BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB...

34
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow atau yang di sebut Hierarki kebutuhan dasar manusia ada lima tngkat kebutuhan dasar, yaitu : a. Kebutuhan fisiologis (Physiological Needs) Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan kebutuhan lainnya. Adapun macam-macam kebutuhan dasar fisiologis menurut hierarki maslow adalah kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan, kebutuhan eliminasi urine dan alvi, kebutuhan istirahat tidur, kebutuhan aktivitas, kebutuhan kesehatan temperatur tubuh dan kebutuhan seksual. b. Kebutuhan keselamatan dan keamanan ( Self Security Needs) Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan dan infeksi. Bebas dari rasa takut dan kecemasan, bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing. c. Kebutuhan Mencintai Dan Dicintai (Love and Belongingness Needs) Kebutuhan rasa cinta adalah kebutuhan saling memiliki dan dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan,

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar

1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow atau yang di

sebut Hierarki kebutuhan dasar manusia ada lima tngkat kebutuhan dasar,

yaitu :

a. Kebutuhan fisiologis (Physiological Needs)

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam

hierarki maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa

kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi

kebutuhan fisiologisnya dibandingkan kebutuhan lainnya. Adapun

macam-macam kebutuhan dasar fisiologis menurut hierarki

maslow adalah kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan

cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan, kebutuhan eliminasi

urine dan alvi, kebutuhan istirahat tidur, kebutuhan aktivitas,

kebutuhan kesehatan temperatur tubuh dan kebutuhan seksual.

b. Kebutuhan keselamatan dan keamanan ( Self Security Needs)

Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud

adalah aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun

psikologis. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan perlindungan diri

dari udara dingin, panas, kecelakaan dan infeksi. Bebas dari rasa

takut dan kecemasan, bebas dari perasaan terancam karena

pengalaman yang baru atau asing.

c. Kebutuhan Mencintai Dan Dicintai (Love and Belongingness Needs)

Kebutuhan rasa cinta adalah kebutuhan saling memiliki dan

dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan

dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

8

persahabatan, mendapat tempat atau diakui dalam keluarga,

kelompok serta lingkungan sosial.

d. Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem Needs)

Kebutuhan harga diri ini meliputi perasaan tidak

bergantung pada orang lain, kompeten, penghargaan terhadapn diri

sendiri dan orang lain

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization Needs)

Kebutuhan aktualisasi merupakan kebutuhan tertinggi

dalam piramida hierarki maslow yang meliputi dapat mengenal diri

sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri), belajar

memenuhi kebutuhan diri sendiri, tidak emosional, mempunyai

dedikasi yang tinggi, kreatif dan mempunyai kepercayaan diri yang

tinggi dan sebagainya.

Konsep hierarki Maslow ini menjelaskan setiap makhluk hidup

mempunyai kebutuhan yang beragam. Namun, pada hakekatya setiap

manusia mempunyai kebutuhan dasar yang sama. Kebutuhan dasar

tersebut bersifat manusiawi dan menjadi syarat untuk keberlangsungan

hidup manusia. Siapapun orangnya pasti memerlukan pemenuhan

kebutuhan dasar. (Asmadi 2009)

1. Pengertian Aktivitas

Aktivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kegiatan atau

keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang

terjadi baik fisik maupun non-fisik merupakan suatu aktivitas. Aktivitas

fisik atau mekanika tubuh merupakan suatu usaha mengkoordinasikan

sistem muskuloskeletal dan sistem syaraf serta mempertahankan

keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat,

membungkuk, bergerak, dan melakukan aktivitas sehari-hari (Potter &

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

9

Perry, 2005). Setiap manusia memiliki irama atau pola tersendiri dalam

aktivitas sehari-hari untuk melakukan kerja, rekreasi, makan, istirahat dan

lain-lain (Sustanto & Fitriana, 2017)

2. Fisiologi pergerakan

Menurut Haswita dan Sulistyowati (2017) pergerakan merupakan

rangkaian aktivitas yang terintegritasi antara sistem muskuloskeletal dan

sistem persyarafan di dalam tubuh.

a. Sistem Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal terdidi atas rangka (tulang), otot dan

sendi. Sistem ini sangat berperan dalam pergerakan dan aktivitas

manusia. Rangka memiliki bebrapa fungsi, yaitu :

1) Menyokong jaringan tubuh, termasuk memberi bentuk pada tubuh

(postur tubuh),

2) Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak, paru-paru, hati

dan medulla spinalis,

3) Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga

ligmen,

4) Sebagai sumber mineral, seperti garam, fosfat dan lemak,

5) Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah)

Sementara otot berperan dalam proses pergerakan, memberi

bentuk pada postur tubuh dan memproduksi panas melalui

aktivitas kontraksi otot (Haswita & Sulistyowati, 2017).

b. Sistem Persyarafan

Secara spesifik, sistem persyarafan memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1) Saraf eferen (reseptor), berfungsi menerim ragsangan dari luar

kemudian meneruskanya ke susunan araf pusat,

2) Sel saraf atau neuron, berfungsi membawa implus dari bagian

tubuh satu kebagian tubuh lainnya,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

10

3) Sistem saraf pusat (SPP), berfungsi memproses impuls dan

kemudian memberikan respon melalui saraf eferen,

4) Saraf eferen, berfungsi menerima respon dari SPP kemudian

meneruskannya ke otot rangka.

3. Mekanika Tubuh

Mekanika tubuh merupakan cara menggunakan tubuh secara

efisien, terkoordinasi, dan aman sehingga menghasilkan gerakan yang baik

dan memelihara keseimbangan selama beraktivitas. Mekanika tubuh yang

baik bukan hanya untuk plahragawan, tetapi juga penting untuk perawat

maupun klien (Sustanto & Fitriana, 2017).

