka ini dapat juga berfungsi

ganda menjadi ruang pertunjukkan kecil untuk acara-acara tertentu.

38

b. Ruang Pertunjukkan

Ruang pertunjukkan merupakan wadah atau tempat untuk mengadakan

kegiatan atau menyelenggarakan suatu pagelaran, dimana tempat

tersebut harus menyediakan fasilitas keamanan dan kenyamanan bagi

pengunjung. (Christos G, evolusi fasilitas pertunjukkan,

anthanaspulos).

Prinsip-prinsip perancangan gedung pertunjukkan:

1) Organisasi Ruang

Organisasi ruang gedung-gedung pertunjukkan pada umumnya

dibagi dalam tiga bagian:

Bagian penerimaan: pintu masuk, pemesanan karcis, serambi

depan, dan sebagainya.

Auditorium

Bagian panggung: panggung utama, sayap panggung, daerah

belakang panggung, gudang layar pertunjukkan, ruang pakaian,

ruang latihan. Situasi bangunan untuk pertunjukkan umum

harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga penonton dapat

meninggalkan ruang lebih cepat dari waktu ke waktu yang

diperkirakan.

Organisasi ruang dari ruang pertunjukkan harus dirancang dengan

tepat sehingga pemakaiannya dapat optimal.

2) Tempat Duduk

Ukuran tempat duduk bergantung pada jenis kursi dan jarak tempat

duduk yang d2syaratkan. Kursi bergaya tradisional membutuhkan

jarak minimum 84 cm dan lebar 50 cm. Sedangkan ukuran

umumnya di Amerika Serikat adalah 53 cm. Kursi yang bergaya

modern mempunyai ukuran yang bermacam-macam dapt

membutuhkan jarak 140 cm dan lebar 750 cm. Untuk mendapatkan

titik pusat jari-jari deretan tempat duduk yang baik maka perlu

mencoba berbagai posisi penataannya. Jari-jari yang pendek

memungkinkan semua penonton dapat menghadap lurus ke pusat

39

panggung. Tetapi hal ini harus dipertimbangkan agar dapat

memperoleh ruang sirkulasi yang cukup pada bagian sisi kursi-

kursi di sebelah bawah terdepan. Sedangkan layout kursi penonton

berkaitan dengan arah pandang penonton adalah sebagai berikut:

Gambar 2.33 Sudut Pandang Penonton ke Arah Panggung

Sumber: Joseph De Chiara, Time Saver Standard

3) Panggung

Panggung adalah ruang yang umumnya menjadi orientasi utama

dalam sebuah auditorium. Ruangan ini diperuntukkan bagi para

penyaji mengekspresikan materi yang akan disajikan. Dalam hal ini

para penyaji adalah para pemain teater dan pemain

musik/orkestra.Bentuk dan dimensi panggung sangat bermacam-

macam. Antara lain sebagai berikut:

a) Panggung Proscenium

Panggung seperti ini adalah peletakkan panggung yang

konvensional yaitu penonton hanya bisa melihat penampilan

penyaji dari arah depan saja. Komunikasi penonton dan

penyaji menjadi sangat minim. Panggung semacam ini lebih

cocok digunakan unutk model sajian yang membutuhkan

tingkat komunikasi yang tinggi seperti pertunjukkan tari.

b) Panggung Terbuka

Merupakan pengembangan dari panggung proscenium yang

memiliki sebagian area panggung menjorok ke arah penonton

sehingga memungkinkan penonton bagian depan untuk

menyaksikan penyaji dari arah samping seperti peragaan

busana. Komunikasi yang terjalin akan lebih baik.

c) Panggung Arena

Panggung yang terletak di tengah-tengah penonton, sehingga

penonton dapat berada di depan, samping, belakang.

40

Komunikasi penonoton dan penyaji akan terjalin dengan

sangat baik. Panggung arena sangat cocok untuk penampilan

kelompok musik beraliran remaja (group band).

d) Panggung Etended

Merupakan pengembangan dari panggung proscenium ke arah

samping kiri dan kanan. Bagian pelebaran panggung ini

dibatasi dengan dinding samping, sehingga penonton dapat

menyaksikan penyaji dari arah samping. Bentuk panggung

semacam ini sangat cocok digunakan untuk sajian acara yang

terdiri dari beberapa bagian pertunjukkan seperti

penganugerahan penghargaan. Masing-masing bagian sajian

tersebut dapat menempati sisi panggung yang berbeda,

sehingga persiapan set masing-masing sisi panggung tidak

saling mengganggu.

4) Ruang Persiapan Pertunjukkan (backstage)

Backstage pada umumnya berbentuk selasar, ruang pelatihan

pentas, ruang ganti, ruang rias, toilet, serta ruang-ruang penunjang

yang lain seperti ruang proyeksi dan ruang penyimpanan properti.

Ruang persiapan dari suatu area pertunjukkan harus memenuhi

standar tertentu. Fasilitas ruang tersebut adalah:

Ruang Kostum

Berfungsi sebagai ruang penyimpanan dan peletakan kostum

agar memudahkan penari memilih kostum yang akan dipakai.

