BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. CARING PERAWAT Pengertin …repository.ump.ac.id/5728/3/Apri Rijal...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. CARING PERAWAT Pengertin …repository.ump.ac.id/5728/3/Apri Rijal...
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. CARING PERAWAT
1. Pengertin Caring
Watson, (2004) menyebutkan caring adalah esensi dari keperawatan
dan merupakan fokus serta sentral dari praktik keperawatan yang
dilandaskan pada nilai–nilai kebaikan, perhatian, kasih terhadap diri sendiri
dan orang lain serta menghormati keyakinan spiritual pasien. Tujuan
keperawatan adalah memfasilitasi individu mencapai tingkat kesejahteraan
yang lebih tinggi meliputi jiwa, raga, dan perkembangan pengetahuan diri,
peningkatan diri, penyembuhan diri dan proses asuhan diri.
Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus
pemersatu untuk praktek keperawatan. Perilaku caring juga sangat penting
untuk tumbuh kembang, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara
hidup manusia (Blais, 2007).
Caring mengandung 3 hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu
perhatian, tanggung jawab, dan dilakukan dengan ikhlas. Caring juga
merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya
memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan
bagaimana seseorang berfikir dan bertindak (Sitorus, 2007).
Memberikan asuhan (caring) secara sederhana tidak hanya sebuah
perasaan emosional atau tingkah laku sederhana, karena caring merupakan
12
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
13
kepedulian untuk mencapai perawatan yang lebih baik, perilaku caring
bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial, pandangan hidup dan
nilai kultur setiap orang yg berbeda pada satu tempat (Dwidiyanti, 2007).
Caring juga merupakan sebuah proses interpersonal esensial yang
mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam
sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi tertentu pada klien
(Morrison & Burnard, 2009).
Dwidiyanti, (2007) selanjutnya menyatakan bahwa caring
merupakan manifestasi dari perhatian kepada orang lain, berpusat pada
orang, menghormati harga diri dan kemanusiaan, komitmen untuk
mencegah terjadinya suatu yang memburuk, memberi perhatian dan konsen,
menghormati kepada orang lain dan kehidupan manusia, cinta dan ikatan,
otoritas dan keberadaan, selalu bersama, empati, pengetahuan, penghargaan
dan menyenangkan.
Morrison dan Burnard, (2009) menggambarkan caring sebagai suatu
proses yang memberikan kesempatan kepada seseorang (baik pemberi
asuhan (carrer) maupun penerima asuhan) untuk pertumbuhan pribadi, yang
didukung dengan aspek-aspek pengetahuan, penggantian irama, kesabaran,
kejujuran, rasa percaya, kerendahan hati, harapan dan keberanian.
Pada dasarnya tujuan caring adalah agar perilaku perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan terdiri dari upaya untuk melindungi,
meningkatkan dan menjaga/mengabadikan rasa kemanusiaan dengan
membantu orang lain dalam proses penyembuhan penyakit, penderitaan dan
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
14
keberadaannya membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan
pengendalian diri dengan sentuhan kemanusiaan (Watson, 2004).
Jadi, dengan caring dapat terjadinya interaksi antara perawat dan
pasien. Karena caring merupakan dasar dalam melaksanakan praktik
keperawatan profesional untuk memberikan kepuasan kepada pasien.
2. Perilaku caring
Caring merupakan inti dari praktik keperawatan yang baik, karena
caring bersifat khusus dan bergantung pada hubungan perawat-klien (Potter
&Perry, 2009). Caring memfasilitasi kemampuan perawat untuk mengenali
klien, mengetahui masalah klien, mencari dan melaksanakan solusinya.
Perilaku seorang perawat yang caring terhadap klien, dapat memperkuat
mekanisme coping klien sehingga memaksimalkan proses penyembuhan
klien (Sitorus, 2006).
Perilaku caring (caring act) adalah suatu tindakan yang dilakukan
dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Tindakan dalam
bentuk perilaku caring seharusnya diajarkan pada manusia mulai sejak lahir,
masa perkembangan, masa pertumbuhan sampai di kala meninggal. Perilaku
caring adalah esensi dari keperawatan yang membedakan dengan profesi
lain dan mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Caring
dalam keperawatan adalah fenomena transkultural dimana perawat
berinteraksi dengan klien, staf dan kelompok lain. Perilaku caring bertujuan
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
15
dan berfungsi membangun struktur sosial, pandangan dan nilai kultur setiap
orang yang berbeda pada satu tempat dengan tempat lain (Dwidiyanti,
2007).
