unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

119
TESIS PENAMBAHAN TEKNIK MANUAL THERAPY PADA LATIHAN PENDULAR CODMAN LEBIH MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI PADA SENDI GLENOHUMERAL PENDERITA FROZEN SHOULDER JOHANES SURYA SALIM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013

Transcript of unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

Page 1: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

TESIS

PENAMBAHAN TEKNIK MANUAL THERAPY PADA

LATIHAN PENDULAR CODMAN LEBIH

MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI PADA

SENDI GLENOHUMERAL PENDERITA FROZEN

SHOULDER

JOHANES SURYA SALIM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013

Page 2: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

TESIS

PENAMBAHAN TEKNIK MANUAL THERAPY PADA

LATIHAN PENDULAR CODMAN LEBIH

MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI PADA

SENDI GLENOHUMERAL PENDERITA FROZEN

SHOULDER

JOHANES SURYA SALIM

NIM: 1190361037

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

KONSENTRASI FISIOTERAPI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013

Page 3: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

ii

PENAMBAHAN TEKNIK MANUAL THERAPY PADA

LATIHAN PENDULAR CODMAN LEBIH

MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI PADA

SENDI GLENOHUMERAL PENDERITA FROZEN

SHOULDER

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olah Raga – Konsentrasi Fisioterapi,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

JOHANES SURYA SALIM

NIM: 1190361037

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

KONSENTRASI FISIOTERAPI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013

Page 4: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

iii

Lembar Pengesahan

Page 5: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

iv

Tesis Ini Telah Diuji pada

Tanggal 2 Oktober 2013

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No.: 1815/UN.14.4/HK/2013, Tanggal 25 September 2013

Ketua : Prof.Dr.dr.J.Alex Pangkahila,MSc,Sp.And

Anggota :

1. Sugijanto, Dipl.PT, M.Fis

2. Prof. Dr.dr. K.Tirtayasa,MS. AIF

3. Prof. Dr.dr Bagiada

4. Prof. Dr.dr Adiputra

Page 6: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

v

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS UDAYANA

Kampus Bukit Jimbaran

Telepon (0361) 701812, 701954, 703138, 703139, Fax.(0361)-701907, 702442

Laman: www.Unud.ac.id

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Johanes Surya Salim

Nim : 1190361037

Program Studi : Magister Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi

Judul tesis : Penambahan Teknik Manual Therapy Pada Latihan Pendular

Codman Lebih Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi Pada

Sendi Glenohumeral Penderita Frozen Shoulder

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini , maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 02 Oktober 2013

Pembuat Pernyataan,

(Johanes Surya Salim)

NIM: 1190361037

Page 7: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji sukur pada Tuhan

Yang Maha Esa, sehingga penulis di beri kesehatan serta kemampuan untuk

menyelesaikan tesis ini.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Prof.Dr.dr. J.Alex Pangkahila,MSc,Sp.And sebagai

Pembimbing pertama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan,

semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program Magister,

khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih pula yang sebesar-besarnya

penulis sampaikan kepada Sugijanto S.Ft, M.FIS sebagai pembimbing kedua yang

dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran

kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. DR.

dr. Ketut Suastika, Sp.PD, KEMD yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas

kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di

Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur

Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka

Sudewi, Sp.S (K) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadi

mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada ketua Yayasan, direktur

khususnya pak Harijun, S.Pd, S.ST.Ft, M.Fis, Ketua Jurusan Fisioterapi Poltekkes Dr

Rusdi Medan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengikuti

pendidikan program Magister.

Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Prof.

Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And, Ketua Program Studi Magister Fisiologi

Olahraga. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada Para Penguji Tesis,

yaitu Prof. dr.Ketut Tirtayasa,MS,AIF. Prof.dr. Nyoman Agus Bagiada,

Prof.DR.dr.N.Adiputra, M.OH yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan,

dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus

disertai penghargaan kepada seluruh dosen yang telah mengajar dan membimbing

penulis selama menempuh pendidikan di Program Pascasarjana. Juga penulis

ucapkan terima kasih kepada mama dan papa yang telah mengasuh dan

membesarkan penulis, serta para Saudara Kapusin yang telah memberikan dasar-

dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk

berkembangnya kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada isteri

tercinta Agustina Khoman, yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan

kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada team fisioterapi klinik Sriwijaya

Medan yang telah mendukung penelitian sehingga tesis dapat terwujud seperti ini.

Semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah

membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, khususnya teman-teman

seangkatan serta kepada Natalia, Ahren J.Cody dan kerabat penulis.

Page 8: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

vii

ABSTRAK

PENAMBAHAN TEKNIK MANUAL THERAPY PADA LATIHAN

PENDULAR CODMAN LEBIH MENINGKATKAN LINGKUP GERAK

SENDI PADA SENDI GLENOHUMERAL PENDERITA FROZEN

SHOULDER

Keterbatasan gerakan ke segala arah ciri khas dari penderita frozen shoulder,

dan banyak dijumpai di berbagai lahan praktek fisioterapi. Para fisioterapis sering

tertantang karena terapi pada penderita frozen shoulder umumnya memerlukan waktu

yang panjang untuk memperoleh aktivitas fungsional. Akhir-akhir ini Latihan

Pendular Codman diragukan efektivitasnya untuk meningkatkan ROM sendi

glenohumeral pada penderita frozen shoulder. Sebaliknya beberapa penelitian dan

studi kasus membuktikan teknik Manual Therapy efektif memperbaiki hipomobilitas

pada penderita frozen shoulder. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan

efektivitas penambahan teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular Codman

lebih meningkatkan Lingkup Gerak Sendi pada sendi glenohumeral daripada Latihan

Pendular Codman pada penderita frozen shoulder.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni dengan pre-test dan

post-test control group design. Eksperimen ini dilaksanakan di Praktek Fisioterapi,

“Sriwijaya” Medan. Sampel penelitian berjumlah 16 orang yang dibagi ke dalam 2

kelompok sampel yaitu 8 orang pada kelompok kontrol dan 8 orang pada kelompok

perlakuan. Kelompok kontrol yang diberikan intervensi Latihan Pendular Codman

dan kelompok perlakuan yang diberikan teknik Manual Therapy dan Latihan

Pendular Codman. Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah

goniometer, dimana goniometer digunakan untuk mengukur lingkup gerak fleksi,

ekstensi, abduksi, eksotorotasi dan endorotasi baik sebelum intervensi maupun

sesudah intervensi.

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t-test independent untuk

fleksi, ekstensi, abduksi, endorotasi dan uji Mann-Whitney Test untuk eksorotasi.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

rerata sesudah intervensi ROM fleksi, ekstensi, abduksi, eksorotasi dan endorotasi

pada sendi glenohumeral kelompok kontrol dan rerata sesudah intervensi ROM

kelompok perlakuan, dengan nilai p < 0,05. Kesimpulan: Penambahan teknik Manual

Therapy pada Latihan Pendular Codman lebih efektif meningkatkan ROM sendi

glenohumeral daripada Latihan Pendular Codman pada penderita frozen shoulder.

Peningkatan ROM sendi glenohumeral secara signifikan akan mengoptimalkan

aktivitas fungsional sendi glenohumeral.

Kata kunci : frozen shoulder, teknik Manual Therapy, Latihan Pendular Codman.

Page 9: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

viii

ABSTRACT

THE ADDITIONOF MANUAL THERAPY TECHNIQUES ONCODMAN’S

PENDULUM EXERCISES TO INCREASE THE RANGE OF MOTION FOR

FROZENSHOULDER IN GLENOHUMERAL JOINT PATIENTS

Limitation of movement in all directions is the characteristic of patients with

frozen shoulder, and often found in various fields of physiotherapy practice.The

physiotherapist is often challenged therapy in patients with frozen shoulder; the

patient usually requires a long time to find out the best functional activity.Lately,the

effectiveness of Codman’spendulum exercises wasin doubt as a method to increase

the range of motion for frozen shoulder in glenohumeral joint patients. Instead, some

research and case studies have proven manual therapy techniques effectively repair

hipomobility in patients with frozen shoulder.This study aims to prove the

effectiveness of the addition of manual therapy techniques on Codman’s pendulum

exercises in inreasing the range of motion in patients with frozen shoulder in the

glenohumeral joint.

This study is true experimental research, the methods pre-test and post-test

control group design. The experiment was conducted in Physiotherapy Practice

“ Sriwijaya” Medan. This study sample of 16 people were divided into 2 groups, 8

people in the control group and 8 people in the treatment group. A control group

given Codman’s pendulum exercises and a treatment group who was given the

manual therapy techniques and Codman’s pendulum exercises. The measuring

instrument used for data collection was the goniometer.The goniometer was used to

measure the range of motion of flexion, extension, abduction, exorotation, and

endorotation of both pre-intervention and post-intervention.

Results of the hypothesis were gathered by using the independent t-test for

flexion, extension, abduction, endorotation, and the Mann-Whitney test for

exorotation. Hypothesis testing results showed that significant difference in post-

intervention mean of the control group and the mean of the treatment group for

Range Of Motion (ROM) of the glenohumeral joint in flexion, extension, abduction,

endorotation, exorotation, with a value of p < 0.05. Concluded : The addition of

manual therapy techniques onthe Codman’s pendulum exercise is better than just

Codman’s pendulum exercises in increasing ROM for frozen shoulder in

glenohumeral joint patients. The increased ROM of the glenohumeral joints will

significantly affect the activity of the glenohumeral joint and help it to function

optimally.

Keywords : frozen shoulder, manual therapy techniques, Codman’s pendulum

exercise.

Page 10: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

ix

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ………………………………………………........................ i

PRASYARAT GELAR …………………………………………………….......... ii

LEMBAR PENGESAHAN……………………………......................................... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ……………………………………….......... iv

BEBAS PLAGIAT........................... ……………………………………….......... v

UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………………………….......... vi

ABSTRAK ………………………………………………………………….......... vii

ABSTRACT ………………………………………………………………............ viii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………........... x

DAFTAR TABEL …………………………………………………………........... xii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….............. xiii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ………………………..................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….......... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian....................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………………………………………….......... 8

2.1 Lingkup Gerak Sendi pada Sendi Glenohumeralis..................... 8

2.1.1 Pengertian....................................................................... 8

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi ROM....................... 8

2.1.3 Keterbatasan ROM sendi glenohumeralis...................... 9

2.2 Anatomi Fungsional dan Biomekanik Sendi-sendi Bahu............ 9

2.2.1 Gerakan osteokinematika sendi Glenohumeralis.............11

2.2.2 Gerakan artrokinematika sendi Glenohumeralis..............12

2.2.3 Rotasi eksternal dan rotasi internal tulang Humerus...... 14

2.2.4 Stabilisasi statis sendi glenohumeralis............................ 14

2.2.5 Stabilisasi dinamis sendi glenohumeralis....................... 15

2.2.6 Sendi sternoclavicularis.................................................. 16

2.2.7 Sendi acromioclavicularis............................................... 17

2.2.8 Sendi scapulothoracalis.................................................. 17

2.2.9 Vascularisasi................................................................... 18

2.2.10 Sistem saraf regio bahu.................................................... 19

2.2.11 Sistem limfatik .................................................... ..........24

2.3 Frozen Shoulder.......................................................................... 25

2.3.1 Definisi........................................................................... 25

2.3.2 Fase Adhesiva capsulitis.................................................. 27

2.3.3 Frozen shoulder primer dan sekunder............................. 27

2.4 Assessment Frozen Shoulder....................................................... 29

2.4.1 Anamnesis........................................................................29

2.4.2 Inspeksi............................................................................ 29

Page 11: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

x

2.4.3 Pemeriksaan fungsi gerak dasar....................................... 29

2.4.4 Tes khusuus .................................................................... 30

2.4.5 Palpasi.............................................................................. 30

2.4.6 Pemeriksaan medik.......................................................... 30

2.5 Analisa Problematik Fisioterapi Menurut Klasifikasi

ICF............................................................................................... 30

2.5.1 Body structur dan body function impairment.................. 30

2.5.2 Activities limitation......................................................... 32

2.5.3 Participation restrictions................................................. 33

2.6 Latihan Codman Pendular........................................................... 33

2.7 Manual Therapy.......................................................................... 34

2.7.1 Mobilisasi sendi dengan roll-glide...................................36

2.7.2 Manual lymph drainage................................................... 39

2.7.3 Red flags dalami ManualTherapy................................... 40

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS …….......... 41

3.1 Kerangka Berpikir....................................................................... 41

3.2 Konsep ........................................................................................ 44

3.3 Hipotesis...................................................................................... 45

BAB IV METODE PENELITIAN ………………………………………......... 46

4.1 Rancangan Penelitian.................................................................. 46

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 47

4.3 Penentuan Sumber Data...............................................................47

4.4 Variabel Penelitian..................................................................... 50

4.5 Definisi Operasional.................................................................... 50

4.6 Alur Penelitian............................................................................. 57

4.7 Alat Penelitian............................................................................. 58

4.8 Prosedur Penelitian...................................................................... 58

4.9 Prosedur Pengumpulan Data....................................................... 59

4.10 Analisa Data................................................................................. 60

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS............................................. 62

5.1 Karakteristik Subjek Penelitian................................................... 62

5.2 Analis Deskriptif Pengukuran ROM Sendi glenohumeral...........63

5.3 Uji Nomalitas dan Uji Homogenitas............................................64

5.4 Uji Beda Hipotesis I.................................................................... 66

5.5 Uji Beda Hipotesis II................................................................... 67

5.6 Uji Beda Hipotesis III.................................................................. 68

BAB VI PEMBAHASAN………………………………………........................ 70

6.1 Karakteristik Subjek Penelitian................................................... 70

6.2 Pembahasan Hipotesis I.............................................................. 71

6.3 Pembahasan Hipotesis II............................................................. 72

6.4 Pembahasan Hipotesis III............................................................ 75

Page 12: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

xi

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN……………………………………........... 77

7.1 Simpulan..................................................................................... 77

7.2 Saran............................................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 79

LAMPIRAN.................................. ………………………………………............. 84

Page 13: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Roll slide sendi glenohumeralis ............................................ 13

Tabel 2.2 Roll slide sendi sternoklavicularis ......................................... 16

Tabel 2.3 Roll slide sendi acromioklavikularis...................................... 17

Tabel 5.1 Karakteristik Sampel ............................................................ 62

Tabel 5.2 Sampel Jenis kelamin ........................................................... 63

Tabel 5.3 Analisis Deskriptif Pengukuran ROM Sendi Glenohumeral... 64

Tabel 5.4 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas .................................... 65

Tabel 5.5 Uji Beda Hipotesis I ............................................................. 67

Tabel 5.6 Uji Beda Hipotesis II ............................................................ 68

Tabel 5.7 Uji Beda Hipotesis III ........................................................... 69

Page 14: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Regio Bahu ......................................................... 10

Gambar 2.2 Sistem Vascularisasi di Regio Sendi Bahu........................ 19

Gambar 2.3 Sistem Saraf Regio Bahu................................................... 19

Gambar 2.4 Area Dermatom Regio Bahu ............................................. 20

Gambar 2.5 Area Miotom C3 ............................................................... 20

Gambar 2.6 Area Miotom C4 ............................................................... 21

Gambar 2.7 Area Miotom C5 ............................................................... 21

Gambar 2.8 Area Miotom C6 ............................................................... 21

Gambar 2.9 Area Sclerotom Ekstremitas Atas ...................................... 22

Gambar 2.10 Sistem Saraf Otonom ........................................................ 23

Gambar 2.11 Sistem Limfatik ................................................................ 24

Gambar 2.12 Sistem Limfatik Regio Bahu dan Dada .............................. 24

Gambar 3.1 Konsep Penelitian ............................................................. 45

Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian ............................................. 46

Gambar 4.2 Pengukuran ROM Fleksi ................................................... 53

Gambar 4.3 Pengukuran ROM Ekstensi ............................................... 53

Gambar 4.4 Pengukuran ROM Abduksi ............................................... 54

Gambar 4.5 Pengukuran ROM Eksorotasi ............................................ 55

Gambar 4.6 Pengukuran ROM Endorotasi ............................................ 56

Gambar 4.7 Alur Penelitian ................................................................... 58

Page 15: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

xiv

DAFTAR SINGKATAN ATAU TANDA

SINGKATAN

AAOMT : American Academy of Orthopedic Manual Physical Therapy

APTA : American Physical Therapy Association

BB : Berat Badan

EBP : Evidence Based Practice

ICF : International Classification of Fungtioning, Disability and Health

IMT : Indeks Massa Tubuh

LGS : Lingkup Gerak Sendi

LPP : Loose Pack Position

MLD : Manual Lymph Drainage

MLPP : Maximally Loose Pack Position

ROM : Range of Motion

SB : Simpang Baku

TB : Tinggi Badan

Page 16: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Informed conscent ............................................................... 84

Lampiran 2 Data Deskriptif Subjek Penelitian ....................................... 85

Lampiran 3 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas ................................... 88

Lampiran 4 Uji Beda Hipotesis I ............................................................ 95

Lampiran 5 Uji Beda Hipotesis II ........................................................... 98

Lampiran 6 Uji Beda Hipotesis III.......................................................... 100

Page 17: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adhesive capsulitis sendi bahu atau sering disebut frozen shoulder ialah suatu

patologi yang ditandai dengan nyeri, limitasi gerakan sendi glenohumeralis baik

secara aktif maupun pasif tanpa perubahan radiologis, kecuali adanya osteopenia atau

kalsifikasi tendonitis.

Diperkirakan penderita frozen shoulder 2% orang dewasa. Kebanyakan pada

umur di antara 40 sampai dengan 60 tahun, lebih banyak pada wanita dan individu

yang menderita penyakit hormon, penyakit immun dan penyakit sistemik. Klasifikasi

adhesive capsulitis terdiri dari primary adhesive capsulitis (idiopatik) dan secondary

adhesive capsulitis yang berhubungan dengan post trauma atau akibat penyakit

tertentu, antara lain penyakit diabetes militus (Donatelli, 2004; Durall, 2011;

Robinson et al., 2012).

Frozen shoulder terdiri dari 4 fase meliputi; Fase nyeri berlangsung 0-3 bulan;

fase beku (freezing phase) berlangsung 3-9 bulan; fase kaku (stiffness or frozen

phase) berlangsung 9-15 bulan; fase mencair (thawing) berlangsung 15-24 bulan

(Hannafin, & Chiaia, 2002).

Bermacam- macam strategi terapi telah dilakukan untuk meningkatkan fungsi

sendi di regio bahu di dalam rehabilitasi frozen shoulder. Meliputi; edukasi; obat

analgesik oral/injeksi; nerve blocks; Latihan Pendular Codman; elektroterapi; terapi

ultrasound; terapi panas; latihan peregangan; mobilisasi sendi; mobilisasi jaringan

Page 18: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

2

lunak; latihan kekuatan; splint; injeksi cortisone; injeksi calsitonin; manipulasi dalam

pengaruh anastesia dan surgical contracture release. (Brotzman & Manske, 2011;

Kelley et al., 2009; Wies, 2005).

Latihan Pendular Codman adalah teknik terapi latihan menggerakkan sendi

glenohumeral secara pasif melalui pengaruh gravitasi gerakan pendular lengan dan

otot-otot regio sendi glenohumeralis dalam keadaan relaksasi. Latihan pendular

Codman juga merupakan distraksi dan occilasi bertujuan : untuk mengurangi nyeri;

meningkatkan nutrisi pada permukaan sendi; memperlancar mobilisasi sendi;

meningkatkan ekstensibilitas kapsul sendi glenohumeralis pada penderita frozen

shoulder (Ellsworth et al., 2006).

