BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu ...

17
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu Kedokteran Barat 1. Pengertian Insomnia adalah gangguan tidur dan sulit untuk tertidur atau tetap tertidur meskipun ada kesempatan. Gejala tersebut biasanya disertai disfungsi pada siang hari saat bangun tidur dan melakukan aktivitas (Nurdin, 2018). Insomnia bisa menjadi masalah serius dalam perawatan kesehatan primer. Faktor psikososial diduga berkaitan dengan beratnya insomnia, seperti efikasi diri, tingkat kesehatan, depresi, dan kebiasaan yang salah tentang tidur (Permana, 2013). Insomnia merupakan keluhan kesulitan yang berlanjut untuk memulai tidur, mempertahankan tidur dan bangun lebih awal. Insomnia dapat terjadi pada kalangan manapun dengan berbagai masalah penurunan fungsional dan kejiwaan pada seseorang (Sateia et al , 2017). 2. Klasifikasi Ghaddafi (2013) melaporkan klasifikasi insomnia dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu insomnia primer dan insomnia sekunder. Insomnia primer adalah insomnia yang terjadi tanpa disertai penyakit lain, sedangkan insomnia sekunder adalah tipe insomnia yang terjadi diakibatkan oleh penyakit lain. Insomnia primer merupakan kategori dimana terjadi gangguan tidur sebagai efek tidak langsung dari masalah kesehatan yang ada dan lebih terkait pada psikologis dan mental penderita, sedangkan insomnia sekunder merupakan kategori dimana terjadi karena hal lain, misalnya kondisi kesehatan tubuh yang kurang baik atau menderita penyakit tertentu seperti asma, depresi, kanker, artritis, dan lain sebagainya, jenis pengobatan yang dijalani,

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu ...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu ...

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Insomnia berdasarkan Ilmu Kedokteran Barat

1. Pengertian

Insomnia adalah gangguan tidur dan sulit untuk tertidur atau tetap

tertidur meskipun ada kesempatan. Gejala tersebut biasanya disertai

disfungsi pada siang hari saat bangun tidur dan melakukan aktivitas

(Nurdin, 2018). Insomnia bisa menjadi masalah serius dalam

perawatan kesehatan primer. Faktor psikososial diduga berkaitan

dengan beratnya insomnia, seperti efikasi diri, tingkat kesehatan,

depresi, dan kebiasaan yang salah tentang tidur (Permana, 2013).

Insomnia merupakan keluhan kesulitan yang berlanjut untuk

memulai tidur, mempertahankan tidur dan bangun lebih awal.

Insomnia dapat terjadi pada kalangan manapun dengan berbagai

masalah penurunan fungsional dan kejiwaan pada seseorang (Sateia et

al, 2017).

2. Klasifikasi

Ghaddafi (2013) melaporkan klasifikasi insomnia dapat

dikategorikan menjadi dua, yaitu insomnia primer dan insomnia

sekunder. Insomnia primer adalah insomnia yang terjadi tanpa disertai

penyakit lain, sedangkan insomnia sekunder adalah tipe insomnia yang

terjadi diakibatkan oleh penyakit lain. Insomnia primer merupakan

kategori dimana terjadi gangguan tidur sebagai efek tidak langsung

dari masalah kesehatan yang ada dan lebih terkait pada psikologis dan

mental penderita, sedangkan insomnia sekunder merupakan kategori

dimana terjadi karena hal lain, misalnya kondisi kesehatan tubuh yang

kurang baik atau menderita penyakit tertentu seperti asma, depresi,

kanker, artritis, dan lain sebagainya, jenis pengobatan yang dijalani,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu ...

9

atau pengaruh obat-obatan dan zat kimia tertentu misalnya alkohol (Ali

et al, 2015).

