BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, Makanan dan Pengertian Higiene Sanitasi Makanan 1. Bahan Tambahan Makanan (BTM) Menurut definisi Permenkes No. 772/Menkes/Per/IX/88 tentang bahan tambahan makanan, bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan, atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut. Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk pangan. Menurut FAO di dalam Furia (1980), bahan tambahan pangan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan kedalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bahan Tambahan Makanan, Makanan dan Pengertian Higiene Sanitasi

Makanan

1. Bahan Tambahan Makanan (BTM)

Menurut definisi Permenkes No. 772/Menkes/Per/IX/88 tentang bahan

tambahan makanan, bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya

tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen

khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan

sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada

pembuatan, pengolahan penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan

penyimpanan, atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan suatu

komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.

Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu,

dan gizi pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan

bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan

untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk pangan.

Menurut FAO di dalam Furia (1980), bahan tambahan pangan adalah

senyawa yang sengaja ditambahkan kedalam makanan dengan jumlah dan

ukuran tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau

penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita

rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

9

bahan (ingredient) utama. Menurut Codex, bahan tambahan pangan adalah

bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan, yang dicampurkan

secara sengaja pada proses pengolahan makanan. Bahan ini ada yang

memiliki nilai gizi dan ada yang tidak.

Pemakaian Bahan Tambahan Pangan di Indonesia diatur oleh

Departemen Kesehatan. Sementara, pengawasannya dilakukan oleh

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM).

2. Jenis-Jenis Bahan Tambahan Pangan

Di Indonesia, penggunaan BTP telah diatur sejak tahun 1988

dalam Permenkes No. 722/MenKes/Per/IX/1988 yang dikuatkan dengan

PermenkesNo.1168/MenKes/Per/1999 menyebutkan bahwa yang termasuk

BTP adalah pewarna, pemanis buatan, pengawet, antioksidan, anti kempal,

penyedap dan penguat rasa, pengatur keasaman, pemutih dan pematang

tepung, pengemulsi, pengental, pengeras, dan sekuestran (untuk

memantapkan warna dan tekstur makanan).

Beberapa Bahan Tambahan yang diizinkan digunakan dalam makanan

menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun

2012 diantaranya sebagai berikut:

a. Anti buih (Antifoaming agent)

Anti buih (Antifoaming Agent) adalah bahan tambahan pangan

untuk mencegah atau mengurangi pembentukan buih.

b. Anti kempal (Anticaking agent)

Anti kempal (Anticaking Agent) adalah bahan tambahan pangan

untuk mencegah menggumpalnya produk pangan.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

10

c. Antioksidan (Antioxidant)

Antioksidan (Antioxidant) adalah bahan tambahan pangan untuk

mencegah atau menghambat kerusakan pangan akibat oksidasi.

d. Bahan pen karbonasi (Carbonating agent)

Bahan Pen karbonasi (Carbonating Agent) adalah bahan tambahan

pangan untuk membentuk karbonasi di dalam pangan.

e. Garam pengemulsi (Emulsifying salt)

Garam Pengemulsi (Emulsifying Salt) adalah bahan tambahan

pangan untuk mendispersikan protein dalam keju sehingga

mencegah pemisahan lemak

f. Gas untuk kemasan (Packaging gas)

Gas Untuk Kemasan (Packaging Gas) adalah bahan tambahan

pangan berupa gas, yang dimasukkan ke dalam kemasan pangan

sebelum, saat maupun setelah kemasan diisi dengan pangan untuk

mempertahankan mutu pangan dan melindungi pangan dari

kerusakan.

g. Humektans (Humectant)

Humektans (Humectant) adalah bahan tambahan pangan untuk

mempertahankan kelembaban pangan.

h. Pelapis (Glazing agent)

Pelapis (Glazing Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk

melapisi permukaan pangan sehingga memberikan efek

perlindungan dan/atau penampakan mengkilap.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

11

i. Pemanis (Sweetener)

Pemanis (Sweetener) adalah bahan tambahan pangan berupa

pemanis alami dan pemanis buatan yang memberikan rasa manis

pada produk pangan.