Ruang Ganti

Ruang ganti pada ruang pertunjukkan dibutuhkan ruang untuk

pria dan wanita beserta toiletnya dan memerlukan ukuran yang

cukup luas karena keberagaman kostum yang memiliki tingkat

kesulitan cukup tinggi dalam penggunaannya.

41

Ruang Rias

Beberapa tuntutan untuk studio rias antara lain adalah

terdapatnya lampu pijar di samping cermin pada setiap meja

rias. Sehingga riasan pada wajah dapat terlihat maksimal.

Ruang Pendukung

Ruang pendukung dapat terdiri dari ruang tunggu/istirahat bagi

para pemain dan toilet.

c. Archade

Archade adalah suatu tempat jual beli suatu barang dimana menjual

barang-barang khusus untuk mendukung suatu bangunan dengan

luas are yang tidak terlalu besar (Delbert J. Duncan dan Stanley D.

Holander, 1977). Maka dari itu, biasanya Archade memiliki desain

interior yang ergonomis supaya para pengunjung lebih nyaman

melakukan aktivitas belanja dengan mudah.

C. TINJAUAN AKUSTIKA RUANG

Akustik diartikan sebagai sesuatu yang terkait dengan bunyi atau

suara, sebagaimana pendapat Shadily (1987:8) bahwa akustik berasal dari

kata dalam bahasa Inggris acoustics, yang berarti ilmu suara atau ilmu bunyi

(Halme, 1991:12). Sehingga Akustik ruang terdefinisi sebagai bentuk dan

bahan dalam suatu ruangan yang terkait dengan perubahan bunyi atau suara

yang terjadi. Akustik sendiri berarti gejala perubahan suara karena sifat

pantul benda atau objek pasif dari alam. Akustik ruang sangat berpengaruh

dalam reproduksi suara (Joko Sarwono, 2009).

Dalam akustika, terdapat prinsip-prinsip akustika pada ruangan yaitu

akustika luar ruangan dan akustika dalam ruangan serta penerapan terhadap

bangunan auditorium dan studio tari.

1. Akustika Luar Ruangan

Permasalahan kebisingan di negara beriklim hangat-lembab juga

bertambah rumit sehubungan adanya kepentingan desain bangunan yang

42

saling berlawanan. Di satu sisi, bangunan harus lebih banyak

memanfaatkan elemen terbuka (seperti jendela dan angin-angin) untuk

mendapatkan ventilasi alami yang baik. Sedangkan di sisi lain, banyaknya

elemen terbuka akan menyebabkan kebisingan yang muncul di jalan lebih

mudah memasuki bangunan.

a. Reduksi Kebisingan Secara Alami

1) Jarak

Semakin jauhnya jarak telinga terhadap sumber kebisingan,

maka semakin lemahlah bunyi yang diterimanya. Reduksi

kebisingan akibat jarak akan berbeda besarnya antara sumber

kebisingan tunggal atau majemuk.

2) Serapan Udara

Udara di sekitar kita yang menjadi medium perambatan

gelombang bunyi, sesungguhnya mampu menyerap sebagian

kecil kekuatan gelombang bunyi yang melewatinya. Kemampuan

serapan udara tersebut bergantung pada suhu dan

kelembabannya. Serapan yang lebih besar akan terjadi pada

udara bersuhu rendah dibandingkan dengan udara bersuhu tinggi.

Serapan juga terjadi lebih baik pada udara dengan kelembaban

relatif rendah, dibandingkan pada udara dengan kelembaban

relatif tinggi.

3) Angin

Pengaruh angin dalam mengurangi kekuatan bunyi adalah

fenomena yang belum dapat dipahami sepenuhnya. Hal ini sangat

dipengaruhi oleh kecepatan dan arah angin. Pada kondisi angin

bertiup dari sumber bunyi menuju suatu titik, maka titik tersebut

akan menerima bunyi dengan lebih cepat, dan dalam kekuatan

yang cukup besar, begitu juga sebaliknya.

4) Permukaan Tanah

Permukaan bumi yang masih dibiarkan sebagaimana

adanya, seperti tertutup tanah atau rerumputan adalah permukaan

43

yang lunak. Apabila bunyi merambat dari sumber ke suatu titik

melalui permukaan lunak semacam ini, permukaan tersebut akan

cukup signifikan menyerap bunyi yang merambat, sehingga

bunyi yang diterima titik tersebut akan melemah kekuatannya.

Adapun permukaan bumi yang keras, seperti jalan yang dilapis

aspal atau taman yng ditutup paving-block akan memberikan

efek sebaliknya. Hal ini terjadi karena permukaan keras tersebut

tidak menyerap gelombang bunyi yang merambat tetapi justru

memantulkannya, sehingga bunyi yang sampai ke suatu titik pada

jarak tertentu dari sumber bunyi dapat menjadi lebih kuat.

