BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan...

26
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah sebagai berikut: 1. Usaha Mikro adalah usaha ekonomi produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

dan 3 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, dijelaskan bahwa

yang dimaksud dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah

sebagai berikut:

1. Usaha Mikro adalah usaha ekonomi produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha

menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

10

dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau

hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2.1.2 Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Adapun kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menurut

Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 6 ayat 1, 2, dan 3 Tahun

2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut:

1. Usaha Mikro

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) belum termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

atau;

b. Memiliki hasil penjualan setahun paling banyak Rp 300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah).

2. Usaha Kecil

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) belum termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

atau;

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

11

3. Usaha Menengah

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00

(sepuluh milyar rupiah) belum termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha atau;

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.2 Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya merupakan salah satu cabang ilmu akuntansi yang

merupakan suatu alat bagi manajemen dalam merencanakan, mengendalikan, dan

mengevaluasi kegiatan perusahaan. Akuntansi biaya menyajikan informasi biaya

yang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

keputusan.

2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya

Menurut Mulyadi (2010:7), pengertian akuntansi biaya adalah:

“Akuntansi biaya ialah proses pencatatan, penggolongan,

peringkasan, dan penyajian biaya-biaya pembuatan dan penjualan

produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu dengan penafsiran

terhadap hasilnya”.

Adapun penjelasan mengenai akuntansi biaya menurut Matz dan Usry

(2010:10) adalah:

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

12

“Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan seperangkat

akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan

mutu dan efisiensi, serta membuat baik keputusan rutin maupun

keputusan strategik”.

Berdasarkan dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, akuntansi biaya

merupakan suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian

biaya, sehingga menghasilkan suatu informasi biaya yang dapat membantu

manajemen dalam membuat perencanaan, pengendalian, dan pengambilan

keputusan dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

2.2.2 Peranan Akuntansi Biaya

Secara umum akuntansi biaya menghasilkan informasi bagi manajemen

untuk mengukur apakah kegiatan usahanya telah menghasilkan laba atau

sebaliknya menimbulkan rugi. Selain itu akuntansi biaya juga memberikan

informasi biaya yang dapat dipakai oleh manajemen sebagai dasar untuk

merencanakan alokasi sumber ekonomi yang dikorbankan untuk menghasilkan

produk.

Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009:4), peranan akuntansi biaya

adalah:

“Akuntansi biaya merupakan perangkat yang dibutuhkan

manajemen untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian,

memperbaiki kualitas meningkatkan efisiensi serta membuat

keputusan-keputusan yang bersifat rutin maupun yang bersifat

strategis”.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

13

Menurut Mulyadi (2010:9), peranan dan tujuan akuntansi biaya adalah

sebagai berikut:

“Tujuan akuntansi biaya adalah menyediakan informasi biaya untuk

kepentingan manajemen guna membantu mereka didalam mengelola

perusahaan atau bagiannya. Agar supaya akuntansi biaya dapat

mencapai tujuannya tersebut, biaya yang dikeluarkan oleh atau yang

terjadi di dalam perusahaan harus dicatat dan digolongkan

sedemikian rupa hingga memungkinkan penentuan harga pokok

secara teliti, pengendalian biaya, dan analisis biaya-biaya”.

Adapun penjelasan mengenai peranan akuntansi biaya menurut Carter

(2009:11) yaitu, pengumpulan, penyajian, dan analisis dari informasi mengenai

biaya dapat membantu manajemen untuk menyelesaikan tugas-tugas berikut:

1. Anggaran

Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk beroperasi dalam

kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan sebelumnya.

Suatu aspek penting dari rencana adalah potensinya untuk memotivasi

orang agar berkinerja dengan cara yang konsisten dengan tujuan

perusahaan.

2. Pengendalian Biaya

Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian

aktivitas, mengurangi biaya, dan memperbaiki kualitas.

3. Penetapan Harga

Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan dan menentukan biaya dari

setiap produk dan jasa yang dihasilkan untuk tujuan penetapan harga dan

untuk evaluasi kinerja dari suatu produk, departemen, atau divisi.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

14

4. Penentuan Laba

Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk periode akuntansi satu tahun

atau untuk periode lain yang lebih pendek. Hal ini termasuk menentukan

nilai persediaan dan harga pokok penjualan sesuai dengan aturan

pelaporan eksternal.

5. Memilih Berbagai Alternatif

Memilih diantara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka

panjang, yang dapat mengubah pendapatan atau biaya.

