BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet...

24
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu usaha pada tiap individu dalam mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menjalankan semua kegiatan yang sudah menjadi tugas dan tanggung jawabnya untuk mencapai target-target tertentu yang harus dicapainya. Robbins & Judge (2007) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai dorongan individu dalam melakukan sesuatu secara maksimal dengan menggunakan seluruh kemampuannya untuk unggul dari individu yang lainnya hingga individu tersebut mencapai kesuksesan. Mangkunegara (2011) mengartikan motivasi berprestasi sebagai suatu dorongan dalam ciri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji. Sedangkan Munandar (2014) motivasi berprestasi adalah dorongan yang kuat untuk berhasil, dimana individu hanya berfokus untuk mengejar prestasi dari pada imbalan terhadap keberhasilan, individu juga akan lebih bersemangat untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan selalu menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Selain itu, Woolfolk (1995) mengatakan bahwa motivasi berprestasi adalah keinginan untuk meraik kesuksesan dan keunggulan dengan menggunakan daya kemampuan yang dimiliki secara maksimal. Mylsidayu (2015) mendefinisikan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola

1. Pengertian Motivasi Berprestasi

Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

usaha pada tiap individu dalam mengerahkan seluruh kemampuannya untuk

menjalankan semua kegiatan yang sudah menjadi tugas dan tanggung jawabnya

untuk mencapai target-target tertentu yang harus dicapainya. Robbins & Judge

(2007) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai dorongan individu dalam

melakukan sesuatu secara maksimal dengan menggunakan seluruh

kemampuannya untuk unggul dari individu yang lainnya hingga individu tersebut

mencapai kesuksesan. Mangkunegara (2011) mengartikan motivasi berprestasi

sebagai suatu dorongan dalam ciri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan

suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan

predikat terpuji. Sedangkan Munandar (2014) motivasi berprestasi adalah

dorongan yang kuat untuk berhasil, dimana individu hanya berfokus untuk

mengejar prestasi dari pada imbalan terhadap keberhasilan, individu juga akan

lebih bersemangat untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan selalu

menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.

Selain itu, Woolfolk (1995) mengatakan bahwa motivasi berprestasi adalah

keinginan untuk meraik kesuksesan dan keunggulan dengan menggunakan daya

kemampuan yang dimiliki secara maksimal. Mylsidayu (2015) mendefinisikan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

14

bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi dalam diri

individu untuk senantiasa meningkatkan kualitas tertentu dengan sebaik-baiknya

atau lebih dari biasa dilakukan. Siagian (2004), motivasi berprestasi adalah orang

yang berusaha berbuat sesuatu lebih baik dibandingkan dengan orang-orang lain

dengan cara memperlihatkan keunggulannya. Menurut As’ad (2004) motivasi

berprestasi merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses yang diukur berdasarkan

standar kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebutuhan ini, berhubungan dengan

pekerjaan dan mengarah ke tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi.

Berdasarkan uraian beberapa penjelasan diatas tentang definisi motivasi

berprestasi. Maka peneliti menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi ialah usaha

tiap individu dengan menggunakan seluruh kemampuannya untuk mencapai

tujuan karena tujuan yang akan dicapai merupakan tanggung jawabnya.

2. Aspek-aspek Motivasi Berprestasi

Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009) orang yang memiliki motivasi

berprestasi yang tinggi ditandai dengan hal-hal berikut:

a. Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatannya

Individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan menjadikan

setiap tidakan yang diambil merupakan tanggung jawab pribadi. Jika gagal, ia

tidak akan menyalahkan orang lain atas kegagalan tersebut, tetapi hal itu dinilai

dan dirasakannya sebagai tanggung jawabnya. Individu yang memiliki motivasi

berprestasi tinggi akan berusaha untuk menyelesaikan setiap tugas yang dilakukan

dan tidak akan meninggalkan tugas itu sebelum berhasil menyelesaikannya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

15

Individu akan merasa berhasil apabila telah menyelesaikan tugas dan gagal bila ia

tidak dapat menyelesaikannya.

b. Mencari feed back (umpan balik) tentang perbuatannya

Individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan

menggunakan umpan balik dalam perbuatannya. Hal ini ia lakukan untuk

mengetahui apakah tindakannya selama ini memiliki manfaat yang dapat berguna

bagi individu lainnya atau tidak. Dengan menggunakan evaluasi tersebut ia dapat

meningkatkan efektivitas tingkah lakunya untuk mencapai suatu prestasi. Pada

individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi ini, pemberian umpan balik atas

hasil kerja yang telah dilakukan sangatlah disukai. Umpan balik yang diberikan

ini selanjutnya akan diperhatikan dan dilaksanakan untuk perbaikan hasil kerja

yang akan datang.

c. Adanya kecenderungan untuk memilih resiko yang moderat atau sedang

dalam melakukan tugasnya.

Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan

melaksanakan suatu tugas yang ada tantangannya, tetapi yang dapat dicapai secara

nyata. Ia tidak menyukai tugas yang terlalu mudah ataupun yang terlalu sukar,

tetapi tugas yang disesuaikan dengan kemampuannya. Individu dengan motivasi

berprestasi tinggi mempertimbangkan resiko yang akan dihadapinya sebelum

memulai suatu pekerjaan. Ia akan memilih tugas dengan derajat kesukaran sedang,

yang menantang kemampuannya untuk mengerjakan namun masih

memungkinkannya untuk berhasil menyelesaikannya dengan baik.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

16

d. Berusaha melakukan sesuatu dengan cara baru (inovatif) dan kreatif

Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, tidak terikat

pada suatu yang bersifat statis tetapi cenderung bertindak secara aktif mencari

jalan keluar bagi masalah yang dihadapinya. Individu dengan motivasi berprestasi

tinggi cenderung bertindak kreatif, dengan mencari cara baru untk menyelesaikan

tugas seefisien dan seefektif mungkin. Ia tidak menyukai pekerjaan rutin dengan

pekerjaan yang sama. Bila dihadapkan pada tugas yang bersifat rutin, ia akan

berusaha mencari cara lain untuk menghindari rutinitas tersebut namun tetap dapat

menyelesaikan tugasnya itu.

Selain itu menurut Menurut Robbins & Judge (2007) orang yang

mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi ditandai dengan:

a. Menyukai tugas yang memiliki taraf kesulitan sedang

Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berusaha mencoba

setiap tugas yang menantang tetapi mampu untuk diselesaikan, sedangkan orang

yang tidak memiliki motivasi berprestasi tinggi akan enggan melakukannya.

Orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menyukai tugas-tugas yang

menantang serta berani mengambil resiko yang diperhitungkan untuk mencapai

suatu sasaran yang telah ditentukan. Oleh karena itu mereka yang memiliki

motivasi berprestasi tinggi menyukai tugas dengan taraf kesulitan sedang dan

dianggap realistis dengan kemampuannya untuk melakukan tuntutan pekerjaan.

b. Bertanggung jawab secara pribadi atas kinerjanya

Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memilih untuk

bertanggung jawab secara pribadi terhadap kinerjanya. Mereka akan memperoleh

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

17

kepuasan setelah melakukan sesuatu yang lebih baik dengan tanggung jawabnya.

Mereka juga mempunyai kecenderungan untuk menyelesaikan pekerjaan sampai

tuntas dan selalu ingat akan tugas-tugasnya yang belum selesai.

c. Menerima umpan balik

Umpan balik merupakan aspek penting dalam proses motivasi karena dapat

memberikan informasi apakah seseorang hasil kerjanya telah berhasil mencapai

seperti apa yang diharapkan. Mereka yang memiliki motivasi berprestasi

menganggap umpan balik sebagai hadiah karena mereka ingin mengetahui

seberapa baik mereka mengerjakan tugas tersebut serta dapat dengan mudah

menentukan apakah dirinya berkembang atau tidak ketika bekerja.

Mangkunegara (2011) berpendapat bahwa individu yang memiliki motivasi

berprestasi tinggi ditandai dengan:

a. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi, individu yang memiliki

motivasi berprestasi yang tinggi selalu bertanggung jawab atas keberhasilan

atau tidaknya tindakan yang diambil dalam sesuatu hal.

b. Memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik serta

berjuang untuk merealisasikannya, individu selalu memiliki kemampuan

dalam hal penyusunan tugas dan segala sesuatunya akan dikerjakan dan

diselesaikan sesuai apa yang dijanjikannya, hal ini terkait dengan efektivitas

individu terhadap pekerjaannya. Individu yang memiliki motivasi berprestasi

akan memiliki efektivitas pada program yang telah disusunya hingga dapat

diselesaikan secara singkat dan tetap menghasilkan hasil yang memuaskan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

18

c. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil

risiko yang dihadapinya, individu selalu mengambil risiko yang dapat

menjadikan dirinya berpeluang untuk lebih berprestasi. Hal tersebut yang

terjadi jika individu memiliki motivasi berprestasi yang tinggi.

d. Melakukan pekerjaan yang berarti dan menyelesaikannya dengan hasil yang

memuaskan, individu selalu berusaha menyelesaikan tugas yang sudah dipilih

dengan hasil yang memuaskan karena individu yang memiliki motivasi

berprestasi tinggi akan mengerahkan segala kemampuannya untuk

berprestasi.

e. Mempunyai keinginan menjadi orang terkemuka yang menguasai bidang

tertentu, individu selalu ingin menjadi yang lebih baik sehingga memiliki

keinginan untuk menguasai segala hal yang masih dapat mencakup

kemampuan yang di miliki diri individu tersebut.