3. Etiologi

Kaplan (2010) melaporkan beberapa penyebab yang mendukung

terjadinya insomnia, antara lain :

a. Wanita. Perempuan cenderung mudah mengalami insomnia karena

adanya suatu perubahan hormon selama siklus menstruasi dan

menopause.

b. Memiliki gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan,

gangguan bipolar, dan post-traumatic stress disorder.

c. Stres. Stres dapat menyebabkan insomnia sementara.

d. Kecemasan dan depresi yang disebabkan ketidakseimbangan kimia

dalam otak.

e. Obat-obatan. Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur

seseorang.

f. Kondisi Medis. Untuk seseorang yang memiliki gejala nyeri kronis,

kesulitan bernapas dan mengalami enuresis, kemungkinan mereka

terkena insomnia jauh lebih besar dibandingkan penyakit dengan

tanpa gejala tersebut.

g. Perubahan lingkungan. Kelelahan akibat perjalanan jauh dapat

menyebabkan terganggunya irama sirkadian tubuh, sehingga tubuh

sulit untuk tidur.

h. Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola merupakan minuman

yang mengandung kafein yaitu stimulan yang terkenal. Nikotin

adalah stimulan yang dapat menyebabkan insomnia, dan alkohol

adalah obat penenang yang dapat membantu orang tertidur tetapi

terbangun saat larut malam.

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala insomnia umumnya terjadi seperti kesulitan saat

memulai tidur, sulit mengatur waktu tidur, bangun tidur terlalu awal,

dan kualitas tidur yang kurang baik (Horsley et al, 2016). Putri &

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu ...

10

Heppy (2014) melaporkan tanda dan gejalanya yang lain, yaitu

kesulitan dalam tidur, tidur tidak nyenyak, mudah merasa lelah, tidak

merasa segar setelah bangun, mengantuk pada siang hari, emosional,

sulit berkonsentrasi disertai kecemasan, dan dapat disertai ganguan lain

seperti berjalan waktu tidur dan anuresis.

5. Patofisiologi

Patofisiologi insomnia merupakan keadaan umum hyperarousal

yang mencakup perubahan peningkatan kadar katekolamin,

peningkatan laju metabolisme basal, suhu tubuh yang meningkat,

peningkatan tingkat suku Sistem Saraf Pusat (SSP) metabolisme dan

aktivias electrocephalogragh tinggi (Fetveit et al, 2008). Insomnia

terhubung dengan hipotesis peningkatan arousal. Arousal terkait

dengan struktur pemicu kesiagaan pada ascending reticular activating

system (ARAS), hipotalamus, basal forebrain yang berhubungan

dengan pusat pemicu tidur pada otak di anterior hipotalamus dan

thalamus. Hyperarousal adalah suatu keadaan yang ditandai dengan

tingginya tingkat kesiagaan yang merupakan respon terhadap situasi

spesifik seperti lingkungan tidur (May & Buysse, 2018).

Kondisi stres dapat pula mempengaruhi kinerja raphe nukleus

yang memiliki dampak pada hipothalamus tepatnya di SCN (Supra

Chiasmatic Nucleus). Sehingga akan meningkatkan aktivitas pada SCN

dan menyebabkan terganggunya proses tidur. Stres juga dapat

merangsang kelenjar pineal untuk mengeluarkan hormon melatonin

yang diperlukan dalam proses tidur (Wulandari et al, 2017).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu ...

11

6. Bagan Alir Insomnia

7. Diagnosa

Diagnosis insomnia bisa dilakukan melalui anamnesa, dan

pemeriksaan tambahan seperti sleep wake diaries, aktigrapi, dan

polisomnograpi. Melalui anamnesis yang lengkap, diagnosis insomnia

dapat ditegakkan. Beberapa informasi yang mendalam harus

didapatkan, seperti keluhan yang diperlukan untuk menegakkan

diagnosis, misalnya keluhan tentang insomnia yang berhubungan

dengan saat mulai tidur atau tertidur, bangun terlalu pagi, dan

gangguan saat sulit tidur (Buysse, 2013).