Asmadi (2008) menyatakan bahwa prinsip dasar yang perlu

diperhatikan dalam melakukan mekanik tubuh agar tidak menimbulkan

cedera, antara lain :

a) Gunakan otot yang terpanjang dan terkuat pada waktu mengangkat

atau mendorong beban.

b) Gunakan sabuk serta sekat rongga tubuh untuk memperkokoh bagian

panggul dan melindungi organ-organ di dalam perut sewaktu

membungkuk, meraih, mengangkat, atau menarik.

c) Tempatkan tubuh sedekat mungkin pada benda yang hendak diangkat

atau dipindahkan.

d) Gunakan berat badan sebagai kekuatan menarik atau mendorong

dengan cara berayun di atas kaki ataupun memiringkn tubuh ke

depan/belakang untuk mengurangi ketegangan pada otototot engan

dan tungkai.

e) Sebuah benda lebih baik digeser atau diglindingkan, ditarik atau

didororng daripada diangkat. Hal tersebuut ditujukan untuk

mengurangi tenaga yang diperlukan.

f) Tempatkan kaki-kaki secara berjauhan untuk memperoleh dasar

penompang yang lebar bilamana diperlukan kestabilan tubuh yang

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

11

lebih besar. Tekuk lutut dan turunkan tubuh di dekat sebuah benda

yang hendak diangkat.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh

Menurut Sutanto dan Fitriana (2017) faktor-faktor yang

mempengaruhi mekanika tubuh yaitu :

a) Status Kesehatan

Kondisi kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap

keseimbangan tubuh sehingga aktivitasnya menjadi terganggu. Klien

yang mengalami perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi

sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi.

b) Nutrisi

Pemenuhan kebutuhan tubuh akan nutrisi sangat penting karena

mempengaruhi poduksi energi yang digunakan untuk mobilisasi.

Fungsi nutrisi bagi tubuh antara lain untuk membantu proses

pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Jika nutrisi berkurang maka

akan mengakibatkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya

penyakit.

c) Emosi

Kondisi psikologis seseorag dapat menurunkan kemampuan mekanika

tubuh dan ambulasi yang baik.

d) Situasi dan Kebiasaan

Situasi dan kebiasaan yang dilakukan klien akan mempengaruhi

perubahan mekanika tubuh dan ambulasi. Misalnya, klien sering

mengangkat benda-benda berat.

e) Gaya Hidup

Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres yang

kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam

beraktivitas.

f) Untuk mengurangi tenaga yang dikeluarkan, maka seseorang perlu

mengetahui penggunaan mekanika tubuh yang baik. Sebaliknya, jika

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

12

pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika

tubuh, maka akan menyebabkan seseorang beresiko mengalami

gangguan koordinasi sistem neurologi dan muskuloskeletal

5. Definisi Mobilisasi

Mobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak bebas

disebabkan oleh kondisi dimana gerakan terganggu atau dibatasi seacara

teraupetik (potter dan perry 2006). Dalam hubungannya dengan perawatan

klien, maka mobilisasi adalah keadaan dimana klien berbaring lama

ditempat tidur. Mobilisasi paa klien tersebut dapat disebabkan oleh

penyakit yang dideritanya, trauma, atau menderita kecacatan.

6. Tujuan Mobilisasi

Tujuan dari mobilisasi ROM menurut Brunner dan Suddarth 2002

(dalam Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar 2015) yaitu:

a) Mempertahankan fungsi tubuh dan mencegah kemunduran serta

mengembalikan rentang gerak aktivitas tertentu sehingga penderita

dapat kembali normal atau setidaknya dapat memenuhi kebutuhan

sehari-hari.

b) Mempercepat peredaran darah.

c) Membantu pernafasan menjadi lebih kuat.

d) Mempertahankan tonus otot, memelihara dan meningkatkan

pergerakan dari persendian.

e) Memperlancar eliminasi alvi dan urine.

f) Melatih atau ambulasi.

7. Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi

Hidayat dan Uliyah (2014) memyatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi mobilisasi adalah:

a) Gaya Hidup

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

13

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilisasi

seeorang karena gaya hidup berdampak pada prilaku atau kebiasaan

sehari-hari.

b) Proses Penyakit atau Cedera

Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilisasi karena

dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh.

c) Kebudayaan

Kemampuan melakukan mobilisasi dapat juga dipengaruhi

kebudayaan. Orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh

memiliki kemampuan mobilisasi yang kuat, sebaliknya ada orang

yang mengalami gangguan mobilisasi (sakit) karena adat dan budaya

tertentu dilarang aktivitas.

d) Tingkat Energi

Energi adalah sumber untuk melakukan mobilisasi. Agar seseorang

dapat melakukan mobilisasi dengan baik, dibutuhkan energi yang

cukup.

e) Usia dan Status Perkembangan

Terdapat perbedaan kemampuan mobilisasi pada tingkat usia yang

berbeda. Hal ini karena kemampuan atau kematangan fungsi alat

gerak sejalan dengan perkembangan usia.

