BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Pengertian Diare
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada
bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna
hijau, dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiah,
1997).
Diare adalah kondisi dimana terjadi perubahan kebiasan buang air
besar dengan karakteristik feses cairan (Tarwoto, Wartonah, 2004).
Diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa
air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya dan berlangsung
kurang dari 14 hari (Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah, 2008).
Disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar lebih dari 4x pada
bayi dan lebih dari 3x pada anak dengan konsistensi lembek sampai cair
yang frekuensinya lebih sering dan dapat bercampur darah atau lendir saja
dan berlangsung kurang dari 14 hari.
2. Penyebab Diare
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2004 secara klinis
penyebab diare dikelompokkan dalam 6 kelompok besar. Dibawah ini
adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan diare adalah :
a. Infeksi dari bakteri virus dan parasit
Virus : rotavirus,norwalk dan Norwalk like agens, adeno
virus.
Bakteri : shigella, salmonella, escheria coli, golongan vibrio,
bacilus aereus, clostridium perfringen, staphylococcus
aureus, camphylobacter dan aeromonas.
6
Parasit
Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium
coli, criptospandrum.
Cacing perut : ascaris, trichruris, strongiloides, blastissistis huminis.
b. Alergi
Alergi yang dapat disebabkan dari alergi makanan dan obat obatan.
c. Keracunan
Keracunan yang dapat disebabkan oleh keracunan :
1) Bahan kimia.
2) Racun yang diproduksi jasad renik ( algae ) dan ikan ,buah dan
sayur.
d. Imunodefisiensi
Imunodefisiensi yang dapat disebabkan penyakit HIV.
e. Malabsorpsi
Mal absorpsi yang dapat menyebabkan diare dapat dari mal absorpsi
protein dan lemak.
f. Sebab-sebab lain
Sebab lain misalnya masalah psikosomatis.
3. Patogenesis
Patogenesis penyakit diare menurut Iin Inayah tahun 2004 adalah :
a. Terdapat fakor yang menyebabkan diare yaitu :
1) Pengurangan atau penghambatan ion ion.
2) Perangsangan dan sekresi aktif ion ion pada usus.
b. Terdapatnya zat yang sukar di absorbsi atau cairan dengan tekanan
osmotik tinggi pada usus yaitu :
1) Larutan yang sukar diserap atau laksatif.
2) Penyimpangan penyerapan pencernaan.
3) Kegagalan pengangkutan makanan non eletrolit yang mempunyai
tekanan osmotik tinggi.
7
c. Perubahan pergerakan dinding usus
1) Penurunan pergerakan peristaltic yang menyebabkan bertambahnya
perkembang biakan bakteri dalam rongga usus.
2) Meningkatnya pergerakan usus yang menyebabkan kurangnya
waktu antara kontak makanan dengan permukaan usus halus,
sehingga makanan cepat masuk ke dalam lumen kolon.
3) Pengosongan kolon secara prematur yag disebabkan isi kolon atau
proses peradangan kolon yang mempersingkat waktu kontak
sehingga volume dan feses akan bertambah cair.
4. Tanda dan Gejala
Gejala klinis penyakit diare menurut Iin Inayah tahun 2004 adalah :
a. Diare yang dapat bercampur darah, lendir, lemak atau berbuih.
b. Rasa sakit diperut.
c. Rasa kembung.
d. Demam.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang diperlukan untuk klien dengan diare
menurut Iin Inayah tahun 2004 adalah:
a. Pemeriksaan Fisik
1) Penurunan berat badan.
2) Anemia.
3) Demam.
b. Pemeriksaan Khusus
1) Colok rectal.
2) Rekto sigmoideskopi.
3) Kolonoskopi.
4) Barium enema.
5) Barium follow through.
6) Foto dada.
8
7) Barium meal.
c. Pemeriksaan laboratorium
1) Laju Endap Darah.
2) Hipokalsemia.
3) Avitaminosis D.
4) Serum albumin tinggi.
5) Fosfatase alkali.
