BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tumbuh Kembang Bayi …
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tumbuh Kembang Bayi …
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Tumbuh Kembang Bayi Gizi Kurang
1. Pengertian Tumbuh Kembang adalah suatu proses berkelanjutan mulai
dari konsepsi sampai dengan maturnitas yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan faktor bawaan. (soetjiningsih : 2010)
2. Pengertian Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan
atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan,
aktivitas berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan.
(khaidirmuhaj,2009).
Gizi berasal dari bahasa arab “ghiza” artinya adalah makanan. Gizi
dalam Bahasa Inggris disebut “nutrition”. Gizi merupakan rangkaian
proses secara organik makanan yang dicerna oleh tubuh untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan fungsi normal organ, serta
mempertahankan kehidupan seseorang.Gizi kurang adalah status gizi
yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umur (BB/U) yang
merupakan padanan istilah underweight (gizi kurang) dan severely
underweight (gizi buruk) , (Kemenkes, 2011).
3. Faktor yang mempengaruhi gizi kurang
WHO menyebutkan bahwa banyak faktor dapat menyebabkan gizi
kurang, yang sebagian besar berhubungan dengan pola makan yang
buruk, infeksi berat dan berulang terutama pada populasi yang kurang
mampu. Diet yang tidak memadai, dan penyakit infeksi terkait erat
dengan standar umum hidup, kondisi lingkungan, kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, perumahan dan
perawatan kesehatan (WHO, 2012). Banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya gizi kurang, diantaranya adalah status sosial
ekonomi, ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik untuk
anak, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Kusriadi, 2010).
9
a. Konsumsi zat gizi
Konsumsi zat gizi yang kurang dapat menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan badan dan keterlambatan perkembangan otak serta
dapat pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh
terhadap penyakit infeksi (Krisnansari d, 2010). Selain itu faktor
kurangnya asupan makanan disebabkan oleh ketersediaan pangan,
nafsu makan anak,gangguan sistem pencernaan serta penyakit
infeksi yang diderita (Proverawati A, 2009).
b. Penyakit infeksi
Infeksi dan kekurangan gizi selalu berhubungan erat. Infeksi pada
anak-anak yang malnutrisi sebagian besar disebabkan kerusakan
fungsi kekebalan tubuh, produksi kekebalan tubuh yang terbatas
dan atau kapasitas fungsional berkurang dari semua komponen
seluler dari sistem kekebalan tubuh pada penderita malnutrisi
(RodriquesL, 2011)
c. Pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan
Seorang ibu merupakan sosok yang menjadi tumpuan dalam
mengelola makan keluarga. pengetahuan ibu tentang gizi bayi
merupakan segala bentuk informasi yang dimiliki oleh ibu
mengenai zat makanan yang dibutuhkan bagi tubuh bayi dan
kemampuan ibu untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari (Mulyaningsih F, 2008). Kurangnya pengetahuan tentang gizi
akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk menerapkan
informasi dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan salah satu
penyebab terjadinya gangguan gizi (Notoadmodjo S, 2003).
Pemilihan bahan makanan, tersedianya jumlah makanan yang
cukup dan keanekaragaman makanan ini dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan ibu tentang makanan dan gizinya. Ketidaktahuan ibu
dapat menyebabkan kesalahan pemilihan makanan terutama untuk
anak bayi (Nainggolan J dan Zuraida R, 2010).
10
d. Pendidikan ibu
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah
diberikan pengertian mengenai suatu informasi dan semakin mudah
untuk mengimplementasikan pengetahuannya dalam perilaku
khususnya dalam hal kesehatan dan gizi (Ihsan M.Hiswani, Jemadi,
2012). Pendidikan ibu yang relatif rendah akan berkaitan dengan
sikap dan tindakan ibu dalam menangani masalah kurang gizi pada
anak balitanya (Oktavianis, 2016).
e. Pola asuh anak
Pola asuh anak merupakan praktek pengasuhan yang diterapkan
kepada anak balita dan pemeliharaan kesehatan (Siti M, 2015).
Pola asuh makan adalah praktik-praktik pengasuhan yang
diterapkan ibu kepada anak balita yang berkaitan dengan cara dan
situasi makanPola asuh yang baik dari ibu akan memberikan
kontribusi yang besar pada pertumbuhan dan perkembangan balita
sehingga akan menurunkan angka kejadian gangguan gizi dan
begitu sebaliknya (Istiany,dkk, 2007).
f. Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan keluarga merupakan faktor eksternal yang
mempengaruhi status gizi balita (Mulyana DW, 2013). Keluarga
dengan status ekonomi menengah kebawah, memungkinkan
konsumsi pangan dan gizi terutama pada balita rendah dan hal ini
mempengaruhi status gizi pada anak balita ( Supariasa IDN, 2012).
Balita yang mempunyai orang tua dengan tingkat pendapatan
kurang memiliki risiko 4 kali lebih besar menderita status gizi
kurang dibanding dengan balita yang memiliki orang tua dengan
tingkat pendapatan cukup (Persulessy V, 2013).
g. Ketersediaan pangan
Kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan penyebab tidak
langsung terjadinya status gizi kurang atau buruk (Roehadi S,
2013). Masalah gizi yang muncul sering berkaitan dengan masalah
kekurangan pangan, salah satunya timbul akibat masalah ketahanan
11
pangan ditingkat rumahtangga, yaitu kemampuan rumahtangga
memperoleh makanan untuk semua anggotanya (Sobila ET, 2009).
h. Jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga berperan dalam status gizi seseorang.
Anak yang tumbuh dalam keluarga miskin paling rawan terhadap
kurang gizi. apabila anggota keluarga bertambah maka pangan
untuk setiap anak berkurang, asupan makanan yang tidak adekuat
merupakan salah satu penyebab langsung karena dapat
menimbulkan manifestasi berupa penurunan berat badan atau
terhambat pertumbuhan pada anak, oleh sebab itu jumlah anak
merupakan faktor yang turut menentukan status gizi bayi (Faradevi
R, 2017).
i. Sosial budaya
Budaya mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa yang
akan dimakan, bagaimana pengolahan, persiapan, dan
penyajiannya serta untuk siapa dan dalam kondisi bagaimana
pangan tersebut dikonsumsi. Sehingga hal tersebut dapat
menimbulkan masalah gizi kurang (Arifn Z, 2015).
4. Klasifikasi Gizi Kurang
Gizi kurang berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Marasmus
Marasmus terjadi disebabkan asupan kalori yang tidak cukup.
Marasmus sering sekali terjadi pada bayi di bawah 12 bulan. Pada
kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajah seperti
orangtua, kulit keriput, cengeng dan rewel meskipun setelah
makan, perut cekung, rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga
tampak jelas dan pantat kendur dan keriput (baggy pant).
b. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat
disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi
namun asupan protein yang inadekuat (Liansyah TM, 2015).
12
Beberapa tanda khusus dari kwashiorkor adalah: rambut berubah
menjadi warna kemerahan atau abu-abu, menipis dan mudah
rontok, apabila rambut keriting menjadi lurus, kulit tampak pucat
dan biasanya disertai anemia, terjadi dispigmentasi dikarenakan
habisnya cadangan energi atau protein. Pada kulit yang terdapat
dispigmentasi akan tampak pucat, Sering terjadi dermatitis (radang
pada kulit), terjadi pembengkakan, terutama pada kaki dan tungkai
bawah sehingga balita terlihat gemuk. Pembengkakan yang terjadi
disebabkan oleh akumulasi cairan yang berlebihan. Bayi memiliki
selera yang berubah-ubah dan mudah terkena gangguan
pencernaan.
c. Marasmus-Kwashiorkor
Memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan
kwashiorkor. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung
protein dan energi untuk pertumbuhan normal. Pada penderita berat
badan dibawah 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda
kwashiorkor seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit serta
kelainan biokimia (Pudjiadi S, 2010).
5. Manifestasi klinis
Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi sebagai berikut :
a. Kelehan dan kekurangan energy
b. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh
kesulitan untuk melawan infeksi)
c. Kulit yang kering dan bersisik
d. Gusi bengkak dan berdarah
e. Berat badan kurang
f. Pertumbuhan yang lambat
g. Kelemahan pada otot
h. Perut kembung
i. Tulang yang mudah patah
13
6. Komplikasi
a. Kwashiorkor : diare, infeksi, anemia, gangguan tumbuh kembang,
hipokalemi, dan hipernatremi.
b. Marasmus : infeksi, tuberculosis, parasitosis, disentri, malnutrisi
kronik, gangguan tumbuh kembang.
7. Penatalaksanaan
a. Diit tinggi kaloti, protein, mineral, dan vitamin
b. Pemberian terapi cairan elektrolit
c. Penanganan diare bila ada: cairan, antidiare, dan antibiotic.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Konsep keluarga
a. Pengertian
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga
didefinsikan dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu
dalam suatu ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam
arti luas anggota keluarga merupakan mereka yang memiliki
hubungan personal dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban
dan memberi dukungan yang disebabkan oleh
kelahiran,adopsi,maupun perkawinan (Stuart,2014) Menurut Duval
keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan,adopsi,kelahiran yang bertujuan menciptakan
dan mempertahankan upaya yang umum,meningkatkan
perkembangan fisik mental, emosional dan social dari tiap anggota
keluarga (Harnilawati,2013).
Menurut Pratikno (2005) ada beberapa jenis keluarga, yakni:
1) keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-
anak,
2) keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan
ayah) dan anak-anak mereka, di mana terdapat interaksi dengan
kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua. Selain itu
14
terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis
keturunan di atas keluarga aslinya.
3) Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi,
keluarga kakek, dan keluarga nenek.
b. PeranKeluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar
pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam
posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari
oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan
masyarakat. (BKKBN, 2012)
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai
berikut: Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Sebagai istri dan
ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping
itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan
spiritual.
Menurut Sugeng, (2010). Pada dasarnya tugas keluarga ada
delapan tugas pokok sebagai berikut:
1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
4) Sosialisasi antar anggota keluarga.
15
5) Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang
lebih luas.
8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
c. FungsiKeluarga
Fungsi Keluarga Secara hukum keluarga adalah sekelompok orang
yang terikat oleh darah, perkawinan atau adopsi. Namun dalam
sebuah survei nasional yang melibatkan 1.200 orang dewasa yang
dipilih secara acak, hanya 22 persen yang merasa puas dengan
definisi itu. Hampir 75 persen menyukai definisi sekolompok orang
yang saling mencintai dan saling mempedulikan” (BPS, 2012).
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi kurang
Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi kurang yaitu :
1) Umur
Umurorang tua muda,terutama ibu, cenderung kurang
pengetahuan dan pengalaman dalam merawat anak sehingga
mereka umumnya merawat anak didasarkan pada pengalaman
orang tua terdahulu. Selain itu, faktor usia muda juga
cenderung menjadikan seorang ibu akan lebih memperhatikan
kepentingannya sendiri dari pada kepentingan anaknya,
sehingga kuantitas dan kualitas perwatan anaknya kurang
terpenuhi (Sulistyoningsih H. 2011).
2) Jumlah anak
Jumlahanakdalam keluarga mempengaruhi ketersediaan pangan
keluarga. Pada tingkat penghasilan yang berbeda akan
menghasilkan tingkat ketersediaan pangan yang berbeda pula.
Jumlah anak yang banyak pada keluarga dengan status
ekonomi yang rendah mempunyai peluang anak menderita gizi
kurang (Irmawati,2013).
16
3) Ekonomi
Anak yang tumbuh dalam keluarga miskinpaling rawan
terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga, anak
yang paling kecil yang akan terpengaruh oleh karena
kekurangan pangan, apabila anggota keluarga bertambah maka
pangan untuk setiap anak berkurang, asupan makanan yang
tidak adekuat merupakan salah satu penyebab langsung karena
dapat menimbulkan manifestasi berupa penurunan berat badan
atau terhambatnya pertumbuhan anak, oleh sebab itu jumlah
anak merupakan faktor yang turut menentukan status gizi bayi
(Irmawati,2013).
e. Karakteristik keluarga menurut Departemen kesehatan (2010)
Dari beberapa pengertian tentang keluarga maka dapat disimpulkan
bahwa karakteristik keluarga adalah :
1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikatkan oleh
hubungan darah,perkawinan atau adopsi.
2) Anggota keluarga biasanya hifup bersama atau jika berpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-
masing mempunyai peran social, seperti : suami, istri, anak,
kakak, adik.
4) Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan
budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan
social anggota.
f. Tipe keluarga
Keluarga merupakan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan social, maka
tipe keluarga juga akan berkembang mengikutinya. Agar dapat
mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga
17
(Friedman, Bowden, & Jones,2003). Berbagai bentuk dan tipe
keluarga, berdasarkan berbagai sumber, dibedakan berdasarkan
keluarga tradisional dan keluarga non tradisional seperti :
1) Tradisonal
a) The nuclear family (keluargainti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak.
b) The dyadfamily
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri ( tanpa anak)
yang hidup bersama dalam satu rumah.
c) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudh tua
dengan anak yang sudah memisahkan diri
d) The childlessfamily
Keluarga tanpa anak karna terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan
karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
e) The extendedfamily
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi hidup bersama
dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman,
tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan.
f) The single – perentfamily
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu)
dengan anak, hal ini terjadi biaanya melalui proses
perceraian, kematian, atau karena ditinggalkan (menyalahi
hukum pernikahan).
g) Commuterfamily
Kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua
yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota
keluarga pada saat berlibur pada waktu-waktu tertentu.
18
h) Multigeneration family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i) Kin-networkfamily
Beberapa keluarga ini yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatam dan saling menggunakan barang-barang
dan pelayanan yang sama. Contok : dapur, kamar mandi,
televisi, telepon, dan lain-lain.
j) Blendedfamily
Duda atau janda (karea perceraian) yang menikahi kembali
dan membesarkan anak dari hasil perkawinan sebelumnya.
k) The single adult living alone/ single-adultfamily
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihan atau perpisahan (separasi) seperti: perceraian
atau ditinggal mati.
2) Non tradisional
a) The unmarried teenagermother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah.
b) The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c) Communefamily
Beberapa pasang keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi
anak bersama.
d) The nonmatrial heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup memlalui pernikahan.
e) Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama
sebagaimana matrial parents.
19
f) Cohabitatingfamily
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawainan karena beberapa alasan tertentu.
g) Group –marriagefamily
Beberapa orang dewasa yang menggunakan aalt-alat rumah
tangga bersama, yang saling merasa saling menikah satu
dengan yang lainnya, berbagai sesuatu termasuk seksual
dan membesarkan anaknya.
h) Group networkfamily
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan / nilai-nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan
barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i) Fosterfamily
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/ saudara didalam waktu sementara, pada saat
orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga aslinya.
j) Homelessfamily
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
k) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang deskrutif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan
dan criminal dalam kehidupannya.
g. Struktur dan fungsi keluarga
Menurut Friedman, Browden & Jones (2003) fungsi dalam
keluarga merupakan apa yang dikerjakan dalam keluarga,
20
sedangkan struktur keluarga meliputi proses yang digunakan dalam
keluarga untul mencapai tujuan yang diharapkan.
1) Struktur keluarga :
a) Pola komunikasi keluarga
Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi
secara emosional, komunikasi verbal dan non verbal,
komunikasi sirkulasi (Wright & Leahey, 2000).
Komunikasi emosional memungkinkan setiap individu
keluarga dapat mengespresikan perasaan seperti bahagia,
sedih, atau marah diantara para anggota keluarga. Pada
komunikasi verbal individu dalam keluarga dapat
mengungkapkan sesuatu yang diinginkan melalui kata-kata
yang dapat diiringi dengan adanya komunikasi non verbal
yang dapat berupa gerakan tubuh. Komunikasi sirkular
mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam
keluarga, misalnya apabila istri marah pada suami, maka
suami akan melakukan klarifikasi kepada istri tentang
sesuatu yang membuat istrinya marah kepada suami.
b) Pola peran keluarga
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi yang diberikan sehingga pada struktur peran
bisa bersifat formal atau informal. Peran formal didalam
keluarga merupakan kesepakatan bersama yang dibentuk
dalam suatu norma keluarga. Peran didalam keluarga
menunjukan pola tingkah laku dari semua anggota didalam
keluarga.
c) Pola norma dan nilai keluarga
Nilai merupakan presepsi seseorang tentang sesuatu hal
apakah baik atau bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah
peran – peran yang dilakukan manusia, berasal dari nilai
budaya terkait. Norma mengarahkan sesuai dengan nilai
yang dianut oleh masyarakat, dimana norma – norma
21
dipelajari sejak kecil. Nilai keluarga juga merupakan suatu
pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma
dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik,
menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam
keluarga.
d) Pola kekuatan keluarga
kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial atau
actual) dari individu untuk mengendalikan atau
mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah
positif. Tipe struktur kekuatan – kekuatan dalam keluarga
antara lain: legimate power/authority (hak untuk
mengontrol) seperti orang tua terhadap anak, referent power
(seseorang yang ditiru), resource or expert power
(pendapat, ahli dan lain – lain), reward power (pengaruh
kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima),
coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai
keinginan), informational power (pengaruh yang dilalui
melalui persuasi), affective power (pengaruh yang
diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya
hubungan seksual). Hasil kekuatan tersebut yang akan
mendasari suatu proses dalam pengambilan keputusan
dalam keluarga.
h. Fungsi keluarga :
Fungsi keluarga menurut Friedman, Bowden, & Jones (2003)
dibagi menjadi 5 yaitu:
1) Fungsi afektif dan koping
Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota,
membantu anggota dalam membentuk identitas dan
mempertahankan saat terjadistress.
22
2) Fungsi sosialisasi
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap,
dan mekanisme koping, memberikan feedback dan memberikan
petunjuk dalam pemecahanmasalah.
3) Fungsi reproduksi
Keluarga melakukananaknya.
4) Fungsi ekonomi
Keluarga memberikan financial untuk anggota keluarganya dan
kepentingan dimasyarakat.
5) Fungsi fisik atau perawatan kesehatan
keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat
termasuk untuk penyembuhan darisakit.
i. Perankeluarga
Peran Keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam konteks keluarga, jadi peranan keluarga adalah
mengambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan
dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Setiap
anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain
adalah :
1) Ayah
Ayah sebagai pmimpin keluarga mempunyai peran sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi
rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai
anggota masyarakat sosial tertentu.
2) Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, dan pendidik
anak- anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota
keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat sosial tertentu.
23
3) Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
j. TahapandanTugasperkembangan
Tahapan dan tugas perkembangan keluarga menurut Duvall (1985)
tahapan dan tugas perkembangan terbagi menjadi 8 yaitu :
1) Keluarga baru, pasangan baru menikah yang belum mempunyai
anak. Tugas perkembangan keluarga ditahap ini adalah:
a) Membina hubungan intim yang memuaskan
b) Menetapkan tujuanbersama
c) Membina hubungan dengan keluarga lain,teman,
kelompong social.
d) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB
e) Persiapan menjadi orangtua
f) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan
dan menjadi orangtua
2) Keluarga dengan anak pertama < 30 bln ( Child bearing ) Masa
ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Stdui Klasik Le Master (1957)
dari 46 orangtua dinyatakan 17% tidak bermasalah selebihnya
bermasalah dalam hal : suami merasa diabaikan, peningkatan
perselihan dan argument, interupsi dalam jadwal kantinu,
kehidupan seksual, sosial terganggu dan menurun. Tugas
perkembangan tahap ini adalah:
a) Adaptasi perubahan anggota keluarga
(peran, interaksi, seksual dan kegiatan).
b) Mempertahankan hubung yang
memuaskan dengan pasangan.
c) Membagi peran dan tanggungjawab
d) Bimbingan orangtua tentang pertumbuhan
dan perkembangan anak.
24
e) Konseling KB postpartum 6minggu
f) Menata ruang untuk anak
g) Biaya/daya child bearing
h) Memfasislitasi role learing anggota
keluarga
i) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara
rutin
3) Keluarga dengan anak pra sekolah, Tugas perkembangannnya
adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak prasekolah
(sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak
sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas
perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasaaman.
b) Membantu anak bersosialisasi.
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi.
d) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam
maupun diluar keluarga (keluarga lain dan lingkungan
sekitar)
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap
paling repot)
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tubuh dan kembang
anak.
4) Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun), Tugas
perkembangan saat ini saat ini adalah :
a) Membantu sosialisasi anak : tetangga,sekolah, dan
lingkungan.
b) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan
kesehatan anggota keluarga.
25
c) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual
d) Menyediakan fasilitas untuk anak
e) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut
sertakan anak.
C. KonsepAsuhanKeperawatan
1. Pengkajian
Tahap pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan keluarga (Lyer et al., (1996) dalam
Setiadi, (2008)). Dasar pemikiran dari pengkajian adalah suatu
perbandingan, ukuran atau penilaian mengenai keadaan keluarga
dengan menggunakan norma, nilai, prinsip, aturan, harapan, teori dan
konsep yang berkaitan dengan permasalahan. Cara pengumpulan
pengkajian data tentang keluarga yang dapat dilakukan antara lain
dengan:
a. Wawancara
Wawancara yaitu menanyakan tanya jawab yang berhubungan
dengan masalah yang dihadapi keluarga dan merupakan suatu
komunikasi yang direncanakan. Tujuan wawancara adalah :
1) Mendapatkan informasi yang diperlukan.
2) Meningkatkan hubungan perawat-keluarga dalam komunikasi.
3) Membantu keluarga untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan
Wawancara dengan keluarga dikaitkan dalam hubungan dengan
kejadian-kejadian pada waktu lalu dan sekarang.
1) Pengamatan
Pengamatan dilakukan yang berkaitan dalam hubungan dengan
hal-hal yang tidak perlu ditanyakan (ventilasi, penerangan,
kebersihan).
26
2) Studi Dokumentasi
Yang biasa dijadikan acuan antara lain adalah KMS, kartu
keluarga dan catatan kesehtan lainnya misalnya informasi-
informasi tertulis maupun lisan dari tujuan dari berbgai
lembaga yang menangani keluarga dan dari anggota tim
lainnya.
3) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik hanya dilakukan pada anggota keluaga yang
mempunyai masalah kesehatan.
Pada awal pengkajian perawat harus membina hubungan yang baik
dengan keluarga dengan cara :
1) Diawali perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan
ramah.
2) Menjelaskan tujuan kunjungan.
3) Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk
membantu keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang
ada dikeluarga.
4) Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat
dilakukan.
5) Menjelakan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang
menjadi jaringan perawat.
6) Dalam pengkajian keluarga terdapat tahap-tahap pengkajian
yang dsebut sebagai penajajakan untuk mempermudah proses
pengkajian.
a) PenjajakanI
Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain:
Data umum
a) Riwayat dan tahap perkembangan
b) Lingkungan
c) Struktur keluarga.
d) Fungsi keluarga
e) Stress dan koping keluarga
27
f) Harapan keluarga
g) Data tambahan
h) Pemeriksaan fisik
b) Penjajakan II
Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya
pengumpulan data-data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah
kesehatan sehingga dapat ditegakkan siagnosa keperawatan
keluarga. Adapun ketidakmampuan keluarga dalam
menghadapi masalah diantaranya :
i) Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan.
j) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
k) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga.
l) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
m) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
kesehatan.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga
tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi
intervensi keperwatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
keluarga sesuai dengan kewenangan perawat. Tahap dalam diagnosa
keperawatan keluarga antara lain :
a. Analisa data
Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisa data,
yaitu mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori
dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Cara
menganalisa data adalah :
1) Validasi data, yaitu meneliti kembali datayang terkumpul
dalam format pengkajian.
28
2) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial
dan spiritual
3) Mengembangkan standart
4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang diketemukan
Ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan
kesehatan keluarga untuk melakukan analisa data,yaitu :
1) Keadaan kesehatan yang normal bagi setiap anggota
keluarganya, yang meliputi :
a) Keadaan kesehatan fisik, mental, dan sosial anggota
keluarga
b) Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga
c) Keadaan gizi anggota keluarga
d) Status imunisasi anggota keluarga
e) Kehamilan dan KB
2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, yang meliputi :
a) Rumah yang meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan,
kontruksi, luas rumah dan sebagainya
b) Sumber air minum
c) Jamban keluarga
d) Tempat pembuangan air limbah
e) Pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya
3) Karakteristik keluarga, yang meliputi :
a) Sifat-sifat keluarga
b) Dinamika dalam keluarga
c) Komunikasi dalam keluarga
d) Interaksi antar anggota keluarga
e) Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan
anggota keluarga
f) Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga
29
4) Penyebab(Etiologi)
Dikeperawatan keluarga etiologi ini mengacu kepada 5 tugas
keluarga,yaitu:
a) Mengenal masalah kesehatan setiapanggotanya
b) Mengambil keputasan untuk melakukan tindakan yang
tepat
c) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau
usiannya yang terlalumuda
d) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggotakeluarga
e) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga
dan lembaga kesehatan (pemanfaatkan fasilitas kesehatan
yangada)
- Tanda(Sign)
Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subyektif dan
objektif yang diperoleh perawat dari keluarga yang
mendukung masalah dan penyebab. Tanda dan gejala
dihubungkan dengan kata–kata yang
dimanifestasikandengan.
5) Prioritasmasalah
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan
keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala
prioritas (skala Baylon dan Maglaya) sebagi berikut :
a) Tentukan skor untuk tiapkriteria
b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan
denganbobot
_Skor x Bobot Angkatertinggi
c) Jumlahkan skor untuk semuakriteria
d) Skor tinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot
30
NO KRITERIA NILAI BOBOT
1. SifatmasalahSkala :
- Aktual
- Risiko
- Potensial
3
2
1
1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah Skala:
- Mudah
- Sedang
- Rendah
2
1
0
2
3. Potensi masalah untuk dicegah Skala:
- Mudah
- Cukup
- Tidak dapat
3
2
1
1
4. Menonjolnya masalahSkala:
- Masalah dirasakan dan perlu
penanganansegera
- Masalah dirasakan tidak perlu ditangani
segera
- Masalah tidak dirasakan
2
1
0
1
3. Perencanaan
Perencanaanadalah bagian dari fase pengorganisasian dalam
proseskeperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan
(jangka panjang/ pendek), penepatan standart dan kriteriaserta
menentukan perencanaan untuk mengatasi masalahkeluarga.
a. Penetapan Tujuan
Adalah hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosa
keperawatan keluarga. Bila dilihat dari sudut jangka waktu. Maka
tujuan perawatan keluarga dapat dibagi menjadi:
1) Tujuan Jangkapanjang
Menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada
kemampuan mandiri. Dan dengan waktu yang ditentukan,
31
contoh: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 hari
seluruh keluarga Tn. M dapat merawat anggota keluarga yang
sakit.
2) Tujuan JangkaPendek
Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya yang
dihubungkan dengan keadaan yang mengancam kehidupan.
Contoh: keluarga Tn. M dapat mengenal dampak permasalahan
penyakit Tn. M dan Tn. R dengan menjelaskan akibat yang
terjadi bila Tn. M dan Tn. R tidak segera diobati.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan
keperawatan adalah:
a) Berdasarkan masalah yang telahdirumuskan
b) Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai
c) Harus objektif atau merupakan tujuan operasional langsung
dari kedua belah pihak (keluarga danperawat)
d) Mencangkup kriteria keberhasilan sebagai dasar evaluasi
3) Penetapan Kriteria dan Standart
Merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat
memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dengan
digunakan dalam membuat pertimbangan. Bentuk dari standart
dan kriteria ini adalah pernyataan verbal (pengetahuan), sikap
dan psikomotor.
No. KRITERIA STANDAR
1. Pengetahuan - Keluarga mampu menyatakan
pengertian….
- Keluarga mampu menyebutkan
penyebab…
- Keluarga dapat menyebutkan akibat…
2. Sikap - Keluarga mampu memutuskan untuk
membuat rencana control selama….
- Keluarga mampu…
32
3. Psikomotor - Keluarga mengolah makanan…
- Keluarga menyajikan makanan…
- Keluarga mampu melakukan….
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat standart adalah:
a. Berfokus pada keluarga, outcomes harus ditujukan kepada keadaan
keluarga.
b. Singkat dan jelas, perawat harus menghindari kata-kata yang
terlalu panjang dan bermakna ganda
c. Dapat diobservasi dan diukur, perawat harus menghindari
penggunaan istilah memahami dan mengerti, karena istilah
tersebut sulit untuk diukur.
d. Realistik, harus disusun disesuaikan dengan sarana dan prasarana
yang tersedia dirumah.
e. Ditentukan oleh perawat dankeluarga
1) Pembuatan rencana keperawatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan rencana
tindakan keperawatan adalah:
a) Sebelum menulis cek sumber informasidata
b) Buat rencana keperawatan yang mudah dimengerti
c) Tulisan harus jelas, spesifik, dapat diukur dan kriteria hasil
sesuai dengan identifikasi masalah
d) Memulai intruksi keperawatan harus menggunakan kata
kerja
e) Gunakan pena tinta dalam menulis untuk
mencegah penghapusan tulisan atau tidak jelasnya tulisan
33
f) Menggunakan kata kerja
g) Menetapkan teknik dan prosedur keperawatan yang akan
digunakan
h) Melibatkan keluarga dalam menyusun rencana tindakan
i) Mempertimbangkan latar belakang budaya dan
agama, lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang tersedia
j) Memperhatikan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku
k) Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan
dana yang dimiliki oleh keluarga dan mengarah
kemandirian sehingga tingkat ketergantungan dapat
diminimalisasikan. Fokus dari intervensi keperawatan
keluarga anatara lain meliputi kegiatan yang bertujuan :
Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga
mengenal masalah dan kebutuhan kesehatan dengancara:
1) Memberi informasi yangtepat
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga
tentang kesehatan
3) Mendorong sikap emosi yang sehat yang mendukung
upaya kesehatan masalah Menstimulasi keluarga untuk
memutuskan cara perawatan keluarga yang tepat,
dengancara:
4) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan
tindakan
5) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki
keluarga
6) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan
7) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota
keluarga yang sakit, dengan cara:
- Mendemonstrasikan cara perawatan
- Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
34
- Mengawasi keluarga melakukan perawatan
- Membantu keluarga untuk menemukan
cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat,
dengan cara:
- Menemukan sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga
- Melakukan perubahan lingkungan
keluarga
seoptimal mungkin
b) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada, dengan cara:
1) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di
lingkungan keluarga
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
yang ada
3) Rencana tindakan keperawatan keluarga diarahkan
untuk mengubah pengetahuan, sikap dan tindakan
keluarga, sehingga pada akhirnya keluarga mampu
memenuhi kebutuhan kesehatan angota keluarganya
dengan bantuan minimal dari perawat.
4. Implementasi
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Ada
3 tahap dalam tindakan keperawatan keluarga,yaitu:
a. Tahap I :Persiapan
Persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan :
1) Kontrak dengankeluarga
2) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan
3) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif
35
4) Mengidentifikasi aspek-aspek hokum dan etik Kegiatan ini
bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan fisik
dan psikis pada saat dimplementasi
b. Tahap II :Intervensi
Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan
tanggung jawab perawat secara professional adalah :
1) Independent
Adalah suatu kegiatan yang dilaksankan oleh perawat sesuai
dengan kompetensi keperawatan tanpa petunjuk dan perintah
dari tenaga kesehatan lainnya. Lingkup tindakan independent
iniadalah:
a) Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui riwayat
keperawatan dan pemeriksaanfisik
b) Merumuskan diagnosa keperawatan
c) Mengidentifikasi tindakankeperawatan
d) Melaksanakan rencanapengukuran
e) Merujuk kepada tenaga kesehatanlain
f) Mengevaluasi responklien
g) Partisipasi dengan consumer atau tenaga kesehatan lainnya.
Tipe tindakan Independent Keperawatan dapat dikategorikan
menjadi 4yaitu:
a) Tindakandiagnostic
- Wawancara
- Observasi dan pemeriksaanfisik
- Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana dan
membaca hasil dari pemeriksaan laboratorium
b) Tindakan terapeutik
Tindakan untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi
masalah klien
c) Tindakan edukatif
Tindakan untuk merubah perilaku klien melalui promosi
kesehatan dan pendidikan kesehatan kepada klien.
d) Tindakan merujuk
36
Tindakan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya
2) Interdependent
Intependet Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu
kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya.
3) Dependent
Dependent Yaitu pelaksanaan rencana tindakan medis sesuai
dengan kebutuhan klien.
c. Tahap III : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan
yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan sistematis dan terencana tentang
kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersinambungan. Evaluasi disusun menggunakan SOAP
secara operasional dengan tahap sumatif dan formatif. Evaluasi
berjalan (sumatif).
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan
perkembangan deengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh
keluarga. Format yang dipakai adalah format SOAP
2) Evaluasi akhir(formatif)
Evaluasi jenis ini dikerakan dengan cara membandingkan antara
tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara
keduanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu
ditinjau kembali, agar dapat data-data, masalah atau rencana yang
perlu dimodifikasi.
Metode yang dipakai dalam evaluasi antara lain:
1) Observasi langsung
37
2) Wawancara
3) Memeriksalaporan
4) Latihanstimulasi
Faktor yang perlu dievaluasi ada beberapa komponen, meliputi :
1) Kognitif(pengetahuan)
Lingkup evaluasi pada kognitif adalah :
a) Pengetahuan keluarga mengenai penyakkit
b) Mengontrol gejala-gejalnya
c) Pengobatan
d) Diit
e) Risiko komplikasi
f) Gejala yang harus dilaporkan
g) Pencengahan
2) Afektif (statusemosional)
Dengan cara observasi langsung yaitu dengan cara observasi
ekspresi wajah, postur tubuh, nada suara, isi pesan secara
verbal pada waktu melakukan wawancara
3) Psikomotor
Yaitu dengan cara melihat apa yang dilakuakn keluarag sesuai
dengan yang diharapkan.
Penentuan keputusan ada 3 kemungkinan yaitu :
a) Keluarga telah mencapai hasil ditentukan tuuan sehingga
rencana telahdihentikan
b) Keluarga masih dalam proses mecapai hasil yang telah
ditentukan, sehinnga perlu penambahan waktu, resource,
38
dan intervensi sebelum tujuan berhasil
c) Keluarga tidak dapat mecapai hasil yang telah ditentukan,
sehingga perlu mengkai ulang masalah, membuat outcome
yang baru, dan intervensi keperawatan harus dievaluasi
dalam hal ketepatan untuk memcapai tujuan sebelumnya.