BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Resource …repository.ump.ac.id/7548/3/BAB II_EDO...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Resource …repository.ump.ac.id/7548/3/BAB II_EDO...
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Resource Based Theory
Resource based theory dipelopori oleh Penrose (1959), yang
mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan bersifat heterogen dan
memiliki karakter khusus dan unik bagi setiap perusahaan. Resource based
theory menyatakan bahwa perusahaan memiliki sumber daya yang dapat
menjadikan perusahaan memiliki keunggulan yang bersaing dan mampu
mengarahkan perusahaan untuk memiliki kinerja jangka panjang yang
baik. Resources yang berharga dan langka dapat diarahkan untuk
menciptakan keunggulan bersaing, sehingga resource yang dimiliki
mampu bertahan lama dan tidak mudah ditiru, ditransfer atau digantikan.
Kondisi sumber daya yang unggul dalam suatu perusahaan dapat membuat
penerapan berbagai strategi bisnis berjalan dengan baik. Pengelolaan
sumber daya yang baik dalam hal ini berupa intellectual capital yaitu
human capital, structural capital, dan customer capital dapat menciptakan
keunggulan kompetitif bagi perusahaan yang nantinya dapat menciptakan
value added yang berguna untuk perusahaan sehingga dapat berpengaruh
terhadap kinerja keuangan, pertumbuhan perusahaan dan nilai pasar pada
perusahaan tersebut (Nizar dan Khoirul, 2015).
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
12
Resources based theory banyak digunakan sebagai referensi teori
dari pengelolaan IC. Menurut resource based theory (RBT) bahwa
perusahaan akan memperoleh competitive advantange dan kinerja superior
melalui akuisisi, memperoleh, dan menggunakan aset strategis yang
penting untuk competitive advantage dan kinerja keuangan yang superior.
Baik aktiva berwujud dan tak berwujud dirasakan sebagai aktiva strategis
yang potensial. Menurut teori ini, bahwa manfaat dari kedua aktiva ini
merupakan hasil yang positif antara sumber daya perusahaan dan
pengukuran kinerja. Penyertaan aktiva tak berwujud diperoleh dari
kemampuannya untuk memiliki seluruh karakteristik dari aktiva-aktiva
strategis. Ketika kebanyakan aktiva tak berwujud tidak memiliki
kualifikasi sebagai aktiva strategis, IC secara umum dipertimbangkan
sebagai aktiva strategis yang penting (Hermawan, 2013).
Menurut Ulum (2013) perusahaan haruslah menyadari betapa
pentingnya mengelola intellectual capital yang dimiliki. Apabila kinerja
intellectual capital dapat dilakukan secara maksimal, maka perusahaan
akan memiliki suatu nilai tambah yang dapat memberikan suatu
karakteristik. Dengan demikian, perusahaan yang memiliki intellectual
capital lebih tinggi akan cenderung memiliki kinerja masa datang yang
lebih baik.
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
13
2. Teori Keagenan (Agency Theory)
Konsep good corporate governance sudah lama dikenal di negara-
negara Eropa dan Amerika, dengan adanya konsep pemisahan antara
kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Pemisahan ini akan
menimbulkan masalah karena adanya perbedaan kepentingan antara
pemegang saham sebagai prinsipal dan pihak manajemen sebagai agen.
Adanya pemisahaan antara pemilik dan manajemen ini disebut dengan
teori keagenan (agency theory). Dalam teori keagenan, hubungan muncul
ketika satu orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent)
untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang
pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Jensen dan Mackling,
1976).
Menurut Anthony dan Govindarajam (1995) dalam Ningrum
(2012) teori keagenan adalah hubungan atau kontak antara prinsipal dan
agen. Teori keagenan mendasarkan hubungan kontak antara pemegang
saham atau pemilik dan manajemen atau manajer. Hubungan antara
pemilik dan manajer pada hakikatnya sulit tercipta karena adanya
kepentingan yang saling bertentangan (conflict of interest). Pertentangan
dan tarik menarik kepentingan antara prinsipal dan agen dapat
menimbulkan permasalahan yang dalam teori keagenan yaitu asimetri
informasi. Asimetri informasi yaitu informasi yang tidak seimbang yang
disebabkan karena adanya distribusi informasi yang tidak sama antara
prinsipal dan agen. Ketergantungan pihak eksternal pada angka-angka
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
14
akuntansi, kecenderungan manajemen untuk mencari keuntungan sendiri
dan tingkat asimetri informasi yang tinggi menyebabkan keinginan besar
bagi manajer untuk manipulasi kerja yang dilaporkan demi kepentingan
diri sendiri (Jansen dan Macking, 1976).
Akibat adanya informasi yang tidak seimbang (asimetri) ini, dapat
menimbulkan dua permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan
prinsipal untuk memonitor dan melakukan pengendalian terhadap
tindakan-tindakan agen. Jansen dan Mackling (1976) menyatakan
permasalahan tersebut sebagai berikut:
1. Moral Hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak
melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak
kerja.
2. Adverse Selection, yaitu suatu keadaan dimna prinsipal tidak dapat
mengetahui apakah suatu keputusan diambil oleh agen benar-benar
didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya atau terjadi sebagai
sebuah kelalaian dalam tugas.
Adanya masalah keagenan yang timbul akan menimbulkan biaya
keagenan (agency cost), yaitu sebagai berikut:
1. The monitoring expenditures by the principle. Biaya monitoring
dikeluarkan oleh prinsipal untuk memonitoring perilaku agen, termasuk
juga untuk mengendalikan perilaku agen melalui budged restriction dan
compensation policie.
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
15
2. The bonding expenditures by the agent. The bonding cost dikeluarkan
oleh agen untuk meminjam bahwa agen tidak akan menggunakan
tindakan tertentu yang akan merugikan prinsipal atau untuk meminjam
bahwa prinsipal akan diberi kompensasi jika ia tidak mengambil banyak
tindakan.
3. The residual loss yang merupakan penurunan tingkat kesejahteraan
prinsipal maupun agen setelah adanya hubungan keagenan.
Untuk meminimalisasi asimetri informasi ini, maka perlu
dilakukan pengawasan dan pengendalian pengelolaan perusahaan untuk
memastikan bahwa pengelolaan perusahaan ini dapat berjalan dengan
penuh kepatuhan sesuai dengan peratutan dan ketentuan yang berlaku.
Upaya pengawasan ini dapat disebut biaya agensi, yang menurut teori ini
harus dikeluarkan sehingga biaya untuk mengurangi kerugian yang timbul.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin kecil indeks good corporate
governance, maka akan semakin mengurangi biaya agensi yang mana akan
semakin baik penerapan good corporate governance dan akan
meningkatkan kinerja keuangannya.
3. Stakeholder Theory
Teori ini menunjukan hubungan antara manajemen perusahaan
dengan stakeholder. Manajemen perusahaan bertanggungjawab
melaksanakan kegiatan yang memberikan keuntungan bagi stakeholder.
Dalam teori ini kelompok stakeholder mempunyai kedudukan lebih tinggi
daripada manajemen perusahaan. Dalam hal ini yang dimaksud kelompok
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
16
stakeholder adalah seluruh pemangku kepentingan perusahaan antara lain
pemegang saham, pelanggan, distributor, pemerintah, masyarakat umum,
kreditur. Stakeholder theory adalah setiap kelompok atau individu yang
dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi
(Meilani, 2015).
Teori ini merupakan teori yang menjadi dasar utama dari penelitian
di bidang IC. Guthrie et al (2006) dalam Ulum (2016) menyatakan bahwa
teori ini digunakan sebagai dasar utama untuk menjelaskan hubungan IC
dengan kinerja perusahaan. Hubungan antara modal intelektual dengan
kinerja perusahaan, dapat dijelaskan dalam teori ini, manajemen
perusahaan harus dapat mengelola modal intelektual dalam hal ini seluruh
sumber daya yang dimiliki perusahaan, baik karyawan (human capital),
aset fisik (capital employed) maupun structural capital. Apabila seluruh
sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat dikelola dan dimanfaatkan
dengan baik maka akan menciptakan value added bagi perusahaan
sehingga dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Penciptaan value added yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
bertujuan untuk kepentingan para stakeholder sesuai teori ini.
Dilihat melalui stakeholders theory, intellectual capital dan
corporate governance memiliki dasar teori yang saling berhubungan.
Dalam hubungan antara intelectual capital dan kinerja keuangan
perusahaan, teori stakeholder harus dipandang dari dua segi, yaitu dari
segi etika (moral) dan dari segi manajerial. Menurut Deegan (2004) dari
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
17
segi etika mengatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk
diperlakukan secara adil oleh organisasi, dan manajer harus mengelola
organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder. Pengelolaan organisasi
secara maksimal harus memperhatikan pada penciptaan value added yang
dapat mendorong peningkatan kinerja keuangan organisasi, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh potensi organisasi, baik human capital, physical
capital, maupun structural capital. Sedangkan dari segi manajerial, Watts
dan Zimmerman (1986) mengatakan bahwa stakeholder memiliki
kekuatan untuk mengendalikan sumber daya yang dibutuhkan organisasi.
Tujuan atas pengendalian tersebut adalah kembali untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan peningkatan
return atas penciptaan value added yang dihasilkan oleh seluruh potensi
organisasi.
4. Intellectual Capital (Modal Intelektual)
Perhatian perusahaan terhadap modal intelektual beberapa tahun
terkahir semakin meningkat. Hal ini disebabkan munculnya kesadaran
bahwa modal intelektual merupakan landasan bagi perusahaan untuk
berkembang dan bersaing dengan perusahaan lain. Ada banyak defenisi
berbeda mengenai modal intelektual. Intellectual capital dapat diartikan
secara berbeda dan beragam oleh banyak ahli. Berikut rangkuman definisi
IC dari berbagai ahli (Hermawan, 2013):
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
18
Tabel 2.1 Definisi IC Menurut Para Ahli
Ahli / Penulis Definisi IC
CIMA (2005) Perbedaan antara nilai pasar bisnis dengan aktiva berwujud
(tangible assets).
Choo dan
Bontis, (2002)
Intellectual capital berisi modal yang berbeda yang berakar
pada karyawan, rutinitas organisasi, hak kekayaan intelektual,
dan hubungan dengan pelanggan, suplier, distributor, dan
rekan kerja.
Sumber: (Hermawan, 2013)
Berdasarkan berbagai penelitian yang dikembangkan oleh para ahli
dan penulis, dapat disimpulkan bahwa definisi intellectual capital adalah
aset tidak berwujud (intangible aset) yang dimiliki oleh suatu entitas bisnis
yang dapat digunakan untuk menciptakan nilai dengan mengubahnya
menjadi new processes, product and services (Hermawan, 2013). Menurut
Nizar (2015) modal intelktual merupakan modal jangka panjang yang
terdiri dari human capital, struktur capital, dan customer capital. Human
capital (HC) merupakan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki
Marr dan
Schiuma (2001)
Kelompok aktiva pengetahuan yang dikaitkan dengan
organisasi dan secara signifikan berkontribusi terhadap posisi
kompetitif organisasi dengan menambahkan faktor-faktor
kunci yang dimiliki stakeholders.
Sveiby (1997) Berkaitan dengan pengalaman pengetahuan, kekuatan otak
karyawan seperti halnya sumber daya pengetahuan, yang
disimpan di dalam proses sistem database, budaya, dan
filosofi.
Brooking (1997) Intellectual capital secara operasional sebagai bahan
intelektual yang diformalkan, diperoleh, dan dikelola untuk
menghasilkan aset yang bernilai tinggi.
Stewart (1997) Material intelektual–pengetahuan, informasi, hak intelektual,
pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan
kekayaan.
Roos et al (1997) Jumlah pengetahuan yang dimiliki oleh anggota perusahaan
dan terjemahan praktisnya seperti merk dagang, paten, dan
brands.
Bontis (1996) Intellectual capital sukar dipahami, tetapi sekali ditemukan
dan dieksplotasi, hal itu akan menyediakan pada organisasi
sebuah sumber daya baru untuk berkompetisi dan menang.
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
19
perusahaan. Structural capital (SC) meliputi teknologi informasi, struktur
organisasi, strategi, budaya kerja yang baik, serta kemampuan perusahaan
dalam memenuhi seluruh rutinitas perusahaan. Customer capital (CC)
adalah hubungan yang baik dan berkelanjutan antara perusahaan dengan
para mitranya, seperti distributor, pemasok, pelanggan, karyawan,
masyarakat, pemerintah, dan sebagainya.
Pulic (1999) dalam Baroroh (2013) mengklasifikasikan Intellectual
Capital dalam nilai tambah (value added) yang didapatkan dari selisih
pendapatan (input) perusahaan dengan seluruh biaya (output). Lebih lanjut
lagi, nilai tambah Intellectual Capital dibagi menjadi capital employment
(VACA), human capital (VAHU), dan structural capital (STVA).
1) Value Added Capital Employed (VACA) merupakan hubungan yang
harmonis association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan
para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok, pelanggan, dan
juga pemerintah serta masyarakat. VACA dapat muncul dari berbagai
bagian di luar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi
perusahaan.
2) Value Added Human capital (VAHU) merupakan komponen terpenting
dalam suatu perusahaan. VAHU menjadi lifeblood dalam intellectual
capital yang didalamnya terdapat sumber innovation dan improvement.
Karena didalamnya terdapat pengetahuan, ketrampilan, dan
kompentensi yang dimiliki oleh karyawan perusahaan. VAHU dapat
meningkat jika perusahaan dapat memanfaatkan dan mengembangkan
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
20
pengetahuan, kompentensi, dan ketrampilan karyawannya secara
efisien. Oleh karena itu, VAHU merupakan sumber daya kunci yang
dapat menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga
perusahaan mampu bersaing dan bertahan di lingkungan bisnis yang
dinamis. Dengan memiliki karyawan yang berkeahlian dan
berketerampilan, maka dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan
menjamin keberlangsungan perusahaan tersebut.
3) Strukture Capital Value Added (STVA) merupakan kemampuan
organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas
perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk
menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis
secara keseluruhan.
Pulic (1998) dalam Satiti (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi
koefisien VAIC maka semakin baik pula efisiensi nilai tambah dari total
sumber daya perusahaan yang bersangkutan. Nilai tambah merupakan
indikator tujuan secara keseluruhan dari keberhasilan bisnis yang
tercermin pada kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai yang
diperlukan dalam investasi pada sumber daya termasuk gaji, bunga untuk
aset keuangan, dividen untuk investor, pajak untuk pemerintah, dan
investasi untuk pengembangan selanjutnya.
5. iB-VAIC (Islamic Banking – Value Added Intellectual Capital)
Metode VAIC yang dikontruksikan oleh Pulic (1999) untuk
menilai kinerja intellectual capital pada perusahaan konvensional. Akun-
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
21
akun yang digunakan dalam menghitung kinerja IC dengan VAIC adalah
akun-akun yang lazim pada perusahaan konvensional. Sejauh ini, belum
ada indikator (sejenis VAICTM
) yang dapat digunakan untuk menilai
kinerja IC perbankan syariah. Sementara di Indonesia, perkembangan
perbankan syariah cukup tinggi dilihat dari jumlah bank umum syariah
(BUS) pada tahun 2010 terdapat 10 bank dan pada tahun 2016 terdapat 13
bank umum syariah. Kemudian Ulum (2013) memformulasikan model
penilaian intellectual capital untuk perbankan syariah yang dinamakan
iB_VAIC (islamic banking-value added intellectual capital) yang mana
merupakan modifikasi dari model yang telah ada yaitu VAIC (value added
intellectual capital). Penambahan iB dalam pengukuran intellectual
capital hanya untuk membedakan akun-akun yang digunakan untuk
mengembangkan rumus value added (VA). VA merupakan indikator
paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukan
kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai. Adapun hal yang
menjadi bagian dari value added yaitu sebagai berikut:
1. OUT (Output) : Total pendapatan, diperoleh dari:
Pendapatan bersih kegiatan syariah = pendapatan operasi utama
kegiatan syariah + pendapatan operasi lainnya - hak pihak ketiga atas
bagi hasil dan syirkah temporer.
2. IN (input) : Beban usaha/operasional dan beban non operasional kecuali
beban kepegawaian/karyawan.
Untuk dapat dilakukan pemeringkatan terhadap sejumlah
perbankan, hasil perhitungan iB_VAIC (untuk selanjutnya dapat disebut
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
22
BPI) dapat diranking berdasarkan skor yang dimiliki. Sejauh ini, belum
ada standar tentang skor kinerja IC tersebut, namun penelitian Ulum
(2008) dalam Ulum (2013) telah merumuskan untuk memberikan kategori
dari hasil perhitungan VAIC, yaitu:
(1) Top performers – skor VAICTM
diatas 3,00
(2) Good performers – skor VAICTM
antara 2,0 sampai 2,99
(3) Common performers – skor VAICTM
antara 1,5 sampai 1,99
(4) Bad performers – skor VAICTM
dibawah 1,5
6. Indeks Good Corporate Governance
Good corporate governance (GCG) adalah sebuah sistem dan
struktur untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai
perusahaan serta mengalokasikannya ke berbagai pihak yang
berkepentingan seperti kreditor, supplier, asosiasi usaha, konsumen,
pekerja, pemerintah dan masyarakat luas. GCG secara definisi merupakan
sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan
nilai tambah (value added) untuk semua pemegang saham (stakeholders).
GCG hanya dapat tercipta apabila adanya keseimbangan antara
kepentingan semua pihak dengan kepentingan perusahaan untuk mencapai
tujuan perusahaan. Dari berbagai pengertian tersebut GCG dapat diartikan
sebagai tata kelola perusahaan yang baik dimana adanya sistem yang
mengatur, mengelola dan mengawasi proses pengendalian usaha untuk
menaikkan nilai perusahaan, sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada
primary stakeholders dan secondary stakeholders. Penerapan GCG ini
harus menjaga keseimbangan antara kedua belah pihak sebagai dalam
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
23
upaya untuk mencapai tujuan ekonomi dan kesejahteraan bersama.
Implementasi GCG bagi dunia perbankan harus memegang tiga prinsip
utama yaitu kemandirian, integritas, dan transparansi yang menjadi modal
dasar menyelenggarakan bisnis perbankan secara efektif dan
berkesinambungan (sustainable) (Pratiwi, 2016).
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dalam
Prasinta (2012) mendefinisikan Corporate Governance sebagai
“seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang
saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan dan para
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka. Definisi good corporate governance
dalam Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 adalah suatu tata
kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip yang terdiri dari:
1) Transparan (Transparency), yaitu keterbukaan dalam mengemukakan
informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam
melaksanakan pengambilan keputusan.
2) Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem
dan pertanggungjawaban perusahaan sehingga pengelolaan organ
perusahaan terlaksana secara efektif.
3) Pertanggungjawaban (Responsibility), yaitu adanya kepatuhan didalam
pengelolaan bank terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4) Independensi (Independency), yaitu pengelolaan Bank secara
profesional tanpa pengaruh / tekanan dari pihak manapun.
5) Kewajaran (Fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi
hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
24
Yang mana pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance
minimal harus diwujudkan dalam:
a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris, Dewan
Pengawas Syariah (DPS), dan Direksi;
b. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja
yang menjalankan fungsi pengendalian intern bank;
c. Pelaksanaan prinsip syariah dalam oprasional bank;
d. Penanganan benturan kepentingan;
e. Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal;
f. Penerapan manajemen resiko, termasuk sistem pengendalian intern;
g. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar;
h. Rencana strategi bank;
i. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank.
Manfaat yang sangat besar ketika prinsip-prinsip GCG dapat
diterapkan dengan baik mampu meningkatkan kinerja perusahaan melalui
terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan
efisiensi operasional perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan
kepada stakeholders baik pemilik, pengelola bank, masyarakat pengguna
jasa bank maupun Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank.
Inti dari GCG adalah menciptakan perusahaan yang berhasil yang akan
membentuk keunggulan kompetitif (Ihsan, 2016).
PBI No. 11/33/PBI/2009 dalam Pratiwi (2017) menyebutkan
bahwa setiap perbankan konvensional maupun perbankan syariah wajib
menerapkan GCG, termasuk melakukan selfassessment dan
menyampaikan laporan pelaksanaan GCG. Penerapan GCG sudah menjadi
keharusan dalam industri perbankan khususnya perbankan syariah saat ini,
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
25
guna mewujudkan kondisi keuangan yang sehat, kondusif dan sesuai
prinsip syariah (sharia compliance).
7. Kinerja Perusahaan
Kinerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang dihasilkan atau
hasil kerja yang dicapai dari suatu usaha. Sedangkan, pengertian kinerja
perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh organisasi dalam
periode tertentu dengan mengacu kepada standar yang telah ditetapkan.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan pengertian kinerja keuangan
adalah kemampuan kerja manajemen keuangan dalam mencapai prestasi
kinerjanya (Pratiwi, 2016). Kinerja keuangan dapat diukur dengan
menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Dalam menilai kinerja
keuangan perusahaan, dapat digunakan suatu ukuran atau tolak ukur
tertentu. Biasanya ukuran yang digunakan adalah rasio atau indeks yang
menghubungkan dua data keuangan. (Sulistyowati dan Fidliana, 2017).
Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur menggunakan analisis
laporan keuangan atau analisis rasio. Berikut ini jenis-jenis rasio
keuangan, yaitu:
1) Rasio Likuiditas, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Jenis-
jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan terdiri dari :
a. Rasio Lancar
b. Rasio Sangat Lancar
c. Rasio Kas
d. Rasio Perputaran Kas
e. Inventory to Net Working Capital
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
26
2) Rasio Solvabilitas, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
Jenis-jenis rasio solvabilitas, yaitu:
a. Debt to Assets Ratio
b. Debt to Equity Ratio
c. Long Term Debt to Equity Ratio
d. Times Interest Earned
e. Fixed Changed Converage
3) Rasio Profitabilitas, merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan
ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan.
Jenis-jenis rasio profitabilitas, yaitu:
a. Profit Margin on Sales
b. Return On Investment
c. Return On Asset
d. Return On Equity
e. Laba per Lembar Saham
Dari ketiga rasio tersebut, rasio profitabilitas yang dipilih dalam
pengungkapan kinerja keuangan. Karena rasio ini yang paling
komperhensif dari keseluruhan rasio yang ada dan rasio ini
menggambarkan kemampuan bank untuk bertahan dan stabil dalam
melanjutkan oprasionalnya. Tidak ada perbedaan apakah bank syariah
melihat dari tujuan mencari keuntungan (profit motive) atau tujuan sosial
(social motive) atau keduanya, namun semua bank syariah memiliki
reputasi tinggi akan berusaha keras untuk menjaga kestabilan dan
ketahanan institusinya dengan mencapai profitabilitas yang baik. Oleh
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
27
karena itu, profitabilitas yang baik sangat penting untuk dicapai setiap
bank syariah.
Dari berbagai jenis rasio profitabilitas, ROA (return on asset)
merupakan rasio yang mengukur banyaknya laba yang dihasilkan dalam
setiap aktiva yang digunakan. Laba merupakan tujuan suatu perusahaan
beroprasi sehingga informasi tentang laba yang dihasilkan oleh perusahaan
sangat penting bagi manajemen dan pemegang saham. Informasi tentang
laba perusahaan dapat mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam
mencapai tujuan operasi yang ditetapkan.
Menurut Satiti dan Nur (2013) Return on Assets (ROA) adalah
rasio profitabilitas yang mengukur jumlah profit yang diperoleh tiap
rupiah aset yang dimiliki perusahaan. ROA memperlihatkan kemampuan
perusahaan dalam melakukan efisiensi penggunaan total aset untuk
operasional perusahaan. ROA memberi gambaran kepada investor tentang
bagaimana perusahaan mengkonversikan uang yang telah diinvestasikan
dalam laba bersih. Jadi, ROA adalah indikator dari profitabilitas
perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba bersih.
ROA dihitung dengan membagi laba bersih (net income) dengan rata-rata
total aset perusahaan. Semakin tinggi nilai ROA, maka perusahaan
tersebut semakin efisien dalam menggunakan asetnya. Hal ini berarti
bahwa perusahaan tersebut dapat menghasilkan uang (earnings) yang lebih
banyak dengan investasi yang sedikit.
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
28
Penelitian ini menggunakan salah satu proksi rasio keuangan yaitu
ROA (Return On Assets). ROA (Return Onn Assets) lebih dipilih dari pada
rasio lainnya karena lebih cocok digunakan untuk menghitung variabel
modal intelektual (Intellectual Capital). Jika menggunakan ROE (Return
On Equity) maka total ekuitas yang merupakan denominator ROE (Return
On Equity) adalah salah satu komponen dari Value Added Capital
Employed (VACA). Jika menggunakan ROE (Return On Equity), maka
akan double counting atas akun yang sama yaitu ekuitas. Dimana VACA
yang dibangun dari akun ekuitas dan laba bersih sebagai variabel
independen dan ROE (Return On Equity) yang juga dibangun dari akun
ekuitas dan laba bersih menjadi variabel dependen (Ningrum, 2012).
B. HASIL PENELITIAN TERDAHULU
Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang terkait mengenai
variabel-variable intellectual capital yang diproksikan dengan iB_VACA,
iB_VAHU, iB_STVA, dan indeks good corporate governance terhadap
kinerja keuangan bank umum syariah, adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No Artikel /
Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 (Pratiwi,
2017)
“Pengaruh Intellectual
Capital Dan Corporate
Governance Terhadap
Kinerja Keuangan
Perbankan Di
Indonesia”. Jurnal
Akuntansi dan
Keuangan, Vol.4 No.1,
Maret 2017, Hal. 85-97.
VACA berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA dan
ROE, sedangkan VAHU
berpengaruh positif positif
terhadap ROA. Dalam perbankan
syariah, VACA dan VAHU sangat
berpengaruh terhadap ROA.
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
29
5. (Ihsan,
2016)
“Kualitas Penerapan
Good Corporate
Governance Pada Bank
Umum Syariah Di
Indonesia Serta
Pengaruhnya Pada
Kinerja Keuangan”.
Jurnal Ekonomi Islam
Vol. 7, No. 2,
September 2016.
Dari hasil penelitian, didapatkan
variabel yang berpengaruh paling
besar terhadap GCG adalah
BOPO. Hasil variabel NPF, ROA,
ROE, dan FDR tidak berpengaruh
signifikan terhadap GCG pada
bank umum syariah.
6. (Prasinta,
2012)
“Pengaruh Good
Corporate Governance
terhadap Kinerja
Keuangan”. Accounting
Analysis Journal 1 (2)
(2012), ISSN: 2252-
6765.
Good Corporate Governance yang
diproksikan skor CGPI tidak
berpengaruh terhadap ROA, skor
CGPI berpengaruh positif terhadap
ROE, dan skor CGPI tidak ber-
pengaruh terhadap Tobin’s Q.
2 (Nizar dan
Khoirul,
2015)
“Pengaruh Pembiayaan
Jual Beli, Pembiayaan
Bagi Hasil Dan
Intellectual Capital
Terhadap Kinerja
Keuangan Bank
Syariah”. Jurnal
Akuntansi Akrual 6 (2)
(2015): 127-143 e-
ISSN: 2502-6380.
Intellectual capital berpengaruh
signifikan terhadap kinerja
keuangan bank syariah, karena
intellectual capital mampu
menciptakan keunggulan
kompetitif bagi bank syariah.
3. (Satiti dan
Nur, 2013)
“Pengaruh Intellectual
Capital Terhadap
Kinerja Keuangan
Perusahaan Asuransi”.
Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi Vol. 2, No. 7
(2013)
Intellectual capital (HCE, SCE,
dan CEE) secara simultan
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan (ROA); HCE tidak
berpengaruh terhadap ROA; SCE
berpengaruh terhadap ROA; CEE
tidak berpengaruh terhadap ROA.
4. (Aritonang,
Harjum,
Sugiono,
2016)
“Pengaruh Intellectual
Capital Terhadap
Kinerja Keuangan”.
Jurnal Bisnis Strategi
Vol. 25, No. 1, Juli
2016.
Intellectual capital (VAIC)
komponen CEE dan SCE
berpengaruh positif signifikan
terhadap kinerja keuangan,
sedangkan komponen HCE tidak
berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan.
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
30
7. (Pratiwi,
2016)
“Pengaruh Kualitas
Penerapan Good
Corporate Governance
(GCG) terhadap
Kinerja Keuangan pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia (Periode
2010 – 2015)”. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis
Islam, Vol. 2, No. 1,
Hal. 55-76.
Secara parsial kualitas penerapan
GCG berpengaruh positif
signifikan terhadap CAR, NPF,
BOPO, dan berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA, ROE,
serta tidak berpengaruh terhadap
NIM, FDR.
8. (Majid,
Sayyed,
Behzad,
Khatiri,
2015)
“Intellectual capital
performance on
financial institutions in
iran”. WALIA Journal
31 (S3): 56-60, 2015,
ISSN: 1026-3861.
Komponen IC berpengaruh
signifikan positif terhadap kinerja
keuangan lembaga keuangan di
iran yang diproksikan dengn ROA.
9. (Nausyad
dan Malik,
2015)
“Corporate
Governance and Bank
Performance: A Study
of Selected Banks in
GCG Region”. Asian
Social Science; Vol. 11,
No. 9; 2015, ISSN
1911-2017. Published
by Canadian Center of
Science and Education.
Penelitian menyimpulkan bahwa
tata kelola perusahaan
menimbulkan pengaruh yang
signifikan pada kinerja keuangan
sektor perbankan GCG.
C. KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, dalam
pengukuran kinerja keuangan erat kaitannya perusahaan perbankan syariah
memberikan informasi kepada pengguna laporan keuangan. Dimana
informasi tersebut lebih menekankan pada nilai profitabilitas yang dihitung
dengan Return On Assets (ROA). Karena ROA dapat melihat laba suatu
perusahaan dikatakan meningkat atau menurun. Hal tersebutlah yang
mempengaruhi pengguna laporan keuangan dalam menilai kinerja keuangan
suatu perusahaan perbankan syariah (Kartika dan Saarce, 2013). Dalam
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
31
penelitian ini melakukan pengujian kembali yaitu menggunakan variabel
independen Intellectual Capital yang diproksikan dengan iB_VACA,
iB_VAHU dan iB_STVA serta Indeks Good Corporate Governance diukur
dengan indikator nilai komposit. Sedangkan variabel dependen dalam
penelitian ini adalah ROA (return on assets).
Menurut Resouce Based Theory apabila kinerja intellectual capital
dapat dilakukan secara maksimal, maka perusahaan akan memiliki suatu nilai
tambah yang dapat memberikan suatu karakteristik (Hermawan, 2013).
Dengan demikian, jika perusahaan yang memiliki intellectual capital lebih
tinggi akan cenderung memiliki kinerja masa datang yang lebih baik. Maka
pertumbuhan dari intellectual capital juga akan memiliki hubungan positif
dengan kinerja keuangan masa yang akan datang. Dimana hubungan
Intellectual Capital yang diproksikan dengan Value Added Capital Employed,
yaitu Capital employed menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mengelola sumber daya berupa capital asset yang apabila dikelola dengan
baik akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Hubungan Intellectual
Capital yang diproksikan dengan Value Added Human Capital yang
menggambarkan sumber daya manusia dengan pengetahuan, keterampilan,
dan kompetensi yang unggul, maka dapat meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan sehingga mencapai keunggulan kompetitif. Hubungan
Intellectiual Capital yang diproksikan dengan Structural Capital Value
Added ynag menggambarkan modal yang dibutuhkan perusahaan untuk
memenuhi proses rutinitas perusahaan dalam menghasilkan kinerja yang
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
32
optimal. Value Added Intellectual Capital (VAIC) meupakan metode
pengukuran Intellectual capital yang menggabungkan tiga komponen yaitu
iB_VACA, iB_VAHU, dan iB_STVA untuk menciptakan Value Added (VA).
Sehingga komponen dari intellectual capital yang diproksikan dengan
iB_VACA, iB_VAHU, dan iB_STVA juga memiliki hubungan positif
dengan kinerja keuangan masa yang akan datang (Ulum, 2013).
Hasil penelitian Rachmawati dan Damar (2012) menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh positif antara intellectual capital terhadap Return On Asset
(ROA) perbankan. Semakin tinggi nilai intellectual capital sebuah
perusahaan perbankan maka Return on Asset (ROA) suatu perusahaan
keuangan tersebut semakin meningkat. Hasil penelitian Yunita (2012) juga
mangindikasikan bahwa modal intelektual terbukti berpengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
Sedangkan menurut teori keagenan dimana semakin kecil indeks good
corporate governance, maka akan semakin mengurangi biaya agensi yang
mana akan menunjukan semakin baik penerapan good corporate governance
dan akan meningkatkan kinerja keuangannya (Jensendan Mackling, 1976).
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 12/13/DPbS Tahun 2010
menjelaskan bahwa perbankan yang memilki indikator nilai komposit
semakin kecil pada indeks good corporate governance maka kualitas
manajemen dalam menjalankan oprasional bank sangat baik sehingga bank
bisa mendapatkan keuntungan. Maka cenderung kearah negatif karena
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
33
dimana semakin kecil indikator nilai komposit good corporate governance
perusahaan memiliki kualitas manajemen yang bagus.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2016) yang menunjukan
bahwa penerapan GCG berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA (return
on assets). Hasil penelitian Ihsan (2016) juga mendukung penelitian Pratiwi
(2016) yang menyatakan bahwa good corporte governance tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA (return on assets).
Bedasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan suatu kerangka
pemikiran teoritis yang menyatakan bahwa intellectual capital yang
diproksikan dengan iB_VACA, iB_VAHU, iB_STVA dan indeks good
corporate governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang dalam
penelitian ini di wakili oleh return on assets (ROA).
H1 (+)
H2 (+)
H3 (+)
H4 (-)
iB_VACA
iB_VAHU
iB_STVA
Kualitas
GCG
Kinerja Keuangan
(ROA)
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
34
D. HIPOTESIS
1. Pengaruh Intellectual Capital yang diproksikan dengan Islamic
Banking Value Added Capital Employed (iB_VACA) terhadap Kinerja
Keuangan Bank Umum Syariah
Hubungan Intellectual Capital yang diproksikan dengan iB_VACA
(Islamic Banking Value Added Capital Employed), yaitu dimana capital
employed menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengelola
sumber daya berupa capital assets yang apabila dikelola dengan baik akan
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Menurut resource based
theory apabila kinerja intellectual capital dapat dilakukan secara
maksimal, maka perusahaan akan memiliki suatu nilai tambah yang dapat
memberikan suatu karakteristik (Ulum, 2013). iB_VACA yang merupakan
proksi dari intellectual capital dengan pengelolaan dan pemanfaatan
capital assets yang baik, maka perusahaan dapat meningkatkan kinerja
keuangan, pertumbuhan perusahaan, dan nilai pasar (Kartika dan Hantane,
2013). Semakin baik perusahaan dalam mengelola capital employed,
menunjukan semakin baik perusahaan mengelola aset. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa capital employed memiliki arah yang positif terhadap
kinerja keuangan bank umum syariah.
Penelitian yang dilakukan Ningrum (2012) yang berjudul analisis
pengaruh Intellectual Capital dan Corporate Governance terhadap
Financial Performance menyatakan bahwa intellectual capital
berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas ROA. Penelitian
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
35
yang dilakukan oleh Maisaroh (2013) juga sama dengan penelitian
Ningrum (2012) bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap
profitabilitas. Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Islamic Banking Value Added Capital Employed (iB_VACA)
berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum
Syariah.
2. Pengaruh Intellectual Capital yang diproksikan dengan Islamic
Banking Value Added Human Capital (iB_VAHU) terhadap Kinerja
Keuangan Bank Umum Syariah
Hubungan intellectual capital yang diproksikan dengan iB_VAHU
(islamic banking_value added human capital) menggambarkan sumber
daya manusia dengan pengetahuan, ketrampilan, dan kompetensi yang
unggul, maka dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan sehingga
mencapai keunggulan kompetitif. Indikasi gaji dan tunjangan yang
diberikan perusahaan kepada karyawan, mampu meningkatkan karyawan
dalam mendukung kinerja perusahaan sehingga human capital dapat
menciptakan value added atau yang sering disebut iB_VAHU dan dapat
juga meningkatkan pendapatan dan profit perusahaan (Kartika dan Saarce,
2013). Menurut resource based theory apabila kinerja intellectual capital
dapat dilakukan secara maksimal, maka perusahaan akan memiliki suatu
nilai tambah (value added) yang dapat memberikan suatu karakteristik.
Jika perusahaan dapat mengelola, memanfaatkan dan mengembangkan
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
36
intellectual capital yang dimiliki, maka kinerja perusahaan akan
meningkat pula (Prasetya, 2011). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
iB_VAHU memiliki arah positif terhadap kinerja keuangan bank umum
syariah.
Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2017) menyatakan bahwa
human capital berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.
Penelitian Ausi (2014) juga mendukung penelitian yang dilakukan Putra
yang menyatakan bahwa human capital berpengaruh signifikan terhadap
ROA. Begitu juga yang diungkapkan oleh Hermanus (2013) yang
menyatakan bahwa human capital terbukti berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas. Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, dapat
diturunkan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Islamic Banking Value Added Human Capital (iB_VAHU)
berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum
Syariah.
3. Pengaruh Intellectual Capital yang diproksikan dengan Islamic
Banking Structural Capital Value Added (iB_STVA) terhadap Kinerja
Keuangan Bank Umum Syariah
Hubungan intellectual capital yang diproksikan dengan iB_STVA
(Islamic Banking Structural Capital Value Added) menggambarkan modal
yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi proses rutinitas perusahaan
dalam menghasilkan kinerja yang optimal, serta kinerja bisnis secara
keseluruhan. Tanpa diiringi oleh pengelolaan structuran capital yang baik
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
37
maka akan menghambat produktivitas karyawan dalam menghasilkan
value added (Ulum, 2013). Menurut Resource Based Theory apabila
kinerja keuangan intellectual capital dilakukan secara maksimal, maka
perusahaan akan memiliki nilai tambah yang dapat memberikan suatu
karakteristik. Dimana manajemen yang mampu mengolah structural
capital dengan baik akan membantu meningkatkan kinerja perusahaan,
sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan profit perusahaan. Dapat
disimpulkan bahwa structural capital memiliki pengaruh positif terhadap
kinerja keuangan bank umum syariah.
Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2017) menyatakan bahwa
structural capital memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian Dwipayani (2014) yang
mengambil data di perusahaan perdagangan, jasa, dan investasi yang
terdaftar di BEI menyatakan bahwa structural capital berpengaruh
signifikan positif terhadap ROA. Hasil senada juga diungkapkan oleh
Suhendah (2012) yang mengambil data di perusahaan go public di
Indonesia yang menyimpulkan bahwa structural capital berpengaruh
signifikan terhadap ROA. Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut,
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Islamic Banking Structural Capital Value Added (iB_STVA)
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank umum syariah.
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
38
4. Pengaruh Indeks Good Corporate Governance terhadap Kinerja Bank
Umum Syariah
Menurut teori keagenan dimana semakin kecil indeks good
corporate governance, maka akan semakin mengurangi biaya agensi yang
mana akan menunjukan semakin baik penerapan good corporate
governance dan akan meningkatkan kinerja keuangannya. Menurut Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor: 12/13/DPbS Tahun 2010 perusahaan yang
semakin kecil indikator nilai komposit pada indeks good corporate
governance maka kualitas manajemen dalam menjalankan oprasional bank
sangat baik sehingga bank bisa mendapatkan keuntungan. Maka,
cenderung kearah negatif karena dimana semakin kecil indikator nilai
komposit good corporate governance perusahaan memiliki kualitas
manajemen yang bagus. Dapat disimpulkan bahwa kualitas manajemen
dalam menjalankan oprasional bank sangat baik sehingga bank bisa
mendapat keuntungan.
ROA (Return On Assets) merupakan pengukuran kemampuan
perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan, semakin
tinggi rasio ini berarti semakin baik pula keadaan perusahaan. Sehingga
dapat disimpulkan terdapat hubungan yang terbalik atau negatif
dikarenakan semakin kecil nilai komposit pada indeks good corporate
governance, menunjukan kinerja bank yang baik, maka bank semakin
sehat.
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
39
Dalam hasil penelitian Ferdyant dkk (2015) dan Daniel (2012)
menunjukan bahwa variabel good corporate governance berpengaruh
negatif terhadap return on assets pada perbankan syariah. Berdasarkan
pemikiran-pemikiran tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4 : Indeks good corporate governance berpengaruh negatif terhadap
kinerja keuangan bank umum syariah.
Pengaruh Intellectual Capital..., Edo Fandini, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018