1) Pemanis Alami (Natural Sweetener)

Pemanis Alami (Natural Sweetener) adalah pemanis yang

dapat ditemukan dalam bahan alam meskipun prosesnya secara

sintetik ataupun fermentasi.

2) Pemanis Buatan (Artificial Sweetener)

Pemanis buatan (Artificial Sweetener) adalah pemanis yang

diproses secara kimiawi, dan senyawa tersebut tidak terdapat

di alam.

j. Pembawa (Carrier)

Pembawa (Carrier) adalah bahan tambahan pangan yang

digunakan untuk memfasilitasi penanganan, aplikasi atau

penggunaan bahan tambahan pangan lain atau zat gizi di dalam

pangan dengan cara melarutkan, mengencerkan, mendispersikan

atau memodifikasi secara fisik bahan tambahan pangan lain atau

zat gizi tanpa mengubah fungsinya dan tidak mempunyai efek

teknologi pada pangan.

k. Pembentuk gel (Gelling agent);

Pembentuk Gel (Gelling Agent) adalah bahan tambahan pangan

untuk membentuk gel.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

12

l. Pembuih (Foaming agent);

Pembuih (Foaming Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk

membentuk atau memelihara homogenitas dispersi fase gas dalam

pangan berbentuk cair atau padat.

m. Pengatur keasaman (Acidity regulator);

Pengatur keasaman (Acidity Regulator) adalah bahan tambahan

pangan untuk mengasamkan, menetralkan dan/atau

mempertahankan derajat keasaman pangan.

n. Pengawet (Preservative);

Pengawet (Preservative) adalah bahan tambahan pangan untuk

mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman, penguraian,

dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh

mikroorganisme.

o. Pengembang (Raising agent);

Pengembang (Raising Agent) adalah bahan tambahan pangan

berupa senyawa tunggal atau campuran untuk melepaskan gas

sehingga meningkatkan volume adonan.

p. Pengemulsi (Emulsifier);

Pengemulsi (Emulsifier) adalah bahan tambahan pangan untuk

membantu terbentuknya campuran yang homogen dari dua atau

lebih fase yang tidak tercampur seperti minyak dan air.

q. Pengental (Thickener);

Pengental (Thickener) adalah bahan tambahan pangan untuk

meningkatkan viskositas pangan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

13

r. Pengeras (Firming agent);

Pengeras (Firming Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk

memperkeras, atau mempertahankan jaringan buah dan sayuran,

atau berinteraksi dengan bahan pembentuk gel untuk memperkuat

gel.

s. Penguat rasa (Flavor enhancer);

Penguat Rasa (Flavor enhancer) adalah bahan tambahan pangan

untuk memperkuat atau memodifikasi rasa dan/atau aroma yang

telah ada dalam bahan pangan tanpa memberikan rasa dan/atau

aroma baru.

t. Peningkat volume (Bulking agent);

Peningkat Volume (Bulking Agent) adalah bahan tambahan pangan

untuk meningkatkan volume pangan.

u. Penstabil (Stabilizer);

Penstabil (Stabilizer) adalah bahan tambahan pangan untuk

menstabilkan sistem dispersi yang homogen pada pangan.

v. Pretensi warna (Color retention agent)

Pretensi Warna (Color Retention Agent) adalah bahan tambahan

pangan yang dapat mempertahankan, menstabilkan, atau

memperkuat intensitas warna pangan tanpa menimbulkan warna

baru.

w. Perisa (Flavoring)

Perisa (Flavoring) adalah bahan tambahan pangan berupa preparat

konsentrat dengan atau tanpa ajudan perisa (flavoring adjunct)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

14

yang digunakan untuk memberi flavor dengan pengecualian rasa

asin, manis dan asam.

