BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi -...

31
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi Pengertian depresi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan tertekan dan perasaan semangat menurun dengan ditandai muram, sedih, loyo; karena tekanan jiwa; keadaan merosotnya hal-hal yang berkenaan dengan semangat hidup (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), 1997). Sedangkan menurut seorang ilmuwan yang bernama Rice, P. L. (1992) dalam Sabilla (2010), menurutnya depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Depresi ditandai dengan perasaan sedih yang psikopatologis, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas. Menurut Kaplan dan Sadock (1998) dalam Sabilla (2010), depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi -...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

12 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Depresi

Pengertian depresi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

keadaan tertekan dan perasaan semangat menurun dengan ditandai muram,

sedih, loyo; karena tekanan jiwa; keadaan merosotnya hal-hal yang berkenaan

dengan semangat hidup (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

(Depdikbud), 1997).

Sedangkan menurut seorang ilmuwan yang bernama Rice, P. L. (1992)

dalam Sabilla (2010), menurutnya depresi adalah gangguan mood, kondisi

emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir,

berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara

dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.

Depresi ditandai dengan perasaan sedih yang psikopatologis, kehilangan

minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada

meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit

saja, dan berkurangnya aktivitas. 

Menurut Kaplan dan Sadock (1998) dalam Sabilla (2010), depresi

merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan

alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada

pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan,

rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

13  

Menurut Hawari (2001) dalam Soep (2009), depresi adalah gangguan

alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan, kesedihan yang

mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, apatis dan

pesimisme kemudian dapat dikuti gangguan perilaku. Depresi merupakan

masalah kesehatan jiwa yang utama dewasa ini, hal ini amat penting karena

orang dengan depresi produtivitasnya akan menurun dan ini amat buruk

akibatnya bagi suatu masyarakat, bangsa dan negara yang sedang

membangun. Depresi juga sebagai penyebab utama tindakan bunuh diri, dan

tindakan ini menduduki urutan ke-6 dari penyebab kematian utama di

Amerika Serikat.

Albin (1991) dalam Sabilla, (2010), bahwa individu yang mengalami

depresi sering merasa dirinya tidak berharga dan merasa bersalah. Mereka

tidak mampu memusatkan pikirannya dan tidak dapat membuat keputusan.

Individu yang mengalami depresi selalu menyalahkan diri sendiri, merasakan

kesedihan yang mendalam dan rasa putus asa tanpa sebab. Mereka

mempersepsikan diri sendiri dan seluruh alam dunia dalam suasana yang

gelap dan suram. Pandangan suram ini menciptakan perasaan tanpa harapan

dan ketidakberdayaan yang berkelanjutan. 

Setiap orang sering mengalami perasaan sedih, tetapi perasaan ini

biasanya akan hilang dalam beberapa hari. Ketika seseorang mengalami

gangguan depresi, hal itu akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari, fungsi

sebagai manusia yang normal, dan menyebabkan perasaan sakit baik untuk

orang yang mengalami gangguan depresi maupun orang-orang terdekatnya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

14  

Depresi umum terjadi, tetapi merupakan penyakit yang serius, dan mayoritas

orang yang pernah mengalami depresi membutuhkan perawatan untuk

menjadi lebih baik (National Institute of Mental Health (NIMH), 2008).

1. Macam-macam depresi

Ada beberapa macam dari gangguan depresi, yaitu (NIMH, 2008):

a Major depressive disorder (gangguan depresi berat), karakteristik dari

gangguan ini adalah adanya beberapa gejala yang mengganggu

seseorang untuk bekerja, tidur, belajar, makan dan menikmati kegiatan

yang seharusnya menyenangkan. Depresi berat merupakan

ketikdakmampuan seseorang untuk berfungsi secara normal. Depresi

berat mungkin hanya terjadi sekali selama hidup seseorang, tetapi

adakalanya hal itu terjadi berulang kali dalam hidup seseorang yang

lain.

b Dysthymic disorder (dysthymia), ditandai dengan waktu yang lama

(dua tahun atau lebih) tidak terdapat gejala-gejala yang dapat

mengganggu kemampuan seseorang tetapi dapat mengganggu

fungsinya secara normal seperti perasaan yang nyaman. Orang dengan

dysthymia mungkin juga mengalami sekali atau lebih peristiwa

depresi berat selama hidupnya (NIMH, 2008).

Beberapa bentuk gangguan depresi menunjukkan sedikit perbedaan

karakteristik dari yang digambarkan di atas, atau mungkin saja beberapa

gangguan depresi berkembang dalam keadaan yang unik. Tidak semua

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

15  

ilmuwan setuju dalam hal menggolongkan dan mendefinisikan bentuk-

bentuk dari depresi ini. Hal tersebut meliputi (NIMH, 2008):

a Psychotic depression, terjadi ketika gangguan depresi dibarengi

dengan gangguan psikosis, seperti memungkiri kenyataan, halusinasi

dan delusi.

b Postpartum depression (depresi postpartum), yang terjadi pada

seorang ibu yang baru melahirkan.

c Seasonal affective disorder/SAD, ditandai dengan gangguan depresi

selama musim dingin, dimana pada musim tersebut tidak ada cahaya

matahari. Depresi ini secara umum akan menghilang selama musim

gugur dan musim semi. SAD biasanya diberi perlakuan berupa terapi

cahaya.