2.3 Biaya

Setiap perusahaan dalam melakukan aktivitasnya tidak bisa terlepas dari

pengorbanan sumber-sumber ekonomis untuk menghasilkan produk yang

diinginkan. Pengorbanan tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan utama

perusahaan yaitu laba.

2.3.1 Pengertian Biaya

Biaya berbeda dengan beban, biaya merupakan pengorbanan sumber

ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan

akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan beban merupakan biaya

yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis (Bustami dan Nurlela,

2009:7).

Menurut Mulyadi (2010:8), dalam arti luas biaya adalah “pengorbanan

sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

15

yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Didalam definisi ini

terdapat 4 unsur pokok mengenai biaya, yaitu:

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.

2. Diukur dalam satuang uang.

3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi.

4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Sedangkan dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai “pengorbanan

sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva”.

Menurut Carter (2009:2), pengertian biaya adalah sebagai berikut:

“Biaya adalah suatu nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan yang

dikeluarkan untuk menjamin memperoleh manfaat”.

Menurut Hansen dan Mowen (2009:66), pengertian biaya adalah:

“Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk

mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat

saat ini atau di masa datang bagi organisasi”.

Dari beberapa definisi biaya diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, biaya

adalah sumber ekonomi yang dikeluarkan dan dikorbankan untuk suatu tujuan

tertentu guna memperoleh manfaat, serta terukur dalam satuan uang.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

16

2.3.2 Klasifikasi Biaya

Di dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam

penggolongan. Penggolongan ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai

dengan manfaat penggolongan tersebut. Dalam akuntansi biaya dikenal konsep

“different cost for different purpose”.

Pengertian klasifikasi biaya menurut Bastian Bustami dan Nurlela

(2009:12) adalah:

“Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses

pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen

biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih

ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan

penting”.

Menurut Mulyadi (2010:13), biaya dapat diklasifikasikan ke dalam lima

macam penggolongan biaya yaitu:

1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran

Nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya

objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang

berhubungan dengannya disebut biaya bahan bakar.

2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan

Biaya dikelompokan menjadi tiga kelompok berdasarkan fungsi pokok

dalam perusahaan yaitu:

a. Biaya Produksi

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku

menjadi produk jadi. Menurut objek pengeluarannya, secara garis

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

17

besar biaya produksi dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

b. Biaya Pemasaran

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan

pemasaran produk. Contohnya biaya iklan, biaya promosi, gaji

karyawan bagian pemasaran, dan lain sebagainya.

c. Biaya Administrasi dan Umum

Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi

dan pemasaran produk.

3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang

dibiayai

Dapat dikelompokan menjadi dua golongan yaitu:

a. Biaya Langsung (Direct Cost)

Biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya

sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada,

maka biaya langsung tidak akan terjadi.

b. Biaya Tidak Langsung (In Direct Cost)

Biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.

Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut

dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead

pabrik.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

18

4. Penggolongan biaya menurut perilaku biaya dalam hubungannya

dengan perubahan volume kegiatan

Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatannya, biaya dapat

digolongkan menjadi:

a. Biaya Variabel

Merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan

perubahan volume kegiatan. Contohnya biaya bahan baku dan biaya

tenaga kerja.

b. Biaya Semi Variabel

Biaya Semi Variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding

dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini mengandung unsur

biaya tetap dan unsur biaya variabel.

c. Biaya Semi Fixed

Merupakan biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu

dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi

tertentu.

d. Biaya Tetap

Merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume

kegiatan tertentu.

5. Penggolongan biaya menurut jangka waktu manfaatnya

a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure)

Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari

satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

19

kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan

sebagai harga pokok aktiva dan dibebankan dalam tahun-tahun yang

dinikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi atau diamortisasi.

b. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)

Merupakan biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode

akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.

2.4 Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi merupakan total dari seluruh biaya produksi yang

dikeluarkan perusahaan dalam rangka mengubah bahan mentah menjadi barang

jadi. Harga pokok produksi disebut juga sebagai biaya pokok dari proses produksi

suatu produk.

2.4.1 Pengertian Harga Pokok Produksi

Menurut Hansen dan Mowen (2009:60), penjelasan mengenai pengertian

harga pokok produksi dinyatakan sebagai berikut:

“Harga pokok produksi mencerminkan total biaya barang yang

diselesaikan selama periode berjalan. Biaya yang hanya dibebankan

pada barang yang diselesaikan adalah biaya manufaktur dari bahan

langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik”.