Kemampuan caring memiliki nilai-nilai perawatan yang mengubah
perawat dari keadaan, dimana perawat dianggap sebagai sekedar pekerjaan
menjadi profesi yang lebih terhormat. Kemampuan caring tidak hanya
berkisar pada mempraktikkan seni perawatan, memberi kasih sayang untuk
meringankan penderitaan pasien dan keluarganya, meningkatkan kesehatan
dan martabat tetapi juga memperluas aktualisasi perawat.
3. Aspek caring
Watson, (2004) caring yang diharapkan dalam keperawatan adalah
sebuah perilaku perawatan yang didasari dari beberapa aspek diantaranya:
a. Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistic.
Individu merupakan totalitas dari bagian-bagian memiliki harga diri
di dalam dan dari dirinya yang memerlukan perawatan, penghormatan,
dipahami dan kebutuhan untuk dibimbing. Manifestasi perilaku caring
perawat berdasarkan pengertian humanistic and altruistic adalah memanggil
nama pasien dengan nama yang paling disukai, memenuhi dan merespon
panggilan pasien dengan segera, menghormati dan melindungi privacy
pasien menghargai dan menghormati pendapat dan keputusan pasien,
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
16
menghargai dan mengakui sistim nilai pasien, melakukan pengakuan
terhadap kebutuhan pasien.
b. Menanamkan sikap penuh pengharapan (Faith hope).
Dapat dilakukan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan
asuhan keperawatan. Di samping itu, perawat meningkatkan prilaku klien
dalam mencari pertolongan kesehatan dan membantu memahami
alternatif terapi yang diberikan, memberi keyakinan akan adanya
kekuatan penyembuhan atau kekuatan spiritual dan penuh pengharapan.
Manifestasi perilaku caring perawat berdasarkan pengertian faithhope
adalah memberi motivasi kepada pasien untuk terus berusaha mencari
pengobatan dan perawatan, melaksanakan perawatan dengan kepedulian
yang tinggi, menganjurkan pasien untuk terus berdoa demi
kesembuhannya, menunjukkan sikap yang hangat, kesan mendalam pada
pasien.
c. Menumbuhkan sensitifitas terhadap diri dan orang lain.
Perawat harus bisa belajar menghargai kesensitifan dan perasaan
kepada klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan
bersikap wajar pada orang lain karena penerimaan terhadap perasaan diri
merupakan kualitas personal yang harus dimiliki perawat sebagai orang
yang memberi bantuan kepada pasien. Manifestasi perilaku caring
perawat berdasarkan pengertian menumbuhkan sensitifitas terhadap diri
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
17
dan orang lain adalah menunjukkan sikap tenang dan sabar, menemani
atau mendampingi pasien, menawarkan bantuan dan memenuhi
kebutuhan pasien.
d. Mengembangkan hubungan saling percaya dan membantu.
Sikap ini merupakan hubungan saling menguntungkan dan sangat
penting bagi terbentuknya transcultural caring atau bersikap caring
antara perawat dan pasien yang dapat meningkatkan penerimaan
perwujudan perasaan baik positif maupun negatif. Manifestasi perilaku
caring perawat berdasarkan pengertian mengembangkan hubungan saling
percaya dan membantu adalah mengucapkan salam dan memperkenalkan
diri serta menyepakati dan menepati kontrak yang dibuat bersama.
Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap
empati yaitu turut merasakan apa yang dialami pasien.
e. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif
pasien.
Perawat harus memahami dan menerima pikiran dan perasaan
baik positif ataupun negatif yang berbeda pada situasi berbeda.
Manifestasi perilaku caring perawat berdasarkan meningkatkan dan
menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien adalah memberi
kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya, perawat
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
18
mengungkapkan penerimaannya terhadap pasien, mendorong pasien
untuk mengungkapkan harapannya, menjadi pendengar yang aktif.
f. Menggunaan metode secara sistematis dalam penyelesaian masalah untuk
pengambilan keputusan.