8. Dampak Mobilisasi Terhadap Sistem Muskuloskeletal

Mobilisasi menyebabkan perubahan metabolik pada sistem

muskuloskeletal sehinhha terjadi hiperlaksemia dan hiperkalsiuria, yang

kemudia menyebabkan teoporosis. Mobilisasi juga menyebabkan

penurunan massa otot (atrofi otot) sebagai akibat dari cepatan

metabolisme yang turun dan berkurangnya aktivitas, sehingga

mengakibatkan berkurangnya kekuatan otot sampai akhirnya

memperburuk koordinasi pergerakan. Selain terjadi atrofi otot, mobilisasi

juga dapat menyebabkan pemendekan serat otot. Kondisi ini

mengakibatkan terjadinya kontraktur sendi dimana persendian menjadi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

14

kaku, tidak dapat digerakkan pada jangakauan gerak yang penuh dan

mungkin menjadi cacat yag tidak dapat disembuhkan. Klasifikasi ektropik

pada jaringan lemak sekitar persendian, dapat menyebabkan ankilosis

persendian yang permanen.

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan

dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mngidentifikasi status

kesehatan klien. Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran

dalam memberikan asuhan keperawtaan sesuai dengan kebutuhan klien.

Pengkajian yang lengkap, dan sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi

yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosis

keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

respons individu ( Budiono & Sumirah dalam Konsep Dasar Keperawatan,

2016) .

Menurut Hidayat dan Uliyah (2014) pengkajian keperawatan pada

pasien pemenuhan kebutuhan aktivitas meliputi :

a. Riwayat Keperawatan Sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang

menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dam

imobilitasnya, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat

mkbilitas dan imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas,

dan lama terjadinya gangguan mobilitas.

b. Riwayat Keperawatan Penyakit Dahulu

Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan aktivitas, misalnya adanya riwayat penyakit

sistem neuorologis (kecelakaan serebrovaskuler, trauma kepala,

peingkatan tekanan intrakanial, miastenia gravis, gullain barre, cedera

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

15

medula spinalis, dan lain-lain), riwayat penyakit sistem kardiovaskuler

(infark miokard, gagal jantung kongestif), riwayat penyakit sistem

muskuloskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis), riwayat penyakit

sistem pernapasan (penyakit paru obstruksi menahun, pneumonia, dan

lain-lain), riwayat pemakaian obat, seperti sedativa, hipnotik, depresan

sistem saraf pusat, laksansia, an lain-lain.

c. Kemampuan Fungsi Motorik

Pengkajian dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan

gerak ke posisi miring, duduk, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.

Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Tabel kategori tingkat kemamapuan

Tingkat Aktivitas/Mobilitas Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang

lain.

Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,

dan peralatan.

Tingkat 4 Sangat tergantung dan tudak dapat melakukan

atau berpartisipasi dalam perawatan

d. Kemampuan Rentang Gerak

Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukan

pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

Tabel 2.2 Tabel kemampuan rentang gerak

Gerak Sendi Derajat Rentang

Normal

Bahu.

Adduksi: gerakan lengan ke lateral dari posisi sampig ke atas

kepala, telapak tangan menghadap ke posisi jauh.

180

Siku .

Fleksi: angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju

bahu.

150

Pergelangan Tangan.

Fleksi: tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah.

Ekstensi: luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi.

Hiperekstensi: tekuk jari-jar tangan ke arah belakang sejauh

80-90

80-90

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

16

mungkin.

Abduksi: tekuk pegelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak

tangan menghadap ke atas.

Adduksi: tekuk perglangan tangan ke arah kelingking, telapak

tangan menghada ke atas.

70-90

0-20

30-50

Tangan dan Jari,

Fleksi: buat kepalan tangan.

Ekstensi: luruskan jari.

Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin.

Abduksi: kembangkan jari tangan.

Adduksi: rapatkan jari-jari dari posisi abduksi

90

90

30

20

20

e. Perubahan Intoleransi aktivitas

Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan

perubahan pada sistem pernapasan, antara lain suara napas, analisis gas

darah, gerakan dinding toraks, adanya mukus, batuk yang produktif

diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas

terhadap perubahan sistem kardiovaskuler, seperti nadi dan tekanan

darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya trombus, serta perubahan

tanda vital setelah melakukan aktivita atau perubahan posisi.

f. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi

Tabel 2.3 Tabel kekuatan otot dan

Skala Presentase Kekuatan

Normal

Karakteristik

0 0 Paralisis sempurna

1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat dipalpasi

atau dilihat.

2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan

topangan.

3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi

4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan

melawan tahanan normal

5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal

melawan gravitasi dan tahanan penuh.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

17

g. Perubahan Psikologis

Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya

gangguan aktivitas/mobilitas, antara lain perubahan perilaku,

peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain.

Menurut Umi Istianah (2017) pengkajian pada pasien fraktur antara lain :

a) Identitas Klien

Meliputi: Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku,

bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa

medis, no. registrasi.

b) Keluhan utama

Pasien tidak dapat melakukan pergerakan, merasakan nyeri pada

area fraktur, rasa lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas.

c) Riwayat Kesehatan Sekarang

Kapan pasien mengalami fraktur, bagaimana terjadinya dan

bagian tubuh mana yang terkena.

d) Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Apakah pasien pernah mengalami penyakit tertentu yang dapat

mempengruhi kesehatan sekarang.

e) Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada anggota keluarga pasien memiliki penyakit keturunan

yang mungkin akan mempengaruhi kondisi sekarang.

f) Riwayat Psikososial

Konsep diri pasien imobilisasi mungkin terganggu, oleh karena

itu kaji gambaran ideal diri, harga diri, dan identitas diri serta interaksi

pasien dengan anggota keluarga maupun dengan lingkungan tempat

tinggalnya.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

18

g) Aktivitas sehari-hari

Pengkajian ini bertujuan melihat perubahan pola yang berkaitan

dengan terganggunya sistem tubuh serta dampaknya terhadap

pemenuhan kebutuhan dasar pasien.

h) Pemeriksaan Fisik

1) Kondisi umum

Pasien imobilisasi biasanya mengalami kelemahan, kurangnya

kebersihan diri dan penurunan berat badan.