Mai dan Bussye (2008) melaporkan gangguan memulai tidur

berhubungan dengan restless leg syndrome sedangkan gangguan

bangun terlalu pagi berhubungan dengan gangguan depresi. Onset,

frekuensi, penyakit penyerta, faktor yang memperberat dan

memperingan juga dapat membantu dalam menegakkan diagnosis pada

insomnia. Insomnia tanpa diikuti penyerta menandakan insomnia

Hyperarousal Serotonin

Stressor dan Emosi

Nikotin dan Kafein

Otak

(Neurotransmitter)

Insomnia

Bagan 2.1. Pathway Insomnia (Tresnaningsih & Srilestari

2010; Mai dan Buysse, 2008; Permana, 2013)

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu ...

12

primer yang kronik, sedangkan insomnia yang disertai penyakit

penyerta menandakan insomnia sekunder.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan insomnia secara farmakologis adalah dengan

mengonsumsi obat penenang dan obat hipnotik, seperti benzodiazepin.

Obat-obatan yang biasa digunakan untuk penderita insomnia, yaitu:

Benzodiazepin Reseptor Agonis (BzRA), Trazodone, Trisiklik

antidepressan (TCAs), Antihistamin, Antikonvulsan, Antipsikotik, dan

melatonin. Sampai saat ini pengunaan farmakologi sebagai terapi

pilihan, namun memiliki efek merugikan yang dapat dirasakan oleh

pasien. Efek samping yang dilaporkan oleh pengunaan terapi

farmakologi antara lain, penyalahan obat sedasi, rebound insomnia,

hipotensi ortostatik, nafsu makan menurun, kostipasi, kerusakan

neurologis yang serius hingga disfungsi seksual (Pujiati & Febita,

2019; Tresnaningsihet al, 2010).

Pujiati & Febita (2019) melaporkan bahwa terapi farmakologi

memiliki efek yang cepat, namun jika digunakan dalam jangka waktu

yang lama dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi kesehatan

dan menurunkan imunitas ODHA. Terapi non-farmakologi meliputi

terapi kontrol stimulasi, terapi pencatatan waktu tidur, dan terapi

pembatasan tidur. Terapi tidur dan komplementer termasuk pengobatan

herbal, teknik relaksasi (yoga, meditasi, progresif, bekam), pijat

refleksi, terapi medan magnet, serta bekam dan akupunktur.

B. Insomnia berdasarkan Ilmu Kedokteran Timur

1. Definisi

Di dalam ilmu Traditional Chinese Medicine (TCM), insomnia biasa

disebut dengan "Bu Mei" atau "Bu Ming" yang berarti adanya

gangguan tidak bisa mempertahankan tidur ataupun tidak cukupnya

dalam tidur yang biasa ditandai dengan sulit dalam memulai tidur,

ketidakseimbangan Yin dan Yang yang menyebabkan tidur terganggu

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu ...

13

dengan mimpi, bangun terlalu cepat, atau juga sulit dalam tidur

kembali setelah terbangun, dan bahkan bisa tidak tertidur sepanjang

malam. Pengertian lain mengatakan, insomnia yang disebut Shi Mian

dalam bahasa Cina, disebabkan oleh gangguan pada jantung, limpa,

hati, ginjal, dan defisiensi Yin, ketidakharmonisan antara hiperaktif

Yang dan tidak cukupnya YinYang (Liu, 2000; Zheng, 2000).