Menurut Mulyadi (2010:17), harga pokok produksi didefinisikan sebagai

berikut:

“Harga pokok produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam

pengelolaan bahan baku menjadi produk. Harga pokok produksi atau

disebut juga harga pokok adalah pengorbanan sumber ekonomi yang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

20

diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan

terjadi untuk memperoleh penghasilan“.

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, harga

pokok produksi adalah total biaya yang dikorbankan dalam proses produksi yang

dibebankan pada barang jadi, terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga

kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

21

Tabel 2.1 Contoh laporan harga pokok produksi

Organisasi Manufaktur

Laporan Harga Pokok Produksi

untuk Tahun Berakhir 31 Desember 2008

Bahan baku langsung:

Persediaan awal 200000

Ditambah: Pembelian 450000

Bahan baku yang tersedia 650000

Dikurangi: Persediaan akhir 50000

Bahan baku langsung yang terpakai 600000

Tenaga kerja langsung 350000

Overhead manufaktur:

Tenaga kerja tidak langsung 122500

Depresiasi 177500

Sewa 50000

Listrik, air, dan lain-lain 37500

Pajak properti 12500

Pemeliharaan 50000 450000

Total tambahan biaya manufaktur 1400000

Ditambah: barang dalam proses awal 200000

Total biaya manufaktur 1600000

Dikurangi: barang dalam proses akhir 400000

Harga Pokok Produksi 1200000

Sumber: Hansen-Mowen (2009:62)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

22

2.4.2 Manfaat Perhitungan Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2010:65), informasi harga pokok produksi yang

dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk :

1. Menentukan harga jual produk.

Informasi dari perhitungan biaya produksi dapat digunakan sebagai salah

satu dasar pertimbangan dalam penetapan harga jual selain pertimbangan

nonbiaya.

2. Memantau realisasi produksi.

Informasi dari perhitungan biaya produksi digunakan untuk memantau

apakah total biaya yang dikeluarkan sesuai dengan yang direncanakan.

3. Menghitung laba atau rugi periodik.

Informasi dari perhitungan biaya produksi dapat digunakan untuk

mengetahui apakah perusahaan memperoleh laba atau mengalami rugi.

4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam

proses yang disajikan dalam neraca.

Perhitungan harga pokok produksi yang tepat dan akurat dapat

dimanfaatkan sebagai alat dalam meningkatkan kinerja perusahaan.

2.4.3 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi ditentukan oleh unsur-unsur biaya yang dikeluarkan

dalam proses mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Unsur-unsur biaya

tersebut terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan

biaya overhead pabrik.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

23

2.4.3.1 Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost)

Secara garis besar biaya bahan baku langsung merupakan biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku sebagai unsur utama dalam proses

produksi. Jumlah biaya bahan baku langsung proporsional dengan jumlah unit

produk yang dihasilkan.

Hansen dan Mowen (2009:57) menyatakan bahwa bahan baku langsung

adalah:

“Bahan yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa

yang sedang diproduksi. Biaya bahan baku langsung dapat secara

langsung dibebankan pada produk. Sebagai contoh: besi pada mobil,

kayu pada lemari, kain pada baju”.

Menurut Mulyadi (2010:14), pengertian biaya bahan baku langsung

adalah:

“Bahan baku atau bahan langsung merupakan bahan yang

membentuk bagian yang menyeluruh produk jadi dan dapat diolah

dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal,

impor dari pengolahan sendiri”.

Dari definisi yang diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa, biaya

bahan baku langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan

baku atau bahan langsung yang membentuk bagian yang menyeluruh produk jadi

dan dapat ditelusuri langsung pada produk yang dihasilkan.

2.4.3.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)

Biaya tenaga kerja langsung merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan

sebagai balas jasa bagi semua tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

24

kegiatan mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Sama halnya dengan biaya

bahan baku langsung, jumlah biaya tenaga kerja langsung juga proporsional

dengan jumkah unit produk yang dihasilkan.

Menurut Mulyadi (2010:319), tenaga kerja langsung dijelaskan sebagai

berikut:

“Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan

karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga

yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut”.

Sedangkan menurut Bustami dan Nurlela (2009:12), pengertian biaya

tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut:

“Biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan

dalam merubah atau mengkonversi bahan baku menjadi produk

selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai”.