x. Perlakuan Tepung (Flour Treatment Agent)

Perlakuan Tepung (Flour Treatment Agent) adalah bahan tambahan

pangan yang ditambahkan pada tepung untuk memperbaiki warna,

mutu adonan dan atau pemanggangan, termasuk bahan

pengembang adonan, pemukat dan pematang tepung.

y. Pewarna (Color)

Pewarna (Color) adalah bahan tambahan pangan berupa pewarna

alami dan pewarna sintetis, yang ketika ditambahkan atau

diaplikasikan pada pangan, mampu memberi atau memperbaiki

warna.

1) Pewarna alami (Natural Color)

Pewarna Alami (Natural Color) adalah Pewarna yang dibuat

melalui proses ekstraksi, isolasi, atau derivat sasi (sintesis

parsial) dari tumbuhan, hewan, mineral atau sumber alami lain,

termasuk Pewarna identik alami.

2) Pewarna Sintetis (Synthetic Color)

Pewarna Sintetis (Synthetic Color) adalah Pewarna yang

diperoleh secara sintesis kimiawi.

z. Propelan (Propellant)

Propelan (Propellant) adalah bahan tambahan pangan berupa gas

untuk mendorong pangan keluar dari kemasan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

15

Beberapa bahan Tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan,

menurut Permenkes RI No. 033 tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan

Makanan diantaranya sebagai berikut:

1. Asam borat dan senyawanya (Boric acid)

2. Asam salisilat dan garamnya (Salicylic acid and its salt)

3. Biji Tonka (Tonka bean)

4. Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, DEPC)

5. Dihidrosafrol (Dihydrosafrole)

6. Dulsin (Dulcin)

7. Dulkamara (Dulcamara)

8. Formalin (Formaldehyde)

9. Kalium bromat (Potassium bromate)

10. Kalium klorat (Potassium chlorate)

11. Kloramfenikol (Chloramphenicol)

12. Kokain (Cocaine)

13. Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils)

14. Minyak kalamus (Calamus oil)

15. Minyak tansi (Tansy oil)

16. Minyak sassafras (Sassafras oil)

17. Nitrofurazon (Nitrofurazone)

18. Nitrobenzen (Nitrobenzene)

19. Sinamil antranilat (Cinnamyl anthranilate)

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

722/Menkes/Per/IX/1988, selain bahan tambahan diatas masih ada bahan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

16

tambahan kimia yang dilarang seperti rhodamin B (pewarna merah), methyl

yellow (pewarna kuning), dulsin (pemanis sintesis), dan kalsium bromat

(pengeras).

3. Faktor Penyebab Penggunaan Bahan Tambahan Makanan

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. No. 36

tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan

Pengawet sebagaimana yang dimaksud dalam Lampiran I untuk tujuan:

a) Menyembunyikan penggunaan bahan yang tidak memenuhi

persyaratan,

b) Menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi

pangan yang baik untuk pangan dan/atau,

c) Menyembunyikan kerusakan pangan.

4. Pengertian Makanan

Menurut WHO, makanan adalah semua substansi yang dibutuhkan

oleh tubuh tidak termasuk air, obat-obatan, dan substansi –substansi lain yang

digunakan untuk pengobatan. Air tidak termasuk dalam makanan karena

merupakan elemen yang vital bagi kehidupan manusia (Dr.Budiman Chandra,

2014:85)

Makanan merupakan salah satu bagian yang penting untuk kesehatan

manusia mengingat setiap saat dapat saja terjadi penyakit-penyakit yang

diakibatkan oleh makanan. Kasus penyakit bawaan makanan (foodborne

disease) dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara

lain, kebiasaan mengolah makanan secara tradisional, penyimpanan dan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

17

penyajian yang tidak bersih, dan tidak memenuhi persyaratan sanitasi

(Dr.Budiman Chandra, 2014:85).

Menurut Notoatmodjo (2000) ada empat fungsi pokok makanan bagi

kehidupan manusia, yaitu:

Memelihara proses tumbuh pada pertumbuhan atau

perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak.

Memperoleh energi guna melakukan aktivitas sehari-hari

Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air,

mineral dan cairan tubuh yang lain.

Berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap

berbagai penyakit.

Makanan sehat adalah makanan yang higienis dan bergizi,

mengandung zat hidrat arang, protein, vitamin, dan mineral. Agar makanan

sehat bagi konsumen diperlukan persyaratan khusus antara lain cara

pengolahan yang memenuhi syarat, cara penyimpanan yang benar, dan

pengangkutan yang sesuai dengan ketentuan (Mukono, 2006:135).

Penanganan makanan jajanan adalah kegiatan yang meliputi

pengadaan, penerimaan bahan makanan, pencucian, peracikan, pembuatan,

pengubahan bentuk, penadahan, penyimpanan, pengangkutan, penyajian

makanan atau minuman. Penjamah makanan jajanan dalam melakukan

kegiatan pelayanan penanganan makanan jajanan harus memenuhi

persyaratan antara lain tidak menderita penyakit mudah menular misal (batuk,

pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya), menutup luka (pada luka

terbuka/ bisul atau luka lainnya), menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku,

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

18

dan pakaian, memakai celemek, dan tutup kepala, mencuci tangan setiap kali

hendak menangani makanan, menjamah makanan harus memakai alat/

perlengkapan, atau dengan alas tangan, tidak sambil merokok, menggaruk

anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya), tidak batuk atau

bersin di hadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau tanpa menutup

mulut atau hidung. (keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor

942/menkes/sk/vii/2003).

5. Pengertian Higiene Sanitasi Makanan

Hygiene menurut Depkes (2004) adalah upaya kesehatan dengan cara

memelihara dan melindungi kebersihan individu subjeknya. Misalnya

mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk

melindungi kebersihan piring. Membuang bagian makanan yang rusak untuk

melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan. Untuk mencegah

kontaminasi makanan dengan zat-zat yang dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan diperlukan penerapan sanitasi lingkungan.

Depkes (2004) menyatakan bahwa sanitasi adalah upaya kesehatan

dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subjeknya.

Misalnya menyediakan air bersih untuk keperluan mencuci tangan,

menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar sampah tidak

dibuang sebarangan.

Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk

kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya

keracunan dan penyakit pada manusia. (Dr.Budiman Chandra, 2014:85)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

19

Secara umum hygiene sanitasi makanan adalah upaya mengendalikan

faktor makanan dan minuman orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat

atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan (Depkes

RI, 2003).

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1096/MENKES/PER/IV tahun 2011 menyebutkan bahwa higiene sanitasi

adalah upaya untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya kontaminasi

terhadap makanan, baik yang berasal dari bahan makanan, orang, tempat dan

peralatan agar aman dikonsumsi.

Menurut Depkes RI tahun 1994 Higiene dan sanitasi merupakan suatu

tindakan atau upaya untuk meningkatkan kebersihan dan kesehatan melalui

pemeliharaan dini setiap individu dan faktor lingkungan yang

mempengaruhinya, agar individu terhindar dari ancaman kuman penyebab

penyakit.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk dapat

menyelenggarakan sanitasi makanan yang efektif yaitu (Dr.Budiman

Chandra, 2014:86) :

a. Sumber bahan makanan

Apakah diperoleh dari hasil pertanian, peternakan, perikanan, atau lainnya,

sumber bahan makanan harus memenuhi persyaratan sanitasi untuk

mencegah terjadinya kontaminasi atau pencemaran. Contohnya, hasil

pertanian tercemar dengan pupuk kotoran manusia, atau dengan

insektisida.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

20

b. Pengangkutan bahan makanan

Cara pengangkutan makanan harus memenuhi persyaratan sanitasi,

misalnya, apakah sarana pengangkutan memiliki alat pendingin dan

tertutup. Pengangkutan tersebut dilakukan baik dari sumber ke pasar

maupun dari sumber ke tempat penyimpanan agar bahan makanan tidak

tercemar oleh kontaminan dan tidak rusak. Contoh, mengangkut daging

dan ikan dengan menggunakan alat pendingin.