Gambar 2.34 Kondisi permukaan bumi yang rata atau berbukit yang

memungkinkan terjadinya reduksi oleh penghalang secara alamiah

Sumber: Akustika Bangunan, 2005:61

5) Halangan

Reduksi bunyi akibat adanya objek penghalang dapat

dibedakan menjadi dua yaitu halangan yang terjadi secara

alamiah dan halangan buatan. Halangan alamiah terjadi ketika di

antara sumber bunyi dan suatu titik berdiri penghalang yang tidak

dengan sengaja dibangun oleh manusia, seperti kontur alam yang

membentuk bukit dan lembah. Adapun penghalang yang secara

sengaja dibangun oleh manusia bisa berupa pagar, tembok, dan

lain sebagainya.

44

Penanggulangan kebisingan akan sangat efektif bila

dilakukan secara menyeluruh. Artinya kita tidak hanya

memperhatikan elemen-elemen yang menempel atau berada pada

bangunan, namun juga merancang ruang luar yang mampu

menahan atau setidaknya mengurangi masuknya kebisingan dari

jalan ke lahan bangunan yang dimaksud. Adapun langkah-

langkah perancangan akustik luar ruangan yang dapat ditempuh

adalah:

Menciptakan jarak sejauh mungkin antara dinding muka

bangunan dengan jalan pada lahan yang tersedia melalui

siasat penataan (layout) bangunan.

Menempatkan elemen terbuka tidak secara langsung

menghadap ke jalan.

Mendirikan penghalang untuk menahan atau mengurangi

merambatnya kebisingan dari jalan ke lahan bangunan.

Memilih material dinding muka bangunan dengan kombinasi

elemen desain yang memberikan nilai insulasi tinggi.

6) Menata Layout Bangunan

Ketika kebutuhan akan luasan bangunan masih dapat

menyisakan lahan terbuka yang luas, maka pemilihan layout

bangunan tidak memberikan pengaruh yang berarti. Sebab pada

lahan yang luas, bangunan dapat dengan leluasa diletakkan jauh

di bagian belakang, menjauhi sumber kebisingan. Penataan

layout sangat penting dilakukan pada bangunan dengan luas

lahan terbatas. Pada pemilihan layout bangunan untuk

mengurangi kebisingan, langkah pertamanya adalah

pengelompokkan ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan,

terpisah dari ruang-ruang yang justru menghasilkan kebisingan.

45

Gambar 2.35 Layout bangunan yang memungkinkan terbentuknya ruang-ruang (ruang

B) yang jauh dari kebisingan untuk ruang privat, sementara ruang A yang lebih dekat

dengan kebisingan dapat difungsikan sebagai ruang publik

Sumber: Akustika Bangunan, 2005:63

Layout bangunan tunggal berbentuk “L” atau “U” akan

memungkinkan pengelompokan ruang semacam gambar tersebut.

Layout “L” lebih cocok diterapkan pada bangunan domestik

dengan luasan kecil. Layout “U” cocok untuk bangunan publik

yang luas.

7) Penghalang Buatan

Penghalang buatan (disebut juga sound barrier atau

barrier) dapat pula menjadi pilihan ketika pengurangan

kebisingan melalui pemilihan layout bangunan tidak memberikan

reduksi maksimal. Agar dapat membangun barrier secara tepat,

beberapa faktor harus kita perhatikan, di antaranya: perletakaan

atau posisi, dimensi atau ukuran barrier, pemilihan material, dan

estetika.

Posisi atau peletakan

Pada permukaan bumi yang berkontur tajam, dalam kasus di

mana keberadaan bangunan lebih rendah dari jalan dan

berada di balik bukit, di manapun barrier diletakkan, akan

tercapai hasil yang maksimal. Sedangkan pada keadaan di

mana lahan bangunan lebih tinggi dari jalan (setidaknya ada

selisih 1 m), ketinggian barrier menjadi faktor yang lebih

penting dibandingkan faktor posisi. Sayangnya kondisi tanah

46

berkontur semacam ini tidak banyak dijumpai di kota besar,

sehingga posisi barrier menjadi sangat penting.

Gambar 2.36 Posisi barrier yang sedekat mungkin pada sumber atau pendengar

akan memberikan efek reduksi kebisingan maksimal, sebaliknya posisi barrier

yang berada di tengah-tengah tidak akan berfungsi efektif

Sumber: Akustika Bangunan, 2005:64

Pada situasi di mana ketinggian permukaan jalan dan lahan

bangunan hampir sama, peletakan barrier sejauh mungkin

dari bangunan akan memberikan hasil yang maksimal. Bila

kondisi ini tidak dapat diterapkan akibat keterbatasan lahan,

maka diusahakan agar barrier dibangun sedekat mungkin ke

dinding muka bangunan. Untuk kondisi yang kedua kita

memerlukan ketinggian barrier yang melebihi ketinggian

dinding bangunan agar kebisingan yang terdefraksi dari ujung

atas barrier tidak masuk ke dalam bangunan. Bila sekiranya

diperlukan taman atau ruang terbuka, peletakan elemen ini

pada bagian belakang bangunan akan lebih ideal. Penempatan

taman pada bagian depan lahan sangat mungkin justru

menciptakan jarak yang sama antara barrier dengan sumber

bising dan barrier dengan bangunan.