Perawat menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola
pikir dan pendekatan dalam penyelesaian masalah dan mengambil
keputusan secara sistematis. Manifestasi perilaku caring perawat
berdasarkan menggunaan metode secara sistematis dalam penyelesaian
masalah untuk pengambilan keputusan adalah melakukan proses
keperawatan sesuai masalah pasien, memenuhi kebutuhan pasien,
melibatkan pasien, menetapkan rencana keperawatan bersama dengan
pasien, melibatkan pasien dan keluarga dalam setiap tindakan dan
evaluasi tindakan.
g. Meningkatkan pembelajaran dan pengajaran interpersonal
Caring efektif bila dilakukan melalui hubungan interpersonal
sehingga dapat memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan
personal, dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal
pasien. Manifestasi perilaku caring perawat berdasarkan meningkatkan
pembelajaran dan pengajaran interpersonal adalah menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk pemberian pendidikan kesehatan sesuai
kebutuhan pasien, menjelaskan keluhan secara rasional dan ilmiah,
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
19
meyakinkan pasien tentang kesediaan perawat untuk memberikan
informasi.
h. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang
mendukung.
Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan
eksternal pasien terhadap kesehatan kondisi penyakit pasien. Manifestasi
perilaku caring perawat berdasarkan menciptakan lingkungan fisik,
mental, sosiokultural, dan spritual yang mendukung.
i. Memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh penghargaan dalam
rangka mempertahankan keutuhan dan martabat manusia.
Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri dan pasien.
Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih
ketingkat selanjutnya. Kebutuhan pasien yang paling rendah adalah
biofisikal misalnya makan, minum, eliminasi, dll. Kebutuhan aktualisasi
yang tertinggi dari kebutuhan intra dan interpersonal. Manifestasi
perilaku caring perawat berdasarkan memenuhi kebutuhan dasar manusia
dengan penuh penghargaan dalam rangka mempertahankan keutuhan dan
martabat manusia adalah bersedia memenuhi kebutuhan pasien dengan
tulus dan menyatakan perasaan bangga dapat menolong pasien,
menghargai dan menghormati privacy pasien, menunjukkan kepada
pasien bahwa pasien orang yang pantas dihormati dan dihargai.
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
20
j. Mengijinkan untuk terbuka pada eksistensial fenomonological agar
pertumbuhan diri dan kematangan jiwa pasien dapat dicapai.
Fenomenologi yaitu tentang data serta situasi yang membantu
pemahaman pasien terhadap fenomena. Psikologi esksistensial adalah
keberadaan ilmu tentang manusia yang digunakan untuk menganalisis
fenomenologi. Manifestasi perilaku caring perawat berdasarkan
mengijinkan untuk terbuka pada eksistensial fenomonological agar
pertumbuhan diri dan kematangan jiwa pasien dapat dicapai adalah
memberi kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk melakukan hal-
hal yang bersifat ritual, memfasilitasi pasien dan keluarga dalam
keinginannya untuk melakukan therapi alternatif sesuai pilihannya,
memotivasi pasien dan keluarga, menyiapkan pasien dan keluarga saat
mengahadapi fase berduka.
Kesepuluh faktor karatif ini perlu selalu dilakukan oleh perawat
agar semua aspek dalam diri pasien dapat tertangani sehingga asuhan
keperawatan profesional dan bermutu dapat diwujudkan. Selain itu,
melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk
lebih memahami diri sebelum mamahami orang lain.
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
21
4. Caring dalam praktik keperawatan
Caring merupakan hasil dari kultur, nilai-nilai, pengalaman dan
hubungan perawat dengan klien. Saat perawat berurusan dengan kesehatan
dan penyakit dalam praktiknya, maka kemampuan perawat dalam pelayanan
akan semakin berkembang. Sikap perawat dalam praktik keperawatan yang
berhubungan dengan caring adalah dengan kehadiran, sentuhan kasih
sayang, selalu mendengarkan dan memahami klien (Potter & Perry, 2009).
a. Kehadiran
Adalah suatu pertemuan antara perawat dengan klien yang
merupakan sarana untuk lebih mendekatkan dan menyampaikan manfaat
caring. Kehadiran perawat meliputi hadir secara fisik, berkomunikasi
dengan pengertian. Kehadiran juga merupakan sesuatu yang ditawarkan
perawat pada klien dengan maksud memberikan dukungan, dorongan,
menenangkan hati klien, mengurangi rasa cemas dan takut klien karena
situasi tertentu, serta selalu ada untuk klien (Potter & Perry, 2009).