Beberapa peneliti membuktikan bahwa teknik-teknik fisioterapi membutuhkan

waktu yang lama dalam peningkatan aktivitas fungsional penderita frozen shoulder

berkisar antara 12 bulan sampai dengan 24 bulan. Demikian juga dari pengalaman

klinis penulis, sering para fisioterapis tertantang karena tidak dapat dengan cepat

mendapatkan hasil yang signifikan dalam pengobatan frozen shoulder ini. Banyak

pasien mengalami stres karena hasil pengobatan yang lama dan terkadang takut

kembali berobat karena adanya rasa sakit selama pengobatan fisioterapi (Griggs et

al., 2000; Tennent et al., 2003; Diercks & Stevens, 2004; Salim & Siahaan, 2011;

Watson et al., 2009).

Beberapa tahun terakhir, pengalaman klinis penulis bahwa teknik manual

therapy yang terdiri dari teknik mobilisasi sendi grade II di posisi LPP dan teknik

Manual Lymph Drainage. . Teknik Manual Therapy ini mengurangi nyeri dan

meningkatkan ROM (Range of Motion) sendi glenohumeralis pada penderita frozen

Page 19: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

3

shoulder secara efektif, sehingga mempengaruhi aktivitas fungsional sendi

glenohumeral berfungsi optimal (Salim & Siahaan, 2011).

Clinical reasoning adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh terapis secara

bertahap, untuk memperoleh informasi tentang penyebab problem pasien. Clinical

reasoning, yang benar dibutuhkan oleh fisioterapis untuk menentukan diagnosa

fisioterapi misalnya menentukan diagnosa fisioterapi pada penderita frozen shoulder,

selanjutnya menentukan perencanaan program terapi dan intervensi fisioterapi yang

efektif (Rohstein et al., 2003; Tennent et al., 2003, Vizniak, 2010).

Evidence-based practice adalah informasi yang didapatkan fisioterapis melalui

riset klinis yang relevan dan berkualitas tinggi. Bukti-bukti (EBP) harus terpadu

dengan pengalaman klinis dan pertimbangan-pertimbangan, kepercayaan, nilai dan

kebudayaan lokal (Herbert et al., 2011).

Mobilisasi sendi terbukti efektif untuk memperbaiki imflamasi sendi kronis,

kontraktur antero superior kapsul, kontraktur antero inferior kapsul, kontraktur otot-

otot rotator cuff dan kemampuan fungsional sekaligus mengurangi nyeri pada frozen

shoulder fase kaku dan beku (Vermeulen et al., 2000; Griggs et al., 2000; Edmond,

2006).

Peregangan ringan efektif untuk perbaikan imflamasi yang bersifat kronik dan

perbaikan fibrosis pada kasus frozen shoulder (Dierchs & Stevens, 2004; Gleyze et

al., 2011 ; Salvo, 2011).

Gliding ke posterior lebih efektif dibandingkan dengan gliding ke anterior untuk

meningkatkan lingkup gerak sendi rotasi eksternal sendi glenohumeral pada

penderita frozen shoulder (Johnson et al., 2007).

Page 20: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

4

Didukung oleh beberapa penelitian bahwa gliding ke posterior dan inferior sendi

glenohumeralis lebih efektif dibandingkan anterior gliding atau peregangan rotasi

eksternal untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi rotasi

eksternal sendi glenohumeralis. Dan juga mobilisasi/gliding dengan gerakan

ditambah gliding pada akhir gerakan efektif untuk meningkatkan ROM dan

kemampuan fungsional pada penderita frozen shoulder (Jurgel et al., 2005; Johnson

et al., 2007; Durall, 2011).

Mobilisasi sendi roll-glide efektif meningkatkan ROM sendi glenohumeral

(Yang et al., 2007; Stenvers, 2009).

Manual Lymph Drainage merupakan salah satu teknik Manual Therapy dengan

tekanan ringan yang digunakan untuk merangsang sistem limfe (Holey & Cook,

2008; Vizniak, 2010).

Efek Manual Lymph Drainage membobol stagnasi protein, berupa cytokines dan

ROM sendi glenohumeralis, meningkatkan immnunitas dan menurunkan stres

(Bunker et al., 2000; Foldi, 2005).

Latihan Pendular Codman merupakan intervensi yang sering digunakan oleh

fisioterapis untuk meningkatkan ROM penderita frozen shoulder . Beberapa literatur

dan peneliti meragukan efektivitas Latihan Pendular Codman dalam meningkatkan

ROM pada sendi glenohumeralis penderita frozen shoulder (Bukhart et al., 2003;

Jurgel et al., 2005; Kelley et al., 2009; Neumann et al, 2010).

Berdasarkan Evidence-Based Practice di atas, penulis telah mempraktekkan

penambahan teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular Codman kepada

Page 21: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

5

beberapa pasien frozen shoulder. Hasilnya ROM sendi glenohumeralis dan

kemampuan fungsional meningkat cepat (Salim & Siahaan, 2010).

Penulis terdorong untuk melakukan penelitian, ”Penambahan teknik Manual

Therapy pada Latihan Pendular Codman lebih meningkatkan ROM pada sendi

glenohumeral penderita frozen shoulder”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah Latihan Pendular Codman dapat meningkatkan lingkup gerak sendi

pada sendi glenohumeralis penderita frozen shoulder?

2. Apakah teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman dapat

meningkatkan ROM sendi glenohumeralis penderita frozen shoulder?

3. Apakah penambahan teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular

Codman lebih efektif meningkatkan ROM sendi glenohumeralis daripada

Latihan Pendular Codman pada penderita frozen shoulder?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui efektifitas penambahan teknik Manual Therapy pada

Latihan Pendular Codman dalam meningkatkan aktivitas fungsional dan

kualitas hidup penderita frozen shoulder.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui Latihan Pendular Codman dalam meningkatkan

ROM sendi glenohumeral penderita frozen shoulder.

Page 22: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

6

2. Untuk mengetahui teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular

Codman dalam meningkatkan ROM sendi glenohumeral penderita frozen

shoulder .

3. Untuk mengetahui penambahan teknik Manual Therapy pada Latihan

Pendular Codman lebih efektif meningkatkan ROM sendi

glenohumeralis dari pada Latihan Pendular Codman pada penderita

frozen shoulder.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat akademik

1. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari,

mengidentifikasi dan mengembangkan teori-teori yang didapat dari

perkuliahan dan Evidence-Based Practice dari para peneliti.

2. Memberikan sumbangan pemikiran dan pengembangan ilmu fisioterapi

yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian lebih lanjut, khususnya aplikasi

penambahan teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular Codman untuk

meningkatkan ROM sendi glenohumeral penderita frozen shoulder.

1.4.2 Manfaat praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini dapat mengungkapkan seberapa pengaruh

penambahan teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular Codman

dalam meningkatkan ROM sendi glenohumeral penderita frozen

shoulder.

Page 23: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

7

2. Dengan mengetahui hal-hal yang diteliti tersebut dapat diambil langkah-

langkah yang lebih spesifik dan efisien dalam meningkatkan ROM sendi

glenohumeralis penderita frozen shoulder, sehingga dapat mempercepat

peningkatan kemampuan fungsional penderita frozen shoulder dengan

optimal. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan penelitian

manfaat teknik Manual Therapy dan auto exercise terapi pada kasus-

kasus yang lain.

1.4.3 Bagi peneliti

1. Memperoleh satu tambahan tentang kajian manfaat penambahan teknik

Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman dalam meningkatkan

ROM sendi glenohumeralis pada penderita frozen shoulder.

2. Mendapatkan wawasan serta pengalaman dalam melakukan penelitian,

sehingga hasil penelitian dapat menjadi dasar untuk penelitian berikutnya.

Page 24: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Lingkup Gerak Sendi pada Sendi Glenohumeralis

2.1.1 Pengertian

Lingkup Gerak Sendi (LGS) atau Range Of Motion (ROM) adalah gerakan

maksimal yang dapat dilakukan oleh sendi. ROM aktif merupakan aktivitas

fungsional yang diaktifkan oleh sistem neuromuskuler. ROM pasif tergantung pada

ekstensibilitas jaringan kontraktil dan jaringan non kontraktil (Kisner, 2007; Konin &

Brittaney, 2012).

ROM pada osteokinematika sendi glenohumeralis yaitu : fleksi; ekstensi;

abduksi horizontal; adduksi horizontal; rotasi internal; rotasi eksternal,abduksi,

ROM diukur dengan menggunakan alat ukur goniometer (Kisner, 2007; Magee,

2008; Boumans dan Ooy, 2009).

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi ROM sendi glenohumeralis

2.1.2.1 Flexibilitas sendi glenohumeralis

Kemampuan jaringan lunak seperti otot, tendon dan jaringan ikat, bergerak

secara bebas dan tampa limitasi sejauh gerak ROM sendi glenohumeralis disebut

flexibilitas (Kisner, 2007; Konin dan Brittaney, 2012).

2.1.2.2 Struktur-struktur di regio sendi glenohumeralis

Apabila sendi glenohumeralis bergerak dari awal sampai akhir ROM, maka

struktur-struktur yang mempengaruhi ROM adalah mm rotator cuff, mm deltoid, mm

bicep, m. latisimus dorsi, m pectoralis major, m teres major ; permukaan sendi antara

Page 25: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

9

cavitas glenoidalis dan caput humeri; kapsul sendi; ligamen-ligamen glenohumeralis

superior/tengah/inferior, ligamen coracohumeral, ligamen coracoacromial; fascia;

bursa; pembuluh darah arteri-vena, sistem limfe pada regio sendi glenohumeralis

dan saraf-saraf sendi glenohumeralis (Donatelli, 2004).

2.1.2.3 Kualitas kesehatan

Kualitas kesehatan individu dalam melakukan aktivitas dan gerakan dipengaruhi

oleh faktor-faktor berikut ini : umur, jenis kelamin, index massa tubuh, etnis,

penyakit, kelainan, cedera jaringan lunak yang berulang, faktor psikologis dan pola

hidup sehat (Andrews et al., 2012).

2.1.3 Keterbatasan ROM sendi glenohumeralis pada frozen shoulder

Unsur-unsur yang mempengaruhi keterbatasan ROM sendi glenohumeralis

yaitu: Kekakuan kapsul sendi; perlengketan/adhesi ligamen-ligamen; spasma otot;

kekakuan otot; kekakuan myofascia; nyeri; effusi sendi; problematik skapula ;

ganjalan di tulang (Konin & Brittaney, 2012; Burkhart et al., 2003).

2.2 Anatomi Fungsional dan Biomekanik Sendi-Sendi Bahu

Seorang fisioterapis membutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang

anatomi dan biomekanik fungsional. Kemampuan tersebut dibutuhkan oleh

fisioterapis untuk melakukan assessment atau clinical reasoning, menentukan

hipotesis, perencanaan terapi dan intervensi fisioterapi. Analisis pada gerakan sendi-

sendi bahu merupakan gerakan yang harmonis pada empat sendi; sendi

glenohumeral; sendi scapulothoracalis; sendi sternoclavicularis dan sendi

acromioclavicularis (Magee, 2008; Vizniak, 2010).

Page 26: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

10

Gambar 2.1 Anatomi Regio Bahu

(Sumber : Netter, 2010)

Page 27: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

11

2.2.1 Gerakan osteokinematika sendi glenohumeralis

Gerakan osteokinematika atau gerakan tulang pada sendi glenohumeralis terdiri

dari gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi eksternal dan rotasi internal.

Gerakan fleksi (1800) dan ekstensi bergerak di bidang sagital dan axis frontal.

Gerakan abduksi (1800) dan adduksi 75

0 bergerak di bidang frontal (coronal) dengan

axis bidang sagital. Gerakan rotasi internal (800-100

0) dan rotasi eksternal (90

0)

bergerak di bidang transversal dan axis vertikal.

Banyak peneliti melakukan penelitian gerakan abduksi pada bidang frontal dan

bidang scapula. Bidang scapula (scaption) adalah elevasi shoulder, 300-45

0 anterior

dari bidang frontal. Scaption ada hubungannya dengan medial tilting dari scapula

dan condong ke bidang sagital. Beberapa penulis percaya, panjang otot dan

kemampuan kontraksi (length-tension) dari otot abduktor/rotator bahu dalam

gerakan elevasi akan optimal serta significan karena bergerak pada bidang scapula

(scaption). Panjang tendon otot yang optimal di regio bahu akan memfascilitasi

kontraksi otot yang optimal. Sebaliknya jikalau otot memendek maka tegangan atau

kontraksi menjadi minimal ( Johnson et al., 2007; Magee, 2008; Gleyze et al., 2011;

Wilk et al., 2012).

Ratio gerakan abduksi-adduksi, rotasi eksternal–rotasi internal lebih tinggi kalau

bergerak dalam posisi scaption. Kemampuan otot rotator bahu (length-tension) akan

meningkat signifikan kalau berlatih di posisi scaption. Latihan pada posisi scaption

akan meningkatkan keharmonisan sendi-sendi regio bahu, diikuti oleh peningkatan

stabilitas statis dan stabilitas dinamis (Cools et al., 2007; Wilk et al., 2012).

Page 28: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

12

Posisi scaption berintegrasi dengan resting position atau Maximally Loose Pack

Position sendi gelenohumeralis (550 abduksi, 30

0 horizontal adduksi dan sedikit

lateral rotasi). Pada posisi MLPP, akan mempengaruhi stabilitas sendi glenohumeralis

yang optimal; torsi yang minimal dari scapular; menghindari impingement; stabilitas

dinamis otot-otot regio sendi glenohumeralis; memperkecil kemungkinan trauma

regio bahu ; posisi yang terbaik untuk melakukan mobilisasi sendi regio bahu; posisi

yang terbaik untuk peregangan (streching), pemeriksaan fungsional dan penguatan

otot-otot rotator glenohumeral (Donatelli, 2004).

Pada gerakan abduksi dan elevasi, dapat diobservasi scapulohumeral rhythm

regio bahu. Gerak proporsional humerus-scapula, 2:1. Pada gerakan abduksi 1800

artinya lingkup gerak sendi sendi glenohumeral 1200, gerakan lingkup gerak sendi

scapula 600. Ada 3 fase gerakan abduksi dan elevasi; fase 1, ketika humerus 30

0

abduksi, clavicula bergerak elevasi 00 sd 15

0, dan scapula bergerak minimal; fase 2

ketika humerus bergerak 400 abduksi, scapula bergerak rotasi 20

0, clavicula 30

0-36

0

elevasi; fase 3 humerus bergerak 600 abduksi, 90

0 rotasi lateral, scapula bergerak 30

0

rotasi dan clavicula 300 elevasi, clavicula berotasi ke posterior 30

0-50

0 (Magee,

2008).

2.2.2 Gerakan artrokinematika sendi glenohumeralis

Gerakan artrokinematika adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi,

terdiri dari rolling, sliding dan rotasi. Tiga komponen tersebut berfungsi secara

harmoni pada gerakan-gerakan sendi glenohumeral yang normal di proporsi yang

tidak sama. Permukaan caput humerus yang cembung bergerak pada cavitas

glenoidalis yang cekung. Maka gerakan rolling selalu berlawanan arah dengan

Page 29: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

13

gerakan sliding. Contoh; Pada gerakan abduksi, rolling caput humerus ke superior dan

sliding/gliding ke inferior. Dan gerakan lainnya lihat Tabel di bawah ini.

Tabel 2.1

Roll-Slide sendi glenohumeralis

Gerakan dari tulang humerus Roll Slide

Fleksi (300-60

0) Anterior Posterior

Adduksi horizontal Anterior Posterior

Internal rotasi Anterior Posterior

Abduksi horizontal Posterior Anterior

External rotasi Posterior Anterior

Abduksi Superior Inferior

(Sumber : Kisner, 2007)

Gerakan abduksi 300-60

0 pada bidang scapula (scaption), caput humerus bergerak

superior 3mm, sedikit ke depan di dalam cavitas glenoidalis. Fakta ini, berindikasi

adanya gerakan rolling atau gliding. Gerakan abduksi lebih 600, humerus bergerak

minimal dan mempunyai indikasi bahwa gerakan murni rotasi atau spin (Magee,

2008).

Gerakan flexi , ekstensi, rotasi internal dan rotasi eksternal pada posisi abduksi

900, akan terjadi rotasi atau spin antara caput humerus dan fossa glenoidalis

(Neumann, 2010).

Gerakan-gerakan artrokinematika akan efektif jika interaksi stabilisasi statis dan

dinamis bekerja secara harmonis. Pada gerakan di posisi MLPP atau LPP,

capsuloligamen dalam keadaan longgar dan tegangan otot-otot rotator cuff

dipertahankan, agar caput humerus selalu berada di tengah pada cavitas glenoidalis.

Apabila terjadi tightness pada kapsul bagian anterior maka gerakan di anterior

terbatas (restriksi), mengakibatkan caput humerus bergeser ke posterior pada cavitas

glenoidalis. Dan menyebabkan gerakan permukaan sendi glenohumeralis tidak sesuai

lagi.

Page 30: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

14

2.2.3 Rotasi eksternal dan rotasi internal tulang humerus

Rotasi eksternal pada humerus dibutuhkan untuk gerakan pasif dan aktif

abduksi-elevasi anterior pada bidang coronal. Komponen penting untuk elevasi aktif

sendi glenohumeralis yaitu rotasi eksternal. Rotasi eksternal yang maximum di semua

bidang berpengaruh memelihara jarak yang cukup antara tuberositas mayor dengan

acromion, juga antara tuberositas mayor dengan glenoid rim, sekaligus berfungsi

sebagai preventif impigment (Donatelli, 2004).

Rotasi eksternal humerus pada posisi scaption memfascilitasi gerakan tendon

bergerak ke lateral dan meningkatkan muscle performance (kekuatan, power dan daya

tahan) dari serabut superior otot subscapularis. Rotasi eksternal berperan penting

untuk gerakan fungsional regio bahu.

Otot Bicep caput longus berpengaruh pada rotasi eksternal dari humerus, dan

mencegah tendon impigment antara tuberositas mayor dengan labrum glenoidalis.

Rotasi internal pada bidang scaption dibutuhkan meningkatkan elevasi ke posterior

dan meningkatkan kemampuan otot superior infraspinatus.

2.2.4 Stabilisasi statis sendi glenohumeralis

Sendi glenohumeralis disebut juga ball and socket joint. Stabilitas statis sendi

glenohumeral tergantung pada integrasi jaringan lunak dan struktur tulang sendi

glenohumeralis seperti, labrum, ligamen-ligamen glenohumeral (ligamen coraco

humeral, ligamen coracoacromial), kapsuler ligamen (ligamen glenohumeral superior,

ligamen glenohumeral tengah, ligamen glenohumeral inferior) dan tulang glenoid

(Vizniak, 2010; Wilk et al., 2012).

Page 31: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

15

Kapsul anteroglenohumeral sangat berperan sebagai stabilitas statis untuk sliding

ke anterior caput humerus dari berbagai posisi. Kapsul ini terbentuk dari bermacam-

macam jaringan kolagen dengan oritentasi dan kekuatan yang berbeda. Kapsul

anteroglenohumeral terdiri dari ligamen glenohumeral superior, ligamen

glenohumeral bagian tengah dan ligamen glenohumeral inferior. Menurut beberapa

penelitian ligamen antero-glenohumeral inferior paling tebal, kuat, konsisten dan

berfungsi untuk stabilisasi gerakan pada extremitas atas (Wilk et al., 2012).

Apabila terjadi tightness pada kapsul anteroglenohumeral, mengakibatkan

gerakan sliding ke anterior terbatas dan menyebabkan caput humerus bergeser ke

posterior (Donatelli, 2004).

