BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. a. -...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. a. -...
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Motorik Halus
1. Kemampuan Motorik
a. Motorik Kasar
Gerakan motorik kasar terbentuk saat anak mulai memiliki
koordinasi dan keseimbangan hampir seperti orang dewasa. Gerakan
motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian
besar bagian tubuh anak. Oleh karena itu, biasanya memerlukan tenaga
karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Pengembangan gerakan
motorik kasar juga memerlukan koordinasi kelompok otot-otot anak yang
tertentu yang dapat membuat mereka dapat meloncat, memanjat, berlari,
menaiki sepeda roda tiga, serta berdiri dengan dengan satu kaki. Bahkan,
ada juga anak yang dapat melakukan hal-hal yang lebih sulit, seperti
jungkir balik dan bermain sepatu roda. Gerakan motorik kasar melibatkan
aktivitas otot tangan, kaki, dan seluruh tubuh anak. Gerakan ini
mengandalkan kematangan dalam koordinasi. Berbagai gerakan motorik
kasar yang dicapai anak tentu sangat berguna bagi kehidupannya kelak.
Misalnya, anak dibiasakan untuk terampil berlari atau memanjat jika ia
sudah lebih besar ia akan senang berolahraga. (Bambang Sujiono, 2005 :
10).
2
Untuk melatih gerakan motorik kasar anak dapat dilakukan
misalnya dengan melatih anak berdiri di atas satu kaki. Jika anak kurang
terampil berdiri di atas satu kakinya, berarti penguasaan kemampuan lain
seperti berlari akan terpengaruh karena berarti anak tersebut masih belum
dapat mengontrol keseimbangan tubuhnya. Dalam perkembangannya,
motorik kasar berkembang lebih dulu daripada motorik halus. Hal ini
dapat terlihat saat anak sudah dapat menggunakan otot-otot kakinya untuk
berjalan sebelum ia dapat mengontrol tangan dan jari-jarinya untuk
menggunting dan meronce. Pada masa anak kecil perkembangan fisik
berada pada suatu tingkatan dimana secara organis telah memungkinkan
untuk melakukan beberapa gerakan motorik dasar dengan beberapa
variasinya. Ukuran fisik yang semakin tinggi dan semakin besar dan
peningkatan jaringan otot yang cepat telah memungkinkan anak lebih
mampu menjelajahi ruang yang lebih luas dan menjangkau obyek-obyek
yang berada di sekitarnya. (MS. Sumantri, 2005 : 71).
Motorik sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku
gerak manusia, sedangkan psikomotorik khusus digunakan pada
perkembangan manusia yang mencakup gerak manusia. Jadi motorik
ruang lingkupnya lebih luas daripada psikomotorik. Meskipun secara
umum sinonim digunakan dengan istilah motorik. Sebenarnya
psikomotorik mengacu pada gerakan-gerakan yang dinamakan alih
3
gerakan elektrolit dari pusat otot besar. (Yudha M. Saputra, Rudyanto,
2005 : 113).
b. Pengertian Motorik Halus
Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti
ketrampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan
tangan yang tepat. oleh karena itu gerakan ini tidak terlalu membutuhkan
tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan
yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak
dapat berkreasi seperti : melipat kertas, menggunting kertas, mewarnai,
menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas. Namun tidak semua
anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini. Dalam
melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan
ketrampilan fisik lain serta kematangan mental. Gerakan motorik halus
anak sudah mulai berkembang pesat di usia kira-kira 3 (tiga) tahun, namun
demikian kemampuan seorang anak untuk melakukan gerak motorik
tertentu tidak akan sama dengan anak lain walaupun usia mereka sama.
(Bambang Sujiono, dkk 2005 : 11) dalam bukunya Metode Pengembangan
Fisik).