b. Sentuhan
Merupakan salah satu cara pendekatan yang menenangkan,
dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan
perhatian dan dukungan. Sentuhan caring merupakan suatu bentuk
komunikasi non verbal yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan
keamanan klien, meningkatkan harga diri klien, serta memperbaiki
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
22
orientasi tentang kenyataaan. Pengungkapan sentuhan harus berorientasi
pada tugas dan dapat dilakukan dengan cara memegang tangan klien,
memberikan pijatan pada punggung, menempatkan klien dengan hati-hati
dan ikut serta dalam pembicaraan (Potter & Perry, 2009).
c. Mendengarkan
Pembicaraan dengan klien harus benar-benar didengarkan oleh
perawat. Mendengarkan merupakan kunci dari hubungan perawat dengan
klien, karena dengan mendengarkan kisah/keluhan klien akan membantu
klien mengurangi tekanan terhadap penyakitnya. Hubungan pelayanan
perawat dengan klien yaitu dengan membangun kepercayaan, membuka
topik pembicaraan, mendengarkan dan mengerti apa yang klien katakan.
Perawat yang mendengarkan klien dengan sungguh-sungguh, akan
mengetahui secara benar dan merespon apa yang benar-benar berarti bagi
klien dan keluarganya (Potter & Perry 2009). Mendengarkan juga
termasuk memberikan perhatian pada setiap perkataan yang diucapkan,
nada suara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh klien. Hal ini akan
membantu perawat dalam mendapatkan petunjuk untuk membantu
menolong klien mencari cara mendapatkan kedamaian.
d. Memahami Klien
Memahami klien akan membantu perawat dalam merespon apa
yang menjadi persoalan klien. Memahami klien berarti perawat
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
23
menghindari asumsi, fokus pada klien, dan ikut serta dalam hubungan
caring dengan klien yang memberikan informasi dan memberikan
penilaian klinis. Memahami klien adalah sebagai inti suatu proses yang
digunakan perawat dalam membuat keputusan klinis. Perawat yang
membuat keputusan klinis yang akurat dengan konteks pemahaman yang
baik, akan meningkatkan hasil kesehatan klien, klien akan mendapatkan
pelayanan pribadi, nyaman, dukungan, dan pemulihan (Potter & Perry,
2009).
Swanson, (1991) dalam teori caring atau middle range theories
“caring”, Swanson mendefinisikan perawat sebagai seseorang yang dalam
memberikan pelayanan keperawatannya berkaitan dengan nilai-nilai yang
lainnya, seperti kepribadian, komitmen dan tanggung jawab. Swanson
menyatakan bahwa proses caring pada perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan mempunyai 5 ciri yaitu :
a. Maintaining belief
Maintaining belief adalah mempertahankan iman dalam kapasitas
orang lain, untuk mendapatkan melalui suatu peristiwa atau transisi dan
menghadapi masa depan dengan bermakna. Tujuannya adalah untuk
memungkinkan yang lain sehingga dalam batas-batas kehidupannya, ia
mampu menemukan makna dan mempertahankan sikap yang penuh
harapan.
b. Knowing
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
24
Knowing adalah berjuang untuk memahami peristiwa seperti yang
memiliki makna dalam kehidupan yang lain. Mengetahui melibatkan
untuk menghindari asumsi tentang makna dari suatu peristiwa dengan
yang merawat, yang berpusat pada kebutuhan lain, melakukan kajian
mendalam, mencari petunjuk verbal dan nonverbal, dan
mengikutsertakan dari keduanya.
c. Doing for
Doing for adalah melakukan untuk yang lain apa yang dia akan
lakukan untuk diri sendiri jika hal itu mungkin. Melakukan untuk yang
lain berarti memberikan perawatan yang nyaman, protektif, dan
antisipatif, serta menjalankan tugasnya terampil dan kompeten sambil
menjaga martabat orang tersebut.
d. Enabling
Enabling adalah memfasilitasi bagian yang lain melalui transisi
kehidupan dan peristiwa asing dengan memberi informasi, menjelaskan,
mendukung, dengan fokus pada masalah yang relevan, berfikir melalui
masalah, dan menghasilkan alternatif, sehingga meningkatkan
penyembuhan pribadi klien, pertumbuhan, dan perawatan diri.
e. Being with
Being with adalah secara emosional hadir untuk yang lain dengan
menyampaikan ketersediaan berkelanjutan, perasaan berbagi, dan
pemantauan yang peduli memberikan tidak membebani orang dirawat.