2.2.5 Stabilisasi dinamis sendi glenohumeralis

Stabilisasi dinamis sendi glenohumeralis terdiri dari stabilisasi dinamis primer

dan stablisasi dinamis sekunder. Stabilisasi dinamis primer terdiri dari otot-otot

rotator cuff (m supraspinatus, m infraspinatus, m subscapularis dan m teres minor),

mm deltoid, m bicep brachii caput longus. Kontrol neuromuscular berperan dalam

stabilitas dinamis (Gleyze et al., 2011; Kelley et al., 2009).

Stabilisasi dinamis sekunder terdiri dari m. teres major, m latissimus dorsi dan m

pectoralis major. Otot subskapularis berfungsi sebagai stabilisasi dinamis pada

gerakan rotasi external pada posisi abduksi 450. Dan otot ini adalah stabilisator yang

paling kuat di antara otot-otot rotator cuff sendi glenohumeralis. Kemudian diikuti

oleh m.infraspinatus dan m.teres minor ( Andrews et al., 2012; Johnson et al., 2007).

Page 32: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

16

M bicep brachii caput longus dan m bicep brachii caput brevis berperanan lebih

penting sebagai stabilisator dari pada otot-otot rotator cuff ketika terjadi penurunan

stabilisasi dari kapsul ligamen sendi glenohumeralis (Donatelli, 2004; Vizniak, 2010).

2.2.6 Sendi sternoclavicularis

Sendi Sternoclavicularis disebut juga sellar joint. Gerak osteokinematika yang

terjadi pada sendi sternoclavicularis adalah gerak elevasi 45° dan gerak depresi 70°,

serta protraksi 30° dan retraksi 30°.

Permukaan sternal lebih besar dari pada permukaan klavikula. Artrokinematika

gerakan protraksi dan retraksi sendi sterno clavicula (permukaan cekung klavikula

bergerak pada permukaan cembung di sternum) gerakan rolling searah dengan

gerakan sliding. Contoh pada gerakan protraksi, rolling ke anterior maka slidingnya

juga ke anterior (Edmond, 2006; Egmond & Schuitemaker, 2006).

Artrokinematika gerakan elevasi dan depresi sendi sternoclavicularis (permukaan

cembung klavikula bergerak pada permukaan cekung di sternum), contoh; pada

gerakan elevasi, rolling ke superior maka slidingnya ke inferior. Gerakan lainnya lihat

tabel di bawah ini.

Tabel 2.2

Roll-slide sendi sternoclavicularis

Gerakan pada clavikula Roll Slide

Protraksi Anterior Anterior

Retraksi Posterior Posterior

Elevasi Superior Inferior

Depresi Inferior Superior

(Sumber : Kisner , 2007)

Stabilisasi sendi sternoclavicularis terdiri diskus sendi, kapsul sendi, ligamen-

ligamen dan m sternokleidomastoid, m sternohyoid, sternothyroid. Kapsul sendi

bagian anterior dan posterior sangat tebal (Snell, 2007). Ligamen-ligamen merupakan

Page 33: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

17

stabilisasi statis pada sendiri sendi sternoclavicularis terdiri dari ligamen

costoclaviculare, ligamen interclaviculare, ligamen sternoclaviculare posterior dan

ligamen sternoclaviculare anterior (Magee, 2008).

2.2.7 Sendi acromioclavicularis

Gerak osteokinematika sendi acromioclavicularis selalu berkaitan dengan gerak

pada sendi scapulothoracalis saat elevasi diatas kepala maka terjadi rotasi clavicula

mengitari sumbu panjangnya. Rotasi ini menyebabkan elevasi clavicula, elevasi

tersebut pada sendi sternoclavicularis kemudian 30% berikutnya pada rotasi

clavicula (Edmond, 2006; Egmond & Schuitemaker, 2006).

Gerak artrokinematika sendi acromioclavicularis (permukaan cembung klavikula

bergerak pada permukaan acromion yang cekung). Gerakan rolling selalu berlawanan

arah dengan gerakan sliding (Edmond, 2006; Magee, 2008). Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.3

Roll-Slide Sendi Acromioclavicularis

Gerakan pada clavikula Roll Slide

Protraksi Anterior Posterior

Retraksi Posterior Anterior

Elevasi Superior Inferior

Depresi Inferior Superior

(Sumber: Edmond, 2006)

2.2.8 Sendi scapulothoracalis

Bukan merupakan sendi yang sebenarnya, tetapi sendi berperanan penting pada

gerakan regio bahu. Gerak osteokinematika sendi ini meliputi gerakan ke arah medial

lateral dan gerak ke arah cranial-caudal disebut juga dengan gerak elevasi-depresi.

Otot-otot yang berperan untuk mobilisasi dan stabilisasi adalah m serratus anterior,

m upper trapezius, m middle trapezius, m lower trapezius m rhombodeus major, m

Page 34: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

18

rhomboideus minor, m levator scapula dan m pectoralis minor. Otot-otot di atas

berperan dalam pergerakan sendi scapulothoracalis, serentak memelihara posisi

scapular yang optimal dan memelihara postur (Boumans, 2009; Wilk et al., 2012).

2.2.9 Vascularisasi

Pada regio bahu ada dua arteri yang berperan penting arteri subclavia dan arteri

axillaris. Arteri subclavia cabangnya; arteri suprascapularis yang mengurus daerah

fossa supraspinata dan infraspinata scapulae; arteri cervicalis superficialis mendarahi

daerah margo medialis. Arteri Axillaris bercabang tiga yaitu arteri subscapularis,

arteri circumflexa humeri anterior dan arteri circumflexa humeri posterior. Arteri

subscapularis mendarahi fossa subscapularis dan infraspinata (Scanlon & Sanders,

2007).

Pada penderita frozen shoulder dapat mengakibatkan tertekannya arteri pada

daerah sendi glenohumeralis dan oklusi lumen. Maka akan terjadi anastomosis (Snell,

2007).

Vena yang berperan pada regio sendi glenohumeralis adalah vena axillaris.

Vena axillaris berawal sebagai lanjutan vena basilica pada tepi kaudal m. teres mayor

dan berakhir pada tepi lateral kosta 1 untuk menjadi vena subklavia. Vena axillaris

menampung banyak cabang yang sesuai dengan cabang arteria axillaris, dan tepi

kaudal m. subscapularis menampung pasangan vena brachialis yang mengikuti arteri

brachialis (Scanlon & Sanders, 2007; Snell, 2007; Netter, 2010).

Page 35: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

19

Gambar 2.2 Sistem vascularisasi di regio sendi bahu

(Sumber : Netter, 2010)

2.2.10 Sistem saraf regio bahu

Gambar 2.3 Sistem syaraf regio bahu

(Sumber : Netter, 2010)

Page 36: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

20

2.2.10.1 Area dermatom regio bahu

Gambar 2.4 Area dermatom regio bahu

(Sumber : El, 2010)

2.2.10.2 Area miotom dari C3-C6

Kenn Muscle C3-C6; C3; m. Trapezius descendens, m. Levator scapula; C4: m.

Diafragma, m. Trapezius, m. Rhomboideus; C5: m. Deltoideus, m. Supraspinatus; C6:

m. Biceps brachii, m. Ekstensor carpi radialis (El, 2010).

Gambar 2.5 Area miotom C3 (m.Trapezius descendens, m.levator scapulae)

(Sumber : El, 2010)

Page 37: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

21

Gambar 2.6 Area miotom C4 (m Diafragma, m Trapezius, m Rhomboideus)

(Sumber : El, 2010)

Gambar 2.7 Area miotom C5 (m deltoideus,m Supraspinatus)

(Sumber : El, 2010)

Gambar 2.8 Area miotom C6 (mm Biceps Brachii, mm Ekstensor carpi radialis)

(Sumber : El, 2010)

Page 38: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

22

2.2.10.3 Area sklerotom regio bahu

C4: ventral dan dorsal lateral dari klavikula, scapula bagian medial; C5:

acromion, ventral humerus, lateral scapula; C6: caput humerus dan distal ventral

bagian humerus, radius dan metacarpal.

Gambar 2.9Area skelerotom regio bahu dan ekstremitas atas

(Sumber : El, 2010)

2.2.10.4 Sistem saraf otonom simpatis dan parasimpatis

Sistem saraf otonom dapat dibagi dua bagian yaitu simpatik dan para simpatik.

Keduanya mempunyai serabut saraf aferen dan saraf eferen. Saraf simpatis terdapat

pada substancia gricea medulla spinalis dari Th1-L2. Serabut-serabut saraf eferen

yang masuk ke dalam ganglia truncus symphaticus di daerah thorax bagian atas akan

berjalan sepanjang truncus symphaticus menuju ganglia di daerah leher di sini mereka

akan bersinap dengan sel-sel eksitator. Serabut saraf postganglionik meninggalkan

truncus symphaticus sebagai rami communicans gricea, dan sebagian besar

Page 39: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

23

bergabung dengan nervi cervicalis. Dengan perkataan lain cabang saraf simpatis Th

3= C3; Th4=C4 ; Th 5=C5 dan seterusnya (Snell, 2007).

Sistem saraf simpatis berfungsi mempersiapkan tubuh dalam keadaan darurat.

Saraf simpatis mempercepat denyut jantung, menyebabkan kontriksi pembuluh darah

perifer, meningkatkan tekanan darah dan menutup otot sphincter.

Saraf para simpatis terletak di dalam saraf cranial III, VII, IX, X dan S2-S4.

Sistem saraf otonom berfungsi mempertahankan dan memulihkan energi. Saraf ini

memperlambat denyut jantung meningkatkan peristaltik usus dan aktivitas kelenjar

serta membuka otot sphinkter.

Pada penderita penyakit khronis, juga penderita frozen shoulder dibutuhkan

aktivasi para simpatis yang optimal untuk mempercepat proses penyembuhan.

Gambar 2.10 Sistem saraf otonom simpatis dan parasimpatis

(Sumber : Scanlon & Sanders, 2007)

Page 40: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

24

2.2.11 Sistem limfatik

Gambar 2.11 Sistem limfatik

(Sumber : Scanlon & Sanders, 2007)

Gambar 2.12 Sistem limfatik regio bahu dan buah dada

(Sumber: Netter, 2003)

Page 41: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

25

Sistem limfatik yang merupakan sistem drainase terdapat pada hampir seluruh

jaringan dan organ tubuh. System limfatik terdiri dari: cysterna chili, ductus

thoracicus, kapiler limfe, pembuluh limfe, limfonodi dan organ limfatik.

Kapiler limfe adalah anyaman pembuluh-pembuluh halus yang mengalirkan

limfe dari jaringan. Pembuluh limfe berbentuk tasbih yang disebabkan oleh

keberadaan katub yang banyak di sepanjang perjalanannya. Pembuluh limfe

digerakkan oleh kontraksi otot skletal dan Manual Lymph Drainage. Pembuluh aferen

adalah pembuluh limfe yang membawa cairan limfe ke nodi lymphaticus. Pembuluh

aferen yang terdapat di regio bahu adalah pembuluh limfe pada lengan atas, scapula

posterior, dan daerah dada dekat sendi glenohumeralis. Nodus lymphaticus daerah

bahu disebut nodi lymphoidai axillaris (Wittlinger, 2004; Foldi, 2005).

Pembuluh eferen regio shoulder adalah cairan limfe yang keluar dari nodi

axillaris dan memasuki vena brachiocephalica melalui ductus lymphaticus dextra dan

ductus thoracicus (Snell, 2007).

Fungsi lymphatic system al; Transportasi, mengabsorbsi kelebihan cairan dan

protein dari jaringan interstitial kembali ke peredaran darah; Absorbsi fat dari usus

halus; Immunitas (Zuther, 2009).

2.3 Frozen Shoulder

2.3.1 Definisi

Frozen Shoulder ialah Penyakit kronis, yang kebanyakan pada umur di antara

45-70 tahun, dengan limitasi gerakan sendi bahu. Terdiri dari frozen shoulder primer

(idiopatik) dan frozen shoulder sekunder (Mound et al., 2012).

Page 42: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

26

Frozen shoulder adalah kekakuan sendi glenohumeral yang diakibatkan oleh

elemen jaringan non-kontraktil atau gabungan antara jaringan non-kontraktil dan

kontraktil yang mengalami fibroplasia. Baik gerakan pasif maupun aktif terbatas dan

nyeri. Pada gerakan pasif, mobilitas terbatas pada pola kapsular yaitu rotasi eksternal

paling terbatas, diikuti dengan abduksi dan rotasi internal (Hand et al., 2007;

Uhthoff & Boileau, 2007).

Pada penderita frozen shoulder, rotasi eksternal lingkup gerak sendi sendi

glenohumeralis pada posisi neutral menurun. Tanda spesifiknya, kontraktur otot-otot

rotator cuff dan kontraktur ligamen coracohumeralis. Keterbatasan rotasi eksternal

dan elevasi akan meningkatkan kompresi pada otot-otot rotator cuff (Lee et al., 2005;

Jurgel et al., 2005; Dural, 2011).

Walaupun tanda-tanda makroskopis dan histologi dengan adanya kontraktur

kapsul sendi pada frozen shoulder ini sudah dapat diketahui, tetapi proses patologi

yang mendasarinya sampai sekarang masih sulit dimengerti (Robinson et al., 2012).

Namun ada beberapa faktor pencetus timbulnya capsulitis adhesive meliputi;

penyakit-penyakit immun, autonomic neuropati, immobilisasi bahu,trauma,

kelainan/gangguan psikologis, trisomi dari chromosoms 7 dan atau chromosoms 8.

Dapat juga ditimbulkan karena pasien telah menderita penyakit dupuytren’s,

penyakit parkinson, osteoporosis/osteopenia, penyakit kardiorespirasi. Stroke,

hyperlipidemia, post bedah jantung dan post bedah syaraf (Hand et al., 2007; Hsu et

al., 2011; Zuckerman & Rokito, 2011).

Page 43: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

27

2.3.2 Fase adhesive capsulitis (Hannafin et al., 2000)

Fase nyeri (Painful): Berlangsung antara 0-3 bulan. Pasien mengalami nyeri

spontan yang seringkali parah dan mengganggu tidur. Pasien takut menggerakkan

bahunya sehingga menambah kekakuan. Pada akhir fase ini, volume kapsul

glenohumeral secara signifikan berkurang.

Fase kaku (Freezing): Berlangsung antara 4-12 bulan. Fase ini ditandai dengan

hyperplasia sinovial disertai proliferasi fibroblastik pada kapsul sendi gleno

humeralis. Rasa sakit seringkali diikuti dengan fase kaku.

Fase beku (frozen): Berlangsung antara 9-15 bulan. Di fase ini patofisiologi

sinovial mulai mereda/membaik tetapi adesi terjadi dalam kapsul diikuti penurunan

volume intra-articular dan kapsul sendi. Pasien mengalami keterbatasan lingkup

gerak sendi dalam pola kapsuler yaitu rotasi eksternal paling terbatas, diikuti dengan

abduksi dan rotasi internal.

Fase mencair (Thawing Phase): Fase ini berlangsung antara 15-24 bulan. Fase

akhir ini digambarkan sebagai mencair ditandai dengan kembalinya ROM secara

berangsur-angsur.

2.3.3 Frozen shoulder primer dan sekunder

Frozen Shoulder Primer (idiopatik): Penyebab yang mendasari atau kondisi yang

berhubungan dengan frozen shoulder ini tidak dapat diidentifikasi Terjadi secara

spontan dengan penyebab yang tidak jelas. Pada idiopatik frozen shoulder

kemungkinan berhubungan dengan gangguan immunologik, biokemikal, atau ketidak

seimbangan hormonal (Uhthoff dan Boileau, 2007; Hsu et al., 2011).

Page 44: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

28

Frozen Shoulder Sekunder: Causa yang mendasari atau kondisi yang

berhubungan dengan frozen shoulder ini dapat diidentifikasi. Penyebabnya jelas pada

saat gejala muncul (Zuckerman & Rokito, 2011; Robinson et al., 2012).

Frozen shoulder dibagi menjadi 3 katagori: Intrinsik, ekstrinsik dan sistemik

(Jurgel et al., 2005; Kelley et al., 2009).

Intrinsik, merupakan keterbatasan gerak aktif maupun pasif ROM yang

disebabkan oleh gangguan pada otot-otot rotator cuff (seperti tendonitis, ruptur

parsial atau penuh), tendonitis otot-otot biceps, atau kalsifikasi tendonitis (pada kasus

kalsifikasi tendonitis, temuan radiografi yang diterima termasuk deposit kalsifikasi di

dalam ruang subacromial/tendon-tendon rotator cuff).

Ekstrinsik, merupakan keterbatasan gerak aktif maupun pasif lingkup gerak

sendi yang diketahui disebabkan oleh faktor yang berada di luar bahu yang

mempengaruhi gerakan bahu, sebagai contoh: keterbatasan gerak bahu sehubungan

dengan post operasi kanker payudara ipsilateral, cervical radikulopati, tumor thorax,

akibat kecelakaan cerebrovascular , atau problema ekstrinsik yang lebih lokal

seperti: fraktur shaft humeri, abnormalitas sendi scapulothoracal, arthritis sendi

acromioclavicular dan fraktur clavicula.

Sistemik, merupakan keterbatasan gerak yang disebabkan gangguan sistemik,

tetapi tidak terbatas pada diabetes mellitus, juga hyper/hypothyroidism,

hypoadrenalism, atau kondisi-kondisi lain yang mempunyai hubungan dengan

perkembangan frozen shoulder (Brotzman & Manske, 2011; Zuckerman & Rokito,

2011).

Page 45: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

29

2.4 Assessment Frozen Shoulder (Magee, 2008; Hegedeus et al., 2008; Maund

et al., 2012)

2.4.1 Anamnesis

Pasien mengeluhkan gerakan bahu yang kaku ke segala arah dan pada

keterbatasan gerak timbul nyeri. Keluhan lainnya pasien tidak mampu menyisir

rambut atau tidak bisa memakai brest holder (BH) pada wanita dan tidak mampu

melakukan aktivitas yang berhubungan dengan gerakan lengan ke punggung

belakang.

2.4.2 Inspeksi

Posisi bahu pada sisi yang mengalami frozen shoulder agak lebih tinggi dan

asimetri. Pada tes cepat, abduksi elevasi bahu terjadi gerak humero-scapular rhythm.

2.4.3 Pemeriksaan fungsi gerak dasar

1. Gerak aktif : gerakan abduksi/elevasi, penderita frozen shoulder akan

terlihat reverse scapulohumeral rhythm. Artinya scapula bergerak lebih dari

humerus. Gerakan terbatas pada segala arah, terutama pola kapsuler pada

penderita frozen shoulder yaitu rotasi eksternal lebih terbatas dari abduksi

dan rotasi internal.

2. Gerakan pasif : End feel gerakan pasif sendi glenohumeralis pada penderita

frozen shoulder biasanya elastis dan firm.

3. Gerakan isometrik melawan tahanan

Pemeriksaan isometrik pada penderita frozen shoulder, terutama ditujukan

pada kemampuan muscle performance. Meliputi seberapa jauh penurunan

power, kekuatan dan daya tahan otot-otot regio bahu.

Page 46: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

30

2.4.4 Test khusus

1. Joint play movement pada pasien frozen shoulder, meliputi traksi, gliding

dan kompresi

2. Goniometer, digunakan untuk mengukur lingkup gerak sendi pada gerakan

sendi glenohumeralis.

2.4.5 Palpasi

Spasma pada otot-otot regio bahu.

