BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stuntingrepository.umtas.ac.id/32/4/BAB II LINDA HINDASYAHRUL R.pdf ·...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stuntingrepository.umtas.ac.id/32/4/BAB II LINDA HINDASYAHRUL R.pdf ·...
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stunting
1. Definisi
Stunting (kerdil) merupakan gagal tumbuh kembang pada anak usia
0-59 bulan (balita) akibat dari kekurangan gizi kronis terutama dalam 1.000
hari pertama kehidupan sehingga anak terlalu pendek untuk ukuran
usianya. Balita dikatakan pendek jika nilai z-score-nya panjang badan
menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U)
dikategorikan, pendek Zscore ≥ =- 3SD s/d < -2 SD, dan sangat pendek
Zscore <-3 SD. Balita stunted akan memiliki tingkat kecerdasarn tidak
maksimal, menjadi lebih rentan terhadap penyakit, dan di masa depan dapat
beresiko menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya stunting dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan.
(Ramayulis dkk, 2018)
2. Batasan
Cara pengukuran status gizi balita stunting berdasarkan nilai Zscore
dari indikator Tinggi Badan / Umur dan Berat Badan / Umur dengan
batasan-batasan sebagai berikut :
a. Klasifikasi tinggi badan berdasarkan indikator TB/U:
Sangat pendek : Zscore <-3 SD
Pendek : Zscore :≥ =- 3SD s/d < -2 SD
Normal : Zscore :>=-2 SD s/d <= 2 SD
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
12
Lebih dari normal :> 3SD
b. Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator BB/TB:
Sangat kurus : Zscore < -3
Kurus : Zscore ≥ 3 s/d Zscore < -2
Normal : Zscore ≥ -2 s/d Zscore ≤ 2
Gemuk : Zscore > 2
c. Klasifikasi status gizi berdasarkan gabungan indikator TB/U dan
BB/TB
TB Pendek-kurus : Zscore TB/U < -2 dan Zscore BB/TB < -2
TB Pendek-normal : Zscore TB/U < -2 dan Zscore BB/TB antara
-2 s/d 2
TB Pendek-gemuk : Zscore TB/U < -2 s/d Zscore BB/TB > 2
TB Normal-kurus : Zscore TB/U ≥ -2 dan Zscore BB/TB < -2
TB Normal-normal : Zscore TB/U ≥ -2 dan Zscore BB/TB antara
-2 s/d 2
TB Normal-gemuk : Zscore TB/U ≥ -2 dan Zscore BB/TB > 2
(Who 2005 dalam Nasar Sri S dkk., 2016)
3. Cara Pengukuran Tinggi Badan
Tinggi badan atau panjang badan merupakan salah satu parameter
yang dapat melihat keadaan ststus gizi sekarang dan yang lalu.
Pertumbuhan tinggi/panjang badan tidak seperti berat badan, relatif kurang
sensitif pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat. Untuk
menentukan tinggi badan, cara pengukurannya di kelompokkan menjadi
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
13
dua, yaitu dengan cara berbaring dan berdiri. Pengukuran tinggi badan
secara berbaring untuk anak yang belum bisa berdiri tegak. Biasanya untuk
anak yang berusia kurang dari dua tahun dan panjang badan kurang dari 50
cm, dengan menggunakan alat pengukur yang terbuat dari papan kayu yang
dikenal dengan nama Length Board. (Nursalam, 2013)
Adapun cara pengukurannya adalah sebagai berikut :
a. Siapkan papan atau meja pengukur. Bila tidak ada, dapat digunakan pita
pengukur (meteran)
b. Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut
sampai menempel meja (posisi ektensi)
c. Teruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah bawah kaki (telapak
kaki tegak lurus dengan meja pengukur), lalu ukur sesuai dengan sekala
yang tertera.
d. Bila tidak ada papan pengukur, dapat dengan cara memberi tanda pada
tempat tidur (tempat tidur harus rata / datar) berupa garis atau titik pada
bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur kedua
tanda tersebut dengan pita pengukur.
Sedangkan pengukuran tinggi badan pada anak dengan posisi
berdiri, dilakukan pada anak yang sudah berdiri tegak dan berusia lebih dari
2 tahun dan tinggi lebih dari 80 cm, pengukuran tinggi badan dilakukan
dengan alat pengukur tinggi (microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1
cm.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
14
Adapun cara pengukurannya sebagai berikut :
a. Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat,
sedangkan bokong, punggung, dan bagian belakang kepala berada
dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat pengukur
b. Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki dengan sebilah papam
dengan posisi horizontal dan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan
sekala yang tertera. (Nursalam, 2013)
4. Faktor Penyebab
a. Penyebab langsung
1) Kurang asupan gizi
Kurang asupan gizi kurang dalam jangka waktu yang lama ini bisa
menjadi penyebab gagal tumbuh kembang pada balita karena asupan
gizi tidak mencukupi kebutuhan gizi.
2) Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak
mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan
kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan
muntah dapat menghalangi penyerapan makanan. Penyakit-penyakit
ini umum yang memperburuk keadaan gizi adalah : diare, infeksi
saluran pernafasan atas, tuberkulosis, campak, batuk rejan, malaria
kronis, cacingan. (Proverawati,A dan Siti A, 2009).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
15
b. Penyebab tidak langsung
1) Nutrisi
Nutrisi termasuk salah satu komponen penting dalam
menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pada masa awal pertumbuhan, ia sangat
membutuhkan zat gizi, seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral,
vitamin, dan air. Apablila kebutuhan tersebut tidak atau kurang
terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangannya sehingga dapat berdampak pada anak salah
satunya yaitu menjadi pendek atau sangat pendek dari seusianya.
(Fida dan Maya, 2012)
2) Pola asuh
Pola asuh pada anak juga sangat bepengaruh terhadap
tumbuh kembang pada anak. Ibu mempunyai peran sangat penting
dalam segala hal terutama dalam pola asuh anak dan pemenuhan
kebutuhan dasar. Pola asuh yang baik dapat berdampak baik juga
terhadap tumbuh kembang anak. (Rahayu, 2018)
3) Kesehatan lingkungan / sanitasi
Sanitasi yang jelek dikarenakan sosio-ekonomi yang rendah
juga karena tingkat pendidikan masyarakat yang belum memai,
terjadinya urbanisasi di kota-kota besar serta adanya pola dan situasi
politik dapat menjadi pemicu terhadap tumbuh kembang balita
karena sanitasi yang buruk sangat berpengaruh. (Ranuh,2013)
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
16
Dalam penelitian Rahayu R dkk., (2018) meyebutkan
bahwa rumah tangga yang tidak memiliki sarana sanitasi yang sesuai
kriteria akan beresiko lebih besar untuk terjadinya stunting. Santasi
yang sesuai kriteria kesehatan secara tidak langsung dapat
mempengaruhi terhadap kesehatan balita (Derso et al., 2017)
c. Penyebab dasar
1) Pendidikan
Dalam penelitian Rahayu R dkk, (2018) meyebutkan bahwa
tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh resiko terjadinya stunting
pada anak. Pendidikan yang baik dapat membuat orang tua lebih
mudah dalam menerima informasi dari luar terutama dalam menjaga
kesehatan anaknya.
2) Status sosial ekonomi
Pemenuhan kebutuhan gizi seorang anak yang dibesarkan
dalam keluarga dengan status ekonomi tinggi dan mapan pasti
berbeda dengan anak yang dibesarkan dalam keluarga yang
perekonomiannya sedang atau kurang. Demikian juga dengan status
pendidikan orang tua. Keluarga dengan pendidikan tinggi tentu lebih
mudah menerima arahan ketimbang keluarga dengan latar belakang
pendidikan rendah, terutama yang terkait peningkatan pertumbuhan
dan perkembangan anak, penggunaan fasilitas kesehatan dan
sebagainya. (Adriani merryana & bambang, 2012)
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
17
3) Sosial budaya
Budaya keluarga atau masyarakat bisa mempengaruhi orang
tua dalam mempersepsikan dan memahami kesehatan, serta perilaku
hidup sehat. Sehingga pola ibu hamil juga dipengaruhi oleh budaya
yang dianutnya. Misalnya, larangan mengonsumsi makanan tertentu,
padahal zat gizi tersebut dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin; keyakinan melahirkan dengan bantuan dukun
anak dari pada tenaga kesehatan; atau setelah anak lahir, ia
dibesarkan di lingkungan atau berdasarkan budaya masyarakat
setempat. (Fida dan Maya, 2012)
5. Dampak
Dampak buruk yang ditimbulkan oleh stunting :
a) Jangka pendek yaitu dapat menimbulkan hambatan perkembangan
otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan
metabolism tubuh.
b) Jangka panjang yaitu dapat menimbulkan menurunnya kemampuan
kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga
menimbulkan mudah terjangkit oleh penyakit atau sakit, dan resiko
tinggi munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan
pembuluh darah, kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua.