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
25
5. Cara mengukur perilaku caring
Watson, (2009) perilaku caring dapat diukur dengan beberapa alat
ukur (tools) yang telah dikembangkan oleh para peneliti. Beberapa
penelitian tentang caring bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Pengukuran
caring merupakan proses mengurangi subyektifitas, fenomena manusia
yang bersifat invisible (tidak terlihat) yang terkadang bersifat pribadi, ke
bentuk yang lebih obyektif. Oleh karena itu, penggunaan alat ukur formal
dapat mengurangi subyektifitas pengukuran perilaku caring.
Pemakaian alat ukur formal pada penelitian keperawatan tentang
perilaku caring ini bertujun untuk memperbaiki caring secara terus menerus
melalui penggunaan hasil (outcomes) dan intervensi yang berarti untuk
memperbaiki praktik keperawatan; sebagai studi banding (benchmarking)
struktur, setting, dan lingkungan yang lebih menujukkan caring;
mengevaluasi konsekuensi caring dan non caring pada pasien maupun
perawat. Alat ukur formal caring dapat menghasilkan model pelaporan
perawatan pada area praktik tertentu, mengidentifikasi kelemahan dan
kekuatan proses caring dan melakukan intervensi untuk memperbaiki dan
menghasilkan model praktik yang lebih sempurna (Watson, 2009).
Pengukuran perilaku caring perawat dapat dilakukan melalui
pengukuran persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat. Penggunaan
persepsi pasien dalam pengukuran perilaku caring perawat dapat
memberikan hasil yang lebih sensitif karena pasien adalah individu yang
menerima langsung perilaku dan tindakan perawat termasuk perilaku
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
26
caring. Beberapa alat ukur formal yang mengukur perilaku caring perawat
berdasarkan persepsi pasien antara lain (Watson, 2009):
a. Caring behaviors assesment tool (CBA)
Dilaporkan sebagai salah satu alat ukur pertama yang
dikembangkan untuk mengkaji caring. CBA dikembangkan berdasarkan
teori Watson dan menggunakan 10 faktor karatif. CBA terdiri dari 63
perilaku caring perawat yang dikelompokkan menjadi 7 subskala yang
disesuaikan 10 faktor karatif Watson. Tiga faktor karatif pertama
dikelompokkan menjadi satu subskala. Enam faktor karatif lainnya
mewakili semua aspek dari caring. Alat ukur ini menggunakan skala
Likert (5 poin) yang merefleksikan derajat perilaku caring menurut
persepsi pasien (Watson, 2009).
Validitas dan reliabilitas alat ukur ini telah diuji oleh empat ahli
berdasarkan teori Watson. Cronin dan Harrison (1988 dalam Watson,
2009) meneliti 22 pasien infark miokard, kemudian Huggins et.al (1993
dalam Watson, 2009) meneliti 288 pasien ruang emergensi. Mereka
menggunakan Alpa Cronbach pada 7 subskala yang berkisar antara 0,66
sampai 0.90.
b. Alat ukur caring behavior checklist (CBC) and client percepstion of
caring (CPC)
Dikembangkan oleh McDaniel (1990 dalam Watson 2009)
dengan dua jenis pengukuran. McDaniel membedakan “caring for” dan
“caring about”. CBC didesain untuk mengukur ada tidaknya perilaku
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
27
caring (observasi). CPC merupakan kuesioner yang mengukur respon
pasien terhadap perilaku caring perawat. Dua alat ukur ini digunakan
bersama-sama untuk melihat proses caring. CBC terdiri dari 12 item
perilaku caring. Alat ukur ini membutuhkan seorang observer yang
menilai interaksi perawat-pasien selama 30 menit. Rentang nilai 0 (nol)
sampai 12 (dua belas), nilai tertinggi menunjukkan ada perilaku caring
yang ditampilkan. CPC ditunjukkan kepada pasien setelah diobservasi.
Alat ukur ini terdiri dari 10 item dengan 6 rentang skala. Rentang skor 10
sampai 60, dimana skor tertinggi menunjukkan derajat perilaku caring
yang ditunjukkan yang dipersepsikan pasien bernilai tinggi, begitu juga
sebaliknya (McDaniel, 1990 dalam Watson, 2009).