Dimensi

Ketika menggunakan barrier yang lebih dekat ke arah

bangunan daripada ke arah jalan, dapat dipastikan dibutuhkan

47

ketinggian barrier yang melebihi dinding depan bangunan.

Sementara itu, pada keadaan yang memungkinkan ketinggian

barrier lebih rendah dari dinding, perlu kiranya dihitung

ketinggian yang tepat, sehingga diperoleh reduksi yang

dikehendaki. Penghitungan ketinggian barrier yang tepat

diharapkan dapat menjadi solusi bagi masalah kebisingan

sekaligus memungkinkan aliran udara yang sangat diperlukan

oleh bangunan di negara tropis lembab. Dimensi barrier

terdiri dari panjang (atau lebar) dan tinggi. Untuk

memperoleh hasil yang maksimal, usahakan agar barrier

dibangun sepanjang lebar lahan bagian depan yang

berhubungan langsung dengan jalan. Pintu atau gerbang

untuk akses dapat diletakkan berhadapan dengan ruangan

yang tidak membutuhkan ketenangan secara signifikan,

misalnya di antara dua lengan pada layout “U” atau

berhadapan dengan lengan sejajar jalan pada layout “L”.

Material

Mengingat sifat gelombang bunyi yang mampu menembus

celah atau retakan yang sangat kecil serta mampu

menggetarkan objek-objek, maka pemakaian bahan yang

berat, tebal, dan masif (tanpa cacat serta homogen) yang

dipasang secara rigid, kokoh, dan permanen sangatlah

disarankan.

Estetika

Secara akustik, faktor estetika adalah faktor yang tidak

mendapatkan perhatian dengan serius. Namun secara

arsitektur, faktor ini penting diperhatikan agar barrier yang

dibangun tidak menutupi fasad atau tampak depan bangunan

dengan terlalu ekstrim. Hal ini patut mendapatkan perhatian

yang serius terutama karena barrier yang efektif harus

memenuhi persyaratan tebal-berat-masif yang dapat

48

dikategorikan sebagai elemen yang mengganggu fasad.

Berikut beberapa gambar yang menunjukkan pemakaian

barrier yang memenuhi persyaratan akustik dan memberikan

tampilan yang cukup baik.

Gambar 2.37 Sketsa barrier yang menggunakan gorong-gorong (bius) kecil,

ditanami tumbuhan merambat, memberikan tampilan yang unik sekaligus

memenuhi standar sebuah sound barrier

Sumber: Akustika Bangunan, 2005:74

2. Akustika Dalam Ruangan

Pada tempat terbuka yang bebas halangan (free sound field) bunyi

yang dihasilkan oleh suatu sumber bunyi akan merambat ke segala arah.

a. Refleksi

Refleksi atau pemantulan bunyi oleh suatu objek penghalang

atau bidang batas disebabkan oleh karakteristik penghalang yang

memungkinkan terjadinya pemantulan. Secara umum kita mengenal

persamaan sudut datang = sudut pantul (terhadap garis normal).

Pemantulan yang umumnya terjadi dapat digambarkan

sebagai:

Near Field, yaitu area yang terjadi di dekat sumber bunyi, yang

jaraknya diukur sekitar satu panjang gelombang dari frekuensi

bunyi tersebut, atau bila sumbernya mengeluarkan bunyi multi

frekuensi, jaraknya diukur satu panjang gelombang dari bunyi

pada frekuensi terendah.

49

Reverberant Field, yaitu area yang terjadi di dekat bidang batas,

berseberangan engan sumber bunyi. Mendekati bidang batas

yang besar dan sangat memantul, reverberant field akan sangat

dominan dan dapat mendekati kondisi difus. Meskipun sengaja

dirancang memantulkan bunyi, untuk mendistribusikan bunyi

secara merata, sebuah ruangan yang baik adalah ruangan yang

jauh dari kondisi difus.

Free Field, yaitu area yang berada di antara near dan reverberant

filed. Titik-titik pada area ini, cukup baik untuk dipakai

mengukur tingkat kekerasan bunyi. Pada ruangan amat sempit

yang bidang batasnya memantulkan bunyi, free field ini tidak

terbentuk.

Gambar 2.38 Skematik perambatan suara dalam ruang tertutup

(a. Denah dan b. Potongan)

Sumber: Akustika Bangunan, 2005:78

Gambar 2.39 Lorong sempit/koridor semestinya disusun dari bahan

yang memiliki penyerapan baik, sehingga tidak terjadi flutter echoes

Sumber: Akustika Bangunan, 2005:79

50

Gambar 2.40 Panel-panel dengan permukaannya yang mampu menyerap dan

memantulkan secara difus untuk mengatasi flutter echoes

(perspertif dan tampak depan)

Sumber: Akustika Bangunan, 2005:79

Pemantulan yang terjadi bisa berupa pemantulan yang

tersebar (bila mengenai bidang batas mendatar atau bidang batas

cembung) dan bisa juga pemantulan terfokus (bila mengenai bidang

batas cekung).