2. Gejala-gejala depresi

Orang dengan gangguan depresi tidak selalu memiliki gejala yang

sama satu dengan yang lain. Frekuensi, durasi dan beratnya gejala akan

bervariasi tergantung pada masing-masing orang.

Gejala-gejala depresi antara lain (NIMH, 2008) :

a Perasaan sedih yang menetap, khawatir atau perasaan kosong

b Perasaan putus asa dan atau pesimisme

c Perasaan bersalah, perasaan tidak berharga dan atau putus asa

d Cepat marah, tidak dapat istirahat

e Insomnia, terjaga dipagi buta, atau tidur yang berlebihan

f Pikiran untuk bunuh diri, usaha bunuh diri

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

16  

g Perasaan sakit yang menetap, sakit kepala, kram atau gangguan

pencernaan yang tidak mudah disembuhkan walaupun dengan

perawatan.

3. Penyebab depresi

Tidak ada alasan yang jelas penyebab dari depresi, disini ada

beberapa alasan mengapa seseorang mengalami depresi :

a Genetik (riwayat keluarga), jika seseorang memiliki riwayat keluarga

dengan depresi, orang tersebut beresiko mengalami depresi. Di lain

kasus, banyak juga orang yang mengalami gangguan depresi tanpa

memiliki riwayat keluarga dengan depresi.

b Ketidakseimbangan bahan kimia, otak pada orang yang normal

terlihat berbeda dibanding dengan yang megalami gangguan depresi.

Hal itu dikarenakan bagian dari otak yang mengatur suasana hati,

pikiran, tidur, keinginan, dan perilaku tidak memiliki keseimbangan

yang benar terhadap bahan kimia.

c Faktor hormonal, perubahan siklus menstruasi, melahirkan,

pembawaan, periode postpartum, perimenopouse, dan menopouse

merupakan penyebab depresi pada wanita

d Stress, peristiwa hidup yang penuh dengan tekanan seperti trauma,

kehilangan seseorang yang berarti, hubungan yang buruk,

tanggungjawab pekerjaan, mengasuh anak dan lansia,

penyalahgunaan, kemiskinan mungkin memicu gangguan depresi pada

beberapa orang

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

17  

e Penyakit medis, menghadapi penyakit yang serius, seperti stroke,

serangan jantung, atau kanker bisa memicu keadaan depresi.

B. Postpartum (Pasca Persalinan)

Manurut Chaplin (1981) dalam Kartono (2006), postpartum adalah

sesudah kelahiran, satu istilah yang digunakan untuk mencirikan kondisi

normal atau kondisi patologis, sesudah kelahiran bayi.

Periode postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai

organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode

ini kadang disebut puerperium atau trimester ke empat kehamilan (Bobak, et

al., 2004).  

Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap

normal, dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak

faktor, termasuk tingkat energi tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru

lahir, dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan tenaga

kesehatan profesional ikut membentuk respons ibu terhadap bayinya selama

masa ini. Untuk memberi perawatan yang menguntungkan ibu, bayi, dan

keluarganya, seorang perawat harus memanfaatkan pengetahuannya tentang

anatomi dan fisiologi ibu pada periode pemulihan, karakteristik fisik dan

perilaku bayi baru lahir, dan respons keluarga terhadap kelahiran seorang

anak (Bobak, et al., 2004).

Pada ibu pasca persalinan terjadi 2 proses adaptasi, yaitu adaptasi

fisiologis dan adaptasi psikologis. Adaptasi fisiologis berupa perubahan fisik,

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

18  

sedangkan adaptasi psikologis berupa perubahan psikologis ibu pasca

persalinan (Maryunani, 2009).

1. Adaptasi Fisiologis Ibu Pasca Persalinan

Menurut Bowes (2003) dalam Soep (2009), yang mengutip

pendapat Pillitteri faktor perubahan fisiologis ibu pada periode

postpartum meliputi perubahan adaptasi fisik yang juga dapat

mempengaruhi keadaan psikologis ibu, yaitu :

a Uterus

Proses kembalinya uterus kekeadaan sebelum hamil setelah

melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah

plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir

tahap ketiga persalinan, uterus berada pada garis tengah, kira-kira 2

cm di bawah umbilicus dengan fundus bersandar pada promotorium

sakralis. Pada waktu 12 jam tinggi fundus mencapai kurang lebih 1

cm di atas umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian perubahan

involusio berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1-2 cm

setiap 24 jam. Pada hari ke-6 fundus berada diantara umbilikus

dengan pinggir atas simpisis pubis. Uterus tidak dapat dipalpasi pada

abdomen pada hari ke 9 postpartum. Seminggu setelah melahirkan

uterus sudah berada didalam panggul dan pada minggu ke 6 beratnya

menjadi 50-60 gram.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

19  

b Afterpain

Setelah melahirkan tonus uterus meningkat sehingga fundus

tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami

multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang awal

puerperium yang disebut afterpains. Proses menyusui dan pemberian

oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini karena

keduanya dapat merangsang kontraksi uterus.