(Kementrian Desa, pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi,
2017)
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
18
6. Pecegahan
Stunting dapat dicegah melalui :
a. Pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu hamil
b. Berikan ASI dan MP-ASI
c. Akses air bersih dan fasilitas sanitasi
d. Memantau pertumbuhan balita di posyandu
(Kementrian Kesehatan RI, 2017)
B. Sanitasi
1. Definisi
Sanitasi adalah suatu usaha yang mengawasi beberapa faktor
lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap manusia terutama terhadap
hal-hal yang merusak perkembangan fisik, kesehatan, daya tahan tubuh dan
kelangsungan hidup. Sanitasi merupakan elemen yang penting untuk
menunjang kesehatan masyarakat. (Mubarak, 2009)
2. Jenis- Jenis Sarana Sanitasi Dasar
a. Penyediaan Air Bersih
1) Definisi
Air merupakan sangat penting bagi kehidupan manusia.
Manusia bisa bertahan hidup dengan kekurangan makanan
dibanding dengan kekurangan air. Dalam tubuh manusia itu
sebagian besar terdiri dari air, kebutuhan air untuk anak-anak
sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan
air sangat penting sekali antara lain untuk minum, masak, mandi,
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
19
mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainya. Menurut
perhitungan WHO di negara-negara maju setiap orang memerlukan
air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara
berkembang termasuk Indonesia setiap orang memerlukan air
antara 30-60 liter perhari. Diantara kegunaan-keguanaan air
tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh
karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk masak) air
harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak
menimbulkan penyakit bagi manusia. (Notoatmodjo,2011)
Ada beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh air
diantaranya : penyakit diare, penyakit kulit, penyakit saluran
pencernaan dan satunya penyakit infeksi yang bisa mencetuskan
terjadinya stunting pada balita. maka dari itu kualitas air sangat
diperlukan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan kualitas
dan kuantitas yang yang bersih untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungannya terutama untuk kesehatan tubuh kita. (Kementrian
Kesehatan RI, 2014)
2) Sumber-sumber air minum
a) Air hujan
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum.
Akan tetapi air hujan ini tidak mengandung kalsium, oleh
karena itu, supaya dapat dijadikan air minum yang sehat harus
ditambahkan kalsium didalamnya.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
20
b) Air sungai dan danau
Menurut asalnya sebagian daria air sungai dan air danau itu juga
dari air hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam
sungai dan danau. Kedua sumber air ini sering juga disebut air
permukaan. Oleh karena itu sungai dan danau ini sudah
terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran
maka bila akan dijadikan air minum harus diolah terlebih
dahulu.
c) Mata air
Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air tanah
yang muncul secara alamiah. Oleh karena itu, air dan mata air
ini belum tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air
minum langsung. Akan tetapi karena kita belum yakin apakah
betul belum terkontaminasi, maka alangkah baiknya air tersebut
direbus dulu sebelum di minum.
d) Air sumur dangkal
Merupakan sumur yang sumber airnya berasal dari resapan air
hujan di atas permukaan bumi terutama di daerah dataran
rendah. Jenis sumur ini banyak terdapat di Indonesia dan mudah
sekali terkontaminasi oleh air kotor yang berasal dari kegiatan
MCK (Mandi Cuci Kakus) sehingga persyaratan sanitasi perlu
diperhatikan. Dalamnya lapisan air ini biasanya berkisar antara
5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
21
dangkal ini belum begitu sehat, karena kontaminasi kotoran dari
permukaan tanah masih ada. Oleh karena itu, perlu direbus
dahulu sebelum diminum. (Chandra, 2014)
e) Air sumur dalam
Air ini berasal dari lapisan kedua didalam tanah. Dalamnya dari
permukaan tanah biasanya diatas 15 meter. Oleh karena itu,
sebagian besar air sumur kedalaman seperti ini sudah cukup
sehat untuk dijadikan air minum yang langsung (tanpa melalui
proses pengolahan). (Chandra, 2014)
3) Syarat-syarat air minum yang sehat antara lain :
a) Syarat fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening
(tidak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara
luarnya.
b) Syarat bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala
bakteri, terutama bakteri pathogen. Untuk mengetahui apakah
air minum terkontaminasi oleh bakteri pathogen yaitu dengan
cara memeriksa air sampel tersebut. Bila pemeriksaan 100 cc air
terdapat kurang dari 4 bakteri E. Coli maka air tersebut sudah
memenuhi syarat kesehatan.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
22
c) Syarat kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam
jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah
satu zat kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan
fisiologis pada manusia. Sesuai dengan prinsip teknologi tepat
guna di pedesaan, maka air minum yang berasal dari mata air
dan sumur dalam dapat diterima sebagai air yang sehat, dan
memenuhi ketiga persyaratan tersebut, asalkan tidak tercemar
oleh kotoran itu, mata air atau sumur yang ada di pedesaan harus
mendapatkan pengawasan dan perlindungi supaya tidak
dicemari oleh penduduk yang menggunakan air tersebut.
(Notoatmodjo,2011)
b. Jamban Sehat
1) Definisi
Jamban merupakan tempat pembuangan kotor manusia yang biasa
disebut kakus atau wc dengan atau tanpa kloset yang dilengkapi
oleh penampungan kotoran atau tinja. (Kementrian Kesehatan RI,
2016)
2) Jenis-jenis jamban
a) Jamban cemplung
Jamban ini merupakan jamban yang sering dijumpai di
pedesaan jawa, namun pada jamban cemplung ini sering
dijumpai kurang sempurna karena rumah jamban tanpa tutup.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
23
Sehingga bisa menyebabkan serangga mudah masuk dan bau
tidak bisa dihindari.
b) Jamban empang
Jamban ini dibangun diatas empang ikan. Sistem jamban ini
bisa disebut juga sitem daur ulang (recycling), yaitu hasil
kotoran manusia atau tinja ini bisa langsung dimakan oleh ikan,
ikan hasil dari kolam tersebut dimakan oleh manusia dan
seterusnya. Jamban empang ini mempunyai fungsi, yaitu
disamping mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga
dapat menambah protein bagi manusia dari hasil ikan empang
tersebut.
c) Jamban septic tank
Jamban ini merupakan yang paling memenuhi syarat dan cara
pembuangan ini yang dianjurkan. septic tank ini terdiri dari
tangki sedimentasi yang kedap air, dimana kotoran atau tinja ini
dibuang masuk dan mengalami komposisi. (Notoatmodjo,
2011)
3) Syarat- syarat jamban yang memenuhi syarat
a) Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.
b) Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin
memasuki mata air atau sumur.
c) Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.
d) Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
24
e) Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang
benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
f) Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap
dipandang.
g) Jamban yang digunakan harus saniter (kloset, leher angsa atau
plengsengan)
h) Lantai jamban harus bersih dan tidak licin
i) Jamban harus memiliki ventilasi yang cukup
j) Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan
tidak mahal.
(Kementrian Kesehatan RI.2016)
c. Sarana Pembuangan Air Limbah
1) Definisi
Limbah adalah buangan yang dihasilkan oleh suatu proses
produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Berbagai
jenis limbah dihasilkan dari pemukimam masyarakat. (Waluyo Lud,
2018).
Berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 82 Tahun 2001
air limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan yang berwujud
cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (dosmetic) maupun
industry (industrial). Air limbah rumah tangga terdiri atas tiga
faktor penting
a) Tinja (feses), berpotensi mengandung mikroba pathogen.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
25
b) Air seni (urine), umumnya mengandung nitrogen, posfor, dan
sedikit mikroorganisme.
c) Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci, dan
kamar mandi. (Mubarak, 2009)
2) Syarat-syarat pembuangan air limbah :
a) Tidak mengkotori permukaan tanah disekeliling jamban
b) Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.
c) Jarak antara tempat pembuangan air limbar kurang lebih harus
15 meter
d) Tidak mengotori air tanah disekitarnya
e) Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoa dan
binatang-binatang lainnya
f) Tidak menimbulkan bau
g) Mudah digunakan dan dipelihara
h) Sederhana desainnya
(Sumantri, 2010)
3) Dampak buruk air limbah
Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan dampak buruk bagi manusia dan lingkungannya.
Beberapa dampak buruk tersebut adalah sebagai berikut :
a) Gangguan kesehatan
Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat
menimbulkan penyakit bawaan air. Selain itu di dalam air
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
26
limbah juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan bagi mahluk hidup yang
mengkonsumsinya.
b) Penurunan kualitas lingkungan
Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan
(misalnya : sungai dan danau) dapat mengakibatkan
pencemaran air permukaan tersebut. Sebagai contoh, bahan
organic yang terdapat dalam air limbah bila dibuang langsung
ke sungai dapat menyebabkan kehidupan di dalam air yang
membutuhkan oksigen akan terganggu dalam hal ini
mengganggu perkembangannya.
c) Gangguan terhadap keindahan
Air limbah juga mengandung bahan-bahan yang bila
terurai menghasilkan gas-gas yang berbau. Bila air limbah jenis
ini mencemari badan air, maka dapat menimbulkan gangguan
keindahan pada badan air tersebut.
d) Gangguan terhadap kerusakan benda
Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat
dikonversi oleh bakteri anaerobic menjadi gas yang agresif
seperti H2S. gas ini dapat mempercepat proses perkaratan pada
benda yang terbuat dari besi (misalnya pipa saluran air limbah)
dan bangunan air kotor lainnya. (Mubarak, 2009)
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
27
d. Pengolahan Sampah
1) Definisi
Para ahli kesehatan masyarakat Amerika Sampah
merupakan sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak
dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak
digunakan lagi, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.
(Sumantri, 2010)
2) Jenis-jenis sampah padat antara lain:
Sampah padat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti :
a) Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya
(1) Organik, misal : sisa makanan, daun, sayur, dan buah
(2) Anorganik, misal : logam, pecah belah, abu, dan lain-lain
b) Berdasarkan dapat atau tidaknya di bakar
(1) Mudah dibakar, misal, kertas plastic, daun kering, kayu.
(2) Tidak mudah terbakar, misal, kaleng, besi, gelas dan lain-
lain
c) Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk
(1) Mudah membusuk, misal, sisa makanan, potongan daging,
dan sebagainya
(2) Sulit membusuk, misal, plastic, karet, kaleng, dan
sebagainya
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
28
d) Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah
(1) Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan
dapat terurai dengan cepat, khusunya jika cuaca panas,
proses pembusukan. Sampah jenis ini dapat ditemukan di
tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar dan
sebagainya.
(2) Rubbish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran,
perdagangan baik yang mudah terbakar, seperti kertas,
karton, plastik, dan sebagainya, maupun yang tidak mudah
terbakar seperti kaleng bekas, klip, pecah kaca, gelas dan
sebagainya.
(3) Ashes (abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang
mudah terbakar, termasuk abu rokok.
(4) Sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang
berasal dari pembersihan jalan, yang terdiri dari campuran
bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastic,
pecah kaca, besi, debu dan sebagainya.
(5) Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari industri
atau pabrik-pabrik.
(6) Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai binatang
yang mati karena alam, ditabrak kendaraan, atau dibuang
oleh orang.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
29
(7) Bangkai kendaraan (abandoned vehicle) adalah bangkai
mobil, sepeda, sepeda motor dan sebagainya.
(8) Sampah pembangunan (construction wastes), yaitu sampah
dari proses pembuangan gedung, rumah yang berupa puing-
puing, potongan-potongan kayu, besi beton, bambu.
(Notoatmodjo,2011)
3) Faktor yang mempengaruhi sampah
a) Jumlah penduduk, semakin banyak penduduk maka semakin
banyak pula sampahnya.
b) Keadaan sosial ekonomi, semakin tinggi sosial ekonomi
masyarakat, semakin banyak jumlah per kapita sampah yang
dibuang. Kualitas sampah semakin banyak bersifat tidak dapat
membusuk.
c) Kemajuan teknologi, kemajuan teknologi akan menambah
jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku
yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk maufaktur
yang semakin beragam. (Efendi F dan Makhfudli, 2009)
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
30
4) Cara-cara pengolahan sampah
a) Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah merupakan tanggung jawab dari masing-
masing rumah tangga atau isntitusi yang menghasilkan sampah.
Oleh sebab itu harus ada tempat khusus untuk mengumpulkan
sampah. Kemudian masing-masing sampah yang telah
terkumpul harus di angkut ke tempat penampungan sementara
(TPS) sampah, dan selanjutnya ke tempat penampungan akhir
(TPA)
b) Pemusnahan dan pengolahan sampah
Pemusnahan atau pengolahan sampah ini dilakukan melalui
berbagai cara antara lain :
(1) Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan
membuat lubang di tanah kemudian sampah ditimbun
dengan tanah
(2) Dibarakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah
dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran
(incinerator)
(3) Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah
menjadi pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organic
daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat
membusuk. Apabila setiap rumah tangga dibiasakan untuk
memisahkan sampah organik dengan an-organik, kemudian
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
31
sampah organic diolah menjadi pupuk tanaman dapat dijual
atau dipakai sendiri. Sedangkan sampah an-organik dibuang
dan akan segera dipungut oleh para pemulung. Dengan
demikian maka masalah sampah akan berkurang.
(Notoatmodjo,2011)
5) Syarat pembuangan sampah yang memenuhi syarat :
a) Tersedian tempat pembuangan sampah sementara
b) Tempat sampah mempunyai tutup yang mudah dibuka dan
tidak mengkotori tangan
c) Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat
d) Jarang tempat pembuangan sampah kurang lebih harus 15
meter dengan sumber air
e) Tempat pembuangan sampah diangkut ke TPA minimal 3x24
jam (Kementrian Kesehatan RI.2016).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--