c. Penyimpanan bahan makanan

Tidak semua makanan langsung di konsumsi, tetapi sebagian

mungkin disimpan baik dalam skala kecil di rumah maupun skala besar di

gudang. Tempat penyimpanan atau gudang harus memenuhi persyaratan

sanitasi seperti berikut :

1) Tempat penyimpanan dibangun sedemikian rupa sehingga binatang

seperti tikus atau serangga tidak bersarang.

2) Jika ingin menggunakan rak, harus disediakan ruang untuk kolong

agar mudah membersihkannya.

3) Suhu udara dalam gudang tidak lembap untuk mencegah timbulnya

jamur.

4) Memiliki sirkulasi udara yang cukup.

5) Memiliki pencahayaan yang cukup.

6) Dinding bagian bawah dari gudang harus dicat putih agar

mempermudah melihat jejak tikus (jika ada).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

21

Tabel 2.1

Penyimpanan Bahan Makanan

Lama Penyimpanan

Jenis Bahan Makanan < 3 Hari < 1 Minggu > 1 Minggu

Daging, ikan, udang dan

Olahannya -5 s/d 0°C -10 s/d 0°C < -10°C

Telur, susu dan olahannya 5 s/d 7°C -5 s/d 0°C -5°C

Sayur, buah dan minuman 10°C 10°C 10°C

Tepung dan biji-bijian 15°C 25°C 25°C

Sumber: Kepmenkes RI No.1098/Menkes/PER/VI/2011

d. Pemasaran Makanan

Tempat penjualan atau pasar harus memenuhi persyaratan sanitasi antara

lain kebersihan, pencahayaan, sirkulasi udara, dan memiliki alat

pendingin.

e. Pengolahan makanan

Proses pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan sanitasi

terutama berkaitan dengan kebersihan dapur dan alat-alat perlengkapan

masak.

f. Penyajian makanan

Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan sanitasi, yaitu

bebas dari kontaminasi, bersih dan tertutup.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

22

g. Penyimpanan makanan

Makanan yang telah diolah disimpan di tempat yang memenuhi

persyaratan sanitasi, dalam lemari atau alat pendingin.

Ada empat cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan

suhunya yaitu (Depkes RI, 2004) :

1) Penyimpanan sejuk (cooling), yaitu suhu penyimpanan 100 C – 150

C untuk jenis minuman buah, es krim dan sayuran.

2) Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 40 C – 100

C untuk bahan makanan yang be protein yang akan segera diolah

kembali.

3) Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu suhu penyimpanan 00

C – 40 C untuk bahan be protein yang mudah rusak untuk jangka

waktu sampai 24 jam.

4) Penyimpanan beku (frozen), yaitu suhu penyimpanan <00 C untuk

bahan makanan protein yang mudah rusak untuk jangka waktu >24

jam.

B. Formalin

1. Pengertian Formalin

Formalin adalah bahan kimia yang digunakan untuk keperluan luar

tubuh. Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehida dalam air dan

biasanya ditambahkan metanol 15% jika digunakan sebagai pengawet.

Formalin memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

23

protein. Itulah sebabnya makanan be protein yang ditambahkan dengan

formalin menjadi lebih awet.

2. Dampak Formalin Bagi Kesehatan

a. Efek akut penggunaan formalin:

1. Tenggorokan dan perut terasa terbakar, tenggorokan terasa sakit

untuk menelan.