Gambar 2.41 Pemantulan yang terjadi pada bidang batas cembung, datar, dan cekung

Sumber: Akustika Bangunan, 2005:80

b. Absorpsi

Sesuai dengan karakteristik materialnya, sebuah bidang batas

selain dapat memantulkan kembali gelombang bunyi yang datang,

juga dapat menyerap gelombang bunyi. Penyerapan ini akan

mengakibatkan berkurang atau menurunnya energi bunyi yang

menimpa bidang batas tersebut. Penyerapan oleh elemen pembatas

ruangan sangat bermanfaat untuk mengurangi tingkat kekuatan bunyi

yang terjadi, sehingga dapat mengurangi kebisingan di dalam ruang.

Adapun jenis-jenis absorber yang umumnya dijumpai adalah:

51

1) Material Berpori

Penyerap yang terbuat dari material berpori bermanfaat untuk

menyerap bunyi yang berfrekuensi tinggi, sebab pori-porinya

kecil sesuai dengan besaran panjang gelombang bunyi yang

datang.

2) Panel Penyerap

Penyerap ini terbuat dari lembaran-lembaran atau papan tipis

yang mungkin saja tidak memiliki permukaan berpori. Panel

semacam ini cocok untuk menyerap bunyi yang berfrekuensi

rendah.

3) Rongga Penyerap (cavity absorber)

Penyerap semacam ini disebut juga Helmholtz resonator, sesuai

dengan nama penemunya. Rongga penyerap bermanfaat untuk

menyerap bunyi pada frekuensi khusus yang telah diketahui

sebelumnya.

Gambar 2.42 Panel dengan rongga yang berfungsi menyerap bunyi berfrekuensi rendah

Sumber: Akustika Bangunan, 2005:85

52

D. TINJAUAN ARSITEKTUR METAFORA

1. Pemahaman Arsitektur Metafora

Keindahan ekspresi timbul dari pengalaman dan dalam arsitektur,

pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman melihat atau mengamati.

Oleh karena itu, yang dapat dilihat adalah bentuk. Maka dalam arsitektur,

media untuk mendapatkan keindahan arsitektur adalah bentuk bangunan.

Menurut Jenks, awalnya seni bangunan mengalami suatu

penganalogian bentuk,berkembang karena kejenuhan terhadap arsitektur

modern. Analogi metafora berkembang bersamaan terjadinya arsitektur

post modern yang merupakan bentuk bangunan dengan prinsip skalatis,

serba terukur sesuai kebutuhan manusia, dan kurang beradaptasi dengan

lingkungan alamnya.

Dalam sebuah buku Architecture as Metaphor, dijelaskan bahwa

“Architecture in other words is a form of communication, and this

communication is conditional to take place without coomon rules

because it takes place with the other.” Yang berarti bahwa arsitektur

dapat dipahami sebagai suatu bentuk komunikasi yang selalu terkait

dengan hal-hal lain di luar dirinya. Sebagai suatu bentuk komunikasi,

arsitektur sering dikaitkan dengan suatu sistem bahasa. Dengan

pemahaman bahwa arsitektur sering sekali dipahami sebagai suatu sistem

bahasa yang menyampaikan makna tertentu, maka metafora menjadi

suatu hal yang sering dipakai sebagai pendekatan mendesain arsitektur,

terutama dalam proses menemukan bentuk geometrinya.

Pendekatan metafora dalam mendesain biasanya dilakukan dengan

analogi. Dalam mencari bentuk arsitektur ketika merancang, tidak jarang

bentuk analogi sebuah benda digunakan untuk diterjemahkan ke dalam

arsitektur. Dengan melakukan ini, kita seolah memindahkan karakter

pada benda yang sebelumnya ke dalam arsitektur, sehingga bentuk

arsitektur yang muncul adalah penggambaran dari karakteristik tersebut.

Metode ini dilakukan dengan mengambil suatu makna tertentu yang akan

„dibawa‟ oleh suatu bentuk arsitektur. Seringkali kemudian, bentuk

53

arsitektural yang muncul melambangkan makna yang dikenakan

padanya. Dengan melalui proses ini, metafora seolah memindahkan

karakter pada benda yang sebelumnya ke dalam arsitektur, sehingga

bentuk arsitektur yang muncul adalah penggambaran dari karakteristik

tersebut.

Dengan pengalaman mengamati, Memasuki, dan menempati, kita

dapat merasakan sikap batin arsitek. Karakter merupakan perwujudan

antara ekspresi dan fungsi. Karakter merupakan aspek utama merancang

yang bersifat menyeluruh setiap keputusan desain. Tema berkaitan erat

dengan karakter. Aspek teknik menyangkut pemenuhan syarat, fungsi,

dan struktur adalah karakter, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Karakter arsitektur yang khas akan menentukan eksistensi

arsitektur sebagai lingkungan buatan di antara lingkungan fisik dan

budaya.

Menurut Anthony C. Antoniades, 1990 dalam ”Poethic of

Architecture”, suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut

sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang

lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Dengan kata lain

menerangkan suatu subyek dengan subyek lain, mencoba untuk melihat

suatu subyek sebagai suatu yang lain.