Aktivitas gerak-gerak kecil (motorik halus) dibatasi dalam bentuk
menulis dengan pensil, mewarnai gambar-gambar bentuk atau mengikuti
ceramah terstruktur. Dalam pandangan saat ini, strategi pendidikan yang
4
dilakukan mestinya memberi banyak kesempatan kepada anak-anak untuk
menggunakan otot-ototnya seluas-luasnya. Misalnya melalui berlari,
melompat, meloncat, menjaga kesehatan. Aktivitas anak di luar ruangan
direncanakan setiap hari sehingga anak berkesempatan mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan motorik kasarnya. Anak-anak berkesempatan
mempelajari lingkungan dan mengekspresikan dirinya secara bebas di luar
kelas. Dalam hal pengembangan motorik halus, anak-anak berkesempatan
untuk melakukan aktivitas seperti bermain pada papan keseimbangan,
bermain puzzle, menggambar, melukis, menggunting dan aktivitas serupa
lainnya. (Triyono 2005 : 181-182).
Kemampuan dalam ketrampilan motorik yang berbeda memainkan
peranan yang berbeda pula dalam menyesuaikan sosial dan pribadi anak.
Sebagai contoh ketrampilan berfungsi membantu anak untuk memperoleh
kemandiriannya, sedangkan sebagian lainnya berfungsi untuk
mendapatkan penerimaan sosial. Ketrampilan motorik halus adalah
pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-
jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi
mata dengan tangan, ketrampilan yang mencakup pemanfaatan dengan
alat-alat untuk bekerja dan obyek yang kecil dan atau pengontrolan
terhadap mesin misalnya mengetik, menjahit dan lain-lain (MS. Sumantri
2005 : 143).
5
c. Gerakan Motorik Halus
Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil,
seperti ketrampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan
pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu, gerakan ini tidak terlalu
membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata
dan tangan yang cermat. Karena koordinasi antara mata dan tangan sudah
semakin baik maka anak sudah dapat mengurus diri sendiri dengan
pengawasan orang yang lebih tua. Gerakan motorik halus yang terlihat
saat usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya,
menyisir, membuka dan menutup retsluiting, memakai sepatu sendiri,
mengancingkan pakaian, serta makan sendiri dengan menggunakan
sendok dan garpu. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat
anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan
yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan
klip untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas
serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun, tidak semua anak
memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang
sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan
dukungan ketrampilan fisik lain serta kematangan mental, misalnya
ketrampilan membuat gambar. Dalam membuat gambar, selain anak
memerlukan ketrampilan menggerakkan pergelangan dan jari-jari tangan,
6
anak juga memerlukan kemampuan kognitif yang memungkinkan
terbentuknya sebuah gambar. Misalnya, untuk menggambar lingkaran,
anak perlu memahami konsep lingkaran terlebih dahulu sebelum
menerjemahkannya dalam bentuk gambar. Contoh lain, saat anak berlatih
bermain balok dengan menumpuk balok-balok kayu atau lego, anak
memerlukan ketrampilan mengambil balok, dan anak harus mengetahui
apa yang akan diperbuatnya dengan balok-balok itu. (Bambang Sujiono,
2005 : 11).
Gerakan motorik halus anak sudah mulai berkembang pesat di usia
kira-kira 3 tahun. Di usia itu, anak dapat meniru cara ayahnya memegang
pensil. Namun, posisi jari-jarinya masih belum cukup jauh dari mata
pensil. Namun, saat anak berusia 4 tahun, ia sudah dapat memegang pensil
warna atau crayon untuk menggambar. Gerakan motorik halus, seperti
menulis dan menggambar akan diperlukan anak saat ia bersekolah nanti.
Namun demikian, kemampuan seorang anak untuk melakukan gerak
motorik tertentu tak akan sama dengan anak lain walaupun usia mereka
sama. Misalnya, Ani seorang anak berusia 4 tahun, sudah dapat membuka
baju sendiri, sedangkan Dede yang juga berusia 4 tahun masih
memerlukan bantuan untuk melepas bajunya jika ia akan mandi atau Adi
seorang anak berusia 5 tahun masih belum dapat menangkap bola yang
dilemparkan padanya, padahal Anto teman sebayanya sudah sangat
terampil melakukan kegiatan lempar dan tangkap bola bersama teman-
7
temannya. Keadaan tersebut menunjukkan ada anak-anak yang masih
kurang menguasai gerakan motorik halus atau kasarnya. (MS. Sumantri,
2005 : 143).
Perbedaan jenis kelamin juga berpengaruh pada perkembangan
motorik anak TK. Anak perempuan lebih sering melatih ketrampilan yang
membutuhkan keseimbangan tubuh, seperti permainan melompati tali
(skipping), atau melompat-lompat dengan bola besar (hoping). Sedangkan
anak laki-laki lebih senang melatih ketrampilan melempar, menangkap
dan menendang bola atau berperilaku yang mementingkan kecepatan dan
kekuatan. Anak laki-laki juga lebih senang berpartisipasi pada kegiatan
yang melatih ketrampilan motorik kasar, sedangkan anak perempuan lebih
suka pada ketrampilan motorik halus. Ada beberapa kegiatan yang dapat
mengembangkan gerakan motorik anak, misalnya aktivitas berjalan di atas
papan, olahraga (melompat tali, renang, sepak bola, bulu tangkis, senam,
bersepeda), menari atau bermain drama. Kegiatan-kegiatan tersebut selain
menyenangkan untuk anak-anak juga dapat melatih rasa percaya diri anak.
Selain perkembangan motorik kasar yang meningkatkan perkembangan
motorik halus juga meningkat. Pada usia ini koordinasi mata, tangan anak
semakin baik. Anak sudah dapat menggunakan kemampuan untuk
melatih diri dengan bantuan orang dewasa. Anak dapat menyikat gigi,
menyisir, mengancingkan baju, membuka dan memakai sepatu, melipat,
meronce, dan lain-lain. Kelenturan tangannya juga semakin baik. Anak
8
dapat menggunakan tangannya untuk berkreasi. Faktor-faktor pendukung
dalam meningkatkan perkembangan motorik kasar maupun motorik halus
antara lain adalah mainan atau lingkungan yang memungkinkan anak
untuk melatih ketrampilan motoriknya. (Rita Eka Izzaty, 2005 : 55).
2. Prinsip-Prinsip Perkembangan Motorik
Ada 5 (lima) prinsip utama perkembangan motorik yaitu :
kematangan, urutan, motivasi, pengalaman dan praktek.
1. Kematangan
Kemampuan anak melakukan gerakan motorik sangat ditentukan oleh
kematangan syaraf yang mengatur gerakan tersebut.
2. Urutan
Pada usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat
kompleks yaitu kemampuan yang mengkoordinasikan gerakan motorik
tangan seimbang.
3. Motivasi
Kematangan motorik memotivasi anak untuk melakukan aktivitas motorik
dalam lingkup yang luas, hal ini dapat dilihat berikut ini :
- Aktivitas fisik yang meningkat dengan tajam.
- Anak seakan tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik
menggunakan otot kasar dan halus.
9
4. Pengalaman
Perkembangan gerakan dasar bagi perkembangan berikutnya.
5. Praktek
Beberapa kebutuhan anak usia TK yang berkaitan dengan pengembangan
motoriknya perlu dipraktekkan anak dengan bimbingan guru. (B E F.
Montolalu, 2005 : 4.11).
Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik
fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya. Perkembangan
motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan dan perlakuan motorik
yang sesuai dengan masa perkembangannya.
Nilai-nilai yang didapat dari perkembangan motorik pada anak antara
lain mendapatkan pengalaman yang berarti, hak dan kesempatan beraktivitas,
keseimbangan jiwa dan raga serta mampu berperan menjadi dirinya sendiri.
Tujuan dan fungsi perkembangan motorik adalah penguasaan ketrampilan
yang tergambar dalam kemampuan menyelesaikan tugas motorik tertentu.
Kualitas motorik terlihat dari seberapa jauh anak tersebut mampu
menampilkan tugas motorik yang diberikan dengan tingkat keberhasilan
tertentu. Jika tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas motorik tinggi,
berarti motorik yang dilakukan efektif dan efisiensi. (Yudha M. Saputra,
Rudyanto, 2005 : 114.
Dalam Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar (GBPKB) tahun
1994 pengembangan ketrampilan di TK bertujuan mengembangkan motorik
10
halus anak dalam berolah tangan dengan menggunakan alat, media kreatif,
seperti : kuas, pensil, kertas, gunting, tanah liat dan lain-lain dengan
menggunakan media tersebut anak dapat melaksanakan kegiatan yang dapat
melatih otot-otot tangan sehingga anak memperoleh ketrampilan yang
berguna untuk perkembangan selanjutnya.
Dengan memperhatikan kemampuan-kemampuan yang telah
ditetapkan dalam GBPKB TK 1994 maka pengembangan ketrampilan
berfungsi antara lain :
1. sebagai alat untuk melatih ketelitian dan kerapian,
2. sebagai alat untuk mengembangkan fantasi dan kreativitas,
3. sebagai alat untuk melatih motorik halus anak,
4. sebagai sarana memupuk pengamatan, pendengaran dan daya pikir,
5. sebagai alat untuk mengembangkan perasaan estetis,
6. sebagai alat untuk melatih daya ingat,
7. sebagai alat untuk mengembangkan imajinasi,
8. sebagai alat untuk mengenalkan cara mengekspresikan diri melalui
ciptaannya dengan menggunakan teknik yang telah dikuasai,
9. sebagai alat untuk melatih kerja sama dan tenggang rasa dengan teman.
(Metodik Khusus Pengembangan Ketrampilan di TK, Depdikbud 1997: 2)
11
B. Melipat Kertas
1. Pengertian Melipat
Melipat atau origami adalah suatu teknik berkarya seni / kerajinan
tangan yang umumnya dibuat dari bahan kertas dengan tujuan untuk
menghasilkan aneka bentuk mainan, hiasan, benda fungsional, alat peraga dan
kreasi lainnya. Bagi anak usia Taman Kanak-Kanak, melipat merupakan salah
satu bentuk kegiatan bermain kreatif yang menarik dan menyenangkan.
Melalui kegiatan ini dapat mengembangkan kompetensi pikir, imajinasi, rasa
seni dan ketrampilan anak. Secara khusus kegiatan melipat bertujuan untuk
melatih daya ingatan, pengamatan, ketrampilan tangan, mengembangkan daya
fantasi, kreasi, ketelitian, kerapian dan perasaan keindahan.
Melipat dilakukan dengan cara mengubah lembaran kertas berbentuk bujur
sangkar, empat persegi panjang, atau segitiga menurut arah atau pola lipatan
yang diinginkan. Adapun kreativitas melipat yang dimaksudkan di sini adalah
kegiatan berlatih membuat sesuatu bentuk / model lipatan yang hasilnya bisa
ditempelkan pada kertas gambar. Hasil dari lipatan yang ditempel
ditambahkan hiasan dan guntingan dapat pula dijadikan hiasan gantung
dengan ditambahkan tali / benang dan difungsikan sebagai mainan. (Sumanto,
2005 : 99-100).
Melipat pada hakikatnya merupakan kegiatan ketrampilan tangan
untuk menciptakan bentuk-bentuk tertentu tanpa menggunakan bahan perekat
(lem). Ketrampilan ini membutuhkan ketrampilan koordinasi tangan,
12
ketelitian dan kerapian serta kreativitas kegiatan melipat jika disajikan sesuai
dengan minat anak akan memberikan keasyikan dan kegembiraan serta
kepuasan bagi anak. (MS. Sumantri, 2005 : 150 Model Pengembangan
Ketrampilan Motorik Anak Usia Dini).
Melipat merupakan kegiatan yang dapat melatih daya ingatan,
pengamatan dan melatih otot-otot tangan / jari, otot-otot mata termasuk
koordinasinya dan ketrampilan tangan.
Melipat juga dapat mengembangkan daya fantasi dan daya kreasi. Dalam hal
ini fantasi anak tetap dikembangkan karena anak tetap berimajinasi terhadap
hasil lipatan. (Bidang Pengembangan Daya Cipta di TK, 1988 :32).
2. Langkah-Langkah Pelaksanaan
a. Guru membagikan kertas kepada anak.
b. Guru memperlihatkan contoh dan menerangkan bentuk lipatan yang akan
dibuat.
c. Guru memberi contoh cara melipat.
d. Anak-anak diberi kesempatan untuk melipat menurut contoh yang sudah
jadi.
e. Anak diberi petunjuk dan bimbingan apabila diperlukan.
f. Guru menghargai dan memberi pujian dan nilai hasil karya anak.
(Pedoman Guru, Bidang Pengembangan Daya Cipta di TK, 1988 : 32).
13
C. Metode Pemberian Tugas
1. Pengertian metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas merupakan tugas atau pekerjaan yang sengaja
diberikan kepada anak TK yang harus dilaksanakan dengan baik. Tugas itu
diberikan untuk memberi kesempatan kepada anak TK untuk menyelesaikan
tugas yang didasarkan pada petunjuk langsung dari guru yang sudah
dipersiapkan sehingga anak dapat menjalani secara nyata dan melaksanakan
dari awal sampai tuntas. Tugas yang diberikan kepada anak dapat secara
perorangan atau kelompok. (Kurikulum Taman Kanak-Kanak, 1986 : 10).
Pemberian tugas itu harus jelas dan penentuan batas yang tepat yang
diberikan benar-benar nyata. Pemberian penentuan batasan tugas merupakan
pra syarat yang sangat penting yang harus dapat perhatian guru TK. Banyak
anak yang mengalami kesulitan untuk memperoleh kemajuan belajar karena
tidak menentunya batas tugas yang diberikan guru yang harus diselesaikan.
Siswa harus mendapat kejelasan mengapa ia harus mengerjakan tugas itu.
Anak harus tahu apa yang menjadi tujuan dari tugas yang diberikan guru.
Kejelasan penentuan batas tugas yang harus diselesaikan anak akan
memperkecil kemungkinan anak membuang-buang waktu dan tenaga untuk
suatu kegiatan yang tidak membutuhkan hasil dan tidak bermakna bagi anak.
Jadi bagaimana agar batas tugas itu dapat dipahami anak? Ada
beberapa faktor berpengaruh dalam penentuan batas tugas bagi anak TK
antara lain :
14
- Tugas itu harus cukup jelas rinciannya agar tugas tidak membingungkan.
- Tugas yang diberikan guru harus jelas kaitannya dengan hal-hal konkret
yang dihadapi anak sehari-hari.
- Pemberian tugas secara lisan harus singkat tetapi rinci agar tiap anak
memahami tugas yang harus diselesaikan.
- Pemberian tugas kepada anak TK hendaknya memperhatikan
pengembangan aspek-aspek pribadi anak.
(Moeslichatoen, 2004 : 181).
Metode pemberian tugas adalah metode yang memberikan kesempatan
kepada anak untuk melaksanakan tugas yang disiapkan oleh guru. (Pedoman
Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak, 2005 : 14).
Metode pemberian tugas juga merupakan metode yang memberikan
kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk
langsung yang telah dipersiapkan oleh guru sehingga anak dapat mengalami
secara nyata dan melaksanakan secara tuntas. Tugas dapat diberikan secara
berkelompok maupun individual (Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar
Mengajar, Penilaian Pembuatan Dan Penggunaan Sarana (Alat Peraga) di
Taman Kanak-Kanak, 2005 : 14).
2. Manfaat Penggunaan Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas merupakan salah satu metode untuk
memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan cara belajar yang
lebih baik dan memantapkan penguasaan perolehan hasil belajar. Pemberian
15
tugas merupakan tahap yang paling penting dalam mengajar. Karena dengan
pemberian tugas itu guru TK memperoleh umpan balik tentang kualitas hasil
belajar anak. Hasil pemberian tugas yang diberikan secara cepat dan menjadi
kemampuan pra syarat anak untuk memperoleh pengalaman belajar yang lebih
luas, tinggi dan kompleks. (Moeslichatoen, 2004 : 184).
Pemberian tugas bila dirancang secara tepat dan proposional akan
dapat meningkatkan bagaimana cara belajar yang benar. Dalam melaksanakan
tugas itu anak dibimbing menyelesaikan tugas untuk memperoleh pemantapan
penguasaan, memperbaiki kesalahan cara belajar. Dengan demikian, dampak
pemberian tugas merupakan penyempurnaan cara belajar yang sudah dikuasai.
Melalui pemberian tugas anak semakin terampil mengerjakan, semakin lancar,
semakin pasti, semakin terarah ke pencapaian tujuan.
Pemberian tugas yang diberikan secara teratur, berkala, dan ajeg akan
menanamkan kebiasaan dan sikap belajar yang positif yang pada gilirannya
dapat memotivasi anak untuk belajar sendiri, berlatih sendiri, mempelajari
kembali sendiri. Pemberian tugas secara tepat dan dirancang secara seksama
dapat menghasilkan prestasi belajar optimal. Prestasi belajar optimal akan
menjadi landasan yang kuat dalam memasuki kegiatan belajar lebih lanjut,
yang merupakan peningkatan penguasaan kemampuan yang sudah dimiliki
itu.
Bila pemberian tugas itu menggunakan bahan yang bervariasi, dan sesuai
dengan kebutuhan dan minat anak, maka memberikan arti yang besar bagi
16
anak TK tersebut. Penggunaan materi secara bervariasi itu banyak
alternatifnya antara lain : menggunakan bahan yang sama dengan cara yang
berbeda-beda, atau menggunakan bahan yang memang betul-betul baru.
Alternatif-alternatif tersebut dapat membangkitkan minat anak terhadap tugas
yang akan diberikan berikutnya. Setiap akan menerima tugas dari guru anak
menunggu penuh rasa ingin tahu, penuh semangat dan siap untuk
mengerjakan. (Moeslichatoen, 2004 : 185).
Bila pemberian tugas kepada anak dengan memperhitungkan waktu
dan kesempatan yang tersedia, maka pemberian tugas itu merupakan
pengalaman belajar yang dapat dirasakan manfaatnya bagi anak. Banyak
waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tugas itu tidak sama. Ada beberapa
faktor yang berpengaruh pada aplikasi waktu yang diperlukan untuk
mengerjakan sesuatu tugas :
a. Apakah tugas itu untuk melatih ketepatan atau ketrampilan, atau untuk
melatih ingatan, atau untuk melatih penalaran.
b. Rentangan kecepatan belajar anak TK dalam kelas itu. Ada anak yang
cepat dalam menyelesaikan tugas, tetapi juga ada anak yang lambat dalam
menyelesaikan tugas.
c. Apakah kondisi kelas pada saat tugas dilaksanakan itu menyenangkan.
Oleh karena itu, guru dalam memberikan tugas perlu menyediakan
waktu yang cukup yang dibutuhkan oleh masing-masing anak.
(Moeslichatoen, 2004 : 186).
17
3. Tujuan Kegiatan Pemberian Tugas Bagi Anak TK
Sesuai dengan manfaat penggunaan metode pemberian tugas bagi anak
TK sebagaimana telah dibahas di atas, kegiatan pemberian tugas merupakan
salah satu pemberian pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan
materi yang diajarkan lebih baik. Melalui pemberian tugas anak memperoleh
pemantapan materi yang telah diajarkan. Pemantapan materi tersebut
merupakan pra syarat untuk mempelajari materi yang lebih sulit atau yang
lebih kompleks dengan mudah karena pra syarat kemampuan untuk
mempelajari materi tersebut sudah dikuasai. (Moeslichatoen, 2004 : 186-187).
Tujuan pemberian tugas antara lain :
- Memperoleh pemantapan cara mempelajari materi pelajaran lebih efektif
- Pemberian pengalaman belajar yang cocok untuk mengembangkan
ketrampilan motorik
- Memperoleh pengalaman belajar untuk memperbaiki cara belajar yang
lebih baik
- Meningkatkan ketrampilan berpikir
- Meningkatkan kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan
masalah
- Memperoleh pengalaman belajar
- Memperoleh penguasaan materi lebih baik.
4. Kebaikan Metode Pemberian Tugas
Kebaikan metode pemberian tugas antara lain :
18
- Memberikan pengalaman belajar,
- Penyempurnaan cara belajar yang dikuasai,
- Menanamkan kebiasaan dan sikap belajar yang mandiri,
- Mengembangkan kegiatan belajar sendiri,
- Anak semakin trampil dan semakin lancar dalam pencapaian tujuan,
- Meningkatkan ketrampilan berfikir. (Moeslichatoen, 2004 : 188).
5. Kekurangan Metode Pemberian Tugas
Kekurangan metode pemberian tugas antara lain :
- Waktu kegiatan lama
- Banyak anak yang lambat dalam menyelesaikan tugas. (Moeslichatoen,
2004 : 188).
6. Untuk mengatasi kekurangan metode pemberian tugas maka dalam
pembelajaran ini peneliti / guru akan mengambil tindakan sebagai berikut :
- Guru dengan sabar menjelaskan tugas yang akan diberikan secara
berulang-ulang,
- Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya sebanyak-
banyaknya,
- Guru menerangkan cara melipat dengan contoh kertas secara urut,
- Anak diberi tugas secara berulang-ulang sampai benar-benar anak paham.
19
D. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus dengan Metode Pemberian Tugas
Melipat Kertas.
Kegiatan motorik halus merupakan komponen yang mendukung
pengembangan lainnya seperti pengembangan kognitif, sosial dan emosional
anak. Pengembangan kemampuan motorik halus ditunjukkan dalam mendukung
kemampuan kognitif anak yaitu : ditunjukkan dengan kemampuan, mengenali,
membandingkan, menghubungkan, menyelesaikan masalah sederhana dan
mempunyai banyak gagasan tentang berbagai konsep dan gejala sederhana yang
ada di lingkungannya.
Peningkatan kemampuan motorik halus dengan metode pemberian tugas melipat
kertas pada siswa antara lain :
- Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan
dengan ketrampilan gerak kedua tangan
- Mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari-
jemari
- Mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan
- Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.
20
E. Kerangka Berpikir
Bagan Kerangka Berpikir
Kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan melipat merupakan
hasil belajar mengajar yang dipengaruhi oleh faktor metode pembelajaran yang
digunakan guru dalam mengajar. Penggunaan metode pemberian tugas
diharapkan dapat meningkatkan aktivitas anak dalam kegiatan pembelajaran.
Dengan media kertas diharapkan juga anak-anak akan merasa senang dalam
melaksanakan kegiatan ini.
F. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah :
metode pemberian tugas melipat kertas dapat meningkatkan kemampuan motorik
Kondisi Awal
- Hasil belajar
- Minat rendah
Pembelajaran
tanpa media
Hasil belajar
rendah
TINDAKAN
Pembelajaran
menggunakan media
Siklus I
menggunakan media
Kertas lipat
Kondisi
Akhir
Hasil belajar
meningkat
Siklus II
menggunakan media
Kertas lipat
21
halus melipat kertas pada siswa Kelompok B TK ’Aisyiyah 01 Kesugihan,
Kabupaten Cilacap.
G. Evaluasi
1. Pengertian
Evaluasi adalah suatu proses deskripsi tingkah laku siswa secara
kualitatif.
Pengertian evaluasi sering berkaitan dengan pengertian pengukuran
(measurement). Perbedaannya terletak dalam sifatnya dimana evaluasi lebih
luas dan bersifat kualitatif, sedangkan pengukuran bersifat kuantitatif. Dari
titik pandangan pengajaran, evaluasi dapat diartikan sebagai suatu proses
sistematis untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh
siswa. Salah satu kegiatan yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan
tugas dan peranannya adalah kegiatan evaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan
yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pendidikan pada umumnya dan
terutama dalam keseluruhan kegiatan-kegiatan interaksi belajar mengajar.
Berhasil tidaknya suatu program pendidikan akan banyak bergantung kepada
kegiatan evaluasi yang dilakukan. Dengan demikian evaluasi merupakan suatu
masalah yang perlu mendapat perhatian yang besar baik mengenai tujuan,
fungsi, maupun teknik-tekniknya. (Moh.Surya, 1985 : 119-120).
22
2. Teknik / Metode
Teknik / metode penilaian yang dilakukan peneliti pada siswa
menggunakan tanda (ceklis).
Aspek-aspek penilaian dengan indikator sebagai berikut :
- Cara memegang kertas lipat
- Cara melipat kertas
- Kerapian dalam melipat
- Hasil melipat.
3. Sistem Penilaian
Sistem penilaian yang dilaksanakan oleh peneliti berdasarkan aspek-
aspek di atas pada masing-masing siswa adalah :
- Tidak berhasil
- Berhasil dengan bantuan
- Berhasil dengan mandiri
23
Tidak Berhasil Berhasil Dengan Bantuan
Berhasil Dengan Mandiri No Nama
1 Lufi x - - 2 Hyqal - x - 3 Duta - - x 4 Rakha - x - 5 Bondan - x - 6 Harits - x - 7 Andri - - x 8 Didik - x - 9 Nida - x - 10 Rizal - x - 11 Reza - - x 12 Bagas - - x 13 Hendrik x - - 14 Krisna - x - Keterangan :
Tanda tidak berhasil
berhasil dengan mandiri