BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik Bimbingan …digilib.uinsby.ac.id/15338/5/Bab 2.pdf ·...

35
28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik 1. Bimbingan Konseling Islam a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam. Bimbingan dan Konseling Islam dalam bukunya Samsul Munir adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung didalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah Saw. ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan Alqur’an dan Hadits. 1 Menurut Ahmad Mubarok, MA. Dalam bukunya agama teori dan kasus, pengertian bimbingan dan Konseling Islam adalah usaha pemberian bantuan kepada seorang atau kelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama, yakni dengan membangkitkan kekuatan getaran batin didalam dirinya untuk mendorong mengatasi masalah yang dihadapinya. 2 Bimbingan dan Konseling Islam adaah Proses pemberian bantuan terarah, continue, sistematis kepada setiap individu agar dapat 1 Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta; Amzah, 2010), hal 23 2 Ahmad Mubarok, Agama Teori dan Kasus, Cet. 1 (Jakarta : Bina Rencana Pariwara, 2002), hal. 4-5.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik Bimbingan …digilib.uinsby.ac.id/15338/5/Bab 2.pdf ·...

28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Bimbingan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam.

Bimbingan dan Konseling Islam dalam bukunya Samsul Munir

adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu dan sistematis kepada

setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah

beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara

menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung didalam Al-Qur’an dan

hadits Rasulullah Saw. ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras

dan sesuai dengan tuntutan Alqur’an dan Hadits.1

Menurut Ahmad Mubarok, MA. Dalam bukunya agama teori dan

kasus, pengertian bimbingan dan Konseling Islam adalah usaha

pemberian bantuan kepada seorang atau kelompok orang yang sedang

mengalami kesulitan lahir dan batin dalam menjalankan tugas-tugas

hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama, yakni dengan

membangkitkan kekuatan getaran batin didalam dirinya untuk

mendorong mengatasi masalah yang dihadapinya.2

Bimbingan dan Konseling Islam adaah Proses pemberian bantuan

terarah, continue, sistematis kepada setiap individu agar dapat

1 Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta; Amzah, 2010), hal 232 Ahmad Mubarok, Agama Teori dan Kasus, Cet. 1 (Jakarta : Bina Rencana Pariwara, 2002), hal. 4-5.

29

mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara

optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkadung

dalam Al-Quran dan Al-Hadits dalam dirinya, sehingga ia dapat selaras

dan sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Al-Hadits.3

Suatu aktifitas pemberian nasihat dengan atau berupa anjuran

anjuran dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif

antara Konselor dengan Klien atau Klien. Sedangkan menurut Aunur

Rahim Faqih. Bimbingan dan Konseling Islam adalah Proses pemberian

bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai

makhluk Allah Swt. yang seharusnya alam kehidupan keagamaan

senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan dan petunjuk dari Allah

Swt, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.4

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam secara umum adalah

membantu individu untuk mempunyai pengetahuan tentang posisi dirinya

dan mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan dan melakukan

suatu kegiatan yang dipandang baik, benar dan bermanfaat bagi

kehidupannya di dunia dan untuk kepentingan akhirat nya.5 Sedangkan

tujuan khususnya adalah :

1) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah

2) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya

3 Samsul, Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 23.4 Hamdan, Bakran, Adz-Dzaky, dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar Baru Pustaka, 2006), hal. 180-1815 Ahmad Mubarok, Agama Teori dan Kasus, Cet. 1 (Jakarta : Bina Rencana Pariwara, 2002), hal. 89.

30

3) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situas dan

kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi

lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya

dan orang lain.6

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Dilihat dari beragamnya klien maka fungsi Bimbingan dan

Konseling Islam secara tradisional dibagi :

1) Fungsi Preventif (pencegahan) yaitu membantu individu agar dapat

berupaya aktif untuk melakukan pencegahan sebelum mengalami

masalah kejiwaan, upaya ini meliputi: pengembangan strategi dan

program yang dapat digunakan mengantisipasi resiko hidup yan

tidak perlu terjadi.

2) Fungsi Remedial atau Rehabilitatif yaitu banyak memberikan

penekanan pada fungsi remedial karena sangat dipengaruhi psikologi

klinik dan psikiatri. Fokus peranan remedial adalah: penyesuaian

diri, menyembuhkan masalah psikologis yang dihadapi dan

mengembalikan kesehatan mental sertamengatasi gangguan

emosional.

3) Fungsi Edukatif (pengembangan atau developmental) yaitu berfokus

pada membantu meningkatkan keterampilan dalam kehidupan,

6 Aunur Rohim Faqih, Bimbingan dan Dalam Islam, hal. 36-37.

31

mengidentifikasi dan memecahkan masalah hidup serta

meningkatkan kemampuan menghadapi transisi dalam kehidupan.7

d. Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam

1) Membantu individu untuk mengetahui, mengenal dan memahami

keadaan dirinya sesuai dengan hakikatnya (mengingatkan kembali

akan fitrahnya).

2) Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya,

baik dan buruknya, kekuatan dan kelemahannya, sebagai sesuatu

yang telah ditakdirkan oleh Allah Swt, namun manusia hendaknya

menyadari bahwa diperlukan ikhtiar sehingga dirinya mampu

bertawakkal kepada Allah Swt.

3) Membantu individu memahami keadaan (situasi dan kondisi) yang

dihadapinya.

4) Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah.

5) Membantu individu mengembangkan kemampuannya

mengantisipasi masa depan, sehingga mampu memperkirakan

kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan keadaan sekarang dan

memperkirakan akibat yang akan terjadi, sehingga membantu

mengingat individu untuk lebih berhati- hati dalam melakukan

perbuatan dan bertindak.8

7 Hamdani Bakran Adz-dzaky, Dan Psikoterapi Islam , hal. 217.8 Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam. hal. 35-40.

32

e. Unsur-Unsur Bimbingan dan Konseling Islam

Unsur-unsur yang ada dalam Bimbingan dan Konseling Islam

adalah:

1) Konselor

Konselor adalah orang yang bersedia dengan sepenuh hati

membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya berdasarkan pada

keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya.9

Adapun syarat yang harus dimiliki oleh konselor adalah:

a) Beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.

b) Sifat kepribadian yang baik, jujur, bertanggung jawab, sabar,

ramah dan kreatif.

c) Mempunyai kemampuan, keterampilan dan keahlian

(profesional) serta berwawasan luas dalam bidang .10

2) Klien

Yang dimaksud dengan klien adalah seorang yang mengalami

kesulitan atau masalah, baik kesulitan jasmani atau rohani di dalam

kehidupannya dan tidak dapat mengatasi sendiri, sehingga

memerlukan bantuan orang lain agar bisa mengatasi kesulitan yang

dihadapi, untuk itu ada beberapa persyaratan bagi seorang Klien

antara lain:

9 Latipun, Psik ologi . (Malang: UMM PRESS, 2008), hal. 55.10 Syamsu Yusuf, Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2006), Landasan Bimbingan Dan . hal. 80.