Terdapat tiga kategori dari metafora menurut Anthony C.

Antoniades yaitu:

a. Intangible Metaphor (metafora abstrak)

Ide pemberangkat metaforik berasal dari sebuah konsep yang

abstrak, yang tidak dapat dilihat dan hanya dapat dirasakan.

Termasuk dalam metafora abstrak misalnya suatu konsep, sebuah

ide, sifat manusia atau kualitas obyek, seperti individual, komunitas,

alami, tradisi, dan budaya).

b. Tangible Metaphors (metafora konkrit)

Ide pemberangkat metaforanya berasal dari karakter material atau

visual obyek yang konkrit dan dapat dilihat sekaligus dirasakan,

54

contohnya menara yang seperti tongkat, rumah seperti istana, dan

atap seperti perahu.

c. Combined Metaphors (metafora kombinasi antara keduanya)

Konsep abstrak dan karakter materi atau visual obyek bergabung

sebagai ide pemberangkatan kreasi arsitektural. Karakter visualnya

dapat menjadi alasan untuk menilai sifat-sifat, kualitas, dan karakter

wadah visual.

Kegunaan arsitektur metafora sebagai cara atau metode perwujudan

kreativitas arsitektural, yakni untuk memungkinkan melihat suatu karya

arsitektur dari sudut pandang lain, mempengaruhi untuk timbulnya

berbagai intrepetasi pengamat, mempengaruhi pengertian yang

sebelumnya dianggap belum dimengerti atau belum ada pengertiannya,

dan dapat menghasilkan arsitektural yang lebih ekspresif.

2. Analogi Bentuk Metafora

Meski banyak definisi tentang metafora, umumnya metafora dapat

didekatkan dengan pengertian berikut. Pertama, metafora ialah teknik

untuk mentransfer subjek atau deskripsi sesuatu menjadi sesuatu yang

lain, bisa keseluruhan atau sebagian saja dari unsur-unsurnya. Dalam hal

ini metafora berupaya untuk menemukan unsur-unsur dari suatu subjek,

kemudian ditransfer ke unsur-unsur subjek yang lain. Kedua, metafora

berupaya untuk melihat subjek sebagai atau menjadi suatu subjek yang

lain. Pendek kata, metafora berarti suatu analogi. Ketiga, metafora juga

merupakan usaha untuk mempertukarkan fokus tertentu pada suatu

subjek kepada subjek yang lain, berdasarkan suatu hasil penelitian atau

penemuan tertentu.

Dari pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa analogi dalam

metafora digunakan untuk mengkomunikasikan bentuk yang

dimetaforakan/dibandingkan. Menurut Goffrey Broadbent, bentuk

penganalogian metafora dalam arsitektur terbagi menjadi 4 macam, yaitu:

55

a. Analogi Romantik, ciri pokoknya bersifat mengembang dan

mendatangkan tanggapan emosional dalam diri pengamat. Analogi

romantik dilakukan melalui pernyataan yang dilebih-lebihkan dan

melakukan asosiasi rujukan pada alam, melalui bentuk rona, proses

alami, tempat eksotis, dan bentuk primitif lainnya.

b. Analogi Lingustik, menyampaikan informasi pandangan suatu

bangunan dengan salah satu cara yaitu melalui metode tata bahasa,

ekspresionis, dan semiotik. Melalui metode tata bahasa, arsitektur

dianggap terdiri dari unsur kata yang ditata menurut aturan tata

bahasa dan sinteksis, memungkinkan masyarakat dalam kebudayaan

tertentu cepat memahami dan menaksir apa yang disampaikan

bangunan. Dengan metode ekspresionis, bangunan dianggap sebagai

wahana arsitek mengungkapkan sikapnya terhadap proyek bangunan.

Sedang metode semiotik merupakan bentuk penafsiran yang

menggunakan tanda-tanda pada sebuah karya arsitektur, yang

merupakan tanda penyampaian informasi mengenai bangunan

sebenarnya, fungsi, dan tujuan keberadaannya.

c. Analogi Benda Hidup, menjelaskan bahwa arsitektur dari teori alam

menciptakan suatu bentuk dan fungsi bangunan. Suatu objek melihat

bentuk dari gejala alam, misal makhluk hidup. Seperti sarang laba-

laba yang mengilhami bentuk struktur kabel, kulit telur yang menjadi

landasan awal struktur shell, dan akar pohon yang menimbulkan

pemahaman bangunan tidak mampu berdiri tanpa pondasi.

d. Analogi Benda Mati, menjelaskan bahwa perbandingan pada bentuk

arsitektur tidak harus selalu berwujud benda hidup, misalnya folded

plate yang diilhami dari lipatan kertas alas obat nyamuk bakar, atau

tenda yang dapat menginspirasi struktur membran roof dan struktur

tensile.