2. Etiologi dan Patogenesis

Sim (2008) dan Maciocia (2011) melaporkan penyebab dan

mekanisme terjadinya insomnia, antara lain:

a. Tujuh emosi abnormal

Emosi yang berlebihan dapat menyebabkan insomnia,

misalnya terlalu gembira dapat mengurusan Xin Qi (Qi dalam

Xin/jantung), hinga Shen/jiwa menjadi tidak tenang, dan terjadi

insomnia; Marah yang berlebihan dapat mengganggu Gan/hati,

hingga GanQi berjalan tidak pada arahnya, dan hal tersebut dapat

menyebabkan GanHuo (api Gan/hati) membara, kemudian

mengacaukan Shen/jiwa dalam Xin/jantung, dan terjadi insomnia;

terlalu banyak berpikir atau merenung dapat menguras Pi Qi (Qi

dalam Pi/limpa, dan hal tersebut menyebabkan Pi/limpa tidak dapat

menjalankan fungsi transportasi dan transformasi dengan

sempurna, hingga Shen/jiwa tidak mendapat pasokan nutrisi yang

baik, maka terjadi insomnia; sedih dan khawatir menguras Fei Qi

(Qi dalam Fei/paru), dan menyebabkan Po (suatu aktivitas

kejiwaan yang dikuasai paru) terganggu, sehingga terjadi insomnia;

kaget dan takut yang berlebihan menguras ShenJing (Jing dalam

Shen/ginjal). Sesuai dengan teori Yin Yang, Shen Jing tidak cukup

menyebabkan api dalam Xin/jantung membara, hingga

menyebabkan insomnia.

b. Diet yang tidak tepat

Makan berlebihan atau makan terlalu banyak makanan

berminyak dan panas dapat menyebabkan retensi makanan di

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu ...

14

jiaotengah. Pola makan yang tidak tepat akan merusak fungsi

Pi/limpa dan Wei/lambung, hal tersebut menyebabkan transportasi

dan transformasi Jing makanan dan minuman terganggu, dan

mekanisme turun naiknya Qi menjadi kacau, hingga mengacau

Shen/jiwa dan menyebabkan insomnia.

c. Hubungan seks berlebihan

Aktivitas seksual yang berlebihan biasanya disebabkan oleh

pria daripada wanita. Karena hubungan yang berlebihan dapat

menguras Shen/ginjal. Demikian juga kekurangan Jing dalam

Shen/ginjal karena pembawaan dapat menyebabkan Yin dalam

Shen/ginjal tidak dapat menunjang Yin dalam Xin/jantung, hingga

XinYin menjadi kurang. Kekurangan XinYin menyebabkan XinHuo

membara dan mengacaukan Shen/jiwa dan terjadi insomnia.

d. Terlalu lelah atau pasca penyakit berat

Terlalu lelah atau pasca penyakit berat akan menguras Qi dan

Xue/darah hingga menjadikan tubuh kekurangan Qi dan Xue/darah.

Hal tersebut menyebabkan Shen/jiwa tidak mendapatkan pasokan

nutrisi yang diperlukan, hingga terjadi insomnia.

3. Deferensiasi Sindrom

Gongwang (2000) dan Yin & Liu (2000) melaporkan insomnnia

dibagi dalam beberapa sindrom berikut penalataksanaan terapi dan

prinsip terapi akupunktur, yaitu:

a. Hiperaktivitas Api Hati

Pada sindrom hiperaktivitas api hati manifestasinya adalah

insomnia, iritabilitas, nafsu makan menurun, mudah haus, mata

merah, rasa pahit di mulut, urin gelap, konstipasi, otot lidah merah

dengan selaput lidah kuning, nadi tegang dan cepat. Prinsip terapi

untuk menenangkan api hati, menenangkan pikiran pada penusukan

titik Xingjian (LV 2), Taichong (LV 3), Fengchi (GB 20),

Sanyinjiao (SP 6), Ganshu (BL 18), Shenting (DU 24).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu ...