2.4.6 Pemeriksaan medik

Pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI), ditemukan hipertropi

dan peningkatan sirkulasi pada kapsul sendi glenohumeralis (Durall, 2011).

Sonograpi pada penderita frozen shoulder biayanya lebih murah, mesinnya

mudah dibawa dan ionizing radiasi minimal. Hasil sonographic pada penderita frozen

shoulder, menunjukkan penebalan ligamen coracohumeralis, penurunan vascularisasi

pada otot rotator cuff dan keterbatasan tendon supraspinatus akan sliding menekan

acromion (Durall, 2011).

Diagnosa banding : Patologi regio cervical, sindroma Impingement

subakromioalis dan rotator cuff strain (Vizniak, 2010)

2.5 Analisis Problematik Fisioterapi Menurut Klarifikasi ICF

2.5.1 Body structures/body functions impairment

Body structures impairment atau problematik anatomi pada penderita frozen

shoulder yaitu; adhesi dalam kapsul dan kontraktur kapsul anterior superior/inferior;

Kontraktur mm rotator cuff dan spasma/tightness mm deltoideus, mm pectoralis

Page 47: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

31

major, m latissimus dorsi, m teres major; imflamasi kronik dan fibrosis; penurunan

volume intra aticular dan kapsul sendi; atrofi otot-otot disekitar bahu (Griggs et al.,

2000; Hsu et al., 2011).

Body functions impairment atau problematik fisiologi pada penderita frozen

shoulder antara lain: hypomobilitas atau problem pola kapsuler sendi glenohumeralis

yaitu ROM rotasi eksternal paling terbatas diikuti keterbatasan ROM abduksi dan

ROM rotasi internal; hipertonus jaringan kontraktil sendi glenohumeralis; gangguan

aliran limfe dan reverse scapulo humeral rhytm (Diercks & Stevens, 2004; Magee,

2008; Brotzman & Manske, 2011).

Hipomobilitas disebabkan volume cairan sinovial menurun dalam sendi, yang

mengakibatkan peningkatan tekanan di dalam sendi pada waktu ada gerakan.

Selanjutnya jarak permukaan sendi menyempit karena pelumas sendi menipis dan

peningkatan jumlah serabut kolagen yang bersilangan serta susunan tidak teratur.

Serabut kolagen yang kusut akan mengurangi fleksibilitas jaringan ikat dan

membatasi gerakan sendi (Cook, 2007; Durall, 2011; Andrews et al., 2012).

Kontraktur anterosuperior kapsul akan mengakibatkan antero superior tightness,

maka akan membatasi gerakan eksternal rotasi sendi glenohumeralis di posisi

adduksi. Demikian juga kalau terjadi kontraktur kapsul dan ligamen-ligamen antero

inferior sendi glenohumeralis, maka akan membatasi gerakan rotasi eksternal sendi

glenohumeralis di posisi abduksi (Robinson et al., 2012). Kapsul bagian anterior

superior dan anterior inferior yang kaku maka gerakan slide ke anterior terbatas,

mengakibatkan caput humerus bergeser ke posterior pada cavitas glenoidalis. Dan

Page 48: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

32

menyebabkan gerakan permukaan sendi glenohumeralis tidak harmonis lagi

(Donatelli , 2004; Johnson et al., 2007; Brotzman & Manske, 2011).

Kekakuan pada frozen shoulder berupa imflamasi yang bersifat kronik,

menimbulkan fibrosis atau perlekatan. Akibatnya terjadi gangguan mikrosirkulasi

peredaran darah, baik yang melayani jaringan kontraktil maupun non kontraktil regio

bahu. Kekakuan dan imflamasi kronik pada regio bahu mengakibatkan gangguan

aliran limfe. Aliran limfe yang terganggu akan mempengaruhi penimbunan (stagnasi)

protein. Stagnasi protein pada jaringan interstitial akan mengakibatkan gangguan

asam basa serta pengeringan sel. Dan timbullah degenerasi sel (Zuther, 2012;

Wittlinger, 2004).

Konsekuensi penurunan kemampuan fisiologis pada regio bahu akibat dari

beberapa faktor yang telah dibahas sebelumnya akan mengakibatkan gangguan

kekuatan otot, daya tahan otot, kordinasi dan perubahan sistem saraf otonom (Cook,

2007; Andrews et al., 2012).

Irama scapulohumeral yang abnormal atau reverse scapulohumeral rhythm

akibat hipomobilitas, problematik anatomi dan fisiologi pada penderita frozen

shoulder.

2.5.2 Activities limitation

Masalah aktivitas yang sering ditemukan pada penderita frozen shoulder adalah

tidak mampu menyisir rambut; kesulitan dalam berpakaian; kesulitan memakai brest

holder (BH) bagi wanita; mengambil dan memasukkan dompet di saku belakang;

gerakan-gerakan lainnya yang melibatkan sendi bahu (Jurgel et al., 2005; Kelley et

al., 2009; Hsu et al., 2011).

Page 49: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

33

2.5.3 Participation restrictions

Penderita frozen shoulder akan menemukan hambatan untuk melakukan

aktivitas sosial di lingkungan sosialnya. Hal ini dapat mengakibatkan pasien tidak

percaya diri dan merasa kurang dibutuhkan oleh masyarakat lingkungannya.

2.6 Latihan Pendular Codman

Latihan Pendular Codman adalah tekhnik yang menggunakan efek gravitasi

untuk meningkatkan ROM bahu dengan cara relaksasi otot. Posisi pasien 900 lumbal

flexi, semiflexi lutut. Posisi ini merupakan posisi Loose Pack Position dan scaption.

Gravitasi atau gaya tarik bumi lengan mengakibatkan peregangan kapsul sendi

glenohumeralis. Gerakan lengan kiri kanan , sirkumduksi berasal dari gerakan

pinggul.

Latihan Pendular Codman merupakan distraksi dan occilasi Grade I,II bertujuan

: untuk mengurangi nyeri; meningkatkan nutrisi pada permukaan sendi; memperlancar

mobilisasi sendi; meningkatkan ekstensibilitas kapsul sendi ; meningkatkan ROM

sendi glenohumeralis; memperbaiki fleksibilitas dan stabilitas otot-otot rotator cuff

(Ellsworth et al., 2006).

Latihan Pendular Codman selain di klinik , dilakukan sebagai program di

rumah secara teratur dan benar. Latihan yang agresif dan menimbulkan nyeri harus

dihindari karena akan memperberat imflamasi synovial kronik atau meningkatkan

fibrosis pada penderita frozen shoulder (Durall, 2011).

Page 50: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

34

Hasil penelitian Latihan Pendular Codman pada 75 pasien frozen shoulder

idiopatik selain mengurangi nyeri juga meningkatkan ROM sendi glenohumeralis

(Griggs et al., 2000).

Aktivitas otot infraspinatus mengalami relaksasi selama latihan pendular

codman, sedangkan otot supraspinatus dan otot trapezius bagian atas menjadi

aktif/tegang. Tetapi dengan latihan biofeedback yang tekun, otot supraspinatus dan

otot trapezius bagian atas dapat juga relaksasi selama latihan pendular (Ellsworth

et al., 2006).

2.7 Manual Therapy

Perkataan manual berasal dari kata “manus”, bahasa Latin yang artinya tangan,

sedangkan therapy berarti pengobatan. Dari asal katanya Manual Therapy berarti

pengobatan dengan menggunakan tangan.

Manual Therapy adalah teknik terapi dengan menggunakan tangan dengan teknik

yang khusus. Terapi ini tidak hanya terbatas pada teknik mobilisasi sendi atau

manipulasi sendi. Teknik spesifik dengan tangan digunakan oleh fisioterapis untuk

mendiagnosa dan memberikan terapi pada jaringan lunak untuk: meningkatkan

lingkup gerak sendi; mengurangi nyeri; mengurangi dan meminimalisasi imflamasi

jaringan lunak; memberikan relaksasi; meningkatkan pemulihan jaringan kontraktil

dan non kontraktil, meningkatkan ekstensibilitas, meningkatkan stabilitas;

memfascilitasi gerakan dan meningkatkan fungsi tubuh (Holey & Cook, 2008; Salvo,

2011).

Page 51: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

35

Manual Therapy diaplikasikan untuk kegunaan macam-macam problematik

anatomi/fisiologi/ biomekanik oleh khiropraktis, fisioterapis, manual terapis

ortopedis, osteopatik dan masaseur. Sehingga pengertian dan pemahaman Manual

Therapy masih dalam perdebatan (Cook, 2007).

Menurut beberapa penelitian teknik mobilisasi sendi roll dan glide, ditambah lagi

glide pada akhir gerakan selain mengurangi nyeri, meningkatkan ROM sendi

glenohumeralis pada penderita frozen shoulder. Peningkatan ROM tersebut

berpengaruh pada peningkatan kemampuan fungsional.

Penelitian lainnya menyimpulkan bahwa peregangan ringan yang terkandung di

dalam mobilisasi sendi dengan gerakan, meningkatkan ROM sendi glenohemuralis

pada penderita frozen shoulder (Gleyze et al., 2011 ; Salvo, 2011).

Pengalaman klinis para terapis MLDV, khususnya kelompok MLDV Medan,

bahwa teknik spesifik MLDV lebih cepat meningkatkan ROM regio bahu, khususnya

sendi glenohumeralis pada penderita frozen shoulder. Didalam teknik spesifik MLDV

selain teknik untuk meningkatkan aliran sistem limfatik dan absorbsi pembuluh darah

vena, juga pada teknik ini terkandung teknik mobilisasi dengan gerakan dan

peregangan yang ringan.

Dalam thesis ini penulis memfokuskan penelitian teknik Manual Therapy yang

terdiri dari Mobilisasi dengan gerakan dan teknik MLD (dipengaruhi oleh teknik

spesifik MLDV tapi tidak lengkap) untuk meningkatkan ROM sendi glenohumeralis

penderita frozen shoulder. Urutan terapi; MLD lalu Mobilisasi sendi dengan gerakan

dan ditutup lagi dengan MLD.

Page 52: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

36

2.7.1 Mobilisasi sendi dengan roll-glide

Mobilisasi sendi adalah Gerakan pasif oleh terapis yang terlatih pada sendi atau

jaringan lunak. Teknik ini dilaksanakan dengan bermacam variasi kecepatan dan

amplitudo. Termasuk teknik manipulasi yaitu teknik dengan gerakan yang

beramplitudo kecil dengan kecepatan yang tinggi dan pasien/klien tidak dapat

menghentikan gerakan tersebut (APTA).

Mobilisasi sendi yang dimaksud adalah roll dan glide. Dalam pelaksanaan lebih

dahulu dilakukan glide serta gerakan roll dan pada gerakan akhir kita tambah lagi

glide. Contohnya dilakukan glide pada sendi glenohumeralis ke inferior sekaligus

gerakan rolling abduksi ke superior, dan pada akhir gerakan abduksi ditambah lagi

glide (Egmond & Schuitemaker, 2006).

Maitland salah seorang tokoh Manual Therapy mendasari perkembangan konsep

terapi mobilisasi sendi dan manipulasi. Maitland sangat menganjurkan pemeriksaan

yang teliti pada setiap pasien untuk mengetahui sumber dari tanda dan gejala yang

dialami pasien dalam aktivitas fungsionalnya. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan

gerakan osteokinematika dan artrokinematika untuk menentukan problem yang tepat

dari jaringan spesifik. Hal ini untuk menyusun strategi dan dosis terapi. Maitland

mengembangkan empat Grade (Grade I, II, III, IV) mobilisasi sendi dan Grade V

disebut thrust manipulations. Grade berdasarkan pembagian Maitland teridiri dari:

Grade 1, slow amplitudo kecil, permulaan gerakan; Grade II slow, amplitudo lebih

besar-kapsul mengalami regangan tapi belum limit; Grade III slow, amplitudo lebih

besar, kapsul mengalami tegang dan pada batas limit; Grade IV slow, amplitudo

lebih kecil, kapsul mengalami teregang dan batas limit; grade V amplitudo kecil-

Page 53: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

37

thrust. Grade I dan II disebut Low Grade berfungsi untuk mengurangi nyeri dan

meningkatkan lubrikasi pada sendi. Grade III dan IV disebut juga High Grade

terutama berfungsi untuk peregangan peri articular tissue (Edmond, 2006).

Mobilisasi sendi roll-glide efektif meningkatkan lingkup gerak sendi pada sendi

glenohumeralis (Yang et al., 2007; Stenvers, 2009).

2.7.1.1 Traksi sendi glenohumeralis pada posisi LPP

Traksi sendi glenohumeralis adalah peregangan permukaan sendi antara cavitas

glenoidalis dan caput humerus dengan menggerakkan caput humerus yang arahnya

tegak lurus dan menjauhi bidang terapi cavitas glenoidalis. Arah traksi sendi

glenohumeralis latero-ventro kranial.

Traksi sendi glenohumeralis yang merupakan juga peregangan statis. Menurut

beberapa penelitian, peregangan yang ditahan 15-30 detik hasilnya lebih signifikan

dibandingkan dengan peregangan yang ditahan kurang dari 15 detik atau lebih dari

30 detik (Cook, 2007).

Terapi pada penderita frozen shoulder yang gerakan aktif abduksi dan elevasi

sendi glenohumeralnya terbatas, hendaknya menghindari gerakan elevasi yang

menimbulkan nyeri. Terapi pada posisi adduksi, sedikit rotasi external atau posisi

LPP, selain aman dan juga efektif untuk meningkatkan ekstensibilitas serta

peningkatan lingkup gerak sendi elevasi aktif sendi glenohumeralis (Donatelli,

2004). Menurut penelitian Diercks dan Stevens (2004), peregangan di bawah ambang

nyeri pada pasien-pasien frozen shoulder lebih bermakna hasilnya untuk mengurangi

nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi pada sendi glenohumeralis

dibandingkan peregangan di atas ambang nyeri pada pasien-pasien frozen shoulder.

Page 54: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

38

Berdasarkan Evidence-Based Practice, traksi yang aman dan efektif adalah

posisi sendi glenohumeralis di posisi MLLP atau LPP dan posisi sendi

scapulothoracalis pada posisi scaption. Grade traksinya yaitu Grade II atau low

grade yang dilakukankan dengan tenang, tidak agresif atau tidak menimbulkan nyeri.

2.7.1.2 Mobilisasi sendi roll-glide untuk pola kapsuler sendi glenohumeralis

Egmond & Schuitemaker (2006) dan Susan L.Edmond (2006), menulis glide ke

anterior efektif untuk meningkatkan lateral rotasi, horizontal abduksi dan ekstensi

sendi glenohumeral.

Johnson et al. (2007), dari hasil penelitiaannya menyimpulkan. Gliding caput

humerus ke posterior dan ke inferior lebih efektif meningkatkan gerakan rotasi

eksternal sendi glenohumeral.

Gliding ke posterior dengan gerakan rotasi internal dan rotasi eksternal. Gliding

ke inferior dengan gerakan adduksi-abduksi. Mobilisasi dengan gerakan dilakukan

dalam posisi LPP: meningkatkan gerakan rotasi eksternal; untuk perengangan otot-

otot rotator cuff; peregangan ligamen coracohumeral; meningkatkan abduksi dan

elevasi sendi glenohumeralis (Durall, 2011).

2.7.1.3 Mobilisasi sendi roll-glide dan reverse scapulohumeral rhythm

Pada penderita reverse scapulohumeral rhythm. Scapula bergerak lebih dari

humerus. Menurut beberapa penulis; periarticular tissue sendi scapulothoracalis

mengalami pemendekan atau impairment, mempengaruhi keterbatasan gerakan bahu

abduksi dan elevasi (Donatelli, 2004).

Memperbaiki impairment sendi scapulothoracalis dengan memfiksasi atau

melakukan gerakan rotasi medial skapula pada posisi scaption, side lying dan

Page 55: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

39

gerakan elevasi sendi glenohumeralis pada posisi forward flexi 800-90

0. Dan gerakan

tidak menimbulkan nyeri (Stenvers, 2009).

Mobililasi sendi pada sendi scapulothoracalis dan berlawanan arah dengan

gerakan abduksi sendi glenohumeralis merupakan intervensi peregangan jaringan

lunak dan signifikan untuk kontraktur yang kronis regio skapula dan regio sendi

glenohumeralis. Peregangan dengan intensitas rendah, lebih nyaman, aman dan

pasien lebih relaksasi dibandingkan dengan intervensi peregangan dengan intensitas

yang tinggi. Peregangan dengan intensitas rendah, penderita frozen shoulder, lebih

koperatip ketika fisoterapis melakukan intervensi. Mobilisasi sendi yang dilakukan

dengan durasi sekitar lima menit dan konsisten akan meningkatkan ekstensibilitas

jaringan kontraktil dan non kontraktil regio skapula serta regio sendi

glenohumeralis. Sehingga akan memperbaiki reverse scapulohumeral rhytm, dan

meningkatkan gerakan elevasi dan abduksi sendi glenohumeralis (Kisner, 2007;

Stenvers, 2009).

2.7.2 Manual lymph drainage (MLD)

Manual lymph drainage merupakan salah satu tehnik massase yang digunakan

untuk merangsang sistem limfe. Rangsangan ini diperlukan untuk mempercepat

pengaliran timbunan cairan berisi protein/garam molekul yang besar melalui

pembuluh limfe. Manual limph drainage merupakan tehnik massase dengan

penekanan yang ringan, yang dapat dilakukan pada seluruh bagian dari tubuh. Tujuan

dari terapi MLD pada penderita frozen shoulder ialah: melancarkan aliran pembuluh

limfe atau bahkan membobol stagnasi pembuluh limfe akibat frozen shoulder,

meningkatkan immunitas (daya tahan), menurunkan stres. Homeostasis secara

Page 56: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

40

langsung dipengaruhi oleh rangsangan pada sistema limfe dan secara tidak langsung

oleh penurunan tingkatan stres dalam tubuh (Foldi, 2005).

Tehnik MLD ini dilakukan dengan penekanan yang ringan, dan berbentuk spiral

pada kelenjar limfe dan pembuluh limfe. Arah gerakan Manual Lymph Drainage

ditentukan oleh arah aliran sistema limfe. Arah gerakan Manual Lymph Drainage

daerah cervical menuju ke terminus. Sedangkan arah gerakan MLD daerah dada,

scapula dan lengan atas menuju nodi axillaris. Selain itu hal penting lainnya ialah

ritme dari pegangan tangan. Ritme harus sesuai dengan pembukaan maupun

penutupan klep didalam pembuluh limfe yang besar maupun kecil, karena hanya

dengan cara itu kelebihan cairan tubuh dapat dialirkan (Wittlinger, 2004).

Penanganan dilakukan diruangan yang mempunyai temperatur yang

menyenangkan dan dalam suasana yang tenang. Untuk mencapai hal tersebut diatas,

dianjurkan selama dalam pengobatan untuk tidak bercakap-cakap dan pasien/klien

berusaha relaksasi, sungguh hadir menikmati terapi. Dengan tujuan untuk

mengaktivasi sistem saraf otonom parasimpatis secara optimal (Zuther, 2009).

Lama waktu teknik terapi manual MLD dan mobiliasi sendi, sekitar 30 menit.

2.7.3 Red flags dalam manual therapy

Red flags dalam Manual Therapy pada regio sendi bahu antara lain : Kanker

regio cervical dan regio bahu; Rheumatik akut; Arthritis septik; Fraktur regio

cervical, regio bahu; ligamen-ligamen yang instabilitas dan lesi spinal cord regio

cervical (Wies, 2005).