Dari pengertian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa,

biaya tenaga kerja langsung adalah upah yang diberikan kepada tenaga kerja yang

terlibat langsung dalam kegiatan mengolah bahan baku menjadi barang jadi, dan

manfaatnya dapat ditelusuri langsung pada produk yang dihasilkan.

2.4.3.3 Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost)

Selama kegiatan produksi berlangsung terdapat biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya-

biaya selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung tersebut

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

25

disebut sebagai biaya overhead pabrik.

Menurut Carter (2009:151), pengertian biaya overhead pabrik adalah

sebagai berikut:

“Biaya overhead pabrik terdiri atas semua biaya yang tidak dapat

ditelusuri langsung ke pesanan tetapi terjadi dalam proses produksi

(di luar pemasaran dan administrasi)”.

Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009:13), biaya overhead pabrik

dapat dikelompokkan menjadi elemen-elemen berikut:

a. Bahan Tidak Langsung (Bahan Pembantu atau Penolong)

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam penyelesaian produk

tetapi pemakaiannya relatif lebih kecil dan biaya ini tidak dapat ditelusuri

secara langsung kepada produk selesai. Contoh: amplas, pola kertas, oli

dan minyak pelumas, paku, sekrup dan mur,staples, asesoris pakaian,

vanili, garam, pelembut, pewarna.

b. Tenaga Kerja Tidak Langsung

Tenaga tidak langsung adalah tenaga kerja yang membantu dalam

pengolahan produk selesai, tetapi dapat ditelusuri kepada produk selesai.

Biaya tenaga kerja tidak langsung tidak dapat diperhitungkan secara

langsung kepada produk. Contoh: Gaji satpam pabrik, gaji pengawas

pabrik, pekerja bagian pemeliharaan, penyimpanan dokumen pabrik, gaji

operator telepon pabrik, pegawai pabrik, pegawai bagian gudang pabrik,

gaji resepsionis pabrik, pegawai yang menangani barang.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

26

c. Biaya Tidak Langsung Lainnya

Biaya tidak langsung lainnya adalah biaya selain bahan tidak langsung dan

tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk

selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada produk selesai. Contoh : Pajak

bumi dan bangunan pabrik, listrik pabrik, air, dan telepon pabrik, sewa

pabrik, asuransi pabrik, penyusutan pabrik, peralatan pabrik, pemeliharaan

mesin dan pabrik, gaji akuntan pabrik, reparasi mesin dan peralatan pabrik.

2.5 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2010:16), pengumpulan harga pokok produksi sangat

ditentukan oleh cara produksinya. Secara garis besar, cara memproduksi produk

dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu produksi atas dasar pesanan dan produksi

massa. Perusahaan yang berproduksi berdasar pesanan, mengumpulkan harga

pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan (Job

Order Cost Method), sedangkan perusahaan yang berproduksi massa,

mengumpulkan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga

pokok proses (Process Cost Method).

2.5.1 Metode Harga Pokok Pesanan

Metode harga pokok pesanan menurut Mulyadi (2010:17), merupakan

suatu metode dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu.

Harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

27

pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk

pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.

2.5.2 Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan

Metode pengumpulan harga pokok produksi dengan metode harga pokok

pesanan yang digunakan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan

pesanan, menurut Mulyadi (2010:38) memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan

spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok

produksinya secara individual.

2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan

produk menjadi dua kelompok berikut ini: biaya produksi langsung dan

biaya produksi tidak langsung.

3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga

kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan

istrilah biaya overhead pabrik.

4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi

pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedang

biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan

berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.

5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai

diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

28

untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam

pesanan yang bersangkutan.

2.5.3 Metode Harga Pokok Proses

Metode harga pokok proses menurut Mulyadi (2010:17) merupakan suatu

metode dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk periode tertentu dan

harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan dalam periode tersebut

dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk periode tersebut dengan

jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.

2.5.4 Karakteristik Metode Harga Pokok Proses

Menurut Mulyadi (2010:64) dalam perusahaan yang berproduksi massa,

karakteristiknya adalah sebagi berikut:

1. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.

2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.

3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi

yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu

tertentu.

2.5.5 Perbedaan Harga Pokok Pesanan dengan Harga Pokok Proses

Menurut Mulyadi (2009) untuk memahami karakteristik metode harga

pokok pesanan dan metode harga pokok proses, berikut dapat dilihat dari

perbedaan yang terletak pada:

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

29

1. Pengumpulan Biaya Produksi

Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut

pesanan, sedangkan metode harga pokok proses mengumpulkan biaya

produksi per departemen produksi per periode akuntansi.