15

b. Kelembapan flegma internal

Tidur tenganggu mimpi, sering bangun, distensi

hypochondriac, mual, muntah, produksi dahak kuning atau putih

yang banyak, nafsu makan yang buruk, selaput lidah putih,

berminyak, dan nadi licin. Prinsip terapi untuk transformasi

phlegma, keharmonisan Jiao tengah penusukan pada titik

Yanglinguan (GB 34), Sanyinjiao (SP 6), Fenglong (ST 40),

Zhongwan (REN 12), Sishenchong (EX HN 1).

c. Hiperaktivitas Api oleh karena Defisiensi Yin

Defisiensi Yin Pada sindrom hiperaktivitas api karena

defisiensi yin manifestasinya adalah insomnia, kelelahan, rasa deg-

degan, pusing, tinnitus, ingatan buruk, nyeri dan kelamahan pada

area lumbal dan lutut, rasa panas ditelapak kaki, tangan, dan dada,

otot lidah merah, nadi benang dan cepat. Prinsip terapi untuk

meningkatkan Yin, membersihkan panas, menyehatkan hati dan

menenangkan pikiran pada penusukan titik Zhaohai (KI 6), Xinshu

(BL 15), Shenshu (BL 23), Shenmen (HT 7), Taichong (LR 3).

d. Defisiensi Jantung dan Limpa

Pada sindrom defisiensi jantung dan limpa manifestasinya

adalah insomnia, tidur terganggu mimpi, palpitasi, sering bangun,

berdebardebar, memori yang buruk, kelelahan mental, nafsu makan

yang buruk, selaput lidah pucat, nadi tipis. Karena kegagalan Qi

dan darah untuk menyehatkan pikiran hati. Prinsip terapi untuk

meningkatkan jantung dan limpa pada penusukan titik Shenmen

(HT 7), Zusanli (ST 36), Sanyinjiao (SP 6), Qihai (REN 6), Pishu

(BL 20), Xinshu (BL 15), Yinglinguan (SP 9).

e. Defisisensi Qi Hati dan Kandung Empedu

Manifestasi yang muncul adalah tidur tenganggu mimpi, sering

terbangun, marah, lidah pucat dan denyut nadi kurus. Karena

pikiran gelisah karena kekurangan Qi hati dan kandung empedu.

Prinsip terapi untuk melancarkan Qi hati dan menenangkan pikiran.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu ...

16

Penusukan pada titik Xinshu (BL 15), Danshu (BL 19), Neiguan

(PC 6), Shenmen (HT 7), Zusanli (ST 36), Guanyuan (REN 4),

Yanglinguan (GB 34).

f. Disharmoni Jantung dan Ginjal

Manifestasinya yaitu sulit tidur bahkan sampai semalam

suntuk, pusing, tinnitus, demam, sensasi panas di telapak tangan

dan kaki, nyeri pinggang dan lutut, dan daya ingat berkurang. Otot

lidah merah dengan selaput putih tipis, nadinya benang dan cepat.

Prinsip terapi untuk menguatkan ginjal, membersihkan jantung,

mengharmonisasikan jantung dan ginjal, dan menenangkan pikiran.

Penusukan pada titik Shenting (DU 24), Benshen (GB 13),

Sishencong (EX HN 1), Shenmen (HT 7), Zhaohai (KI 6), Xinshu

(BL 15), Shenshu (BL 23).

4. Mekanisme Kerja Akupunktur terhadap Insomnia

Mekanisme kerja akupunktur pada insomnia lebih banyak terjadi

pada jalur hipothalamus dimana penusukan pada titik-titik akupuktur

dapat mengeluarkan hormon serotonin, merangsang hipofisis anterior,

dapat melepaskan endorfin serta enkefalin yang dapat memberi efek

sedasi (Tresnaningsih et al, 2010). Penjelasan tentang obat modern

bahwa akupunktur dapat meningkatkan keseimbangan

neutrotransmitter di sistem saraf pusat. Misalnya, akupunktur

meningkatkan Gamma-aminobutyric acid (GABA) dan serotonin di

otak dan dengan demikian meningkatkan kualitas tidur. Peningkatan

mungkin juga karena sistem endokrin, misalnya kenaikan nokturnal

sekresi melatonin endogen (Jiao et al, 2015).