Page 57: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

41

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Frozen shoulder ialah limitasi gerakan aktif dan pasif sendi glenohumeralis yang

kronis sehingga mempengaruhi keterbatasan aktivitas seperti menyisir rambut,

mengancing BH (brest holder), membersihkan punggung belakang dan aktivitas-

aktivitas yang berkaitan dengan gerakan sendi glenohumeralis. Dan mengakibatkan

keterbatasan penderita dalam berpartisipasi di kegiatan sosialnya.

Frozen shoulder terdiri dari frozen shoulder primari (idiopatik) dan frozen

shoulder sekunder (penyebabnya jelas). Frozen shoulder sekunder terdiri dari

intrinsik, ekstrinsik dan sistemik. Intrinsik adalah keterbatasan akibat gangguan otot-

otot rotator cuff. Ekstrinsik adalah keterbatasan terjadi akibat faktor di luar regio

bahu yang mempengaruhi gerakan bahu. Sistemik adalah keterbatasan gerak ROM

sendi glenohumeralis karena Diabetes Militus dan gangguan hormon.

Body structur/body function impairment pada penderita frozen shoulder yaitu

penebalan dan kontraktur ligamen –ligamen, otot-otot rotator cuff serta jaringan

lunak sekitar sendi glenohumeralis. Keterbatasan gerakan/ perubahan anatomi dan

fisiologis pada sendi glenohumeralis disebut hipomobilitas mengakibatkan volume

cairan sinovial menurun dalam sendi, yang menimbulkan peningkatan tekanan di

dalam sendi pada waktu ada gerakan. Selanjutnya jarak permukaan sendi menyempit

karena pelumas sendi menipis dan peningkatan jumlah serabut kolagen yang

bersilangan serta susunan tidak teratur. Serabut kolagen yang kusut akan mengurangi

Page 58: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

42

fleksibilitas jaringan ikat dan membatasi gerakan sendi. Hipomobilitas sendi

glenohumeralis disebut juga keterbatasan pola kapsuler sendi glenohumeralis. ROM

rotasi eksternal lebih terbatas dari abduksi. ROM abduksi lebih terbatas dari rotasi

internal.

Kekakuan pada frozen shoulder berupa imflamasi yang bersifat kronik,

menimbulkan fibrosis atau perlekatan. Akibatnya terjadi gangguan mikrosirkulasi

peredaran darah, baik yang melayani jaringan kontraktil maupun non kontraktil regio

bahu. Kekakuan dan imflamasi kronik pada regio bahu mengakibatkan gangguan

aliran limfe. Aliran limfe yang terganggu akan mempengaruhi penimbunan (stagnasi)

protein. Stagnasi protein pada jaringan interstitial akan mengakibatkan gangguan

asam basa serta pengeringan sel. Dan timbullah degenerasi sel.

Hipomobilitas, gangguan mikrosirkulasi dan gangguan aliran limfe akan

menurunkan volume intrartikuler, volume kapsul sendi dan atrofi otot-otot di sekitar

sendi glenohumeralis. Power, kekuatan dan daya tahan otot-otot yang disebut muscle

performance, menurun. Gangguan anatomi/fisiologis/biomekanik yang spesifik pada

penderita frozen shoulder ini akan mengakibatkan reverse scapulo humeral

rhythm.

Latihan Pendular Codman memperbaiki hipomobilitas pola kapsuler sendi

glenohumeralis, gangguan aliran limfe, dan reverse scapulo humeral rhythm. Dosis

dan teknik yang tepat akan meningkatkan ROM sendi glenohumeralis pada

penderita frozen shoulder.

Kontraktur kapsul dan kontraktur otot-otot rotator cuff mengakibatkan fungsi

retikulum sarkoplasmik yang terdapat pada serabut otot terganggu, diikuti oleh

Page 59: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

43

metabolisme lokal yang tidak terkontrol. Terapi peregangan otot dan kapsul sendi,

baik itu latihan pendular codman, traksi maupun mobilisasi dengan gerakan akan

memanjangkan retikulum sarkoplasmik dan memisahkan kepala miosin dan aktin.

Kalau dilakukan dengan dosis tepat dan konsisten akan terjadi relaksasi otot dan

kapsul sendi. Selanjutnya terjadi pemanjangan otot dan struktur jaringan non

kontraktil yang mempengaruhi peningkatan ROM sendi glenohumeralis.

Latihan Pendular Codman dan teknik Manual Therapy yang dilakukan pada

posisi scaption scapula dan posisi LPP sendi glenohumeralis, meningkatkan nutrisi

pada sendi dan otot-otot regio sendi glenohumeralis mengalami relaksasi.

Mobilisasi sendi roll-glide lebih banyak dilakukan dengan glide ke posterior,

untuk meningkatkan rotasi eksternal, karena menurut penelitian Johnson glide ke

posterior lebih efektif untuk meningkatkan ROM ke rotasi eksternal dibandingkan

dengan glide ke anterior. Glide pada pemulaan dilaksanakan dengan low grade dan

serta gerakan rotasi internal-rotasi eksternal. Teknik Manual therapy ini untuk

meningkatkan lubrikasi pada sendi glenohumeralis dan relaksasi otot-otot regio sendi

glenohumeralis. Lima menit terakhir glide-roll-glide pada akhir gerakan ditahan 15-

30 detik. Teknik ini akan meregangkan otot subscapularis, kapsul anterior,

myofascial anterior dan mempengaruhi endorphine dependence system yang

menghasilkan endorpin untuk peningkatan mikrosirkulasi dan penurunan spasma dan

tightness regio sendi glenohumeralis. Mobililasi dengan gerakan pada sendi

scapulothoracalis pada posisi side lying dan berlawanan arah dengan gerakan

abduksi sendi glenohumeralis. Intervensi ditujukan untuk peregangan jaringan lunak

dan signifikan untuk kontraktur yang kronis pada reverse scapulohumeral rhytm.

Page 60: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

44

Manual Lymph Drainage merupakan tehnik massase dengan penekanan yang

ringan, berirama, spiral, arah yang sesuai dengan anatomi dan sistem fisiologi limfe,

yang dapat dilakukan pada seluruh bagian dari tubuh. Tujuan dari MLD pada

penderita frozen shoulder ialah: melancarkan aliran pembuluh limfe atau bahkan

membobol stagnasi pada jaringan interstial akibat frozen shoulder dan meningkatkan

immunitas (daya tahan). MLD di penilitian ini dilakukan pada pembukaan dan

penutup intervensi terapi.

Dari butir-butir pemikiran tersebut terlihat bahwa untuk meningkatkan ROM

sendi glenohumeralis, khususnya pada gerakan abduksi-elevasi sendi

glenohumeralis. Diutamakan mobilisasi dan gliding dengan dosis yang tepat pada

posisi LPP untuk peningkatan ROM rotasi eksternal. Diperlukan regangan yang

cukup untuk relaksasi pada struktur jaringan lunak terutama bagian anterior, diikuti

regangan jaringan lunak lainnya di regio sendi glenohumeralis. MLD juga

dibutuhkan untuk memperbaiki aliran limfe. Di samping itu terlihat juga bahwa

teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman lebih efektif. Hal ini menjadi

dasar penulis untuk membuat penelitian.

3.2 Konsep Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian pustaka, maka konsep yang dapat

disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 61: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

45

Gambar 3.1 Konsep Penelitian

3.3 Hipotesis

Berdasarkan pada landasan teori di atas maka dapat disusun hipotesis dalam

penelitian ini yaitu

1. Latihan Pendular Codman dapat meningkatkan ROM sendi glenohumeralis

pada penderita frozen shoulder.

2. Penerapan teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman

meningkatkan ROM sendi glenohumeralis pada penderita frozen shoulder.

3. Penambahan teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular Codman lebih

efektif meningkatkan ROM sendi glenohumeralis dari pada Latihan

Pendular Codman pada penderita frozen shoulder.

Page 62: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

46

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian metode eksperimental murni, dengan

rancangan penelitian yang digunakan adalah pre test and post test group design

(Pocock, 2008). Untuk mengetahui makna penambahan Manual Therapy pada

Latihan Pendular Codman dengan hanya pemberian Latihan Pendular Codman.

Subjek penelitian dibagi dua kelompok, Kelompok I adalah subjek yang

mendapatkan pelayanan fisioterapi berupa Latihan Pendular Codman, sedangkan

Kelompok II adalah subjek yang mendapatkan perlakuan penambahan teknik Manual

Therapy dan Latihan Pendular Codman.

Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian

Keterangan:

P = Populasi

R = Randomisasi

S = Sampel

RA = Random Alokasi

P1

P2

Page 63: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

47

O1 = Kelompok (I) sebelum perlakuan (pre tes) latihan pendular Codman.

P1 = Perlakuan latihan pendular Codman

O2 = Kelompok (I) setelah perlakuan (post tes) Latihan Pendular Codman.

O3 = Kelompok (II) sebelum mendapatkan perlakuan (pre tes) teknik Manual

Therapy dan Latihan Pendular Codman

P2 = Perlakuan teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman.

O4 = Kelompok (II) setelah mendapatkan perlakuan (post tes) teknik Manual

Therapy dan Latihan Pendular Codman.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di praktek fisioterapi-manual ”Sriwijaya” Medan.

Waktu penelitian dan pengambilan data dilaksanakan mulai 18 Maret 2013 hingga

Juni 2013.

4.3 Penentuan Sumber Data

Penentuan sumber data dimulai dari menentukan populasi target yang akan

diteliti, kemudian didapat populasi terjangkau, menentukan sampelnya, kriteria

eligibilitas, besaran sampel dan teknik pengambilan sampel.

4.3.1 Populasi target

Dalam penelitian ini populasi target adalah pasien-pasien frozen shoulder yang

datang ke praktek fisioterapi-manual ”Sriwijaya” Medan dan telah mengalami frozen

shoulder antara 5-12 bulan.

4.3.2 Populasi terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pasien-pasien frozen shoulder

yang datang ke praktek fisioterapi-manual “Sriwijaya” Medan, bersedia mengikuti

program penelitian ini, yaitu mendapat perlakuan sebanyak 12 x atau 3x satu

minggu.

Page 64: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

48

4.3.3 Sampel

Sampel dalam penelitian adalah jumlah sampel yang diambil dari populasi

terjangkau, disesuaikan dengan kriteria inklusi yang dibahas dalam kriteria

eligibilitas.

4.3.4 Kriteria eligibilitas

Kriteria egibilitas adalah kriteria pemilihan yang membatasi karakteristik

populasi terjangkau, yaitu ; Kriteria inklusi, kriteria ekslusi dan kriteria drop out

1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Pasien-pasien frozen shoulder yang berobat di praktek Fisioterapi

Manual Sriwijaya Medan.

b. Pasien dengan umur 45-65 tahun.

c. Telah mengalami frozen shoulder antara 5-12 bulan.

d. Tidak sedang mengikuti program terapi lainnya.

e. Bersedia menjadi sampel dalam penelitian sampai selesai, yaitu dengan

mengikuti program sebanyak 12 kali perlakuan, 3 x seminggu.

f. Mampu mengerti instruksi yang diberikan.

2. Kriteria eksklusi

a. Kanker regio cervical dan regio bahu.

b. Rheumatik akut.

c. Arthritis septik.

d. Fraktur regio cervical, regio bahu.

e. Ligamen-ligamen yang instabil.

f. Lesi spinal cord regio cervical .

Page 65: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

49

3. Kriteria drop out

a. Mengundurkan diri pada saat penelitian masih berlangsung.

b. Tidak teratur/tidak sesuai jadwal.

4.3.5 Besaran Sampel

Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini berdasarkan rumus Pocock,

2008 :

,

22

12

2

n

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

= Simpang baku

= Tingkat kesalahan I (ditetapkan 0,05)

Interval kepercayaan 95,0)1(

= Tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,20)

Tingkat kekuatan uji / power of test 0.80

),( = Interval kepercayaan 7,9

1 = Rerata nilai pada kelompok kontrol

2 = Rerata nilai pada kelompok perlakuan

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Joshua Wies tahun

2005 didapatkan hasil rerata , 1 = 13 derajad, Standar deviasi = 14, rerata 2 =

34 derajad, dengan demikian dapat dihitung sebagai berikut :

9,7

1334

)14(22

2

xn

9,7441

)196(2xn

02.7n

Page 66: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

50

Maka jumlah sampel dalam penelitian ini dibulatkan jadi 8 orang pada setiap

kelompok, jadi total semua sampel berjumlah 16 orang. Untuk menghindari

kemungkinan drop out sample ditambah 20 %, yang berarti jumlah sample 20 orang.

4.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

4.4.1 Variabel terikat: Lingkup gerak sendi pada sendi glenohumeralis

Lingkup gerak sendi pada sendi glenohumeralis adalah gerak maksimal yang

dapat dilakukan oleh sendi glenohumeralis.

4.4.2 Variabel bebas: Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman

1. Manual Therapy dalam penelitian terdiri dari: Mobilisasi sendi dan Manual

Lymph Drainage.

2. Latihan Pendular Codman.

4.5 Definisi Operasional

Teknik Manual Therapy dilakukan selama 30 menit setiap terapi, 3x minggu

selama 4 minggu. Sedangkan Latihan Pendular Codman dilakukan selama 10 menit

setiap terapi, 3x minggu selama 4 minggu. Home program Latihan Pendular Codman

dilakukan selama 10 menit, 3x satu hari selama 4 minggu.

4.5.1 Manual therapy

Teknik Manual Therapy dalam penelitian ini ada dua teknik: Mobilisasi sendi

dan Manual Lymph Drainage.

Page 67: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

51

4.5.1.1 Mobilisasi sendi

Mobilisasi sendi meliputi; traksi dengan Grade II dalam posisi LPP, arah traksi

ke lateral- ventro kranial, selama 2 menit. Selanjutnya traksi Grade II ke inferior,

selama 4 menit.

Mobilisasi selanjutnya adalah glide-roll-glide ke posterior dan inferior dalam

posisi LPP dikombinasi dengan gerakan abduksi 300-60

0, rotasi eksternal-rotasi

internal dilakukan dengan menggunakan Grade II selama 2 menit. Selanjutnya rotasi

glide-roll-glide pada akhir gerakan, ditahan 15 detik selama 4 menit. Gliding yang

diberikan adalah tekanan yang sedang, nyaman dan tidak menimbulkan nyeri.

Mobilisasi pada sendi scapulothoracalis. Posisi pasien side lying, fleksi 700 sd

900. Satu tangan terapis memegang lengan yang diterapi dan telapak tangan yang lain

berada di margo lateralis dan angulus inferior scapula Tangan terapis melakukan

glide ke medial scapula berlawanan arah dengan gerakan abduksi sendi

glenohumeralis. Pada dua menit pertama lakukan gliding , Grade II. Setelah itu

lakukan mobilisasi, glide-roll-glide dengan gerakan abduksi sendi glenohumeralis.

Akhir gliding ditahan 15 detik dan gerakan ulangan meregang dilakukan selama 4

menit.

a. Lokasi : sendi glenohumeralis, sendi scapulothoracalis

b. Intensitas gliding : Grade II dan tekanan sedang/nyaman

c. Waktu : 20 menit

d. Frekuensi : 3x minggu, selama 4 minggu

4.5.2 Manual lymph drainage

Page 68: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

52

Manual lymph drainage permulaan dilakukan daerah leher pada posisi

terlentang, dengan effleurage yang ringan dan terarah dari profundus ke terminus

selama 2 menit. Kemudian effleurage ringan dan gerakan pompa yang lembut pada

daerah bahu belakang, dada depan dan lengan atas selama 3 menit. Dilakukan 5

menit pada waktu permulaan terapi dan ditutup dengan waktu 5 menit.

a. Lokasi : sistem limfe cervical dan regio bahu

b. Intensitas : sedang-nyaman

c. Waktu : 10 menit

d. Frekuensi : 3x minggu, selama 4 minggu

4.5.3 Latihan pendular Codman

Latihan Pendular Codman dilaksanakan pada posisi berdiri. Lumbal di flexikan

700, dan gunakan tangan yang sehat sebagai tumpuan pada kursi atau meja. Lengan

yang mengalami frozen shoulder menggantung, otot-otot regio scapulothoracalis dan

regio sendi glenohumeralis dalam keadaan relaksasi. Gerakan harus lancar dan

dilakukan selama 30 detik dalam satu arah. Ulangi selama 30 detik dengan arah

sebaliknya. Pada permulaannya gerakan dilakukan dengan membuat lingkaran kecil,

dan secara bertahap tingkatkan ke lingkaran yang lebih besar. Beban yang diberikan

berkisar 1,5 kg – 2,25 kg. Waktu 10 menit. Latihan ini di lakukan 3x 1 hari sebagai

program latihan di rumah. Latihan dilakukan selama 4 minggu (Jurgel et al., 2005;

Ellsworth et al., 2006).

4.5.4 Pengukuran lingkup gerak sendi

Sampel diukur lingkup gerak sendi dengan goniometer dalam posisi fleksi,

ekstensi, abduksi, rotasi eksternal dan rotasi internal. Sendi yang diukur terbebas

Page 69: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

53

dari pakaian. Berikan penjelasan dan contoh pengukuran yang akan dilakukan.

Berikan gerakan pasif lebih dahulu untuk menghasilkan relaksasi struktur jaringan

lunak regio sendi glenohumeralis. Sumbu gerak ditentukan dengan cara melakukan

palpasi pada tuberculus major sesuai dengan gerakan angulair yang diharapkan.

Tungkai goniometer yang statis diletakkan paralel dan sumbu longitudinal segmen

tubuh yang bergerak. Pastikan sumbu goniometer tepat pada sumbu gerakan sendi.

Baca dan catat hasil pemeriksaan ROM.

1. Fleksi

Gambar 4.2 Pengukuran ROM Fleksi

a. Posisi pasien ; Tidur terlentang serta sendi lutut di fleksikan. Kedua sendi

siku ekstensi. Kedua lengan bawah dalam posisi netral dan ibu jari

menghadap keatas.

b. Goniometer diletakkan pada tuberculum major di tengah fossa glenoidalis.

Tungkai goniometer yang statis diletakkan sejajar linea axillaris media dan

tungkai goniometer yang bergerak ujungnya diletakkan pada epicondylus

lateralis.

c. Pelaksanaan : Pasien diinstruksikan agar melakukan gerakan fleksi sendi

glenohumeralis melewati kepala atau sampai batas gerakan yang dapat

dilakukan oleh penderita frozen shoulder.

Page 70: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

54

2. Ekstensi

Gambar 4.3 Pengukuran ROM Ekstensi

a. Posisi pasien : Posisi prone lying (telungkup). Kepala rotasi ke arah

kontralateral. Sendi siku sedikit fleksi. Lengan bawah pada posisi antara

supinasi dan pronasi dan telapak tangan berhadapan dengan tubuh pasien.

b. Goniometer diletakkan pada tuberculus major di tengah fossa glenoidalis

pada acromion lateral caudal. Tungkai goniometer yang statis diletakkan

sejajar linea axillaris media dan tungkai goniometer yang bergerak

ujungnya pada epicondylus lateralis.

c. Pelaksanaan : Pasien diinstruksikan agar melakukan gerakan ekstensi

sendi glenohumeralis sampai batas gerakan yang dapat dilakukan oleh

penderita frozen shoulder.

3. Abduksi

Gambar 4.4 Pengukuran ROM Abduksi

Page 71: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

55

a. Posisi pasien : posisi supine lying (terlentang) dan semi fleksikan kedua

lutut. Eksorotasi dari sendi glenohumeralis. Ekstensi sendi siku.

b. Goniometer diletakkan di tengah fossa glenoidalis atau pada acromion

bagian ventral caudal. Tungkai goniometer bagian proksimal statis

diletakkan sejajar dengan tulang sternum. Tungkai goniometer yang

dinamis (bagian distal) diletakkan pada garis tengah humerus bagian

ventral.

c. Pelaksanaan : Pasien diinstruksikan agar melakukan gerakan abduksi

sendi glenohumeralis sampai batas gerakan yang dapat dilakukan oleh

penderita frozen shoulder.

