BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku -...

22
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Pengertian Perilaku Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan pengertian lain menyebutkan perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia (Purwanto, 2002). Perilaku yang muncul dari individu dapat dikatakan merupakan usaha individu untuk memenuhi kebutuhannya dan usaha tersebut dapat diamati. 2. Jenis Respon Skinner (1938) dikutip oleh Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Menurut Notoatmodjo (2003) respon dibedakan menjadi dua : a. Respondent response atau reflexive respons, adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Respon yang ditimbulkan relatif tetap.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku -...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia,

baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan pengertian lain menyebutkan

perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia,

sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada

dalam diri manusia (Purwanto, 2002). Perilaku yang muncul dari individu

dapat dikatakan merupakan usaha individu untuk memenuhi kebutuhannya

dan usaha tersebut dapat diamati.

2. Jenis Respon

Skinner (1938) dikutip oleh Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa

perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan

tanggapan (respon). Menurut Notoatmodjo (2003) respon dibedakan

menjadi dua :

a. Respondent response atau reflexive respons, adalah respon yang

ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Respon yang

ditimbulkan relatif tetap.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

8

b. Operant response atau instrument reflexive, adalah respon yang timbul

dan berkembang oleh perangsang tertentu. Perangsang ini bersifat

memperkuat respon yang telah dilakukan.

3. Bentuk Perilaku

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon

organisme atau seseorang terhadap perangsangan (stimulus) dari luar

subjek tersebut. Menurut Notoatmodjo (2003) respon ini berbentuk dua

macam yaitu :

a. Bentuk pasif adalah respon internal yang terjadi di dalam diri manusia

dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain. Dalam hal ini

perilaku masih terselubung atau covert behavior.

b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara

langsung. Perilaku ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata atau

overt behavior.

4. Cakupan Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya

adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan

serta lingkungan. Adapun perilaku kesehatan mencakup :

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit. Perilaku ini sesuai

dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yaitu :

1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan

kesehatan (health promotion behavior), misalnya makan makanan

yang bergizi, olah raga dan sebagainya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

9

2) Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) adalah

respon untuk melakukan pencegah penyakit. Misalnya : tidak

minum kopi, tidak minum beralkohol, tidak makan berlemak,

menghentikan kebiasaan merokok dan sebagainya.

3) Perilaku sehubungan dengan pencarian bantuan pengobatan

(health seeking behavior), yaitu perilaku untuk melakukan atau

mencari pengobatan. Misalnya : usaha-usaha mengobati sendiri

penyakitnya, atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas

kesehatan modern (puskesmas, mantri, dokter praktek dan

sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun,

sinshe, dan sebagainya).

4) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health

rehabilitation behavior) yaitu perilaku yang berhubungan dengan

usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu

penyakit. Misalnya melakukan diet (rendah lemak, rendah garam),

mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka pemulihan

kesehatannya.

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan

modern ataupun tradisional.

c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yaitu respon

seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health

behavior) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai

determinan kesehatan manusia.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

10

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut teori Lawrence Green (1980) yang dikutip Notoatmodjo

(2003), menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga

faktor, yaitu :

a. Faktor Predisposisi

Termasuk didalamnya adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan dan nilai-nilai.

1) Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang

lain. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Pada umumnya klien yang

hipertensi atau tidak hipertensi menganggap bahwa perilaku

pencegahan stroke selama tidak dilakukan atau tidak boleh

dilakukan.

2) Sikap

Mempengaruhi perilaku karena sikap merupakan kesiapan

berespon atau bertindak. Bila klien bersikap kurang baik

sehubungan dengan perilaku pencegahan stroke, maka hal tersebut

dapat berpengaruh terhadap perilaku yang muncul, untuk itu klien

sehubungan dengan perilaku pencegahan stroke harus diperhatikan

oleh petugas kesehatan.

3) Kepercayaan

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek,

nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan

keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

11

Masyarakat yang mempercayai suatu keyakinan tertentu, maka

dalam menghadapi suatu perilaku kesehatan akan berpengaruh

terhadap status kesehatannya.

4) Keyakinan

Suatu hal yang dianggap benar dan dianut sebagai aturan

yang dilakukan oleh masyarakat.

5) Nilai-nilai

Pada masyarakat dimanapun selalu berlaku nilai-nilai yang

menjadi pegangan sikap orang dalam menyelenggarakan hidup

bermasyarakat.

b. Faktor pendukung (Enabling factors)

Faktor pendukung disini adalah ketersediaan sumber-sumber

dan fasilitas yang memadai. Sumber-sumber dan fasilitas tersebut

sebagian harus digali dan dikembangkan dari masyarakat itu sendiri.

Faktor pendukung ada dua macam, yaitu : fasilitas fisik dan fasilitas

umum. Fasilitas fisik yaitu fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan,

misalnya puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepsi, jamban dan

sebagainya. Sedangkan fasilitas umum yaitu media informasi,

misalnya TV, koran, majalah.

c. Faktor penguat

Meliputi sikap dan perilaku petugas. Semua petugas kesehatan,

baik dilihat dari jenis dan tingkatnya pada dasarnya adalah pendidikan

kesehatan. Petugas kesehatan harus memiliki sikap dan perilaku

petugas kesehatan, tokoh masyarakat, teman sebaya dan orang tua.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

12

Perilaku erat hubungannya dengan kesehatan. Tingkat

kesehatan, keselamatan, serta kehidupan seseorang banyak ditentukan

oleh faktor perilaku. Perilaku mempunyai andil nomer dua setelah

lingkungan terhadap status kesehatan. Perilaku pencegahan stroke

adalah salah satu bagian penting yang harus klien perhatikan, sebagai

persiapan untuk pencegahan nantinya dilakukan dengan menjauhi

semua hal yang kurang baik dan menjauhi kebiasaan yang kurang baik

seperti : minum kopi, merokok, olahraga tidak teratur, minum alcohol

dan makan makanan yang mengandung lemak.

Selain itu perilaku pencegahan dapat pula dipengaruhi oleh

tingkat pengetahuan individu. Semakin baik tingkat pengetahuan

seseorang maka semakin baik pula perilaku pencegahan individu

terhadap penyakit stroke.

B. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten

dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90

mmHg. Sementara itu diastolik lebih kecil dari 85 mmHg dianggap

tekanan darah normal, 85-89 mmHg normal tinggi, 90-104 mmHg

hipertensi ringan 105-114 mmHg hipertensi sedang, dan lebih dari 115

dianggap tekanan darah tinggi (Wiryowidagdo, 2003).

2. Penyebab hipertensi

Penyebab hipertensi diantaranya karena faktor keturunan, ciri dari

perseorangan serta kebiasaan hidup seseorang. Seseorang memiliki

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

13

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya

adalah penderita hipertensi. Sedangkan ciri perseorangan yang berupa

umur, jenis kelamin dan ras juga mempengaruhi timbulnya hipertensi.

Umur yang bertambah menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah,

tekanan darah pada pria umumnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan

wanita. Ras kulit hitam hampir dua kali lebih banyak dibanding dengan

orang kulit putih, kebiasaan hidup seseorang dengan konsumsi garam

tinggi, kegemukan atau makan berlebihan, stres atau ketegangan jiwa,

kebiasaan merokok, minum alkohol dan obat-obatan atau terjadinya

hipertensi (Gunawan, 2001).

3. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi tekanan darah tinggi banyak ragamnya, tetapi perlu

diketahui klasifikasi menurut etologinya. Dan tekanan darah tinggi dibagi

menjadi 2 yaitu :

a. Hipertensi Esensial

Adalah suatu bentuk tekanan darah tinggi yang tidak diketahui

penyebabnya atau tanpa tanda-tanda kelainan alat didalam tubuh.

b. Hipertensi Sekunder

Adalah tekanan darah tinggi yang penyebabnya dapat

diidentifikasi (Marsud, 1996).

4. Komplikasi Hipertensi

Dalam perjalannya penyakit ini dapat menyebabkan berbagai

macam komplikasi antara lain yaitu (Marsud, 1996) :

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

14

a. Stroke

Hubungan stroke dengan hipertensi dapat dijelaskan dengan

singkat, bahwa tahanan dari pembuluh darah memiliki batasan dalam

menahan tekanan darah yang datang. Apalagi dalam otak pembuluh

darah yang ada termasuk pembuluh darah kecil yang otomatis

memiliki tahanan yang juga kecil. Kemudian bila tekanan darah

melebihi kemampuan pembuluh darah, maka pembuluh darah ini akan

pecah dan selanjutnya akan terjadi stroke hemoragik yang memiliki

prognosis yang tidak baik.

b. Gagal jantung

Kompensasi jantung terhadap kerja yang keras akibat hipertensi

berupa penebalan pada otot jantung kiri. Kondisi ini akan memperkecil

rongga jantung untuk memompa, sehingga jantung akan semakin

membutuhkan energi yang besar. Kondisi ini disertai dengan adanya

gangguan pembuluh darah jantung sendiri (koroner) akan

menimbulkan kekurangan oksigen dari otot jantung dan berakibat rasa

nyeri. Apabila kondisi dibiarkan terus menerus akan menyebabkan

kegagalan jantung untuk memompa dan menimbulkan kematian.

c. Ginjal

Hipertensi yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan

dari pembuluh darah pada organ ginjal, sehingga fungsi ginjal sebagai

pembuang zat-zat racun bagi tubuh tidak berfungsi dengan baik.

Akibat akan terjadi penumpukan zat yang berbahaya bagi tubuh yang

dapat merusak organ tubuh lain terutama otak.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

15

d. Mata

Mata menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan

kebutaan.

5. Pencegahan Stroke pada Pasien Hipertensi (Murni, 2000)

Pencegahan stroke pada pasien hipertensi dapat dilakukan dengan

dua cari yaitu pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan

primer meliputi usaha pencegahan serangan stroke yang pertama kalii

yaitu pengobatan tekanan darah, dimana pada pasien yang memiliki

tekanan darah tinggi (tekanan sistolik lebih dari 150 mmHg) dengan hati-

hati memakai preparat antagonis kalsium (seperti nifedipin) serta

selanjutnya salah satu anggota kelompok obat yang disebut penghambat

beta (misal etanol). Pemeriksaan kadar lemak darah pada penderita

hipertensi usia pertengahan dan usia lanjut mempunyai permasalahan yang

berhubungan dengan lemak. Penderita yang usianya lebih muda harus

memperoleh nasehat diet rendah lemak jenuh, hidrat arang (kalori

seimbang), ditambah dengan obat kadar lemak yang berbahaya (seperti

klofibrat). Permasalahan atau problem pembuluh darah pada penderita

yang pernah mengalami serangan iskemik sepintas atau penyempitan

pembuluh arteri karotis harus menjalani pemeriksaan antara lain

pemeriksaan gelombang suara ultra untuk mengetahui keadaan arteri

karotis juga dijumpai kelainan dilakukan pemeriksaan (Murni, 2000).

Pada pencegahan sekunder merupakan usaha pencegahan pada

penderita yang pernah mengalami serangan stroke dan ingin menghindari

serangan berikutnya berupa tekanan darah pada pasien yang mempunyai

tekanan darah tinggi harus diobati dengan tekanan darah tinggi harus

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

16

diobati dengan hati-hati. Obat yang diberikan harus dalam tekanan kecil

dahulu dan selanjutnya dinaikkan secara bertahap. Pemberian sebutir

aspirin sehari pada penderita yang serangan strokenya disebabkan oleh

trombosis harus mendapatkan aspirin sebagai tindakan pencegahan.

Pemberian Warfarin pada penderita kelainan jantung yang dapat

menimbulkan trombosis bisa dilindungi dengan pemberian antikoagulan

warfarin. Penderita yang terus mendapatkan serangan iskemik sepintas

sekalipun sudah minum aspirin dapat menggunakan warfarin.

5. Komplikasi Hipertensi

. Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang

dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain stroke, gagal

jantung, ginjal, mata. Hubungan stroke dengan hipertensi dapat dijelaskan

dengan singkat, bahwa tahanan dari pembuluh darah memiliki batasan

dalam menahan tekanan darah yang datang. Apalagi dalam otak pembuluh

darah yang ada termasuk pembuluh darah kecil yang otomatis memiliki

tahanan yang juga kecil. Kemudian bila tekanan darah melebihi

kemampuan pembuluh darah, maka pembuluh darah ini akan pecah dan

selanjutnya akan terjadi stroke hemoragik yang memiliki prognosis yang

tidak baik. Dengan demikian kontrol dalam penyakit hipertensi ini dapat

dikatakan sebagai pengobatan seumur hidup bilamana ingin dihindari

terjadinya komplikasi yang tidak baik (Edwintohaga 2009).

C. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

17

2003). Pengindraan terjadi setelah orang melalui panca indera manusia,

yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2003). Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, ia

harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku bagi dirinya atau

keluarganya, misalnya penderita akan melakukan perilaku pencegahan

stroke, apabila ia tahu apa tujuan dan apa akibatnya bila tidak melakukan

perilaku pencegahan stroke.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku yang didasari

pengetahuan umumnya bersifat langgeng.

2. Proses Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dalam diri seseorang

dapat terjadi melalui suatu proses yang meliputi :

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini

sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

18

3. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) tingkatan pengetahuan dalam domain

kognitif mencakup 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu

artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah

ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan

misalnya dapat mendefinisikan arti penyakit stroke, mampu

menyebutkan tanda dan gejala penyakit stroke, mampu menyebutkan

etiologi penyakit stroke.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterprestasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.

Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan,

memberikan contoh dan menyimpulkan, misalnya dapat menjelaskan

manfaat perilaku pencegahan stroke dengan benar, berikan contoh-

contoh perilaku pencegahan stroke, klien dapat menyimpulkan hasil

pendidikan kesehatan tentang perilaku pencegahan stroke.

c. Penerapan (Application)

Penerapan yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata dan dapat menggunakan

hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

19

Contoh : klien dapat melakukan perilaku pencegahan stroke dengan

baik dan benar.

d. Analisis (Analysis)

Analisis artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek

kedalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih didalam suatu struktur

objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan

adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan,

memisahkan, membuat bagan proses adopsi perilaku dan dapat

membedakan pengertian psikologi dengan fisiologi.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-

bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan,

merencanakan dan menyesuaikan suatu teori yang telah ada. Misalnya

penderita dapat merencanakan perilaku pencegahan stroke.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau

disusun sendiri misalnya penderita dapat membedakan perilaku

pencegahan stroke yang baik dan benar.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

20

D. Stroke

1. Pengertian Stroke

Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik

lokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat,

berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa

ditemukan penyebab selain daripada gangguan vascular. Gangguan

peredaran darah otak dapat mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila

gangguan yang terjadi cukup besar akan mengakibatkan kematian

sebagian otak (infark). Gejala-gejala yang terjadi tergantung pada daerah

otak yang dipengaruhinya (Sustrani, 2004).

2. Patofisiologi

Tekanan darah yang terlalu tinggi pada hipertensi dapat

menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah bila hal

ini terjadi pada pembuluh darah di otak maka terjadi perdarahan otak yang

dapat menyebabkan kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan

dari gumpalan darah yang macet dan pembuluh darah yang menyempit

(Sustrani, 2004).

3. Tanda dan Gejala

Menurut Soeharto (2002) menyebutkan bahwa tanda dan gejala dari

stroke adalah sebagai berikut :

a. Hilangnya kekuatan (atau timbulnya gerakan canggung) di salah satu

bagian tubuh, terutama di satu sisi, termasuk wajah, lengan atau

tungkai.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

21

b. Rasa baal (hilangnya sensasi) atau sensasi tak lazim di suatu bagian

tubuh, terutama jika hanya salah satu sisi.

c. Hilangnya penglihatan total atau parsial di salah satu sisi.

d. Tidak mampu berbicara dengan benar atau memahami bahasa.

e. Hilangnya keseimbangan, berdiri tak mantap atau jatuh tanpa sebab.

f. Serangan sementara jenis lain, seperti vertigo, pusing bergoyang,

kesulitan menelan, kebingungan akut atau gangguan daya ingat.

g. Nyeri kepala yang terlalu parah, muncul mendadak atau memiliki

karakter tidak lazim, termasuk perubahan pola nyeri kepala yang tidak

dapat diterangkan.

h. Perubahan kesadaran yang tidak dapat dijelaskan atau kejang.

4. Faktor Resiko Stroke

Stroke dapat dicegah dengan memanipulasi faktor resiko baik

individu maupun komunitas seperti yang diungkapkan oleh Murni Indrasti

(2004), faktor resiko stroke antara lain :

a. Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor resiko mayor, baik stroke iskemik,

perdarahan subarachnoid. Hipertensi akan mempercepat aterosklerosis

sehingga mudah terjadi kolusi emboli pada pembuluh darah besar.

b. Penyakit Jantung

Penyakit jantung koroner, penyakit jantung kongestif, hipertrofi

ventrikel kiri, aritmia jantung dan terutama atrium fibrilasi merupakan

faktor resiko dari stroke, karena terdapat gangguan pemompaan atau

irama jantung, sehingga emboli yang berasal dari bilik jantung atau

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

22

vena pulmoner dapat menyebabkan terjadinya infark serebri yang

mendadak.

c. Diabetes Mellitus

Merupakan faktor resiko terhadap stroke iskemik dan bila

disertai dengan hipertensi resikonya akan menjadi lebih besar.

Diabetes mempunyai keseimbangan internal ke arah trombogenik.

Suatu abnormalis sistem hemostatik pada diabetes mellitus adalah

hiperaktivitas trombosit.

d. Aterosklerosis

Adanya manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina

pectoris, bising arterikarotis, klaudikasio, intermitten merupakan

faktor resiko dari stroke.

e. Viskositas Darah

Meningkatnya viskositas atau kekentalan darah baik disebabkan

oleh karena meningkatnya hematokrit dan fibrinogen akan

meningkatkan resiko stroke.

f. Pernah stroke sebelumnya atau TIA (Transient Iscemia Attack)

Dari semua penderita stroke 50% diantaranya pernah TIA.

Beberapa laporan menyatakan bahwa penderita dengan TIA

kemungkinan 1/3 nya akan mengalami TIA 1/3 tanpa gejala dan 1/3

akan mengalami stroke.

g. Peningkatan Kadar Darah Lemak

Ada hubungan positif antara aterosklerosis serebrovaskular. Ada

hubungan positif antara kadar kolesterol total dan kadar trigliserida

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

23

dengan resiko stroke dan ada hubungan negatif antara meningkatnya

HDL dengan resiko stroke.

h. Merokok

Merupakan faktor resiko stroke, resiko meningkat dengan

banyaknya jumlah rokok yang dihisap sehari. Dengan berhenti

merokok resiko stroke akan menurun setelah 2 tahun dan kemudian

akan terus menurun setelah 2 tahun dan kemudian akan terus

menurun, setelah 5 tahun resiko akan sama dengan bukan perokok.

i. Obesitas

Obesitas sering dihubungkan dengan hipertensi dan gangguan

toleransi glukosa dan akan meningkatkan resiko stroke. Obesitas tanpa

disertai hipertensi dan DM (Diabetes Mellitus) bukan merupakan

faktor resiko stroke yang bermakna.

j. Alkohol

Minum alkohol yang berlebihan merupakan faktor resiko untuk

stroke iskemik dan mungkin stroke hemoragik. Peminum alkohol yang

berlebihan akan meninggikan tekanan darah, kadar trigliserida,

fibrilasi atrium, paroksimal dan kardiomiopati.

k. Faktor resiko lainnya

Masih banyak lagi faktor resiko yang telah diteliti usia lanjut

dan jenis kelamin pria juga merupakan faktor resiko yang independent

dan kemungkinan termasuk sebagai faktor resiko ialah : migren, status

ekonomi, kenaikan hematokrit, fibrinogen, diet tinggi natrium, diet

rendah kalium dan inaktifitas (kurang olahraga).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

24

5. Klasifikasi Stroke

Stroke dapat terjadi akibat iskemia karena aliran darah berkurang

atau berhenti pada sebagian pembuluh darah otak. Bila darah pasien kental

dan alirannya lambat, maka akan terbentuk bekuan. Trombosis atau

bekuan darah ini dapat membendung atau menghalangi aliran darah otak.

Jika ada bercak kerusakan pada dinding pembuluh darah atau

atelosklerosis, maka bekuan akan terbentuk pada bercak tersebut

(Smeltzer, 2001). Stroke dapat terjadi akibat pecahnya suatu dinding

pembuluh darah akibat tekanan. Darah akan menyembur ke dalam otak

dan menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam tengkorak yang dapat

merusak otak.

6. Upaya untuk Pencegahan Serangan Stroke

Upaya-upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi serangan

stroke pada penderita hipertensi dengan cara sebagai berikut yaitu

(Norjanto, 2000) :

a. Olah raga yang teratur

Dengan melakukan olah raga yang teratur dan dinamis dapat

memperbaiki aliran darah ke otot-otot dan memperbaiki metabolisme

otot itu sendiri. Olah raga yang tidak mengeluarkan banyak tenaga

misalnya jalan kaki dengan cepat, jogging dan bersepeda, yang

memabantu terjadinya pelebaran pembuluh darah sehingga tensi

menjadi turun, sealin itu menambah kesegaran dan kebugaran jasmani

yang nanti akan meningkatkan daya tahan tubuh penderita menghadapi

serangan komplikasi penyakit hipertensi antara lain stroke.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

25

b. Diet yang rendah garam

Kemungkinan terjadi stroke pada penderita hipertensi sangat

tinggi bila penderita mengkonsumsi garam dapur terlalu banyak.

Orang yang normal biasanya mengkonsumsi garam dapur antara lain

5-15 gram perhari. Pada penderita hipertensi dianjurkan makan garam

seminimal mungkin sekitar 2-3 gram perhari mengurangi penggunaan

garam baik dari garam dapur maupun bahan adiptif seperti

monosodium glutamat, natrium benzoat dan natrium bikarbonat dapat

mengurangi terjadinya serangan stroke karena bahan-bahan tersebut

dapat menyebabkan terganggunya aliran darah dalam otak dan dapat

mengakibatkan stroke.

c. Perubahan pola hidup

1) Mengurangi kegemukan

Orang yang gemuk yang banyak mengkonsumsi kalori

tinggi mempunyai resiko besar terjadi hipertensi dan akhirnya

biasanya terjadi stroke. Dengan mengurangi berat badan dapat

menurunkan tekanan darah dengan jalan mengurangi asupan kalori

dengan makanan yang kandungan lemaknya rendah, gunakan susu

krim untuk menambah kandungan protein dalam sereal dan sup

dan tidak mengunakan santan.

2) Authoterapi hipertensi

Menanggulangi stroke pada pasien hipertensi bisa

dilakukan dengan cara meditasi syaratnya harus dilakukan secara

rutin, tanpa mengenal rasa bosan dan dalam waktu kurang lebih 3-

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

26

4 bulan, meditasi ini dilakukan setiap hari kurang lebih 20 menit,

boleh dilakukan pada pagi hari atau waktu luang.

3) Hentikan kebiasaan merokok

Pengapuran atau pengerasan pembuluh darah yang disebut

aterosklerosis merupakan akibat pertama kali dari merokok, dan

juga terjadi kurangnya volume pasca darah, rokok dapat

menyebabkan kenaikan tekanan darah 2-10 menit setelah dihisap.

Karena merangsang saraf mengeluarkan hormon yang bisa

menyebabkan pengerutan pembuluh darah sehingga tensi menjadi

naik dan menyebabkan faktor resiko terjadi stroke.

4) Memanajemen stress

Perubahan pola hidup yang serba otomatis menyebabkan

tubuh kurang gerak dan perubahan yang meliputi lingkungan, fisik

dan sosial mempengaruhi manusia menimbulkan stress dengan

berbagai manifestasi diantaranya hipertensi dan dapat

menyebabkan stroke. Hal ini dapat dicegah dengan cara berusaha

relaksasi dalam menghadapi masalah, melakukan refresing dan

dapat juga dengan mendalami agama dan berusaha menciptakan

keluarga yang bahagia.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

27

E. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori : Sumber : Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003)

F. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Variabel bebas (Independent) Variabel terikat (Dependent)

Tingkat pengetahuan tentang komplikasi hipertensi

Perilaku pencegahan stroke

Faktor Predisposisi 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Kepercayaan 4. Keyakinan 5. Nilai-nilai

Faktor Pendukung Ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan

Faktor Pendorong Sikap dan perilaku petugas kesehatan

Perilaku Pencegahan Stroke

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive... · memperkuat respon yang telah dilakukan. 3. Bentuk Perilaku

28

G. Variabel Penelitian

Variabel penelitian dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Variabel independent (bebas) : tingkat pengetahuan tentang komplikasi

hipertensi

2. Variabel dependent (terikat) : perilaku pencegahan stroke

H. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang komplikasi

hipertensi dengan perilaku pencegahan stroke di Kelurahan Tambak Aji

Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.