Akupunktur dapat meningkatkan kualitas tidur dan menangani

gejala-gejala pada insomnia. Terapi akupunktur pada penelitian

digunakan untuk memodulasi aktivitas sistem saraf simpatis dan sistem

saraf parasimpatis yang merupakan bagian dari sistem saraf otonom

(Huang et al, 2011).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu ...

17

5. Pemilihan Titik Akupunktur

Metode pengobatan nonfarmakologis berdasarkan obat

komplementer salah satunya menggunakan akupunktur. Selama

beberapa tahun terakhir sampai batas tertentu minat terapi akupunktur

telah meningkat dan diperkenalkan dalam sistem perawatan kesehatan

biasa. Akupunktur telah digunakan untuk mengobati gangguan

insomnia (Bergdahl et al, 2016).

Titik-titik akupunktur yang digunakan dalam penelitian ini, antara

lain:

a. Titik Baihui (GV 20)

Lokasi terletak pada tujuh cun dari batas rambut posterior/5 cun

dari batas rambut anterior/1,5 cun kranial Houding (GV 19). Titik

di mana garis sagital medial memotong garis yang menghubungkan

kedua ujung kranial daun telinga. Berfungsi untuk sakit kepala,

vertigo, tinnitus, opstruksi hidung, aphasia karena apopleksia,

koma, gangguan jiwa, prolapsus rectum dan uterus (Saputra, 2017).

Gambar 2.1 Titik Akupunktur GV 20 (Baihui)(WHO, 2007)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu ...

18

b. Titik Shenting (GV 24)

Lokasi terletak pada setengah cun dorsal batas ventral rambut,

pada garis sagitalis medialis. Titik pertemuan meridian Du,

kandung kemih dan lambung. Berfungsi untuk epilepsi,

palpitasi, kegelisahan, insomnia (Saputra, 2017).

Gambar 2.2 Titik Akupunktur GV 24 (Shenting) (WHO, 2007)

C. Bunga Telang (Clitoria ternatea)

1. Sejarah dan Asal Tanaman

Salah satu tanaman budidaya yang dapat dibudidayakan sebagai

tanaman hias dan obat adalah bunga telang (Clitoria ternatea). Bunga

telang (Clitoria ternatea) sudah lama dimanfaatkan sebagai obat

tradisional untuk penyembuhan berbagai penyakit sehingga dijadikan

salah satu tanaman obat keluarga (TOGA). Bagian Clitoria ternatea

yang paling umum digunakan adalah bunga dan daun (Rokhman,

2007). Purba (2020) melaporkan bahwa beberapa dokumen etnobotani

mencatat penggunaan Clitoria ternatea, antara lain masyarakat

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu ...

19

Kapuas, Kalimantan Barat yang menjadikan bunga telang sebagai

obat, hias dan juga adat. Pada masyarakat Gianyar, Bali, mereka

menggunakan bunga telat untuk upacara adat, obat dan hias,

sedangkan masyarakat di Sulawesi Tengah memanfaatkan bunga dan

akar Clitoria ternatea sebagai tanaman obat.

2. Komposisi Kimia Bunga Telang

Kandungan tannin, protein, alkaloid, flobatanin, saponin,

triterpenoid, karbohidrat, fenolmfavanoid, flavanol glikosida,

stigmasit 4-ena-3, 6 dion, antrakuinon, antisianin, minyak volatile dan

steroid merupakan bentuk komponen fitokimia dari bunga telang

(Clitoria ternatea). Bunga telang mempunyai potensi farmakologis

yang luas, dimana dapat digunakan sebagai antioksidan, antiparasit

dan antisida, antidiabetes, antikanker, antibakteri, anti inflamasi dan

analgesik, antihistamin, immunomodulator, dan potensi ikut berperan

dalam susunan syaraf pusat (Budiasih, 2017).

Gambar 2.3 Bunga Telang (Purba, 2020).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu ...