56

3. Contoh Bangunan Berarsitektur Metafora

a. Intangible Metaphor (metafora abstrak)

Gambar 2.43 Nagoya City Art Museum

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Nagoya_City_Science_Museum

diakses pada 14 Desember 2015

Contoh bangunan Nagoya City Art Museum. Keabstrakan

metafora tampak pada unsur sejarah dan budaya yang teraplikasi

melalui bentuk ruang yang diciptakan antara alam dan buatan, masa

lalu dan masa depan. Fungsi bangunan merupakan museum,

sehingga pendekatan arsitektur yang digunakan oleh sang arsitek

yaitu metafora abstrak yang berusaha menampakkan sejarah dan

budaya di dalamnya.

b. Tangible Metaphors (metafora konkrit)

Gambar 2.44 Stasiun TGV

Sumber: http://www.girinarasoma.com/memahami-metafora-arsitektur/

diakses pada 14 Desember 2015

Contoh bangunan Stasiun TGV. Kiasan objek benda nyata

teraplikasi pada bangunan melalui bentuk seekor burung. Bagian

depan bangunan diolah runcing menyerupai paruh, dan sisinya

diolah menyerupai sayap burung. Fungsi bangunan tersebut adalah

stasiun TV. Pendekatan seekor burung dipilih karena filosofi atas

57

fungsi bangunan sebagai stasiun udara, sehingga bentuk burung

dipilih menjadi cerminan bahwa bangunan diharapkan akan terus

mengudara seperti burung.

c. Combined Metaphors (metafora kombinasi antara keduanya)

Gambar 2.45 E.X Plaza Indonesia dilihat dari depan (kiri) dan dilihat dari atas (kanan)

Sumber: www.skyscrapercity.com dan bipedsopen.binus-event.com

diakses pada 14 Desember 2015

Konsep abstrak dan karakter materi atau visual obyek

bergabung sebagai ide pemberangkatan kreasi arsitektural. Karakter

visualnya dapat menajdi alasan untuk menilai sifat-sifat, kualitas,

dan karakter wadah visualnya.

Metafora kombinasi dapat dilihat pada E.X Plaza Indonesia

karya Budiman Hendropurnomo. Dalam buku “Indonesian

Architecture Now”, Imelda Akmal menulis bahwa gubahan massa

E.X yang terdiri atas lima buah kotak dengan posisi miring adalah

hasil ekspresi dari gaya kinetik mobil-mobil yang sedang bergerak

dengan kecepatan tingi dan merespon gaya sentrifugal dari bundaran

Hotel Indonesia yang padat. Kolom-kolom penyangga diibaratkan

dengan ban-ban mobil, sedangkan beberapa lapis dinding

melengkung sebagai kiasan garis-garis ban yang menggesek aspal.

Dari konsep-konsep tersebut, gaya kinetik merupakan sebuah obyek

yang abstrak.

4. Kesimpulan Arsitektur Metafora yang Akan Digunakan

Teori arsitektur metafora yang akan digunakan adalah teori dalam

sebuah buku Architecture as Metaphor, dijelaskan bahwa “Architecture

58

in other words is a form of communication, and this communication is

conditional to take place without coomon rules because it takes place

with the other.” Yang berarti bahwa arsitektur dapat dipahami sebagai

suatu bentuk komunikasi yang selalu terkait dengan hal-hal lain di luar

dirinya. Sebagai suatu bentuk komunikasi, arsitektur sering dikaitkan

dengan suatu sistem bahasa. Dengan pemahaman bahwa arsitektur sering

sekali dipahami sebagai suatu sistem bahasa yang menyampaikan makna

tertentu, maka metafora menjadi suatu hal yang sering dipakai sebagai

pendekatan mendesain arsitektur, terutama dalam proses menemukan

bentuk geometrinya.

Pendekatan metafora dalam mendesain biasanya dilakukan dengan

analogi. Dengan melakukan ini, kita seolah memindahkan karakter pada

benda yang sebelumnya ke dalam arsitektur, sehingga bentuk arsitektur

yang muncul adalah penggambaran dari karakteristik tersebut. Metode ini

dilakukan dengan mengambil suatu makna tertentu yang akan „dibawa‟

oleh suatu bentuk arsitektur. Dengan melalui proses ini, metafora seolah

memindahkan karakter pada benda yang sebelumnya ke dalam arsitektur,

sehingga bentuk arsitektur yang muncul adalah penggambaran dari

karakteristik tersebut.

Dengan pengalaman mengamati, Memasuki, dan menempati, kita

dapat merasakan sikap batin arsitek. Karakter merupakan perwujudan

antara ekspresi dan fungsi. Karakter merupakan aspek utama merancang

yang bersifat menyeluruh setiap keputusan desain. Tema berkaitan erat

dengan karakter. Aspek teknik menyangkut pemenuhan syarat, fungsi,

dan struktur adalah karakter, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Karakter arsitektur yang khas akan menentukan eksistensi

arsitektur sebagai lingkungan buatan di antara lingkungan fisik dan

budaya.

59

E. TINJAUAN KARAKTER TARI MODERN

1. Karakter Dinamis Dalam Tari Modern

Arti kata dinamis adalah bergerak, tidak statis, tidak monoton.