2) Sistem Pernafasan

Pengkajian untuk mendeteksi sekret, gerak dada saat bernapas

auskultasi bunyi napas, dan nyeri pada daerah dada serta

frekuensi napas.

Menurut Mutaqqin dan Sari (2009) pemeriksaan fisik pada fraktur

femur yaitu:

a. Look, pada fraktur femur terbuka terlihat adanya luka terbuka pada

paha dengan deformitas yang jelas. Kaji berapa luas kerusakan

jaringan lunak yang terlibat. Kaji apakah pada luka terbuka ada

fragmen tulang yang keluar dan apakah terdapat adanya kerusakan

pada arteri yang berisiko meningkatkan respons syok hipovolemik.

Pada fase awal trauma sering didapatkan adanya serpihan didalam

luka, terutama pada trauma kecelakaan lalu lintas darat yang

mengantarkan pada risiko tinggi infeksi. Pada pemeriksaan look akan

didapatkan adanya pemendekan ekstremitas. Pemendekan akan

tampak jelas derajatnya dengan cara mengukur kedua sisi tungkai dari

spina iliaka ke maleolus.

b. Feel, adanya keluhan nyeri tekan (tenderness) dan adanya krepitasi.

c. Move, daerah tungkai yang patah tidak boleh digerakkan, karena akan

memberikan respons trauma pada jaringan lunak disekitar ujung

fragmen tulang yang patah. Pasien terlihat tidak mampu melakukan

pergerakan pada sisi paha yang patah

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

19

i) Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada kasus fraktur

menurut Umi Istianah (2017) adalah :

1. Foto rontgen (X-ray)

unuk menentukan likasi dan luasnya fraktur

2. Scan tulang, tomogram, atau scan CT/MRI

untuk memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi

kerusakan jaringan lunak

3. Arteriogram

dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan veskuler

4. Hitung darah lengkap

Hemokonsentrasi mungkin meningkat atau menurun pada

perdarahan, selain itu peningkatan leukosit mungkin terjadi sebagai

respons terhadap peradangan.

5. Kretinin

Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal

6. Profil koagulasi

Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi atau cedera

organ hati.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status

masalah kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah

mengidentifikasi masalah aktual berdasarkan respon klien terhadap

masalah. Manfaat diagnosa keperawatan adalah sebagai pedoman

pemberian asuhan keperawatan dan menggambarkan suatu masalah

kesehatan dan penyebab adanya masalah. Menurut SDKI (2016) masalah

keperawatan yang muncul pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan

aktivitas antara lain yaitu gangguan mobilitas fisik, intoleransi aktivitas,

keletihan dan risiko intoleransi aktivitas. Diantara masalah keperawatan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

20

tersebut kondisi klinis terkait dengan fraktur adalah intoleransi aktivitas

dan gangguan mobilitas fisik.

1. Intoleransi Aktivitas

a. Definisi Intoleransi Aktivitas

Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehrai-hari.

b. Penyebab

1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

2) Tirah baring

3) Kelemahan

4) Imobilitas

5) Gaya hidup monoton

c. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1) Mengeluh lelah

Objektif

1) Frekuensi jantung menigkat >20% dari kondisi istirahat

d. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1) Dispnea saat/setelah aktivitas

2) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

3) Merasa lelah

Objektif

1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

2) Gambaran EKG menujukkan aritmia saat/setelah aktivitas

3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia

4) Sianosis

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

21

e. Kondisi Klinis Terkait

1) Anemia

2) Gagal jantung kongestif

3) Penyakit jantung koroner

4) Penyakit katup jantung

5) Aritmia

6) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

7) Gangguan metabolik

8) Gangguan muskuloskeletal

2. Gangguan Mobilitas Fisik

a. Definisi Mobilitas Fisik

Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas

secara mandiri.

b. Penyebab

1) Kerusakan integritas strukur tulang

2) Perubahan metaboliesme

3) Ketidakbugaran fisik

4) Penurunan masa otot

5) Penurunan kekuatan otot

6) Keterlambatan perkembangan

7) Kekauan sendi

8) Kontraktur

9) Mainutrisi

10) Gangguan muskuloskeletal

11) Gangguan neuromuskular

12) Indeks massa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia

13) Efek agen farmakologis

14) Program pembatasan gerak

15) Nyeri

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

22

16) Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik

17) Kecemasan

18) Gangguan kognitif

19) Keengganan melakukan pergerakan

20) Gangguan sensoripersepsi

c. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1) Menegluh sulit menggerakkan ekstermitas

Objektif

1) Kekuatan otot menurun

2) Rentang gerak (ROM) menururun

d. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1) Nyeri saat bergerak

2) Enggan melakukan pergerakan

3) Merasa cemas saat bergerak

Objektif

1) Sendi kaku

2) Gerakan tidak terkoordinasi

3) Gerakan terbatas

4) Fisik lemah

e. Kondisi kinis terkait

1) Stroke

2) Cedera medula spinalis

3) Trauma

4) Fraktur

5) Osteoarthritis

6) Ostemalasia

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

23

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan kebutuhan aktivitas menurut Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (2018) adalah :

Tabel 2.4 Rencana Keperawatan Kebutuhan Aktivitas

Diagnosa Keperawatan Intervensi Utama Intervensi Pendukung

Intoleransi Aktivitas

Tujuan :

1. Kelemahan yang

berkurang

2. Berpatisipasi

dalam perawatan

diri

3. Mempertahankan

kemampuan

aktivitas sseoptima

mungkin.

Manajemen Energi

a. Definisi

Mengidentifikasi dan

mengelola penggunaan

energi untuk mengatasi atau

mencegah kelelahan dan

mengoptimalkan roses

pemulihan

b. Tindakan

Observasi

1. Identifikasi gangguan

fungsi tubuh yang

mengakibatkan

kelelahan

2. Monitor kelelahan fisik

dan emosional

3. Monitor pola jam tidur

4. Monitor lokasi dan

ketidaknyamanan selama

melakukan aktivitas

Terapeutik

1. Sediakan lingkungan

nyaman dan rendah

stimulus (mis. Cahaya,

suara, kunjungan)

2. Lakukan latihan rentang

gerak pasif dan aktif

3. Berikan aktivitas

distraksi yang

menenangkan

4. Fasilitasi duduk di sisi

tempat tidur, jika tidak

dapat berpindah atau

berjalan

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring

2. Anjurkan melakukan

aktivitas secara bertahap

1. Dukungan ambulasi

2. Dukungan kepatuhan

program pengobatan

3. Dukungan meditasi

4. Dukungan

pemeliharaan rumah

5. Dukungan perawatan

diri

6. Dukungan spiritual

7. Dukungan tidur

8. Edukasi latihan fisik

9. Edukasi teknik

ambulasi

10. Edukasi pengkuran

nadi radialis

11. Manajemen aritmia

12. Manajemen

lingkungan

13. Manajemen medikasi

14. Manajemen mood

15. Manajemen nutrisi

16. Manajemen nyeri

17. Manajemen program

latihan

18. Pematauan tanda vital

19. Pemberian obat

20. Pemberian obat

inhalasi

21. Pemberian obat

intravena

22. Pemberian obat oral

23. Penentuan tujuan

bersama

24. Promosi berat badan

25. Promosi dukungan

keluarga

26. Promosi latihan fisik

27. Rehabilitasi jantung

28. Terapi aktivitas

29. Terapi bantuan hewan

30. Terapi musik

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

24

3. Anjurkan menghubungi

perawat jika tanda dan

gejala kelelahan tidak

berkurang

4. Anjurkan strategi koping

untuk mengurangi

kelelahan

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli

gizi tentang cara

meningkatkan asupan

makanan

Terapi Aktivitas

a. Definisi

Menggunakan aktivitas

fisik, kognitif, sosial, dan

spiitual tertentu untuk

memulihkan keterlibatan

frekueni, atau durasi

aktivitas individu atau

kelompok

b. Tindakan

Observasi

1. Identifikasi defisit

tingkat aktivitas

2. Identifikasi

kemampuan

berpatisipasi dalam

aktivitas tertentu

3. Identifikasi sumber

daya untuk akivitas

yang diinginkan

4. Identifikasi strategi

meningkatkan

partisipasi dalam

aktivitas

5. Identifikasi makna

aktivitas rutin (mis,

bekerja) dan waktu

luang

6. Monitor respons

emosional, fisik, sosial,

dan spiritual terhadap

aktivitas

31. Terapi oksigen

32. Terapi relaksasi otot

progresif

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

25

Terapeutik

1. Fasilitasi fokus pada

kemampuan, bukan

defisit yang dialami

2. Sepakat komitmen

untuk meningkatkan

frekuensi dan rentang

aktivitas

3. Fasilitasi memilih

aktivitas dan tetapkan

tujuan aktivitas yang

konsisten sesuai

kemampuan fisik,

psikologis, dan sosial

4. Koordinasikan

pemilihan aktvitas

sesuai usia

5. Fasilitasi makna

aktivitas yang dipilih

6. Fasilitasi transpotasi

untuk menghadiri

aktivitas, jika sesuai

7. Fasilitasi pasien dan

keluarga dalam

menyesuaikan

lingkungan untuk

mengakomodasi

aktivitas yang dipilih

8. Fasilitasi aktivitas fisik

rutin (mis. Ambulasi,

mobilisasi, dan

perawatan diri), sesuai

kebutuhan

9. Fasilitasi aktivitas

pengganti saat

mengalami

keterbatasan waktu,

energi, atau gerak

10. Fasilitasi aktivitas

motorik kasar untuk

pasien hiperaktif

11. Tingkatkan aktivitas

fisik untuk memelihara

berat badan, jika sesuai

12. Fasilitasi aktivitas

motorik untuk

merelaksasi otot

13. Fasilitasi aktivitas

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

26

dengan komponen

memori impolisit dan

emosional (mis.

Kegiatan keragaman

khusus) untuk pasien

demensia, jika sesuai

14. Libatkan dalam

permainan kelompok

yang tidak kompetitif,

struktural, dan aktif

15. Tingkatkan

keterlibatan dalam

aktivitas rekreasi dan

disverfikasi untuk

menurunkan

kecemasan (mis. Vocal

grup, bola voli, tenis

meja, jogging,

berenang, tugas

sederhana, tugas rutin,

tugas rumah tangga,

perawatan diri, dan

teka-teki dan kartu)

16. Libatkan keluarga

dalam aktivitas, jika

perlu

17. Fasilitasi

mengembangkan

motivasi dan

penguatan diri

18. Fasilitasi pasien dan

keluarga memantau

kemajuannya sendiri

untuk mencapai tujuan

19. Jadwalkan aktivitas

dalam rutinitas sehari-

hari

20. Berikan penguatan

posiif atas pasrtisipasi

dalam aktivitas

Edukasi

1. Jelaskan metode

aktivitas fisik sehari-

hari, jika perlu

2. Ajarkan cara

melakukan aktivitas

yang dipilih

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

27

3. Anjurkan melakukan

aktivitas fisik, sosial,

spiritual, dan kognitif

dalam menjaga fungsi

dan kesehatan

4. Anjurkan teribat dalam

aktivitas kelompok

atau terapi, jika sesuai

5. Anjurkan keluarga

untuk memberi

pengutan positif atau

partisipasi dalam

aktivitas

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan

terapis okupasi dalam

merencanakan dan

monitor program

aktivitas, jika sesuai

2. Rujuk pada pusat atau

program aktivitas

komunitas, jika perlu

Gangguan Mobilitas

Fisik

Tujuan :

1. Pasien dapat

menunjukkan

peningkatan mobilitas

2. Pasien mengatakan

terjadi peningkatan

aktivitas

Dukungan Ambulasi

a. Definisi

Memfasilitasi pasien untuk

menigkatkan aktivitas

berpindah

b. Tindakan

Observasi

1. Identifikasi adanya nyeri

atau keluhan fisik

lainnya

2. Identifikasi toleransi

fisik melakukan

ambulasi

3. Monitor frekuensi

jantung dan tekanan

darah sebelum memulai

ambulasi

4. Monitor kondisi umum

selama melakukan

ambulasi

Terapeutik

1. Fasilitasi aktivits

ambulasi dengan alat

1. Dukungan

kepatuhan program

pengobatan

2. Dukungan perawatan

diri

3. Dukungan perawatan

diri: BAB/BAK

4. Dukungan perawatan

diri: berpakaian

5. Dukungan perawatan

diri: makan/minum

6. Dukungan perawatan

diri: mandi

7. Edukasi latihan fisik

8. Edukasi teknik

ambulasi

9. Edukasi teknik

transfer

10. Konsultasi via

telepon

11. Latihan otogenik

12. Manajemen energi

13. Manajamen

lingkungan

14. Manajamen mood

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

28

bantu (mis. Tongkat,

kruk)

2. Fassilitasi melakukan

mobilisasi fisik, jika

perlu

3. Libatkan keluarga untuk

membantu pasien dalam

meningkatkan ambulasi

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan

prosedur ambulasi

2. Anjurkan melakukan

ambulasi dini

3. Ajarkan ambulasi

sederhana yang harus

dilakukan (mis. Berjalan

dari tempat tidur ke kursi

roda, berjalan dari

tempat tidur ke kamar

mandi, berjalan sesuai

toleransi)

Dukungan Mobilisasi

a. Definisi

Memfasilitasi pasien untuk

meningkatkan aktvitas

pergerakan fisik

b. Tindakan

Observasi

1. Identifikasi adanya nyeri

atau keluhan fisik

lainnya

2. Identifikasi toleransi

fisik melakukan

pergerakan

3. Monitor frekuensi

jantung dan tekanan

darah sebelum memulai

mobilisasi

4. Monitor kondisi umum

selama melakukan

mobilisasi

Terapeutik

1. Fasilitasi aktivitas

mobilisasi dengan alat

15. Manajamen nutrisi

16. Manajamen nyeri

17. Manajamen medikasi

18. Manajamen program

latihan

19. Manajamen sensasi

perifer

20. Pemantauan

neurologis

21. Pemberian obat

22. Pemberian obat

intravena

23. Pembidaian

24. Pecegahan jatuh

25. Pencegahan luka

tekan

26. Pengaturan posisi

27. Pengekangan fisik

28. Perawatan kaki

29. Perawatan sirkulasi

30. Perawatan tirah

baring

31. Perawatan traksi

32. Promosi berat badan

33. Promosi kepatuhan

program latihan

34. Promosi latihan fisik

35. Teknik latihan

penguatan otot

36. Teknik latihan

penguatan sendi

37. Terapi aktivitas

38. Terapi pemijatan

39. Terapi relaksasi otot

progresif

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

29

bantu (mis. Pagar tempat

tidur)

2. Fasilitasi melakukan

pergerakan, jika perlu

3. Libatkan keluarga untuk

membantu pasien dalam

meningkatkan

pergerakan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan

prosedur mobilisasi

2. Anjurkan melakukan

mobilisasi dini

3. Anjurkan mobilisasi

sederhana yang harus

dilakukan (mis. Duduk

di tempat tidur, duduk di

sisi tempat tidur, pindah

dari tempat tidur ke

kursi)

4. Implementasi atau Pelaksanaan

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pelaksanaa

adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian

kegiatan sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang

optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang

dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik

secara umum maupun secara khusus (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010)

5. Evaluasi

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf

keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dari kebutuhan

untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan. Tahap

evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil

yang dibuat pada tahap perencanaan (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

30

C. Tinjauan Konsep Penyakit

1. Pengertian Fraktur

Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang

rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan

umum, fraktur adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau

tenaga fisik. Kekuatan dan sudut tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri,

serta jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur

yang terjadi lengkap atau tidak lengkap (Zairin Noor, 2016)

Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang yang

disebabkan oleh kekerasan (E.Oerswari dalam asuhan keperawatan post

operasi, 2010)

Fraktur femur adalah terputusnya kontiuitas batang femur yang biasa

terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari

ketinggian), dan biasanya lebuh banyak dialami oleh laki-laki dewasa.

Patah pada daerah ini dapat menimbulka perdarahan yang vukup banyak,,

mengakibatkan penderita jatuh dalam syok (FKUI dalam asuhan

keperawatan post operasi, 2010).