20

3. Kemanfaatan Tanaman Bunga Telang

Dalam pengobatan, ekstrak dari bunga telang (Clitoria ternatea)

dikenal sebagai "Medhya drugs" bersama dengan ekstrak tumbuhan

lain yang dirancang untuk memperbaiki kemampuan mental. Clitoria

ternatea memiliki tipe batang herbaceous yang berbentuk bulat pada

permukaannya dan terdapat rambut-rambut kecil. Perakaran terdiri

dari akar tunggang dengan beberapa cabang dan banyak akar lateral.

Memiliki akar horizontal tebal, yang dapat tumbuh hingga lebih dari 2

m. Bunga telang berwarna biru tua ke biru, ungu muda atau kadang-

kadang putih, dengan pusat oranye, pediselata sangat pendek dan

mempunyai panjang 4-5 cm (Kosai et al, 2015).

4. Prosedur Pemanfaatan Bunga Telang

Berdasarkan hasil penelitian Nanda (2019) yang menggunakan

Diphenyl-1-picryl hydrazine (DPPH) sebagai radikal stabil terbukti

bahwa Clitoria ternatea memiliki kandungan antioksidan. Mulangsri

(2019) melaporkan bahwa tahapan pengeringan bunga telang dan

pembuatan seduhannya dilakukan dengan dua cara yaitu penjemuran

di bawah sinar matahari langsung dan menggunakan oven sederhana.

Dihasilkan seduhan berawarna biru dari dua pengeringan tersebut,

namun waktu pengeringan dibawah sinar matahari sangat lama yaitu 2

hari. Bunga telang yang telah dikeringkan dari dua cara pengeringan

tersebut dapat diseduh dengan air hangat, juga dapat dinikmati seperti

teh dengan tambahan madu dan jeruk nipis.

5. Dosis, Ukuran dan Takaran

Konsumsi ekstrak bunga telang hingga 2 g/400 ml air atau setara

2,16 mg delfinidin 3-glukosida dapat menurunkan gula darah 15 pria

sehat pada rata-rata usia 22,53 tahun dengan indeks massa tubuh rata-

rata 21,57 kg/m2 yang diberi diet minuman yang mengandung 50 g

sukrosa (Marpaung, 2020). Data total antosianin per helai bunga

kering yaitu sebesar 2,22 x 10-3 mg atau 0,294 nmol/mg bunga,

dimana antosianin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu ...

21

kemampuan sebagai antioksidan (Kusrini et al, 2017). Konsumsi

ekstrak bunga telang dapat meningkatkan kapasitas antioksidan

plasma dan menurunkan kandungan malondialdehida (MDA) yang

merupakan tanda stress oksidatif. Bunga telang dapat diolah menjadi

minuman pengatur gula darah melalui proses yang relatif sederhana,

yaitu dengan cara maserasi atau perendaman dalam air untuk

mencapai konsentrasi yang setara dengan 2,16 mg delfinidin 3-

glukosida per sajian. Konsentrasi ini dapat diperoleh dengan

merendam 10 sampai 15 helai mahkota Clitoria ternatea di dalam 250

ml air panas selama 15-30 menit (Chusak et al, 2018).Bunga telang

biasanya diolah menjadi bubuk, pewarna makanan, atau dikeringkan

untuk menjadi minuman. Ketika dikonsumsi sebagai minuman, bunga

ini memiliki rasa tawar menyerupai teh hijau tanpa gula. Berikut

prosedur pemakaian pada bunga telang, antara lain:

1. Masukkan 1 genggam bunga telang segar atau 5-10 kelopak

bunga telang yang telah dikeringkan ke dalam gelas atau cangkir.

2. Tuang air panas sebanyak 200 ml ke dalam gelas atau cangkir

tersebut, lalu biarkan selama 15 menit. Warna biru pada bunga

telang lama-kelamaan akan luntur sehingga air panas berubah

warna menjadi kebiruan.

3. Setelah bunga telang tidak lagi mengeluarkan warnanya, saring

air dari kelopak bunga yang tersisa, maka seduhan bunga telang

siap untuk disajikan.

Bunga telang yang diolah dalam bentuk teh dapat menjadi

alternatif untuk minuman yang berkafein, seperti teh atau kopi yang

memiliki efek samping salah satunya sembelit. Bunga telang tidak

memiliki efek samping karena sangat aman dan sehat untuk

dikonsumsi. Namun, konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan

mual dan diare (NDTV Food, 2020).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu ...

22

D. Kerangka Teori

Bagan 2.2 Kerangka Teori (Kaplan, 2010; Sonjaya, 2015; Sim, 2008;

Maciocia, 2011; Pujiati & Febiati, 2019)

Keterangan :

= tidak diteliti = diteliti

Etiologi secara TCM 1. Tujuh emosi

abnormal

2. Diet yang tidak tepat

3. Hubungan seks berlebihan

4. Pasca penyakit

berat.

Etiologi secara Medis

1. Wanita.

2. Gangguan kesehatan mental

3. Stres

4. Kecemasan dan depresi

5. Obat-obatan

6. Kondisi Medis

7. Perubahan lingkungan

8. Kafein, nikotin dan alkohol

PENATALAKSANAAN

Disfungsi Hipotalamus, Melatonin, Produksi Kortesol, Serotonin, Hiperaerosol

Terapi Akupunktur titik

Baihui (GV 20) dan

Shenting (GV 24) dengan

kombinasi seduhan bunga

telang (Clitoria ternatea)

NON FARMAKOLOGI

1. Kontrol stimulus, sleep

diary, pembatasan tidur

2. Pengobatan herbal dan

Akupunktur

3. Relaksasi, pijat refleksi,

terapi medan magnet ,

bekam.

FARMAKOLOGI

Peningkatan Kualitas

Tidur

INSOMNIA

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu ...

23

E. Kerangka Konsep

Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan dengan mengetahui pre dan

post hasil penusukan titik akupunktur, maka dapat digambarkan hubungan

variabel berikut:

Bagan 2.3 Kerangka Konsep

F. Hipotesis

1. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada pengaruh terapi akupunktur terhadap peningkatan

kualitas tidur pada kasus insomnia mahasiswa Jurusan Akupunktur

dan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta.

b. Tidak ada pengaruh terapi akupunktur dikombinasi dengan seduhan

bunga telang (Clitoria ternatea) terhadap peningkatan kualitas tidur

pada kasus insomnia mahasiswa Jurusan Akupunktur dan Terapi

Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta.

c. Kombinasi terapi akupunktur dengan seduhan bunga telang

(Clitoria ternatea) berpengaruh lebih rendah terhadap peningkatan

kualitas tidur pada kasus insomnia mahasiswa Jurusan Akupunktur

dan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta.

Terapi Akupunktur Titik

Baihui (GV 20) dan

Shenting (GV 24)

Peningkatan Kualitas

Tidur

Terapi Akupunktur Titik

Baihui (GV 20) dan Shenting

(GV 24) dikombinasi dengan

Bunga Telang

X

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insomnia berdasarkan Ilmu ...

24

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada pengaruh terapi akupunktur terhadap peningkatan kualitas

tidur pada kasus insomnia mahasiswa Jurusan Akupunktur dan

Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta.

b. Ada pengaruh terapi akupunktur dikombinasi dengan seduhan

bunga telang (Clitoria ternatea) terhadap peningkatan kualitas tidur

pada kasus insomnia mahasiswa Jurusan Akupunktur dan Terapi

Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta.

c. Kombinasi terapi akupunktur dengan seduhan bunga telang

(Clitoria ternatea) berpengaruh lebih tinggi terhadap peningkatan

kualitas tidur pada kasus insomnia mahasiswa Jurusan Akupunktur

dan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta.