BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · Pelayanan antenatal care terpadu dapat di berikan oleh...

34
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Masa Kehamilan a. Pengertian Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (Prawiroharjo, 2008). Kehamilan adalah keaadaan dimana janin dikandung didalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan (Cunningham, 2010). b. Tanda dan gejala kehamilan 1) Tanda tidak pasti kehamilan (Prawirohardjo 2008) a) Amenorea (tidak dapat haid) Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid terakhir supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan akan terjadi,

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · Pelayanan antenatal care terpadu dapat di berikan oleh...

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Masa Kehamilan

a. Pengertian

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya

janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9

bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan

dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai dari

konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat

sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan

(Prawiroharjo, 2008).

Kehamilan adalah keaadaan dimana janin dikandung

didalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses

pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan

(Cunningham, 2010).

b. Tanda dan gejala kehamilan

1) Tanda tidak pasti kehamilan (Prawirohardjo 2008)

a) Amenorea (tidak dapat haid)

Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita

hamil tidak dapat haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal

hari pertama haid terakhir supaya dapat ditaksir umur

kehamilan dan taksiran tanggal persalinan akan terjadi,

8

dengan memakai rumus Neagie: HT – 3 (bulan + 7).

b) Mual dan muntah

Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan

hingga akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada

pagi hari disebut “morning sickness”.

c) Mengidam (ingin makanan khusus)

Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan,

akan tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan.

d) Pingsan

Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan

padat. Biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu.

e) Anoreksia (tidak ada selera makan)

Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan,

tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi.

f) Mamae menjadi tegang dan membesar.

Keadaan ini disebabkan pengaruh hormon estrogen dan

progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.

g) Miksi sering

Sering buang air kecil disebabkan karena kandung

kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala

ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir

kehamilan, gejala ini kembali karena kandung kemih

ditekan oleh kepala janin.

9

h) Konstipasi atau obstipasi

Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang

disebabkan oleh pengaruh hormon steroid yang dapat

menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

i) Pigmentasi (perubahan warna kulit)

Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang

berwarna lebih tegas, melebar dan bertambah gelap

terdapat pada perut bagian bawah.

j) Epulis

Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah).

Sering terjadi pada triwulan pertama.

k) Varises (pemekaran vena-vena)

Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron

terjadi penampakan pembuluh darah vena. Penampakan

pembuluh darah itu terjadi disekitar genetalia eksterna,

kaki, betis, dan payudara.

2) Tanda kemungkinan kehamilan (Cunningham, 2010)

a.) Pembesaran abdomen

Pada usia kehamilan 12 minggu, perut sudah dapat

diraba pembesarannya tepat di atas simpisis pubis yang

berbentuk benjolan. Pada primipara pembesaran perut

kurang menonjol karena belum mengalami penurunan tonus

otot pada perut.

10

b.) Perubahan uterus

Dalam masa kehamilan, uterus akan mengalami

perubahan ukuran, bentuk dan konsistensinya. pada

perkembangannya, uterus akan semakin membesar dan

berbentuk bulat atau globular.

c.) Perubahan anatomik serviks

Melunaknya serviks menjadi suatu perubahan yang

normal pada kehamilan. Konsistensi serviks menyerupai

konsistensi bibir pada masa kehamilan, yang umumnya

lebih menyerupai konsistensi tulang rawan hidung pada

perempuan yang tidak hamil.

d.) Adanya Braxton-Hicks

Braxton-hicks atau kontraksi palsu timbul sejak

awal masa gestasi. Kontraksi ini dapat teraba tetapi

menimbulkan nyeri. Frekuensi Braxton-Hicks dapat

meningkat bila uterus dipijat,dan intervalnya tidak teratur.

e.) Teraba ballottement

Ballotement adalah benturan atau pantulan balik

antara cairan amnion dengan janin, yang mengakibatkan

adanya tekanan pada uterus.

f.) Fisik janin teraba dari luar

Batas-batas luar tubuh janin dapat dipalpasi melalui

dinding perut ibu dimulai pada paruh kedua kehamilan.

11

g.) Hasil uji endokrin

Pada penetapan kehamilan, diperlukan uji endokrin

untuk mengetahui adanya human chorionic gonadotropin

(hCG) yang terkandung dalam plasma atau ekskresi urin

ibu. Ekskresi urin yang paling baik digunakan untuk tes ini

adalah air kencing pertama pada pagi hari.

3) Tanda pasti kehamilan (Prawirohardjo, 2011)

a.) Denyut Jantung Janin

Diagnosis kehamilan dapat dipastikan ketika pemeriksa

menemukan adanya bunyi denyut jantung janin melalui

auskultasi dengan doppler atau dengan ultrasonografi.

b.) Gerakan Janin yang dapat dilihat, dirasa, dan diraba bagian-

bagian janin.

c.) Terlihat kantung kehamilan ataupun embrio dalam

pemeriksaan ultrasonografi.

4) Diagnosis banding kehamilan

Uterus yang membesar kadang bukan sebagai kehamilan,

tetapi terdiagnosis tumor. Kesalahan sebaliknya juga bisa

terjadi. Maka pemeriksaan ulang setelah beberapa minggu bisa

digunakan untuk memastikan kehamilan.

12

c. Tahapan Masa Kehamilan

Masa kehamilan terjadi perubahan anatomis, fisiologis dan

biokimiawi yang nyata. Perubahan ini terjadi segera setelah terjadi

pembuahan sampai lahirnya bayi (Cunningham, 2009).

Menurut Benson dan Pernoll’s (2008), tahapan

perkembangan masa kehamilan dijelaskan pada lampiran 2.

d. Perubahan Anatomi dan Fisiologi dalam Kehamilan

Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil

merupakan respons terhadap janin yang dikandung. Menurut

Prawirohardjo (2010), perubahan ini meliputi :

1.) Sistem Reproduksi

a.) Uterus

Selama periode kehamilan, uterus akan beradaptasi

untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi sampai

persalinan. Pada ibu hamil, uterus akan membesar dan

mampu menampung cairan amnion hingga 5 liter atau

lebih,serta dapat menyusut kembali beberapa minggu

setelah persalinan.

13

Gambar 2.1 Pembesaran Uterus menurut Umur Kehamilan

Sumber : Prawirohardjo (2010)

b.) Serviks

Pada satu bulan setelah konsepsi, serviks akan

mengalami kebiruan dan lunak.ini terjadi akibat

penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada

seluruh serviks serta bersamaan dengan hipertrofi dan

hiperplasia pada kelenjar serviks.

Komposisi serviks terdiri atas jaringan matriks

ekstraselular yang mengandung kolagen. Pada akhir

trimester pertama kehamilan, berkas kolagen menjadi

kurang kuat terbungkus akibat penurunan konsentrasi

kolagen secara keseluruhan dan akan terus menurun hingga

kehmailan mendekati aterm. Penurunan konsentrasi

14

kolagen ini lebih lanjut secara klinis terbukti dengan

melunaknya serviks (Prawirohardjo, 2010).

c.) Ovarium

Proses ovulasi pada masa kehamilan akan berhenti

dan pematangan folikel baru juga akan ditunda. Pada

ovarium hanya akan ditemukan satu corpus luteum yang

berfungsi maksimal 6-7 minggu awal kehamilan dan

setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesteron

minimal.

d.) Vagina dan Perineum

Pada vagina akan terlihat warna keungu-an yang

dikenal sebagai tanda Chadwick. Ini dikarenakan

peningkatan vaskularisasi dan hiperemia pada kulit dan otot

di vulva dan perineum, meliputi penipisan mukosa dan

hilangnya sejumlah jaringan ikat serta hipertrofi dari sel-sel

otot polos.

Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi,

yakni sekresi berwarna keputihan, menebal dan pH antara

3,5-6 yang merupakan akibat peningkatan asam laktat

glikogen oleh epitel vagina.

e.) Kulit

Pada masa kehamilan, akan dijumpai

hiperpigmentasi pada beberapa bagian tubuh. Perubahan

15

kulit yang terlihat kemerahan, dan kusam pada perut yang

sering disebut (striae gravidarum). Pada banyak perempuan

juga ditemukan penebalan garis pertengahan perut atau

linea alba yang akan berubah kecoklatan yang disebut linea

nigra.

Terkadang juga akan dijumpai pada wajah atau

sering disebut chloasma atau masker kehamilan.selain itu

pada areola dan daerah genital juga akan mengalami

hiperpigmentasi.

f.) Payudara

Masa awal kehamilan, payudara akan terasa lebih

lunak. Tetapi setelah bulan kedua kehamilan, payudara

akan membesar. Puting payudara sendiri juga mengalami

perubahan, antara lain membesar, kehitaman dan tegak.

Kolostrum atau cairan kekuningan juga sudah di produksi

pada bulan ini, tetapi air susu belum dapat terproduksi

karena hormon prolaktin masih ditekan oleh prolactin

inhibiting hormone.

2.) Sistem Metabolisme

Perubahan metabolisme sebagian besar di akibatkan oleh

penambahan berat badan saat kehamilan yang berasal dari

uterus dan isinya, kemudian payudara, volume darah serta

16

cairan ekstraseluler. Rata-rata selama kehamilan berat badan

bertambah 12,5 kilogram.

3.) Sistem Kardiovaskular

a.) Trimester I

Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi

pada 8 minggu pertama kehamilan. Pada awal minggu

kelima curah jantung mengalami peningkatan yang

merupakan fungsi dari penurunan resistensi vaskuler

sistemik serta peningkatan frekuensi denyut jantung.

Preload meningkat sebagai akibat bertambahnya volume

plasma yang terjadi pada minggu ke 10-20.

b.) Trimester II

Sejak pertengahan kehamilan, pembesaran

uterus akan menekan vena cava inferior dan aorta bawah

saat ibu berada pada posisi terlentang. Hal itu akan

berdampak pada pengurangan darah balik vena ke jantung

hingga terjadi penurunan preload dan cardiac output yang

kemudian dapat menyebabkan hipotensi arterial.

c.) Trimester III

Selama trimester terakhir, kelanjutan penekanan

aorta pada pembesaran uterus juga akan mengurangi

aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Pada posisi terlentang

ini akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan

17

dengan posisi miring. Peningkatan volume plasma

mencapai puncaknya saat minggu 32-34 dengan

meningkat 40-45% atau yang sering disebut hipervolemia.

4.) Traktus Digestivus

Uterus yang semakin membesar akan menekan lambung

dan usus, yang akibatnya terjadi pergeseran lambung, usus dan

apendiks ke arah atas dan lateral. Penurunan motilitas usus

juga memungkinkan penyerapan nutrisi lebih banyak, tetapi

dapat muncul juga keluhan seperti konstipasi. Sedangkan mual

dapat terjadi akibat penurunan asam lambung.

5.) Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan awal kehamilan, vesika urinaria

tertekan oleh uterus sehingga sering timbul keinginan

berkemih. Hal itu menghilang seiring usia kehamilan karena

uterus yang telah membesar keluar dari rongga pelvis dan naik

ke abdomen.

Sedangkan pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun

ke pintu atas panggul menyebabkan penekanan uterus

pada vesica urinaria. Keluhan sering berkemih pun dapat

muncul kembali. Selain itu, terjadi peningkatan sirkulasi

darah di ginjal yang kemudian berpengaruh pada peningkatan

laju filtrasi glomerulus dan renal plasma flow sehingga timbul

gejala poliuria.

18

6.) Sistem Hormonal

Pada pertengahan trimester satu, produksi hCG menurun,

fungsi korpus luteum gravidarum untuk menghasilkan estrogen

dan progesteron pun digantikan oleh plasenta. Pada trimester

dua dan tiga, produksi estrogen dan progesteron terus megalami

peningkatan hingga mencapai puncaknya pada akhir trimester

tiga.

7.) Sistem Muskuloskeletal

Peubahan sistem muskuloskeletal yang paling mudah

terlihat adalah lordosis yang progresif pada trimester tiga

dikarenakan pembesaran uterus ke posisi anterior. Perubahan

ini sering kali membuat perasaan tidak enak pada bagian bawah

punggung ibu jika untuk mobilitas.

e. Perawatan Kehamilan

Perawatan kehamilan adalah program antepartum

komprehensif yang melibatkan pendekatan terpadu terhadap

penatalaksaan medis dan psikososial secara optimal dimulai dari

sebelum konsepsi sampai periode antepartum.

Perawatan pranatal mempunyai peranan penting dalam

mengantisipasi komplikasi kehamilan yang akan muncul.

Perawatan ini seharusnya dilakukan setelah mengetahui adanya

tanda-tanda kehamilan. Tujuan utama perawatan kehamilan antara

lain mengetahui status kesehatan ibu dan janin, menentukan usia

19

gestasi janin, dan memulai rencana untuk perawatan obstetri

lanjutan.

Komponen yang dianjurkan untuk diperiksa pada

perawatan kehamilan antara lain pemilaian resiko (faktor genetik,

medis, obstetris dan psikososial), hari pertama haid terakhir dan

perkiraan tanggal persalinan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

laboratorium dan edukasi pasien.

1.) Taksiran usia gestasi dan tanggal persalinan

Taksiran umur kehamilan bisa di hitung dari hari pertama

haid terakhir menurut rumus Naegele. Untuk perkiraan tanggal

persalinan, dapat dengan menambahkan 7 hari ke tanggal hari

pertama haid terakhir dan mengurangi 3 bulan. Pada usia

gestasi, dibagi dalam tiga trimester, dengan rentang sebagai

berikut :

a.) Trimester I : 1 – 14 Minggu

b.) Trimester II : 15 – 28 Minggu

c.) Trimester III : 29 – 40 Minggu

2.) Anamnesis maternal

Anamnesis pada ibu mempunyai andil yang besar dalam

menentukan permasalahan dan komplikasi kehamilan.

Anamnesis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui :

riwayat penyakit, keluhan yang dirasakan selama kehamilan,

deteksi dini kehamilan dengan penyulit, riwayat obstetrik

20

sebelumnya yang cenderung bisa kambuh pada kehamilan yang

selanjutnya. Kurangnya anamnesis yang mendalam pada ibu

menjadi salah satu kelemahan dari metode anamnesis ini.

3.) Skrining psikososial

Skrining ini bertujuan untuk mengetahui perasaan ibu

terhadap kehamilan ini. Skrining ini juga untuk mengetahui

psikologi ibu dalam kehamilan ini dan pola hidup sosial.

4.) Pemeriksaan fisik (umum dan obstetrik)

Pemeriksaan umum keseluruhan harus dilakukan untuk

mengetahui status kesehatan ibu hamil. Pemeriksaan obstetrik

dilakukan untuk mengetahui adakah faktor resiko yang dapat

menyebabkan komplikasi pada kehamilan ini.

5.) Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan oleh ibu

hamil adalah pemeriksaan urine dan darah.

6.) Edukasi

Seorang tenaga kesehatan harus bisa memberikan edukasi

terhadap ibu hamil untuk meringankan keluhannya. Beberapa

edukasi yang sering diberikan antara lain keluhan yang sering

muncul, pola kebiasaan sehari-hari, penggunaan obat-obatan,

kehamilan normal beserta tanda bahayanya.

21

f. Kunjungan dalam Kehamilan

Menurut Depkes RI, kunjungan antenatal care (ANC)

minimal empat kali dalam satu periode kehamilan. Dengan

ketentuan minimal : kunjungan I pada trimester I (kehamilan

sampai dengan 12 minggu); kunjungan II pada trimester II ( umur

kehamilan 13 – 24 minggu); kunjungan III dan IV pada trimester

III (umur kehamilan 25 – 36 minggu).

Pelayanan antenatal care terpadu dapat di berikan oleh

tenaga kesehatan yang berkompeten seperti dokter, bidan dan

perawat yang terlatih sesuai dengan ketentuan berlaku.

g. Kehamilan dengan Resiko Tinggi

Pada umumnya 80-90% kehamilan berlangsung normal,

hanya 10-12% kehamilan mengalami penyulit dan berkembang

menjadi kehamilan patologis.

Kehamilan dengan resiko tinggi adalah kehamilan dengan

ibu atau perinatal berada atau akan berada dalam keadaan

membahayakan (kematian atau komplikasi serius) selama

kehamilan, persalinan, nifas atau neonatal. Jika keadaan ini tidak

diperhatikan maka 60% kematian janin dan >50% kematian bayi

baru lahir disebabkan oleh 5 komplikasi obstetri, antara lain :

1.) Presentasi Bokong atau letak sungsang

2.) Pelepasan plasenta prematur

3.) Preeklampsia-eklampsia

22

4.) Kehamilan multipel

5.) Infeksi saluran kemih

(Benson dan Pernoll’s, 2008)

2. Kehamilan dengan Letak Sungsang

a. Pengertian

Kehamilan letak sungsang adalah kehamilan dengan

kelainan presentasi, letak janin memanjang dengan bagian terendah

bokong, kaki atau kombinasi keduanya (Prawirohardjo, 2010).

Letak sungsang adalah kehamilan dengan janin berada pada

letak longitudinal dengan bokong yang pertama kali memasuki

panggul. Dengan angka insiden terjadi pada 20 minggu (40%), 28

minggu (15%), 34 minggu (6%),dan pada 40 minggu (3%)

(Medforth dkk, 2011).

Letak sungsang adalah letak memanjang dengan kelainan

dalam polaritas, panggul janin merupakan kutub bawah,

petunjuknya adalah sakrum kanan depan (RSA) yang menandai

presentasi bokong (Hakimi, 2010).

Letak sungsang adalah kehamilan dengan kelainan

presentasi dimana letak bayi memanjang atau longitudinal dengan

bagian terbawah janin adalah bokong dengan petunjuk sakrum

kanan depan (RSA).

23

b. Etiologi

Faktor penyebab terjadinya letak sungsang pada kehamilan

menurut Manuaba (2010) antara lain:

1) Faktor ibu

a.) Keadaan rahim : rahim arkuatus, septum pada rahim, uterus

dupleks, mioma pada kehamilan

b.) Keadaan plasenta : plasenta letak rendah, plasenta previa

c.) Keadaan jalan lahir : kesempitan panggul, deformitas

tulang panggul, terdapat tumor yang menghalangi jalan

lahir dan perputaran ke posisi kepala

2) Faktor janin

a.) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat

b.) Hidrosepalus atau anensefalus

c.) Kehamilan kembar

d.) Hidramnion atau oligohidramnion

e.) Prematuritas

c. Klasifikasi Letak Sungsang

Klasifikasi presentasi bokong atau letak sungsang dibuat

untuk seleksi pasien yang akan dicoba untuk persalinan

pervaginam. Terdapat 3 macam presentasi bokong menurut

Prawirohardjo (2011) antara lain

1.) Presentasi bokong murni (frank breech) : kedua paha janin

berfleksi, dan kedua tungkai berekstensi pada lutut

24

2.) Presentasi bokong kaki komplit ( complete breech ) : kedua

paha janin berfleksi dan satu atau dua lutut difleksikan

3.) Presentasi kaki / lutut (incomplite breech) : satu atau dua paha

janin berekstensi dan satu atau dua lutut atau kaki terletak

dibawah panggul atau dari jalan lahir.

Gambar 2.2 klasifikasi presentasi bokong

Sumber : Prawirohardjo (2011)

d. Patofisiologi

Kejadian letak sungsang dapat terjadi dengan salah satu

penyebab ataupun dengan beberapa penyebab. Penyebab letak

sungsang dapat terjadi dari faktor ibu maupun dari faktor bayi.

Faktor ibu mempunyai faktor yang lebih besar antara lain faktor

rahim (bentuk dan mioma), plasenta (letak dan implantasi) dan

jalan lahir (ukuran dan tumor). Sedangkan dari faktor bayi meliputi

tali pusat, hidrocepalus atau anencefalus, hidramnion, hamil

kembar dan prematuritas. Patofisiologi pada letak sungsang akan

dijelaskan dalam lampiran 3.

25

e. Keluhan Subyektif

Keluhan ibu hamil dengan letak sungsang biasanya

merasakan gerakan anak di perut bagian bawah dan mungkin

mengeluh nyeri pada rektum karena gerakan terlalu kuat pada perut

bagian bawah (Hakimi, 2010).

f. Diagnosis

Diagnosis dilakukan apabila telah dilakukan pemeriksaan

fisik kehamilan yang dilakukan :

1) palpasi : pada abdomen janin letak memanjang, kepala di

daerah fundus uteri

2) Auskultasi : terdengar detak denyut jantung janin berada di atas

umbilical maternal

3) Pemeriksaan dalam : teraba bokong saja atau bokong dengan

satu atau dua kaki

4) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) : kepala janin terlihat pada

fundus uteri

(Purwoastuti, 2015)

g. Prognosis

Bila kehamilan dengan letak sungsang sampai pada

persalinan, prognosis pada ibu adalah baik karena laserasi

disebabkan oleh persalinan yang terlalu cepat dan dipaksakan

melalui panggul, sementara prognosis pada janin jelek karena

mortalitas kasar janin berkisar antara 10-20% (Hakimi, 2010).

26

h. Penatalaksanaan

Penanganan kehamilan letak sungsang disesuaikan dengan

umur kehamilan, yaitu antara umur kehamilan 34–36 minggu.

Penanganan kehamilan letak sungsang yang dianjurkan meliputi :

1) Versi luar

Versi luar adalah tindakan yang dilakukan oleh dokter

kandungan dan bidan yang terlatih untuk melakukan tekanan

manuver tertentu pada perut ibu untuk mengubah presentasi

janin menjadi presentasi kepala. Namun di Indonesia, tindakan

versi luar ini sudah tidak boleh dilakukan karena komplikasi

yang akan terjadi setelah dilakukan tindakan ini sangat tinggi,

maka versi luar sudah dianggap tidak aman untuk dilakukan

pada kehamilan letak sungsang.

Prosedur ini memang dinilai cukup efektif apabila

dilakukan saat umur kehamilan 34-36 minggu. Komplikasi

yang dapat terjadi pada versi luar ini adalah bradikardia janin

yang bersifat sementara, solusio plasenta, komplikasi pada tali

pusat, perdarah feto-maternal, dan ketuban pecah dini.

Kontra indikassi dilakukannya prosedur versi luar adalah

ketuban pecah dini, oligohidramnion, perdarahan uterus yang

tidak diketahui sebabnya, atau sedang dalam persalinan kala I

27

fase aktif. Tingkat keberhasilan tindakan versi luar ini 50-70%

dan 40% akan berhasil melahirkan secara pervaginam.

Berikut prosedur versi luar:

a.) Dilakukan pada tempat yang memiliki fasilitas melakukan

sesar emergensi dan dilakukan oleh dokter obstetri atau

bidan spesialis yang terlatih pada tatanan rumah sakit.

b.) Melakukan konseling tentang prosedur dilakukan versi luar

yang mempunyai angka keberhasilan 50-70%,

kemungkinan komplikasi yang akan terjadi pada ibu dan

janin, prognosis, dan pilihan lain (sectio caesaria)

c.) Pemberian informed consent

d.) Melakukan pemindaian ultrasound sebelum prosedur untuk

mengkonfirmasi bahwa letak janin tidak mengalami

penurunan kondisi, untuk mencari lokasi plasenta dan

mengkonfirmasi posisi janin dan setelah itu pantau denyut

jantung janin dan plasenta, pada kasus perdarahan secara

tidak disengaja.

e.) Pasang infus sambil dilakukan pengambilan darah darah

untuk pemeriksaan darah lengkap sebagai persiapan

apabila harus segera dilakukan tindakan sectio caesaria.

f.) Pemberian tokolitik (memastikan tidak ada kontra indikasi

pemakaian) terbutalin 250u gr IV perlahan (> 5 menit) atau

salbutamol 0,5 mg IV perlahan (> 5 menit) antara 5-10

28

menit sebelum prosedur dilakukan untuk merelaksasi uterus

sebelum dan selama prosedur.

g.) Ibu dianjurkan berbaring telentang dan meninggikan kaki

tempat tidur

h.) Mengosongkan kandung kemih ibu.

i.) Mula-mula bokong dikeluarkan dari pelvis dan diarahkan

ke arah lateral sedikit sebesar 900.

j.) Kepala akan bergerak 900 ke arah berlawanan dengan

bokong.

k.) Dilakukan manuver bersamaan pada kepala dan bokong

untuk mengarahkan kepala ke arah kaudal dan bokong ke

arah kranial.

l.) Prosedur tidak boleh diteruskan bila posisi janin tidak

berubah dengan mudah.

m.) Penggunaan kardiotokograf untuk memantau jantung janin

selama prosedur.

n.) Ibu tetap tinggal di rumah sakit selama 2 jam setelah

prosedur dan akan diperiksa satu minggu kemudian untuk

mengkonfirmasi presentasi janin.

o.) Dalam satu sesi versi luar, direkomendasikan tidak lebih

dari dua kali upaya versi luar. Apabila belum berhasil dapat

diulang pada sesi berikutnya.

29

Gambar 2.3 Prosedur Versi Luar

Sumber : Cunningham (2009)

2) Posisi knee chest atau dada-lutut

Menurut Chapman (2006), asuhan mandiri yang bersifat

menyeluruh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu :

a.) Beri informasi dan dukungan moril

b.) Lakukan postural posisi knee chest dan anjurkan dilakukan

dirumah

c.) Kolaborasi dokter dan memberitahu ibu kapan harus datang

ke pelayanan kesehatan.

Langkah-langkah knee chest yang dapat dilakukan ibu di

rumah yaitu Ibu dengan posisi menungging (seperti sujud)

dimana : lutut dan dada menempel pada lantai, lutut sejajar

dengan dada, lakukan 3-4x/hari selama 15 menit.

Syarat melakukan knee chest adalah usia kehamilan 7-7,5

bulan masih dapat dilakukan, melakukan posisi knee chest 3-

30

4x/hari selama 15 menit, efektif bila umur kehamilan 34-36

minggu.

Gambar 2.4 Posisi knee chest

Sumber : Prawirohardjo (2011)

3) Pemberian informasi tentang keadaan, penyebab serta

dukungan mental.

Dalam pemberian informasi tentang keadaan ibu dan

penyebab, bidan di harapkan dapat menjelaskan dengan benar

bagaimana keadaan ibu yang dialami, resiko yang mungkin

ditimbulkan, serta penyebab terjadinya letak sungsang,

berikanlah kesempatan untuk ibu bertanya tentang keadaannya,

dan lakukanlah evaluasi kepada ibu tentang informasi yang

sudah dijelaskan. Sedangkan dukungan moril yang berikan

adalah motivasi untuk ibu tidak cemas dengan keadaannya dan

mau mengikuti anjuran yang diberikan tenaga kesehatan.

(Prawirohardjo, 2011; Medforth dkk, 2011; Mufdlilah, 2009;

Hakimi, 2010)

31

B. Teori Manajemen Kebidanan

Proses manajemen yang dipakai bidan mengacu pada 7 langkah

Varney yang terdiri atas:

1. Langkah I. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

Untuk memperoleh data dasar secara lengkap pada kasus kehamilan

dengan letak sungsang dapat diperoleh melalui:

a. Anamnesa

1.) Identitas

Umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan pasien perlu dikaji

untuk mengetahui faktor resiko dari prematuritas dan plasenta

previa yang merupakan etiologi dari letak sungsang. Letak

sungsang dapat disebabkan oleh prematuritas dan plasenta

previa, sementara faktor predisposisi terjadinya prematuritas dan

plasenta previa adalah primigravida muda (<20 tahun),

primigravida tua (>35 tahun), tingkat pendidikan dan

penghasilan rendah akan mempengaruhi pola nutrisi rendah

(Sastrawinata, 2006).

2.) Keluhan Utama

Keluhan yang biasanya dirasakan pasien dengan kehamilan

letak sungsang adalah merasakan gerakan janin di perut bagian

bawah dan mungkin juga merasakan nyeri pada rektum karena

gerakan janin aktif di bagian perut bawah ibu (Hakimi, 2010).

32

3.) Riwayat Menstruasi

Riwayat Menstruasi ditanyakan kepada ibu hamil dengan

letak sungsang untuk mengetahui HPHT (Hari Pertama Haid

Terakhir) sehingga umur kehamilan dapat diketahui. Salah satu

faktor predisposisi letak sungsang adalah prematuritas, maka

harus di pastikan umur kehamilannya (Prawirohardjo, 2011).

4.) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan oleh

ibu dengan gejala-gejala nyeri perut bagian bawah, atau

gerakan janin yang sangat aktif pada bagian bawah perut

(Hakimi, 2010).

b) Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan keluarga juga ditanyakan pada

ibu kemungkinan ada riwayat kehamilan ganda karena

kehamilan ganda merupakan etiologi letak sungsang

(Prawirohardjo, 2011).

5.) Riwayat Obstetri

Data ini untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat

operasi kehamilan yaitu sectio caesaria. Untuk mengetahui

apakah penyulit dalam kehamilan sebelumnya (Prawirohardjo,

2011).

33

6.) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Data riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

untuk mengetahui tahun atau tanggal partus, umur kehamilan,

jenis persalinan, penolong, penyulit, keadaan anak (jenis

kelamin, berat badan dan panjang badan), komplikasi-

komplikasi yang terjadi (Jannah, 2011).

7.) Data Psikososial

Kecemasan pasien dapat muncul karena masalah yang

dialaminya. Hai ini muncul karena ketidakpahaman pasien

dengan penyakit yang diderita dan menimbulkan frustasi pada

pasien (Prawirohardjo, 2011).

8.) Data Objektif

Data obyektif yang bisa digunakan dalam mendukung

data dasar dalam kasus letak sungsang antara lain:

1) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus kehamilan

letak sungsang untuk mengetahui keadaan umum, kesadaran

pasien, tekanan darah, nadi, tinggi badan serta pemeriksaan

fisik pada perut (Varney, 2007).

2) Pemeriksaan Khusus

a) Inspeksi

Pada kasus hamil letak sungsang dilakukan inspeksi

pada bentuk panggul ibu ada atau tidaknya kelainan dan

34

pembesaran uterus yang tidak sesuai umur kehamilan

(Manuaba, 2010).

b) Palpasi

Palpasi yang dilakukan pada ibu hamil dengan letak

sungsang untuk memastikan apakah ada pembesaran

uterus yang tidak normal, mengetahui posisi janin

didalam rahim, dan mengetahui ada atau tidaknya

benjolan yang tidak normal pada uterus. Palpasi yang

dilakukan pada kehamilan letak sungsang akan

ditemukan bagian bulat, keras dan melenting di bagian

fundus uteri serta bulat dan lunak di bagian atas panggul

(Prawirohardjo, 2011).

c) Auskultasi

Pada kasus letak sungsang dilakukan auskultasi

untuk menentukan ada dan letak bunyi denyut jantung

janin dan untuk mendengar bising usus. Denyut jantung

janin pada kehamilan letak sungsang akan ditemukan

pada kuadran atas perut ibu (Hakimi, 2010).

3) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang adalah data atau fakta yang

diperoleh dari hasil pemeriksaan rontgen, USG, patologi

anatomi, pemeriksaan laboratorium seperti cek darah dan

urine (Varney, 2007).

35

Kasus kehamilan dengan letak sungsang

memerlukan pemeriksaan penunjang USG lengkap terutama

mengenai letak bayi, letak placenta, volume amnion, ada

atau tidaknya mioma dan kehamilan kembar, serta kelainan

konginental pada bayi (Manuaba, 2010).

2. Langkah II. Interpretasi Data Dasar

Interpretasi data dari data-data yang telah dikumpulkan pada langkah

penyajian data mengacu pada:

a. Diagnosis Kebidanan

Diagnosis kebidanan pada kasus kehamilan letak sungsang

adalah Ny. G umur 30 tahun G3P2A0 hamil 35+1 minggu dengan

letak sungsang. Penegakan diagnosa berdasarkan data dasar yaitu

data subyektif yang diperoleh melalui anamnesa (identitas, keluhan,

riwayat menstruasi, riwayat penyakit, riwayat persalinan yang lalu

dan psikososial) serta data objektif yang diperoleh melalui

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang memperkuat

diagnosis. Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum, kesadaran,

tanda-tanda vital,dan pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi dan

auskultasi). Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan rontgen

yaitu USG (Benson dan Pernoll’s, 2008).

36

b. Masalah

Masalah yang mungkin terjadi pada kasus kehamilan

dengan letak sungsang adalah cemas dengan kehamilanya (Varney,

2007).

c. Kebutuhan

Kebutuhan yang mungkin dibutuhkan oleh ibu hamil dengan

letak sungsang adalah penjelasan tentang penyebab kelainan posisi

janin, penjelasan tentang kemungkinan berubahnya posisi janin,

dukungan psikologis dengan menyakinkan ibu bahwa ada upaya

yang bisa dilakukan untuk mengubah posisi janin (Medforth dkk,

2011).

3. Langkah III. Identifikasikan Diagnosa atau Masalah Potensial dan

Antisipasi Penanganannya

Masalah potensial tidak terjadi pada kasus kehamilan letak

sungsang ini karena tidak membahayakan kondisi ibu dan janin pada

saat kehamilan apabila tidak dilakukan penatalaksanaan knee chest.

Antisipasi penanganan tidak diperlukan karena tidak adanya

diagnosa atau maslah potensial yang muncul. (Cunningham, 2010).

4. Langkah IV. Kebutuhan terhadap Tindakan Segera

Kebutuhan terhadap tindakan segera tidak ada, karena dalam kasus

kehamilan ini tidak menyebabkan kematian secara langsung pada ibu

dan janin yang menuntut akan tindakan segera (Cunningham, 2010).