33

a) Klien harus bermotivasi kuat untuk mencari penyelesaian atas

masalah yang dihadapi, yang didasari sepenuhnya dan mau

dibicarakan dengan konselor.

b) Keinsyafan akan tanggung jawab yang dipikul oleh klien sendiri

dalam mencari penyelesaian terhadap masalah dan

melaksanakan apa yang diputuskan pada akhir proses.

c) Keberanian dan kemampuan untuk.11

3) Masalah

Bimbingan berkaitan dengan masalah yang dialami individu

yang akan dihadapi dan telah dialami oleh individu. Diantara

masalah yang ada dalam Bimbingan yaitu:

a) Pernikahan dan keluarga.

b) Pendidikan.

c) Sosial (kemasyarakatan).

d) Pekerjaan, jabatan dan.

e) Keagamaan.12

f. Langkah- langkah Bimbingan dan Konseling Islam

Dalam pemberian Bimbingan dan konseling Islam, langkah-

langkah yang akan dilakukan oleh konselor adalah:

1) Identifikasi kasus yaitu langkah yang dilakukan untuk memahami

kehidupan individu serta gejala-gejala yang nampak, langkah ini

diperoleh melalui interview, observasi dan analisis data.

11 W.S. Winkel, Bimbingan dan Penyuluhan di Institut Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 1991), hal. 309.12 Thohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, hal. 41 -42.

34

2) Diagnosa yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi

beserta latar belakangnya. Hal yang dilakukan adalah

mengumpulkan data dan mengadakan studi kasus, setelah data

terkumpul maka ditetapkan masalah yang dihadapi.

3) Prognosa yaitu langkah yang dilakukan untuk menetapkan jenis

bantuan yang akan dilaksanakan untuk membimbing klien dalam

menyelesaikan masalahnya. Langkah ini dilakukan berdasarkan pada

kesimpulan dalam langkah diagnosa.

4) Terapi (Treatment) yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau

Bimbingan Langkah ini merupakan pelaksanaan yang membutuhkan

waktu dan proses yang terus menerus dan sistematis serta

membutuhkan adanya pengamatan yang cermat.

5) Evaluasi dan Follow-Up yaitu langkah yang dimaksudkan untuk

menilai atau mengetahui sampai sejauh mana langkah terapi yang

dilakukan telah mencapai hasilnya. Dalam langkah ini hendaknya

dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu lebih lama.13

2. Terapi Behavior dengan Teknik Modelling

a. Pengertian Terapi Behavioral

Terapi behavioral adalah sebuah pendekatan yang diarahkan pada

tujuan-tujuan untuk memperoleh tingkah laku baru yang lebih baik,

menghapuskan tingkah laku lama yang kurang baik, serta memperkuat

13 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan Dan Penyuluhan Disekolah (Malang: CV. Ilmu, 1975), hal.104- 106.

35

dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan.14 Terapi behavioral

sama halnya dengan terapi perilaku, yang memfokuskan pada tingkah

laku individu yang bermasalah, yang disebabkan oleh faktor eksterna

atau lingkungan sekitarnya, dan mengubahnya menjadi perilaku yang

tidak bermasalah; perilaku yang lebih positif. Dengan memodifikasi

lingkungan yang ada disekitar klien, menjadi lingkungan yang positif.

b. Latar belakang Terapi Behavioral

Behaviorisme lahir sebagai reaksi lahir terhadap intropeksionisme

dan juga psikoanalisis. Perkembangan terapi behavioristik ditandai oleh

suatu pertumbuhan yang fenominal sejak akhir tahun 1950-an. Pada awal

tahun 1960-an, laporan-laporan tentang penggunaan teknik-teknik terapi

tingkah laku sekali-kali muncul dalam kepustakaan profesional. John

Watson, pendiri behaviorisme menyingkirkan dari psikologi konsep-

konsep seperti kesadaran, determinasi diri, dan berbagai fenomena subjek

lainnya. Ia mendirikan suatu psikologi tentang kondisi-kondisi tingkah

laku yang dapat diamati. John Waltson adalah seorang behavioral radikal

yang menyatakan bahwa ia bisa mengambil sejumlah bayi yang sehat

dengan menjadikan bayi-bayi itu apa saja yang diinginkannya seperti;

dokter, ahli hukum, seniman, pencopet dan lain sebagainya. Ia ingin

menganalisis hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur,

dilukiskan, dan diramalkan.15

14 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT. Rafika Aditama,1999), hal. 200.15 Gantina Komalasari dan Wahyuni Eka, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta: Indeks, 2011), hal.142.

36

Teori behavioral ini dihasilkan berdasarkan hasil eksperimen para

behaviorist yang memberikan sumbangan pada prinsip-prinsip belajar

dalam tingkah laku manusia. Pendekatan ini memiliki perjalanan panjang

mulai dari penelitian laboratorium terhadap binatang hingga terhadap

manusia. Secara garis besar, perkembangan pendekatan behavioral terdiri

dari 3 trend utama. Yaitu: Kondisioning Klasik (classical conditioning),

Kondisioning Operan (Operant Conditioning), dan terapi Kognitif

(Cognitive Therapy).16 Berkut penjelasannya:

1) Kondisioning klasik (classical conditioning)

Seorang tokoh Ivan Petrovich Pavlov, menggunakan anjing

sebagai bahan penelitiannya. Ia menggunakan anjing yang dalam

keadaan lapar ditempatkan pada ruang kedap suara. Dihadapan si

anjing diletakkan meja untuk meletakkan tempat makanan yang

mudah dijangkau anjing. Pada leher dipasang alat untuk kelenjar

ludahnya yang dihubungkan dengan selang sehingga saat air liur yag

keluar dapat ditampung dan diukur dengan menggunakan gelas

ukuran.

2) Kondisioning Operan (Operant Conditioning),

Operan Conditioning pada awalnya dikembangkan oleh E.L

Thorndike. Tokoh lain yang mengembangkan Operan Conditioning,

adalah B.F Skinner yang berpendapat bahwa tingkah laku

berdasarkan pada akibat-akibatnya yang diistilahkan dengan

16 Gantina Komalasari dan Wahyuni Eka, Teori dan Teknik Konseling, hal. 142.

37

reinfocer, atau punisher. Asumsi dasar Operan Conditioning tentang

tingkah laku antara lai: tingkah laku mengikuti hukum, dapat

diramalkan, tingkah laku dikontrol dengan teknik analisis fungsional

dalam bentuk hbungan sebab akibat dan bagaimana suatu respon

timbul mengikuti stimuli atau kondisi tertentu yang dikontrol

penyebabnya.

Didalam Operan Conditioning, skinner menggunakan burung

merpati sebagai bahan penelitian. Burung merpati dimasukkan

kedalam kotak yang kedap suara, salah satu sisi kotak akan keluar

bintik merah jika dipatuk, dan diikuti oleh keluarnya makanan

(reinforment). Pada percobaan ini, merpati berdiri di dekat bintik

cahaya (lubang makanan) selanjuutnya merpati menantap makanan

tersebut, mematuk dan menjadi sering mematuk bintik cahaya karena

akan mendapatkan makanan (hadiah).

3) Terapi Kognitif (Cognitive Therapy)

Pada trend ketiga ini terkena dengan tokoh Albert Bandura

dengan teori belajar sosial. Bandura berpendapat bahwa manusia

dapat berfikir dan mengatu tingkah lakunya sendiri, manusia dan

lingkungan saling mempengaruhi dan fungsi kepribadian melibatkan

interaksi satu orang dengan orang lainnya.

c. Tujuan Terapi Behavioral

Tujuan terapi behavioral adalah untuk membantu klien membuang

respon-respon yang lama yang merusak diri, dan mempelajari respon-

38

respon yang baru yang lebih sehat. Terapi ini berbeda dengan terapi lain,

dan pendekatan ini ditandai oleh:

1) Fokusnya pada perilaku yang tampak dan spesifik.

2) Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment (perlakuan).

3) Formulasi prosedur treatment khusus sesuai dengan masalah khusus.

4) Penilaian objektif mengenai hasil konseling.

Tujuan terapi behavioral adalah untuk memperoleh perilaku baru

mengeleminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta

memperkuat perilaku yang diinginkan.17

d. Hubungan Konseli dan Konselor

Dalam kegiatan konseling, konselor memegang peran aktif dan

langsung. Hal ini agar konselor dapat menggunakan pengetahuan ilmiah

untuk menemukan masalah-masalah klien sehingga diharapkan kepada

perubahan perilaku yang baru. Klien harus berpartisipasi dalam kegiatan

konseling, ia harus memiliki motivasi untuk berubah, harus bersedia

bekerja sama dalam melakukan aktivitas konseling, baik ketika

berlangsung konseling maupun diluar konseling.

Dalam hubungan konselor dengan klien beberapa hal dibawah ini

harus dilakukan:

1) Konselor memahami dan menerima klien.

2) Keduanya bekerja sama

3) Konselor memberikan bantuan dalam arah yang diinginkan.18

17 Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2014), Hal. 70

39

e. Teknik Modelling dalam Terapi Behavioral

1) Pengertian Teknik Modelling

Istilah modelling berasal dari bahasa inggris yang artinya

mencontoh, meniru, memperagakan, atau menteladani. Teknik ini

konseli dapat mengamati seseorang yang dijadikan modelnya untuk

berperilaku kemudian diperkuat dengan mencontoh tingkah laku

sang model. Dalam hal ini, konselor dapat bertindak sebagai model

yang akan ditiru oleh konseli.19

Teknik modelling adalah bagian dari terapi behaviour. Yang

mana teknik behaviour berfokus pada perilaku yang terlihat dan

penyebab luar yang menstimulasinya. Behavioural memandang

manusia sangat mekanistik, karena menganalogikan manusia seperti

mesin. Konsep mekanistik menjelaskan mengenai stimulus respons

seolah-olah menyatakan bahwa manusia akan bergerak atau

melakukan sesuatu apabila ada stimulasi.20

Teori lain yang merupakan pengembangan dari teori

behavioral adalah teori belajar dengan mencontoh (observasional

learning) yang dikemukakan oleh bandura. Menurut Bandura

perilaku dapat terbentuk melalui observasi model secara langsung

yang disebut dengan imitasi dan melalui pengamatan tidak langsung

yang disebut dengan vicarious conditioning. Perilaku manusia dapat

18 Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, Hal. 70-7119 Numora Lumongga Lubis, Memahami Dasar -Dasar Konseling Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta:Kencana, 2011) hal 37.20 Dede Rahmat Hidayat, Psikologi Kepribadian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011) hal 127.

40

terjadi dengan mencontoh perilaku individu yang ada di

lingkungannya, yang terbiasa disebut dengan istilah Modelling.21

Istilah modelling merupakan istilah umum untuk menunjukkan

terjadinya proses belajar melalui pengamatan dari orang lain dan

perubahan yang terjadi karenanya melalui peniruan. Maksudnya,

pada proses belajar melalui pengamatan menunjukkan terjadinya

proses belajar setelah mengamati perilaku pada orang lain.22

Inti dari belajar melalui observasi adalah modelling. Peniruan

atau meniru sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kata

modelling. Karena modelling bukan sekedar menirukan atau

mengulangi apa yang dilakukan seorang model (orang lain). Tetapi

modelling melibatkan penambahan atau pengurangan tingkahlaku

yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus

melibatkan proses kognitif. 23

2) Tujuan Teknik Modelling

Teknik modelling atau perilaku model digunakan untuk

membentuk perilaku baru pada klien, dan memperkuat perilaku yang

sudah terbentuk, sebagaimana perilaku yang diharapkan. Perilaku

yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran

21 Faizah Noer Laela, Bimbingan Konseling Sosial, (Surabaya : UIN Sunan Ampel Press, 2014) hal48.22 Singgih dan Gunarsah, Konseling dan Psikoterapi ( Jakarta: Gunung Mulia, 2007), hal 220.23 Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang, UMM Press, 2011), hal 292.

41

dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial atau berupa reward yang

ainnya.24

Jadi dapat disimpulkan tujuan teknik Modelling untuk

merubah perilaku konseli kearah yang lebih baik dengan mengamati

dan mencontoh model atau soerang figur yang dianggapnya baik,

agar konseli memperkuat perilaku yang sudah terbentuk.

3) Macam-macam Teknik Modelling

Macam-macam modelling dalam konseling dibagi menjadi 3,

diantaranya:

(a) Model yang nyata (live model) contohnya konselor sebagai

model oleh konselinya, atau anggota keluarga, atau tokoh yang

dikagumi.

(b) Model simbolik (symbolic model) adalah tokoh yang dilihat

melalui film, video atau media lain;

(c) Model ganda (multiple model) biasanya terjadi dalam konseling

kelompok. Seseorang anggota dari suatu kelompok mengubah

sikap dan mempelajari suatu sikap baru, setelah mengganti

bagaimana anggota lain dalam bersikap.25

4) Prinsip-prinsip Teknik Modelling

Menurut Gantika Komalasari prinsip-prinsip modeling adalah

sebagai berikut:

24 Faizah Noer Laela, Bimbingan Konseling Sosial, (Surabaya : UIN Sunan Ampel Press, 2014) hal57.25 Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: gunung Mulia, 2000), hal. 220

42

(a) Belajar bisa memperoleh melalui pegalaman langsung maupun

tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain

berikut konsekuensinya

(b) Kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati

den mencontoh tingkah laku model yang ada.

(c) Reaksi- reaksi emosional yang terganggu bisa dihapus dengan

mengamati orang lain yang mendekati obyek atau situasi yang

ditakuti tanpa mengalami akibat menakutkan dengan tindakan

yang dilakukannya.

(d) Pengendalian diri dipelajari melalui pengamatan atas model

yang dikenai hukuman.

(e) Status kehormatan sangat berarti.

(f) Individu mengamati seorang model dan dikuatkan untuk

mencontohkan tingkah laku model.

(g) Modeling dapat dilakukan dengan model symbol melalui film

dan alat visual lainnya.

(h) Pada konseling kelompok terjadi model ganda karena peserta

bebas meniru perilaku pemimpin kelompok atau peserta lain.

(i) Prosedur modeling dapat menggunakan berbagai teknik dasar

modifikasi perilaku.26

5) Unsur utama dalam Teknik Modelling

26 Gantika Komalasari, Teori dan Teknik Konseling (Jakarta : PT. Indeks, 2011) hal 178.

43

Menurut teori belajar sosial, perbuatan dilihat dengan

menggunakan gambaran kognitif dari tindakan, secara terperinci

dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam empat

tahap berikut :

(a) Perhatian (attention)

Subyek harus memperhatikan tingkah laku model untuk

mempelajarinya, subyek member perhatian pada nilai, harga

diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki model. Contohnya,

seorang pemain music yang tidak percaya diri akan meniru

tingkah laku pemain musik terkenal. Akibatnya, ia tidak

menunjukkan gayanya sendiri. Bandura & Walters (1963) dalam

buku mereka, Social Learning & Personality Development

menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang lain,

pembelajaran dapat dipelajari.

(b) Mengingat (retention)

Subyek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu

dalam system ingatannya. Dengan cara ini, subyek dapat

melakukan peristwa itu kelak apabila diperlukan atau

diinginkan. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga

merupakan bagian penting dari proses belajar.

(c) Reproduksi gerak (reproduction)

Setelah mengetahui atau mempelajari suatu tingkah laku,

subyek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau

44

menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku.

Contohnya, mengendarai mobil, bermain tenis. Jadi, setelah

subyek memperhatikan model dan menyimpan informasi,

saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku yang diamatinya.

Praktik lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari mengarah pada

kemajuan perbaikan dan keterampilan.

(d) Motivasi

Motivasi juga penting dalam permodelan Albert Bandura.

Karena merupakan penggerak individu untuk terus melakukan

sesuatu. Jadi, subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku

yang telah dimodelkan.27

6) Pengaruh teknik Modelling

pengaruh dari penokohan atau modelling menurut bandura ada tiga

hal yaitu :

(a) Pengambilan respons atau keterampilan baru dan

memperlihatkan dalam perilakunya setelah memadukan apa

yang di peroleh dari pengamatannya dengan pola perilaku yang

baru, contohnya : keterampilan baru dalam olahraga, dalam

hubungan sosial, bahasa atau pada anak dengan penyimpangan

perilaku yang tadinya tidak mau berbicara, kemudian mau lebih

banyak berbicara.

27 Adang Hambali, Ujam Jaenudin, Psikologi Kepribadian (lanjutan) Studi atas Teori dan Tokohpsikologi Kepribadian (Bandung: Pustaka setia, 2013), Hal. 159-160

45

(b) Hilangnya respons takut setelah melihat tokoh (sebagai model)

melakukan sesuatu yang si oleh pengamat menimbulkan

perasaan takut namun pada tokoh yang dilihatnya tidak

berakibat apa-apa atau akibatnya bahkan positif. contoh : tokoh

yang bermain-main dengan ular dan ternyata ia tidak digigit.

(c) Pengambilan suatu respons dari respons-respons yang

diperlihatkan oleh tokoh yang memberikan jalan untuk ditiru.

melalui pengamatan terhadap tokoh, seseorang terdorong untuk

melakukan sesuatu yang mungkin sudah diketahui atau atau di

pelajari dan ternyata tidak ada hambatan. contoh : remaja yang

berbicara mengenai mode pakaian di televisi.28

7) Langkah-langkah Teknik Modelling

Langkah-langkah atau prosedur teknik modelling menurut

gantika komalasari sebagai berikut :

(a) Menetapkan bentuk penokohan (live model, symboli model,

multiple model).

(b) Pada live model, pilih model yang bersahabat atau teman sebaya

yang memiliki kesamaan seperti: usia, status ekonomi, dan

penampilan fisik.

(c) Bila mungkin gunakan lebih dari satu model.

(d) Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan

tingkat perilaku konseli.

28 Singgih dan Gunarsah, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: Gunung Mulia, 2007), hal. 221.

46

(e) Kombinasikan konseling dengan aturan, instruksi, behavior

rehearsal dan penguatan.

(f) Pada saat konseli memperhatikan penampilan tokoh, berikan

penguatan alamiah.

(g) Bila mungkin buat desain pelatihan untuk konseli menirukan

model secara tepat, sehingga akan mengarahkan konseli pada

penguatan alamiah. Bila ridak, maka buat perencanaan

pemberian penguatan utuk setiap peniruan tingkah laku yang

tepat.

(h) Bila perilaku bersifat kompleks, maka episode modeling

dilakukan mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar.

(i) Scenario modeling harus dibuat realistic.

(j) Melakukan pemodelan dimana tokoh menunjukkan perilaku

yang menimbulkan rasa takut bagi konseli.29

3. Shalat

a. Definisi Shalat

Asal makna shalat menurut bahasa arab ialah “do’a”, tetapi yang

dimaksud disini ialah “ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan

perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dan

memenuhi beberapa syarat yang ditentukan”.30

Shalat adalah landasan pokok hubungan manusia dan merupakan

aktualisasi makna iman yang bersemayang di kalbunya. Dengan sholat

29 Singgih dan Gunarsah, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: Gunung Mulia, 2007), hal. 22230 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), Hal. 53

47

dari awal hingga akhir ia dapat mengingat Allah Swt, mengingat hari

akhir, mengingar Rasulullah Saw, dan dengan sholat dapat mengingat Al-

Qur’an dan jalan yang menunjukan kepadanya.31

b. Waktu shalat Fardhu

Allah berfirman dalam Alqur’an:

“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunyaatas orang-orang yang beriman.” (Qs. An-Nisa’ [04]: 103)

Shalat yang fardhu atau wajib dilaksanakan oleh tiap-tiap mukallaf

(orang yang telah balig lagi berakal) ialah lima kali sehari semalam:

1) Shalat dzuhur. Awal waktunya adalah setelah tergelincir matahari

dari pertengahan langit. Akhir waktunya apabila bayang-bayang

sesuatu telah sama dengan penjangnya, selain dari bayang-bayang

yang ketika matahari menonggak (tepat diatas ubun-ubun)

2) Shalat Ashar. Waktunya mulai dari habisnya waktu dzuhur; bayang-

bayang sesuatu lebih dari pada panjangnya selain dari bayang-bayang

yang ketika matahari sedang menonggak, sampai terbenam matahari.

3) Shalat Maghrib. Waktunya dari terbenamnya matahari sampai

terbenamnya syafaq (teja) merah.

4) Shalat Isya. Waktunya mulai dari terbenam syafaq merah (sehabis

waktu maghrib) sampai terbit fajar kedua.

31 Said Hawwa, al-Islam, (Jakarta: al-I’tishom Cahaya Umat, 2012), hal 167

48

5) Shalat Subuh. Waktunya dimulai dari terbit fajar kedua sampai terbit

matahari.32

c. Penyebab Umum Seseorang Malas Melaksanakan Shalat Wajib

Rasulullah bersabda:

ثـنا ثـنا: قال حفص،بن عمر حد ثـنا: قال أيب،حد ثين : قال األعمش،حد أيب عن صالح،أبوحدالفجر من املنافقني علىأثـقل صالة ليس «: وسلم عليه هللا صلىالنيب قال : قال هريـرة،

وا،ولو ألتـومهافيهمامايـعلمون ولو والعشاء، رجال آمر مث فـيقيم،املؤذن،آمر أن مهمت لقد حبـر،من شعال آخذ مث الناس،يـؤم »بـعد الصالة إىل خيرج ال من علىفأحرق

Artinya:“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang munafikselain dari shalat subuh dan Isya. Seandainya mereka tahu apayang ada pada keduanya, niscaya mereka akan mendatanginyameskipun dengan merangkak. Sungguh aku ingin menyuruh mudzinuntuk iqomah kemudian aku perintahkan seseorang untukmengimami manusia, sedangkan aku mengambil api lalumembakar rumah orang yang tidak keluar untuk shalatberjamaah” (HR. Bukhari).33

Hadist diatas menjelaskan bahwa salah satu cirri-ciri orang munafik

adalah orang-orang yang merasa keberatan melaksanakan shalat subuh

dan isya. Pada zaman dahulu, orang-orang merasa berat melaksanakan

shalat isya karena shalat isya dilaksanakan pada awal waktu tidur.

Berbeda dengan orang pada zaman sekarang, karena zaman sekarang

jarang orang yang tidur pada waktu isya. Akan tetapi disibukkan dengan

perkara-perkara dunia seperti sibuk bekerja sampai larut malam, keasikan

bermain, menonton film, atau menonton pertandingan olah raga, dll.34

32 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, hal. 62.33 Shahih Bukhari Jus 1, hal. 13234 Adnan Tharsyah, Rahasia dan Keutamaan Shalat Subuh, Hal. 20

49

Allah berfirman,

Artinya:”sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah. Dan Allahakan membalas tipuan mereka. Dan apabila berdiri untuk shalatmereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya dihadapanmanusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikitsekali”. (Qs. An-Nisa’ [4]: 142).

Rasulullah Saw bersabda:

ثـنا حيىي بن أيوب، وحممد بن الصباح، بة، وابن حجر، قالواوحد ثـنا إمساعيل بن جعفر، : وقـتـيـ حدلبصرة، حني انصرف من عن العالء بن عبد الرمحن، أنه دخل على أنس بن مالك يف داره

تم العصر؟ فـقلنا له : ا دخلنا عليه، قال الظهر، وداره جبنب المسجد، فـلم ا انصرفـنا : أصليـ إمننا، فـلما انصرفـنا، قال : الساعة من الظهر، قال عت رسول هللا : فصلوا العصر، فـقمنا، فصليـ مس

تلك صالة المنافق، جيلس يـرقب الشمس حىت إذا كانت بـني «: م، يـقول صلى هللا عليه وسل »قـرين الشيطان، قام فـنـقرها أربـعا، ال يذكر هللا فيها إال قليال

Artinya:“Yang demikian itu adalah shalatnya orang munafik, ia dudukmenunggu matahari hingga ketika matahari berada diantara duatanduk syetan ia baru berdiri. Ia melaksanakan shalat empatrakaat dengan sangat tergesa-gesa dan tidak mengingat Allahdidalam shalatnya kecuali sedikit sekali”. (HR. Muslim)35

Ibnu ayyim berkata, enam sifat didalam shalat yang merupakan

tanda-tanda kemunafikan adalah: (1) bermalas-malasan ketika

melaksanakannya, (2) riya dalam menjalankannya, (3) mengakhiri waktu,

35 Abi al-Husain Muslim bin al-Hajaj al-Naisaburi, Shahih al-Muslim, Juz I (Kairo: Dar al-Hadits,1991), hal. 434.

50

(4) tergesa-gesa, (5) sangat sedikit menyebut (mengingat) Allah, (6)

meninggalkan jamaah.36

d. Dalil tentang perintah shalat

1) Al-Qur’an

a) QS. An-Nisa’ [4]: 104

Artinya:“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlahAllah Swt di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktuberbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Makadirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalatitu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orangyang beriman”. (QS. An-Nisa’ [4]: 104)

b) QS. Al-Baqarah [2]: 238

Artinya:“Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalatwusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengankhusyu'”. (QS. Al-Baqarah [2]: 238)

36 Adnan Tharsyah, Rahasia dan Keutamaan Shalat Subuh, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), Hal. 22

51

c) QS. Al-Ankabut [29]: 45

Artinya:“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab(Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itumencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. danSesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allahmengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Ankabut [29]:45)

2) Hadits

زیدبندمحمابنوھو( عاصمحدثناأبيحدثنامعاذبنعبیدهللاوحدثناهللاصلىهللارسولقالعبدهللاقالقالأبیھعن) عمربنعبدهللابن

دمحماوأنهللاإالإلھالأنشھادةخمسعلىاإلسالمبني: سلموعلیھرمضانوصومالبیتوحجالزكاةوإیتاءالصالةوإقامورسولھعبده

)مسلمرواه(Artinya:“Di ceritakan oleh Abdullah bin Muadz, dari ayahnya bahwarasulullah Saw bersabda: Islam dibangun diatas lima perkara;bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah danbahwa Nabi Muhammad utusan Allah, Menegakkan shalat,Menunaikan shalat, Menunaikan zakat, melaksanakan haji danpuasa ramadhan”. (HR. Muslim).37

عن كالھماشیبة أبىبن وعثمان التمیمى یحیىبن یحیىحدثناقال سفیان أبىعن األعمش عن جریر أخبرنایحیىقال جریر

إن یقول - وسلمعلیھهللاصلى- النبى سمعت یقول جابراسمعت جل بین رك وبین الر )مسلمرواه(الصالة ترك والكفر الش

37 Abi al-Husain Muslim bin al-Hajaj al-Naisaburi, Shahih al-Muslim, Juz I (Kairo: Dar al-Hadits,1991), hal. 45.

52

Artinya:“Dari Jabir ra. berkata: Aku mendengar Rasulullah saw.bersabda: Sesungguhnya, batas antara seseorang dengankemusyrikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat. (HR.Muslim)”.38

e. Shalat Berjamaah

Apabila dua orang shalat bersama-sama dan salah seorang di antara

mereka mengikuti yang lain, keduanya dinamakan shalat berjamaah.

Orang yang diikuti (yang dihadapan) dinamakan imam, sedangkan yang

mengikuti dibelakang dinamakan makmum.39

f. Dalil tentang perintah shalat berjamaah

1) Al-qur’an

Allah berfirman,

Artinya:“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah bersamaorang-orang yang ruku. 40’”. (Qs. Al-Baqarah [02]: 43).

Imam Al-Kasani berkata dalam Al-Badai’ Ash-Shana’I

(1/155), “Allah Swt. memerintahkan ruku’ bersama orang-orang

yang ruku’, dan yang demikian itu dengan cara bergabung dalam

ruku’. Maka ini merupakan perintah menegakkan shalat berjamaah.

38 Abi al-Husain Muslim bin al-Hajaj al-Naisaburi, Shahih al-Muslim, Juz I (Kairo: Dar al-Hadits,1991), hal. 88.39 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, hal. 106.40 Yang dimaksud Ialah: shalat berjama'ah dan dapat pula diartikan: tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk.

53

2) Hadits

بن يوسف، قال ثـنا عبد ا د، عن األعرج، عن أيب هريـرة : حد : أخبـر مالك، عن أيب الز صلى هللا عليه وسلم قال والذي نـفسي بيده لقد مهمت أن آمر حبطب، «: أن رسول ا

لصالة، فـيـؤذ ن هلا، مث آمر رجال فـيـؤم الناس، مث أخالف إىل رجال، فـيحطب، مث آمر ينا، أو مرماتـني فأحرق عليهم بـيوتـهم، والذي نـفسي بيده لو يـعلم أحدهم، أنه جيد عرقا مس

»حسنـتـني، لشهد العشاء Artinya:“Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sungguh aku ingin sekalimenyuruh supaya kayu bakar dikumpulkan lalu dinyalakan,kemudian aku menyuruh seseorang mengumandangkan adzansholat, serta menyuruh seseorang untuk mengimani sholat orang-orang, kemudian aku pergi mendatangi orang-orang yang tidak ikutsholat berjama’ah lalu membakar rumah-rumah mereka”. (HR:Muttafaq’alaih).41

بة بن سعيد، وإسحاق بن إبـراهيم، وسويد بن سعيد، ويـعقوب الدورقي، ثـنا قـتـيـ كلهم وحدبة ، قال قـتـيـ ، قال : عن مروان الفزاري ثـنا الفزاري، عن عبـيد هللا بن األصم ثـنا يزيد : حد حد، عن أيب هريـرة، قال : ى، فـقال أتى النيب صلى هللا عليه وسلم رجل أعم : بن األصم

أن رسول هللا، إنه ليس يل قائد يـقودين إىل المسجد، فسأل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ، دعاه، فـقال ص له، فـيصلي يف بـيته، فـرخص له، فـلما وىل النداء هل تسمع «: يـرخ

لصالة؟ »فأجب «: نـعم، قال : قال » Artinya:

”Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Ishaqbin Ibrahim dan Suwaid bin Sa'id dan Ya'kub Ad Dauraqi, semuanyadari Marwan Al Fizari. Qutaibah mengatakan; telah menceritakankepada kami Al Fizari dari 'Ubaidullah bin Al Asham, dia berkata;telah menceritakan kepada kami Yazid bin Al Asham dari AbuHurairah dia berkata; Seorang buta pernah menemui Nabi Saw. danberujar, “Wahai Rasulullah Saw. tidak memiliki seseorang yangakan menuntunku ke masjid.” Lalu dia meminta keringanan kepadaRasulullah Saw. untuk shalat di rumah, maka beliaupun memberikankeringanan kepadanya. Ketika orang itu beranjak pulang, beliaukembali bertanya, “Apakah engkau mendengar panggilan shalat

41 Shahih Bukhari, Juz 1, hal. 131

54

(azan)?” laki-laki itu menjawab, “Ia.” Beliau bersabda, “Penuhilahseruan tersebut (hadiri jamaah shalat).” (HR. Muslim no. 653).42

g. Keutamaan shalat berjamaah

Shalat berjamaah adalah perbuatan sunnah yang sangat dianjurkan

sekali bagi setiap mukmin yang tidak memiliki udzur untuk tidak

menghadirinya.43 bagi orang yang melakukan shalat secara berjamaah,

akan mendapatkan pahala berlipat ganda, dari pada orang yang

melakukan shalatnya secara sendirian. Sebagaimana hadits nabi:

ثـنا حيىي بن حيىي قال فع، عن ابن عمر، أن رسول هللا صلى هللا : حد قـرأت على مالك، عن »صالة اجلماعة أفضل من صالة الفذ بسبع وعشرين درجة «: عليه وسلم، قال

Artinya:Dari Ibnu Umar ra. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Bersabda:“Shalat berjama’ah 27 derajat lebih utama dari pada sholatsendirian.” (HR: Malik, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Nasa’i).44

ثـنا موسى بن إمساعيل، قال ثـنا عبد الواحد، قال : حد ثـنا األعمش، قال : حد : حد عت أ مس هريـرة، يـقول : صالح، يـقول عت أ صلى هللا عليه وسلم : مس صالة الرجل يف : " قال رسول ا

إذا تـوضأ، : ه اجلماعة تضعف على صالته يف بـيته، ويف سوقه، مخسا وعشرين ضعفا، وذلك أن ا فأحسن الوضوء، مث خرج إىل املسجد، ال خيرجه إال الصالة، مل خيط خطوة، إال رفعت له

ا خطيئة، فإذا صلى، مل تـزل املالئكة تصلي عل ه درجة، وحط عنه اللهم : يه، ما دام يف مصال"صل عليه، اللهم ارمحه، وال يـزال أحدكم يف صالة ما انـتظر الصالة

Artinya:Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah Saw. bersabda:“Shalatseorang laki-laki dengan berjama’ah disbanding shalatnya di

42Abi al-Husain Muslim bin al-Hajaj al-Naisaburi, Shahih al-Muslim, Juz I (Kairo: Dar al-Hadits,1991), hal. 45243 Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, Minhajul Muslim (Konsep Hidup Idial dalam Muslim),(Jakarta: Daarul Haq, 2011), hal 522.44 Abi al-Husain Muslim bin al-Hajaj al-Naisaburi, Shahih al-Muslim, Juz I (Kairo: Dar al-Hadits,1991), hal. 450

55

rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanyadengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena biladia berwudlu dengan menyempurnakan wudlunya lalu keluar darirumahnya menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untukmelaksanakan shalat berjama’ah, maka tidak ada satu langkahpundari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akandihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia melaksanakan shalat,maka Malaikat akan turun untuk mendo’akannya selama dia masihberada di tempat shalatnya, ‘Ya Allah Swt ampunilah dia. Ya Allahrahmatilah dia’. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitungdalam keadaan shalat selama dia menanti pelaksanaanshalat.”(HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 649).45

Jika seseorang mengerjakan shalat dengan niat untuk memperoleh

pahala, mengapa ia tidak mengerjakannya dengan berjama’ah di masjid?

Dengan hanya sedikit tambahan usaha, ia akan mendapatkan pahala yang

jauh lebih besar. Siapakah yang rela melepaskan uang sebesar 27.000,-

dan lebih suka mengambil uang sebesar 1.000,- saja, hanya karena

bersusah payah sedikit. Hanya saja, dalam masalah agama, keuntungan

sebesar ini terkadang tidak begitu diperhatikan. Hal ini tidak lain,

dikarenakan kita bersungguh-sungguh memperhatikan agama. Sesuatu

yang sebenarnya bermanfaat, tetapi dalam pandangan kita tidak

bermanfaat. Dalam hal keduniaan, perbedaan seribu rupiah saja akan kita

cari sepanjang hari. Sedangkan untuk perdagangan akhirat yang

keuntungannya 27 kali lipat, kita anggap sebagai musibah. Pergi ke

masjid untuk sholat berjama’ah dan meninggalkan toko dianggap sebagai

kerugian. Akan tetapi bagi orang-orang hatinya tertanam kebesaran Allah

Swt, mereka akan merasa tenang dengan janji-janji-Nya. Dengan

45 Shahih Bukhari, Juz 1, hal. 131.

56

mengingat segala janji dan pahala dari Allah Swt, mereka tidak

memperdulikan rintangan apa pun demi memperoleh janji tersebut.46

4. Bimbingan Konseling Islam Dalam Melatih Shalat Subuh Tepat Waktu

Melalui Terapi Behavioral dengan Teknik Modelling.

Dalam kehidupan sehari-hari, begitu banyaknya kebiasaan orang-orang

yang mengorbankan kewajiban. Salah satunya adalah yang menjadi objek

penelitian ini. Seorang yang mempunyai kebiasaan yang berdampak pada

lalainya terhadap aktivitas yang menjadi kewajibannya. Oleh karena itu,

konseling diberikan pada individu tersebut agar dilatih untuk terbiasa

melaksanakan shalat subuh tepat pada waktunya. Karena rasulullah bersabda:

بن حدثنا حیوة بن شریح المصري حدثنا بقیة عن ضبارة بن عبد اھري قال قال أبي سل یك األلھاني أخبرني ابن نافع عن ابن شھاب الز

صلى سعید بن المسیب إن أبا قتادة بن ربعي أخبره قال قال رسول ا تعالى إن علیھ وسلم قال ا تك خمس صلوات ا ي فرضت على أم

وعھدت عندي عھدا أنھ من جاء یحافظ علیھن لوقتھن أدخلتھ الجنة ومن لم یحافظ علیھن فال عھد لھ عندي

Artinya:

“Telah menceritakan kepada kami Haiwah bin Syuraih al mishri, telahmenceritakan kepada kami Baqiyyah dari dlubarah bin Abdullah binSulaik Al-Alhani telah mengabarkan kepadaku Ibnu Nafi’ dari IbnuSyihab Az-Zuhri dia berkata;Sa’id bin Al Musayyib berkata bahwaAbu Qatadah bin Rib’iy mengabarkan kepadanya bahwa RasulullahShallallahu alaihi wasallam bersabda: “Allah Ta’ala berfirman:Sesungguhnya aku mewajibkan umatmu shalat lima waktu, dan akuberjanji bahwa barang siapa yang menjaga waktu-waktunya pasti akuakan memasukkannya kedalam surga, dan barang siapa yang tidak

46 Maulana Muhammad Zakariyyah al-Kandahlawi, Himpunan Kitab Fadhilah ‘Amal,(Bandung: Pustaka Ramadhan, TT), hal 127.

57

mengerjakannya maka dia tidak mendapatkan apa yang aku janjikan”.(HR. Abu Daud)47.

Untuk mengatasi masalah ini, Bimbingan Konseling Islam

menggunakan Terapi Behavioral dengan teknik Modelling yaitu merubah

perilaku yang tidak baik menjadi lebih baik dengan meniru perilaku seorang

model.

Perilaku model digunakan untuk membentuk perilaku baru pada

klien, memperkuat perilaku yang sudah terbentuk dengan menunjukkan

kepada klien tentang perilaku model, baik menggunakan model audio,

model fisik, atau lainnya yang dapat diamati dan dipahami jenis perilaku

yang akan dicontoh.

B. Penelitian terdahulu yang relevan

1. Terapi Behavioral melalui Strategi Modelling Partisipan untuk Mengatasi

Siswa yang Tidak Berani Mengemukakan pendapat di Kelas.

Oleh : Bukhafatul Fitriah

NIM : D03209033

Jurusan : PAI

Tahun : 2013

Kata Kunci : Terapi Behavioral, Modelling

Perbedaan dan Persamaan

Jadi dalam penelitian ini perbedaanya adalah pada studi kasus yang

digunakan; studi kasus yang diangkat adalah siswa x di sekolah menengah

pertama negeri 1 kokop bangkalan yang tidak berani mengungkapkan

47 Abu Daud, Kitab Shalat, Bab Menjaga Waktu Shalat. Hadits no 366

58

pendapat di kelas, sedangkan persamaannya sama-sama menggunakan terapi

behavioral dengan teknik modelling.

2. Penggunaan teknik modeling dalam layanan bimbingan kelompok untuk

meningkatkan Self Control pada siswa yang agresif di sekolah mengah

pertama gema 45 surabaya.

Oleh : Hanum Ayu Lestari

NIM : D03210045

Jurusan : PAI

Tahun : 2014

Kata Kunci : Teknik Modelling

Perbedaan dan Persamaan

Jadi dalam penelitian ini perbedaanya adalah pada studi kasus yang

digunakan yaitu siswa yang agresif. Sedangkan persamaannya adalah sama-

sama menggunakan terapi behavioral dengan teknik modelling dalam

mengatasi masalah yang dihadapi oleh konseli.

3. Terapi Behavior dengan Teknik Modelling untuk meningkatkan Kemandirian

Remaja di Desa Ngayung Kecamatan Maduran kabupaten Lamongan.

Oleh : Ahmad Faizin

NIM : B03212003

Jurusan : BKI/ Fakultas Dakwah / UIN Sunan Ampel Surabaya

Tahun : 2016

Kata Kunci : Terapi Behavior Teknik Modelling.

Perbedaan dan Persamaan

59

Jadi dalam penelitian ini perbedaanya adalah pada studi kasus yang

digunakan yaitu Remaja yang kurang mandiri. Sedangkan persamaannya

adalah sama-sama menggunakan terapi behavioral dengan teknik modelling

dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh konseli.

4. Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Tatsqif untuk mengatasi sikap

enggan dalam shalat berjamaah pada seorang santriwan Asrama Mahasiswa

Islam Dar Al-Najah Wonocolo, Surabaya.

Oleh : Febri Maediansyah

NIM : B03213020

Jurusan : BKI/ Fakultas Dakwah / UIN Sunan Ampel Surabaya

Tahun : 2014

Kata Kunci : Shalat Berjamaah

Perbedaan dan Persamaan

Jadi dalam penelitian ini perbedaanya adalah pada terapi yang digunakan,

penelitian ini menjadikan Teknik Tatsqif sebagai teknik terapi untuk

mengatasi sikap enggan dalam shalat berjamaah, namun penelitian kami

menggunakan Terapi Behavioral dengan Teknik Modelling dalam Melatih

shalat subuh berjamaah tepat waktu, sehingga menjadikan sholat berjama’ah

tepat waktu sebagai inti permasalahan atau sebagai akibat dari sikap lalai

pada diri klien, namun bila persamaanya adalah sama-sama mengatasi sifat

seseorang dengan tujuan diarahkan untuk sholat berjama’ah.

60

5. Keagamaan dengan Terapi Rasional Emotif dalam menangani mantan

seorang preman yang merasa minder untuk melakukan sholat berjamaah di

Masjid Hidayatullah Kelurahan Siwalankerto Kota madya Surabaya

Oleh : Awanku Morizam bim Awangku Abdul Rahman

NIM : B03209008

Jurusan : BPI/ Fakultas Dakwah / IAIN Sunan Ampel Surabaya

Tahun : 2008

Kata Kunci : Sholat berjama’ah

Perbedaan dan Persamaan

Jadi dalam penelitian ini perbedaanya adalah pada terapi yang digunakan,

penelitian ini menjadikan Rational Emotif sebagai tehnik terapi untuk

mengatasi perasaan minder, namun penelitian kami menggunakan Terapi

Behavioral dengan Teknik Modelling dalam Melatih shalat subuh berjamaah

tepat waktu, sehingga menjadikan sholat berjama’ah tepat waktu sebagai inti

permasalahan atau sebagai akibat dari sikap lalai pada diri klien, namun bila

persamaanya adalah sama-sama mengatasi sifat seseorang dengan tujuan

diarahkan untuk sholat berjama’ah.

6. Pengaruh keteladanan da’i dalam meningkatkan motivasi sholat berjamaah

terhadap masyarakat di Gedangan Siduarjo.

Oleh : Ach. Chairul Ulum

NIM : B0235467

Jurusan : KPI/ FakultaS Dakwah / IAIN Sunan Ampel Surabaya

Tahun : 2000

61

Kata Kunci : Sholat berjama’ah

Perbedaan dan Persamaan

Jadi dalam penelitian ini perbedaanya adalah pada tehnk terapi yang

digunakan, penelitian ini menjadikan keteladanan da’I dalam meningkatkan

motivasi sholat berjamaah, namun penelitian kami menggunakan Terapi

Behavioral dengan Teknik Modelling dalam Melatih shalat subuh berjamaah

tepat waktu, sehingga menjadikan sholat berjama’ah tepat waktu sebagai inti

permasalahan atau sebagai akibat dari sikap lalai pada diri klien, namun bila

persamaanya adalah sama-sama mengarahkan untuk sholat berjama’ah.

7. Pengaruh sholat subuh berjamaah terhadap motivasi belajar siswa Madrasah

Ibtidaiyah Babul Huda, Pondok Pesantren Babul Huda Sumenep

Oleh : Izzuddin

NIM : D123456

Jurusan : KI/ Fakultas Tarbiyah/ IAIN Sunan Ampel Surabaya

Tahun : 2007

Kata Kunci : Shalat Berjamaah

Persamaan dan Perbedaan

Dalam penelitian ini perbedaanya adalah pada tehnk terapi yang digunakan,

penelitian ini menjadikan sholat subuh berjamaah terhadap motivasi belajar

siswa, namun penelitian kami menggunakan Terapi Behavioral dengan

Teknik Modelling dalam Melatih shalat subuh berjamaah tepat waktu,

sehingga menjadikan sholat berjama’ah tepat waktu sebagai inti

62

permasalahan atau sebagai akibat dari sikap lalai pada diri klien, namun

persamaanya adalah sama-sama mengarahkan untuk sholat berjama’ah.

8. Upaya meningkatkan kedisiplinan sholat berjamaah di MTs. Negri Sidoarjo

Oleh : Evi Chumaidah

NIM : D121564

Jurusan : KI/ Fakultas Tarbiyah/ IAIN Sunan Ampel Surabaya

Tahun : 2011

Kata Kunci : Shalat Berjamaah

Persamaan dan Perbedaan

Dalam penelitian ini perbedaanya adalah pada tehnk terapi yang digunakan,

penelitian ini adalah General, namun penelitian kami menggunakan Terapi

Behavioral dengan Teknik Modelling dalam Melatih shalat subuh berjamaah

tepat waktu, sehingga menjadikan sholat berjama’ah tepat waktu sebagai inti

permasalahan atau sebagai akibat dari sikap lalai pada diri klien, namun

persamaanya adalah sama-sama mengarahkan untuk sholat berjama’ah

sebagai tujuan utama.