2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan

Metode harga produksi pesanan menghitung harga pokok produksi per

satuan dengan cara membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan

tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam pesanan yang

bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan pada saat pesanan telah

diproduksi. Metode harga pokok proses menghitung harga pokok produksi

per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang dikeluarkan

selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan

selam periode bersangkutan. Perhitungan dilakukan setiap akhir periode

(akhir bulan).

3. Penggolongan Biaya Produksi

Di dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan

menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Di

dalam metode harga pokok proses pembedaan biaya produksi langsung

dan tidak langsung seringkali tidak diperlukan, terutama jika perusahaan

hanya menghasilkan satu macam produk.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

30

4. Unsur Biaya yang Dikelompokkan dalam Biaya Overhead Pabrik

Di dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan

kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Di dalam metode

harga pokok proses biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk

sebesar biaya yang sesungguhnya terjadi selama periode tertentu.

2.6 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2010:17), metode penentuan harga pokok produksi

adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi.

Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi,

terdapat dua pendekatan: full costing dan variable costing.

2.6.1 Metode Full Costing

Definisi metode full costing menurut Mulyadi (2010:17) adalah sebagai

berikut:

“Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok

produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya ke dalam harga

pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku

variabel maupun tetap”.

Di dalam metode full costing, biaya overhead pabrik yang bersifat variabel

maupun tetap dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar tarif yang

ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik

sesungguhnya. Menurut metode ini, biaya overhead tetap dipandang sebagai biaya

produk, bukan biaya periode (Hansen dan Mowen, 2009:564).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

31

Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode full costing

terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini :

Biaya bahan baku xx

Biaya tenaga kerja langsung xx

Biaya overhead pabrik variabel xx

Biaya overhead pabrik tetap xx

Harga Pokok Produksi xx

Dilihat dari penyajian laporan laba rugi, pada pendekatan full costing yang

biasa dikenal sebagai pendekatan tradisional menghasilkan laporan laba rugi

dimana biaya-biaya disusun dan disajikan berdasarkan fungsi-fungsi produksi,

administrasi, dan penjualan. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini

banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar perusahaan. Oleh karena itu

sistematikanya harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

untuk menjamin informasi yang tersaji dalam laporan tersebut. Berikut bentuk

penyajian laporan laba rugi menurut pendekatan full costing:

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

32

Tabel 2.2 Laporan Rugi-Laba Full Costing

Hasil penjualan Rp 500.000

Dikurangi: Harga pokok penjualan 250.000

Laba bruto Rp 250.000

Dikurangi:

Biaya administrasi dan umum Rp 50.000

Biaya pemasaran 75.000 125.000

Laba bersih usaha Rp 125.000

Sumber: Mulyadi (2010:125)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

33

2.6.2 Metode Variable Costing

Definisi metode variable costing menurut Mulyadi (2010:18) adalah

sebagai berikut:

“Metode variable costing merupakan metode penentuan harga pokok

produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang

berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri

dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead pabrik variabel.”

Biaya overhead tetap diperlakukan sebagai beban periode dan tidak

disertakan dalam penentuan biaya produk. Biaya overhead tetap dikelompokkan

sebagai biaya periode bersama-sama dengan biaya tetap non produksi.

Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode variable costing

terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini :

Biaya bahan baku xx

Biaya tenaga kerja langsung xx

Biaya overhead pabrik variabel xx

Harga Pokok Produksi xx

Dilihat dari sisi penyajian laporan laba ruginya, pendekatan variable

costing di kenal sebagai contribution approach, yaitu merupakan suatu format

laporan laba rugi yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya,

dimana biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap,

dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan.

Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk

memenuhi kebutuhan pihak internal. Berikut bentuk penyajian laporan laba rugi

menurut pendekatan variable costing:

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100015_2_9681.pdfyang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan

34

Tabel 2.3 Laporan Rugi-Laba Variable Costing

Hasil penjualan Rp 500.000

Dikurangi biaya-biaya variabel:

Biaya produksi variabel Rp 150.000

Biaya pemasaran variabel 50.000

Biaya administrasi & umum variabel 30.000

230.000

Laba kontribusi (contribution margin) Rp 270.000

Dikurangi biaya-biaya tetap:

Biaya produksi tetap Rp 100.000

Biaya pemasaran tetap 25.000

Biaya administrasi & umum 20.000

145.000

Laba bersih usaha Rp 125.000

Sumber: Mulyadi (2010:125)