2. Mual, muntah dan diare.

3. Mungkin terjadi pendarahan dan sakit perut yang hebat.

4. Sakit kepala dan hipo tensi (tekanan darah rendah)

5. Kejang, tidak sadar hingga koma.

6. Kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, serta sistem

susunan saraf pusat dan ginjal.

b. Efek kronis penggunaan formalin:

1. Iritasi pada saluran pernapasan.

2. Muntah-muntah dan kepala pusing.

3. Rasa terbakar pada tenggorokan.

4. Penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada.

5. Bila dikonsumsi menahun dapat mengakibatkan kanker (Saparinto

dan Hidayati, 2006:64)

C. Pengetahuan Pedagang, Pengawasan dan Pembinaan Makanan

1. Faktor Pendidikan terhadap Perubahan Perilaku

Tingkat pendidikan sangat berhubungan dengan kemampuan baca

tulis seseorang. Para pedagang atau produsen membubuhi Bahan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

24

Tambahan Kimia yang dilarang pada dagangan produknya karena tingkat

pendidikan yang rendah mengenai zat pewarna makanan. Hal tersebut

ditunjang dari perilaku konsumen yang cenderung untuk membeli

makanan dengan harga murah tanpa mengindahkan kualitas. Makin

rendah pengetahuan masyarakat soal mutu dan keamanan pangan

menyebabkan maraknya kasus keracunan makanan.

2. Pengawasan dan Pembinaan Makanan

Dalam rangka melindungi konsumen, pemerintah melaksanakan

pengawasan terhadap penggunaan bahan tambahan makanan untuk

menjamin keamanan, mutu dan gizi makanan. Dalam Permenkes RI

942/MENKES/SK/VII/2003 tentang pedoman Persyaratan Hygiene

Sanitasi Makanan, pembinaan dan pengawasan bab VII pasal 15 ayat (1)

menyebutkan pembinaan dan pengawasan makanan jajanan dilakukan

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Bab VII pasal 16 ayat (1)

menyebutkan bahwa penjamah makanan berkewajiban memiliki

pengetahuan tentang hygiene sanitasi makanan dan gizi serta menjaga

kesehatan. Pasal 16 ayat (2) “Pengetahuan mengenai hygiene sanitasi

makanan dan gizi serta menjaga kesehatan sebagaimana dimaksudkan

pada ayat (1) diperoleh melalui kursus hygiene sanitasi makanan.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

25

D. Kerangka Teori

Berdasarkan dalam Permenkes 033 tahun 2012 tentang Bahan

Tambahan Makanan, maka disusunlah kerangka teori sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Teori

Penggunaan Bahan Tambahan

Makanan

Bahan tambahan makanan

yang diperbolehkan

Bahan Tambahan

Makanan yang dilarang

Makanan yang

ditambahkan Bahan

Tambahan Makanan

Berbahaya

Pembinaan dan

pengawasan BTM

Dampak Keracunan

Makanan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

26

E. Kerangka Konsep

Gambar 2.2

Kerangka Konsep

Jenis-jenis makanan jajanan

Formalin

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

27

F. Definisi Operasional

Tabel 2.2

Definisi Operasional Gambaran Kandungan Bahan Tambahan Pangan (Formalin) Pada Jajanan Di Kantin Sekolah Dasar di

Kecamatan Metro Pusat

No Variable Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1. a. Formalin Ada tidaknya Formalin pada

makanan Jajanan yang ada di

Kantin Sekolah Dasar di

kecamatan Metro Pusat.

Uji

Laboratorium

Tes Kit

Formalin

- Positif (+)

Pada sampel terbentuk

warna ungu kebiruan.

- Negatif (-)

Pada sampel tidak

terbentuk apapun.

Skala

Nominal

2. Jenis-jenis

makanan jajanan

Jajanan yang ada di Kantin

Sekolah Dasar di kecamatan

Metro Pusat.

Pengamatan Checklist - Baik jika semua

komponen pada

setiap variabel

jawabannya Ya

- Kurang baik, jika

komponen pada

setiap variabel ada

yang jawabannya

Tidak

Skala

Ordinal

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan, …

8