4. Eksorotasi

Gambar 4.5 Pengukuran ROM Eksorotasi

a. Posisi pasien : posisi supine lying (terlentang) dan semi fleksikan kedua

lutut. Sendi glenohumeralis pada posisi Abduksi 900, sendi

humeroradialis/ulnaris pada posisi fleksi 900. Handuk/bantalan diletakkan

humerus bagian distal. Lengan bawah pronasi dan telapak tangan

menghadap ke arah kaki pasien.

b. Goniometer diletakkan pada tulang olecranon. Tungkai goniometer yang

proksimal (statis) tegak lurus pada tempat tidur dan tungkai goniometer

Page 72: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

56

yang distal (bergerak) ujungnya diletakkan pada processus styloideus

dari tulang ulna.

c. Pelaksanaan : Pasien diinstruksikan agar melakukan gerakan eksorotasi

sendi glenohumeralis sampai batas gerakan yang dapat dilakukan oleh

penderita frozen shoulder.

5. Endorotasi

Gambar 4.6 Pengukuran ROM Endorotasi

a. Posisi pasien : posisi supine lying (terlentang) dan semi fleksikan kedua

lutut. Sendi glenohumeralis pada posisi Abduksi 900, sendi

humeroradialis/ulnaris pada posisi fleksi 900. Handuk/bantalan di

letakkan pada os. humerus bagian distal. Lengan bawah pronasi dan

telapak tangan menghadap ke arah kaki pasien.

b. Goniometer diletakkan pada tulang olecranon. Tungkai goniometer yang

proksimal (statis) tegak lurus pada tempat tidur dan tungkai goniometer

yang distal (bergerak) ujungnya diletakkan pada processus styloideus

dari tulang ulna.

c. Pelaksanaan : Pasien diinstruksikan agar melakukan gerakan endorotasi

sendi glenohumeralis sampai batas gerakan yang dapat dilakukan oleh

penderita frozen shoulder.

Page 73: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

57

4.6 Alur Penelitian

Gambar 4.7 Alur Penelitian

Page 74: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

58

4.7 Alat Penelitian

Alat penelitian terdiri dari peralatan yang dipakai dalam perlakuan untuk

mengumpulkan data, yaitu: Tempat tidur untuk terapi; perlengkapan pendukung

terapi; goniometer; formulir pengkajian fisioterapi; lembaran pengukuran lingkup

gerak sendi sendi glenohumeralis; kamera untuk dokumentasi dan komputer

penyimpanan dan pengolahan data.

4.8 Prosedur Penelitian

4.8.1 Tahap persiapan

Studi kepustakaan dari buku-buku, jurnal, internet, mempelajari dokumentasi-

dokumentasi fisoterapi untuk penderita frozen shoulder di praktek fisioterapi manual

Sriwijaya dan dokumentasi-dokumentasi dari kelompok team fisioterapi manual di

Medan.

Menetapkan tempat penelitian yaitu di praktek fisioterapi manual sriwijaya.

Penentuan sampel dilakukan berdasarkan pasien yang datang ke praktek fisioterapi

manual sriwijaya menurut kriteria inklusi dan kriteria drop out.

Petugas fisioterapi yang akan mendukung penelitian ini mendapat perlatihan

tentang konsep teknik Manual Therapy, Latihan Pendular Codman dan pengukuran

goniometer yang diharapkan untuk penelitian ini. Sehingga petugas fisioterapi

mampu memberikan terapi yang optimal dan edukasi kepada sampel mengenai

manfaat, tujuan, bagaimana penelitian ini dilakukan dan pentingnya dilakukan

penelitian ini (Andrews et al., 2012).

Page 75: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

59

4.8.2 Tahap pelaksanaan penelitian

Setelah dilakukan clinical reasoning, subjek atau sampel dikelompokkan

menjadi 2 kelompok, yaitu : Kelompok I dan Kelompok II. Kelompok I adalah

kelompok yang memperoleh Latihan Pendular Codman. Kelompok II adalah

kelompok yang memperoleh Teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular

Codman.

Memberikan pengarahan kepada subjek terkait dengan apa yang harus mereka

lakukan dan prosedur yang harus diikuti selama proses penelitian berlangsung.

Selama penelitian berlangsung, subjek dihimbau agar melakukan hal-hal sebagai

berikut; Tidak menjalani pengobatan lain selain intervensi yang diberikan; latihan

pendular codman dilakukan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh petugas

fisioterapi dan pelaksanaannya konsisten; Tetap melakukan kegiatan seperti biasanya

(Jurgel et al., 2005; Ellsworth et al., 2006).

Sebelum dan sesudah dilakukan intervensi, kedua kelompok tersebut sama-sama

dilakukan pengukuran dengan menggunakan goniometer.

Setelah 4 minggu intervensi , dievaluasi dan peneliti sudah mendapatkan data

yang lengkap, kemudian peneliti membandingkan hasilnya pada kedua kelompok

tersebut.

4.9 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian dilakukan oleh penulis dan para

fisoterapis yang terlatih. Kolega tersebut mampu memahami metode penelitian ini

dan cukup motivasi mensukseskan penelitian ini (Wilk et al., 2012).

Page 76: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

60

Data yang diperoleh dari kolega yang membantu penelitian dalam bentuk

lembaran pengukuran goniometer gerakan sendi glenohumeralis, dikontrol kalau

masih ada kekurangan. Kemudian data dikembalikan kepada kolega untuk

diperbaiki. Kemudian data diperiksa kembali, sebagai langkah akhir dalam

pengumpulan data (Wies, 2005; Wilk et al., 2012).

4.10 Analisis Data

Dalam menganalisis data yang diperoleh, maka peneliti menggunakan beberapa

uji statistik, antara lain: Uji deskriptif; uji normalitas; uji homogenitas dan uji

komparabilitas.

Uji deskriptif digunakan untuk menggambarkan karateristik data yang

didapatkan dari hasil penelitian. Analisis deskriptif dipakai untuk menganalisis

variable identitas data dan beberapa variable lainnya.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari

hasil pengukuran goniometer berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian

normalitas distribusi dengan menggunakan Saphiro Wilk Test dengan p>0,05.

Untuk mengetahui homogenitas distribusi, maka dilakukan pengujian

homogenitas hasil pengukuran goniometer dengan menggunakan Lavene’s test

dengan p>0,05.

Distribusi data normal sebelum dan sesudah terapi pada Kelompok Perlakuan I

(Latihan Pendular Codman) dan Kelompok Perlakuan II (teknik Manual Therapy dan

Latihan Pendular Codman) maka menggunakan paired t test. Data yang berdistribusi

Page 77: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

61

normal pada pembandingan hasil pengukuran goniometer antara Kelompok

Perlakuan I dan Kelompok Perlakuan II maka menggunakan t test independent.

Distribusi data tidak normal sebelum dan sesudah terapi pada Kelompok

Perlakuan I dan Kelompok Perlakuan II maka menggunakan Wilcoxon sign rank

test. Data yang berdistribusi tidak normal pada pembandingan hasil pengukuran

goniometer sebelum dan sesudah terapi antara Kelompok Perlakuan I dan Kelompok

Perlakuan II maka menggunakan Mann-Whitney test.

Page 78: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

62

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

5.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Deskripsi karateristik subjek penelitian disajikan pada Tabel 5.1 di bawah ini

Tabel 5.1

Karakteristik Sampel

Karakteristik

Sampel

Kelompok Perlakuan

Latihan Pendular

Codman (n=8)

Kelompok Perlakuan Penambahan

Manual Therapy pada Latihan Pendular

Codman (n=8)

Rerata ± SB Rerata ± SB

Umur(thn)

TB (cm)

BB (kg)

IMT (kg/m2)

55,13 + 6.010

164,25 + 4,265

64,88 + 6,770

24,00+ 1,604

51,88 + 5,275

159,38 ± 5,208

60,00 + 3,071

23,64 + 1,067

Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa karateristik umur, berat badan, tinggi badan

dan Indeks massa tubuh sebelum intervensi dari kedua kelompok hampir sama dan

tidak terdapt perbedaan yang berarti. Dengan demikian subjek penelitian berjumlah

16 orang subjek yang terbagi dalam dua kelompok, masing-masing memiliki

karakter fisik dan kemampuan yang sama.

Umur subjek pada kelompok Latihan Pendular Codman antara 47-60 tahun

dengan rerata adalah 55,13. Sedangkan umur subjek pada kelompok penambahan

Manual Therapy pada Latihan Pendular Codman antara 46-61 tahun dengan rerata

adalah 51,88 tahun.

Page 79: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

63

Tabel 5.2

Sampel Jenis Kelamin

Sampel

Jenis kelamin

Kelompok Perlakuan

Latihan Pendular Codman

Kelompok Perlakuan teknik manual

therapy dan Latihan Pendular Codman

N % N %

Laki-laki

Perempuan

2

6

25

75

1

7

12,5

87,5

Jumlah 8 100 8 100

Tabel 5.2 memperlihatkan karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin.

Dilihat dari jenis kelamin menunjukkan bahwa laki-laki sebanyak 2 orang (25%) dan

perempuan 6 orang (75%) pada kelompok Latihan Pendular Codman. Kelompok

Perlakuan teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman memperlihatkan

bahwa perempuan sebanyak 7 orang (87,5%) dan laki-laki 1 orang (12,5%).

5.2 Analisis Deskriptif Pengukuran ROM Sendi Glenohumeralis Sebelum

Perlakuan Kedua Kelompok

Sendi glenohumeralis sebelum perlakuan dengan hasil deskriptif rerata

pengukuran fleksi, ekstensi, abduksi, eksorotasi dan endorotasi pada kelompok

Latihan Pendular Codman : 84,750 + 5,922; 26,63

0 + 4,749; 80,50

0 + 5,529; 37,13

0 +

4,612; 44,000 + 4,408. Sedangkan hasil deskriptif rerata pengukuran fleksi, ekstensi,

abduksi, eksorotasi dan endorotasi pada kelompok penambahan Manual Therapy

dan Latihan Pendular Codman :83,750 + 7,555; 26,38

0 + 3,852; 78,25

0 + 9,254;

38,630+ 5,476 dan 48,63

0 + 7,190 seperti tertera pada Tabel 5.3.

Page 80: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

64

Tabel 5.3

Analisis Deskriptif Pengukuran ROM Sendi Glenohumeral Sebelum

Perlakuan Kedua Kelompok

Variabel

Kelompok Latihan

Pendular Codman

(N=8)

Kelompok Penambahan Manual Therapy

dan Latihan Pendular Codman

(N=8)

Rerata SB Rerata SB

Fleksi 84,750 5,922 83,75

0 7,555

Ekstensi 26,630 4,749 26,38

0 3,852

Abduksi 80,500 5,529 78,25

0 9,254

Eksorotasi 37,130 4,612 38,63

0 5,476

Endorotasi 44,000 4,408 48,63

0 7,190

5.3 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas

Sebagai prasyarat untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan maka

dilakukan uji normalitas dan homogenitas data pengukuran ROM pada sendi

glenohumeralis dengan goniometer sebelum dan sesudah perlakuan kedua kelompok.

Uji normalitas dengan menggunakan uji Saphiro Wilk, karena data kurang dari 30,

yang hasilnya tertera pada Tabel 5.4

Page 81: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

65

Tabel 5.4

Uji Normalitas dan Uji Homogenitas

Lingkup Gerak

Sendi

P. Uji Normalitas

(Saphiro Wilk-Test) P.Uji

Homogenitas

(Lavene’s Test)

(p)

Kelompok

Latihan Pendular

Codman

Kelompok

ManualTherapy dan

Latihan Pendular

Codman

Fleksi Sebelum

Perlakuan

0,278 0,276 0,691

Ekstensi

Sebelum

Perlakuan

0,171 0,925 0,707

Abduksi

Sebelum

Perlakuan

0,718 0,271 0,270

Eksorotasi

Sebelum

Perlakuan

0,165 0,568 0,516

Endorotasi

Sebelum

Perlakuan

0,160 0,731 0,310

Fleksi Setelah

Perlakuan

0,248 0,435 0,017

Ekstensi

Setelah

Perlakuan

0,016 0,778 0,048

Abduksi

Setelah

Perlakuan

0,326 0,230 0,017

Eksorotasi

Setelah

Perlakuan

0,059 0,731 0,522

Endorotasi

Setelah

Perlakuan

0,951 0,080 0,259

Selisih fleksi 0,836 0,317 0,061

Selisih ekstensi 0,403 0,053 0,176

Selisih

abduksi

0,366 0,250 0.016

Selisih

eksorotasi

0,017 0,862 0,016

Selisih

endorotasi

0,928 0,113 0,112

Page 82: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

66

Dari hasil uji normalitas dengan Saphiro Wilk Test sebelum intervensi untuk

kelompok Latihan Pendular Codman diketahui nilai p lebih besar dari 0,05 (p >0,05)

yang berarti distribusi data normal. Sedangkan pada hasil uji normalitas sesudah

intervensi untuk kelompok Latihan Pendular Codman diketahui nilai p dari fleksi,

ekstensi, abduksi, eksorotasi, dan endorotasi adalah umumnya p>0,05, berarti uji

normalitasnya berdistribusi normal, kecuali nilai p ekstensi adalah p= 0,016 (p<0,05)

yang distribusinya tidak normal.

Pada uji normalitas dengan Saphiro Wilk Test sebelum intervensi untuk

kelompok Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman diketahui nilai p rata-rata

lebih besar dari 0,05 (p >0,05) yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan

pada hasil uji normalitas sesudah intervensi untuk kelompok Manual Therapy dan

Latihan Pendular Codman diketahui nilai p rata-rata lebih besar dari 0,05 ( p>0,05)

yang berarti data berdistribusi normal.

Maka hasil uji normalitas menunjukkan uji ini adalah uji parametrik dan non

parametrik

5.4 Uji Beda Hipotesis I

Uji beda ini bertujuan untuk mengetahui rerata derajad ROM sendi

glenohumeralis sebelum dengan sesudah perlakuan pada kelompok Latihan Pendular

Codman. Untuk mengetahui ROM sendi glenohumeralis fleksi, abduksi, eksorotasi

dan endorotasi sebelum dengan sesudah perlakuan digunakan uji Paired t test. Untuk

mengetahui ROM sendi glenohumeralis ekstensi sebelum dengan sesudah perlakuan

digunakan uji Wilcoxon sign Rank Test.

Page 83: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

67

Tabel 5.4

Uji Beda Hipotesis I

Lingkup Gerak Sendi Rerata + SB

p Sebelum Sesudah

Fleksi 84,750 + 5,922 94,63

0 + 4,658 0,001

Abduksi 80,500 + 5,529 90,88

0 + 5,194 0,001

Eksorotasi 37,130 + 4,612 42,00

0 + 4,567 0,001

Endorotasi 44,000+ 4,408 50,63

0 + 5,069 0,002

Ekstensi 26,630+4,749 32,25

0+ 5,203 0,011

Tabel 5.5 menunjukkan beda rerata peningkatan ROM sendi glenohumeralis

fleksi, ekstensi, abduksi, eksorotasi dan endorotasi sebelum dengan sesudah

perlakuan memiliki rata-rata nilai p< 0,05. Kesimpulannya pada penelitian ini,

Latihan Pendular Codman meningkatkan ROM sendi glenohumeralis pada penderita

frozen shoulder.

5.5 Uji Beda Hipotesis II

Uji ini untuk mengetahui perbedaan peningkatan ROM pada sendi

glenohumeralis sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok teknik Manual

Therapy dan Latihan Pendular Codman. Paired t test digunakan untuk uji ini.

Hasilnya disajikan pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6 menunjukkan beda rerata peningkatan ROM sendi glenohumeralis

fleksi, ekstensi, abduksi, eksorotasi dan endorotasi sebelum dengan sesudah

perlakuan memiliki nilai p rata-rata kurang dari 0,05 (p<0,05). Hasil ini

membuktikan bahwa terjadi peningkatan ROM sendi glenohumeralis sebelum dan

sesudah perlakuan pada kelompok teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular

Page 84: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

68

Codman, terjadi peningkatan ROM secara bermakna. Kesimpulannya teknik

Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman efektif meningkatkan ROM sendi

glenohumeral penderita frozen shoulder.

Tabel 5.6

Uji Beda Hipotesis II

Lingkup Gerak Sendi

Rerata + SB

p Sebelum

Sesudah

Fleksi 83,750 + 7,555 159,75

0 + 16,816 0,001

Ekstensi 26,380 + 3,852 45,13

0 + 1,959 0,001

Abduksi 78,250 + 9,254 155,13

0 + 15,606 0,001

Eksorotasi 38,630 + 5,476 70,75

0 + 3,495 0,001

Endorotasi 48,630 + 7,190 77,25

0 + 3,370 0,001

5.6 Uji Beda Hipotesis III

Uji beda bertujuan untuk membedakan rerata derajad ROM sendi

glenohumeralis sesudah perlakuan antara kelompok Latihan Pendular Codman

dengan kelompok penambahan teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular

Codman. Uji beda ini umumnya menggunakan uji t test independent. Untuk beda

rerata derajad ROM sendi glenohumeralis eksorotasi sesudah perlakuan antara ke

dua kelompok digunakan uji Mann-Whitney Test. Adapun hasilnya dapat dilihat

pada Tabel 5.7.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji t test independent dan uji

Mann-Whitney test untuk eksorotasi seperti pada Tabel 5.7 di atas menunjukkan

bahwa beda rerata ROM sendi glenohumeralis fleksi, ekstensi, abduksi, eksorotasi

dan endorotasi sesudah perlakuan antara Kelompok Latihan Pendular Codman dan

Kelompok teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman memiliki nilai

Page 85: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

69

p<0,05 , hal ini berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna. Disimpulkan bahwa

penambahan teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular Codman lebih efektif

meningkatkan ROM sendi glenohumeralis daripada Latihan Pendular Codman pada

penderita frozen shoulder.

Tabel 5.7

Uji Beda Hipotesis III

Lingkup Gerak

Sendi

Rerata + SB

p Selisih perlakuan

Kelompok Latihan

Pendular Codman

Selisih perlakuan

Kelompok teknik Manual Therapy

dan Latihan Pendular Codman

Fleksi 9,880 + 5,139 76

0 + 13,320 0,001

Ekstensi 5,630 + 2,446 18,75

0 + 3,059 0.001

Abduksi 10,38 + 4,596 76,880 + 15,123 0,001

Endorotasi 6,630 + 3,962 28,63

0 + 8,434 0,001

Eksorotasi 4,880+ 1,246 32,13

0 + 6,175 0,001

Page 86: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

70

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan tujuan untuk

mengetahui penambahan teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman

lebih meningkatkan ROM sendi glenohumeral penderita frozen shoulder.

6.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Pada penelitian ini jumlah subjek penelitian adalah sebanyak 16 orang yang

menderita frozen shoulder yang datang ke praktek fisioterapi Sriwijaya Medan dari

Maret 2013 hingga Juni 2013. Umur yang terlibat berkisar antara 46-62 tahun.

