BAB II Usaha Mikro, Kecil dan Menengah...

21
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2.1.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. b. Menurut pasal 1 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini. c. Menurut pasal 1 ayat (3) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

Transcript of BAB II Usaha Mikro, Kecil dan Menengah...

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

2.1.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan

yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam

Undang-undang ini.

b. Menurut pasal 1 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha kecil adalah usaha ekonomi

produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan

atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah

atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana

dimaksud dalam Undang-undang ini.

c. Menurut pasal 1 ayat (3) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha menengah adalah usaha

ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

10

perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha

Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil

penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.

2.1.2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

a. Kriteria usaha mikro sesuai yang tercantum dalam pasal 6 ayat (1) UU

No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

adalah:

Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (Lima

Puluh Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau

Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp

300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta Rupiah).

b. Kriteria dari usaha kecil sesuai yang tercantum dalam pasal 6 ayat (2)

UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

adalah :

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (Lima

Puluh Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

11

500.000.000,00 (Lima Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha; atau

Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00

(Tiga Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

2.500.000.000 (Dua Milyar Lima Ratus Juta Rupiah).

c. Kriteria usaha menengah sesuai yang tercantum dalam pasal 6 ayat

(3) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

adalah :

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.00,00 (Lima

Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

10.000.000.000,00 (Sepuluh Milyar Rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha; atau

Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00

(Dua Milyar Lima Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling

banyak Rp 50.000.000.000,00 (Lima Puluh Milyar Rupiah).

2.2. Persekutuan Komanditer (Comanditair Venootschap)

2.2.1. Pengertian Persekutuan Komanditer

Persekutuan Komanditer atau yang sering disebut CV menurut Kitab

Undang-undang Hukum Dagang Pasal 19 adalah suatu bentuk perjanjian kerja

sama untuk berusaha bersama antara orang-orang yang bersedia memimpin,

12

mengatur perusahaan, serta bertanggung jawab penuh dengan kekayaan

pribadinya, dengan orang-orang yang memberikan pinjaman dan tidak bersedia

memimpin perusahaan serta bertanggung jawab terbatas pada kekayaan yang

diikutsertakan dalam perusahaan itu.

(http://pengertiancv.blogspot.com/2009/04/pengertian-cv.html)

2.2.2. Prosedur Pendirian Persekutuan Komanditer

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang tidak ada aturan tentang

pendirian, pendaftaran, maupun pengumumannya, sehingga persekutuan

komanditer dapat diadakan berdasarkan perjanjian dengan lisan atau sepakat

para pihak saja (Pasal 22 Kitab Undang-undang Hukum Dagang). Untuk

menyatakan telah berdirinya suatu CV, sebenarnya cukup hanya dengan

membuat akta kepada notaris, namun untuk memperkokoh posisi CV tersebut,

sebaiknya CV tersebut didaftarkan pada Pengadilan Negeri setempat dengan

membawa kelengkapan berupa Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP)

dan NPWP atas nama CV yang bersangkutan.

(http://irmadevita.com/2007/prosedur-cara-dan-syarat-pendirian-cv)

2.2.3. Jenis-jenis Persekutuan Komanditer

Berdasarkan perkembangannya, bentuk perseroan komanditer adalah

sebagai berikut:

13

Persekutuan komanditer murni

Bentuk ini merupakan persekutuan komanditer yang pertama. Dalam

persekutuan ini hanya terdapat satu sekutu komplementer, sedangkan

yang lainnya adalah sekutu komanditer.

Persekutuan komanditer campuran

Bentuk ini umumnya berasal dari bentuk firma bila firma membutuhkan

tambahan modal. Sekutu firma menjadi sekutu komplementer sedangkan

sekutu lain atau sekutu tambahan menjadi sekutu komanditer.

Persekutuan komanditer bersaham

Persekutuan komanditer bentuk ini mengeluarkan saham yang tidak

dapat diperjualbelikan dan sekutu komplementer maupun sekutu

komanditer mengambil satu saham atau lebih. Tujuan dikeluarkannya

saham ini adalah untuk menghindari terjadinya modal beku karena

dalam persekutuan komanditer tidak mudah untuk menarik kembali

modal yang telah disetorkan.

2.2.4. Kelebihan dan Kekurangan Persekutuan Komanditer

Kelebihan Persekutuan Komanditer

1. Modal yang dikumpulkan lebih besar

2. Dapat lebih mudah menerima suntikan dana dikarenakan badan

usaha persekutuan komanditer sudah cukup populer di Indonesia

14

3. Kemampuan manajemennya lebih besar

4. Pendiriannya relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan Perseroan

Terbatas (PT)

Kelemahan Persekutuan Komanditer

1. Sebagian anggota atau sekutu di persekutuan komanditer mempunyai

tanggung jawab tidak terbatas

2. Kelangsungan hidupnya tidak menentu

3. Sulit untuk menarik kembali modal yang telah ditanam, terutama bagi

sekutu pimpinan

2.3. Akuntansi Biaya

2.3.1. Pengertian Akuntansi Biaya

Pengertian akuntansi biaya menurut Mulyadi (2010:7), akuntansi biaya

adalah:

“Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya

pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu,

serta penafsiran terhadapnya”.

2.3.2. Peranan Akuntansi Biaya

Peranan akuntansi biaya menurut Carter (2009:11) yang diterjemahkan

oleh Krista adalah sebagai berikut:

15

1. “Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk beroperasi dalam kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan sebelumnya. Suatu aspek penting dari rencana adalah potensinya untuk memotivasi orang agar berkinerja dengan cara yang konsisten dengan tujuan perusahaan.

2. Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian aktivitas, mengurangi biaya, dan memperbaiki kualitas.

3. Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan, dan menentukan biaya dari setiap produk dan jasa yang dihasilkan, untuk tujuan penetapan harga dan untuk evaluasi kinerja dari suatu produk, departemen, atau divisi.

4. Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk periode akuntansi satu tahun atau untuk periode lain yang lebih pendek. Hal ini termasuk menentukan nilai persedian dan harga pokok penjualan sesuai dengan aturan pelaporan eksternal.

5. Memilih di antara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka panjang, yang dapat mengubah pendapatan atau biaya.”

2.3.3. Manfaat Akuntansi Biaya

Penggunaan akuntansi biaya terbukti sangat penting bagi suatu

perusahaan karena memiliki banyak manfaat yang berguna bagi kelangsungan

perusahaan. Manfaat tersebut adalah sebagai salah satu informasi yang

diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaannya, yaitu untuk

perencanaan dan pengendalian laba, penentuan harga pokok produk dan jasa,

serta bagi pengambilan keputusan oleh manajemen dalam proses produksi.

2.4. Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang

dibebankan kedalam produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Harga pokok

produksi juga digunakan oleh perusahaan sebagai dasar dari harga jual suatu

16

produk serta dapat membantu perusahaan dalam menentukan kebijakan-

kebijakan dalam pengelolaan perusahaan.

2.4.1. Pengertian Harga Pokok Produksi

Pengertian harga pokok produksi menurut Bastian Bustami dan Nurlela

(2010:49), harga pokok produksi adalah:

“Kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir. Harga pokok produksi terikat pada periode waktu tertentu. Harga pokok produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada persediaan produk dalam proses awal dan akhir.”

2.4.2. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2010:65) dalam perusahaan berproduksi umum,

informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu

bermanfaat bagi manajemen untuk :

1. Menentukan harga jual produk.

2. Memantau realisasi biaya produksi.

3. Menghitung laba atau rugi periodik.

4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam

proses yang disajikan dalam neraca.

17

2.4.3. Unsur – unsur Harga Pokok Produksi

Unsur – unsur yang membentuk harga pokok produksi adalah biaya

bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Pada umumnya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung

disebut juga dengan biaya utama (Prime Cost), sedangkan yang lainnya disebut

biaya konversi (Conversion Cost). Biaya – biaya ini dikeluarkan untuk

mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Yang termasuk kedalam unsur –

unsur harga pokok produksi adalah sebagai berikut:

1. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost)

Berikut ini merupakan beberapa pengertian menurut para ahli

mengenai biaya bahan baku:

Menurut Mulyadi (2010:275) adalah sebagai berikut:

“Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor atau dari pengolahan sendiri. Sedangkan menurut Carter (2009:40) yang diterjemahkan oleh

Krista adalah sebagai berikut:

“Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk

bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit

dalam perhitungan biaya produk.”.

18

Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa bahan baku merupakan unsur paling pokok

dalam proses produksi.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)

Berikut ini merupakan beberapa pengertian menurut para ahli

mengenai biaya tenaga kerja langsung:

Menurut Carter (2009:40) yang diterjemahkan oleh Krista adalah

sebagai berikut:

“Biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan

konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat

dibebankan secara layak ke produk tertentu.”

Sedangkan menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:12) adalah

sebagai berikut:

“Biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan

dalam merubah atau mengkonversi bahan baku menjadi produk

selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai”.

Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa tenaga kerja langsung merupakan faktor penting

berupa sumber daya manusia yang mempengaruhi proses

pengelolaan bahan baku menjadi barang jadi pada suatu proses

19

produksi dan biaya tenaga kerja merupakan upah yang diberikan

kepada tenaga kerja dari usaha tersebut.

3. Biaya Overhead (Overhead Cost)

Berikut ini merupakan beberapa pengertian menurut para ahli

mengenai biaya overhead:

Menurut Carter (2009:40) yang diterjemahkan oleh Krista adalah

sebaga berikut:

“Biaya overhead pabrik terdiri atas semua biaya manufaktur yang

tidak secara langsung ditelusuri ke output tertentu. Misalnya biaya

energi bagi pabrik seperti gas, listrik, minyak dan sebagainya.”

Sedangkan menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:13) Biaya

Overhead dapat dikelompokkan menjadi elemen:

a. “Bahan Tidak Langsung (Bahan Pembantu atau Penolong) adalah bahan yang digunakan dalam penyelesaian produk tetapi pemakaiannya relatif lebih kecil dan biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Contoh: amplas, pola kertas, oli dan minyak pelumas, paku, sekrup dan mur,staples, asesoris pakaian, vanili, garam, pelembut, pewarna.

b. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung adalah biaya tenaga kerja yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi dapat ditelusuri kepada produk selesai. Contoh: Gaji satpam pabrik, gaji pengawas pabrik, pekerja bagian pemeliharaan, penyimpanan dokumen pabrik, gaji operator telepon pabrik, pegawai pabrik, pegawai bagian gudang pabrik, gaji resepsionis pabrik, pegawai yang menangani barang.

c. Biaya Tidak Langsung Lainnya adalah biaya selain bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada produk selesai. Contoh : Pajak bumi dan bangunan pabrik, listrik pabrik, air, dan telepon pabrik, sewa pabrik, asuransi pabrik,

20

penyusutan pabrik, peralatan pabrik, pemeliharaan mesin dan pabrik, gaji akuntan pabrik, reparasi mesin dan peralatan pabrik.”

2.5. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

2.5.1. Metode Harga Pokok Pesanan

Menurut Mulyadi (2010:35) metode perhitungan biaya berdasarkan

pesanan adalah sebagai berikut:

“Dalam metode ini biaya – biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dalam jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.”

2.5.1.1. Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan

Menurut Mulyadi (2010:38), karakteristik usaha perusahaan yang

produksinya berdasarkan pesanan tersebut di atas berpengaruh terhadap

pengumpulan biaya produksinya. Metode pengumpulan biaya produksi dengan

metode harga pokok pesanan yang digunakan dalam perusahaan yang

produksinya berdasarkan pesanan memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan

spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok

produksinya secara individual.

2. Biaya produksi harus golongkan berdasarkan hubungannya dengan

produk menjadi dua kelompok berikut ini: biaya produksi langsung dan

biaya produksi tidak langsung.

21

3. Biaya produksi langsung terdiri dan biaya bahan baku dan biaya tenaga

kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut

dengan istilah biaya overhead pabrik.

4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi

pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi,

sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok

pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.

5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai

diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang

dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang

dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.

2.5.1.2. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi Per Pesanan

Menurut Mulyadi (2010:39), dalam perusahaan yang produksinya

berdasarkan pesanan, informasi harga pokok produksi per pesanan bermanfaat

bagi manajemen untuk:

1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.

2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan.

3. Memantau realisasi biaya produksi.

4. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan.

22

5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam

proses yang disajikan dalam neraca.

2.5.2. Metode Harga Pokok Proses

Menurut Mulyadi (2010:63) metode perhitungan biaya berdasarkan

proses adalah sebagai berikut:

“Dalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses tertentu, selama periode tertentu, dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.”

2.5.2.1. Karakteristik Metode Harga Pokok Proses

Menurut Mulyadi (2010:63-64), metode pengumpulan produksi

ditentukan oleh karakteristik proses produk perusahaan. Dalam perusahaan

yang berproduksi massa, karakteristik produksinya adalah sebagai berikut :

1. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.

2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.

3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi

yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu

tertentu.

23

2.5.2.2. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2010:65), dalam perusahaan yang berproduksi massa,

informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu

bermanfaat bagi manajemen untuk:

1. Menentukan harga jual produk.

2. Memantau realisasi biaya produksi.

3. Menghitung laba atau rugi periodik.

4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam

proses yang disajikan neraca.

2.5.3. Perbedaan Metode Harga Pokok Pesanan dengan Metode Harga Pokok

Proses

Menurut Mulyadi (2010:64), perbedaan diantara dua metode

pengumpulan biaya produksi tersebut terletak pada:

1. Pengumpulan biaya produksi.

2. Perhitungan harga pokok produksi per satuan.

3. Penggolongan biaya produksi.

4. Unsur biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik.

2.6. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2010:17), metode penentuan kos produksi adalah:

24

“Cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi. Dalam

memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi, terdapat dua

pendekatan : full costing dan variable costing.”

2.6.1. Pendekatan Full Costing

Menurut Mulyadi (2010:17), metode pendekatan full costing adalah :

“Merupakan metode penentuan kos produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap.”

Dengan demikian kos produksi menurut metode full costing terdiri dari

unsur biaya produksi berikut ini :

- Biaya bahan baku xx

- Biaya tenaga kerja langsung xx

- Biaya overhead pabrik variabel xx

- Biaya overhead pabrik tetap xx

Total Harga Pokok Produksi (cost) xx

2.6.2. Pendekatan Variable Costing

Menurut Mulyadi (2010:18), metode pendekatan variable costing adalah:

“Merupakan metode penentuan kos produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.”

25

Dengan demikian kos produksi menurut metode variable costing terdiri

dari unsur biaya produksi berikut ini :

- Biaya bahan baku xx

- Biaya tenaga kerja langsung xx

- Biaya overhead pabrik variabel xx

Total Harga Pokok Produksi (cost) xx

2.7. Biaya

Biaya merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu proses

produksi karena biaya merupakan salah satu komponen utama. Dalam hal ini

biaya (cost) berbeda dengan beban (expense). Seringkali biaya didefinisikan

sama dengan beban oleh masyarakat pada umumnya tetapi kenyataannya kedua

hal tersebut sangatlah berbeda. Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis

yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan

terjadi untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan beban adalah biaya yang

telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis (Bastian Bustami dan

Nurlela, 2010 : 7-8). Keduanya jelas berbeda jika kita dapat memahami dengan

baik perbedaan antara biaya dengan beban.

2.7.1. Pengertian Biaya

Pengertian biaya menurut Mulyadi (2010:8) adalah sebagai berikut:

26

“Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut:

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, 2. Diukur dalam satuan uang, 3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk membedakan pengertian biaya dalam arti luas, pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva ini disebut dengan istilah harga pokok.”

Sedangkan definisi biaya menurut Hansen dan Mowen (2009:40) adalah:

“Biaya didefinisikan sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat

saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi.”

2.7.2. Klasifikasi Biaya

Penggolongan biaya merupakan salah satu hal yang dapat membantu

perusahaan untuk mencapai tujuannya. Pengertian klasifikasi biaya menurut

Bastian Bustami dan Nurlela (2010:12) adalah:

“Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting”.

Menurut Mulyadi (2010:13), biaya dapat digolongkan menurut :

1. Objek pengeluaran

Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar

penggolongan biaya. Contoh penggolongan biaya atas dasar objek

27

pengeluaran dalam perusahaan kertas adalah sebagai berikut: biaya

benang, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya

asuransi, biaya bunga, biaya zat warna.

2. Fungsi pokok dalam perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi

produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum. Oleh

karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan

menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Biaya Produksi

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku

menjadi produk jadi yang siap dijual.

2. Biaya pemasaran

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksankan kegiatan

pemasaran produk.

3. Biaya administrasi dan umum

Merupakan biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan

pemasaran produk.

3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen dalam

hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan

menjadi dua golongan:

28

a. Biaya langsung (Direct Cost)

adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena

adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut

tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi.

b. Biaya tidak langsung (Indirect Cost)

adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang

dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk

disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya

overhead pabrik (factory overhead cost).

4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan

Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat

digolongkan menjadi :

a. Biaya variable

adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan

perubahan volume kegiatan.

b. Biaya semivariable

adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan

volume kegiatan.

c. Biaya semifixed

29

adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan

berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi

tertentu.

d. Biaya tetap

adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan

tertentu.

5. Jangka waktu manfaatnya

Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua,

yaitu:

a. Pengeluaran modal (Capital Expenditures)

b. Pengeluaran pendapatan (Revenue Expenditures)