2. Klasifikasi Fraktur

Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) klasifikasi fraktur antara

lain :

1. Fraktur Tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen

tulang dengan dunia luar

2. Fraktur terbuka (open/compouns), bila terdapat hubungan atara

fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit,

fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat:

a. Derajat I

1) Luka kurang dari 1 cm.

2) Kerusakan jaringa lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.

3) Fraktur sederhana, transversal, obliq atau kumulatif ringan.

4) Kontaminasi ringan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

31

b. Derajat II

1) Laserasi lebih dari 1 cm.

2) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse.

3) Fraktur komuniti sedang.

c. Derajat II

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit,

otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.

3. Fraktur Complate

Patah pada seluruh garis tengan tulag dan biasanya mengalami

pergeseran (bergeser dari posisi normal)

4. Fraktur Incomplete

Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.

5. Jenis Khusus Farktur

a. Bentuk garis patah

1) Garis patah melintang

2) Garis patah obliq

3) Garis patah spiral

4) Fraktur kompresi

5) Fraktur avulsi

b. Jumlah garis patah

1) Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu dan saling

berhubungan

2) Fraktur segmental garis patah lebih dari satu tetapi saling

berhubungan

3) Fraktur multiple garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang

yang berlainan.

c. Bergeser tidak bergeser

Fraktur tidak bergeser garis patali kompli tetapi kedua fragmen

tidak bergeser. Fraktur bergeser, terjadi pergeseran fragmen-

fragmen fraktur yang juga disebut di lokasi fragmen

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

32

Menurut Zairin Noor, 2016 fraktur femur dibagi dalam beberapa jenis,

diantaranya:

1) Fraktur Intertrokhanter Femur

Fraktur Intertrokhanter adalah patah tulang yang bersifat

ekstrakapsular dari femur. Sering terjadi pada lansia dengan kondisi

osteoporosis. Fraktur ini memiliki prognosis yang baik dibandingkan

fraktur inrakapsular, di mana resiko nekrosis avaskular lebih rendah. Pada

riwayat umunya didapatkan adanya trauma akibat jatuh dan memberikan

trauma langsung pada trokhanter mayor. Pada beberapa kondisi, cedera

secara memuntir memberikan fraktur tidak langsung pada interkhanter.

2) Fraktur Subtrokhanter Femur

Fraktur subtrokhanter femur ialah fraktur di mana garis patahnya

berada 5 cm distal dari trokhanter minor. Frakur jenis ini dibagi dalam

beberapa klasifikasi, tetapi yang lebih sederhana dan mudah ddipahami

adalah klasifikasi Fielding & Magliati, yaitu:

1) Tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trokhanter minor

2) Tipe 2 : garis patah berada 1-2 imci di bawah dari batas atau trokhanter

minor

3) Tipe 3 : garis patah berada 2-3 inci di distal dari batas atas trokhanter

minor

3) Fraktur Batang Femur

Frakur batang femur biasanay terjadi karena trauma langsung akibat

kecelakaan lalu lintas di kota-kota besar atau jatuh dari ketinggian. Patah

pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,

mengakibatkan penderita jatuh dalam syok, salah satu klasifikasi fraktur

batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan

daerah yang patah.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

33

4) Fraktur Suprakondiler Femur

Fraktur suprakondiler fragmen bagian distal selalu terjadi dislokasi ke

posterior. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan otot-otot

gastroknemius. Biasanya fraktur suprakondiler ini disebabkan oleh trauma

langsung karena kecepatan tinggi seingga terjadi gaya aksial da stres

valgus atau varus, dan disertai gaya rotasi.

5) Fraktur Kondiler femur

Mekanisme traumanya biasanya merupakan kombinasi dari gaya

hiperabduksi dan adduksi disertai dengan tekanan pada sumbu femur ke

atas.

3. Etiologi fraktur

Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) etiologi fraktur di bagi

menjadi dua yaitu :

a. Cedera Traumatik

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

1) Cedera langsung berartu pukulan langung terhadap tulang

sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya

menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di

atasnya.

2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari

lokasi benturan. Misalnya jatuh dengan tangan berjurur dan

menyebabkan fraktur klavikula.

3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras mendadak dari otot yang

kuat.

b. Fraktur Patologik

Dalam ha ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan

trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada

berbagai keadaan berikut:

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

34

1) Tumor tulang (jinak atau ganas): perumbuhan jaringan baru yang

tidak terkendali dan progresif.

2) Infeksi seperti osteomielitis: dapat terjadi sebagai akibat infeksi

akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,

lambat dan sakit nyeri.

3) Rakhitis: suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi

Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain,

biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang

dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena

asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

4. Patofisiologi Fraktur

Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma

gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik,

gangguan metabolik, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang

turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah

akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP

menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan

mengeksekusi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka

penumpukan di dalam tubuh.

Pada kondisi trauma diperlukan gaya yang besar untuk

mematahkan batang femur pada orang dewasa. Kebanyakan fraktur ini

terjadi pada pria mda yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor

atau mengalami jatuh dari ketinggian. Biasanya, pasien ini mengalami

trauma multipel yang menyertainya.

Secara klinis fraktur femur terbuka sering di dapatkan adanya

kerusakan neurovaskular yang akan memberikan manifestasi peningkata

resiko syok. Baik syok hipovelemik karena kehilangan darah (pada setiap

patah satu tulang femur di prediksi akan hilangnya darah 500 cc dari sistm

kardiovaskular), maupun syok neurogenik desebabkn rasa nyeri yang

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

35

sangat hebat akibat kompresi atau kerusakan saraf yang berjalan di bawah

tulang femur.

5. Pathway Femur

Gambar 2.1 Pathway Fraktur

6. Manifestasi Klinis Fraktur

Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) manifestasi klinis pada

psien fraktur adalah :

a. Deformitas

Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari

tempatnya perubahan keseimbanga dan contur terjadi seperti:

a) Rotasi pemendekan tulang

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

36

b) Penekanan tulang

b. Bengkak : edemamuncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi

darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.

c. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous.

d. Spasme otot spasme invoulunters dekat fraktur.

e. Tenderness/keempukan

f. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari

tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.

g. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya

saraf/perdarahan).

h. Pergerakan abnormal.

i. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah.

j. Krepitasi .

7. Pemeriksaan penunjang

Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) pemeriksaan penunjang

pada pasien fraktur yaitu:

1) Foto Rontgen

Untuk mengtahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung,

mengetahui tempat dan type fraktur. Biasanya diambil sebelum dan

sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara

periodik.

2) Skor tulang tomography, skor C1, Mr1: dapat digunakan

mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

3) Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler.

4) Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau

menuru (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada

trauma multiple). Peningkatan julah SDP adalah respon stres nprmal

seteah trauma.

5) Profil koagulsi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darag

transfusi multiple atu cedera hati.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

37

8. Penatalaksanaan Fraktur

Menurut Zainir Noor (2016) pengelolaan fraktur secara umum mengikuti

prinip 4R yaitu :

a) Rekognisi

Pengenalan terhadap fraktur melalui penegakan berbagai diagnosis

yang mungkin utnutk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya

tentang fraktur, sehingga diharapkan dapat membantu dalam

penanganan fraktur.

b) Reduksi atau reposisi

Suatu tindakan mengembalikan posisi fragmen-fragmen tulang yang

mengalami fraktur seoptimal mungkin ke keadaan semula.

c) Retensi

Mempertahankan kondisi reduksi selama masa penyembuhan.

d) Rehabilitasi

Bertujuan untuk mengembalikan kondisi tulang yang patah ke

keadaan normal dan tanpa menganggu proses fiksasi

Penatalaksanaan berdasarkan empat tujuan utama, meliputi hal-hal

sebagai berikut.

a. Untuk mengilangkan rasa nyeri

Untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul dapat diberikan obat

penghilang rasa nyeri dan juga dengan teknik imobilisasi (tidak

menggerakkan daerah yang fraktur). Teknik imobilisasi dapat

dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.

1) Pembidaian : benda kerasa yang ditempatkan didaerah

sekeliling tulang

2) Pemasangan gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan

disekitar tulang yang patah.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

38

b. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari

fraktur, bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam

waktu yang lama. Untuk itu diperlukan lagi teknik yang lebih

mantap seperti pemasangan traksi kontinu, fiksasi eksternal, atau

fiksasi internal tergantng jenis farktur

1) Penarikan (traksi)

Mengguanakn beban untuk menahan sebuah anggota gerak

pada tempatnya.

2) Fiksasi internal atau eksternal

Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau

batang logam pada pecahan-pecahan tulang.

c. Agar jadi penyatuan tulang kembali, biasanya tulang yang patah

akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu

dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun, terkadang

terdapat gangguan dalam penyatuan tulang sehingga dibutuhkan

graft tulang.

d. Untuk mengembalikan fungsi seperti seula, imobilisasi yang lama

dapat mengakibatkan mengevilnya otot dan kakunya sendi. Oleh

karena itu, dibutuhkan upaya mobilisasi secepat mungkin.

Prinsipnya adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi

semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa

penyembuhan fraktur (imobilisasi)

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

39

Penatalaksanaan Ortopedi disesuaikan dengan kondisi klinik dan

kemampuan yang ada untuk penangangan fraktur. Beberapa intervensi

yang dapat dilakuka adalah sebagai berikut.

1. Proteksi tanpa reposisi dan imobilisasi

Digunakan paa penanganan fraktur dengan dislokasi fragmen patahan

yang minimal atau dengan dislokasi yang tidak akan menyebabkan

kecacatan dikemudian hari.

2. Imobilisasi dengan fiksasi

Dapat pula dilakukan imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap

memerlukan imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen.

3. Reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi.

Tindakan ini dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang

berarti seperti pada fraktr radius distal.

4. Reposisi dengan traksi

Dilakukan secara terus-menerus selama masa tertentu, mialnya

beberapa minggu, kemudian diikuti dengan imobilisasi.

Berikut adalah macam-macam traksi:

a) Traksi lurus atau langsung

b) Traksi suspensi seimbang

c) Traksi kulit

d) Traksi skelet

e) Traksi manual

5. Reposisi diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar

Digunakan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang, kemudian

pin baja disatukan secara kokoh dengan batangan logam diluar kulit.

6. Reposisi secara nonoperatif diikuti dengan pemasangan fiksasi dalam

pada tulang secara operatif

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB II-converted.pdf · pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

40

Fragmen direposisi secara non-operatif dengan meja traksi, setelah

tereposisi dilakukan pemasangan pen ke dalam collum femur secara

operatif

7. Reposisi secara operatif diikuti denga fiksasi patahan tulang dengan

pemasangan fiksasi interna.

Fiksasi interna yang di pakai bisa berupa pen di dalam sumsum tulang

panjang, bisa juga berupa plat dengan sekrup dipermukaan tulang.

8. Eksisi fragmen fraktur dan menggantikannya dengn prosthesis.

Dilakukan pada fraktur collum femur. Caput femur di buang secara

operatif dan diganti dengan prostesis. Tindakan ini dilakukan pada

orang tua yang patahan pada collum femur tidak dapat menyambung

kembali.