Dalam tarian diwujudkan dalam rangkaian gerak tarian yang terdiri dari

berbagai macam gerakann unik, menarik, dan mengalami banyak

perubahan gerak namun tetap harmonis, sehingga membentuk suatu

rangkaian tari yang tidak monoton.

Dalam tarian, dinamis dapat dilihat dari pergerakan penari ke bawah

ke atas dan ke depan ke belakang menggambarkan gerak tari yang selalu

bergerak dan tidak hanya bergeser saja. Pergerakan penari seperti berputar

atau meliuk-liuk juga dapat memberikan kesan yang berbeda-beda.

Kedinamisan tersebut tidak selalu ditunjukkan pada setiap bagian tari dari

awal sampai akhir. Namun dapat juga disajikan hanya pada bagian tertentu

dari keseluruhan rangkaian tari.

Selain arah hadap penari, gerakan penari yang menciptakan suatu

bentuk seperti zigzag, lingkaran, berjajar diagonal ataupun lurus, atau

membentuk formasi tertentu. Keberagaman formasi ini ditunjukkan ketika

tari modern dilakukan secara berkelompok.

2. Karakter Estetis Dalam Tari Modern

Arti kata estetis menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah

berkenaan dengan keindahan alam, seni, sastra, dan sebagainya;

mempunyai pandangan serta penilaian terhadap keindahan.

Nilai-nilai estetis/keindahan adalah sesuatu yang subjektif dan tidak

tetap. Nilai-nilai ini akan terus berubah dan berganti sebagai respon

terhadap semangat zaman. Sesuatu yang dianggap indah pada suatu

generasi, belum tentu dianggap indah oleh generasi lainnya. Sifat subjektif

ini disebabkan oleh adanya cara pandang yang berbeda-beda dari tiap

individu dalam mempersepsi keindahan. Terkadang bisa juga tergantung

oleh kepentingan tertentu, misalnya kepentingan budaya atau kepentingan

politis.

60

Salah satu pernyataan mengenai estetika dirumuskan oleh Clive Bell,

"keindahan hanya dapat ditemukan oleh orang yang dalam dirinya sendiri

telah memiliki pengalaman sehingga dapat mengenali wujud bermakna

dalam satu benda atau karya seni tertentu dengan getaran atau rangsangan

keindahan".

Pada tari modern, penghayatan irama bisa diikuti melalui gerakan

tubuh yang meliuk-liuk secara cepat atau lambat seiring dengan irama

musik. Tubuh penari lewat gerak tubuh bisa menimbulkan sensasi yang

berlebihan bagi penontonnya. Keindahan irama hanya bisa dilahirkan oleh

kemampuan individu.

Arti kata estetis yang lain adalah sesuatu yang dapat terlihat indah

karena dibalik sebuah karya tersimpan makna yang mendalam. Makna

inilah yang sangat nampak pada tari modern karena pada tari modern ini

menyajikan berbagai macam ekspresi yang berbeda (seperti sedih, senang,

dan marah) sekaligus dalam satu tubuh. Ini menunjukkan bahwa

sesungguhnya seseorang memiliki berbagai macam ekspresi dalam

hidupnya. Selain itu, tari modern tidak sedikit yang menggunakan topeng.

Topeng ini digunakan sebagai pengganti aktivitas “manipulasi” seseorang

di balik ekspresi yang diperlihatkan.

Nilai estetis tersebut juga ditunjukkan melalui perpindahan anggota

tubuh dari suatu titik ke titik yang lain. Perpindahan ini dilakukan baik

secara perlahan maupun secara cepat. Cara perpindahan ini menghasilkan

irama yang memiliki makna tersendiri. Karakter estetis adalah sesuatu

yang abstrak atau tidak dapat dilihat secara langsung dan sekilas. Estetika

dalam arsitektur dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang berkaitan

dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang, tetapi rasa keindahan

tersebut baru akan dirasakan apabila terjalin perpaduan yang harmonis dari

elemen-elemen keindahan yang terkandung pada suatu obyek.

Dalam teori Total Design seperti yang dikenalkan oleh Stuart Pugh

(1966) disebutkan bahwa dari sekian banyak persyaratan yang harus

diperhitungkan, maka faktor estetika termasuk dimensi yang dianggap

61

penting dan dapat menarik konsumen karena mampu memenuhi selera dan

kepuasan konsumen. Pencarian karya estetik adalah suatu usaha dalam

rangka membentuk komunikasi perasaan yang mampu memberi kepuasan

dan kenyamanan lewat keindahan.

3. Karakter Kekontrasan Dalam Tari Modern

Sebuah kekontrasan seringkali ditunjukkan melalui sesuatu yang

berubah secara signifikan dan secara tiba-tiba. Perubahan ini dapat berupa

perubahan bentuk, warna, gerak, ataupun perubahan-perubahan yang lain.

Pada tari modern, perubahan nampak pada perubahan gerak dan raut

wajah. Perubahan raut wajah ini dapat disajikan melalui perubahan

ekspresi wajah atau perubahan properti.