Jumlah wanita yang terlibat 13 orang. Pada kelompok latihan pendular codman,

wanita 6 orang dan laki-laki 2 orang, sedangkan pada kelompok teknik manual

therapy jumlah wanita yang terlibat 7 orang dan laki-laki 1 orang. Kondisi ini hampir

sama dengan dilaporkan oleh beberapa peneliti (Brotzman dan Manske, 2011; Hsu et

al., 2011; Maund et al., 2012; Robinson et al., 2012), bahwa frozen shoulder

kebanyakan terjadi pada usia 40-65 dan lebih banyak mengenai wanita. Kebanyakan

terjadi pada usia 40-65 tahun, berhubungan dengan proses penuaan tahap klinik.

Pada tahap ini penurunan sistem tubuh berlanjut , khususnya penurunan level

hormon antara lain level hormon Dehydroepian-drosterone, testosteron, growth

hormene dan estrogen (Pangkahila, 2011).

Penderita frozen shoulder lebih banyak mengenai wanita karena wanita pada

usia 45-65 tahun lebih banyak mengalami perubahan hormon, perimenopause dan

Page 87: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

71

post menopause yang merupakan salah satu pencetus frozen shoulder (Lee et al.,

2005; Brotzman dan Manske, 2011; Hsu et al., 2011; Maund et al., 2012;

Robinson et al., 2012).

Obesitas merupakan salah satu faktor terjadinya frozen shoulder. Seseorang

dikatakan obes bila mempunyai indek massa tubuh ≥ 30 kg/m2. Berat badan dan

tinggi badan diukur untuk mengetahui indek massa tubuh (IMT), rerata indeks massa

tubuh sebagai sampel penelitihan Kelompok Perlakuan Latihan Pendular Codman

adalah 24,00 kg/m2. Rerata indek masa tubuh pada Kelompok Perlakuan teknik

Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman 23,64 kg/m2. Indeks massa tubuh

menggambarkan status gizi seseorang. Dengan demikian berdasarkan rerata indeks

massa tubuh pada kedua kelompok perlakuan menjelaskan bahwa status gizi sampel

penelitian dalam katagori normal atau sampel tidak obes (Adiatmika, 2002).

6.2 Pembahasan Hipotesis I

Berdasarkan uji paired t test dan uji Wilcoxon sign rank test (p ekstensi <0,05)

menunjukkan beda rerata peningkatan ROM sendi glenohumeralis fleksi, ekstensi,

abduksi, eksorotasi dan endorotasi sebelum dengan sesudah perlakuan memiliki nilai

p< 0,05). Hal ini berarti pada kelompok Latihan Pendular Codman yang dilakukan

selama 4 minggu, terjadi peningkatan ROM secara signifikan.

Menurut Ellsworth et al. (2006) bahwa latihan pendular codman untuk

memelihara dan memperbaiki fleksibilitas dan stabilitas otot-otot rotator cuff.

Latihan Pendular Codman yang dilakukan dengan tekun dan dosis yang tepat akan

merelaksasikan otot supraspinatus dan otot trapezius. Peningkatan fleksibilitas otot-

Page 88: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

72

otot tersebut akan meningkatkan ROM sendi glenohumeralis. Hasil penelitian

Latihan Pendular Codman oleh Griggs et al. (2000) pada 75 pasien frozen shoulder

idiopatik, bahwa Latihan Pendular Codman meningkatkan ROM sendi

glenohumeralis . Dengan demikian disimpulkan Latihan Pendular Codman

meningkatkan ROM sendi glenohumeralis pada penderita frozen shoulder.

Di sisi lain peneliti menyadari keterbatasan bahwa home program belum

terbiasa bagi banyak pasien, pasien kurang mengerti atau ragu-ragu dalam

melaksanakan latihan di rumah, kontrol terhadap aktivitas sehari-hari termasuk

pelaksanaan latihan tidak gampang. Permasalahan ini selalu dikomunikasikan kepada

pasien agar penelitian dapat berhasil optimal.

Fisioterapis yang mampu melakukan clinical reasoning dengan baik akan

mampu menggunakan Latihan Pendular Codman secara optimal untuk meningkatkan

aktivitas fungsional akibat hipomobilitas regio sendi bahu pada penderita frozen

shoulder.

6.3 Pembahasan Hipotesis II

Menurut uji Paired t test pada Tabel 5.5 untuk mengetahui perbedaan

peningkatan ROM sendi glenohumeralis sebelum dan sesudah perlakuan pada

kelompok Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman didapat nilai p < 0,05 dan

hasilnya signifikan. Hal ini berarti bahwa penerapan teknik Manual Therapy dan

Latihan Pendular Codman signifikan meningkatkan ROM sendi glenohumeralis pada

penderita frozen shoulder.

Page 89: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

73

Pada penderita frozen shoulder, gerakan pada sendi glenohumeralis terbatas ke

segala arah karena adanya tightness, adhesi, stres jaringan lunak di regio bahu.

Akibatnya terjadi hiposirkulasi, gangguan absorbsi pembuluh darah vena dan

gangguan aliran sistem limfe. Manual Lymph Drainage (MLD) salah satu jenis

Manual Therapy yang dilakukan dengan teknik yang tepat akan memperlancar

sistem limfe, sistem sirkulasi, mengaktisivasi sistem parasimpatis dan secara tidak

langsung akan menurunkan tingkatan stres dalam tubuh khususnya pada regio bahu

(Wittlinger, 2004; Foldi, 2005).

Setelah tingkatan stres menurun dilakukan traksi sendi glenohumeralis ke arah

lateral sedikit ventro kranial. Traksi sendi glenohumeralis adalah peregangan

permukaan sendi antara cavitas glenoidalis dan caput humerus yang arahnya tegak

lurus dan menjauhi bidang terapi cavitas glenoidalis. Menurut Donatelli (2004)

mobilisasi pada posisi Loose Pack Position (LPP) selain aman dan juga efektif untuk

meningkatkan ektensibilitas lingkup gerak sendi elevasi aktif sendi glenohumeralis.

Teknik ini meregangkan kapsul sendi , kalau dilakukan secara konsisten akan

mengurangi adhesi pada jaringan sekitar sendi bahu, sehingga pada akhirnya terjadi

peningkatan mobilitas pada sendi bahu (Vermeulen et al., 2000; Maund et al.,

2012).

Selanjutnya mobilisasi sendi roll dan glide efektif untuk meningkatkan ROM

(Egmond & Schuitemaker, 2006). Gerakan roll dan glide adalah gerakan yang

alamiah, dilakukan sesuai dengan arthrokinematika pada sendi glenohumeralis.

Teknik mobilisasi ini efektif untuk meningkatkan ROM sendi glenohumeralis pada

penderita frozen shoulder (Yang et al., 2007). Gliding caput humerus ke posterior

Page 90: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

74

dan ke inferior efektif meningkatkan rotasi eksternal dan rotasi internal sendi

glenohumeralis (Johnson et al., 2007). Dilakukan juga roll abduksi dan gliding ke

inferior dalam posisi LPP. Roll dan glide pada sendi glenohumeralis akan

meningkatkan ROM sendi ke segala arah, streching otot-otot rot rotator cuff,

streching ligamen-ligamen glenohumeral dan ligamen coracohumeral (Durall, 2011).

Mobilisasi scapula dengan gerakan anguler abduksi sendi glenohumeralis yang

dilakukan secara konsisten dan durasi yang cukup, meningkatkan ekstensibilitas

jaringan kontraktil dan non kontraktil regio scapula serta regio sendi glenohumeralis.

Sehingga memperbaiki reverse scapulohumeral rhythm dan meningkatkan gerakan

elevasi dan abduksi sendi glenohumeralis (Stenvers, 2009).

Dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa penambahan Manual Therapy pada

Latihan Pendular Codman dapat meningkatkan ROM sendi glenohumeralis pada

penderita frozen shoulder.

Pelaksanaan Manual Therapy yang efektif tergantung pada skill dari

fisioterapisnya. Keterbatasan lainnya keberhasilan intervensi manual therapy sering

ditentukan oleh penilaian pasien yang sangat subjektif. Oleh karena itu fisioterapis

masa kini ditantang untuk mengobati penderita frozen shoulder secara hollistik.

Pada masa kini banyak metode manual therapy dan terapi latihan yang

berkembang. Fisioterapis ditantang untuk memanfaatkan Evidence-based practice

baik dalam melakukan assessmen, menentukan diagnosa fisioterapis yang tepat

maupun dalam pelaksanaan intervensi fisioterapi yang efektif. Sehingga banyak

fisioterapis mampu mengembangkan macam-macam teknik Manual Therapy dan

Page 91: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

75

Exercise untuk meningkatkan ROM sendi glenohumeral maupun kemampuan

fungsional pada penderita frozen shoulder.

6.4 Pembahasan Hipotesis III

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji t test independent untuk uji

fleksi, ekstensi, abduksi, endorotasi dan uji Mann-Whitney test untuk eksorotasi

seperti pada Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa beda rerata ROM sendi

glenohumeralis fleksi, ekstensi, abduksi, eksorotasi dan endorotasi sesudah

perlakuan antara Kelompok Latihan Pendular Codman dan Kelompok teknik Manual

Therapy dan Latihan Pendular Codman memiliki nilai p masing-masing 0,001

(p<0,05), hal ini dapat disimpulkan bahwa penambahan teknik Manual Therapy

pada Latihan Pendular Codman lebih efektif meningkatkan ROM sendi

glenohumeralis dari pada Latihan Pendular Codman pada penerita frozen shoulder.

Nilai rata-rata kelompok teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman

berbeda jauh dengan kelompok hanya Latihan Pendular Codman. Selisih

peningkatan fleksi, ekstensi, abduksi, eksorotasi dan endorotasi 80,56%, 49,97%,

85,35%, 70,03% dan 43,78%, (lihat lampiran).

Perbedaaan itu dipengaruhi teknik Manual Therapy dilaksanakan oleh

fisioterapis yang terlatih pada penderita frozen shoulder sedangkan latihan pendular

codman dilakukan oleh penderita frozen shoulder. Teknik Manual Therapy dapat

memfokuskan pada perbaikan jaringan spesifik untuk hipomobilitas rotasi eksternal

pada sendi glenohumeralis, hipomobilitas kesegala arah (Jurgel et al., 2005; Johnson

Page 92: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

76

et al., 2007), sedangkan pada Latihan Pendular Codman perbaikan fleksibilitas

jaringan sekitar hipomobilitas rotasi eksternal kurang spesifik.

Keberhasilan ini ditentukan oleh skill, dedikasi fisioterapis dan pemahaman

pasien yang baik akan problemnya, tujuan terapi. Pasien ikut juga berpartisipasi

untuk meningkatkan ROM dan kemampuan fungsional sendi glenohumeral pada

penderita frozen shoulder.

Page 93: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

77

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Latihan Pendular Codman dapat meningkatkan ROM pada sendi

glenohumeralis penderita frozen shoulder.

2. Penerapan Teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman

meningkatkan ROM sendi glenohumeralis penderita frozen shoulder.

3. Penambahan Teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular Codman lebih

meningkatkan ROM sendi glenohumeralis daripada latihan pendular

Codman pada penderita frozen shoulder.

7.2 Saran

Berdasarkan simpulan penelitian, disarankan beberapa hal yang berkaitan

dengan peningkatan ROM sendi glenohumeralis pada penderita frozen shoulder.

1. Perlu penelitian multi-senter dengan protokol yang sama di pusat-pusat

pendidikan Fisioterapi di Indonesia. Perlu juga dilakukan meta analisis atas

hasil-hasil penelitian yang telah ada di Indonesia.

2. Penambahan Teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular Codman dapat

digunakan menjadi salah satu pilihan utama untuk meningkatkan ROM sendi

glenohumeralis pada penderita frozen shoulder.

Page 94: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

78

3. Teknik Manual Therapy dapat digunakan sebagai salah satu intervensi

fisioterapi yang efektif untuk meningkatkan ROM sendi glenohumeralis pada

penderita frozen shoulder.

4. Latihan Pendular Codman masih dapat digunakan sebagai salah satu

intervensi yang efektif untuk meningkatkan ROM sendi glenohumeralis

pada penderita frozen shoulder dengan meningkatnya kemampuan fisioterapis

dalam melakukan clinical reasoning.

5. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan alternatif lain bagi rekan-

rekan fisioterapi mengembangkan Teknik Manual Therapy dan terapi latihan

lainnya untuk meningkatkan ROM sendi bahu penderita frozen shoulder.

Page 95: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

79

DAFTAR PUSTAKA

Adiatmika, I P.G. 2002. Pengukuran Kesegaran Jasmani. Denpasar : Udayana

University Press.

Andrews, J.R., Harrelson, G.L., Wilk, K.E. 2012. Physical Rehabilitation of the

Injured Athlete. 4th edition. Philadelphia : Mosby Elsevier.

Brotzman, S.B., Manske, R.C. 2011. Clinical Orthopaedic Rehabilitation an

Evidence-Based Approach. third edition. Philadelphia : Elsevier.

Bunker, T.D., Reilly, J., Baird, K.S. 2000. Expression of growth factors, cytokines

and matrix metalloproteinases in frozen shoulder. The Journal Bone Surg Br;

82: 768-773.

Buomans, M.T.A., Ooy, A. 2009. The Examination of the Upper Extremities. first

edition. Netherlands : Massticht University.

Burkhart, S.S., Craig, D.M., Kibler, W.B. 2003. The SICK Scapular, Scapular

dyskinesis, the kinetic chain and Rehabilitation. The Journal of Arhtroscopic

and Related Surgery; 19 (6): 641-661.

Cook, C.E. 2007. Orthopedic Manual Therapy An Evidence-Based Approach. first

edition. Canada : Pearson Education LTD.

Cools, A.M., Dewitte, V., Lanszweert, F., Notebaert, D., Roets A., Soetens, B.,

Cagnie, B., Witvouw. 2007. Rehabilitation of Scapular Muscle Balance. The

American Journal of sports Medicine; 35 (10): 1744-1751.

Diercks, R.L., Stevens, M. 2004. Gentle thawing of the frozen shoulder : a

prospective study of supervised neglect versus intensive physical therapy in

seventy-seven patients with frozen shoulder syndrome followed up for two

years.The Journal Shoulder Elbow surg; 13: 499-502.

Donatelli, R.A. 2004. Physical Therapy of The Shoulder. fourth edition. Philadelphia

: Churchill Livinston.

Durall, C. 2011. Adhesiva Capsulitis. In : Brotzman, S.B., Manske, R.C., editors.

Clinical Orthopedic Rehabilitation :an evidence-based. second edition.

Philadelphia : Elsevier.

Edmond, S.L. 2006. Joint mobilization/manipulation, extremity and spinal

techniques. second edition. New Jersey : Mosby Elsevier.

Egmond, D.L., Schuitemaker, R. 2006. Extremiteiten manuele therapie in enge en

ruime zin, 9de

druk. Houten : Bohn Stafleu van Loghum.

Page 96: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

80

El, A.D. 2010. Orthopaedic Manual Therapy Diagnosis. 1st Edition. U.S.A. : Jones

and Bartlett Publisher.

Ellsworth, A.A., Mullaney, M., Tyler, T.F., McHugh, M., Nicholas, S.J. 2006.

Electromyography of selected shoulder musculature during un-weighted and

weighted pendulum exercises.The Journal Sports Phys Ther; 1(2) : 73-79.

F ldi, M. 2005. Foundation of Manual Lymph Drainage. 3rd

Edition. Missouri USA

: Elsevier.

Gleyze, P., Flurin, P.H., Laprelle, E., Katz, D., Taussaint, B., Benkalfalte, T.,

Salignac, N., Levigne, C. 2011. Pain management in the rehabilitation of stiff

shoulder : prospective multicenter comparative, study of 193 cases. The

Journal Orthopedies & Traumatology; Surgery & Research; 452(9): 1-8.

Griggs, S.M., Ahn, A., Green, A. 2000. Idiopathic adhesive capsulitis, apospective

functional outcome study of nonoperative treatment. The Journal Bone Joint

Surg Am ; 82: 1398-1407.

Hand, G.C., Athanasou, N.A., Matthews, T. 2007. The pathology of frozen shoulder.

J Bone Joint Surg Br; 89: 928-932.

Hannafin, J.A., Chiaia, T.A. 2000. Adhesive capsulitis: a treatment approach. Clin

Orthop Related Res; 372: 95-109.

Hegedeus, E.J., Goode, A., Campbell, S., Morin, A., Tamaddoni, M., Moorman,

C.T., Cook, C. 2008. Physical examination tests of the shoulder : a systematic

review with meta-analysis of individual tests. The Journal Sports Med ; 42: 80-

92.

Herbert, R. 2011. Practical Evidence- Based Physiotherapy. Second Edition. London

: Churchill Livingstone.

Holey, E., Cook, E. 2008. Evidence-based Therapeutic Massage. Second Edition.

London : Churchill Livingstone.

Hsu, J.E., Anakwenze, O.A., Warrander, W.J., Abboud, J.A. 2011. Current review of

adhesive capsulitis. The Journal Shoulder Elbow Surg; 20: 502-514.

Johnson, A.J., Godges, J.J., Zimmerman, G.J. 2007. The effect of anterior versus

posterior glide joint mobilization on external rotation range of motion in

patients with shoulder adhesive capsulitis. The Journal Orthop Sports Phys

Ther; 37(3): 88-99.

Page 97: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

81

Jurgel, J., Rannama, L., Gapeyeva, H. 2005. Shoulder function in patients with

frozen shoulder before and after 4-week rehabilitation. The Journal Medicina

(Kaunas); 41: 30-38.

Kelley, M.J., Mcclure, P.W., Leggin, B.G. 2009. Frozen shoulder : evidence and a

proposed model guiding rehabilitation. J Orthop Sports Phys Ther; 39(2): 135-

148.

Kisner, C. 2007. Therapeutic Exercise. Fifth Edition. Philadelphia: F.A Davis

Company.

Konin, J.G., Brittaney, J. 2012. Range of Motion and Flexibility. In : Andrews, J.R.,

Harrelson, G.L., Wilk, K.E., editors. Physical Rehabilitation of the Injured

Athlete. 4th edition. Philadelphia : Mosby Elsevier.

Lee, J.C., Sykes, C., Saifudin. 2005. Adhesive capsulitis: sonographic changes in the

rotator cuff interval with arthroscopic correlation. Skeletal Radiol; 34: 361-368.

Magee, D.J. 2008. Orthopedic Physical Assessment. Fifth Edition. Sounders

Elsevier : Philadelphia.

Maund E., Craig, D., Suekarran, S., Neilson, A.R., Wright, K., Brealey, S., Dennis,

L., Goodchild, L., Hanschood, N., Rangan, G., Richardson, G., Robertson, J.,

McDaid, C. 2012. Management of frozen shoulder a systematic review and

cost effectiveness analysis. Health Technology Assessment; 16(11): 1-264.

Netter, F.H. 2010. Atlas of Human Anatomy. Fifth Edition. UK : Sounders.

Neumann, D.A. 2010. Kinesiology of the musculoskletal system, Foundations for

Rehabilitation. Second Edition. Missouri 63043 : Mosby Elsevier.

Pangkahila, W. 2011. Anti- Aging Tetap Muda dan Sehat, first edition. Jakarta :

Penerbit Buku Kompas.

Pocock. 2008. Clinical Trials A Practical Approach. A Willey Medical Publication :

New York.

Robinson, C.M., Seah, K.T.M., Chee, Y.H., Hindle, P., Murray, I.R. 2012. Frozen

shoulder.The Journal of Bone and Joint surgery; 94-B (1): 1-9.

Rothstein, J.M., Echternach, J.L., Riddle, D.L. 2003. The Hypothesis-Oriented

algorithm for Clinicians II (HOACII) : A Guide for Patient Mangement.

Physical Therapy; 83 (5): 455-470.