c Lokia

Pengeluaran lokia setelah melahirkan, jumlahnya berkurang

secara perlahan dan disertai perubahan warna. Lokia ini mengalami

perubahan, pada awalnya disebut lokia rubra berwarna merah

terutama mengandung darah dan debris desidua serta debris

trofoblastik. Aliran menyembur, menjadi merah muda atau coklat

setelah 3-4 hari yang disebut lokia serosa. Lokia serosa terdiri dari

darah lama, serum, leukosit dan debris jaringan. Sekitar 10 hari

setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih

disebut lokia alba. Lokia alba biasanya bertahan selama 2-6 minggu

setelah bayi lahir dan berangsur berhenti.

d Payudara

Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan

payudara selama hamil (estrogen, progesteron, human chorionic

gonadotoprin, prolaktin, kortisol dan insulin) menurun dengan cepat

setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormon-hormon ini untuk

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

20  

kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh ibu

menyusui atau tidak. Apabila wanita memilih untuk tidak menyusui

dan tidak menggunakan obat antilaktogenik, kadar prolaktin akan

turun dengan cepat. Sekresi dan ekskresi kolostrum menetap selama

beberapa hari pertama setelah melahirkan. Pada hari kedua atau

ketiga ditemukan adanya nyeri seiring dimulainya produksi air susu.

Pada hari ketiga atau keempat bisa terjadi pembengkakan

(engorgement). Payudara teregang, bengkak, keras dan nyeri bila

ditekan serta hangat jika diraba. Apabila bayi belum mengisap atau

dihentikan, laktasi berhenti dalam beberapa hari atau satu minggu.

e Vagina dan perineum

Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera

sewaktu melahirkan. Jaringan penopang dasar panggul yang

teregang memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali

ketonus semula. Relaksasi panggul berhubungan dengan

pemannjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur

panggul. Struktur ini terdiri atas uterus, kandung kemih dan rektum.

Walupun relaksasi dapat terjadi pada setiap wanita, tetapi biasanya

merupakan komplikasi langsung yang timbul terlambat akibat

melahirkan.

f Perubahan hormonal (sistem endokrin)

Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan

hormon-hormon seperti human placental lactogen (HPL), estrogen,

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

21  

progesteron dan kortisol serta placental enzyme insulinase membalik

efek diabetagonik kehamilan sehingga gula darah menurun secara

bermakna. Selama menyusui kadar prolaktin meningkat sehingga

ovarium tidak berespons terhadap folikel stimulasi hormon (FSH).

2. Adaptasi Psikologis Ibu Pasca Persalinan

Menurut Maryunani (2009), yang mengutip pendapat Reva Rubin

(1963) faktor adaptasi psikologis yang terjadi pada ibu postpartum terdiri

dari 3 fase juga dapat menyebabkan depresi postpartum, yaitu :

a Fase taking in disebut juga periode ketergantungan. Pada fase ini

ibu berfokus pada diri sendiri dan tergantung pada orang lain.

Pikiran ibu masih berfokus pada persalinan dan tenaganya

diarahkan untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya, dibandingkan

dengan merawat bayinya. Perilaku yang ditunjukkan pasif dan

tergantung, ibu memerlukan bantuan untuk memenuhi kebutuhan

fisik dan emosionalnya. Fase ini terjadi dalam 1 sampai 2 hari dan

dapat diobservasi pada satu jam setelah persalinan.

b Fase taking hold merupakan perpindahan dari periode

ketergantungan menjadi mandiri. Pada fase ini tenaga ibu

meningkat. Ibu merasa lebih nyaman dan lebih berfokus pada bayi

daripada dirinya sendiri. Ibu lebih mandiri untuk memulai

perawatan diri dan berfokus pada fungsi tubuh. Ibu dapat menerima

tanggungjawab dalam perawatan bayi seperti mengontrol tubuhnya

sendiri. Menurut Rubin, fase ini sangat ideal untuk memberikan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

22  

edukasi tentang perawatan diri dan bayinya. Fase ini berlangsung

mulai hari ketiga sampai sampai hari ketujuh.

c Fase ketiga adalah letting go, yang merupakan periode kemandirian

dalam mennjalankan peran sebagai ibu baru. Ibu mulai dapat

menjalankan peran barunya sebagai ibu secara penuh sejalan

dengan kemampuan merawat bayi dan semakin percaya diri. Fase

ini mulai sekitar dua minggu postpartum.

Menurut Whibley (2006) dalam Yusdiana (2009) perubahan

emosi ibu postpartum secara umum antara lain adalah :

a Thrilled dan excaited, ibu merasakan bahwa persalinan merupakan

peristiwa besar dalam hidup. Ibu terheran-heran dengan

keberhasilan melahirkan seorang bayi dan selalu bercerita seputar

peristiwa persalinan dan bayinya.

b Overwhelmed, merupakan masa kritis bagi ibu dalam 24 jam

pertama untuk merawat bayinya. Ibu mulai melakukan tugas-tugas

baru.

c Let down, status emosi ibu berubah-ubah, merasa sedikit kecewa

khususnya dengan perubahan fisik dan perubahan peran.

d Weepy, ibu mengalami baby blues pasca salin, karena perubahan

yang tiba-tiba dalam kehidupan, merasa cemas dan takut dengan

ketidakmampuan merawat bayinya dan merasa bersalah. Perubahan

emosi ini dapat membaik dalam beberapa hari setelah ibu dapat

merawat diri dan bayinya serta mendapat dukungan keluarga.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

23  

e Feeling beat up, merupakan masa kerja keras fisik dalam hidup dan

akhirya merasa kelelahan.

C. Depresi Postpartum

Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988.

Pitt dalam Ryan (2009), depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi

dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan

nafsu makan, dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan

intim dengan suami).

Masih menurut Pitt (1988) dalam Ryan (2009), tingkat keparahan

depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat

ibu mengalami “kesedihan sementara” yang berlangsung sangat cepat pada

masa awal postpartum, ini disebut dengan the blues atau maternity blues.

Gangguan postpartum yang paling berat disebut psikosis postpartum atau

melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif

mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau

depresi postpartum.

Menurut Pillitteri dan Regina (2001) dalam Soep (2009), depresi

postpartum adalah depresi pasca persalinan yang mulai terjadi pada hari

ketiga setelah melahirkan dan berlangsung sampai berminggu-minggu atau

bulan yang dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental ringan dengan

menunjukan kelelahan, perasaan sedih, mudah marah, gangguan tidur,

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

24  

gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk

berhubungan dengan suami).

Menurut Erikania (1999) dalam Soep (2009), depresi postpartum adalah

munculnya gangguan mood dan kondisi emosional berkepanjangan yang

mewarnai seluruh proses mental yang muncul setelah melahirkan (pascasalin)

pada periode mulai hari ke 4 sampai kurang lebih 3-4 minggu dengan disertai

gejala mimpi buruk, tidak dapat tidur, cemas, meningkatnya sensitivitas, dan

perubahan mood seperti sedih, kurang nafsu makan, mudah marah, kelelahan,

sulit berkonsentrasi, perasaan tidak berharga, menyalahkan diri, dan tidak

mempunyai harapan untuk masa depan.

Sedangkan menurut Beck (2002) dalam Records, Rice, Beck (2007),

depresi postpartum adalah episode depresi mayor yang bisa terjadi selama 12

bulan pertama setelah melahirkan.

1. Determinan Depresi Postpartum

Beberapa determinan terhadap terjadinya depresi postpartum, antara

lain : a) faktor fisiologis berupa tidak berfungsinya kekebalan tubuh pada

depresi, gangguan tidur/fatigu, perasaan sakit, hormon reproduksi; b)

pengalaman dalam proses melahirkan yang buruk; c) karakteristik bayi; d)

faktor psikologis berupa tipe kepribadian, riwayat gangguan kejiwaan

sebelumnya, self-esteem, self efficacy, dan expectation; e) karakteristik

sosial berupa abusive atau dysfunctional family of origin, dukungan sosial

(suami, orang tua, teman), kehilangan, status sosial ekonomi, stres dalam

hidup (Kendall-Tackett et al., 2007).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

25  

Menurut Beck, faktor-faktor yang menyebabkan depresi postpartum

ada 13, yaitu (Varney, et al., 2008) :

a Depresi prenatal

Depresi prenatal (selama kehamilan) merupakan salah satu

faktor pemicu terjadinya depresi postpartum yang paling kuat. Depresi

prenatal bisa terjadi pada beberapa atau keseluruhan dari trimester

kehamilan (Beck, 2001). Depresi prenatal ini dialami oleh 10%

sampai 20% dari seluruh wanita (Department of Health New York,

2006).

Paykel, Emms, Fletcher dan Rassaby (1980) dalam Hagen

(1999), menyimpulkan bahwa depresi selama masa prenatal dapat

menyebabkan depresi postpartum.

Menurut Zuckerman, Amaro, Bauchner, Cabral (1989) dalam

UNC Center for Women’s Mood Disorders (2008), mengungkapkan

bahwa depresi prenatal atau bisa juga disebut dengan depresi antenatal

terjadi karena beberapa faktor, antara lain rendahnya jumlah kenaikan

berat badan ibu hamil, ibu hamil yang merokok dan frekuensinya

lebih sering dan juga banyak, minuman alkohol dan penggunaan zat-

zat kimia lainnya, ambivalen tentang kehamilan dan segala sesuatu

yang berhubungan dengan status kesehatan yang buruk.

b Stress merawat anak

Hal-hal yang membuat stres yang berhubungan dengan

perawatan anak meliputi faktor-faktor seperti masalah kesehatan yang

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

26  

dialami bayi, dan kesulitan dalam perawatan bayi khususnya

mengenai masalah makanan dan tidur (Beck, 2001).

c Stress dalam kehidupan

Stres dalam kehidupan merupakan penunjuk terjadinya stres

selama kehamilan dan setelah kehamilan. Stres yang terjadi dalam

hidup seseorang, bisa karena hal yang positif maupun negatif, dan

termasuk juga sebuah pengalaman seperti, perubahan status

perkawinan (contohnya, bercerai, menikah kembali), perubahan

pekerjaan, dan krisis yang terjadi (contohnya, kecelakaan,

perampokan, krisis ekonomi, dan penyakit kronis) (Beck, 2001).

Hal tersebut di atas, sesuai dengan pernyataan yang

diungkapkan oleh American Psychiatric Association (APA) (2010),

bahwa wanita yang mempunyai masalah-masalah berat dalam

hidupnya merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya depresi

postpartum.

d Dukungan sosial

Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat

membutuhkan dukungan psikologis dari orang-orang terdekatnya.

Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan

penurunan psikologis seperti mudah menangis, merasa bosan, capek,

tidak bergairah, dan merasa gagal yang akan menyebabkan ibu

menjadi depresi (Anonim).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

27  

Banyak penelitian yang mendukung masalah dukungan sosial

ini, diantaranya adalah penelitian Campbell, Cohn, Flanagan (1992),

menyimpulkan bahwa depresi postpartum disebabkan oleh tidak

adekuatnya support secara emosiona. Begitu juga dalam penelitian

O’Hara (1983), Cutrona dan Troutman (1986), Richman (1991),

Spangenberg dan Pieters (1991), yang menyimpulkan bahwa depresi

postpartum disebabkan oleh kurangnya dukungan sosial (Hagen,

1999)

Di Indonesia, hal di atas senada dengan hasil penelitian Soep

(2009), yang menunjukkan bahwa dukungan suami berpengaruh besar

terhadap kejadian depresi postpartum. Hal tersebut dikarenakan

dukungan suami merupakan strategi koping penting pada saat

mengalami stress dan berfungsi sebagai strategi preventif untuk

mengurangi stress (Ingela, 2009 dalam Darsana, 2011).

e Ansietas pranatal

Ansietas pada masa kehamilan bisa terjadi selama beberapa

trimester dan kadang terjadi diseluruh masa kehamilan. Ansietas ini

merupakan suatu perasaan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi

mengenai sesuatu yang tidak jelas, ancaman yang belum jelas (Beck,

2001). Hal ini sesuai dengan pernyataan dari U.S. Department of

Health and Human Services, Office on Women’s Health dalam

Schmitt (2011), yang menyebutkan bahwa ansietas merupakan salah

satu faktor penyebab terjadinya depresi postpartum.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

28  

f Kepuasan perkawinan

Derajat kepuasan dengan sebuah hubungan perkawinan ditandai

dengan seberapa bahagia atau puasnya seorang wanita pada hal-hal

tertentu dari perkawinannya, seperti komunikasi, keterbukaan,

kesamaan dalam saling menghargai, saling membantu, menghargai

terhadap suatu keputusan, dan hal-hal yang baik secara global lainnya

(Beck, 2001).

Sarafino dalam Ryan (2009), menyatakan pula bahwa faktor lain

yang dianggap sebagai penyebab munculnya gejala ini adalah masa

lalu ibu tersebut, yang mungkin mengalami penolakan dari orang

tuanya atau orang tua yang overprotective, kecemasan yang tinggi

terhadap perpisahan, dan ketidakpuasaan dalam pernikahan.

Terdapat beberapa penelitian yang mendukung, antara lain

adalah penelitian Affonso dan Arizmedi (1986), yang menyatakan

bahwa buruknya hubungan antara bayi dengan ayahnya, penelitian

Dimitrovsky (1987), Kumar dan Robson (1984), Longsdon , McBride,

dan Birkimer (1994), O’Hara (1983), menyimpulkan bahwa masalah

di dalam perkawinan merupakan salah satu penyebab terjadinya

depresi postpartum (Hagen, 1999).

g Riwayat depresi sebelumnya

O’Hara dan Swains menyatakan bahwa beberapa prediktor dari

depresi postpartum adalah riwayat psikopatologi yang lalu, gangguan

psikiatri selama kehamilan, dan dinamika hubungan perkawinan,

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

29  

rendahnya dukungan sosial, dan tingkat stress dalam kehidupan

keseharian (Anonim).

Sarafino dalam Ryan (2009), menyatakan bahwa perempuan

yang memiliki sejarah masalah emosional rentan terhadap gejala

depresi ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan

seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan

dengan munculnya gejala depresi (Ryan, 2009).

h Temperamen bayi

Temperamen bayi yang sulit digambarkan sebagai seorang bayi

yang lekas marah, rewel, dan susah dihibur (Beck, 2001). Hal tersebut

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Whiffen dan Gotlib

(1989) dalam Hagen (1999), yang menyimpulkan bahwa temperamen

sebagai salah satu penyebab terjadinya depresi postpartum.

i Maternity blues

Maternity blues adalah sebuah fenomena yang hanya sekilas

dari perubahan suasana hati yang dimulai pada beberapa hari pertama

setelah melahirkan dan paling sedikit 1 sampai 10 hari atau lebih.

Keadaan tersebut ditandai dengan perasaan ingin menangis, cemas,

kesulitas konsentrasi, lekas marah, dan suasana hati yang labil (Beck,

1998a dalam Beck, 2001).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

30  

j Harga diri

Harga diri ditunjukkan kepada perasaan seorang wanita secara

umum dalam hal harga diri dan penerimaan diri sendiri, artinya adalah

kepercayaan diri dan kepuasan terhadap diri sendiri. Rendahnya harga

diri menggambarkan negatifnya evaluasi terhadap diri sendiri dan

perasaan terhadap diri seseorang atau kemampuan seseorang (Beck,

2001).

k Status sosioekonomi

Segre, Lisa, Losch, O’Hara dalam Wikipedia (2010),

mengungkapkan bahwa status sosial ekonomi berhubungan dengan

kejadian depresi postpartum. Semakin rendah pendapatan keluarga,

semakin tinggi pula resiko terjadinya depresi postpartum.

Penelitian Howell, Elizabeth, Mora, Leventhal (2006) dalam

Wikipedia (2010), juga mendukung pernyataan Segre et al., bahwa

wanita dengan kulit hitam dan social ekonomi yang rendah berpotensi

lebih tinggi mengalami depresi postpartum.

l Status perkawinan

Status demografi ini berfokus pada kedudukan seorang wanita

dalam hal pernikahan. Tingkatannya adalah tidak menikah,

menikah/hidup bersama, bercerai, janda, berpisah, memiliki pasangan

(Beck, 2001).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

31  

m Kehamilan tidak diinginkan atau tidak direncanakan

Kehamilan yang tidak direncanakan, bisa disebabkan oleh

perasaan ragu-ragu terhadap kehamilan yang dialami. Jika kehamilan

itu direncanakan, mungkin saja 40 minggu bukanlah waktu yang

cukup bagi pasangan untuk menyesuaikan diri terhadap perawatan

bayi yang ada kalanya membutuhkan usaha yang cukup keras (The

American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG), 2009).

Seorang bayi mungkin dilahirkan lebih awal dari perkiraan

lahirnya, hal ini juga dapat menjadi faktor pemicu terjadinya depresi

postpartum, karena jika bayi lahir lebih awal dapat menyebabkan

perubahan secara tiba-tiba, baik di lingkungan rumah maupun

perubahan terhadap rutinitas kerja yang tidak diharapkan oleh orang

tua (ACOG, 2009).

2. Pencegahan Depresi Postpartum

Pencegahan terjadinya depresi postpartum dapat dilakukan dengan

melakukan kursus untuk perawat maternitas dan profesi kesehatan lain.

Hal ini disebabkan pada umumnya bantuan yang diberikan pertama kali

adalah dari tenaga kesehatan. Ibu biasanya gagal keluar dari kondisi yang

sulit karena perasaan yang kurang nyaman, sehingga sangat penting

memberikan pelatihan atau kursus pada tenaga kesehatan professional agar

mampu menolong ibu secara professional.

Menyelenggarakan kelas antenatal bagi ibu hamil dan keluarga.

Keluarga mendapatkan pengetahuan tentang persalinan dan perawatan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

32  

bayi, pengetahuan dan perhatian pada aspek emosional serta bagaimana

penyelesaian masalah emosional. Kenyataan menunjukkan bahwa

pemberian informasi tentang depresi postpartum dapat mengurangi

kejadian depresi postpartum (Zahra, 2010).

Konseling perkawinan bagi pasangan yang akan menikah ataupun

sudah menikah. Konseling perkawinan bertujuan untuk membangun dan

membina keluarga yang harmonis. Seorang konselor menjelaskan tentang

tujuan perkawinan, mempersiapkan perkawinan, membina perkawinan,

membina hubungan seksual dalam perkawinan, dan mengasuh serta

membimbing anak dalam keluarga. Konselor juga membantu untuk

mengatasi masalah dalam kehidupan keluarga (Nurbaeti, 2002).

3. Penatalaksanaan Depresi Postpartum

Banyak perempuan tidak mau bercerita bahwa mereka menderita

depresi postpartum, karena merasa malu, takut dan merasa bersalah karena

merasa depresi disaat seharusnya merasa bahagia, dan takut dikatakan

tidak layak untuk menjadi ibu. Tidak berarti bila menderita depresi

postpartum tidak pantas menjadi ibu, ada beberapa bantuan yang dapat

dilakukan untuk mengatasi depresi tersebut antara lain : 1) banyak istirahat

sebisanya, tidurlah selama bayi tidur; 2) hentikan membebani diri sendiri

untuk melakukan semuanya sendiri. Kerjakan apa yang dapat dilakukan

dan berhenti saat merasa lelah; 3) mintalah bantuan untuk mengerjakan

pekerjaan rumah tangga dan pemberian makan pada malam hari, mintalah

pada suami untuk mengangkat bayi untuk disusui saat malam hari

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

33  

sehingga ibu dapat menyusui di tempat tidur tanpa harus banyak bergerak;

4) bicarakan dengan suami, keluarga, teman, mengenai perasaan yang

dimiliki; 5) jangan sendirian dalam jangka waktu lama, pergilah keluar

rumah untuk merubah suasana hati; 6) bicaralah dengan ibunda agar dapat

saling bertukar pengalaman; 7) ikuti grup support untuk perempuan

dengan depresi melalui edukasi; 8) jangan membuat perubahan hidup yang

sangat drastis selama kehamilan seperti pindah pekerjaan, pindah rumah,

memulai usaha baru, merenovasi atau membangun rumah. Bila perubahan

drastis tidak dapat dielakkan, buatlah perencanaan yang matang dan

bantuan ataupun support untuk persiapan kelahiran bayi (Schmitt, 2009).

Depression and Bipolar Support Alliance (DBSA) (2010), Jika

mengalami depresi postpartum hal-hal yang dapat dilakukan adalah 1)

bicaralah dengan ahli kesehatan tentang semua gejala-gejalanya, riwayat

kesehatan yang lalu; 2) bergabunglah dengan sebuah kelompok, dimana

bisa berbagi perasaan dan pikiran di dalamnya; 3) makan secara seimbang

dan teratur; 4) lakukan olahraga ringan, seperti jalan kaki; 5) beri

kesempatan kepada keluarga dan teman untuk menolong, seperti

mengerjakan pekerjaan rumah dan mengasuh anak.

4. Alat untuk Mengukur Depresi Postpartum

1) Edinburgh Postnatal Depresi Scale (EPDS)

Menurut Cox (2000), untuk mendeteksi adanya depresi postpartum

atau resiko mengalami depresi postpartum, dapat digunakan alat ukur

Edinburgh Postnatal Depresi Scale (EPDS) pada awal postpartum

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

34  

untuk mengidentifikasi penyebab depresi postnatal. EPDS adalah alat

yang berbentuk skala yang berfungsi untuk mengidentifikasi risiko

timbulnya depresi postpartum selama 7 (tujuh) hari pasca salin dengan

10 (sepuluh) pertanyaan. EPDS juga telah teruji validitasnya di

beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia, dan

Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca

salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 (dua)

minggu kemudian (Soep, 2009).

Di luar negeri skrining untuk mendeteksi gangguan mood depresi

sudah merupakan acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan.

Untuk skrining depresi postpartum dapat dipergunakan kuesioner

Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner

dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan

perasaan selama 7 (tujuh) hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya

berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah,

keinginan untuk bunuh diri serta mencakup hal-hal lain yang terdapat

pada depresi postpartum. Kuesioner EPDS terdiri dari 10 (sepuluh)

pertanyaan, dimana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan

jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai

dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu postpartum. Pertanyaan

harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam

waktu 5 menit. Jumlah skor dari sepuluh pertanyaan yang diajukan

dalam EPDS 30 skor, semakin besar jumlah skor gejala depresi semakin

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

35  

berat. Skor di atas 12 (dua belas) memiliki spesifisitas 92,5%,

sensitivitas 88% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis

kejadian depresi postpartum (Fraser dan Cooper, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Leverton dan Elliott (2000)

dalam Records, et al. (2009), menyebutkan bahwa validasi EPDS

memiliki sensitifitas 70%, specifisitas 93%, dan nilai prediksi positif

73%. Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan Renaud (2005)

dalam Soep (2009), konsistensi internal EPDS dengan menggunakan

dua teknik pengukuran pada minggu pertama dan minggu ketiga

postpartum memenuhi persyaratan untuk digunakan pada sebuah test

untuk screening awal depresi postnatal di unit maternitas. EPDS

memiliki sensitivitas 92,5% dengan nilai prediksi 76,7% dan koefisien

alpha 0,95% dengan sampel 100 orang wanita postpartum.

2) Postpartum Depression Predictors Inventory Revised (PDPI-R)

Hasil dari meta-analisis Beck (1996a, 1996b, 2001), adalah

sebuah alat yaitu Postpartum Depression Predictors Inventory Revised

(PDPI-R) yang digunakan untuk memprediksi faktor resiko dari

depresi postpartum (Records, et al., 2007).

PDPI-R berisi 13 prediktor atau faktor resiko terjadinya depresi

postpartum. Prediktor ini terdiri dari depresi prenatal, stress merawat

anak, stres kehidupan, dukungan sosial, ansietas pranatal, kepuasan

perkawinan, riwayat depresi sebelumnya, temperamen bayi, maternity

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

36  

blues, harga diri, status sosioekonomi, status perkawinan, kehamilan

tidak diinginkan atau tidak direncanakan pada ibu postpartum.

PDPI-R terdiri dari 39 pertanyaan dengan “ya” atau “tidak”, dan

masing-masing jawaban diberi diberi nilai 0 atau 1. Nilai setiap

pertanyaan dijumlahkan untuk mendapatkan total skor, dengan

tingginya nilai yang dihasilkan, maka mengindikasikan tingginya

resiko depresi postpartum.

D. Primipara

Primipara adalah wanita yang pernah mengandung, yang melahirkan

fetus mencapai berat 500gram atau umur gestasional 20 minggu, tanpa

tergantung apakah anak tersebut hidup pada saat dilahirkan, dan apakah

kelahiran tunggal atau kembar (Kamus Kedokteran Dorland, 2002).

Primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak

satu kali (Manuaba, 1998).

Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup

untuk pertama kalinya (Mochtar, 1998).

Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang

cukup besar untuk hidup di dunia luar matur atau prematur (Anonim, 2010).

Perbedaan Primigravida dan Multigravida

Primigravida :

1. Buah dada tegang

2. Puting susu runcing

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

37  

3. Perut tegang dan menonjol kedepan

4. Striae lividae

5. Perineum utuh

6. Vulva tertutup

7. Hymen perforatusvagina sempit dan teraba rugae

8. Portio runcing, ost. Ext. Tertutup

Multigravida :

1. Lembek, menggantung

2. Puting susu tumpul

3. Perut lembek dan tergantug

4. Striae lividae dan striae albicans

5. Perineum berparut

6. Vulva mengangah

7. Carunculae myrtiformis

8. Vagina longgar, selaput lendir licin

9. Portio timpul dan terbagi dalam bibir depan dan bibir belakang.

E. Konsep Adaptasi

Konsep adaptasi dalam penelitian ini mengacu pada teori adaptasi yang

dikembangkan oleh Calista Roy (1991). Teori adaptasi Roy adalah sebagai

berikut (George, 1995):

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

38  

1. Self-concept mode

Adalah salah satu dari mode psikososial dan memusat secara rinci

pada aspek rohani dan psiologis yang ada pada diri. Kebutuhan dasar

mendasari self-concept mode telah dikenali seperti integritas mempunyai

kekuatan batin adalah kebutuhan untuk mengetahui siapa yang menjadi

satu bahwa seseorang dapat ada dengan suatu kesatuan perasaan.

Integritas mempunyai kekuatan batin adalah dasar permasalahan adaptasi

dan kesehatan dalam area ini boleh bertentangan dengan kemampuan

orang untuk menyembuhkan atau yang dikerjakan apa yang penting

untuk memelihara aspek lain kesehatan.

Pada ibu pasca persalinan, ibu akan mengalami perubahan

fisiologis dan psikologis yang akan sangat mempengaruhi kehidupannya,

dan akan berdampak negatif jika tidak ada dukungan sosial dari orang-

orang terdekat, tidak ada kepuasan dalam perkawinan, dan juga harga diri

yang tinggi.

2. Model peran fungsi

Adalah salah satu dari dua mode sosial dan fokus pada peran

seseorang dalam masyarakat. Suatu peran sebagai unit masyarakat yang

berfungsi adalah sebagai satuan harapan tentang bagaimana seseorang

menduduki satu posisi bertindak ke arah seseorang menduduki posisi

yang lain. Model fungsi peran telah dikenali seperti integritas sosial yang

harus mengetahui seseorang dalam hubungan dengan orang yang lain

sedemikian sehingga seseorang dapat bertindak.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

39  

Suatu penggolongan peran sebagai primer, sekunder, dan tersier

telah sesuai menggunakan dalam Model Adaptasi Roy. Berhubungan

dengan peran masing-masing adalah perilaku sebagai penolong dan

perilaku ekspresif, penilaian di mana menyediakan suatu indikasi

adaptasi sosial sehubungan dengan peran berfungsi.

Masing-masing jenis perilaku dapat digambarkan dengan peran ibu.

Mengawasi kebutuhan fisik bayi melibatkan perilaku sebagai penolong,

memegang dan memeluk bayi adalah perilaku ekspresif.

Pada ibu yang tidak mengalami depresi, maka pemenuhan dalam

pengharapan peranan ini diindikasikan sebagai peran yang berfungsi, dan

begitu juga sebaliknya, karena pada ibu yang mengalami depresi, ibu

akan kehilangan rasa percaya diri untuk menjalani peran sebagai ibu

sebagaimana mestinya (Schmitt, 2009).

3. Interdependen mode

Adalah suatu adaptasi yang berfokus pada interaksi yang

berhubungan dengan memberi atau menerima rasa hormat dan nilai.

Kebutuhan dasar dalam interdependen mode sangat terkecukupan dalam

rasa aman untuk pemeliharaan hubungan.

Ibu pasca persalinan akan membutuhkan banyak dukungan dari

orang-orang sekitar, karena pada masa ini ibu berada pada fase taking in,

yang artinya bahwa ibu masih sangat tergantung pada orang lain karena

disebabkan oleh kondisi pasca persalinan (Rubin, 1963 dalam

Maryunani, 2009).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

40  

E. Kerangka Teori

Kerangka teori adaptasi ibu pasca persalinan mengacu pada teori

adaptasi Roy adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Modifikasi teori Beck dalam Varney, et.al, (2008), Roy, C., &

Andrews, H.A. (Eds.). (1991) dalam George Julia B. (1995).

Prediktor depresi postpartum : 1. depresi prenatal 8. temperamen bayi 2. stress merawat anak 9. maternity blues 3. stres kehidupan 10. harga diri 4. dukungan social 11. status sosioekonomi 5. ansietas prenatal 12. status perkawinan 6. kepuasan perkawinan 13. kehamilan tidak diinginkan atau 7. riwayat depresi sebelumnya tidak direncanakan.

Kebutuhan yang berlebih pada pascapersalinan

Defisit kebutuhan pada pascapersalinan

Depresi

Mekanisme koping

Respon adaptif

Respon maladaptif

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

41  

F. Kerangka Konsep

Karangka konsep penelitian ini menggambarkan bahwa yang akan

diteliti adalah factor-faktor yang mempengaruhi kejadian depresi postpartum.

Gambar 2.2 Kerangka konsep penelitian

Predictor depresi postpartum :

1. depresi prenatal 8. temperamen bayi 2. stress perawatan anak 9. maternity blues 3. stress kehidupan 10. harga diri 4. dukungan social 11. status social ekonomi 5. ansietas prenatal 12. status perkawinan 6. kepuasan perkawinan 13. kehamilan tidak diinginkan

atau tidak direncanakan i d i b l

Ibu pascapersalinan primipara

Mekanisme koping

Depresi  Tidak Depresi

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdfmerupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

42  

G. Hipotesis

Ada hubungan antara faktor-faktor depresi postpartum (depresi prenatal,

stress merawat anak, stres kehidupan, dukungan sosial, ansietas pranatal,

kepuasan perkawinan, riwayat depresi sebelumnya, temperamen bayi,

maternity blues, harga diri, status sosioekonomi, status perkawinan,

kehamilan tidak diinginkan atau tidak direncanakan) dengan kejadian depresi

postpartum.