Berdasarkan uraian tentang aspek-aspek diatas menurut beberapa ahli, maka

dapat disimpulkan aspek-aspek tentang motivasi berprestasi yaitu menurut

McClelland (dalam Sutrisno, 2009) adalah memiliki tanggung jawab yang besar,

mencari feed back (umpan balik) tentang perbuatannya, adanya kecenderungan

untuk memilih resiko yang moderat dalam melakukan tugasnya, berusaha

melakukan sesuatu dengan cara baru (inovatif) dan kreatif. Sedangkan aspek-

aspek motivasi berprestasi menurut Robbins & Judge (2007) yaitu menyukai tugas

yang memiliki taraf kesulitan sedang, bertanggung jawab secara pribadi atas

kinerjanya, dan menerima umpan balik. Selain, kedua tokoh tersebut

Mangkunegara (2011) memberikan aspek-aspek individu yang memiliki motivasi

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

19

berprestasi yang tinggi yaitu memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi,

memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik serta

berjuang untuk merealisasikannya, memiliki kemampuan untuk mengambil

keputusan dan berani mengambil risiko yang dihadapinya, melakukan pekerjaan

yang berarti dan menyelesaikannya dengan hasil yang memuaskan, dan

mempunyai keinginan menjadi orang terkemuka yang menguasai bidang tertentu.

Penjelasan dari aspek-aspek diatas, maka peneliti memilih aspek menurut

McClelland yaitu memiliki tanggung jawab yang besar, mempergunakan feed

back (umpan balik) dalam perbuatannya, adanya kecenderungan untuk memilih

resiko yang moderat dalam melakukan tugasnya, berusaha melakukan sesuatu

dengan cara baru (inovatif) dan kreatif. Peneliti memilih aspek tersebut karena

lebih komprehensif dan aspek-aspek tersebut mengarahkan kepada individu untuk

memiliki sikap yang tidak mudah menyerah dalam mencapai kesuksesan dengan

menentukan standar prestasi dari dirinya sendiri.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi

McClelland (1987) mengatakan bahwa motivasi berprestasi dipengaruhi

oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik

meliputi :

a. Kemungkinan untuk sukses,

Situasi dimana individu akan mengejar kesuksesan secara maksimal untuk

mendapatkan kepuasan dari melakukan sesuatu yang lebih baik untuk dirinya

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

20

sendiri. Ketika situasi tersebut memungkinkan untuk sukses pada individu

tersebut, maka individu akan semakin termotivasi untuk berprestasi.

b. Ketakutan akan kegagalan,

Mengacu pada perasaan individu tentang ketakutan akan sebuah kegagalan

sehingga akan membuat individu untuk semakin termotivasi mencari upaya agar

dapat mengatasi kegagalan dan meningkatkan motivasinya untuk berprestasi.

c. Value,

Value merupakan nilai ketika individu akan mencapai tujuan dan tujuan

tersebut benar-benar bernilai baginya, maka akan semakin termotivasi untuk

berprestasi dalam hal ini individu akan cenderung melihat uang sebagai value

yang dijadikan tujuan bagi individu untuk termotivasi berprestasi.

d. Self-efficacy,

Mengarah pada keyakinan individu pada dirinya sendiri untuk mampu

mencapai keberhasilan. Semakin tinggi tingkat keyakinan seseorang maka

individu akan semakin termotivasi untuk berprestasi.

e. Usia,

Usia dapat menjadikan seorang individu memiliki perkembangan ego,

kematangan emosi dan kematangan berfikir sehingga seorang individu dapat

menggunakan kematangan usianya untuk termotivasi agar dapat berprestasi.

f. Pengalaman,

Pengalaman mampu menjadikan seorang individu mengingat kemampuan

yang dimiliki pada masa lalu, memiliki keberagamaan akan sesuatu yang

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

21

diperoleh dari pengalamannya, dan dijadikan sebagai acuan untuk membantunya

lebih termotivasi untuk berprestasi.

g. Jenis kelamin

Jenis kelamin mempengaruhi individu dalam memperoleh prestasi. Pria lebih

memiliki motivasi berprestasi dibandingkan wanita didasari pada jenis kegiatan

atau pekerjaan yang dilakukan, pria lebih memiliki pekerjaan yang lebih beragam

dibanding wanita.

Sementara faktor eksternal meliputi:

a. Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi motivasi orang-orang yang berada di sekitarnya.

Motivasi individu akan menurun jika kondisi lingkungannya tidak mendukung

individu yang berada di dalamnya. Dalam organisasi ataupun perusahaan, seorang

pegawai dapat memiliki motivasi berprestasi apabila dalam lingkungan organisasi

atau perusahaan tersebut terjadi interaksi antar pegawai. Interaksi tersebut dapat

berlangsung pada seorang pegawai dengan pegawai yang lainnya dan juga dengan

atasan. Motivasi berprestasi individu meningkat dipengaruhi oleh anggota yang

berada dalam lingkungan perusahaan tersebut.

b. Sosial

Faktor sosial yaitu faktor yang menjelaskan tentang pengaruh dari orang-

orang disekitar individu. Pengaruh motivasi individu dipengaruhi oleh orang-

orang di sekitarnya/kelompok. Motivasi individu akan menurun jika satu atau dua

anggota kelompok tidak memiliki kemampuan kerja kelompok yang baik. Seperti

dalam suatu kelompok jika individu satu dengan yang lainnya tidak memiliki

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

22

hubungan yang baik maka akan menurunkan motivasi individu yang berada

dikelompok tersebut.

c. Hubungan individual

Hubungan individual menjelaskan faktor-faktor dari dalam diri individu yang

mempengaruhi motivasi seseorang. Faktor-faktor tersebut antara lain mencakup

kemampuan, talenta, keahlian, dan pengetahuan. Kemampuan tersebut yang

menjadi bekal bagi individu untuk memiliki hubungan antar individu satu dengan

individu lainnya. Ketika individu memiliki intensitas hubungan maka individu

tersebut memiliki objek dan termotivasi untuk mengembangkan kemampuannya

agar lebih baik dari individu lainnya.

Selain itu menurut Mangkunegara (2011), faktor-faktor motivasi berprestasi

dibagi menjadi dua faktor diantaranya:

a. Tingkat kecerdasan (IQ)

Orang yang mempunyai motivasi prestasinya tinggi bila memiliki kecerdasan

yang memadai. Hal ini karena IQ merupakan kemampuan potensi, apabila

terpenuhi maka individu akan mengerahkan segala kemampuannya dan

kemampuannya dapat tersalurkan dengan baik untuk mencapai tujuannya secara

maksimal.

b. Kepribadian

Kepribadian yang dewasa akan mampu mencapai prestasi yang maksimal.

Hal ini dikarenakan kepribadian merupakan kemampuan seseorang untuk

mengintegrasikan fungsi psiko-fisiknya yang sangat menentukan dirinya dalam

menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

23

Berdasarkan uraian tentang faktor-faktor diatas menurut beberapa ahli,

maka dapat disimpulkan faktor-faktor tentang motivasi berprestasi yaitu menurut

McClelland (1987). Ada dua faktor yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik

meliputi kemungkinan untuk sukses, ketakutan akan kegagalan, value, self-

efficacy, usia, pengalaman dan jenis kelamin. Sementara, faktor ekstrinsik

meliputi lingkungan sekolah, sosial dan hubungan individual. Selain itu faktor

faktor motivasi berprestasi juga dijelaskan oleh Mangkunegara (2011) yaitu

dibagi menjadi dua faktor diantaranya tingkat kecerdasan (IQ) dan kepribadian.

Penjelasan dari faktor-faktor diatas, maka yang dipilih oleh peneliti adalah

faktor menurut McClelland. Ada dua faktor yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Faktor

intrinsik meliputi kemungkinan untuk sukses, ketakutan akan kegagalan, value,

self-efficacy, usia, pengalaman dan jenis kelamin. Sementara, faktor ekstrinsik

meliputi lingkungan sekolah, sosial dan hubungan individual. Peneliti memilih

faktor sosial. Faktor sosial yang dimaksud yaitu persepsi terhadap kohesivitas

kelompok karena faktor sosial mempunyai pengaruh pada motivasi individu yang

berada di dalam suatu kelompok. kohesivitas kelompok diukur melalui persepsi

anggota terhadap tingkat kohesivitas kelompoknya.

B. Persepsi terhadap kohesivitas kelompok

1. Pengertian Persepsi terhadap Kohesivitas kelompok

Robbins (1996) mendefinisikan persepsi adalah sebuah proses di mana

individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka melalui

panca indera untuk memberikan arti bagi lingkungan mereka. Menurut Walgito

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

24

(2003) persepsi yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak

berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses

selanjutnya merupakan proses persepsi. Sehingga persepsi dapat didefinisikan

dengan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang

diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti

dan merupakan aktivitas yang menyeluruh dari dalam diri individu. Baron &

Bryne (2003), mengatakan bahwa persepsi merupakan proses yang digunakan

oleh individu untuk mencoba mengetahui dan memahami perilaku orang lain.

Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa agar individu dapat menyadari dan

mengadakan persepsi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu (a) adanya

objek yang harus dipersepsi, (b) adanya perhatian yang merupakan langkah

pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi, (c) adanya alat

indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus dan (d) saraf sensoris sebagai

alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk

mengadakan respon. Berbagai uraian tentang persepsi diatas maka dapat

disimpulkan bahwa persepsi adalah penilaian yang dilakukan individu

berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera dengan menafsirkan

informasi tersebut hingga menghasilkan arti bagi lingkungan mereka. Adapun

syarat yang harus dipenuhi agar individu dapat menyadari dan mengadakan

persepsi salah satunya adanya objek yang harus dipersepsi dan objek yang akan

dipersepsi adalah individu dalam kelompok antara lain kohesivitas kelompok.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

25

Carron, Bray, & Eys (2002) mendefinisikan kohesivitas kelompok sebagai

proses dinamis yang terlihat melalui kecenderungan kelekatan dan kebersatuan

kelompok dalam pemenuhan tujuan atau keputusan anggota kelompok. Robbins

dan Judge (2008) mendefinisikan kohesivitas kelompok sebagai tingkat

ketertarikan antar anggota kelompok, sehingga dapat bertahan di dalamnya

dengan menjadi seperti orang-orang di dalam kelompok tersebut. Kesamaan

dengan orang-orang di dalam satu kelompok tersebut akan menjadikan anggota

satu lebih kompak dengan anggota lain dalam kehidupan berkelompok. Menurut

Levi (2001) mendefinisikan cohesiveness yaitu peningkatan komitmen, interaksi

dan ketertarikan pada diri individu untuk bergabung di dalam suatu kelompok.

Walgito (2003) kohesivitas kelompok merupakan interaksi antara anggota

kelompok yang dapat saling mempengaruhi, saling menyukai dan melekat satu

sama lain hoingga menyelesaikan tugas yang merupakan tujuan dari kelompok

tersebut.

Beberapa uraian diatas yang menjelaskan tentang kohesivitas kelompok

maka dapat disimpulkan bahwa kohesivitas kelompok merupakan daya tarik

emosional sesama anggota kelompok dimana adanya rasa kelekatan dan

kebersatuan kelompok secara bersama-sama saling mendukung untuk tetap

bertahan dalam kelompok demi pencapaian tujuan. Berdasarkan penjelasan diatas

maka penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terhadap kohesivitas kelompok

diukur melalui persepsi anggota terhadap tingkat kohesivitas kelompoknya.

Persepsi terhadap kohesivitas kelompok merupakan penilaian yang dilakukan

individu berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera terhadap

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

26

anggota kelompok yang menunjukkan sejauh mana kelompoknya memiliki

kecenderungan untuk terus bersama, bersatu dan mempertahankan kesatuan

untuk mencapai tujuan.

2. Aspek-aspek Persepsi terhadap Kohesivitas Kelompok

Carron, Bray, & Eys (2002) mengemukakan bahwa ada empat aspek

kohesivitas kelompok, yaitu:

a. Ketertarikan individu pada tugas kelompok (individual attractions to the

grouptask) adalah individu tertarik terhadap tujuan kelompok dan kinerja

kelompok terutama pada suatu tugas untuk kepentingan kelompok. Tugas

tersebut memiliki kepentingan pada tujuan terhadap kelompok. Ketika dalam

kelompok, anggota kelompok tersebut memiliki kenyamanan untuk mencapai

tujuan dan keberhasilan kelompok.

b. Ketertarikan individu pada kelompok secara sosial (individual attractions to

the group-social) adalah individu tertarik terhadap kelompok yang diikutinya.

Ketika dalam kelompok memiliki agenda rutin untuk kumpul bersama, maka

anggota tersebut memiliki rasa nyaman untuk hadir dalam agenda tersebut.

c. Kesatuan kelompok dalam tugas (group integration-task) adalah keseluruhan

anggota kelompok memiliki keinginan untuk mencapai tujuan secara

bersama-sama. Anggota kelompok sama-sama memiliki keinginan bahwa

kegiatan-kegiatan dan tugas yang di kerjakan demi mencapai tujuan

kelompok.

d. Kesatuan kelompok secara sosial (group intregation-social) adalah

keseluruhan anggota kelompok memiliki kedekatan dan ikatan satu sama lain.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

27

Kelompok sebagai sarana interaksi bagi seluruh anggota kelompok yang

dapat menumbuhkan kenyamanan dan lebih dari tempat mencapai tujuan

kelompok tersebut.

Menurut Levi (2001) aspek-aspek kohesivitas kelompok diantaranya:

a. Komitmen terhadap kelompok

Kohesivitas kelompok yang tinggi memiliki anggota yang berkomitmen

tinggi terhadap kelompoknya. Selalu berada di dalam kelompoknya dalam kondisi

dan situasi apapun.

b. Menyukai tugas yang dilakukan kelompok

Individu yang memiliki kohesivitas tinggi akan menyukai tugas-tugas yang

ada di dalam kelompoknya. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan hingga

tercapainya tujuan dari kelompok tersebut.

c. Menikmati proses kerja sama di dalam kelompok

Kelompok yang memiliki kohesivitas yang tinggi, di dalamnya memiliki

individu yang keinginan lebih besar untuk bekerja sama agar tercapainya tujuan

dari kelompok.

d. Memiliki keterlibatan pribadi di dalam kelompok

Individu memiliki kelompok tersebut sehingga individu merasa kelompoknya

merupakan salah satu bagian dari keluarga, tim atau komunitasnya.

Aspek lain yang juga mempengaruhi kohesivitas kelompok dikemukakan

oleh Walgito (2003), adalah:

a. Individu mempunyai komitmen untuk bergabung dengan kelompok, dalam

kelompok yang kohesivitasnya tinggi, setiap anggota kelompok tersebut

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

28

memiliki komitmen yang tinggi untuk mempertahankan kelompoknya dalam

keadaan kelompok tersebut sedang baik ataupun dalam keadaan dilanda

masalah.

b. Individu tertarik dengan kelompok, kelompok yang kohesivitasnya tinggi

memiliki individu yang memiliki ketertarikan terhadap kelompoknya

sehingga individu tersebut memilih untuk masuk di dalam kelompok.

c. Kesamaan tujuan untuk menyelesaikan tugas, jumlah anggota berkorelasi

positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota makin besar

jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Sehingga semakin banyak tugas yang

ada maka pemenuhan untuk timbulnya kohesivitas yang tinggi akan terbuka

lebar.

d. Adanya interaksi yang positif di dalam kelompok, kesempatan untuk

melakukan interaksi sosial dengan orang lain harus dapat saling toleran,

menghormati dan menyayangi orang lain serta bersikap santun. Tujuannya

agar interaksi sosial yang dilakukan dapat menciptakan suasana yang tertib,

teratur, dan dinamis di dalam kehidupan bermasyarakat sehingga

menimbulkan kondisi kelompok yang memiliki tingkat kohesivitas tinggi.

Berdasarkan uraian tentang aspek-aspek diatas menurut beberapa ahli, maka

dapat disimpulkan aspek-aspek tentang persepsi terhadap kohesivitas kelompok

yaitu menurut Carron, Bray, & Eys (2002) adalah ketertarikan individu pada tugas

kelompok (individual attractions to the grouptask), ketertarikan individu pada

kelompok secara sosial (individual attractions to the group-social), kesatuan

kelompok dalam tugas (group intregation-task), dan kesatuan kelompok secara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

29

sosial (group intregation-social). Sedangkan aspek-aspek persepsi terhadap

kohesivitas kelompok menurut Levi (2001) yaitu komitmen terhadap kelompok,

menyukai tugas yang dilakukan kelompok, menikmati proses kerja sama di dalam

kelompok, memiliki keterlibatan pribadi di dalam kelompok. Aspek lain yang

juga mempengaruhi kohesivitas kelompok dikemukakan oleh Walgito (2003)

diantaranya individu mempunyai komitmen untuk bergabung dengan kelompok,

individu tertarik dengan kelompok, kesamaan tujuan untuk menyelesaikan tugas,

dan adanya interaksi yang positif di dalam kelompok.

Berdasarkan aspek-aspek kohesivitas kelompok diatas maka peneliti

memilih aspek menurut Carron, Bray, & Eys (2002) yaitu ketertarikan individu

pada tugas kelompok (individual attractions to the grouptask), ketertarikan

individu pada kelompok secara sosial (individual attractions to the group-social),

kesatuan kelompok dalam tugas (group intregation-task), dan kesatuan kelompok

secara sosial (group intregation-social). Beberapa penelitian sebelumnya juga

menggunakan aspek kohesivitas kelompok menurut Carron, dkk (2002) seperti

penelitian (Saidah, 2016).

C. Hubungan antara Persepsi terhadap Kohesivitas Kelompok dengan

Motivasi Berprestasi pada Atlet Sepak Bola

Robbins (1996) mendefinisikan persepsi adalah sebuah proses di mana

individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka melalui

panca indera guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Sedangkan

kohesivitas kelompok menurut Carron, Bray, dan Eys (2002) adalah proses

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

30

dinamis yang terlihat melalui kecenderungan kelekatan dan kebersatuan kelompok

dalam pemenuhan tujuan atau keputusan anggota kelompok. Robbins dan Judge

(2008) mendefinisikan kohesivitas kelompok sebagai tingkat ketertarikan antar

anggota kelompok, sehingga dapat bertahan di dalamnya dengan menjadi seperti

orang-orang di dalam kelompok tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat

dikatakan bahwa persepsi terhadap kohesivitas kelompok adalah penilaian yang

dilakukan individu berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera

terhadap anggota kelompok yang menunjukkan sejauh mana kelompoknya

memiliki kecenderungan untuk terus bersama, bersatu dan mempertahankan

kesatuan untuk mencapai tujuan.

Kohesivitas kelompok sangat berpengaruh terhadap motivasi berprestasi.

Hal ini di perjelas oleh (Sakdiah dan Astuti, 2015) bahwa kohesivitas kelompok

memiliki pengaruh positif dengan motivasi berprestasi pada atlet. Kohesivitas

kelompok ditunjukkan di saat atlet sedang peformance dan dampak dari adanya

hal tersebut motivasi berprestasi atlet meningkat. Lebih lanjut dijelaskan oleh

Suryabrata (dalam Sakdiah dan Astuti, 2015) atlet sepak bola dianjurkan untuk

memiliki interaksi sesama atlet sepak bola lainnya. Berdasarkan interaksi tersebut

timbul suatu persepsi. Persepsi akan timbul apabila ada objek yang dipersepsi

(Sunaryo, 2004). Objek persepsi adalah antara individu sebagai atlet sepak bola

dengan kelompok atau tim yang dibelanya. Persepsi yang positif pada individu

terhadap kohesivitas kelompok membuat antar atlet sepak bola merasakan

kesatuan anggota dalam tim untuk tetap terikat, menyatu atau tetap tinggal dalam

tim dan mencegahnya meninggalkan tim (Walgito, dalam Sakdiah dan Astuti,

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

31

2015). Sebaliknya, bila atlet sepak bola memiliki persepsi negatif terhadap

kohesivitas kelompoknya maka yang terjadi adalah atlet sepak bola tersebut

merasa tidak nyaman di dalam kelompoknya, dan ingin meninggalkan

kelompoknya untuk mencari kelompok yang baru. Carron, Bray, dan Eys (2002)

menjelaskan kohesivitas kelompok terbagi menjadi empat aspek yaitu ketertarikan

individu pada tugas kelompok (individual attractions to the grouptask),

ketertarikan individu pada kelompok secara sosial (individual attractions to the

group-social), kesatuan kelompok dalam tugas (group intregation-task), dan

kesatuan kelompok secara sosial (group intregation-social).

Motivasi berprestasi menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), yaitu

usaha pada tiap individu dalam mengerahkan seluruh kemampuannya untuk

menjalankan semua kegiatan yang sudah menjadi tugas dan tanggung jawabnya

untuk mencapai target-target tertentu yang harus dicapainya. Sedangkan menurut

Robbins & Judge (2007), motivasi berprestasi sebagai dorongan individu dalam

melakukan sesuatu secara maksimal dengan menggunakan seluruh

kemampuannya untuk unggul dari individu yang lainnya hingga individu tersebut

mencapai kesuksesan. Lebih lanjut McClelland (1987), membagi aspek-aspek

motivasi berprestasi menjadi empat yaitu mengambil tanggung jawab pribadi atas

perbuatannya, mencari feed back (umpan balik) tentang perbuatannya,

kecenderungan untuk memilih resiko yang moderat atau sedang dalam melakukan

tugasnya, berusaha melakukan sesuatu dengan cara baru (inovatif) dan kreatif.

Ketertarikan individu pada tugas kelompok (individual attractions to the

grouptask), merupakan daya tarik individu terhadap tujuan kelompok dan kinerja

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

32

kelompok terutama pada suatu tugas untuk kepentingan kelompok (Carron, Bray,

dan Eys, 2002). Ketertarikan individu pada tugas kelompok juga dapat diartikan

individu tertarik terhadap tujuan kelompok dan kinerja kelompok terutama pada

suatu tugas untuk kepentingan kelompok (Safitri dan Arninda, 2012). Pada atlet

sepak bola, apabila ketertarikan individu pada tugas kelompok dapat di

persepsikan positif maka setiap individu di dalam anggota kelompok akan

memandang bahwa, segala sesuatu hal yang dikerjakan di dalam kelompok akan

berdampak kepada pemenuhan tujuan dari kelompok tersebut. Dampak kepada

atlet sepak bola adalah kohesivitas di dalam kelompok tersebut dapat meningkat

hingga berpengaruh kepada peningkatan motivasi berprestasi setiap atlet sepak

bola (Sakdiah dan Astuti, 2015). Sebaliknya, apabila ketertarikan individu pada

tugas kelompok di persepsikan negatif maka yang terjadi adalah setiap atlet tidak

akan peduli terhadap pemenuhan tujuan dari kelompok, atlet akan mementingkan

dirinya sendiri dan tujuan dari tim sukar untuk tercapai (Muniroh, 2013).

Dampaknya dapat meluas ke atlet-atlet lainnya dan dapat menyebabkan

penurunan motivasi berprestasi.

Ketertarikan individu pada kelompok secara sosial (individual attractions to

the group-social), merupakan individu yang tertarik terhadap kelompok yang

diikutinya. (Carron, Bray, dan Eys, 2002). Selain itu, ketertarikan individu pada

kelompok secara sosial adalah dorongan kekuatan atau keinginan individu untuk

tetap berada dikelompoknya berdasar kepada penerimaan dirinya secara baik di

dalam kelompoknya (Muniroh, 2013). Pada atlet sepak bola, ketertarikan individu

pada kelompok secara sosial apabila dapat di persepsikan secara positif maka atlet

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

33

sepak bola akan cenderung aktif dalam berinteraksi dengan sesama anggota

kelompoknya seperti pada saat evaluasi yang diadakan pelatih dengan bertanya

maupun memberikan pendapat mengenai pola permainan kelompok dan

kemampuan individu dalam kelompok (Sakdiah dan Astuti, 2015). Dampaknya

terjadi peningkatan kohesivitas kelompok diikuti dengan meningkatnya motivasi

berprestasi dikarenakan interaksi antar individu terjalin dengan baik hingga

mengarah ke peformance saat bertanding, tidak terjadi miss komunikasi antar atlet

sepak bola ketika pertandingan dan menimbulkan rasa percaya diri antar sesama

atlet sepak bola sehingga dapat meraih hasil pertandingan yang baik (Sakdiah dan

Astuti, 2015). Sebaliknya, apabila ketertarikan individu pada kelompok secara

sosial di persepsikan negatif maka yang terjadi adalah setiap atlet pasif, jarang

berinteraksi, atlet akan menjadi individualis yang sebagaimana mestinya atlet

sepak bola bekerja bersama tim (Kurniawati, 2016). Dampaknya dapat meluas ke

atlet-atlet lainnya dan dapat menyebabkan kondusifitas di dalam tim bermasalah

dan mengarah ke penurunan motivasi berprestasi.

Kesatuan kelompok dalam tugas (group intregation-task), adalah

keseluruhan anggota kelompok memiliki keinginan untuk mencapai tujuan secara

bersama-sama. (Carron, Bray, dan Eys, 2002). Penjelasan lain tentang kesatuan

kelompok dalam tugas adalah individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk

bekerja sama dalam pemenuhan tujuan kelompok (Muniroh, 2013). Ketika

kesatuan kelompok dalam tugas dapat di persepsikan secara positif maka akan

berdampak kepada berjalannya kerja sama secara baik di dalam kelompok. Hal ini

jika dikaitkan dengan atlet sepak bola, maka dapat meningkatkan hasil dari

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

34

pemenuhan tujuan kelompok. Atlet sepak bola yang notabene merupakan atlet

cabang olahraga beregu dan mengandalkan kolektivitas serta kerja sama tim akan

membutuhkan anggota-anggotanya memiliki kemauan untuk menyelesaikan

pertandingan dengan hasil yang baik (Sakdiah dan Astuti, 2015). Dampaknya

akan meningkatkan kohesivitas secara kerja sama tim dan beriringan dengan

meningkatnya motivasi berprestasi dengan memiliki kemauan untuk

menyelesaikan pertandingan dengan hasil yang baik. Sebaliknya, apabila kesatuan

kelompok dalam tugas di persepsikan negatif dampaknya kondisi dalam tim

mengalami penurunan motivasi berprestasi karena tidak ada atlet yang peduli

terhadap tujuan kelompok, seharusnya dalam olahraga seperti sepak bola

dibutuhkan kerja sama tim yang baik. Apabila tidak ada kerja sama tim yang baik

maka timbul permasalahan tidak terpenuhinya tujuan dari tim (Kurniawati, 2016).

Kesatuan kelompok secara sosial (group intregation-social), keseluruhan

anggota kelompok memiliki kedekatan dan ikatan satu sama lain (Carron, Bray,

dan Eys, 2002). Lebih lanjut dijelaskan kesatuan kelompok secara sosial adalah

individu memiliki keterkaitan terhadap kelompoknya (Kurniawati, 2016). Apabila

dikaitkan dengan atlet sepak bola, perasaan saling memiliki, kedekatan antar atlet

sepak bola, dan tumbuh rasa kebersamaan antar atlet sepak bola demi

kelompoknya sangat dibutuhkan. Atlet akan saling bercerita mengenai

pengalaman kompetisi maupun mengenai kehidupan mereka diluar kompetisi dan

latihan, menumbuhkan juga rasa percaya terhadap rekan satu tim sehingga

membuat atlet fokus pada permainan untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok

atlet yang mempersepsikan kesatuan kelompok secara sosial dengan baik

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

35

cenderung akan melakukan kerjasama secara terorganisir. Maka hasil yang di

dapat beriringan dengan tujuan kelompoknya (Sakdiah dan Astuti, 2015). Atas

dasar itu jika aspek ini dapat di persepsikan secara positif maka meningkatkan

kohesivitas kelompok serta beriringan dengan meningkatnya motivasi berprestasi.

Sebaliknya, apabila kesatuan kelompok secara sosial di persepsikan negatif yang

terjadi kepedulian terhadap tim menurun karena setiap atlet tidak merasa memiliki

atau tidak merasa bangga dalam membela timnya (Sakdiah dan Astuti, 2015).

Dampaknya, muncul kesenjangan dan mengakibatkan tidak adanya komunikasi

yang terjalin dengan baik antar sesama atlet di dalam tim.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sakdiah dan Astuti (2015) terhadap

149 atlet cabang olahraga sepakbola diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan

positif signifikan antara kohesivitas kelompok dengan motivasi berprestasi pada

atlet cabang olahraga beregu. Hal tersebut selaras dengan hasil penelitian yang

dilakukan Safitri dan Arninda (2012) terhadap 80 pegawai kelurahan di

Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Penelitian tersebut menunjukkan hasil

bahwa hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas kelompok dengan

motivasi kerja.

Berdasarkan pemaparan aspek-aspek persepsi terhadap kohesivitas

kelompok diatas dan pengaruhnya dengan motivasi berprestasi. Maka peneliti

menyimpulkan bahwa persepsi terhadap kohesivitas kelompok mempunyai

hubungan positif dengan motivasi berprestasi. Ketika persepsi terhadap

kohesivitas kelompok meningkat maka diiringi dengan meningkatnya motivasi

berprestasi pada atlet sepak bola. Begitupun sebaliknya, ketika persepsi terhadap

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2110/2/BAB II.pdf · 14 bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi

36

kohesivitas kelompok menurun maka diiringi dengan menurunnya motivasi

berprestasi pada atlet sepak bola.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis penelitian yaitu terdapat

hubungan yang positif antara persepsi terhadap kohesivitas kelompok dengan

motivasi berprestasi pada atlet sepak bola. Semakin positif persepsi terhadap

kohesivitas kelompok maka semakin tinggi juga motivasi berprestasi pada atlet

sepak bola, sebaliknya semakin negatif persepsi terhadap kohesivitas kelompok

maka semakin rendah juga motivasi berprestasi pada atlet sepak bola.