37

5. Langkah V. Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh

Rencana asuhan yang dapat dilakukan pada ibu hamil dengan

letak sungsang meliputi:

a. Informasikan pada ibu dan keluarga tentang kondisi dan penyebab

yang dialami ibu dan janin.

b. Berikan informasi tentang upaya merubah posisi janin dalam rahim

yang dapat dilakukan ibu dirumah (knee chest) yaitu dengan

melakukan posisi ini 3-4x tiap hari selama 15 menit dalam satu

minggu. Prosedur knee chest terlampir.

c. Pantau hasil pemeriksaan penunjang rontgen (pemeriksaan USG:

posisi dan kelainan janin, keadaan placenta, keadaan amnion) dan

anjurkan ibu seminggu setelah melakukan upaya posisi dada-lutut

(knee chest) untuk USG ulang pada dokter Sp.OG.

d. Melakukan kunjungan rumah dengan memberikan asuhan antara lain

mendampingi ibu saat melakukan posisi dada-lutut (knee chest),

memotivasi ibu untuk terus melakukan posisi dada-lutut secara

teratur sesuai yang dianjurkan, memeriksa letak janin dalam uterus.

e. Apabila upaya knee chest berhasil : anjurkan kontrol ulang satu

minggu kembali untuk menilai apakah posisi janin berubah atau

tidak, apabila tidak berhasil : jelaskan pilihan upaya yang dapat

dipilih ibu yaitu rencana persalinan aman (sectio caesaria).

f. Berkolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk upaya yang dipilih ibu

setelah knee chest tidak berhasil merubah presentasi janin.

38

g. Motivasi pasien untuk mengikuti dan mematuhi rencana asuhan yang

dianjurkan.

h. Pemberian suplemen pada ibu hamil trimester III.

(Prawirohardjo, 2011; Medforth dkk, 2011; Mufdlilah, 2009;

Hakimi, 2010).

6. Langkah VI. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan

Aman

Pada langkah keenam ini, asuhan dilaksanakan secara efisien dan

aman sesuai dengan perencanaan yang telah diuraikan (Varney,2007).

7. Langkah VII. Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada

ibu hamil dengan letak sungsang adalah:

a. Kecemasan berkurang

b. Pasien dan keluarga mengerti tentang keadaan yang dialaminya

c. Pasien mendapat asuhan yang menyeluruh untuk masalah yang

dihadapinya

d. Ibu dapat melakukan posisi knee chest dengan baik, teratur dan benar

e. Posisi janin berubah menjadi normal yaitu presentasi kepala

(Prawirohardjo, 2011).

C. Follow Up Catatan Perkembangan Kondisi Pasien

Varney (2007) menyatakan bahwa alur berfikir bidan saat

menghadapi pasien meliputi 7 langkah. Tujuh langkah Varney disarikan

39

menjadi 4 langkah, yaitu SOAP (Subjektif, Objektif, Assessment, dan

Plan).

S: Subjektif

Data subjektif catatan perkembangan pasien melalui anamnesis.

Data subyektif kehamilan letak sungsang adalah pasien sudah

melakukan posisi dada-lutut (knee chest) dan memeriksakan USG pada

dokter Sp.OG dan didapatkan hasil posisi janin berubah menjadi bagian

terbawah janin adalah kepala (Varney, 2007).

O: Objektif

Data objektif catatan perkembangan kehamilan dengan letak

sungsang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang meliputi: kesadaran, keadaan umum, tanda-

tanda vital (tekanan darah,nadi,dan suhu), pemeriksaan abdomen

dengan palpasi leopold yang menunjukkan presentasi kepala, serta

pemeriksaan penunjang USG yang menunjukkan posisi janin normal

(Prawirohardjo, 2011).

A: Assesment

Mengambarkan pendokumentasian analisis dan interpretasi data

subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi diagnosa, diagnosa atau

masalah potensial serta perlunya tindakan segera pada kehamilan letak

sungsang. Diagnosis kebidanan pada kasus kehamilan letak sungsang

adalah Ny. G umur 30 tahun G3P2A0 hamil 35+1 minggu, normal.

Masalah potensial yaitu posisi janin yang kemungkinan dapat berubah

40

kembali setelah dilakukan penatalaksanaan. Tindakan antisipasi yang

dapat dilakukan oleh bidan adalah memantau kehamilan pada saat

kunjungan rumah dan kunjungan ulang seminggu kemudian, dan tetap

berkolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemeriksaan USG

(Cunningham, 2009).

P: Plan

Mengambarkan pendokumentasian seluruh perencanaan,

penatalaksanaan yang sudah dilakukan dan evaluasi pada kehamilan

dengan letak sungsang seperti tindakan antisipasi seperti observasi

keadaan umum, kesadaran, tanda – tanda vital, dan palpasi abdomen.

Melanjutkan rencana asuhan hasil dari kolaborasi dengan dokter sampai

posisi janin normal. Perencanaan yang dilakukan bidan adalah

menganjurkan ibu untuk kontrol ulang seminggu kemudian, dan tetap

melakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui posisi janin.

Penatalaksanaan yang dilakukan haruslah asuhan yang menyeluruh.

Evaluasi yang diharapkan posisi janin menjadi normal, kecemasan ibu

berkurang, ibu dapat bersalin dengan normal (Medforth, 2011).