Page 98: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

82

Salim, J.S., Siahaan, T. 2011. Terapi MLDV meningkatkan LGS dan kemampuan

fungsional sendi glenohumeralis dengan cepat pada beberapa pasien

penderita frozen shoulder. Medan

Salvo, S. 2011. Massage therapy;Principles and Practice. Fourth Edition.

Philadelphia : W.B. Sounders Company.

Scanlon,V.C., Sanders, T. 2007. Essential of Anatomy and Physiology.Fifth Edition.

Philadelphia : F.A. Davis Company.

Snell, R.S. 2007. Clinical anatomy by systems. First Edition. Baltimore : Lippincott

Williams&Wilkins.

Stenvers, J.D. 2009. Primary frozen shoulder frequent asked questions. Available

from: URL: http://www.nsastenvers.nl

Tennent, T.D., Beach, W.R., Meyers, J.F. 2003. A Review of the Special Tests

Associated with Shoulder Examination.The American Journal of Sports

Medicine; 31(2): 301-307.

Uhthoff, H.K., Boileau, P. 2007 . Primary frozen shoulder; global capsular stiffness

versus localized contracture. Clin Orthop Rela Res; 456: 79-84.

Vermeulen, H.M., Obermann, W.R., Burger, B.J., Rozing, P.M., van Den Ende, C.H.

2000. End range mobilization techniques in adhesive capsulitis of the shoulder

joint, a multiple-subject case report. Phys Ther; 80: 1204-1213.

Vizniak, N.A. 2010. Quick Reference Evidence-Based Physical Medicine. Third

Edition. Canada : Profesional Health Systems.

Vizniak, N.A. 2010. Quick Reference Evidence-Based Physical Assessment. Third

Edition. Canada : Profesional Health Systems.

Watson, L.A., Pizzari, L.A., Balster, S., 2009.Clinical manifestations, differentiation

and treatment pathways. Available from http://www.elsevier.com/math.

Wies, J. 2005. Treatment of eight patients with frozen shoulder; a case study series.

Journal of Bodywork and Movement Therapies; 9: 58-64.

Wilk, K.E., Macrina, L.C, Arrigo., C. 2012. Shoulder Rehabilitation in Physical

Rehabilition of the Injured Athlete. 4th Edition. Philadelphia : Elsevier

Sounders.

Wittlinger, G. 2004. Texbook of Dr. Vodder’s Manual Lymph Drainage Vodder. 7th

Edition. Stuttgart : Thieme.

Page 99: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

83

Yang, J.L., Chang, C.W., Chen, S.Y., Wang., S.F., Lin, J.J. 2007. Mobilization

techniques in subjects with frozen shoulder syndrome; randomized multiple-

treatment trial. Phys Ther; 87: 1307-1315.

Zuckerman, J.D., Rokito, A. 2011. Frozen shoulder: a consensus definition. J

Shoulder Elbow Surg; 20 : 322-325.

Zuther, J.E. 2009, Lymphedema Management, 2nd Edition, Thieme, Stuttgart – New

York.

Page 100: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

84

Lampiran 1

INFORMED CONSCENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Menyatakan tidak keberatan menjadi subjek penelitian “PENAMBAHAN

TEKNIK MANUAL THERAPY PADA LATIHAN CODMAN PENDULAR LEBIH

MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI PADA SENDI GLENOHUMERAL

PENDERITA FROZEN SHOULDER” yang dilakukan oleh Johanes S. Salim

mahasiswa pascasarjana Universitas Udayana Denpasar, Bali.

Demikian surat pernyataan ini saya buat tampa paksaan pihak manapun.

Medan, Maret 2013

Responden

Page 101: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

85

Lampiran 2

Data Deskriptif Subjek Penelitian

NO

KELOMPOK I KELOMPOK II

NAMA UMUR JENIS

KELAMIN

BERAT

BADAN

TINGI

BADAN IMT NAMA UMUR

JENIS

KELAMIN

BERAT

BADAN

TINGGI

BADAN IMT

1 Ria Sinaga 50 P 64 169 22 Jo Gek

Hwee 61 P 60 161 23

2 Magdalena 47 P 57 161 22 Johanes 46 L 63 170 22

3 Rama

Helena 60 P 59 159 23 Elisabeth 52 P 54 155 22

4 Fauziah 60 P 63 164 23 Tetty

Hutagalung 49 P 61 158 24

5 Aulia 47 P 65 163 24 Yenni

Manurung 46 P 58 153 25

6 H. Abidin 60 L 75 168 27 Neslianta 50 P 60 159 24

7 Jefri

Kusnandar 59 L 75 170 26 Nuraini 57 P 60 157 24

8 Riska 58 P 61 160 24 Elfida 54 P 64 162 24

Page 102: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

86

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

UMUR1 8 47 60 441 55.13 6.010

BB1 8 57 75 519 64.88 6.770

TB1 8 159 170 1314 164.25 4.268

IMT1 8 22 27 192 24.00 1.604

UMUR2 8 46 61 415 51.88 5.276

BB2 8 54 64 480 60.00 3.071

TB2 8 153 170 1275 159.38 5.208

IMT2 8 22 25 189 23.64 1.067

Valid N (listwise) 8

Page 103: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

87

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation

prefleksi1 8 84.75 5.922

preekstensi1 8 26.63 4.749

preabduksi1 8 80.50 5.529

preekso1 8 37.13 4.612

preendo1 8 44.00 4.408

postfleksi1 8 93.38 5.236

postekstensi1 8 32.25 5.203

postabduksi1 8 90.88 5.194

postekso1 8 42.00 4.567

postendo1 8 50.63 5.069

prefleksi2 8 83.75 7.555

preekstensi2 8 26.38 3.852

preabduksi2 8 78.25 9.254

preekso2 8 38.63 5.476

preendo2 8 48.63 7.190

postfleksi2 8 159.75 16.816

postekstensi2 8 45.13 1.959

postabduksi2 8 155.13 15.606

postekso2 8 70.75 3.495

postendo2 8 77.25 3.370

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

selisihfleksi1 8 3 19 9.88 5.139

selisihfleksi2 8 49 91 76.00 13.320

selisihekstensi1 8 2 9 5.62 2.446

selisihekstensi2 8 15 22 18.75 3.059

selisihabduksi1 8 4 17 10.37 4.596

selisihabduksi2 8 47 93 76.88 15.123

selisiheksorotasi1 8 3 6 4.88 1.246

selisiheksorotasi2 8 23 41 32.13 6.175

selisihendorotasi1 8 1 14 6.63 3.962

selisihendorotasi2 8 21 45 28.63 8.434

Valid N (listwise) 8

Page 104: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

88

Lampiran 3

Uji Normalitas dan Uji Homogenitas

Tests of Normality

Kelompok

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

preFLEKSI Klp Codman Pendular .898 8 .278

Klp Manual therapy + Codman Pendular .898 8 .276

preEKSTENSI Klp Codman Pendular .876 8 .171

Klp Manual therapy + Codman Pendular .974 8 .925

preABDUKSI Klp Codman Pendular .951 8 .718

Klp Manual therapy + Codman Pendular .897 8 .271

preEKSOROTASI Klp Codman Pendular .874 8 .165

Klp Manual therapy + Codman Pendular .936 8 .568

preENDOROTASI Klp Codman Pendular .873 8 .160

Klp Manual therapy + Codman Pendular .952 8 .731

Page 105: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

89

Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

preFLEKSI Based on Mean .165 1 14 .691

Based on Median .048 1 14 .830

Based on Median and with adjusted

df .048 1 12.159 .831

Based on trimmed mean .190 1 14 .669

preEKSTENSI Based on Mean .147 1 14 .707

Based on Median .120 1 14 .734

Based on Median and with adjusted

df .120 1 13.186 .735

Based on trimmed mean .110 1 14 .745

preABDUKSI Based on Mean 1.320 1 14 .270

Based on Median .843 1 14 .374

Based on Median and with adjusted

df .843 1 11.189 .378

Based on trimmed mean 1.358 1 14 .263

preEKSOROTASI Based on Mean .443 1 14 .516

Based on Median .588 1 14 .456

Based on Median and with adjusted

df .588 1 13.266 .457

Based on trimmed mean .503 1 14 .490

preENDOROTASI Based on Mean 1.110 1 14 .310

Based on Median .600 1 14 .451

Based on Median and with adjusted

df .600 1 11.047 .455

Based on trimmed mean 1.035 1 14 .326

Page 106: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

90

Tests of Normality

Kelompok

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

postFLEKSI Klp Codman Pendular .893 8 .248

Klp Manual therapy + Codman

Pendular

.921 8 .435

postEKSTENSI Klp Codman Pendular .777 8 .016

Klp Manual therapy + Codman

Pendular

.957 8 .778

postABDUKSI Klp Codman Pendular .906 8 .326

Klp Manual therapy + Codman

Pendular

.889 8 .230

postEKSOROTASI Klp Codman Pendular .830 8 .059

Klp Manual therapy + Codman

Pendular

.952 8 .731

postENDOROTASI Klp Codman Pendular .978 8 .951

Klp Manual therapy + Codman

Pendular

.843 8 .080

Page 107: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

91

Tests of Normality

Kelompok

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

postFLEKSI Klp Codman Pendular .893 8 .248

Klp Manual therapy + Codman

Pendular

.921 8 .435

postEKSTENSI Klp Codman Pendular .777 8 .016

Klp Manual therapy + Codman

Pendular

.957 8 .778

postABDUKSI Klp Codman Pendular .906 8 .326

Klp Manual therapy + Codman

Pendular

.889 8 .230

postEKSOROTASI Klp Codman Pendular .830 8 .059

Klp Manual therapy + Codman

Pendular

.952 8 .731

postENDOROTASI Klp Codman Pendular .978 8 .951

Klp Manual therapy + Codman

Pendular

.843 8 .080

Page 108: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

92

Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

postFLEKSI Based on Mean 7.315 1 14 .017

Based on Median 5.008 1 14 .042

Based on Median and with

adjusted df

5.008 1 7.740 .057

Based on trimmed mean 6.684 1 14 .022

postEKSTENSI Based on Mean 4.689 1 14 .048

Based on Median 1.110 1 14 .310

Based on Median and with

adjusted df

1.110 1 7.999 .323

Based on trimmed mean 4.003 1 14 .065

postABDUKSI Based on Mean 7.269 1 14 .017

Based on Median 4.135 1 14 .061

Based on Median and with

adjusted df

4.135 1 8.598 .074

Based on trimmed mean 6.524 1 14 .023

postEKSOROTASI Based on Mean .432 1 14 .522

Based on Median .133 1 14 .720

Based on Median and with

adjusted df

.133 1 11.072 .722

Based on trimmed mean .353 1 14 .562

postENDOROTASI Based on Mean 1.383 1 14 .259

Based on Median 1.340 1 14 .266

Based on Median and with

adjusted df

1.340 1 9.419 .275

Based on trimmed mean 1.381 1 14 .259

Page 109: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

93

Tests of Normality

Kelompok

Shapiro-Wilk

df Sig.

selisihfleksi Klp Codman Pendular 8 .836

Klp Manual therapy + Codman Pendular 8 .317

selisihekstensi Klp Codman Pendular 8 .403

Klp Manual therapy + Codman Pendular 8 .053

selisihabduksi Klp Codman Pendular 8 .366

Klp Manual therapy + Codman Pendular 8 .250

selisiheksorot Klp Codman Pendular 8 .017

Klp Manual therapy + Codman Pendular 8 .862

selisihendorot Klp Codman Pendular 8 .928

Klp Manual therapy + Codman Pendular 8 .113

Page 110: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

94

Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

selisihfleksi Based on Mean 4.146 1 14 .061

Based on Median 4.033 1 14 .064

Based on Median and with

adjusted df 4.033 1 9.152 .075

Based on trimmed mean 4.116 1 14 .062

selisihekstensi Based on Mean 2.035 1 14 .176

Based on Median 1.923 1 14 .187

Based on Median and with

adjusted df 1.923 1 13.985 .187

Based on trimmed mean 2.033 1 14 .176

selisihabduksi Based on Mean 7.547 1 14 .016

Based on Median 7.077 1 14 .019

Based on Median and with

adjusted df 7.077 1 8.704 .027

Based on trimmed mean 7.484 1 14 .016

selisiheksorot Based on Mean 7.415 1 14 .016

Based on Median 7.090 1 14 .019

Based on Median and with

adjusted df 7.090 1 7.128 .032

Based on trimmed mean 7.448 1 14 .016

selisihendorot Based on Mean 2.875 1 14 .112

Based on Median 2.130 1 14 .167

Based on Median and with

adjusted df 2.130 1 9.537 .177

Based on trimmed mean 2.517 1 14 .135

Page 111: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

95

Lampiran 4

Uji Beda Hipotesis I

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 prefleksi1 84.75 8 5.922 2.094

postfleksi1 94.63 8 4.658 1.647

Pair 2 preabduksi1 80.50 8 5.529 1.955

postabduksi1 90.88 8 5.194 1.837

Pair 3 preekso1 37.13 8 4.612 1.630

postekso1 42.00 8 4.567 1.615

Pair 4 preendo1 44.00 8 4.408 1.558

postendo1 50.63 8 5.069 1.792

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 prefleksi1 & postfleksi1 8 .550 .158

Pair 2 preabduksi1 & postabduksi1 8 .634 .091

Pair 3 preekso1 & postekso1 8 .963 .000

Pair 4 preendo1 & postendo1 8 .659 .076

Page 112: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

96

Paired Samples Test

Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4

preflexi1 -

postflexi1

preabduksi1 -

postabduksi1

preekso1

-

postekso1

preendo1 -

postendo1

Paired

Differences

Mean -9.875 -10.375 -4.875 -6.625

Std.

Deviation

5.139 4.596 1.246 3.962

Std. Error

Mean

1.817 1.625 .441 1.401

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower -14.171 -14.218 -5.917 -9.937

Upper -5.579 -6.532 -3.833 -3.313

T -5.435 -6.385 -11.063 -4.730

Df 7 7 7 7

Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .002

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

preekstensi1 8 26.63 4.749 17 31

postekstensi1 8 32.25 5.203 21 37

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

postextensi1 - preextensi1 Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 8b 4.50 36.00

Ties 0c

Total 8

a. postekstensi1 < preekstensi1

b. postekstensi1 > preekstensi1

Page 113: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

97

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

postextensi1 - preextensi1 Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 8b 4.50 36.00

Ties 0c

Total 8

a. postekstensi1 < preekstensi1

b. postekstensi1 > preekstensi1

c. postekstensi1 = preekstensi1

Test Statisticsb

postekstensi1 -

preekstensi1

Z -2.536a

Asymp. Sig. (2-tailed) .011

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Page 114: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

98

Lampiran 5

Uji Beda Hipotesis II

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 prefleksi2 83.75 8 7.555 2.671

postfleksi2 159.75 8 16.816 5.945

Pair 2 preekstensi2 26.38 8 3.852 1.362

postekstensi2 45.13 8 1.959 .693

Pair 3 preabduksi2 78.25 8 9.254 3.272

postabduksi2 155.13 8 15.606 5.518

Pair 4 preekso2 38.63 8 5.476 1.936

postekso2 70.75 8 3.495 1.236

Pair 5 preendo2 48.63 8 7.190 2.542

postendo2 77.25 8 3.370 1.191

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 prefleksi2 & postfleksi2 8 .639 .088

Pair 2 preekstensi2 & postekstensi2 8 .617 .103

Pair 3 preabduksi2 & postabduksi2 8 .348 .398

Pair 4 preekso2 & postekso2 8 .106 .802

Pair 5 preendo2 & postendo2 8 -.167 .693

Page 115: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

99

Paired Samples Test

Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5

prefleksi

2 -

postfleki

2

preekstensi2

-

postekstensi

2

preabduksi2

-

postabduksi

2

preekso2

-

postekso

2

preendo2

-

postendo

2

Paired

Difference

s

Mean -76.000 -18.750 -76.875 -32.125 -28.625

Std.

Deviatio

n

13.320 3.059 15.123 6.175 8.434

Std.

Error

Mean

4.709 1.082 5.347 2.183 2.982

95%

Confidenc

e Interval

of the

Difference

Lower -87.136 -21.307 -89.518 -37.287 -35.676

Upper -64.864 -16.193 -64.232 -26.963 -21.574

T -16.138 -17.337 -14.378 -14.716 -9.600

Df 7 7 7 7 7

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

Page 116: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

100

Lampiran 6

Uji Beda Hipotesis III

T-Test

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Selisihfleksi Klp Codman Pendular 8 9.88 5.139 1.817

Klp Manual therapy +

Codman Pendular 8 76.00 13.320 4.709

Selisihextensi Klp Codman Pendular 8 5.63 2.446 .865

Klp Manual therapy +

Codman Pendular 8 18.75 3.059 1.082

Selisihabduksi Klp Codman Pendular 8 10.38 4.596 1.625

Klp Manual therapy +

Codman Pendular 8 76.88 15.123 5.347

Selisihendorot Klp Codman Pendular 8 6.63 3.962 1.401

Klp Manual therapy +

Codman Pendular 8 28.63 8.434 2.982

Independent Samples Test

Selisihfleksi

Equal variances

assumed

Levene's Test for Equality

of Variances

F 4.146

Sig. .061

t-test for Equality of Means T -13.100

Df 14

Sig. (2-tailed) .000

Mean Difference -66.125

Std. Error Difference 5.048

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower -76.951

Upper -55.299

Page 117: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

101

Independent Samples Test

selisihfleksi

Equal variances not

assumed

t-test for Equality of

Means

T -13.100

Df 9.039

Sig. (2-tailed) .000

Mean Difference -66.125

Std. Error Difference 5.048

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower -77.536

Upper -54.714

Independent Samples Test

selisihekstensi

Equal variances

assumed

Levene's Test for Equality

of Variances

F 2.035

Sig. .176

t-test for Equality of Means T -9.479

Df 14

Sig. (2-tailed) .000

Mean Difference -13.125

Std. Error Difference 1.385

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower -16.095

Upper -10.155

Independent Samples Test

selisihekstensi

Equal variances not assumed

t-test for Equality of

Means

T -9.479

Df 13.354

Sig. (2-tailed) .000

Mean Difference -13.125

Std. Error Difference 1.385

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower -16.108

Upper -10.142

Page 118: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

102

Independent Samples Test

selisihabduksi

Equal variances

assumed

Levene's Test for Equality of

Variances

F 7.547

Sig. .016

t-test for Equality of Means T -11.900

Df 14

Sig. (2-tailed) .000

Mean Difference -66.500

Std. Error Difference 5.588

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower -78.485

Upper -54.515

Independent Samples Test

selisihabduksi

Equal variances not

assumed

t-test for Equality

of Means

T -11.900

Df 8.282

Sig. (2-tailed) .000

Mean Difference -66.500

Std. Error Difference 5.588

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower -79.310

Upper -53.690

Independent Samples Test

Selisihendorot

Equal variances assumed

Levene's Test for Equality

of Variances

F 2.875

Sig. .112

t-test for Equality of Means T -6.678

Df 14

Sig. (2-tailed) .000

Mean Difference -22.000

Std. Error Difference 3.294

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower -29.066

Upper -14.934

Page 119: unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf

103

Independent Samples Test

selisihendorot

Equal variances not assumed

t-test for Equality of

Means

T -6.678

Df 9.946

Sig. (2-tailed) .000

Mean Difference -22.000

Std. Error Difference 3.294

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower -29.346

Upper -14.654

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Selisihexorot Klp Codman Pendular 8 4.50 36.00

Klp Manual therapy + Codman Pendular 8 12.50 100.00

Total 16

Test Statisticsb

Selisih

eksorotasi

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 36.000

Z -3.398

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok