KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI...

176
KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA (RSIJ) CEMPAKA PUTIH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Krisdayanti NIM: 11160520000076 PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M./1440 H

Transcript of KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI...

  • i

    KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

    PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA

    (RSIJ) CEMPAKA PUTIH

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

    Sarjana Sosial (S.Sos)

    Oleh:

    Krisdayanti

    NIM: 11160520000076

    PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2020 M./1440 H

  • 4

    Pembimbing

    KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

    PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA

    (RISJ) CEMPAKA PUTIH

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana

    sosial (S.Sos)

    Oleh:

    Krisdayanti

    NIM: 11160520000076

    Drs. Azwar Chatib, M.Si

    NIP: 1955051 198503 1 006

    JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1441 H./2020 M.

  • i

    ABSTRAK

    Krisdayanti, NIM: 11160520000076

    Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat Inap

    di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih. Di bawah

    bimbingan Drs. Azwar Chatib, M.Si.

    Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien diartikan

    sebagai asas atau dasar yang menjadi acuan Pelayanan Bimbingan

    Rohani Pasien di rumah sakit. Adapun Pelayanan Bimbingan Rohani

    adalah salah satu unit rumah sakit yang bertugas memberikan

    bimbingan dan pendampingan kepada pasien rawat inap agar pasien

    sabar dan tawakal dalam menghadapi sakit juga sebagai jembatan untuk

    memeroleh husnul khotimah. Di samping itu, rohani merupakan bagian

    penting dalam diri manusia,sehingga Pelayanan Bimbingan Rohani

    perlu diberikan kepada pasien sebagai bagian dari ikhtiar mencari

    kesembuhan.

    Adapun penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan

    Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap di

    Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih. (2) menjelaskan

    teknis pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap di RSIJ

    Cempaka Putih. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah kualitatif dengan bentuk penelitian lapangan (field research)

    dengan subjek penelitiannnya Pembimbing Rohani dan Staf Bimbingan

    Rohani dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi

    dan dokumentasi, untuk kemudian data yang diperoleh dianalisis

    menggunakan teknik triangulasi.

    Peneliti memeroleh hasil bahwa: (1) Kebijakan Pelayanan

    Bimbingan Rohani bagi pasien di RSIJ Cempaka putih didasari atas

    prinsip dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan kesepakatan bersama

    bahwa bahwa kesehatan rohani menjadi bagian penting dalam proses

    kesembuhan pasien. (2) Teknik Pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi

    pasien dijalankan sesuai dengan keputusan Direktur Utama RSIJ.

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin, puji syukur peneliti panjatkan

    kepada Allah subhanahu wata’ala Rabb semesta alam yang dengan

    cara-Nya telah memudahkan rangkaian proses pembuatan skripsi

    dengan judul “Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien

    Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih”

    ini. Shalawat bertangkaikan salam semoga selalu tercurah limpahkan

    kepada manusia yang paling mulia, nabi seluruh umat, Muhammad

    sallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga, sahabat dan pengikut-

    pengikutny.

    Ucapan terimakasih yang tak terbilang peneliti sampaikan

    kepada manusia yang tidak pernah luput dalam mendoakan, selalu

    mendukung dalam segala keadaan, yakni Ibunda Halimah, semoga

    segala manfaat yang didapat peneliti juga pembaca menjadi ladang

    pahala yang mengantarkannya menuju surga yang abadi. Aamiin. Tidak

    lupa juga kepada Ayahanda Saidi Sakam, semoga senantiasa Allah beri

    taufik dan hidayah. Aamiin. Ucapan terimakasih lainnya, penulis

    tujukan untuk kakak-kakak tercinta, Hari Mustika Wati, Agus Mulyono

    dan Diah Novita Agustin yang telah menjadi kakak-kakak siaga, tidak

    lupa adikku terkasih Nurul Fatimatul Zahra. Dan Allah-lah sebaik-baik

    pemberi balasan.

    Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh

    pihak yang telah membantu dan mendukung peneliti dalam

    menyelesaikan skripsi ini, kepada:

  • iii

    1. Suparto M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

    Ilmu Komunikasi, DR. Siti Napsiah, MSW., selaku Wakil

    Dekan I Bidang Akademik, serta Dr. Sihabudin Noor, MA

    selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Drs.

    Cecep Catrawijaya, MA selaku Wakil Dekan III Bidang

    Kemahasiswaan.

    2. Ir. Noor Bekti Nugroho, S.E, M.Si. selaku Ketua Jurusan

    Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

    3. Artriani Puspita Arwan, M.Psi. selaku Sekretaris Jurusan

    Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

    4. Drs. Azwar Chatib, M.Si. selaku dosen Pembimbing yang telah

    memberikan banyak arahan dan masukan sehingga skripsi ini

    dapat terselesaikan. Semoga Allah balas segala baiknya.

    Aamiin.

    5. M. Jufri Halim, M.Si. selaku Dosen Penasihat Akademik

    Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam kelas B Angkatan 2016.

    6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama peneliti

    menempuh pendidikan jenjang strata satu ini. Semoga Allah

    berikan balasan terbaik. Aamiin.

    7. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah

    dan Ilmu Komunikasi yang telah memfasilitasi peneliti sehingga

    mendapatkan referensi yang diperlukan.

    8. Keluarga besar Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih,

    terkhusus kepada seluruh Pembimbing rohani pasien dan staf

  • iv

    yang telah menerima peneliti dengan baik. Semoga Allah beri

    balasan terbaik. Aamiin.

    9. Keluarga besar Pesantren Tahfidz Alif yang telah memberi

    warna dan makna selama peneliti menempuh pendidikan di UIN

    Jakarta, terkhusus Firda, Ka Ayu, Mbak Evi, Ka Zahro, Nisa dan

    Amal. Semoga Allah mudahkan segala urusan kalian. Aamiin.

    10. Siti Masripah teman setia yang telah membantu dengan senang

    hati, mendengarkan dengan tulus ikhlas dan mendampingi

    dengan penuh sabar. Semoga Allah menjaga dan membalas

    segala kebaikannya. Aamiin.

    11. Seluruh teman-teman Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam

    yang telah memberikan banyak kisah dan cerita selama peneliti

    menempuh pendidikan di UIN ini. Semoga Allah menjaga

    kalian. Aamiin.

  • v

    DAFTAR ISI

    LEMBAR JUDUL

    LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

    PERNYATAAN

    ABSTRAK

    KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

    DAFTAR ISI ......................................................................................... v

    BAB I ....................................................... Error! Bookmark not defined.

    PENDAHULUAN ................................... Error! Bookmark not defined.

    A. Latar Belakang ........................ Error! Bookmark not defined.

    B. Identifikasi Masalah ..................... Error! Bookmark not defined.

    C. Batasan Masalah .......................... Error! Bookmark not defined.

    D. Rumusan Masalah ........................ Error! Bookmark not defined.

    F. Tujuan Penelitian .......................... Error! Bookmark not defined.

    F. Manfaat penelitian ........................ Error! Bookmark not defined.

    G. Tinjauan Kajian Terdahulu........... Error! Bookmark not defined.

    H. Metodologi Penelitian .................. Error! Bookmark not defined.

    1. Metode Penelitian ............... Error! Bookmark not defined.

    2. Subjek dan Objek Penelitian ............. Error! Bookmark not

    defined.

    3. Tempat dan Waktu Penelitian ............ Error! Bookmark not

    defined.

    4. Pengumpulan Data ............. Error! Bookmark not defined.

    5. Sumber Data ....................... Error! Bookmark not defined.

    6. Teknik Analisis Data .......... Error! Bookmark not defined.

  • vi

    7. Keabsahan Data .................. Error! Bookmark not defined.

    8. Teknik Penulisan Data ........ Error! Bookmark not defined.

    I. Sistematika Penulisan .................... Error! Bookmark not defined.

    BAB II ...................................................... Error! Bookmark not defined.

    KAJIAN TEORI ..................................... Error! Bookmark not defined.

    A. Landasan Teori ............................. Error! Bookmark not defined.

    1. Rumah Sakit ....................... Error! Bookmark not defined.

    2. Pasien Rawat Inap .............. Error! Bookmark not defined.

    3. Bimbingan Rohani.............. Error! Bookmark not defined.

    4. Pembimbing Rohani ........... Error! Bookmark not defined.

    5. Dasar-dasar Pemenuhan Kebutuhan Rohani ............... Error!

    Bookmark not defined.

    6. Tujuan Bimbingan Rohani . Error! Bookmark not defined.

    7. Sasaran Bimbingan Rohani Error! Bookmark not defined.

    8. Fungsi Bimbingan Rohani .. Error! Bookmark not defined.

    9. Metode Bimbingan Rohani Error! Bookmark not defined.

    10. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani ... Error! Bookmark

    not defined.

    11. Aspek Kajian Bimbingan Rohani ...... Error! Bookmark not

    defined.

    B. Kerangka Berpikir ........................ Error! Bookmark not defined.

    GAMBARAN UMUM ............................ Error! Bookmark not defined.

    LATAR PENELITIAN ........................... Error! Bookmark not defined.

    A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka

    Putih .................................................. Error! Bookmark not defined.

    B. Visi Misi Falsafah dan Tujuan Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)

    Cempaka Putih .................................. Error! Bookmark not defined.

    C. Layanan Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih

    Error! Bookmark not defined.

    D. Fasilitas di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih

  • vii

    Error! Bookmark not defined.

    E. Letak Rumah Sakit ...................... Error! Bookmark not defined.

    F. Susunan Organisasi Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih

    Error! Bookmark not defined.

    G. Pelayanan Bimbingan Rohani di Rumah Sakit Islam Jakarta

    Cempaka Putih .................................. Error! Bookmark not defined.

    H. Struktur Organisasi Bimbingan Rohani ...... Error! Bookmark not

    defined.

    I. Jadwal Kegiatan Bimbingan Rohani ......... Error! Bookmark not

    defined.

    J. Petugas Bimbingan Rohani ........... Error! Bookmark not defined.

    BAB IV..................................................... Error! Bookmark not defined.

    DATA DAN TEMUAN LAPANGAN .... Error! Bookmark not defined.

    A. Deskripsi Informan .................... Error! Bookmark not defined.

    B. Kebijakan Umum Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien

    Rawat Inap ........................................ Error! Bookmark not defined.

    C. Rekrutmen Tenaga Pembimbing Rohani .. Error! Bookmark not

    defined.

    D. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat Inap

    di RSIJ Cempaka Putih ..................... Error! Bookmark not defined.

    E. Temuan Lapangan ...................... Error! Bookmark not defined.

    BAB V ...................................................... Error! Bookmark not defined.

    PEMBAHASAN ...................................... Error! Bookmark not defined.

    A. Analisis Hasil Wawancara ........... Error! Bookmark not defined.

    1. Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien ............... Error!

    Bookmark not defined.

    2. Dasar Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien . Error! Bookmark

    not defined.

    3. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi Pasien

    Rawat Inap .................................... Error! Bookmark not defined.

    BAB VI ..................................................... Error! Bookmark not defined.

  • viii

    KESIMPULAN DAN SARAN ............... Error! Bookmark not defined.

    A. Kesimpulan ................................ Error! Bookmark not defined.

    B. Saran .......................................... Error! Bookmark not defined.

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Isu kesehatan rohani atau spiritual menjadi topik utama

    dalam beberapa tahun belakangan. Sebut saja WHO, Organisasi

    Kesehatan Dunia ini memandang sehat adalah terpenuhinya

    kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani dapat

    terpenuhi dengan baik dengan memberikan asupan makanan

    yang bergizi, tidur yang cukup dan olahraga yang teratur,

    sedangkan kebutuhan rohani dapat terpenuhi dengan

    mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta. Untuk

    memenuhi kebutuhan jasmani kita tidak bisa mengisinya

    dengan memperbanyak ibadah. Begitu pun sebaliknya,

    kebutuhan rohani tidak dapat dicapai dengan hanya makan,

    minum, tidur dan olahraga, karena keduanya merupakan dua

    aspek yang berbeda namun saling berkaitan. Jika kondisi rohani

    tidak baik, maka fisik pun menjadi tidak stabil. Adapun kondisi

    rohani yang prima sedangkan kondisi fisik tidak baik, maka

    ibadah pun akan terhambat, karenanya dua aspek ini saling

    mempengaruhi dan penting untuk dijaga keseimbangannya.

    Salah satu instansi yang memberikan Pelayanan dalam

    bidang kesehatan adalah rumah sakit, karenanya penting untuk

    diadakan suatu kebijakan yang mengatur tentang Pelayanan

    Rohani terhadap pasien terkhusus pasien rawat inap dalam

    sebuah rumah sakit. Karena pasien rawat inap lebih rentan

    1

  • 2

    untuk terkena stres, depresi, mental yang tidak sehat serta

    berbagai gangguan rohani lainnya.

    Hasil pertemuan psikiater dan konselor sedunia di Wina

    (Austria) menyatakan bahwa Bimbingan Rohani Pasien sebagai

    sarana peningkatan religiositas pasien berdampak pada

    peningkatan kesembuhan dan motivasi pasien. Pun dengan

    complementary medicine menyatakan bahwa bimbingan rohani

    pasien memosisikan sebagai pelengkap pengobatan dan

    Pelayanan konvensional di rumah sakit. Tidak hanya itu,

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan bahwa

    rumah sakit sebagai institusi kesehatan yang berorientasi pada

    human service dan pemenuhan kebutuhan Bio-Psycho-Socio-

    Spiritual pasien secara integral. 1

    Bersamaan dengan itu, Dirjen Pelayanan Medik

    Departemen Kesehatan RI mengatakan dalam satu seminar di

    Purwokerto (2004) bahwa paradigma baru kesehatan

    menyatakan bahwa penyembuhan penyakit bukan hanya

    bersifat klinis (fisik), tetapi juga dibutuhkan penyembuhan yang

    bersifat mental-spiritual sebagai pendukung. Selain itu, ada

    beberapa penelitian yang dilakukan secara langsung di rumah

    sakit tentang kemanfaatan konseling Islam, di antaranya

    penelitian Amin Supangat (2007) yang meneliti tentang

    “Persepsi Pasien Terhadap Program Layanan Bimbingan Rohani

    Islam di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto”. Dalam

    penelitian tersebut diungkapkan bahwa 96% responden

    1 Abdul Basit, Konseling Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 208.

  • 3

    membutuhkan Bimbingan Rohani Islam.2

    Selain urgensi kesehatan rohani bagi pasien rawat inap,

    hasil observasi peneliti di beberapa rumah sakit didapati bahwa

    kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani di setiap rumah sakit

    memiliki cara dan kebijakan yang berbeda-beda, sehingga

    pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap pun

    menjadi tidak sama.

    Sejalan dengan beberapa alasan di atas, hal inilah yang

    mendorong rumah sakit untuk memberikan Pelayanan

    Bimbingan Rohani bagi pasien. Pemberian Bimbingan Rohani

    juga tidak kalah pentingnya dengan Pelayanan medis bagi

    pasien. Sebagaimana Islam memandang kesehatan tidak hanya

    fisik namun juga rohani atau spiritual.

    Menyadari pentingnya Kebijakan Pelayanan Bimbingan

    Rohani bagi pasien, maka seharusnya rumah sakit khususnya

    rumah sakit yang menyandang predikat Islam perlu memberikan

    layanan Bimbingan Rohani sebagai bentuk implementasi dari

    poin-poin penting di atas.

    Adapun salah satu rumah sakit dengan predikat Islam

    yang memberikan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien

    adalah Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih.

    Selain memprioritaskan Pelayanan medis, RSIJ Cempaka Putih

    juga memberikan prioritas yang sama pada Pelayanan non

    medisnya yakni berupa Bimbingan Rohani bagi Pasien.

    Menurut salah seorang Pembimbing rohani RSIJ Cempaka

    Putih, bahkan Pelayanan Bimbingan Rohani ini menjadi

    2 Ibid., hlm. 208-209.

  • 4

    Pelayanan yang wajib diberikan bagi para pasien rawat inap.3

    Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa salah satu keunggulan

    dari rumah sakit ini adalah Pelayanan Bimbingan Rohani itu

    sendiri, menurutnya Bimbingan Rohani ini perlu diberikan

    kepada pasien agar pasien tidak hanya siap dalam menerima

    perawatan medis namun juga mampu menerima sakitnya

    dengan hati yang lapang.

    Selain Pelayanan Bimbingan Rohani, bangunan rumah

    sakitnya pun terasa amat „religius‟ dengan warna hijau yang

    mendominasi dan pada tiap-tiap sudut ruangan rumah sakit ini

    diberi poster-poster yang bertuliskan ayat-ayat al-Qur‟an yang

    memotivasi pasien agar tidak putus asa ditambah dengan poster

    bertuliskan asmaul husna di sepanjang lorong rumah sakit yang

    menambah kesan damai bagi siapa saja yang memandangnya.4

    Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mencoba

    meneliti masalah tersebut dalam skripsi yang berjudul

    “Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien

    Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka

    Putih”.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarakan latar belakang di atas, maka dapat

    diidentifikasikan beberapa permasalahan yang terdapat di

    Rumah Sakit Islam Jakarta (SRIJ) Cempaka Putih di antaranya:

    1. Jenis sakit dan perilaku pasien rawat inap dalam

    3 Wawancara dengan Ridwan, Selaku Koordinator Pembinaan Karyawan dan

    Dakwah Pasien RSIJ Cempaka Putih,. pada tanggal 12 Maret 2020 14:13 WIB. 4 Observasi di RSIJ Cempaka Putih, pada tanggal 12 Maret 2020 pukul 10:00

    WIB.

  • 5

    menghadapi sakit yang berbeda-beda.

    2. Respon pasien rawat inap dalam menerima Pelayanan

    Bimbingan Rohani yang berbeda-beda.

    3. Kebijakan Rumah Sakit dalam menerapkan Pelayanan

    Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap yang berbeda-

    beda.

    4. Teknis pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat

    inap dilaksanakan sesuai dengan kebijakan rumah sakit

    terkait.

    C. Batasan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas,

    maka penelitian ini dibatasi hanya pada aspek Kebijkan Rumah

    Sakit dalam memberikan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi

    Pasien Rawat Inap saja dengan ruang lingkup analisis

    Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat

    Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih.

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan

    masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:

    1. Bagaimana Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi

    Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)

    Cempaka Putih?.

    2. Bagaimana teknis pelaksanaan Pelayanan Bimbingan

    Rohani bagi Pasien Rawat Inap di RSIJ Cempaka Putih?

    F. Tujuan Penelitian

    Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk:

  • 6

    1. Menganalisis Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi

    Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)

    Cempaka Putih.

    2. Menjelaskan teknis pelaksanaan Pelayanan Bimbingan

    Rohani bagi pasien rawat inap di RSIJ Cempaka Putih.

    F. Manfaat penelitian

    1. Manfaat Akademis

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

    bagi akademisi, praktisi, dan kepada pembaca terkhusus bagi

    mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan

    Bimbingan Penyuluhan Islam dalam bidang Pelayanan

    Bimbingan Rohani di rumah sakit.

    2. Manfaat Praktis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    kontribusi positif bagi Pembimbing Rohani dan rumah sakit

    yang di dalamnya terdapat Pelayanan Bimbingan Rohani untuk

    mengembangkan berbagai pola bimbingan bagi pasien yang

    membutuhkan.

    G. Tinjauan Kajian Terdahulu

    1. Skripsi Indah Chabibah (2011), mahasiswi Universitas

    Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Judul

    “Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien dalam

    Membantu Proses Kesembuhan Pasien di Layanan

    Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Ciputat.” Penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui layanan-layanan BRP yang

  • 7

    diberikan kepada pasien LKC khususnya dalam membantu

    proses kesembuhan pasien dengan menggunakan metode

    kualitatif dan data-data diperoleh melalui observasi,

    wawancara dan dokumentasi. Adapun teori yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah teori M. Arifin dan memperoleh

    hasil bahwa pasien-pasien yang mendapat Pelayanan

    Bimbingan Rohani Pasien, pasien kembali menemukan

    semangat hidupnya, dapat mengontrol emosinya dan

    menerima keadaan dengan ikhlas.

    2. Skripsi Chintya Puspita Sari (2012), mahasiswa Universitas

    Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Judul

    “Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam dalam

    Meningkatkan Etos Kerja Kepolisian di Polres Jakarta

    Pusat”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam di Polres Jakarta

    Pusat serta untuk mengetahui pelaksanaan Bimbingan

    Rohani Islam terhadap etos kerja kepolisian di Polres Jakara

    Pusat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan

    metode pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan

    dokumentasi. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah teori milik Arifin tentang pelaksanaan Bimbingan

    Agama dengan hasil penelitian bahwa pemberian

    Bimbingan Rohani Islam bagi kepolisian terbukti dapat

    meningkatkan etos kerja kepolisian di Polres Jakarta Pusat.

    3. Artikel Jurnal Ilmu Dakwah volume 36 nomor 1 tahun 2016

    ini ditulis oleh Zallussy Debby Styana, Yuli Nurkhasanah

    dan Erma Hidayanti dengn judul penelitian “Bimbingan

  • 8

    Rohani Islam dalam Menumbuhkan Respon Spiritual

    Adaptif bagi Pasien Stroke di Rumah Sakit Islam

    Jakarta Cempaka Putih”. Jenis penelitian ini adalah

    penelitian kualitatif dengan tujuan menjelaskan bagaimana

    Pelayanan Bimbingan Rohani Islam dalam menumbuhkan

    respon spiritual adaptif bagi pasien stroke di Rumah Sakit

    Islam Jakarta Cempaka Putih. Upaya yang dilakukan

    Pelayanan diantaranya dengan memberikan semangat

    motivasi, sugesti dan bimbingan ibadah yang menghasilkan

    respon spiritual yang adaptif dilihat dari tiga aspek yakni

    aspek memiliki harapan yang realistis (meyakini bahwa

    sakitnya akan sembuh), dapat mengambil hikmah (meyakini

    bahwa sakitnya sebagai bentuk sayangnya Allah kepadanya)

    dan memiliki ketabahan hati (kemampuan untuk sabar dan

    menerima sakitnya).

    4. Artikel Journal of Islamic Guidance and Counseling Volume

    2 Nomor 2 Desember 2018 ditulis oleh Marisah dengan

    judul penelitian “Urgensi Bimbingan Rohani Islam bagi

    Pasien Rawat Inap” Penelitian yang dilakukan di RSUD

    Raden Mattaher Jambi ini menggunakan pendekatan

    kualitatif dengan metode deskriptif analisis serta

    menggunakan penelitian lapangan. Berdasarkan penelitian

    yang telah dilakukan peneliti menemukan hasil bahwa

    pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam dilakukan dalam

    bentuk face to face, massal dan dengan tulisan berupa doa-

    doa. Kemudian respon pasien terhadap Pelayanan

    Bimbingan Rohani Islam mendapat respon positif yakni

  • 9

    pasien bisa menjalani penyembuhan dengan ajaran-ajaran

    Islam, serta lebih sabar dan ikhlas menjalani masa

    penyembuhan.

    Perbedaan keempat karya ilmiah di atas dengan penelitian

    ini adalah bahwa tidak ada satu pun yang membahas secara

    spesifik mengenai Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani

    bagi pasien rawat inap dengan objek penelitiannya

    Pembimbing Rohani dan staf rumah sakit. Adapun

    persamaannya terletak pada metode penelitian, yakni

    metode kualitatif.

    H. Metodologi Penelitian

    1. Metode Penelitian

    Metode penelitian merupakan bagian yang sangat

    penting dalam menentukan keberhasilan suatu penelitian.

    Sebab, metode penelitian adalah cara-cara yang ditempuh

    peneliti guna mengumpulkan data yang diperlukan dalam

    penelitiannya. Adapun bentuk penelitian ini adalah lapangan

    (field research) yakni melakukan penelitian langsung

    dengan datang ke Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)

    Cempaka Putih.

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

    kualitatif. Menurut Denzi dan Lincold yang dikutip dari Albi

    Anggito dan Johan Setiawan, penelitian kualitatif adalah

    penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud

    menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan

  • 10

    jalan melibatkan berbagai metode yang ada.5 Sedangkan

    menurut Erickson, penelitian kualitatif adalah penelitian

    yang berusaha menemukan dan menggambarkan secara

    naratif kegiatan yang dilakukan dan dampak dari tindakan

    yang dilakukan terhadap kehidupan mereka.6

    2. Subjek dan Objek Penelitian

    a. Subjek Penelitian

    Menurut Amirin yang dikutip oleh Fitrah dan Luthfiyah

    subjek penelitian adalah seseorang atau sesuatu yang

    mengenainya ingin diperoleh keterangan atau orang pada

    latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan

    informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.7

    Adapun subjek dalam penelitian ini adalah Pembimbing

    rohani selaku pelaksana Bimbingan Rohani dan para staf

    RSIJ Cempaka Putih.

    b. Objek Penelitian

    Objek penelitian adalah keseluruhan gejala yang ada di

    sekitar kehidupan manusia. Apabila dilihat dari sumbernya,

    objek dalam penelitian kualitatif disebut situasi sosial yang

    terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat, pelaku, dan aktivitas

    yang berinteraksi secara sinergis.8 Adapun objek dalam

    penelitian ini adalah kebijakan Pelayanan Bimbingan

    Rohani bagi pasien rawat inap di RSIJ Cempaka Putih.

    5 Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif,

    (Sukabumi: CV Jejak, 2018), hlm. 7. 6 Ibid., hlm. 7.

    7 Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian: Penelitian Kuantitatif,

    Tindakan Kelas & Studi Kasus, (Sukabumi: CV Jejak, ), hlm. 152. 8 Ibid., hlm. 156.

  • 11

    3. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini bertempat di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)

    Cempaka Putih Jalan Cempaka Putih Tengah I/1, Jakarta 10510

    dengan rentang waktu penelitian mulai bulan Februari sampai

    dengan Juli 2020.

    4. Pengumpulan Data

    Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah

    dijelaskan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan

    data sebagai berikut:

    a. Wawancara

    Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

    Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

    pewawancara (interviewer) yang mengajukan

    pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

    memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud

    mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh

    Lincold dan Guba yang dikutip oleh Lexy, antara lain:

    mengonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi,

    perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain

    kebulatan, memverifikasi, mengubah dan memperluas

    informasi yang diperolah orang lain, baik manusia

    maupun bukan manusia (triangulasi).9 Adapun

    wawancara pada penelitian ini dilakukan antara peneliti

    dengan Pembimbing rohani serta para staf RSIJ

    9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2017), hlm. 186.

  • 12

    Cempaka Putih.

    b. Observasi

    Observasi adalah pengamatan langsung untuk

    memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian

    untuk menjawab pertanyaan penelitian.10

    Observasi

    dilakukan jika data yang diperoleh melalui wawancara

    kurang merefleksikan informasi yang diinginkan.11

    c. Dokumentasi

    Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah

    berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

    karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang

    berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah

    kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan,

    kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya

    foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang

    berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa

    gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen

    merupakan pelengkap dari penggunaan metode

    observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.12

    5. Sumber Data

    Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

    10

    Iwan Hermawan, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kualitatif,

    Kuantitatif dan Mixed Method), (Kuningan: Hidayatul Quran Kuningan, 2019), hlm.

    148. 11

    Prasetyo Irawan, dkk., Metode Penelitian, (Jakarta: Penerbit Universitas

    Terbuka), hlm. 6.24. 12

    Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:

    Alfabeta, 2006), hlm. 240.

  • 13

    sumber darimana data ini diperoleh.13

    Dalam penelitian ini

    penulis menggunakan sumber data yaitu:

    A. Data Primer

    Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber

    data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.14

    Sumber data pertama dalam penelitian ini adalah

    Pembimbing Rohani dan Staf Bimbingan Rohani RSIJ

    Cempaka Putih.

    B. Data Sekunder

    Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber

    kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.15

    Sumber kedua dalam penelitian ini berupa dokumen-

    dokumen, catatan-catatan serta buku-buku.

    6. Teknik Analisis Data

    Menurut Bogdan & Biklen yang dikutip oleh Lexy,

    analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan

    jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

    memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

    mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

    menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

    memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang

    lain.16

    Sedangkan menurut Miles dan Huberman yang

    13

    Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

    (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hlm. 129 14

    Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana,

    2010), hlm. 122. 15

    Ibid., hlm. 171. 16

    Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2017), hlm. 248.

  • 14

    dikuitp oleh Sugiyono menyatakan bahwa kegiatan analisis

    data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

    terus-menerus hingga datanya mencapai titik jenuh.17

    Berikut diuraikan beberapa tahapan dalam menganalis data

    model interaktif ini:18

    a. Reduksi Data

    Reduksi data berarti membuat rangkuman, memilih

    tema, membuat kategori dan pola tertentu sehingga

    memiliki makna. Reduksi data merupakan bentuk

    analisis untuk mempertajam, memilih, memfokuskan,

    membuang dan menyusun data ke arah pengambilan

    kesimpulan.

    Pada penelitian ini, setelah data tentang kebijakan

    Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap

    diperoleh, maka peneliti menyeleksi data-data tersebut

    sesuai dengan kebutuhan peneliti yang dianggap relevan

    dalam penelitian ini.

    b. Display Data

    Display data merupakan proses penyajian data setelah

    dilakukan reduksi. Penyajian data dalam penelitian

    kualitatif dilakukan dalam bentuk ikhtisar, bagan,

    hubungan antar kategori, pola dan lain-lain sehingga

    mudah dipahami pembaca.

    Pada penelitian ini, setelah data mengenai kebijakan

    17

    Helaluddin & Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan

    Teori dan Praktik, (Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2019), hlm. 123. 18

    Ibid., hlm. 123-124.

  • 15

    Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap

    terseleksi dengan baik, maka data tersebut disusun dan

    disajikan dalam bentuk deskrptif atau narasi.

    c. Kesimpulan

    Kesimpulan hasil penelitian berisikan jawaban terhadap

    rumusan masalah yang diajukan. Selain itu, kesimpulan

    juga harus menghasilkan temuan baru di bidang ilmu

    yang sebelumnya belum ada. Temuan tersebut dapat

    berupa deskriptif tentang suatu objek atau fenomena

    yang sebelumnya masih samar, setelah diteliti menjadi

    lebih jelas, dapat pula berupa hipotesis bahkan teori

    baru.

    7. Keabsahan Data

    Menurut Moleong, ada beberapa kriteria dengan berbagai teknik

    dalam pemeriksaan keabsahan data, diantaranya:19

    a. Kredibilitas (derajat kepercayaan)

    Istilah kredibilitas atau derajat kepercayaan digunakan

    untuk menjelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan

    benar-benar menggambarkan keadaan objek yang

    sesungguhnya. Adapun teknik yang digunakan dalam

    menentukan derajat kepercayaan dalam penelitian ini adalah

    teknik triangulasi. Yakni dengan (1) membandingkan data

    hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (2)

    membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

    yang berkaitan, (3) membandingkan apa yang dikatakan

    19

    Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2017), hlm. 326.

  • 16

    orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara

    pribadi, (4) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil

    penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data dan

    (5) pengecekan kredibilitas beberapa sumber data dengan

    metode yang sama.

    Dan model triangulasi inilah yang dipakai peneliti dalam

    penelitian ini.

    b. Ketekunan atau keajegan pengamatan

    Hal ini dimaksudkan untuk menentukan ciri-ciri dan unsur-

    unsur dalam situasi-situasi yang sangat relevan dengan

    persoalan atau isu yang sedang dicari. Kemudian

    memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

    Maksudnya peneliti hanya memfokuskan dan mencari

    jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.

    c. Kebergantungan

    Kebergantungan ini menggunakan teknik audit

    kebergantungan yang fungsinya adalah untuk memeriksa

    kebergantungan dan kepastian data. Hal itu dilakukan baik

    terhadap proses maupun terhadap hasil keluaran.

    8. Teknik Penulisan Data

    Dalam penulisan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

    penulisan yang didasarkan pada Keputusan Rektor UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahnun 2017 Tentang

    Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    I. Sistematika Penulisan

    Penulisan skripsi ini terbagi menjadi enam bab, dengan

  • 17

    rincian sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Meliputi latar belakang, batasan masalah,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

    penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metodologi

    penelitian dan sistematika penulisan.

    BAB II TINJAUAN TEORI

    Pada bab ini peneliti memaparkan teori-teori

    terkait penelitian di antaranya teori tentang

    bimbingan rohani, mulai dari pengertian, tujuan,

    manfaat dan lain sebagianya serta teori tentang

    pasien rawat inap dan kebijakan rumah sakit.

    BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

    Terdiri dari latar belakang berdirinya RSIJ

    Cempaka Putih Perkembangan layananan

    kesehatannya, visi misi dan tujuan RSJI,

    kebijakan Pelayanan bimbingan rohani bagi

    pasien rawat inap serta teknis pelaksanaan

    bimbingan rohani bagi pasien rawat inap.

    BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

    Bab ini berisi uraian data dan temuan penelitian

    BAB V PEMBAHASAN

  • 18

    Bab ini menjelaskan analisis teori dan kaitannya

    dengan temuan penelitian.

    BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

    Pada bab ini berisi simpulan dan saran

  • 19

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Landasan Teori

    1. Rumah Sakit

    A. Pengertian Rumah Sakit

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

    Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah

    Sakit dan Kewajiban Pasien Bab 1 Pasal 1 menyatakan

    bahwa “Rumah Sakit” adalah institusi pelayanan kesehatan

    yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

    secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

    rawat jalan, dan gawat darurat.20

    Adapun menurut Setya

    Enti Rikomah dalam bukunya yang berjudul Farmasi

    Rumah Sakit, menyatakan bahwa rumah sakit merupakan

    salah satu jaringan kesehatan yang penting, kegiatan utama

    sebuah rumah sakit yaitu memberikan pelayanan kesehatan

    yang maksimal kepada pasien. Rumah sakit merupakan

    suatu organisasi yang kompleks yang menyelenggarakan

    berbagai jenis playanan kesehatan melalui pendekatan

    pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan

    rehabilitatif) yang dilakukan secara menyeluruh sesuai

    peraturan perundang-undangan yang berlaku tanpa

    memandang agama, golongan dan kedudakan.21

    20

    Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Kewajiban Rumah Sakit

    dan Kewajiban Pasien, (Jakarta:Menteri Kesehatn Republik Indonesia, 2018), hlm. 3. 21

    Setya Enti Rikomah, Farmasi Rumah Sakit, (Yogyakarta:CV Budi Utama,

  • 20

    B. Pengertian Kebijakan Rumah Sakit

    Carl Friedrich dalam Indiahono menyatakan bahwa

    kebijakan merupakan suatu arah tindakan yang

    diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah

    dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan

    hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan

    terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan

    dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau

    merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu.

    Lebih lanjut Ia mengatakan bahwa di dalam kebijakan

    terdapat suatu hal yang pokok yaitu adanya tujuan

    (goal), sasaran (objective), dan kehendak (purpose). 22

    Sementara itu Jones dalam Abidin

    mendefinisikan kebijakan adalah perilaku yang tetap dan

    berulang dalam hubungan dengan usaha yang ada di

    dalam dan melalui pemerintah untuk memecahkan

    masalah umum.23

    Dari beberapa pengertian di atas dapat

    disimpulkan bahwa kebijakan adalah serangkaian aturan

    yang dibuat oleh individu atau lembaga dengan sasaran

    tertentu yakni pasien rawat inap dengan kriteria pasien

    yang telah melakukan perawat minimal 5 (lima) hari

    dan pasien yang meminta bimbingan kepada Petugas

    2017), hlm. 1-2.

    22 Dwiyanto Indiahono, Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis,

    (Yogyakarta: Gava Media, 2009), hlm. 18. 23

    Zainal Abidin Said, Kebijakan Publik, (Jakarta: Yayasan Pancur Siwah,

    2004), hlm. 25.

  • 21

    Bimbingan Rohani guna mencapai tujuan tertentu, yakni

    membuat pasien dapat menerima sakitnya, bersikap

    sabar, tabah dan tawakkal serta mengantarkan pasien

    pada keadaan husnul khatimah jika Allah menakdirkan

    pasien tersebut meninggal.

    Adapun pemilihan pasien rawat inap sebagai

    sasaran kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani adalah

    karena pasien rawat inap sangat memungkinkan

    terjadinya interaksi bimbingan yang terus-menerus,

    tingginya kemungkinan stres, cemas, dan jenuh karena

    penyakit yang diderita.

    Sedangkan kebijakan rumah sakit adalah aturan-

    aturan yang dibuat oleh rumah sakit baik tertulis

    maupun tidak tertulis yang berkaitan dengan penyediaan

    pelayanan kesehatan demi tercapainya tujuan rumah

    sakit. Aturan tertulis terkait kebijakan Pelayanan

    Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat Inap di RSIJ ini

    tertuang dalam Standar Posedur Operasional (SPO)

    Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani, di antaranya:24

    a. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan

    yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien

    lain.

    b. Menolak Pelayanan Bimbingan Rohani yang tidak

    sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.

    Sedangkan, aturan tidak tertulis biasanya dibuat oleh

    24

    Dokumen Terkendali SPO Pelayanan Bimbingan Rohani RSIJ Cempaka

    Putih, 2015.

  • 22

    individu atas kesepakatan bersama yang dalam hal ini

    adalah Pembimbing rohani sebagai Staf Pelaksana Kegiatan

    Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien, di antaranya:

    a. Mendoakan pasien dengan Bahasa Arab maupun Bahasa

    Indonesia.

    b. Menyampaikan materi bimbingan dengan contoh atau

    kisah-kisah nyata tentang oarng yang terkena musibah.

    c. Menyampaikan materi dengan serius tapi santai dan

    tidak menggurui.

    d. Menyampaikan materi sesuai dengan kebutuhan pasien.

    e. Petugas Bimbingan Rohani Pria memakai Peci.

    2. Pasien Rawat Inap

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan tentang

    kewajiban Rumah Sakit dan kewajiban pasien Bab 1 Pasal 1

    ayat 2, pasien adalah setiap orang yang melakukan

    konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh

    Pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung

    maupun tidak langsung di Rumah Sakit.25

    Sedangkan rawat inap adalah salah satu bentuk dari

    pelayanan kedokteran. Rawat inap adalah pelayanan

    kesehatan perorangan yang bersifat nonspesialistik dan

    dilaksanakan untuk keperluan observasi, perawatan,

    diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan medis lainnya, di

    25

    Kementerian kesehatan, Hak Pasien Rawat Inap, diakses di

    http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/peraturan/46%20PMK%20No.%2069%2

    0ttg%20Kewajiban%20RS%20dan%20Kewajiban%20Pasien.pdf. Pada 23 februari

    2020 pukul 20:19 WIB.

    http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/peraturan/46%20PMK%20No.%2069%20ttg%20Kewajiban%20RS%20dan%20Kewajiban%20Pasien.pdfhttp://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/peraturan/46%20PMK%20No.%2069%20ttg%20Kewajiban%20RS%20dan%20Kewajiban%20Pasien.pdf

  • 23

    mana peserta dan/atau anggota keluarganya dirawat inap,

    paling singkat 1 (satu) hari.26

    Dari pemaparan di atas dapat diambil pengertian

    bahwa pasien rawat inap adalah individu yang melakukan

    konsultasi masalah kesehatan langsung di rumah sakit dan

    memperoleh tindakan medis yang mengharuskan individu

    tersebut dirawat paling singkat 1 hari. Adapun pasien rawat

    inap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pasien

    Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Puith yang sedang

    melakukan perawatan minimal 5 hari, dan pasien yang

    dirawat kurang dari 5 hari tidak termasuk dalam penelitian

    ini, karena potensi untuk diberikan bimbingan lebih dari

    satu kali sangat kecil, serta pasien yang meminta bimbingan

    kepada Petugas Bimbingan Rohani.

    3. Bimbingan Rohani

    A. Pengertian Bimbingan Rohani

    Menurut KBBI yang dikutip oleh Samsul Arifin,

    bimbingan secara etimologi adalah petunjuk

    (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu, artinya

    menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain

    ke arah tujuan yang bermanfaat.27

    Sedangkan Winkel mengatakan bahwa

    bimbingan adalah cara pemberian pertolongan atau

    26

    Taufan Bramantoro, Pengantar Klasifikasi dan Akreditasi Pelayanan

    Kesehatan: Penjelasan Praktis dari Undang-Undang dan Peraturan Menteri

    Kesehatan, (Surabaya: Airlangga University Press, 2017), hlm. 7. 27

    Samsul Arifin, Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2018),

    hlm. 16.

  • 24

    bantuan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan

    secara bijak dan dalam menyesuaikan diri terhadap

    tuntutan-tuntutan hidup melalui pengembangan

    kemampuan diri.28

    Hal ini juga diungkapkan oleh Priyatno dan Anti,

    mereka mendefinisikan bahwa bimbingan adalah proses

    pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli

    kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik

    anak-anak, remaja maupun dewasa, agar yang dibimbing

    dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan

    mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu dan

    saran yang ada dan dapat dikembangkan; berdasarkan

    norma-norma yang berlaku.29

    Lebih lanjut Shertze dan Stone yang dikutip oleh

    Luddin mengatakan bahwa bimbingan sebagai suatu

    proses pemberian bantuan kepada individu yang

    dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu

    tersebut dapat paham akan dirinya dan dapat bertindak

    secara wajar, sesuai dengan tuntutan kehidupan pada

    umumnya, sehingga dia akan dapat menikmati

    kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan

    sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat

    pada umumnya.30

    28

    Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta:

    Gramedia Widiasarana, 1997), hlm. 17. 29

    Priyatno dan Erman Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,

    (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 99. 30

    Abu Bakar M. Luddin, Dasar-dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik,

  • 25

    Selaras dengan itu, DR. Rachman Natawidjaya

    berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses

    pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan

    secara berkesinambungan, supaya individu tersebut

    dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup

    mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar,

    sesuai dengan tuntutan keadaan lingkungan sekolah,

    keluarga, dan masyarakat, serta kehidupan umumnya.

    Dengan demikian, ia dapat mengecap kebahagiaan hidup

    dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi

    kehidupan masyarakat umunya. Bimbingan membantu

    individu mencapai perkembangan diri secara optimal

    sebagai makhluk sosial.31

    Dari beberapa pendapat di atas, Amin dalam

    bukunya yang berjudul Bimbingan dan Konseling Islam

    menyimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang

    diberikan secara sistematis kepada seseorang atau

    masyarakat agar mereka memperkembangkan potensi-

    potensi yang dimilikinya sendiri dalam upaya mengatasi

    berbagai permasalahan, sehingga mereka dapat

    menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung

    jawab tanpa harus bergantung kepada orang lain, dan

    bantuan itu dilakukan secara terus-menerus.32

    Dari beberapa pengertian di atas dapat

    (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), hlm. 14-15.

    31 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,

    2010), hlm.6. 32

    Ibid., hlm. 7.

  • 26

    dirumuskan bahwa bimbingan itu adalah:33

    1. Suatu proses yang berkesinambungan sesuai dengan

    dinamika yang terjadi dalam pelayanannya.

    2. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan

    yang bersifat menunjang bagi pengembangan pribadi

    bagi individu yang dibimbing.

    3. Bimbingan itu diberikan pada individu, baik

    perorangan maupun kelompok, pemecahan masalah

    dalam bimbingan dilakukan oleh kekuatan klien itu

    sendiri.

    4. Bimbingan diberikan oleh orang-orang ahli, yang

    telah memperoleh pendidikan serta latihan yang

    memadai dalam bidang bimbingan.

    5. Bimbingan dilaksanakan sesuai dengan norma/nilai

    yang berlaku dalam masyarakat.34

    Apabila definisi tentang bimbingan tersebut

    diperhatikan secara seksama, pengertian bimbingan

    tersebut mengandung unsur-unsur sebagai berikut:35

    1. Bimbingan merupakan suatu proses. Kata proses

    menunjuk pada aktivitas yang terus-menerus;

    berencana, bertahap, dan teratur atau sistematis. Dari

    kata itu juga terkandung pengertian bahwa aktivitas

    bimbingan membutuhkan waktu yang cukup

    33

    Abu Bakar M. Luddin, Dasar-dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik,

    (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), 15-16.

    35

    Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,

    2010), hlm.9-10.

  • 27

    panjang, tidak dapat dilakukan secara sporadis, atau

    sewaktu-waktu saja. Kegiatan bimbingan juga tidak

    dapat dilakukan secara sembarangan, melainkan

    membutuhkan teknik atau metode tertentu.

    2. Bimbingan mengandung makna pelayanan atau

    bantuan. Ini mengandung pengertian bahwa

    bimbingan mengakui adanya potensi pada setiap

    individu. Aktivitas individu harus dilakukan atas

    dasar kesukarelaan pihak yang dibimbing.

    3. Bantuan bimbingan diperuntukkan untuk semua

    individu yang memerlukannya.

    4. Layanan bimbingan ditujukan untuk perkembangan

    optimal seseorang sebagai individu agar ia dapat

    berkembang sebagai pribadi yang utuh, tangguh dan

    kuat secara realitas.

    5. Layanan bimbingan memperhatikan adanya

    perbedaan individu. Aktivitas bimbingan

    menggunakan teknik/metode pendekatan yang sesuai

    dengan karakteristik atau ciri khas individu yang

    dibimbing. di samping itu, layanan bimbingan juga

    disesuaikan dengan kebutuhan individu masing-

    masing yang dibimbing. Dengan demikian, layanan

    bimbingan lebih menekankan pada pendekatan yang

    bersifat individual.

    6. Kegiatan bimbingan mempunyai dua sasaran, yaitu

    sasaran jangka pendek dan sasaran jangka panjang.

    Sasaran jangka pendek dimaksudkan agar selama

  • 28

    dan setelah memperoleh bimbingan, individu dapat

    mencapai perkembangan secara optimal. Sedangkan

    sasaran jangka panjang bimbingan adalah agar

    individu yang telah mendapatkan layanan bimbingan

    dapat memperoleh kebahagiaan hidup, terutama

    berkaitan dengan kesejahteraan mental yang optimal.

    Setelah membahas panjang lebar terkait

    pengertian bimbingan, selanjutnya peneliti akan

    memaparkan tentang rohani. Rohani atau ruh adalah

    nama bagi nafsu yang dengannya mengalir

    kehidupan, gerangan mencari upaya kebaikan, dan

    upaya menghindari keburukan dari dalam diri

    manusia.36

    Ruh itulah yang disebut dalam firman

    Allah subhanahu wata‟ala.

    ْوِح ۖ ْوُح ِمْه اَْمِش َسبِّي َوَمب اُْوتِْيتُمْ َويَْسئَهُْىوََك َعِه انشُّ ِمَه اْنِعْهِم اَّلا قَهِْيًلا قُِم انشُّ

    “Dan mereka bertanya kepadamu tentang

    ruh. Katakanlah, ruh itu termasuk urusan Tuhanku

    dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan

    sedikit.”(al-Israa‟: 85)

    Serta pada ayat lain Allah subhanahu wata‟ala

    berfirman:

    ْوِحْي فَقَعُ ْيتُهُ َووَفَْخُت فِْيِه ِمْه سُّ نَهُ َسبِجذْيَه ىفَئَِرا َسىا

    “maka apabila Aku telah menyempurnakan

    kejadiannya, dan telah meniupkan ruh (ciptaan)-Ku,

    maka tunduklah kamu kepadanya dengan sujud.” (al-

    36

    Ali Abdul Halim Mahmud, at-Tarbiyyah ar-Ruuhiyyah, (Jakarta: Gema

    Insani Press), hlm. 65.

  • 29

    Hijr: 29).

    Makna rohani, sering kali dikaitkan dengan

    spiritual/spiritualitas. Kedua kata ini memiliki makna

    yang sama. Dalam Bahasa Arab dan Parsi, istilah

    yang digunakan untuk spiritualitas adalah ruhaniyyah

    (Arab), dan ma‟nawiyyah (Parsi). Istilah pertama

    diambil dari kata ruh, sedangkan istilah kedua

    diambil dari kata ma‟na, yang mengandung konotasi

    kebatinan, “yang hakiki” lawan dari “kasat mata.”

    Kedua istilah tersebut berkaitan dengan tataran

    realitas lebih tinggi dari pada yang materiil dan

    kejiwaan.37

    Karena hal tersebut, maka pada penelitian

    ini, peneliti menyamakan antara makna rohani dengan

    spiritual.

    Lebih lanjut, Imam al-Ghazali berpendapat

    bahwa roh itu mempunyai dua pengertian, yaitu roh

    jasmaniah dan roh rohaniah. Roh jamaniah yaitu zat

    halus yang berpusat di ruangan hati dan menjalar ke

    seluruh tubuh, karenanya manusia dapat bergerak

    (hidup) dan dapat merasakan berbagai perasaan serta

    dapat berpikir atau mempunyai kegiatan-kegiatan

    hidup kejiwaan. Sedangkan roh rohaniah adalah

    bagian dari yang ghaib. Dengan roh itu manusia dapat

    mengenal dirinya sendiri dan mengenal Tuhannya,

    37

    Adiwarman Azwar Karim, Spritual Management, (Bandung: PT Mizan

    Pustaka, 2009), hlm. 19.

  • 30

    serta bertanggung jawab atas segala tingkah laku.38

    Itulah pengertian bimbingan dan rohani scara

    terpisah, selanjutnya peneliti akan memaparkan

    tentang bimbingan rohani dalam satu kesatuan yang

    utuh. Sebagaimana dikemukakan oleh Musnawar

    yang dikutip oleh Arifin, Bimbingan Rohani Islam

    (Islami) adalah “proses pemberian bantuan terhadap

    individu agar mampu hidup selaras dengan

    ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat

    mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”.39

    Menurut Isep, Bimbingan Rohani Islam

    adalah proses pemberian bantuan, pemeliharaan,

    pengembangan dan pengobatan rohani dari segala

    macam gangguan dan penyakit yang mengotori

    kesucian fitrah rohani manusia agar selamat

    sejahtera dunai akhirat didasarkan kepada tuntunan

    al-Qur‟an, al-Hadits dan hasil ijtihad melalui

    metodologi penalaran dan pengembangan secara

    istinbathyi (deduktif), istiqro‟iy (induktif/riset),

    iqtibasiy (meminjam teori), dan „irfaniy

    (laduni/hidhuri).40

    Dalam pengertian lain, Bimbingan Rohani

    38

    Indah Chabibah, Skripsi Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien dalan

    Membantu Proses Kesembuhan Pasien di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat,

    (Jakarta: UIN Jakarta, 2011), hlm. 24. 39

    Samsul Arifin, Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2018),

    hlm. 17. 40

    Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah

    Sakit, (Bandung: Fokusmedia, 2017), hlm. 1.

  • 31

    Islam bagi pasien merupakan pelayanan yang

    memberikan santunan rohani kepada pasien dan

    keluarganya dalam bentuk pemberian motivasi agar

    tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan, dengan

    memberikan tuntunan do‟a, cara bersuci, shalat dan

    amalan ibadah lainnya yang dilakukan dalam

    keadaan sakit.41

    Dari beberapa pengertian di atas peneliti

    mendefinisikan Bimbingan Rohani Pasien adalah

    proses pemberian bantuan yang dilakukan

    Pembimbing Rohani kepada pasien secara terus-

    menerus atau berkelanjutan dalam rangka

    memotivasi dan memberikan semangat agar pasien

    dapat menerima sakitnya dengan ikhlas dan lapang

    dada sesuai dengan tuntunan al-Qur‟an dan al-

    Hadits. Karena bertujuan untuk memotivasi dan

    memberi semangat sesuai dengan al-Qur‟an dan al-

    Hadits maka peneliti menyamakan antara Bimbingan

    Rohani Pasien dengan Dakwah Pasien yakni

    memiliki kesamaan sumber rujukan dan tujuan.

    4. Pembimbing Rohani

    A. Pengertian Pembimbing Rohani

    Pembimbing berasal dari kata bimbing yang

    berarti menuntun, sedangkan pembimbing berarti orang

    41

    Samsul Arifin, Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2018),

    hlm. 18.

  • 32

    yang membimbing atau menuntun.42

    Dalam penelitian ini, Pembimbing Rohani adalah

    orang yang memiliki kemampuan untuk menuntun dan

    menunjukkan kepada kebenaran dengan sasaran rohani

    pasien rumah sakit.

    B. Syarat Pembimbing Rohani

    Adapun kualifikasi untuk menjadi Pembimbing

    Rohani sebagai berikut:43

    1. Personil yang telah memiliki pendidikan atau

    sertifikat pelatihan yang sesuai dengan profesinya.

    2. Personil yang memiliki kualifikasi keahlian di

    bidang pemeliharaan, pengurusan dan penjagaan

    aktivitas Rohani Islam di Rumah Sakit.

    Lebih lanjut Abdul Basit dalam bukunya yang

    berjudul Konseling Islam mengatakan bahwa ada

    tiga prasyarat untuk menjadi Pembimbing Rohani

    Islam yang profesional, yaitu:44

    1. Memiliki Pengetahuan

    Pengetahuan yang dimaksud dalam persyaratan ini

    bukan hanya menyangkut wawasan yang bersifat

    generik, tetapi juga berkenaan dengan pengetahuan

    yang sangat mendasar tentang perilaku manusia,

    ilmu kesehatan, spiritualitas, kesehatan mental dan

    etika sebagai Pembimbing Rohani.

    42

    KBBI Online Edisi V, diakses pada 8 Maret 2020. 43

    Tuti Alawiyah, Jurnal Metode Pelayanan Bimbingan Rohani Islam Rumah

    Sakit Bagi PPL Mahasiswa Jurusan BKI (Bimbingan Konseling Islam). hlm. 5. 44

    Abdul Basit, Konseling Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 194-197.

  • 33

    2. Memiliki Keahlian Praktis

    Selain pengetahuan dasar, keahlian praktis pun

    menjadi prasyarat utama bagi Pembimbing Rohani

    dalam hal fiqh maridh (fiqih sakit) dan praktik-

    praktik keagamaan yang dibutuhkan oleh pasien

    seperti cara shalat, bertayammum, berdoa, dan

    parktik ibadah lainnya.

    3. Berakhlak Mulia

    Prasyarat yang mesti dimiliki oleh seorang

    Pembimbing Rohani. Di samping itu, dengan

    kemampuan intelektual, Pembimbing Rohani Islam

    memiliki kreativitas dalam aktivitas bimbingannya

    dan dalam mempersiapkan masa depan.

    5. Dasar-dasar Pemenuhan Kebutuhan Rohani

    A. Dasar Etis dan Yuridis

    1. Kesepakatan hasil Lokakarya Nasional Keperawatan

    tahun 1983, menyebutkan bahwa keperawatan

    adalah bentuk Pelayanan professional yang

    merupakan bagian integral dari Pelayanan

    kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat

    keperawatan berbentuk Pelayanan bio-psiko-sosio-

    spiritual yang komperhensif, ditujukan kepada

    individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik

    sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses

    kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa

    bantuan diberikan karena adanya kelemahan fisik

    dan mental, keterbatasan pengetahuan serta

  • 34

    kurangnya kemauan melaksanakan kegiatan hidup

    sehari-hari secara mandiri.45

    2. Kode Etik Keperawatan Internasional tahun 2000,

    disebutkan bahwa perawat harus memberikan

    lingkungan dimana hak-hak manusia, nilai-nilai,

    adaptasi dan kepercayaan spiritual dari individu,

    keluarga, dan masyarakat tetap dihormati.46

    3. Kode Etik Keperawatan Indonesia tahun 2000,

    disebutkan bahwa perawat dalam memberikan

    perawatan senantiasa memelihara suasana

    lingkungan yang dihormati nilai-nilai budaya, adat

    istiadat dan kelangsungan hidup beragama dan

    individu, keluarga dan masyarakat.47

    4. Badan Akreditasi Rumah Sakit dan Sarana

    Kesehatan USA (JCAHO), telah menetapkan bahwa

    setiap klien harus dilakukan pengkajian terhadap

    keyakinan spiritual dan praktik-praktiknya serta

    memberikan dukungan pemenuhan kebutuhan

    spiritual.48

    5. Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI

    mengatakan dalam satu seminar di Purwokerto

    (2004) bahwa paradigma baru kesehatan menyatakan

    bahwa penyembuhan penyakit bukan hanya bersifat

    45

    Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah

    Sakit, (Bandung: Fokusmedia), hlm. 18. 46

    Ibid., hlm. 19. 47

    Ibid., hlm. 19. 48

    Ibid., hlm. 19.

  • 35

    klinis (fisik), tetapi juga dibutuhkan penyembuhan

    yang bersifat mental-spiritual sebagai pendukung.49

    6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

    Nomor 4 Tahun 2018 tentang kewajiban Rumah

    Sakit dan kewajiban pasien Pasal 17 ayat 2 tentang

    hak pasien bahwa pasien berhak menolak Pelayanan

    Bimbingan Rohani yang tidak sesuai dengan agama

    dan kepercayaan yang dianut.50

    7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36

    Tahun 2009 tentang Kesehatan Bab 1 Pasal 1 bahwa

    kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,

    mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

    setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

    ekonomis.51

    Dari ketujuh dasar Yuridis di atas, dapat disimpulkan

    bahwa tidak ada peraturan khusus secara tertulis

    yang mengatur tentang kebijakan pelaksanana

    Pelayanan Bimbingan Rohani di Rumah Sakit.

    Artinya, kebijakan pelaksanaan Bimbingan Rohani

    bagi pasien lebih berdasarkan pemahaman dan

    kesepakatan bahwa pasien tidak hanya

    49

    Abdul Basit, Konseling Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 208-209. 50

    , Peraturan Mneteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018

    tentang kewajiban Rumah Sakit dan kewajiban pasien diakses di

    https://www.persi.or.id, pada 1 Juli 2020. Pukul 20:30. 51

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang

    Kesehatan, diakses di file:///C:/Users/user/Downloads/UU_36_2009_Kesehatan.pdf,

    pada 1 Juli 2020 pukul 21:00.

    https://www.persi.or.id/file:///C:/Users/user/Downloads/UU_36_2009_Kesehatan.pdf

  • 36

    membutuhkan perawatan medis tetapi juga butuh

    perawatan rohani.

    B. Dasar Teologis

    Dasar teologis adalah tinjauan agama dalam konteks

    kajian ini adalah tinjauan dari dasar-dasar al-Qur‟an

    dan as-Hadits terkait dengan: bagaimana pandangan

    Islam tentang perawatan terhadap orang sakit?

    Orang sakit dalam Islam memiliki dua hal pokok

    yaitu hak dan kewajiban:52

    1. Hak untuk diurus (mendapat perawatan), hak ini

    secara substantif terkait dengan maqashid al

    Syar‟iy, yaitu lima tujuan pokok agama yang

    mewajibkan menjaga: (1) Nilai hidup, (2)

    Agama, (3) Akal, (4) Keturunan, (5) Harta.

    2. Wajib menjaga pelaksanaan ibadah selama sakit

    sesuai dengan batas kemampuannya selama

    masih memiliki unsur kesadaran.

    Selain itu, kegiatan Bimbingan Rohani sama seperti

    kegiatan dakwah pada umumnya, dengan dasar

    bahwa setiap manusia memiliki kewajiban untuk

    menyeru manusia pada jalan kebaikan.

    Firman Allah subhanahu wata‟ala

    ْم ببنّتِي إنَي َسبِْيِم َسبَِّك بِبْنِحْكَمِة واْنَمْىِعظَِة انَحَسىَِة َوَجبِدْنهُ اُْدُع

    52

    Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah

    Sakit, (Bandung: Fokusmedia), hlm. 20.

  • 37

    ِهَي اَْحَسُه إنا َسباَك هَُى اَْعهَُم بَِمْه َضما َعْه َسبِْيهِِه َوهَُى اْعهَُم

    بِبنُمْهتَِذْيَه

    “serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan

    hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka

    dengan cara yang baik. Sesungguhnya Dialah Tuhanmu

    yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

    jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-

    orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl (16):

    125).

    Firman Allah subhanahu wata‟ala

    ةٌ ياْذُعْىَن اِنَى انخَ بِبنَمْعُشْوِف َويْىىهَْىَن ْيِش َويأُْمُشْونَ َوْنتَُكْه ِمْىُكْم اُما

    َواُنَئَِك هُُم انُمْفهُِحْىَن َعِه اْنُمْىَكِشۚ

    “dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat

    yang menyeru kepada kebaikan, menyeru kepada yang

    ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar:‟merekalah

    orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-Imran: 104).

    Firman Allah subhanahu wata‟ala

    ا ُل ِمَه اْنقُْشاَِن َمبهَُى ِشفَبٌء َوَسْحَمةٌ نِّْهُمْؤِمىِْيَه َوََّل يَِزُد انظابنِِمْيَه اَِّلا َخَسبسا َووُىَزِّ

    “dan Kami turunkan dari al-Qur‟an itu sesuatu yang

    dapat menjadi obat penawar dan rahmat karunia bagi

    orang ynag beriman dan al-Qur‟an itu bagi orang-

    orang yang zalim hanya menambah kerugian belaka.”

    (QS al-Isra (17): 82).

  • 38

    Firman Allah subhanahu wata‟ala

    ا.....يَب ا يُّهَب اناِزْيَه اَمىُْىا قُْىا اَْوفَُسُكْم َواَْههِْيُكْم وَبسا

    “hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

    keluargamu dari api neraka….” (QS at-Tahrim (66): 6)

    Di samping ayat-ayat di atas, terdapat pula beberapa

    sabda nabi sallahu „alaihi wasallam yang menjelaskan

    bahwa penasihatan atau bimbingan merupakan

    kewajiban agama.53

    Sabda Rasulullah sallahu „alaihi wasallam

    ْيهُ انىاِصْيَحةُ...... انذِّ

    “agama adalah nasihat….” (HR. Muslim, no. 55)

    6. Tujuan Bimbingan Rohani

    Dalam merumuskan tujuan Bimbingan Rohani di rumah

    sakit terdapat tiga aspek penting yang harus terbentuk

    dalam diri pasien, yaitu: (1) pemahaman, (2) makna-

    makna, (3) sistem kepercayaan. Pemahaman yang

    dimaksud adalah pemahaman pasien terhadap masalah

    sakit dan proses perawatan yang dijalani. Pemahaman

    ini merupakan pintu bagi diri pasien untuk menemukan

    berbagia makna dibalik sakitnya, tujuannnya adalah

    bagaimana pasien memiliki pemahaman dan pemaknaan

    yang benar tentang sakit yang dihadapi. Selanjutnya

    pemahaman dan pemaknaan terhadap sakit membantu

    53

    Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,

    2010), hlm. 20.

  • 39

    pasien menemukan sistem kepercayaan dan keyakinan

    (beliefs system) yang sangat membantu proses sembuh

    pasien. Berdasarkan ketiga aspek tersebut maka, tujuan

    utama Bimbingan Rohani Pasien adalah:54

    1. Terjadinya serangkaian perubahan pemahaman pada

    diri pasien terhadap sakit yang dideritanya.

    2. Membantu pasien menemukan berbagai makna dari

    sakit dan proses perawatan yang dijalani.

    3. Membantu pasien menemukan sistem kepercayaan

    dan keyakinan yang sangat membantu dalam proses

    penyembuhan.

    4. Salah satu sumber rujukan untuk menemukan sistem

    kepercayaan dan keyakinan adalah sisi spiritualitas

    dan keagamaan yang dianut pasien.

    7. Sasaran Bimbingan Rohani

    Menurut Isep, ada tiga sasaran Bimbingan Rohani, di

    antaranya:55

    1. Rohani manusia umumnya, karena substansi hidup

    sesungguhnya adalah pemeliharaan fitrah rohani.

    Sasarannya adalah rohani manusia yang sehat

    dengan pemeliharaan dan pengembangan.

    2. Rohani manusia yang mengalami gangguan oleh

    penyakit rohani karena ketidakseimbangan atau

    gangguan pada nafsani atau sistem kejiwaan

    54

    Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,

    2010), hlm. 21-22. 55

    Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah

    Sakit, (Bandung: Fokusmedia, 2017), hlm. 2-3.

  • 40

    manusia.

    3. Rohani manusia yang secara fisik sedang mengalami

    gangguan karena penyakit terutama para pasien

    rawat inap di berbagai rumah sakit atau tempat

    perawatan dan pengobatan umumnya dengan cara

    perawatan dan pengobatan. Inilah yang disebut

    Bimbingan Rohani Pasien.

    8. Fungsi Bimbingan Rohani

    Bimbingan Rohani sebagaimana yang telah

    dijelaskan tersebut, mempunyai fungsi sebagai berikut:

    1. Fungsi Preventif atau pencegahan, yakni mencegah

    timbulnya masalah pada seseorang.

    2. Fungsi Kuratif atau korektif, yakni memecahkan

    atau menanggulangi masalah yang sedang dihadapi

    seseorang.

    3. Fungsi Preventif dan Development, yakni

    memelihara agar keadaan yang tidak baik menjadi

    baik kembali, dan mengembangkan keadaan yang

    sudah baik menjadi lebih baik.56

    9. Metode Bimbingan Rohani

    Bimbingan Rohani memiliki metode dan tehnik.

    Dimana metode diartikan sebagai cara untuk mendekati

    masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan

    sedangkan tehnik merupakan penerapan metode dalam

    praktik. Metode dan tehnik Bimbingan Rohani menurut

    56

    Tohari Musnawar, Dasar-dasar dan Konseptual Bimbingan dan Konseling

    Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1992), hlm. 5.

  • 41

    Isep Zainal yang dikuti oleh Tuti Alawiyah secara garis

    besar dapat disebutkan seperti di bawah ini:57

    1. Metode Langsung

    Metode langsung adalah metode di mana

    Pembimbing melakukan komunikasi langsung

    dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat

    diperinci secara individu dan kelompok, yaitu:

    a. Metode Individual

    Dalam hal ini Pembimbing melakukan

    komunikasi langsung secara individual dengan

    pihak yang dibimbingnya. Ini dapat dilakukan

    dengan percakapan pribadi yakni:

    1) Pembimbing melakukan dialog langsung

    tatap muka dengan pihak yang dibimbing.

    2) Kunjungan ke ruang rawat inap (visit) yakni

    pembimbing melakukan dialog dengan pihak

    yang dibimbing dilaksanakan di ruang rawat

    inap.

    3) Kunjungan dan observasi kerja yakni

    pembimbing melakukan percakapan individu

    sekaligus mengamati kondisi pasien dan

    lingkungannya.

    b. Metode Kelompok

    Dalam hal ini pembimbing melakukan

    komunikasi langsung dengan cara berkelompok:

    57

    Tuti Alawiyah, Jurnal Metode Pelayanan Bimbingan Rohani Islam Rumah

    Sakit Bagi PPL Mahasiswa Jurusan BKI (Bimbingan Konseling Islam). hlm. 6-7

  • 42

    1) Diskusi kelompok, yakni pembimbing

    melaksanakan bimbingan dengan cara

    mengadakan diskusi dengan keluarga pasien

    yang mempunyai masalah yang sama.

    2) Group teaching, yakni pemberian bimbingan

    dengan memberikan materi bimbingan

    tertentu (ceramah) kepada keluarga pasien

    yang telah disiapkan.

    2. Metode Tidak Langsung

    Metode tidak langsung adalah metode bimbingan

    yang dilakukan melalui media massa. Hal ini dapat

    dilakukan secara individual atau kelompok:

    a. Metode Individual

    1) Melalui surat menyurat

    2) Melalui telepon

    3) Melalui audio visual

    b. Metode Kelompok

    1) Melalui papan bimbingan

    2) Melalui surat kabar atau majalah

    3) Melalui brosur

    Dari metode dan tehnik Bimbingan Rohani di atas, dapat

    memberikan gambaran metode mana yang tepat digunakan

    oleh Petugas Bimbingan Rohani di rumah sakit.

    10. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani

    Menurut Husna dan Suwarsono yang dikutip

    oleh Mimit, teknis adalah sesuatu yang berkaitan dengan

    proses pelaksanaan suatu proyek secara teknis dan

  • 43

    dalam mengoperasikannya sesuai proyek tersebut

    dilaksanakan.58

    Adapun teknis pelaksanaan Bimbingan

    Rohani adalah kajian keperawatan yang didasarkan

    kepada metode ilmiah sebagaimana standar proses

    keperawatan pada umumnya, perbedaannya pada unit

    kajian yaitu hanya pada aspek rohani atau spiritual

    pasien. Pengkajian ini terfokus pada kebutuhan spiritual

    pasien yang berrsumber kepada agama dan

    keyakinannya beserta praktik ritualnya. Fokus kajian

    tersebut meliputi: (1) ibadah pokok, (2) ibadah

    tambahan, (3) bimbingan konseling dan penasehatan, (4)

    konseling pasien berkebutuhan khusus dan

    pendampingan. Sehingga pada keseluruhan tahap atau

    teknis bimbingan rohani yang akan dipaparkan berikut

    merujuk kepada masalah-maslaah yang ada pada

    keempat aspek kajian tersebut. Sebagai metode ilmiah

    untuk menyelesaikan masalah-masalah pada pasien,

    maka Bimbingan Rohani harus dilakukan secara

    sistematis. Adapun teknis pelaksanaan Bimbingan

    Rohani bagi pasien rawat inap, sebagai berikut:59

    1. Pengkajian

    Pengkajian adalah tahapan awal proses untuk

    menggali dan mendapatkan data objektif dan data

    subjektif kondisi rohani atau spiritual pasien. Yang

    58

    Mimit Primayastanto, Evapro (Evaluasi Proyek) Teori dan Aplikasi pada

    Usaha Ikan Sidat (Anguilla sp), (Malang: UB Press: 2016), hlm. 46. 59

    Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah

    Sakit, (Bandung: Fokusmedia, 2017), hlm. 47-50.

  • 44

    termasuk data objektif misalnya: (1) afek dan sikap

    seperti kondisi depresi, marah, cemas, acuh,

    kesepian, kosong dan lain-lain, (2) perilaku

    keagamaan seperti kebiasaan: berdo‟a, membaca

    kitab suci, ibadah, kecewa terhadap agama, Tuhan,

    takut mati, dan berbagai perilaku ekspressi

    kecemasan yang terkait dengan aspek kehidupan

    keagamaan, (3) verbalisasi seperti segala ungkapan

    pembicaraan yang keluar dari mulut pasien yang

    menyangkut aspek agama dan spiritual seperti

    bertanya tentang Tuhan, akhirat, dosa,

    membicarakan soal ibadah, amal baik, amal buruk

    dan lain-lain, (4) hubungan interpersonal, misalnya

    bagaimana respon pasien terhadap perawat,

    pengobatan, para pengunjung, pemuka agama dan

    lain-lain, (5) lingkungan, yang termasuk aspek ini

    misalnya pasien memiliki atau tidak membawa alat

    ibadah, kitab suci dan lain-lain.

    Data subjektif adalah data-data yang bersifat

    abstrak seperti (1) konsep tentang Tuhan, (2) sumber

    harapan dan kekuatan pasien, (3) praktik agama dan

    ritual keagamaan, (4) hubungan antara keyakinan

    spiritual dengan kesehatan, (5) pandangan pasien

    mengenai makna sakit dan penyakit, (6) sikap dan

    keyakinan pasien mengenai agama dan kehidupan

    spiritual.

    2. Diagnosis atau Identifikasi Masalah

  • 45

    Yaitu tahap lanjutan jika dari tahap pengkajian

    terdapat masalah rohani yang memerlukan intervensi

    Bimbingan Rohani. Yang harus diperhatikan

    intervensi terhadap pasien ada dua sisi: pertama

    intervensi terhadap fisik pasien hal ini dapat

    dilakukan dengan berbagai pendekatan fisik terhadap

    pasien. Kedua, intervensi terhadap psikis atau

    kejiwaan pasien, hal ini dilakukan dengan berbagai

    pendekatan psikologis termasuk pendekatan rohani

    atau spiritual. Pendekatan rohani termasuk ke dalam

    pendekatan psikologis karena sasarannya adalah

    kejiwaan pasien.

    3. Perencanaan

    Yaitu tahapan menyusun rencana bagaimana

    melakukan intervensi dengan tujuannya. Untuk

    pasien dengan distress spiritual bagaimana intervensi

    difokuskan pada upaya menciptakan lingkungan

    yang mendukung praktik keagamaan yang biasanya

    dilakukan pasien. Tujuannya ditetapkan secara

    individual dengan mempertimbangkan riwayat

    spiritual pasien.

    4. Implementasi

    Tahap ini adalah bagaimana tahap menerapkan

    rencana intervensi dengan melakukan prinsi-prinsip

    kegiatan Bimbingan Rohani sebagai berikut:

    a. Periksa keyakinan spiritual pribadi Pembimbing

    rohani.

  • 46

    b. Fokuskan perhatian pada persepsi pasien

    terhadap kebutuhan spiritualnya.

    c. Asumsikan pasien mempunyai kebutuhan

    spiritual.

    d. Memahami pesan non verbal kebutuhan spiritual

    pasien.

    e. Dan lain-lain.

    5. Evaluasi

    Adalah tahapan untuk mengukur apakah pasien

    telah mencapai hasil yang ditetapkan pada fase

    perencanaan, sumber evaluasi adalah data-data yang

    telah terkumpul terkait dengan pencapaian tujuan

    Bimbingan Rohani. Contoh tujuan Bimbingan

    Rohani tercapai secara umum misalnya pasien:

    a. Dapat beristirahat dengan tenang.

    b. Menunjukkan sikap penerimaan.

    c. Mengekspersikan damai dengan Tuhan.

    d. Melakuakn aktifitas dan ritual keagamaan.

    e. Terbuka terhadap Pembimbing rohani

    f. Afek positif seperti tidak marah, ansietas

    berkurang, bebas rasa bersalah.

    g. Dan lain-lain.

    11. Aspek Kajian Bimbingan Rohani

    Terdapat empat aspek kajian dalam Bimbingan Rohani,

    di antaranya:60

    60

    Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah

    Sakit, (Bandung: Fokusmedia, 2017), hlm. 50-55.

  • 47

    1. Aspek Ibadah Pokok

    Secara bahasa ibadah dapat berarti mengabdi,

    menyembah, tata, tunduk, merendah diri atau

    mengahambakan diri. Secara istilah ibadah adalah

    melaksanakan segala perintah dan ketentuan Allah

    baik yang wajib maupun yang disunnahkan sesuai

    dengan perintah al-Qur‟an dan al-Hadits.

    Ibadah yang rutin memiliki manfaat positif bagi

    fisik dan kejiwaan manusia sedangkan ibadah yang

    tidak rutin atau rendah memiliki dampak negatif bagi

    fisik dan kejiwaan di antaranya mudah stres dan

    tidak memiliki ketahanan mental spiritual yang kuat.

    Sebaliknya ibadah yang rutin dan kuat dapat

    memberikan ketahanan terhadap jiwa manusia dan

    dapat membantu proses penyembuhan.

    Ada pun bimbingan ibadah pokok bagi pasien

    yakni bimbingan shalat, yang dimulai dari

    bimbingan thaharah yang meliputi (1) bimbingan

    istinja, yakni menghilangkan najis bagi pasien. (2)

    bimbingan berwudhu, (3) bimbingan tayamum bagi

    pasien yang tidak dapat menggunakan air karena

    berbagai alasan medis, (4) bimbingan pelaksanaan

    shalat wajib.

    2. Aspek Ibadah Tambahan

    Ibadah tambahan adalah ibadah selain ibadah

    pokok yang dapat dilaksanakan oleh pasien selama

    ia berada di rumah sakit. Jenis ibadah tambahan

  • 48

    yang dapat dilakukan oleh pasien sesuai dengan

    kemampuan pasien yaitu: (1) doa dan dzikir, (2)

    tilawah atau membaca al-Qur‟an, (3) shalat sunnah,

    (4) Shaum sunnah, (5) Bibliotherapy, yakni dengan

    membacakan kisah-kisah atau cerita tertentu dengan

    tujuan dapat menyembuhkan pasien.

    3. Bimbingan Konseling, Konsultasi dan Penasehatan

    Salah satu kebutuhan rohani atau spiritual pasien

    di rumah sakit adalah pemberian nasihat.

    Penasihatan ini sebenarnya bersifat umum dapat

    dilakukan saat kunjungan Pembimbing rohani secara

    rutin kepada pasien. Bentuknya dapat bersifat

    obrolan non formal, sapaan, sharing, menampung

    berbagai keluhan dan pertanyaan pasien mengenai

    sakit yang terkait dengan persoalan keagamaan, atau

    bahkan dapat dilakukan dalam bentuk formal seperti

    ceramah baik dalam bentuk kelompok kecil maupun

    secara individual. Secara umum terdapat beberapa

    kebutuhan rohani yang dapat diberikan dalam

    Pelayanan penasehatan seperti:

    a. Kebutuhan untuk mendapat penjelasan mengenai

    berbagai hal terkait dengan masalah agama

    selama sakit.

    b. Kebutuhan mendapat jawaban mengenai masalah

    psikologi yang dihadapi.

    c. Butuh mendapat kepastian dan pegangan selama

    sakit.

  • 49

    d. Butuh menemukan solusi kesembuhan yang

    tidak bertentangan dengan agama.

    e. Butuh tempat „curhat‟ dan berbagi dari berbagai

    beban psikologis yang dihadapi.

    4. Konseling untuk Pasien Berkebutuhann Khusus dan

    Pendampingan

    Yang dimaksud pasien berkebutuhan khusus

    adalah pasien yang tidak hanya membutuhkan

    bimbingan pelaksanaan ibadah, tetapi pasien yang

    memiliki masalah psikologis, keagamaan dan

    kompleksitas berbagai persoalan sehingga

    membutuhkan penanganan dan Pelayanan khusus

    dan intensif. Beberapa persoalan pasien khusus

    dalam ranah spiritual yaitu: phobia spiritual, hampa

    spiritual, menolak hal-hal spiritual dan agama,

    trauma spiritual dan agama, hopeless (hilang harapan

    sembuh), konflik spiritual dan agama, berpindah

    keyakinan dan agama.

    B. Kerangka Berpikir

    Berawal dari asumsi peneliti bahwa Pelayanan Bimbingan

    Rohani bagi pasien rawat inap merupakan pelayanan penunjang

    bagi pasien, karenanya pemberian bimbingan bagi pasien rawat

    inap adalah kewajiban rumah sakit. Artinya, pasien tidak hanya

    membutuhkan pelayanan medis namun juga pelayanan non medis

    seperti Bimbingan Rohani. Lebih lanjut peneliti berasumsi bahwa

    Pelayanan Bimbingan Rohani ini efektif dan tepat guna jika

  • 50

    pelaksanaanya sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan oleh

    pemerintah sampai pada akhirnya pasien mampu menerima

    sakitnya dengan sabar dan ikhlas.

    Lebih lanjut peneliti melakukan observasi dan wawancara

    kepada salah seorang Pembimbing Rohani Rumah Sakit Islam

    Jakarta Cempaka Putih dan didapat fakta bahwa Pelayanan

    Bimbingan Rohani bagi pasien sangat penting diberikan karena

    pasien menjadi lebih siap dalam menjalani pengobatan medis juga

    menumbuhkan semangat untuk sembuh. Namun demikian,

    pemberian Bimbingan Rohani bagi pasien rawat ini ternyata tidak

    ada aturan baku dari pemerintah. Sehingga kebijakan Pelayanan

    Bimbingan Rohani diserahkan penuh kepada Rumah Sakit yang

    bersangkutan dengan tetap memerhatikan dan mengikuti Standar

    Operasional yang berlaku di Rumah Sakit tersebut.

    Sehingga fokus pada penelitian ini adalah bagaimana kebijakan

    Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap di RSIJ

    Cempaka Putih dengan didukung teori bimbingan milik Samsul

    Munir Amin, bahwa bimbingan adalah proses sistematis yang

    berlangsung terus menerus. Pada metode bimbingan, peneliti

    menggunakan teori milik Tuti Alawiyah, bahwa terdapat dua

    metode yakni langsung dan tidak langsung. Kemudian, pada teori

    materi bimbingan dan teknis pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi

    pasien, peneliti memakai teori Isep Zainal Arifin.

    Diringkas dalam bentuk bagan sebagai berikut:

  • 51

    QS. Ali Imran : 104 dan UU RI No. 36

    Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1

    Pemahaman dan kesepakatan

    bahwa pasien membutuhkan

    Bimbingan Rohani

    Bimbingan rohani sebagai proses pemberian santunan rohani dalam rangka memotivasi dan memberikan semangat bagi

    pasien agar menerima sakit dengan lapang sesuai dengan

    tuntunan al-Quran dan al-Hadits

    Pengadaan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat

    inap dengan keadaan rohani yang secara fisik sedang

    mengalami gangguan karena penyakit dengan masa perawatan

    minimal 5 hari dan pasien meminta Pelayanan Bimbingan

    Rohani.

    Tahapan pelaksanaan

    Bimbingan Rohani:

    - Pengkajian

    - Identifikasi masalah

    - Perencanaan

    - Implementasi

    - Evaluasi

  • 52

    BAB III

    GAMBARAN UMUM

    LATAR PENELITIAN

    A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)

    Cempaka Putih61

    Gagasan didirikannya Rumah Sakit Islam Jakarta

    bermula dari kepedulian organisasi Muhammadiyah akan

    kebutuhan Pelayanan Rumah Sakit yang bernafaskan Islam.

    Hal demikian juga disampaikan oleh Dr. H. Kusnadi sebagai

    salah satu tokoh Muhammadiyah yang tergugah dan mulai

    memikirkan perlu adanya rumah sakit yang Pelayanannya

    bersifat Islami.

    Setelah melalui berbagai pertimbangan dan usul-usul

    tentang pendirian rumah sakit serta ketentuan perundang-

    undangan yang berlaku, maka tanggal 18 April 1967

    berdasarkan akte nomor 36 tahun 1967, berdirilah yayasan

    Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) yang diketuai langsung

    oleh Dr. Kusnadi.

    Berselang empat tahun dari pendirian yayasan RSIJ,

    pada tahun 1971, tepatnya pada tanggal 23 Juni 1971,

    Rumah Sakit Islam Jakarta berdiri dengan kokoh yang

    diresmikan oleh Presiden Soeharto.

    Tahun 1972 – 1982 dapat dikatakan sebagai masa

    pengembangan rumah sakit, mulai dari semakin banyaknya

    61

    Rumah Sakit Islam Jakarta, Sejarah RSIJ, diakses di

    http://www.rsi.co.id/tentang-kami/sejarah, pada 27 Februari 2020.

    QS. Ali Imran : 104 dan UU RI No. 36

    Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1

    Pemahaman dan kesepakatan bahwa

    pasien membutuhka