6) Masa protrombin.
d. Radiologis
e. Kolonosopi
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare adalah
a. Istirahat mental dan fisik (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
2007).
b. Mengkoreksi cairan dan elektrolit (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2007).
c. Loperamid
Loperamid adalah opioid yang paling tepat untuk efek lokal pada usus
karena tidak mudah menembus kedalam otak. Oleh karena itu
loperamid hanya mempunyai sedikit efek sentral dan tidak
menyebabkan ketergantungan (Michael J.Nael, 2005).
d. Opiate (Iin Inayah, 2004).
e. Anti diare
Anti motilitas digunakan sebagai terapi simptomatis pada diare akut
ringan sampai sedang. Opioid seperti morfin, difenoksilat dan kodein
menstimulasi aktivitas reseptor m pada neuro mesentrikus dan
menyebabkan hiperpolarisasi dengan meningkatkan konduktansi
kaliumnya. Hal tersebut menghambat pelepasan asetil kolin dari
pleksus mienterikus dan menurunkan motiltas usus (Michael J.Nael,
2005).
9
Prinsip penatalaksanaan untuk penderita diare menurut Dinas
Kesehatan provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 adalah :
a. Mencegah terjadinya dehidrasi
Mencegah dehidrasi dapat dilakukan dengan memberikan minum lebih
banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan. Bila tidak
mungkin berikan air matang, jangan berikan minuman berosmolaritas
tinggi seperti soft drink.
b. Mengobati dehidrasi
Obat dehidrasi yang cepat dan tepat adalah oralit. Bila dehidrasinya
berat dapat diberikan cairan ringer laktat secara intravena sebelum
dilanjutkan terapi oral.
c. Pemberian ASI/ makanan
Pemberian ASI/ makanan bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya
berat badan.
d. Pemberian Zinc
Pemberian Zinc bertujuan untuk metabolisme radikal bebas super
peroksida sehingga kadar radikal bebas dalam tubuh berkurang.
e. Mengobati masalah lain
Apabila ditemukan penderita dengan disertai penyakit lain maka beri
pengobatan sesuai indikasi dengan tetap mengutamakan rehidrasi.
B. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diare
Suatu penyakit timbul karena tidak seimbangnya berbagai faktor baik
dari faktor sumber penyakit, faktor penjamu, dan faktor lingkungan. Hal ini
disebut penyebab majemuk (Supariasa, dkk, 2001).
1. Penyebaran sumber penyakit yang menyebabkan diare
Faktor sumber penyakit dapat dibagi menjadi 8 unsur yaitu unsur
gizi, unsur kimia dari luar dan dalam, faktor fisiologis, faktor genetik,
faktor psikis, faktor tenaga dan kekuatan fisik, dan faktor biologi
(Supariasa, dkk, 2001).
10
Kuman penyebab diare bisanya menyebar melalui fecal oral antara
lain melalui makanan/ minuman yang tercemar tinja dan atau kontak
langsung dengan tinja penderita. Faktor perilaku yang dapat menyebabkan
penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare
menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 adalah
sebagai berikut :
a. Tidak diberi ASI penuh pada bulan pertama kehidupan
ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Tidak
memberikan ASI Eksklusif secara penuh selama 4 sampai 6 bulan
meningkatkan risiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi
yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat
juga lebih besar. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara
penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare
daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu formula.
b. Penggunaan botol susu
Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman,
karena botol susu susah dibersihkan. Penggunaan botol untuk susu
formula, biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga
mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
c. Kebiasaan cuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan
yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,
sesudah membuang tinja anak, sebelum menyuapi makan anak dan
sesudah makan, mempunyai dampak dalam menurunkan kejadian
diare.
d. Kebiasaan membuang tinja
Membuang tinja (termasuk tinja bayi) harus dilakukan secara
bersih dan benar. Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah
berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri
11
dalam jumlah besar. Tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada
anak-anak dan orang tuanya.
e. Menggunakan air minum yang tercemar
Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat
disimpan dirumah. Pencemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat
penyimpanan tidak tertutup atau tangan yang tercemar menyentuh air
pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan. Untuk mengurangi
risiko terhadap diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi.
f. Menggunakan jamban
Penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam
penularan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak
mempunyai jamban sebaiknya membuat jamban dan keluarga harus
buang air besar di jamban. Bila tidak mempunyai jamban, jangan
biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar di jalan setapak atau
di tempat anak-anak bermain dan tempat buang air besar harus
berjarak kurang lebih 10 meter dari sumber air, serta hindari buang air
besar tanpa alas kaki.
g. Menyimpan makanan pada suhu kamar
Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar maka
akan tercemar kuman dan kuman itu akan berkembang biak.
2. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Faktor penjamu yang mempengaruhi kondisi manusia hingga
menimbulkan penyakit terdiri dari faktor genetik, umur, jenis kelamin,
kelompok etnis, fisiologis, immunologis, dan kebiasaan seseorang. Faktor
penjamu yang berpengaruh dalam timbulnya penyakit adalah kebiasaan
buruk seperti membuang sampah dan kotoran tidak pada tempatnya, cara
penyimpanan makanan yang kurang baik, higiene rumah tangga yang
kurang mendapat perhatian (Supariasa, dkk, 2001). Beberapa faktor yang
12
meningkatkan insiden beberapa penyakit dan lamanya diare menurut
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 yaitu :
a. Tidak memberikan ASI pada bulan pertama kehidupan dan tidak
meneruskan ASI sampai 2 tahun.
b. Kurang gizi
Berat penyakit, lama dan resiko kematian karena diare meningkat pada
anak yang mengalami kekurangan gizi.
c. Campak
Diare dan disentri akan semakin berakibat berat pada anak yang
menderita campak karena akibat dari penurunan kekebalan tubuh
penderita.
d. Imunodefisiensi / imunosupresi
Pada anak dengan imunosupresi berat, diare terjadi karena kuman tidak
patogen dan mungkin berlangsung lama.
e. Secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada anak balita
3. Faktor Lingkungan dan Perilaku
a. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan menurut I Dewa Nyoman Supariasa, dkk 2001
dibagi menjadi 3 unsur utama yaitu :
1) Lingkungan Fisik seperti cuaca, tanah dan air.
2) Lingkungan Biologis seperti kependudukan, tumbuh-tumbuhan dan
hewan.
3) Lingkungan Sosial Ekonomi seperti pekerjaan, urbanisasi,
perkembangan ekonomi dan bencana alam.
Penyakit diare menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
2008 merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua
faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja.
Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila
faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu
13
melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian
penyakit diare (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2008).
Lingkungan yang sehat dapat tercermin dari lingkup terkecil
yaitu rumah. Penilaian rumah sehat tidak terlepas dari setiap
komponen komponennya yaitu yang terdiri dari komponen rumah itu
sendiri, dari komponen sarana sanitasi dalam rumah dan dari perilaku
penghuninya.
Komponen dari rumah diantaranya terdiri dari langit - langit,
dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi,
lubang asap dapur,dan pencahayaan rumah.
Komponen sarana sanitasi rumah terdiri dari sarana air bersih,
jamban, Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), dan sarana
pembuangan sampah.
Komponen yang ketiga yaitu perilaku penghuninya yaitu
membuka jendela kamar, membuka jendela ruang keluarga,
membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja bayi dan balita ke
jamban dan membuang sampah pada tempat sampah.
Komponen sarana sanitasi rumah.
1) Sumber air bersih
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam
tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa
sekitar 55- 60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar
65% dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air
sangat kompleks antara lain untuk minum, memasak, mandi,
mencuci dan sebagainya. Di negara negara berkembang, termasuk
Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Di
antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah
kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum
dan masak air harus mempunyai persyaratan khusus agar air
tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia (Notoatmodjo,
2003).
14
Syarat syarat air minum yang sehat menurut Notoatmodjo
Tahun 2003 diantaranya memenuhi kriteria :
a) Syarat fisik : tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, suhu
dibawah suhu di luarnya.
b) Syarat kimia : tidak mengandung zat zat tertentu dalam jumlah
tertentu pula.
c) Syarat bakteriologis : harus bebas dari segala macam bakteri
terutama bakteri pathogen.
Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana
sanitasi yang tidak kalah pentingnya berkaitan dengan kejadian
diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui
jalur fekal oral.
Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam
mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air
minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci
yang dicuci dengan air tercemar (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2008).
Macam-macam sumber air minum menurut Notoatmodjo
2003 antara lain :
a) Air permukaan adalah air yang terdapat pada permukaan tanah.
Misalnya : air sungai, air rawa dan danau.
b) Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah
dangkal atau air tanah dalam. Air dalam tanah adalah air yang
diperoleh pengumpulan air pada lapisan tanah yang dalam.
Misalnya air sumur dan air dari mata air.
c) Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan
dan salju.
Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air
bersih menurut Notoatmodjo Tahun 2003 adalah :
a) Mengambil air dari sumber air yang bersih.
15
b) Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan
tertutup serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil
air.
c) Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh
binatang, anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara
sumber air minum dengan sumber pengotoran seperti
septictank, tempat pembuangan sampah dan air limbah harus
lebih dari 10 meter.
d) Mengunakan air yang direbus.
e) Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang
bersih dan cukup.
Ada beberapa cara pengolahan air minum yaitu dengan
pengolahan alamiah, pengolahan dengan menyaring, Pengolahan
dengan menambahkan zat kimia, pengolahan dengan mengalirkan
udara dan pengolahan air dengan memanaskan sampai mendidih.
2) Jenis tempat pembuangan tinja
Kotoran manusia adalah semua benda yang tidak dipakai
lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Kotoran
manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang multi komplek
(Supariasa, dkk, 2001).
Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari
kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut
aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang
penularannya melalui tinja antara lain penyakit diare (Supariasa,
dkk, 2001).
Syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan
kesehatan menurut Notoatmodjo Tahun 2003 adalah :
a) Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya.
b) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.
c) Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya.
16
d) Tidak dapat terjangkau oleh serangga.
e) Tidak menimbulkan bau.
f) Pembuatannya murah.
g) Mudah digunakan dan dipelihara.
h) Sederhana Desainnya.
i) Dapat diterima oleh pemakainya.
Menurut Notoatmodjo Tahun 2003 agar persyaratan
tersebut dapat terpenuhi maka perlu diperhatikan hal hal sebagai
berikut :
a) Sebaiknya jamban tertutup.
b) Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat.
c) Bangunan jamban ditempatkan pada pada lokasi yang tidak
mengganggu pemandangan, tidak menimbulkan bau dan
sebagainya.
d) Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air, dan
lain-lain.
Macam-macam tempat pembuangan tinja menurut
Notoatmodjo Tahun 2003, antara lain :
a) Jamban cemplung (Pit latrine)
Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan.
Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam
tanah dengan diameter 80 – 120 cm sedalam 2,5 sampai 8
meter. Jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam, karena akan
mengotori air tanah dibawahnya. Jarak dari sumber minum
sekurang-kurangnya 15 meter.
b) Jamban cemplung berventilasi
Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya
lebih lengkap yakni menggunakan ventilasi pipa.
17
c) Jamban air (Water latrine)
Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam
tanah sebagai tempat pembuangan tinja. Proses pembusukanya
sama seperti pembusukan tinja dalam air kali.
d) Jamban septic tank
Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi
air. Fungsi air ini sebagai sumbat sehingga bau busuk dari
kakus tidak tercium. Bila dipakai, tinjanya tertampung sebentar
dan bila disiram air, baru masuk ke bagian yang menurun untuk
masuk ke tempat penampungannya. Didalam tangki tinja akan
berada beberapa hari sehingga akan mengalami proses kimia
dan proses biologi.
e) Jamban empang / gantung (Overhung latrine)
Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat di atas kolam,
selokan, kali, rawa dan sebagainya. Kerugiannya mengotori air
permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat didalamnya
dapat tersebar kemana-mana dengan air, yang dapat
menimbulkan wabah.
3) Saluran Pembuangan Air Limbah ( SPAL )
Air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair
yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran
dan industri, bersama sama dengan air tanah, air pemukiman dan
air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto 1985).
Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber menurut I
Dewa Nyoman Supariasa, dkk Tahun 2001 diantaranya :
a) Air buangan dari rumah tangga.
b) Air buangan industri.
c) Air buangan kota praja.
Karakteristik air limbah menurut Notoatmodjo Tahun 2003 :
a) Karakteristik fisik terdiri dari air, bahan padat dan suspensi.
18
b) Karakteristik kimiawi terdiri dari campuran bahan kimia
anorganik dari air bersih dan bermacam macam zat organik dari
penguraian tinja, urine dan sampah lain.
c) Karakteristik biologis terdiri dari kandungan bakteri patogen
serta organisme golongan coli tergantung dari mana
sumbernya.
Menurut I Dewa Nyoman Supariasa, dkk Tahun 2001 air
limbah yang tidak diolah akan menyebabkan berbagai gangguan
kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain :
a) Menjadi media penyebaran berbagai peyakit.
b) Menjadi media untuk berkembang biaknya mikro organisme
patogen.
c) Menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk/ tempat hidup
larva nyamuk.
d) Menimbulkan bau yang tidak enak dan pandangan yang kurang
sedap.
e) Merupakan sumber pencemaran air permukaan tanah dan
lingkungan hidup lainnya.
f) Mengurangi produktifitas manusia karena orang bekerja
dengan tidak nyaman.
Menurut I Dewa Nyoman Supariasa, dkk Tahun 2001 untuk
mencegah akibat buruk diatas maka diperlukan kondisi,
persyaratan dan upaya sedemkian rupa sehingga air tersebut :
a) Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum.
b) Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan tanah.
c) Tidak mengakibatkan pencemaran air untuk mandi, perikanan,
air sungai dan tempat tempat rekreasi.
d) Tidak dapat dihinggapi serangga dan tikus dan tidak menjadi
tempat berkembang biaknya bibit penyakit dan vektor.
e) Tidak terbuka dan terkena udara luar.
f) Baunya tidak mengganggu.
19
4) Sarana Pembuangan Sampah
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah
tidak di pakai lagi oleh manusia atau benda padat yang sudah
digunakan dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Sumber
sumber sampah diantaranya berasal dari pemukiman, perkantoran,
industri, tempat tempat umum, jalan raya, pertanian, perkebunan,
peternakan dan perikanan (Notoatmodjo, 2003).
Ada 3 jenis sampah yaitu sampah padat, sampah cair dan
sampah yang berbentuk gas. Sampah erat kaitannya dengan
kesehatan masyarakat karena dari sampah akan hidup berbagai
mikro organisme penyebab penyakit dan binatang serangga sebagai
binatang penyebab penyakit (vektor) (Notoatmodjo, 2003).
Pengelolaan sampah yang baik selain untuk kepentingan
kesehatan juga untuk keindahan lingkungan. Pengelolaan sampah
meliputi pengumpulan pengangkutan, pemusnahan dan
pengelolaan sampah agar tidak menjadi gangguan kesehatan
masyarakat dan lingkungan hidup (Notoatmodjo, 2003).
b. Faktor Perilaku
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan lingkungan. Batasan unsur pokoknya adalah
respon dan stimulus. Respon dapat berupa aktif maupun pasif
(Notoatmodjo, 2003). Sedang stimulus terdiri dari 4 unsur pokok yaitu :
1) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana
manusia berespon baik secara aktif ataupun pasif yang dilakukan
sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut sesuai tingkat
pencegahan penyakit. Perilaku tersebut diantaranya adalah perilaku
sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, perilaku
pencegahan penyakit, perilaku sehubungan dengan pencarian
pengobatan dan perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan.
20
2) Perilaku terhadap sistem kesehatan adalah respon seseorang terhadap
sistem pelayanan kesehatan baik yang sifatnya modern ataupun
tradisional.
3) Perilaku terhadap makanan adalah respon seseorang terhadap makanan
sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.
4) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respon terhadap
lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Perilaku ini
mencakup perilaku sehubungan dengan air bersih, perilaku
sehubungan dengan pembuangan air kotor, perilaku sehubungan
dengan limbah, perilaku sehubungan dengan rumah sehat, perilaku
sehubungan dengan pemberantasan sarang nyamuk dan sebagainya.
Perilaku Terhadap Pencegahan Diare
Perilaku yang dapat mencegah diare menurut Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2008 adalah :
a. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat
makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna
dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk
menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Tidak ada makanan lain
yang dibutuhkan selama masa ini.
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti
susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-
bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI
saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,
menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan
menyebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh
(memberikan ASI eksklusif).
Bayi-bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6
bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus
21
diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses
menyapih).
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan
adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI secara penuh
mempunyai daya lindung 4x lebih besar daripada terhadap diare
daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal
usus bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri pencegah
diare.
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan
pertama kehidupan, mempunyai resiko mendapat diare 30x lebih besar.
Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui.
Penggunaan botol untuk susu formula, beresiko tinggi menyebabkan
diare yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
b. Makanan pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara
bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa
tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku
pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan
meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang
menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping
ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana
makanan pendamping ASI diberikan.
Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian
makanan pendamping ASI yang lebih baik, yaitu :
1) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan
dapat teruskan pemberian ASI. Tambahkan bermacam makanan
setelah anak berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih
sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua
makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan
pemberian ASI bila mungkin.
22
2) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi / bubur dan biji-
bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan,
daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna
hijau ke dalam makanannya.
3) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak.
Suapi anak dengan sendok yang bersih.
4) Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada
tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan
kepada anak.
c. Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melalui jalur Fecal-oral kuman - kuman tersebut dapat ditularkan bila
masuk ke dalam mulut melalui cairan atau benda yang tercemar
dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang
disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Notoatmodjo,
2003).