Validitas CBC menggunakan Content Validity Index (CVI) yakni
sebesar 0,80. Reliabilitas CPC menggunakan konsistensi internal yakni
alpa sebesar 0.81. reliabilitas CBC menggunakan pernyataan interater
dan dihasilkan nilai rentang 0,76 sampai1,00, dimana 8 dari 12 item
adalah 0,90 atau di atas rata-rata (McDaniel, 1990 dalam Watson, 2009).
c. Alat ukur caring professional scale (CPS)
Dikembangkan oleh Swanson (2000, dalam Watson 2009) dengan
menggunakan teori caring Swanson (suatu middle range theory yang
dikembangkan berdasarkan penelitiannya pada 185 ribu yang mengalami
keguguran). CPS terdiri dari dua subskala analitik yaitu Compassoionate
Healer dan Competent Practitioner, yang berasal dari 5 komponen
caring Swanson yakni mengetahui, keberadaan, melakukan tindakan,
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
28
memampukan, dan mempertahankan kepercayaan. CPS terdiri dari 14
item dengan 5 skala Likert. Validitas dan reliabilitas CPS dikembangkan
dengan menghubungkan alat ukur CPS dengan subskala empati The
Barret-Lenart Relationship Inventory (r=0,61, p<0,001). Nilai estimasi
Alpa Cronbach untuk konsistensi internal digunakan untuk
membandingkan beberapa tenaga kesehatan membandingkan beberapa
tenaga kesehatan advance practice nurse (0,74 sampai 0,96), nurse
(0,97), dan dokter (0,96).
d. Alat ukur caring assesment tools (CAT)
Dikembangkan oleh Duffy (1990 dalam Watson, 2009) pada
program doktoralnya. Alat ukur ini didesain untuk penelitian deskriptif
korelasi. CAT menggunakan konsep teori Watson dan mengukur 10
faktor kuratif. Alat ukur ini terdiri dari 100 item dengan menggunakan
skala Likert dari 1 (caring rendah) sampai 5 (caring tinggi), sehingga
kemungkinan skor total berkisar antara 100 samapai 500. Sampel
penilitian yang digunakan saat itu dalah 86 pasien medikal bedah.
Duffy (1993 dalam Watson 2009) mengembangkan CAT versi
admin (CAT-admin) yang mengukur persepsi perawat tentang manajer
mereka untuk administrasi riset keperawatan. Alat ukur ini
menambahkan pertanyaan kualitatif pada versi CAT original, dan masih
menggunakan 10 faktor karatif. CAT-admin diuji pada 56 perawat part-
time dan full-time, dan diperoleh nilai Alpa Cronbach sebesar 0,98.
Kemudian pada tahun 2001, CAT dikembangkan oleh Duffy ke versi
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
29
CAT-edu yang didesain menggunakan pendidikan keperawatan, dengan
sampel 71 siswa program sarjana dan magister. CAT-edu terdiri dari 95
item pertanyaan dengan 5 poin skala Likert. Nilai Alpa Cronbach sebesar
0,98.
e. Caring factor survey (CFS)
Merupakan alat ukur terbaru yang menguji hubungan caring dan
cinta universal (caritas). Caritas merupakan merupakan pandangan baru
Watson tentang caring (2009). CFS dikembangkan oleh Karen Drenkard,
John Nelson, Gene Rigotti dan Jean Watson dengan bantuan program
riset dari Inovahealth di Virginia. Alat ukur ini awalnya terdiri 20 item
kemudian direduksi menjadi 10 item pertanyaan, tiap pernyataan
mewakili satu proses caritas. CFS menggunakan skala Likert dari 1
sampai 7. Skala terendah (1-3) mengindikasi tidak setuju, 7 sangat setuju,
dan 4 netral. Semua item berupa pernyataan positif, ditujukan kepada
pasien atau keluarga pasien Nilai Alpa Cronbach pada 20 pernyataan
adalah 0,70 kemudian 20 item tersebut direduksi menjadi 10 item untuk
menaikkan nilai Alpa Cronbach (Watson, 2009).
Beberapa alat ukur di atas merupakan instumen yang dapat
digunakan untuk mengukur perilaku caring perawat menurut persepsi
pasien. Penilaian ini tentunya sangat bergantung dari persepsi pasien
terhadap tindakan atau pelayanan yang diterimanya dari perawat.
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
30
B. KEPUASAN PASIEN
1. Pengertian kepuasan pasien
Kepuasan yang dialami oleh pasien, berkaitan dengan mutu atau
kualitas pelayanan yang diberikan oleh perawat. Pasien sebagai konsumen
akan merasa puas bila diberi pelayanan yang baik dan diperlakukan
dengan baik serta mendapatkan kemudahan dalam pelayanan (Pohan,
2007). Kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan merupakan
prediktor yang paling penting dari keseluruhan pelayanan di rumah sakit.
Pasien (klien) adalah konsumen pelayanan kesehatan yang
membutuhkan kepuasan dalam pelayanan kesehatan yang terdiri dari:
a. Pelayanan primer: penginapan rumah sakit, pelayanan keperawatan,
dan tindakan pengobatan.
b. Pelayanan sekunder: daerah yang nyaman dan menyenangkan (Potter
& Perry, 2005).
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) yang diharapkan,
jika kinerja berada di bawah harapan pelanggan, pelanggan tidak puas, jika
memenuhi harapan pelanggan amat puas (Kotler, 2005).
Kepuasan juga merupakan tingkat perasaan seseorang atau
masyarakat setelah membandingkan hasil yang dirasakan dengan
harapannya (Pohan, 2007).
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
31
Sabarguna, (2006) kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan
pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang
diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan harapannya.
Berbagai pandangan mengenai pengertian kepuasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa kepuasan pasien merupakan tingkat perasaan senang
atau kecewa pasien sebagai konsumen pelayanan kesehatan setelah
membandingkan antara kinerja (hasil) yang diharapkan, jika pelayanan
kesehatan dibawah harapan pasien, pasien tidak puas, jika memenuhi
harapan pasien amat puas. Kepuasan pasien adalah hasil dari penilaian
dari pasien bahwa produk atau pelayanan telah memberikan tingkat
kenikmatan dimana tingkat pemenuhan ini bisa lebih atau kurang. Pasien
akan merasa puas jika persepsinya sama atau lebih dari yang diharapkan.
Mutu pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari aspek-aspek sebagai
berikut: aspek klinis (pelayanan dokter, perawat dan terkait teknis medis),
aspek efisiensi dan efektifitas pelayanan, keselamatan pasien, dan
kepuasan pasien. Beberapa indikator untuk mengetahui mutu efisiensi
rumah sakit antara lain : pemanfaatan tempat tidur, pemanfaatan tenaga,
pemanfaatan penunjang medik, dan keuangan. Indikator pemanfaatan
tempat tidur sendiri yang mudah kita lihat dan kita ketahui adalah melalui
angka BOR/ Bed Occupancy Rate, BTO/ Bed Turn Over, ALOS/ Average
Length Of Stay, TOI/ Turn Over Interval (Sabarguna, 2004).
Selama periode tahun 2005 - 2007, rumah sakit Indonesia
mengalami peningkatan dalam hal rata-rata pemanfaatan tempat tidur
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
32
(BOR). Pada tahun 2005 rata-rata nilai BOR nasional adalah sebesar 56,2
%, tahun 2006 rata-rata BOR nasional sebesar 57 %, dan BOR nasional
tahun 2007 sebesar 65 %. Selain itu, untuk rata-rata lama hari perawatan
(LOS) nasional secara umum cenderung fluktuatif. Rata-rata nilai LOS
nasional pada tahun 2005 adalah 5,1 hari, rata-rata LOS nasional tahun
2006 adalah 4 hari, dan pada tahun 2007 rata-rata LOS nasional adalah 5
hari (Fardiansyah, dkk 2012).
Pasien yang puas akan lebih loyal pada rumah sakit dan akan
menguntungkan bagi rumah sakit. Syafrudin, (2010) menjelaskan bahwa
memuaskan pelanggan akan memberikan keuntungan pada rumah sakit
diantaranya pelanggan yang puas akan kembali, biaya operasional menjadi
lebih efisien, biaya marketing lebih efektif, promosi gratis dari setiap
informasi yang disampaikan oleh pelanggan yang puas, memperoleh laba.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien
Menurut Kotler, (2003) mengatakan bahwa ada lima faktor yang
dapat mempengaruhi kepuasan klien, meliputi:
a. Sarana fisik (tangibility)
Berupa bukti fisik yang dapt dilihat, yang meliputi gedung,
perlengkapan, seragam pegawai dan komunikasi.
b. Keandalan (reliability)
Berupa kemampuan dalam memberikan pelayanan yang di janjikan
dengan cepat, akurat dan memuaskan.
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
33
c. Ketanggapan (responsiveness)
Berupa inisiatif para pegawai untuk membantu para pelanggan dengan
tanggap. Dalam memberikan pelayanan hendaknya tanggap terhadap
kebutuhan klien sehingga dapat membantu klien bahkan sebelum klien
menyadarinya atau memintanya.
d. Jaminan (assurance).
Yaitu pengetahuan, kemempuan, kesoanan, dan sifat dapat dipercaya
yang meliputi para perawat.
e. Sikap peduli (empati)
Berupa kemudahan dalam membangun hubungan komunikasi yang baik
antara pegawai dengan klien, perhatian priadi, dan dapat memahami
kebutuhan pelanggan.
3. Metode pengukuran kepuasan
Menurut Kotler, (2005) ada beberapa metode dalam mengukur kepuasan
pelanggan yaitu :
a. Sistem keluhan dan saran.
Pemberi pelayanan memberikan kepuasan pada pelanggan
dengan cara menerima saran. Keluhan masukan mengenai produk atau
jasa layanan.
b. Survei kepuasan pelanggan
Model ini berusaha menggali tingkat kepuasan dengan survei
kepada pelanggan mengenai jasa yang selama ini mereka gunakan. Jika
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
34
hal ini dilakukan dengan baik. Survey ini akan mencerminkan kondisi
lapangan yang sebenarnya mengenai sikap pelanggan terhadap jasa
yang digunakan.
c. Belanja siluman (Ghost Shoppin)
Cara pihak pemberi jasa dari pesaingnya dengan cara berpura-
pura sebagai pembeli atau pengguna jasa dan melaporkan hal-hal yang
berkaitan dengan cara memahami kelemahan dan kekuatan produk jasa
cara pesaing dalam menangani keluhan.
d. Analisa pelanggan yang hilang.
Analisa pelanggan tertentu yang berhenti menggunakan produk
jasa dan melakukan studi terhadap bekas pelanggan mereka. Kepuasan
pasien dipengaruhi oleh mutu pelayanan yang diberikan petugas
kesehatan dalam hal ini perawat (Syafrudin dan Rosyanawaty, 2010).
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
35
C. KERANGKA TEORI
Gambar 2.1
Kerangka teori caring perawat dan kepuasan pasien
Kotler, (2003) dan Watson, (2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
pasien:
1. Sikap peduli (Empati)
2. Keandalan dan keterampilan (reliability)
3. Kecepatan petugas memberikan tanggapan
(responsiveness).
Sumber : Kotler, (2003)
Kepuasan
Pasien
Caring perawat :
a. Pembentukan sistem nilai humanistic dan
altruistic.
b. Menanamkan sikap penuh pengharapan
c. Menumbuhkan sensitifitas d. Mengembangkan hubungan saling
percaya e. Meningkatkan dan menerima ekspresi
f. Menggunaan metode secara sistematis
g. Meningkatkan pembelajaran
h. Menciptakan lingkungan fisik
i. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
j. Mengijinkan untuk terbuka
Sumber : Watson, (2009)
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
36
D. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Variabel terikat
Gambar 2.2
Kerangka konsep penelitian perbedaan caring perawat IGD dan rawat inap kelas
III pada kepuasan pasien RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Kepuasan Pasien:
1. Sikap peduli
(Empati)
2. Keandalan dan
keterampilan
(reliability)
3. Kecepatan
petugas
memberikan
tanggapan
(responsiveness).
Caring perawat IGD: a. Pembentukan sistem nilai humanistic dan
altruistic. b. Menanamkan sikap penuh pengharapan c. Menumbuhkan sensitifitas
d. Mengembangkan hubungan saling percaya e. Meningkatkan dan menerima ekspresi
f. Menggunaan metode secara sistematis
g. Meningkatkan pembelajaran
h. Menciptakan lingkungan fisik
i. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
j. Mengijinkan untuk terbuka
Caring perawat rawat inap kelas III: a. Pembentukan sistem nilai humanistic dan
altruistic.
b. Menanamkan sikap penuh pengharapan c. Menumbuhkan sensitifitas
d. Mengembangkan hubungan saling percaya e. Meningkatkan dan menerima ekspresi
f. Menggunaan metode secara sistematis
g. Meningkatkan pembelajaran
h. Menciptakan lingkungan fisik
i. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
j. Mengijinkan untuk terbuka
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
37
E. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep penelitian diatas, maka dapat dirumuskan
hipotesis kerja (Ha) penelitian ini yaitu:
1. Ada perbedaan caring perawat IGD dengan rawat inap kelas III RSUD
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
2. Ada perbedaan kepuasan pasien IGD dengan rawat inap kelas III RSUD
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
3. Ada perbedaan caring perawat pada kepuasan pasien IGD dengan rawat
inap kelas III RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Perbedaan Caring Perawat..., Apri Rijal Khairun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015