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-
benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibanding
dengan masyarakat tidak mendapatkan air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare
yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut
dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di
rumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
1) Ambil air dari sumber air yang bersih.
2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan
gayung khusus untuk mengambil air.
3) Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan
untuk mandi anak-anak.
4) Minum air yang sudah matang.
23
5) Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan
cukup.
d. Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan
yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,
sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai
dampak dalam menurunkan kejadian diare.
e. Menggunakan jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan
resiko terhadap penyakit diare.
Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat
jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh keluarga.
2) Bersihkan jamban secara teratur.
3) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat
buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari
rumah, jalan setapak dan tidak di tempat anak-anak bermain serta
lebih kurang 10 meter dari sumber air,
4) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
f. Membuang tinja bayi yang benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak
berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan
penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang
secara benar.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
1) Kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang ke jamban.
24
2) Bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah
dijangkau olehnya.
3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak
seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
4) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangannya
dengan sabun.
g. Pemberian imunisasi campak
Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga
pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena
itu segera beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan
(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2008).
Bayi
Bayi adalah individu yang berusia 0-12 bulan. Tumbuh
kembang bayi dari mulai pertumbuhan fisik, motorik, sensoris, dan
sosialisasi dan bulan mengalami peningkatan. Untuk dapat menunjang
tumbuh kembang bayi dibutuhkan tidak saja kebutuhan nutrisi tetapi
juga kebutuhan kasih sayang, emosi, dan lingkungan sosial agar bayi
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Untuk kebutuhan
nutrisi, ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat
makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna
dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk
menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Tidak ada makanan lain
yang dibutuhkan selama masa ini. ASI mempunyai khasiat preventif
secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya. ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4x lebih
besar daripada terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai
dengan susu botol. Flora normal usus bayi-bayi yang disusui mencegah
tumbuhnya bakteri pencegah diare.
Perkembangan psikososial anak yang dikemukakan Erick
Erikson dibagi menjadi 2 tahap yang memiliki 2 komponen yaitu
25
komponen yang bernilai baik dan kurang baik. Tahap perkembangan
psikososial pada anak bayi menurut Erison ada percaya versus tidak
percaya. Rasa aman dan rasa percaya terhadap lingkungan merupakan
kebutuhan primer. Alat yang digunakan bayi untuk berhubungan
dengan dunia luar adalah mulut dan panca indra. Perantara yang tepat
antara bayi dan lingkungan adalah ibu. Perkembangan kepribadian
berhubungan dengan bagian fungsi tubuh dan aktivitas yang
menyenangkan.
Freud menjelaskan dalam jiwa manusia terdapat tiga komponen
yang mendasari sifat dan kepribadian yaitu the id, ego dan super ego.
Pada bayi segala hal yang memberi kepuasan terfokus pada mulut.
Tahap perkembangan yang disampaikan Piagel bahwa perkembangan
intelektual bayi masuk di tahap sensorik motorik. Tahap ini bayi
menggunakan sistem penginderaan, motorik dan benda-benda untuk
mengenal lingkungan. Bayi menerima rangsang secara positif dan
memberi jawaban dari rangsang tersebut.
C. Kerangka Teori
Skema 2. 1. Kerangka Teori
Sumber : Leavell dan Clark (1965), Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto
(1990)
Keterangan :
= tidak diteliti
= diteliti
Faktor Agens
Faktor Penjamu
Faktor Lingkungan dan Perilaku
Diare
26
D. Kerangka Konsep
Skema 2. 2. Kerangka Konsep
E. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan peneltian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya
(Sugiono, 2008). Ada dua jenis variabel yaitu :
1. Variabel Bebas
Variabel Bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel tergantung (Sugiono, 2008).
Dalam penelitian ini yang dimaksud variabel bebas adalah faktor
faktor yang dapat menyebabkan diare yaitu dari faktor lingkungan
responden dan faktor perilaku responden terhadap pencegahan diare.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang menjadi akibat atau
terpengaruh oleh variabel bebas (Sugiono, 2008). Dalam penelitian ini
yang dimaksud variabel terikat adalah kejadian diare di Desa Jeruk Sari,
Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan.
F. Hipotesis
Hipotesis alternatif
1. Ada hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian diare pada bayi
di Desa Jeruk Sari, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan.
2. Ada hubungan antara faktor perilaku dengan kejadian diare pada bayi di
Desa Jeruk Sari, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan.
Lingkungan
Diare
Perilaku