KATA PENGANTAR -...
Transcript of KATA PENGANTAR -...
i
KATA PENGANTAR
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Badan Litbang
Pertanian Tahun 2013 ini merupakan salah satu bentuk
pertanggungjawaban kinerja Badan Litbang Pertanian
dalam mendukung pemerintahan yang berdaya guna,
berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, sesuai
dengan Instruksi Presiden No. 7 tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Surat
Keputusan Kepala Lembaga Adminstrasi Negara (LAN)
No. 239/IX/6/8/2003 tentang Panduan Penyusunan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) dan Permen PAN-RB No. 29/2011 tentang
Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Litbang Pertanian ini disusun berdasarkan
indikator-indikator yang telah ditetapkan pada Rencana Strategis 2011 – 2014 dengan
melaksanakan 1 (satu) sasaran yang dijabarkan dari 1 (satu) program utama Badan
Litbang Pertanian dengan 6 (enam) indikator kinerja sasaran. Secara operasional, kegiatan
untuk mencapai sasaran tersebut dilaksanakan oleh Pusat/Puslitbang/Balai Besar/Balai
Penelitian/ Loka Penelitian lingkup Badan Litbang Pertanian yang berfungsi sebagai
litbang pertanian strategis nasional, dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
yang melaksanakan kegiatan litbang pertanian spesifik lokasi di 33 propinsi di
Indonesia.
Diharapkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Litbang Pertanian Tahun 2013 ini dapat
bermanfaat sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan program dan umpan balik
dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja Badan Litbang Pertanian selanjutnya.
Jakarta, Februari 2014
Kepala Badan,
Dr. Ir. Haryono, MSc.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
IKHTISAR EKSEKUTIF .................................................................................. 1
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 3
BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ...................................... 11
2.1 Visi ..................................................................................... 11
2.2 Misi .................................................................................... 12
2.3 Tujuan ................................................................................ 12
2.4 Sasaran .............................................................................. 13
2.5 Arah Kebijakan .................................................................... 13
2.6 Program Badan Litbang Pertanian .......................................... 15
2.7 Kegiatan Badan Litbang Pertanian .......................................... 15
2.8 Indikator Kinerja Utama ........................................................ 19
2.9 Rencana Kinerja Tahun 2013 ................................................. 21
2.10 Penetapan Kinerja Tahun 2013 .............................................. 23
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA .............................................................. 25
3.1 Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2011 ................................ 25
3.2 Analisis Capaian Kinerja ........................................................ 27
3.3 Akuntabilitas Keuangan ........................................................ 59
BAB IV. PENUTUP ..................................................................................... 67
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perkembangan Komposisi SDM Badan Litbang Pertanian Tahun
2012 – 2013 menurut Tingkat Pendidikan .............................. 6
Tabel 2. Perkembangan Komposisi Tenaga Fungsional Badan Litbang
Pertanian Tahun 2012 – 2013 .............................................. 6
Tabel 3. Laboratorium Pengujian Terakreditasi KAN ............................ 8
Tabel 4. Rencana Kinerja Tahunan TA. 2013 ...................................... 22
Tabel 5. Penetapan Kinerja Tahunan TA. 2013 ................................... 23
Tabel 6. Capaian Kinerja Indikator Sasaran RPJMN Badan Litbang
Pertanian Tahun 2013 ......................................................... 26
Tabel 7. Rincian Estimasi Pendapatan dan Realisasi PNBP .................... 64
Tabel 8. Rincian PNBP per wilayah lingkup Badan Litbang Pertanian ..... 64
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Ubijalar Var. Antin 1 ......................................................... 29
Gambar 2. VUB Kedelai Hitam yang Dilepas Tahun 2013 ...................... 30
Gambar 3. VUB Jagung yang Dilepas Tahun 2013 ............................... 31
Gambar 4. VUB Gandum .................................................................. 32
Gambar 5. VUB Sorgum yang Dilepas Tahun 2013 .............................. 32
Gambar 6. VUB Bawang Merah yang Dilepas Tahun 2013 .................... 33
Gambar 7. Galur ternak yang Dilepas Tahun 2013 ............................... 35
Gambar 8. Gubernur Jawa Tengah Menyaksikan Pertanaman Aneka
Kacang Dan Ubi Di Lapang ............................................... 38
Gambar 9. Teknologi Pengelolaan SDL ............................................... 40
iv
Gambar 10. Sistem Monitoring Online Katam Menggunakan CCTV .......... 43
Gambar 11. Peta sekuen kloroplas kelapa sawit Dura (atas), Pisifera (kiri),
dan Oleifera (kanan) ........................................................ 44
Gambar 12. Peta Tematik ................................................................... 45
Gambar 13. Teknologi Pascapanen yang Dihasilkan Tahun 2013 ............. 48
Gambar 14. Persentase Pagu Anggaran Badan Litbang Pertanian TA 2013
Per Unit Kerja .................................................................. 49
Gambar 15. Persentase Pagu Anggaran Badan Litbang Pertanian TA 2013
Per Belanja ..................................................................... 60
Gambar 16. Perbandingan (Persentase) Realisasi Terhadap Pagu
Anggaran Badan Litbang Pertanian TA 2013 Per Belanja ...... 61
Gambar 17. Perbandingan (Persentase) Realisasi Terhadap Pagu
Anggaran Badan Litbang Pertanian TA 2013 Per Belanja ...... 62
Gambar 18. Perbandingan (Persentase) Realisasi Terhadap Pagu
Anggaran Badan Litbang Pertanian TA 2013 Per Eselon 2 ..... 62
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar Struktur Organisasi Badan Litbang Pertanian
Lampiran 2. Realisasi Keuangan per Belanja per Unit Kerja Lingkup Badan Litbang per Desember tahun 2012
Lampiran 3. Formulir Rencana Strategis (RS)
Lampiran 4. Formulir Rencana Kinerja Tahunan (RKT)
Lampiran 5. Formulir Penetapan Kinerja (PK)
Lampiran 6. Formulir Pengukuran Kinerja Tingkat Unit Eselon I Kementerian/
Lembaga
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1
IKHTISAR EKSEKUTIF
Dalam rangka menjamin pelaksanaan program penelitian dan pengembangan
pertanian yang konsisten dan kontinyu, Badan Litbang Pertanian telah
menetapkan Rencana Strategis 2010 – 2014. Rencana Strategis ini
dilaksanakan dengan mengacu kepada Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Rencana Pembangunan
Pertanian Jangka Panjang 2005-2025; Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014; dan Renstra Kementerian
Pertanian Tahun 2010-2014. Renstra Litbang Pertanian merupakan dokumen
perencanaan yang berisikan visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan,
strategi, program, dan kegiatan penelitian dan pengembangan pembangunan
pertanian yang akan dilaksanakan oleh Badan Litbang Pertanian selama lima
tahun ke depan (2010-2014). Agar Badan Litbang Pertanian dapat senantiasa
eksis, antisipatif dan inovatif, dalam dokumen ini pula, ditetapkanlah visi Badan
Litbang ke depan yaitu : “Pada tahun 2014 menjadi lembaga penelitian
dan pengembangan pertanian berkelas dunia yang menghasilkan dan
mengembangkan inovasi teknologi pertanian untuk mewujudkan
pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya
lokal”.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan program Kementerian Pertanian, Badan
Litbang Pertanian menetapkan program utama pada periode 2010-2014 yang
diarahkan untuk penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya
saing. Oleh karena itu Badan Litbang Pertanian menetapkan kebijakan alokasi
sumber daya litbang menurut komoditas prioritas utama, yaitu 5 komoditas
prioritas (padi, jagung, kedelai, sapi, dan tebu) dan 34 fokus komoditas lainnya
mencakup: pangan (ubi kayu dan kacang tanah), hortikultura (kentang, cabai
merah, bawang merah, mangga, manggis, pisang, anggrek, krisan, durian dan
jeruk), perkebunan (kelapa sawit, karet, kelapa, sagu, aren, kakao, kopi, teh,
kina, lada, jambu mete, kapas, tembakau, cengkeh, jahe, dan nilam), serta
peternakan (sapi perah, kambing, domba, babi, ayam buras dan itik).
Sesuai dengan organisasi Badan Litbang Pertanian, program Badan Litbang
Pertanian untuk periode 2010-2014 terdiri dari 12 kegiatan, yaitu sebagai
berikut: (1) Kegiatan Litbang Tanaman Pangan; (2) Kegiatan Litbang Tanaman
Hortikultura; (3) Kegiatan Litbang Tanaman Perkebunan; (4); Kegiatan Litbang
Peternakan dan Veteriner; (5) Kegiatan Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian;
(6) Kegiatan Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian; (7)
Kegiatan Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian; (8) Kegiatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2
Perekayasaan/Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pertanian; (9)
Kegiatan Litbang Pascapanen Pertanian; (10) Kegiatan Pengembangan
Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian; (11) Kegiatan Pengkajian
dan Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian; (12) Kegiatan Dukungan
Manajemen, Fasilitas dan Instrumen Teknis dalam Pelaksanaan Kegiatan
Litbang Pertanian.
Sementara itu, berdasarkan RPJM 2010-2014, Badan Litbang Pertanian
mempunyai 1 (satu) sasaran dan 4 (empat) indikator sasaran, yaitu: (1)
Jumlah varietas unggul baru tanaman dan galur unggul ternak; (2) Jumlah
inovasi teknologi; (3) Jumlah rekomendasi kebijakan pertanian, dan (4) Jumlah
teknologi pertanian yang terdiseminasikan. Target untuk 4 indikator sasaran
tersebut, secara umum telah tercapai dan melebihi target yang ditetapkan
dengan kisaran prosentase capaian antara 100 – 157,8% (sangat berhasil).
Sedangkan hasil pengukuran terhadap tingkat capaian kinerja Badan Litbang
Pertanian berada dalam kisaran 80 – 400%.
Pencapaian kinerja akuntabilitas bidang keuangan Per 31 Desember 2013,
anggaran Badan Litbang Pertanian telah direalisasikan sebesar 92,95%. Rata-
rata realisasi anggaran per eselon-2 lingkup Badan Litbang Pertanian
menunjukkan hasil yang cukup baik, yaitu di atas 80%. Hal ini disebabkan
karena tidak semua anggaran Belanja Modal pada anggaran Pinjaman Luar
Negeri (RK) dapat terserap. Hal ini dikarenakan terlambatnya Legal Opinion
(LO) dari Bank Dunia yang baru terbit pada akhir bulan September 2013.
Sedangkan realisasi Pendapatan Negara dan Hibah untuk periode yang
berakhir pada 31 Desember 2013 mencapai 375,25% dari estimasi pendapatan
yang ditetapkan. Walau secara umum target yang ditetapkan telah terpenuhi
namun dalam pelaksanaan kegiatan tidaklah selalu berjalan mulus. Masih
banyak kendala teknis maupun non teknis yang dihadapi dalam pelaksanaan
kegiatan Badan Litbang Pertanian. Namun, agar sasaran tetap tercapai,
langkah antisipatif telah diupayakan oleh seluruh jajaran Badan Litbang
Pertanian dengan mengoptimalkan seluruh potensi dan kemampuan yang
dimiliki agar seluruh kegiatan dapat berjalan dengan optimal.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3
BAB I
PENDAHULUAN
Pada kurun waktu 2010-2014, Kementerian Pertanian telah menetapkan sistem
pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal untuk
meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor dan kesejahteraan
petani sebagai visi pembangunan pertanian. Sistem pertanian industrial
merupakan suatu sistem yang menerapkan integrasi usaha tani disertai dengan
koordinasi vertikal dalam satu alur produk, sehingga karakteristik produk akhir
yang dipasarkan dapat dijamin dan disesuaikan dengan preferensi konsumen
akhir. Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan pertanian industrial
berkelanjutan tersebut, penelitian dan pengembangan (litbang) di bidang
pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis.
Perkembangan organisasi Badan Litbang Pertanian yang dilaksanakan secara
berkelanjutan dan disesuaikan dengan dinamika tuntutan perubahan
lingkungan strategis Litbang Pertanian berperan penting dalam mendukung
pencapaian Visi dan Misi Badan Litbang Pertanian. Kebijakan yang bertujuan
untuk mewujudkan organisasi pemerintah yang efektif dan efisien telah
dilakukan melalui penerbitan dua peraturan perundangan yaitu Peraturan
Presiden RI No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara dan Peraturan Presiden No. 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara serta Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara.
Tindak lanjut pelaksanaan kebijakan tersebut, Menteri Pertanian telah
menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian (Permentan No.61/Permentan/OT.140/10/2010).
Struktur Organisasi Badan Litbang Pertanian tahun 2013 terdiri dari jajaran
eselon II yang meliputi: (1) Sekretariat Badan; (2) Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan; (3) Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Hortikultura; (4) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Perkebunan; (5) Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan; (6) Pusat
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian; (7) Pusat Perpustakaan dan
Penyebaran Teknologi Pertanian; (8) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian; (9) Balai Besar Pengembangan Mekanisasi
Pertanian; (10) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian; (11) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian; (12) Balai Besar Penelitian Tanaman Padi; (13) Balai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 4
Besar Penelitian Veteriner; dan (14) Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian.
Untuk mewujudkan tertib administrasi dan sebagai tindak lanjut dari penataan
organisasi Unit Kerja (UK) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT), Kepala Badan
menetapkan nama dan singkatan dari UK dan UPT dalam lingkup Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Berdasarkan ketetapan yang diatur
dengan SK Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian nomor
82/Kpts/OT.160/ I/2012 tanggal 3 April 2012, terdapat perubahan singkatan
pada beberapa UK dan UPT, yaitu:
1. Singkatan untuk Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian dirubah dari BBP2TP menjadi BB Pengkajian.
2. Singkatan untuk Balai Besar Penelitian Veteriner dirubah dari BB Litvet
menjadi BBalitvet.
3. Singkatan untuk Balai Penelitian Buah Tropika dirubah dari Balitbu
menjadi Balitbu Tropika,
4. Nama Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat diubah menjadi
Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat.
5. Nama dan singkatan untuk Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma
Lain (Balitka) dirubah menjadi Balai Penelitian Tanaman Palma (Balit
Palma).
5. Singkatan untuk Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian diubah dari
BPATP menjadi Balai PATP.
Selama kurun waktu 2005-2009, Badan Litbang Pertanian telah menunjukkan
perannya secara signifikan melalui inovasi dan pengembangan teknologi
berupa varietas unggul, pengelolaan tanaman terpadu, teknologi alat mesin
pertanian (alsintan) dan pasca panen, pengembangan model kelembagaan
serta saran kebijakan untuk mendukung pencapaian swasembada beras dan
jagung, peningkatan produktivitas, nilai tambah dan daya saing produk
pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani.
Dalam menjalankan perannya ke depan, permasalahan yang dihadapi semakin
kompleks, seperti : 1) meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan
iklim global; 2) ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana, lahan dan air; 3)
status dan luas kepemilikan lahan; 4) sistem perbenihan dan perbibitan
nasional belum berjalan optimal; 5) keterbatasan akses petani terhadap
permodalan dan masih tingginya suku bunga usaha tani; 6) lemahnya
kapasitas dan kelembagaan petani dan penyuluh; 7) masih rawannya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5
ketahanan pangan dan ketahanan energi; 8) belum berjalannya diversifikasi
pangan dengan baik; 9) rendahnya Nilai Tukar Petani (NTP); dan 10) belum
padunya antar sektor dalam menunjang pembangunan pertanian. Dalam
rangka mengatasi permasalahan tersebut, Badan Litbang Pertanian telah,
sedang dan akan terus berinisiatif melakukan langkah-langkah visioner melalui
reorganisasi dan restrukturisasi program, optimalisasi pemanfaatan dan
peningkatan sumberdaya penelitian yang dimiliki.
Paradigma Badan Litbang Pertanian dalam era pembangunan yang makin
kompetitif adalah penciptaan teknologi pertanian yang memiliki nilai tambah
ekonomi yang tinggi untuk mewujudkan peran litbang dalam pembangunan
pertanian (impact recognition) dan nilai ilmiah tinggi (scientific
mission/recognition) untuk pencapaian status sebagai lembaga penelitian
berkelas dunia (a world class research institution). Perubahan lingkungan
strategis baik internal maupun eksternal harus dijawab dengan meningkatkan
prioritas dan kualitas hasil litbang yang berorientasi pasar baik domestik
maupun internasional dan berdaya saing tinggi. Guna menjawab kesemuanya
itu, ke depan Badan Litbang Pertanian akan meningkatkan kerja
sama/networking baik dengan pemerintah daerah, lembaga penelitian dan
pelaku usaha nasional maupun internasional.
Peran Badan Litbang Pertanian yang semakin besar harus didukung oleh
sumber daya yang memadai (SDM, pendanaan dan sarana-prasarana). SDM
yang berkarakter dan kompeten akan terus dikembangkan dalam lima tahun ke
depan melalui sistem rekruitmen berbasis kompetensi dan peningkatan
kompetensi melalui pelatihan jangka pendek dan jangka panjang. Sumber dana
yang memadai baik untuk penelitian maupun penguatan sarana dan prasarana
akan terus diupayakan baik melalui pendanaan APBN, APBD, maupun
peningkatan kerja sama dalam dan luar negeri.
Jumlah SDM Badan Litbang Pertanian per Desember 2013 sebanyak 7.404
orang atau 36.75% dari total SDM Kementerian Pertanian yang berjumlah
20.147 orang. SDM tersebut terdistribusi ke 66 Satuan kerja (Satker) di
lingkungan Badan Litbang Pertanian. Perkembangan komposisi SDM Badan
Litbang Pertanian menurut tingkat pendidikan dalam dua tahun terakhir
disajikan pada Tabel 1.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 6
Tabel 1. Perkembangan Komposisi SDM Badan Litbang Pertanian Tahun
2012 – 2013 menurut Tingkat Pendidikan
No. Pendidikan 2012 2013
1 S3 406 467
2 S2 1.093 1.085
3 S1 1.994 1.882
4 <S1 4.235 3.970
TOTAL 7.728 7.404
Sumber data : SIMPEG Badan Litbang Pertanian, data diolah, Desember 2013
Berdasarkan bidang tugasnya, SDM Badan Litbang Pertanian pada tahun 2013
terdiri atas tenaga fungsional sebanyak 2.959 orang (39.96%), dan tenaga
administrasi 4.445 orang (60.04%). Adapun perkembangan jumlah tenaga
fungsional dalam dua tahun terakhir disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Komposisi Tenaga Fungsional Badan Litbang
Pertanian Tahun 2012 – 2013
No. Jabatan Fungsional 2012 2013
1 Peneliti 1.630 1.766
2 Perekayasa 40 43
3 Penyuluh Pertanian 302 290
4 Teknisi Litkayasa 760 671
5 Pustakawan 97 109
6 Arsiparis 35 35
7 Pranata Komputer 14 18
8 Analis Kepegawaian 7 13
9 Perencana 2 2
10 Pranata Humas 11 10
11 Statistisi 2 2
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 7
No. Jabatan Fungsional 2012 2013
12 Pengawas Bibit Ternak 1 -
13 Pengawas Mutu Pakan 1 -
14 Pengawas Benih Tanaman 1 -
Jumlah 2.903 2.959
Sumber data : SIMPEG Badan Litbang Pertanian, data diolah, Desember 2013
Dari sejumlah peneliti Badan Litbang Pertanian, ada beberapa yang telah
mendapatkan gelar Profesor Riset. Profesor Riset adalah gelar tertinggi yang
diberikan kepada para peneliti yang sudah mencapai jenjang kepangkatan Ahli
Peneliti Utama (APU) dengan angka kredit 1.050, sudah pernah menyampaikan
orasi ilmiah serta telah menulis publikasi ilmiah internasional minimal 2 judul.
Sampai dengan tahun 2013, Badan Litbang Pertanian telah mempunyai
Profesor Riset sebanyak 115 orang yang telah dikukuhkan oleh LIPI dengan
bidang kepakaran antara lain adalah Agro Ekonomi, Bioteknologi Pertanian,
Pakan dan Nutrisi Ternak, Teknologi Pascapanen dan Teknologi Benih.
Untuk menjawab tantangan globalisasi, standarisasi lembaga penelitian dalam
kaitannya dengan kebijakan komersialisasi hasil dan jasa penelitian, Badan
Litbang Pertanian harus mampu memberikan jaminan mutu terhadap hasil-hasil
penelitiannya dan mendapatkan pengakuan secara nasional dan internasional
melalui proses akreditasi/sertifikasi. Jaminan mutu dan pengakuan
akreditasi/sertifikasi tersebut hanya dapat dicapai bila laboratorium dan unit
kerja lingkup Badan Litbang Pertanian dapat menerapkan Good Laboratory
Practices (GLP) dan Quality Management System (QMS) dalam melaksanakan
segala kegiatannya. GLP dan QMS tersebut dapat dilaksanakan melalui
implementasi sistem akreditasi/sertifikasi dengan dasar acuan standar yang
ada. Dasar acuan yang digunakan untuk GLP adalah SNI 19-17025-2005 (yang
merupakan adopsi dari ISO/IEC 17025: 1999), sedangkan QMS dasar acuannya
adalah ISO 9001:2001. Dalam pelaksanaannya, implementasi ISO/IEC 17025:
2005 pada unit kerja lingkup Badan Litbang Pertanian diarahkan untuk
pengembangan laboratorium uji mutu dan produk, termasuk uji mutu
benih/bibit. Sedangkan implementasi ISO 9001: 2001 akan lebih diarahkan
untuk pengembangan manajemen Unit Kerja dan sertifikasi Unit Pengelola
Benih Sumber (UPBS) pada Balai Penelitian Komoditas.
Laboratorium pengujian lingkup Balai Besar, Balai dan Loka Penelitian di Badan
Litbang Pertanian sebanyak 168 yang meliputi bidang pengujian: uji tanah,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8
pupuk, tanaman, mutu benih, air, alsin pertanian, proksimat pangan dan
pakan, penyakit hewan serta mutu dan keamanan pangan hasil pertanian, dan
biologi molekuler serta fasilitas BSL3 untuk penanganan mikroba. Sampai
dengan tahun 2013, sebanyak 34 unit laboratorium dari 52 UPT telah
mendapat akreditasi ISO-17025-2005 dan 1 unit laboratorium di BPTP Kaltim
telah mendapat akreditasi ISO-17025-2008 dari Komite Akreditasi Nasional
(KAN) yang berarti telah mendapatkan pengakuan formal, baik nasional,
regional dan internasional, seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Laboratorium Pengujian Terakreditasi KAN
No UPT Jenis Laboratorium
Terakreditasi ISO/IEC 17025-2005
1 BB Padi Laboratorium Fisiologi Hasil
2 BB Padi Laboratorium Penguji
3 BB Padi Laboratorium Penguji
4 Balitkabi Laboratorium Tanah dan Tanaman
5. Balitkabi Laboratorium Pemuliaan/Lab Uji Mutu Benih
6. Balitkabi Laboratorium Kimia Pangan
7. Balitsereal Laboratorium Pengujian (Perbenihan)
8. Balithi Laboratorium Virologi
9. Balithi Laboratorium BUSS
10. Balitbu Laboratorium Uji Mutu Benih
11. Balitjestro Laboratorium Fitopatologi
12. Balittro Laboratorium Penguji (Servis/Kimia)
13. Balittas Laboratorium Pengujian Benih
14. BB Litvet Laboratorium Parasitologi
15. BB Litvet Laboratorium Bakteriologi
16. BB Litvet Laboratorium Patologi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 9
No UPT Jenis Laboratorium
17. BB Litvet Laboratorium Toksikologi dan Mikologi
18. BB Litvet Laboratorium Virologi
19. Balitnak Laboratorium servis kimia
20. Balingtan Laboratorium Terpadu
21. Balingtan Laboratorium Residu Bahan Agrokimia (RBA)
22. BB Biogen Laboratorium Biologi Molekuler
23. BB Biogen Fasilitas Bank Gen
24. BB Pascapanen Laboratorium Kimia Biokimia
25. BB Pascapanen Laboratorium Uji Mutu Fisik
26. BB Mektan Pengujian Traktor Roda 4
27. BB Mektan Pengujian Traktor Roda 2
28. BB Mektan Pengujian Pompa Air Irigasi
29. BB Mektan Pengujian Pasca Panen Biji-bijian
30. BPTP Sumut Laboratorium Tanah dan Tanaman
31. BPTP Jatim Laboratorium Tanah
32. BPTP NTB Laboratorium Tanah
33. BPTP NTB Laboratorium Pengujian
34. BPTP Sulsel Laboratorium BPTP Sulawesi Selatan
Terakreditasi ISO/IEC 17025-2008
1. BPTP Kaltim Lab. Tanah
Sumber data : i-asset Badan Litbang Pertanian, data diolah, Desember 2013
Selain laboratorium, dalam pelaksanaan tupoksinya, Badan Litbang Pertanian
juga didukung oleh 119 kebun percobaan seluas 4.617,94 ha yang digunakan
untuk kegiatan penelitian pemuliaan, konservasi ex-situ SDG, produksi benih
sumber dan show window inovasi teknologi. Luas kebun yang digunakan
khusus untuk penelitian dan pengkajian tanaman pangan (padi, jagung,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 10
sorghum, aneka ubi dan aneka kacang) seluas 127,44 ha, aneka buah (durian,
mangga, pisang, jeruk, apel, anggur) seluas 37,90 ha, untuk tanaman
perkebunan (kelapa, kapuk, lada, kayu manis, cengkeh, pala) seluas 169,20
ha, dan untuk pakan serta ternak (sapi, kambing dan domba) 12,79 ha.
Secara umum kondisinya sangat bervariasi, baik luas, status lahan,
penggunaan dan pemanfaatan, maupun keragaannya. Kebun-kebun tersebut
tersebar di berbagai wilayah pada kondisi agroklimat yang berbeda-beda
dengan ketinggian mulai dataran rendah sampai dengan dataran tinggi.
Dalam memaksimalkan tupoksi Badan Litbang Pertanian terutama dalam
penyebarluasan varietas-varietas unggul baru, telah diupayakan melalui
pembentukan Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS), yang berperan dalam 1)
Meningkatkan produksi, mutu, dan distribusi benih sumber; 2) Mempercepat
pengembangan varietas unggul baru; 3) Memantapkan kelembagaan
perbenihan untuk menjamin distribusi benih; dan 4) Mendukung upaya
penyediaan benih bermutu bagi petani. Saat ini, telah ada 47 UPT lingkup
Badan Litbang Pertanian sebagai pelaksana UPBS dan telah memproduksi
berbagai jenis benih (FS, SS dan ES) dari komoditas tanaman pangan,
tanaman hortikultura dan perkebunan maupun peternakan.
Pengembangan sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
ditujukan untuk mengubah penggunaan IPTEK dari yang berciri tradisional ke
arah yang lebih maju. Dengan sumberdaya yang terbatas dan tatanan pasar
yang sangat kompetitif, penerapan inovasi teknologi merupakan faktor kunci
dalam pengembangan pertanian industrial unggul berkelanjutan. Inovasi
teknologi harus bermanfaat dalam meningkatkan kapasitas produksi dan
produktivitas sehingga dapat memacu pertumbuhan produksi dan peningkatan
daya saing. Inovasi teknologi juga diperlukan dalam pengembangan produk
(product development) dalam rangka peningkatan nilai tambah, diversifikasi
produk dan transformasi produk sesuai dengan preferensi konsumen.
Badan Litbang Pertanian telah dan terus mengembangkan kegiatan
manajemen dengan melakukan sinkronisasi dan konsolidasi dalam penyusunan
strategi, arah kebijakan dan kebijakan litbang pertanian. Untuk mencapai
harmonisasi perencanaan kegiatan litbang pertanian secara menyeluruh,
terintegrasi, dan bersinergi dengan sektor lain dalam mencapai tujuan
pembangunan pertanian, Badan Litbang Pertanian perlu menyusun rencana
strategis (renstra) sehingga hasil litbang yang dicapai dapat memberikan arti
dalam mendukung pencapaian pembangunan pertanian nasional yang berbasis
IPTEK.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 11
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Rencana kerja Badan Litbang Pertanian selama lima tahun dituangkan dalam
Rencana Strategis Badan Litbang Pertanian dengan mengacu kepada Undang
Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional; Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Panjang 2005-2025;
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-
2014; dan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014.
Rencana kerja ini disusun berdasarkan analisis strategis atas potensi, peluang,
tantangan dan permasalahan termasuk isu strategis terkini yang dihadapi
pembangunan pertanian dan perkembangan IPTEK dalam lima tahun ke
depan. Sebagai bentuk implementasi dari Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN 2010-2014) bidang penelitian dan pengembangan
pertanian perencanaan kinerja diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan
arahan bagi Unit kerja Jajaran Birokrasi di lingkup Badan Litbang Pertanian
dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian dan pengembangan
pertanian periode 2010-2014 secara menyeluruh, terintegrasi, dan sinergis baik
di dalam maupun antar sektor/sub-sektor terkait. Pada tahap berikutnya,
rencana kinerja yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan,
strategi, program, dan kegiatan penelitian dan pengembangan pembangunan
pertanian yang akan dilaksanakan oleh Badan Litbang Pertanian ini dituangkan
dalam rencana kinerja tahunan Badan Litbang Pertanian. Sebagai bentuk
komitmen, rencana kinerja tahunan ini ditetapkan dalam sebuah perjanjian
kinerja antara Kepala Badan Litbang Pertanian dengan Menteri Pertanian dalam
bentuk dokumen Penetapan Kinerja Tahunan sebagai acuan penilaian terhadap
akuntabilitas pelaksana kegiatan lingkup Badan Litbang Pertanian.
2.1 Visi
“Pada tahun 2014 menjadi lembaga penelitian dan pengembangan pertanian
berkelas dunia yang menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi
pertanian untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan
berbasis sumber daya lokal”
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 12
2.2 Misi
a. Menghasilkan, mengembangkan dan mendiseminasikan inovasi
teknologi, sistem dan model serta rekomendasi kebijakan di bidang
pertanian yang berwawasan lingkungan dan berbasis sumber daya lokal
guna mendukung terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan.
b. Meningkatkan kualitas sumber daya penelitian dan pengembangan
pertanian serta efisiensi dan efektivitas pemanfaatannya.
c. Mengembangkan jejaring kerja sama nasional dan internasional
(networking) dalam rangka penguasaan Iptek (scientific recognition) dan
peningkatan peran Badan Litbang Pertanian dalam pembangunan
pertanian (impact recognition).
2.3 Tujuan
a. Menghasilkan varietas unggul baru dan mengembangkan teknologi
benih, bibit, pupuk, alat dan mesin pertanian, pengendalian organisme
pengganggu tanaman (OPT) dan ternak, serta teknologi pascapanen
dalam rangka mendukung peningkatan produksi, nilai tambah, daya
saing dan ekspor.
b. Meningkatkan kapasitas dan kompetensi lembaga (capacity building)
untuk menghasilkan, mengembangkan, mendiseminasikan, dan
mempromosikan teknologi berbasis sumberdaya lokal dalam penyediaan
dan perbanyakan benih, bibit, pupuk, aneka obat dan mesin pertanian,
teknologi pascapanen, serta bioteknologi.
c. Menghasilkan, mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi
mutakhir terutama bioteknologi bidang pangan yang mampu
mengantisipasi perubahan iklim global, gangguan OPT, serta preferensi
pengguna teknologi dalam rangka peningkatan produksi, diversifikasi
pangan, nilai tambah dan daya saing.
d. Meningkatkan efektifitas berbagai metode dan media diseminasi inovasi
teknologi pertanian kepada petani dalam rangka mendukung
pengembangan sistem pertanian industrial.
e. Mengkaji dan mengembangkan berbagai model kerja sama kelembagaan
antar pelaku usaha untuk mendiseminasikan hasil inovasi dan
kelembagaan kepada petani dan pengguna secara proporsional untuk
mendukung pengembangan sistem pertanian industrial.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 13
f. Menghasilkan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian yang
bersifat antisipatif dan responsif untuk mendukung pengembangan
sistem pertanian industrial, serta meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani.
2.4. Sasaran
Sebagai lembaga penelitian dan pengembangan yang berkelas dunia, ada 6
sasaran strategis yang harus dicapai, yaitu:
a. Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka peningkatan
produksi dan produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan
swasembada berkelanjutan.
b. Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan sumberdaya
pertanian mendukung pencapaian swasembada dan swasembada
berkelanjutan.
c. Terciptanya teknologi pascapanen hasil pertanian berbasis sumberdaya
lokal mendukung diversifikasi pangan dan peningkatan nilai tambah,
daya saing, dan ekspor.
d. Tersedianya kebijakan pengembangan kelembagaan agribisnis dan
agroindustri untuk peningkatan kesejahteraan petani.
e. Meningkatnya diseminasi dan promosi inovasi teknologi pertanian, serta
jejaring kerjasama nasional dan internasional.
f. Meningkatnya jumlah publikasi di jurnal ilmiah nasional dan
internasional, hak kekayaan intelektual (HKI), serta komersialisasi hasil
penelitian.
2.5 Arah Kebijakan
Arah kebijakan dan strategi litbang pertanian ke depan disusun dengan
mempertimbangkan sasaran pembangunan pertanian 2010 – 2014 melalui
peningkatan penguasaan dan pengembangan IPTEK yang inovatif, efisien dan
efektif dengan mengedepankan kaidah ilmiah dan berkontribusi terhadap
perkembangan IPTEK. Kebijakan tersebut diimplementasikan melalui
pemanfaatan sumberdaya penelitian yang ada secara optimal dan
meningkatkan jejaring kerjasama dengan institusi lain baik nasional maupun
internasional. Dalam upaya mendukung pencapaian sasaran pembangunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 14
pertanian, rumusan arah kebijakan litbang pertanian dikelompokkan ke dalam
4 (empat) kategori sesuai dengan 4 (empat) target sukses Kementerian
Pertanian, yaitu:
1. Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan.
2. Peningkatan diversifikasi pangan.
3. Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor.
4. Peningkatan kesejahteraan petani.
2.5.1 Dukungan pencapaian swasembada dan swasembada
berkelanjutan
a) Memfokuskan pada penciptaan inovasi teknologi benih/bibit unggul,
pupuk, alat dan mesin pertanian (alsintan) untuk mendukung
pencapaian sasaran pembangunan pertanian, yaitu: (1) pemantapan
swasembada beras, jagung, daging ayam, dan gula konsumsi; (2)
pencapaian swasembada kedelai, daging sapi, gula industri; dan (3)
peningkatan produksi susu segar, buah, sayur, bunga, tanaman
perkebunan dan produk-produk pertanian substitusi impor.
b) Memprioritaskan penyediaan inovasi teknologi untuk optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya lahan pertanian.
c) Mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim.
d) Meningkatkan kuantitas dan kualitas pengkajian teknologi dan adaptasi
inovasi teknologi spesifik lokasi untuk mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya pertanian nasional yang beragam.
2.5.2 Dukungan terhadap peningkatan diversifikasi pangan
a) Mendukung percepatan diversifikasi pangan berbasis sumber daya
lokal melalui penyediaan inovasi teknologi.
b) Melakukan promosi dan diseminasi penggunaan pangan lokal non
beras sebagai sumber karbohidrat.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 15
2.5.3 Dukungan terhadap peningkatan nilai tambah, daya saing dan
ekspor
a) Memperkuat inovasi teknologi dan kelembagaan untuk pengembangan
industri hilir pertanian di perdesaan berbasis kelompok tani untuk
meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian.
b) Mempercepat penyediaan inovasi teknologi untuk pengembangan bio-
energy berbasis bahan baku lokal terbarukan untuk memenuhi
kebutuhan energi masyarakat khususnya di perdesaan dan
mensubstitusi BBM.
2.5.4 Dukungan terhadap peningkatan kesejahteraan petani
a) Mendorong peningkatan kesejahteraan petani melalui pengembangan
rekayasa model kelembagaan dan rumusan kebijakan pembangunan
pertanian antisipatif dan responsif yang berpihak kepada petani.
b) Memberikan bantuan benih/bibit dan bimbingan teknologi kepada
petani/kelompok tani di pedesaan.
2.6 Program Badan Litbang Pertanian
Program Badan Litbang Pertanian pada periode 2010-2014 diarahkan untuk
penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing. Oleh karena
itu Badan Litbang Pertanian menetapkan kebijakan alokasi sumber daya litbang
menurut komoditas prioritas utama yang ditetapkan oleh Kementerian
Pertanian, yaitu 5 komoditas prioritas (padi, jagung, kedelai, sapi, dan tebu)
dan 34 fokus komoditas lainnya mencakup: pangan (ubi kayu dan kacang
tanah), hortikultura (kentang, cabai merah, bawang merah, mangga, manggis,
pisang, anggrek, krisan, durian dan jeruk), perkebunan (kelapa sawit, karet,
kelapa, sagu, aren, kakao, kopi, teh, kina, lada, jambu mete, kapas, tembakau,
cengkeh, jahe, dan nilam), serta peternakan (sapi perah, kambing, domba,
babi, ayam buras dan itik).
2.7 Kegiatan Badan Litbang Pertanian
Sesuai dengan organisasi Badan Litbang Pertanian, program Badan Litbang
Pertanian untuk periode 2010-2014 terdiri dari 12 kegiatan, yaitu sebagai
berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 16
2.7.1 Kegiatan Litbang Tanaman Pangan
Kegiatan Litbang Tanaman Pangan diarahkan pada perakitan varietas tanaman
pangan umur ultra genjah, toleran terhadap cekaman biotik/abiotik, dan
adaptif untuk daerah tropis serta dampak perubahan iklim global. Selain itu,
juga dirakit inovasi teknologi untuk peningkatan produktivitas benih F1 hibrida
padi dan jagung serta akselerasi produksi dan penyebaran benih sumber untuk
mempercepat diseminasi varietas unggul baru. Sejalan dengan hal tersebut,
juga diprogramkan penelitian untuk menghasilkan teknologi budidaya
pendukung peningkatan produktivitas dan peningkatan indek panen yang
efisien dan ramah lingkungan serta teknologi panen dan pasca panen primer.
2.7.2 Kegiatan Litbang Tanaman Hortikultura
Kegiatan Litbang Tanaman Hortikultura diarahkan pada pemuliaan dan
pengelolaan sumberdaya genetik hortikultura sebagai bahan perakitan varietas
unggul baru adaptif daerah tropis (genjah, better eating quality, seedless,
trendsetter), serta inovasi teknologi modern yang efektif, efisien dan ramah
lingkungan berbasis sumber daya lokal yang dapat mengantisipasi perubahan
iklim dan menanggulangi permasalahan OPT.
2.7.3 Kegiatan Litbang Tanaman Perkebunan
Penelitian dan pengembangan tanaman perkebunan dilakukan dalam konteks
kebijakan prioritas komoditas melalui kegiatan pemuliaan dan pengelolaan
sumberdaya genetik, inovasi teknologi budidaya dan pengolahan hasil, serta
rekomendasi kebijakan berbasis: (1) pengembangan bahan bakar nabati (jarak
pagar, kemiri sunan, sagu, dan aren), (2) penghasil serat (kapas, kenaf) dan
pemanis (stevia, tebu, bit), (3) kelapa, aren dan kelapa sawit, (4) tanaman
obat (tembakau, dan kina) dan aromatik (minyak atsiri), (5) rempah dan
tanaman penyegar (kakao, kopi, dan teh), serta (6) komoditas lain seperti
karet dan tanaman industri lain.
2.7.4 Kegiatan Litbang Peternakan dan Veteriner
Penelitian peternakan dan veteriner dilaksanakan melalui pengelolaan sumber
daya genetik, perakitan galur baru ternak (dengan konsep low external input)
dan varietas tanaman pakan. Perakitan inovasi teknologi budi daya ternak dan
tanaman pakan mengantisipasi perubahan iklim serta rekomendasi kebijakan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 17
peternakan dan veteriner. Pengembangan sistem integrasi ternak dengan
komoditas pangan, hortikultura dan perkebunan. Sedangkan penelitian
veteriner dilaksanakan untuk mendukung peningkatan populasi ternak,
meningkatkan status kesehatan hewan, keamanan pangan dan pengendalian
penyakit zoonosis.
2.7.5 Kegiatan Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian
Inventarisasi dan evaluasi potensi sumber daya lahan pertanian meliputi
pemetaan tanah sistematis dan pemetaan tematik di lokasi terpilih, yang
dilakukan dengan memanfaatkan citra satelit, Digital Elevation Model (DEM)
berbasis GIS. Penelitian optimalisasi pemanfaatan sumber daya lahan, berupa
pengembangan inovasi teknologi pengelolaan sumber daya lahan pertanian
(sawah, lahan kering, lahan rawa, iklim dan air), formulasi pupuk (anorganik,
organik, hayati dan pengembangan teknologi nano) dan formulasi pembenah
tanah. Sementara kegiatan mitigasi dan adaptasi perubahan lingkungan
pertanian terdiri dari perakitan teknologi mengantisipasi pencemaran
lingkungan pertanian, perubahan iklim global (teknologi rendah emisi dan
measurable, reportable, verifiable (MRV) methodology) dan lahan terdegradasi.
2.7.6 Kegiatan Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik
Pertanian
Kegiatan Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian diarahkan
kepada pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian sumber daya genetik
pertanian seperti tanaman dan mikroba, kloning gen dan pengembangan peta
genetik sifat-sifat penting komoditas pertanian, perbaikan komoditas pertanian
untuk sifat-sifat unggul (produktivitas, adaptabilitas, tahan cekaman biotik)
melalui teknik kultur in vitro, rekayasa genetik, atau marka molekuler, serta
pemanfaatan bioteknologi untuk perbanyakan bibit, pengolahan produk dan
limbah pertanian.
2.7.7 Kegiatan Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Kegiatan Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian ditujukan untuk
menghasilkan pengetahuan, data, informasi, analisis dan rekomendasi
kebijakan yang berkaitan dengan hasil: (1) pengkajian kebijakan penguatan
dan perlindungan usaha pertanian, (2) pengkajian kebijakan sumberdaya alam,
infratruktur dan investasi pertanian, (3) pengkajian kebijakan kelembagaan dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 18
regulasi pertanian, (4) pengkajian kebijakan ekonomi makro, ketahanan
pangan, pengentasan kemiskinan dan pembangunan perdesaan, (5) penelitian
dinamika ekonomi pertanian dan perdesaan, serta (6) pelaksanaan evaluasi
dan tanggap cepat atas isu kebijakan aktual dan (7) diseminasi hasil dan
peningkatan kapasitas lembaga.
2.7.8 Kegiatan Perekayasaan/Penelitian dan Pengembangan
Mekanisasi Pertanian
Perekayasaan/penelitian dan pengembangan mekanisasi meliputi lima kegiatan
utama, yaitu perekayasaan/penelitian teknologi mekanisasi pertanian untuk
peningkatan produktivitas dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya pertanian,
peningkatan kualitas dan nilai tambah produk pertanian, pemanfaatan limbah
dan sumber daya energi terbarukan di bidang pertanian, pengembangan dan
penerapan teknologi mekanisasi pertanian berbasis kemitraan dan analisis dan
sintesis kebijakan untuk percepatan pengembangan mekanisasi pertanian.
2.7.9 Kegiatan Litbang Pascapanen Pertanian
Kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen difokuskan untuk
menghasilkan inovasi teknologi penanganan dan pengolahan hasil pertanian
mendukung pencapain target diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah,
daya saing dan ekspor. Kegiatan dilakukan baik dalam skala laboratorium, pilot
maupun skala operasional meliputi penanganan segar produk pertanian,
diversifikasi pangan dan substitusi pangan impor, serta pengembangan produk
dan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing.
2.7.10 Kegiatan Pengembangan Perpustakaan dan Penyebaran
Teknologi Pertanian
Pengembangan perpustakaan digital lingkup Kementerian Pertanian dilakukan
untuk lebih meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan informasi melalui
peningkatan keahlian SDM. Peningkatan penyebarluasan teknologi pertanian
terus dilakukan melalui berbagai media diseminasi, antara lain media
elektronik, cetak, pameran dan seminar serta media tradisional yang
berkembang di masyarakat. Peningkatan kegiatan komunikasi dan partisipasi
kegiatan ilmiah dilakukan melalui seminar, workshop, magang, pengembangan
website, dan publikasi ilmiah baik nasional maupun internasional.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 19
Pengembangan sistem komunikasi Badan Litbang Pertanian dengan pengguna
dilakukan untuk mengefektifkan pemenuhan kebutuhan teknologi.
2.7.11 Kegiatan Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi
Pertanian
Program pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi pertanian meliputi
kegiatan pengkajian spesifik lokasi, percepatan diseminasi inovasi, dan
koordinasi. Kegiatan pengkajian spesifik lokasi dilakukan dengan memadukan
hasil penelitian UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian dengan lokal genius
yang dikembangkan masyarakat. Percepatan diseminasi inovasi pertanian
melalui pengembangan berbagai pendekatan untuk menunjang terwujudnya
pertanian industrial perdesaan. Koordinasi dilakukan dalam rangka
mensinergikan kegiatan pengkajian di 33 BPTP.
2.7.12 Kegiatan Dukungan Manajemen, Fasilitas dan Instrumen
Teknis dalam Pelaksanaan Kegiatan Litbang Pertanian
Kegiatan pengembangan kelembagaan mencakup pengembangan budaya kerja
inovatif berorientasi bisnis melalui peningkatan jumlah institusi di lingkup
Badan Litbang Pertanian yang menerapkan reformasi birokrasi secara
menyeluruh, pengembangan sumber daya litbang (SDM, sarana dan
prasarana) diikuti pengembangan standarisasi dan akreditasi lembaga dan
pranata litbang. Di samping itu, untuk memicu tercapainya output yang
optimal, maka akan dilakukan pengembangan manajemen teknologi dan sistem
informasi, koordinasi jaringan kerja sama penelitian dan pengkajian, reformasi
perencanaan dan penganggaran, monitoring dan evaluasi serta penyiapan
regulasi paten dan lisensi.
2.8 Indikator Kinerja Utama
Berdasarkan 6 (enam) sasaran strategis yang telah ditetapkan oleh Badan
Litbang Pertanian, maka pada periode awal RPJMN 2010 – 2014, disusunlah 18
(delapan belas) Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian tahun 2010-2014 sebagai parameter pengukuran
realisasi capaian setiap sasaran dengan rincian sebagai berikut :
Sasaran strategis pertama, terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam
rangka peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pencapaian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20
swasembada dan swasembada berkelanjutan diukur dengan enam indikator
kinerja utama, yaitu:
1. Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan
lainnya.
2. Jumlah varietas unggul baru dan tanaman hortikultura (tanaman sayuran,
buah tropika dan sub tropika, dan hias).
3. Jumlah varietas/klon unggul tanaman perkebunan.
4. Jumlah galur unggul/harapan ternak dan tanaman pakan ternak (TPT)
spesifik lokasi.
Sasaran strategis kedua, terciptanya inovasi teknologi produksi dan
pengelolaan sumberdaya pertanian mendukung pencapaian swasembada dan
swasembada berkelanjutan, diukur dengan delapan indikator kinerja utama :
1. Jumlah teknologi baru pengelolaan sumber daya lahan dan lingkungan
pertanian secara berkelanjutan, serta formula pupuk.
2. Jumlah teknologi/prototipe alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi
sistem produksi pertanian, kualitas, nilai tambah dan daya saing produk
dan limbah pertanian.
3. Jumlah teknologi vaksin ternak isolat lokal, diagnostik dan formula obat
biofarmaka untuk hewan.
4. Jumlah teknologi budidaya dan panen.
5. Jumlah teknologi dan manajemen antisipasi, adaptasi, dan mitigasi
perubahan iklim.
6. Jumlah teknologi spesifik lokasi.
Sasaran strategis ketiga, terciptanya inovasi teknologi pascapanen hasil
pertanian berbasis sumberdaya lokal mendukung diversifikasi pangan dan
peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, dikur dengan satu indikator
kinerja utama yaitu jumlah teknologi penanganan segar produk pertanian,
teknologi dan produk diversifikasi pangan, subsitusi pangan impor, dan
teknologi pengembangan produk bernilai tambah dan berdaya saing.
Sasaran strategis keempat, tersedianya kebijakan pengembangan kelembagaan
agribisnis dan agroindustri untuk peningkatan kesejahteraan petani, diukur
dengan satu indikator kinerja utama yaitu jumlah kebijakan untuk penguatan
daya saing, perlindungan usaha pertanian, penguatan kelembagaan dan
kebijakan untuk mendorong pertumbuhan sektor pertanian dan perdesaan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21
Sasaran strategis kelima, meningkatnya diseminasi dan promosi inovasi
teknologi pertanian, serta jejaring kerjasama nasional dan internasional, diukur
dengan dua indikator kinerja utama yaitu:
1. Jumlah teknologi yang terdiseminasi kepada pengguna/stake holder.
2. Jumlah kerjasama penelitian nasional dan internasional.
Sasaran strategis keenam, meningkatnya jumlah publikasi di jurnal ilmiah
nasional dan internasional, hak kekayaan intelektual (HKI), serta komersialisasi
hasil penelitian, diukur dengan empat indikator kinerja utama yaitu:
1. Jumlah publikasi hasil litbang pertanian.
2. Prosentase perpustakaan digital.
3. Jumlah invensi yang memperoleh HKI.
4. Jumlah lisensi hasil litbang.
2.9 Rencana Kinerja Tahun 2013
Untuk mempertajam rencana pencapaian target kinerja yang tertuang dalam
renstra 2010 – 2014, Badan Litbang menetapkan rencana kinerja tahunan.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) merupakan dokumen yang berisi penjabaran
dari renstra yang memuat seluruh rencana atau target kinerja yang hendak
dicapai dalam satu tahun anggaran dan tertuang dalam sejumlah indikator
kinerja strategis yang relevan. Untuk tahun 2013, Badan Litbang Pertanian
telah merencanakan untuk merealisasikan 19 indikator kinerja sebagai
penjabaran atas 6 (enam) sasaran strategis dengan rincian sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 22
Tabel 4. Rencana Kinerja Tahunan TA. 2013
1 Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka - Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan 22
peningkatan produksi dan produktivitas mendukung tanaman pangan lainnya
pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; - Jumlah varietas unggul baru dan tanaman hortikultura 30
(tanaman sayuran, buah tropika, jeruk serta sub tropika, dan
hias)
- Jumlah varietas/klon unggul tanaman perkebunan dengan 10
produktivitas tinggi dan bermutu.
- Jumlah galur unggul/harapan ternak dan tanaman pakan 7
ternak (TPT) spesifik lokasi
- Jumlah benih sumber padi, jagung dan kedelai dengan SMM 219
ISO 9001-2008 (ton)
2 Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan - Jumlah teknologi baru pengelolaan sumber daya lahan dan 11
sumberdaya pertanian mendukung pencapaian swasembada lingkungan pertanian secara berkelanjutan, serta formula
dan swasembada berkelanjutan; pupuk
- Jumlah prototipe alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi 6
sistem produksi pertanian, kualitas, nilai tambah dan daya
saing produk dan limbah pertanian.
- Jumlah teknologi vaksin ternak isolat lokal, diagnostik dan 14
formula obat biofarmaka untuk hewan.
- Jumlah teknologi budidaya dan panen 57
- Jumlah teknologi dan manajemen antisipasi, adaptasi, dan 6
mitigasi perubahan iklim.
- Jumlah teknologi spesifik lokasi 105
3 Terciptanya inovasi teknologi pascapanen hasil pertanian - Jumlah teknologi penanganan segar produk pertanian, 16
berbasis sumberdaya lokal mendukung diversifikasi pangan teknologi dan produk diversifikasi pangan, subsitusi pangan
dan peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor impor, dan teknologi pengembangan produk bernilai tambah
dan berdaya saing.
4 Tersedianya kebijakan pengembangan kelembagaan - Jumlah kebijakan untuk penguatan daya saing, perlindungan 22
agribisnis dan agroindustri untuk peningkatan kesejahteraan usaha pertanian, penguatan kelembagaan dan kebijakan untuk
petani mendorong pertumbuhan sektor pertanian dan perdesaan.
5 Meningkatnya diseminasi dan promosi inovasi teknologi - Jumlah teknologi yang terdiseminasi kepada pengguna/stake 320
pertanian, serta jejaring kerjasama nasional dan holder
internasional; - Jumlah kerjasama penelitian nasional dan internasional 200
6 Meningkatnya jumlah publikasi di jurnal ilmiah nasional dan - Jumlah artikel yang diterbitkan hasil litbang pertanian 185
internasional, hak kekayaan intelektual (HAKI), serta - Prosentase perpustakaan digital 90
komersialisasi hasil penelitian - Jumlah invensi yang memperoleh HKI 45
- Jumlah lisensi hasil litbang 15
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Sumber data : Dokumen RKT Badan Litbang Pertanian TA. 2013
Sesuai dengan tabel RKT di atas, telah terjadi penambahan satu indikator pada
sasaran pertama bila dibandingkan dengan IKU yang termuat dalam renstra
awal Badan Litbang Pertanian, yaitu indikator ‘jumlah benih sumber padi,
jagung dan kedelai dengan SMM ISO 9001-2008’. Penambahan ini merupakan
bentuk kebijakan atas pemenuhan kebutuhan stakeholder. Terbukti sejak
tahun 2011 – 2012, ketersediaan benih sumber ketiga komoditas tersebut
mendapatkan pantauan khusus dari Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan
dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) dalam rangka mendukung program
ketahanan pangan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 23
2.10 Penetapan Kinerja Tahun 2013
Berdasarkan PERMENPAN Nomor 29 Tahun 2010, dokumen Penetapan Kinerja
merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian
kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu
berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh instansi. Dokumen
Penetapan Kinerja memuat informasi tentang program, sasaran strategis,
indikator kinerja dan target yang akan dicapai serta alokasi anggaran tahun
2013. Seluruh Indikator Kinerja tersebut telah tertuang dalam dokumen
Penetapan Kinerja Tahun 2013 dan ditandatangani oleh Kepala Badan Litbang
Pertanian bersama dengan Menteri Pertanian, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 5. Penetapan Kinerja Tahunan TA. 2013
1 Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka - Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan tanaman 13 VUB
peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pangan lainnya
pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; - Jumlah varietas unggul baru dan tanaman hortikultura (tanaman 16 VUB
sayuran, buah tropika, jeruk serta sub tropika, dan hias)
- Jumlah varietas/klon unggul tanaman perkebunan dengan 10 VUB
produktivitas tinggi dan bermutu.
- Jumlah galur unggul/harapan ternak dan tanaman pakan ternak
(TPT) spesifik lokasi
6 Galur Unggul/Harapan
- Jumlah benih sumber padi, jagung dan kedelai dengan SMM ISO
9001-2008 (ton)
61 Ton Benih Sumber
- Jumlah benih tebu hasil kultur jaringan 2.500.000 Budset
2 - Jumlah teknologi baru pengelolaan sumber daya lahan dan
lingkungan pertanian secara berkelanjutan, serta formula pupuk
9 Teknologi
- Jumlah teknologi/prototipe alat dan mesin untuk peningkatan
efisiensi sistem produksi pertanian, kualitas, nilai tambah dan daya
saing produk dan limbah pertanian.
5 Teknologi
- Jumlah teknologi vaksin ternak isolat lokal, diagnostik dan formula
obat biofarmaka untuk hewan.
6 Teknologi
- Jumlah teknologi budidaya dan panen 60 Teknologi
- Jumlah teknologi dan manajemen antisipasi, adaptasi, dan mitigasi
perubahan iklim.
6 Teknologi
- Jumlah teknologi spesifik lokasi 112 Teknologi
- Jumlah inovasi teknologi berbasis bioteknologi 4 Teknologi
- Jumlah peta tematik sumberdaya lahan tingkat tinjau dan semi
detail
14 Peta
3 Terciptanya inovasi teknologi pascapanen hasil pertanian
berbasis sumberdaya lokal mendukung diversifikasi pangan
dan peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor
- Jumlah teknologi penanganan segar produk pertanian, teknologi
dan produk diversifikasi pangan, subsitusi pangan impor, dan
teknologi pengembangan produk bernilai tambah dan berdaya
saing.
16 Teknologi
4 Tersedianya kebijakan pengembangan kelembagaan
agribisnis dan agroindustri untuk peningkatan
kesejahteraan petani
- Jumlah kebijakan untuk penguatan daya saing, perlindungan
usaha pertanian, penguatan kelembagaan dan kebijakan untuk
mendorong pertumbuhan sektor pertanian dan perdesaan.
20 Rekomendasi
- Jumlah teknologi yang terdiseminasi kepada pengguna/stake holder 330 Teknologi
- Jumlah kerjasama penelitian nasional dan internasional 200 Kerjasama
Meningkatnya jumlah publikasi di jurnal ilmiah nasional - Jumlah artikel yang diterbitkan hasil litbang pertanian 185 artikel
dan internasional, hak kekayaan intelektual (HAKI), - Prosentase perpustakaan digital 90 Persen
serta komersialisasi hasil penelitian - Jumlah invensi yang memperoleh HKI 45 Invensi
- Jumlah lisensi hasil litbang 15 Lisensi
5 Meningkatnya diseminasi dan promosi inovasi teknologi
pertanian, serta jejaring kerjasama nasional dan
6
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan
sumberdaya pertanian mendukung pencapaian swasembada
dan swasembada berkelanjutan;
Sumber data : Dokumen PKT Badan Litbang Pertanian TA. 2013
Berdasarkan dokumen renstra tahun 2010-2013, Badan Litbang Pertanian telah
menetapkan 23 (dua puluh tiga) indikator sebagai target kinerja tahunan.
Indikator kinerja yang tertuang dalam Renstra tersebut merupakan hasil akhir
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 24
dari beberapa kali revisi renstra sebagai bentuk penyesuaian terhadap
dinamika perkembangan pembangunan pertanian di Indonesia. Adapun
penyesuaian tersebut dilakukan dengan menambahkan 1 indikator pada
sasaran pertama, 2 indikator pada sasaran kedua dan perubahan uraian
indikator kinerja, dari 19 IKU yang dituangkan dalam dokumen RKT TA. 2013.
Dalam perjalanannya, penggunaan 1 indikator dalam sasaran strategis keenam
yaitu indikator ‘jumlah publikasi hasil litbang pertanian’ dinilai kurang
menggambarkan capaian kinerja Badan Litbang Pertanian. Indikator ‘jumlah
artikel yang diterbitkan hasil litbang pertanian’ dianggap lebih kompeten dan
cukup mewakili untuk menggambarkan capaian kinerja Badan Litbang
Pertanian dalam hal publikasi hasil litbang pertanian.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Pada Bab ini diuraikan kriteria keberhasilan (realisasi terhadap target), sasaran
kegiatan yang dilaksanakan serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan.
Untuk mengukur keberhasilan kinerja ditetapkan 4 (empat) kategori keberhasilan,
yaitu (1) sangat berhasil: > 100%, (2) berhasil: 80 – 100%, (3) cukup
berhasil: 60 – 79%, dan tidak berhasil: 0 – 59%. Realisasi sampai akhir tahun
2013 menunjukkan bahwa sasaran telah dapat dicapai dengan rata-rata capaian
sebesar 122,72% (sangat berhasil ).
Keberhasilan pencapaian sasaran disebabkan oleh faktor pengawalan kegiatan
melalui monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian yang cukup ketat, mulai dari
tahap awal hingga tahap akhir kegiatan. Keberhasilan pencapaian sasaran
tersebut juga didorong oleh dukungan manajemen penelitian, baik aspek
pelayanan keuangan, pengolahan data, perpustakaan, publikasi, dan sarana
penelitian.
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan untuk memastikan
tercapainya target setiap kegiatan. Metode yang dilakukan adalah dengan
memantau capaian kinerja setiap bulan ataupun triwulanan beserta kendala yang
dihadapi. Sehingga dengan demikian diharapkan bila tidak tercapainya target
suatu indikator dapat diantisipasi sejak awal.
3.1 Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2013
Berdasarkan RPJM 2010-2014, Badan Litbang Pertanian mempunyai 1 (satu)
sasaran dan 4 (empat) indikator sasaran dengan target dan capaian untuk tahun
2013 adalah sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 26
Tabel 6. Capaian Kinerja Indikator Sasaran RPJMN Badan Litbang Pertanian
Tahun 2013
Sasaran
Indikator Kinerja
Uraian Target Capaian %
Meningkatnya inovasi
dan diseminasi
teknologi pertanian
Jumlah varietas unggul baru
tanaman dan galur unggul
ternak
45
teknologi
56
teknologi
124,4
Jumlah inovasi teknologi 218
teknologi
340
teknologi
156,0
Jumlah rekomendasi
kebijakan pertanian
32
rekomendasi
41
rekomendasi
128,1
Jumlah teknologi pertanian
yang terdiseminasikan
330
paket
teknologi
330
paket
teknologi
100,0
Indikator kinerja berdasarkan RPJMN tersusun dari indikator kinerja yang tersebar
pada kegiatan yang dilaksanakan oleh unit kerja lingkup Badan Litbang Pertanian.
Untuk indikator pertama, yaitu mengenai capaian varietas unggul baru tanaman
dan galur unggul ternak merupakan output dari kegiatan litbang tanaman
pangan, litbang perkebunan, litbang hortikultura dan litbang peternakan. Capaian
indikator kedua, merupakan output dari 8 kegiatan litbang, diantaranya litbang
pengolahan pasca panen, litbang sumberdaya lahan pertanian, litbang tanaman
komoditas dan peternakan dan sebagainya. Untuk indikator kinerja ketiga, target
pada RPJMN sebesar 32 rekomendasi. Target tersebut merupakan akumulasi dari
target kegiatan litbang sosial ekonomi pertanian, litbang peternakan, litbang
sumberdaya lahan pertanian dan litbang mekanisasi pertanian. Sedangkan target
kinerja yang dituangkan dalam PK 2013 merupakan target dari kegiatan sosial
ekonomi pertanian saja. Pada tahun 2013, indikator kinerja Badan Litbang
Pertanian telah tercapai seluruhnya, bahkan capaian indikator keempat diperloleh
melalui kegiatan pengkajian teknologi spesifik lokasi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27
3.2 Analisis Capaian Kinerja
Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Litbang Pertanian Tahun 2013
dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran
dengan realisasinya. Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2013 Badan
Litbang Pertanian dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sasaran 1 :
Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka peningkatan produksi dan
produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan
Untuk mencapai sasaran pertama, diukur dengan 6 (enam) indikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat
digambarkan sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
1. Jumlah varietas unggul baru padi, jagung,
kedelai dan tanaman pangan lainnya
13 VUB
16 VUB
123,1
2. Jumlah varietas unggul baru tanaman
hortikultura (tanaman sayuran, buah tropika
dan sub tropika, jeruk serta sub tropika,
dan hias)
16 VUB
16 VUB
100,0
3. Jumlah varietas/klon unggul tanaman
perkebunan dengan produktivitas tinggi dan
bermutu
10 VUB
9 VUB
90,0
4. Jumlah galur unggul/harapan ternak dan
tanaman pakan ternak (TPT) spesifik lokasi
6 galur unggul/
harapan
15 galur unggul/
harapan
250,0
5. Jumlah benih sumber padi, jagung dan
kedelai dengan SMM ISO 9001-2008
61 ton 61,8 ton 101,3
6. Jumlah benih tebu hasil kultur jaringan 2.500.000
budset tebu
10.000.000
budset tebu
400,0
Berdasarkan indikator kinerja sasaran pertama yang telah ditargetkan pada tahun
2013, hampir semua melebihi target yang telah ditetapkan, dengan kategori
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28
keberhasilan di atas 100 % (sangat berhasil), kecuali indikator 3 pencapaian 90
% (berhasil):
Pencapaian indikator pertama yaitu telah dilepas 16 varietas unggul baru
(VUB) berasal dari tanaman pangan, yaitu 5 VUB padi, 2 VUB kedelai, 4 VUB
jagung, 1 VUB ubijalar, 2 VUB gandum, dan 2 VUB sorgum.
Sebanyak 5 VUB padi yang dihasilkan adalah :
1. INPARI 31 : Asal persilangan Pepe/BP342B-MR-1-2-KN-1-2-3-6-MR-3-BT-1,
umur tanaman 119 hari setelah sebar, tahan terhadap wereng batang coklat
biotipe 1,2 dan 3, tahan terhadap hawar daun bakteri strain III, agak tahan
terhadap HDB strain IV dan VIII, tahan terhadap penyakit blas ras 033,
agak tahan terhadap penyakit blas ras 133, rentan terhadap blas ras 073
dan 173 serta tahan terhadap virus tungro ras Lanrang. Potensi hasil 8,50
ton GKG per hektar dan rasa nasi pulen.
2. INPARI 32 HDB : Asal persilangan Ciherang dengan IRBB64, umur tanaman
120 hari. Ketahanan terhadap hama dan penyakit, agak tahan wereng
batang coklat biotipe 1, 2 dan 3, tahan terhadap hawar daun bakteri
patotipe III, agak tahan HDB patotipe IV dan VIII. Tahan terhadap blas ras
033, agak tahan blas ras 073, serta agak tahan tungro. Potensi hasil 8,42
ton GKG per hektar dengan tekstur nasi sedang. Cocok ditanam di ekosistem
sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl.
3. INPARI 33 : Asal persilangan BP360E-MR-79-PN-2/ IR71218-38-4-
3//BP360E-MR-79-PN-2. Umur tanaman 107 hari setelah sebar, tahan
terhadap wereng coklat biotipe 1, 2 dan 3, agak tahan terhadap hawar daun
bakteri strain III, rentan terhadap strain IV. Agak tahan terhadap penyakit
blas ras 033, tahan terhadap blas ras 073, rentan terhadap ras 133 dan 173,
serta rentan terhadap virus tungro. Cocok ditanam di ekosistem sawah
dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl. Potensi hasil 9,8 ton GKG per
hektar dan tekstur sedang.
4. HIPA 18 : Asal persilangan A7/R2, umur tanaman ±113 hari, agak tahan
terhadap WBC biotipe 1, agak rentan terhadap biotipe 2 dan 3. Agak rentan
terhadap hawar daun bakteri strain III agak tahan terhadap strain IV dan
VIII. Rentan blas ras 033, tahan blas ras 073 dan 173, serta agak tahan ras
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29
133, rentan terhadap virus tungro. Potensi hasil 10,3 ton GKG per hektar,
rasa nasi agak pulen (wangi).
5. HIPA 19 : Asal persilangan A7/R5, umur tanaman ±111 hari, agak tahan
terhadap wereng coklat biotipe 1, 2 dan 3, agak rentan terhadap hawar
daun bakteri patotipe III, IV dan VIII, tahan terhadap blas ras 033, agak
tahan ras 073. 133 dan 173, rentan terhadap virus tungro. Potensi hasil 10,1
ton GKG per hektar dan rasa nasi pulen.
Satu varietas unggul baru ubijalar telah dilepas dengan nama Antin 1. Varietas ini
memiliki potensi hasil 33,2 ton/ha dengan rata-rata hasil 25,8 ton/ha, toleran
kekeringan, mengandung zat antosianin 33,89 mg/100 g dan distribusi warna
ungunya sangat menarik, cocok untuk dibuat keripik.
Gambar 1. Ubijalar Var. Antin 1
Sebanyak 2 VUB kedelai yang dilepas adalah : Detam 3 Prida merupakan hasil
seleksi persilangan Galur W9837 dengan Cikuray 66. Potensi hasil biji tinggi
hingga 3,2 ton/ha, sedangkan rata-rata hasil mencapai 2,9 ton/ha. Sifat
keunggulan lainnya yaitu berumur genjah sekitar 75 hari, serta agak toleran
rebah dan agak toleran kekeringan pada fase reproduktif. VUB kedelai Detam 4
Prida merupakan hasil seleksi persilangan Galur W9837 dengan 100H-236.
Potensi hasil biji tinggi hingga 2,9 ton/ha, sedangkan rata-rata hasil mencapai 2,5
ton/ha. Sifat keunggulan lainnya yaitu berumur genjah sekitar 76 hari, toleran
kekeringan pada fase reproduktif, serta agak tahan terhadap hama penghisap
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30
polong dan penyakit karat.
Kedua varietas unggul kedelai tersebut merupakan varietas unggul kedelai hitam
pertama di Indonesia yang berumur genjah, berguna untuk bahan baku
pembuatan kecap, di mana kecap yang dihasilkan dalam suatu uji rasa oleh
beberapa panelis terpilih sangat disukai. Bahkan, tidak hanya sebagai bahan baku
kecap, kedua varietas tersebut dapat dikembangkan untuk mengantisipasi
kekeringan akibat dampak perubahan iklim. Masalah kekeringan yang merugikan
petani dapat dikurangi melalui penggunaan varietas kedelai yang berumur genjah
serta toleran kekeringan, khususnya pada periode terkritis yakni fase reproduktif.
Detam 3 Prida Detam 4 Prida
Gambar 2. VUB Kedelai Hitam yang Dilepas Tahun 2013
Sebanyak 4 VUB jagung yang dilepas yaitu :
1. Jagung Pulut URI-1 memiliki rata-rata hasil 7,8 ton/ha, potensi hasil 9,4
ton/ha, tongkol besar, kelobot menutup dengan baik, agak tahan terhadap
penyakit bulai, tipe biji dent, dan warna biji putih.
2. Jagung Pulut URI-2 memiliki rata-rata hasil 7,3 ton/ha, potensi hasil 9,2
ton/ha, tongkol besar, kelobot menutup dengan baik, agak tahan penyakit
bulai, tipe biji flint, dan warna biji putih.
3. Jagung hibrida varietas Bima 17 memiliki potensi hasil 13,6 ton/ha pipilan
kering pada kadar air 15%, sedangkan rata-rata hasilnya 11,8 ton pipilan
kering pada kadar air 15%. Umur panen 95 HST, warna biji kuning oranye
dan tipe biji semi mutiara yang biasanya disukai oleh konsumen. Keunggulan
utamanya potensi hasil tinggi, tahan rebah, tongol besar dan hasilnya stabil
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31
pada lingkungan luas. Keunggulan lain tahan penyakit bulai serta toleran
penyakit karat dan bercak daun.
4. Jagung hibrida varietas Bima 18 memiliki potensi hasil 13,6 ton/ha pipilan
kering pada kadar air 15%, sedangkan rata-rata hasilnya 11,8 ton pipilan
kering pada kadar air 15%. Umur panen 94 HST, warna biji kuning oranye
dan tipe biji mutiara yang biasanya disukai oleh konsumen. Keunggulan
utamanya potensi hasil tinggi, tahan rebah, tongol besar dan hasilnya stabil
pada lingkungan luas. Keunggulan lain tahan penyakit bulai, toleran penyakit
karat dan bercak daun.
Jagung Pulut Var. URI-1 Jagung Pulut Var. URI-2
Jagung Var. Bima 17 Jagung Var. Bima 18
Gambar 3. VUB Jagung yang Dilepas Tahun 2013
Sebanyak 2 varietas Gandum yang dilepas adalah GURI 1 dan GURI 2, dengan
deskripsi sebagai berikut :
1. GURI 1, adalah Galur KAUZ*2//SAP/MON/3/KAUZ CRG969-2Y-010M-OY-
OHTY. Varietas ini dapat beradaptasi baik di lingkungan subtropis Indonesia.
Potensi hasil 7,4 ton/ha lebih tinggi daripada varietas Selayar dan Dewata
yang sudah dilepas sebelumnya, sedangkan rata-rata hasil 5,8 ton/ha.
Keunggulan lain varietas ini adaptif jika ditanam pada daerah dengan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 32
ketinggian > 1.000m dpl, meskipun resisten terhadap penyakit karat dan
hawar daun.
2. GURI 2 merupakan VUB gandum yang dilepas tahun 2013. Varietas ini
merupakan hasil persilangan galur CAZO/KAUZ//KAUZ CMBW90Y3284-
OTOPM-14Y-010Y-6M-015YOY-OHTY. Varietas ini dapat beradaptasi baik di
lingkungan subtropis Indonesia. Potensi hasil 7,2 ton/ha, sedangkan rata-
rata hasil 5,6 ton/ha. Keunggulan lain varietas ini adaptif jika ditanam pada
daerah dengan ketinggian > 1.000m dpl, meskipun resisten terhadap
penyakit karat daun, namun moderat resisten terhadap hawar daun.
Gandum var. GURI 1 Gandum var. GURI 2
Gambar 4. VUB Gandum
Sebanyak 2 varietas sorgum telah dilepas yaitu Super 1 dan Super 2. Varietas
Super-1 dikembangkan dari seleksi galur murni varietas lokal Watar Hammu Putih
asal Sumba, NTT. Sedangkan varietas Super-2 dikembangkan dari galur
introduksi ICRISAT (International Crops Research Institute for the Semi-Arid
Tropics). Keduanya merupakan varietas sorgum manis dengan potensi hasil tinggi
dan potensial untuk dikembangkan secara luas dalam memenuhi kebutuhan
bioetanol dalam negeri.
Sorgum var. Super 1 Sorgum var. Super 2
Gambar 5. VUB Sorgum yang Dilepas Tahun 2013
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 33
Pencapaian indikator kedua yaitu telah dilepas 16 varietas unggul baru berasal
dari tanaman hortikultura, yaitu 14 VUB tanaman hias, dan 2 VUB tanaman
sayuran.
VUB tanaman hias yang dilepas terdiri dari 5 jenis anyelir, 3 jenis anggrek, dan 6
jenis krisan yaitu : Anyelir varietas Aruna, Anyelir varietas Belani, Anyelir varietas
Bintara, Anyelir varietas Laras, Anyelir varietas Laksmi, Anggrek varietas Ayu
Pratiwi, Anggrek Phalaenopsis Multiflora varietas Atmindra, Anggrek Phalaenopsis
Multiflora varietas Abrittyas, Krisan tipe spray Solinda Pelangi, Krisan tipe spray
Arosuka Pelangi, Krisan tipe spray Sabiya, Krisan pot Avanthe, Krisan Mutan
Jayani, dan Krisan Mutan Marina.
Sedangkan 2 VUB tanaman sayuran yang dihasilkan adalah jenis bawang merah
yaitu :
1. TSS 1-S4/Brebes 1 : Hasil umbi 20-21 ton/ha, toleran terhadap penyakit
alternaria porii, susut bobot umbi 18-19%, daya simpan umbi 4-6 bulan pada
suhu 27C, kebutuhan benih per hektar 2 kg dengan daya berkecambah
benih 80%. Wilayah adaptasi Tegal dan Brebes (pada ketinggian 4 - 600
mdpl. Dapat ditanam di luar musim (Mei-Agustus).
2. TSS-KL TSS 1-S4/Brebes 2 : Hasil umbi 14-23 ton/ha, toleran terhadap curah
hujan tinggi, beradaptasi luas (18 - 1200 mdpl.) daya simpan umbi 4 bulan
pada suhu 27C, kebutuhan benih per hektar 1 - 2 kg. Wilayah adaptasi
Tegal dan Brebes (pada ketinggian 4 s/d 600 m dpl. Dapat ditanam di luar
musim (Mei-Agustus).
TSS 1-S4/Brebes 1 TSS-KL TSS 1-S4/Brebes
Gambar 6. VUB Bawang Merah yang Dilepas Tahun 2013
Pencapaian indikator ketiga adalah pelepasan varietas unggul baru tanaman
perkebunan sebanyak 9 VUB. Dari 10 calon VUB yang ditargetkan, terdapat satu
calon VUB yang tidak berhasil direalisasikan yaitu 1 VUB tembakau. Hal ini
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 34
dikarenakan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 Tahun 2012 pada
24 Desember 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif
Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan dan dipublikasikan pada bulan Januari
tahun 2013.
Adapun 9 VUB tanaman perkebunan yang berhasil direalisasikan pada tahun 2013
adalah sebagai berikut:
1. Kelapa Dalam Buol : Varietas unggul dalam produksi 19.800 butir/ha/tahun
dan kopra 240 g/butir.
2. Cengkeh Tuni : Varietas unggul dengan potensi produksi bunga basah 118-
165 kg/pohon/tahun, potensi produksi bunga 39,4 - 55,1 kering
kg/pohon/tahun, kadar minyak atsiri 19,2-22,3%, kadar true eugenol 78,9 -
82,3 %.
3. Sagu Meranti : Produksi pati basah 368,78 Kg ± 101,50, produksi pati kering
226,34 kg + 56,03.
4. Patchoulina 1 : Varietas unggul dengan produksi terna basah 36,52 + 10,13
ton/ha/th dan terna kering 12,67 + 3,34 ton/ha/th, kadar Pathouli Alkohol
(PA) 32,53 ± 3,81 %, produksi minyak 356,37 + 13,76 ton/ha/th, kadar
minyak 2,85 + 0,57 ton/ha/th, tahan terhadap penyakit layu bakteri.
5. Patchoulina 2 : Varietas unggul dengan produksi terna basah 37,73 + 10,13
ton/ha/th, terna kering 12,56 + 3,34 ton/ha/th kadar, Pathouli Alkohol (PA)
32,31 ± 3,81%, produksi minyak 343,22 + 13,76 ton/ha/th, kadar minyak
2,78 + 0,57 %, tahan terhadap penyakit layu bakteri.
6. Rosselindo 1 : Varietas unggul dengan produksi tinggi 544.97±212.32 kg
kelopak kering/ha dan kandungan yang tinggi untuk vit. C (345.4 mg/100 g)
dan antocyanin (1.442 mg/kg).
7. Rosselindo 2 : Varietas unggul dengan produksi tinggi (478.59±213.04 kg
kelopak kering/ha), kandungan yang tinggi untuk vit. C (2033.524 mg/100
g) dan antocyanin (14.697 mg/kg).
8. Rosselindo 3 : Varietas unggul dengan produksi tinggi (554.73±325.6 kg
kelopak kering/ha), dan kandungan yang tinggi untuk vit. C (188 mg/100 g)
dan antocyanin (0.003 mg/kg).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 35
9. Rosselindo 4 : Varietas unggul dengan produksi tinggi (471.45±218.65 kg
kelopak kering/ha), dan kandungan yang tinggi untuk vit. C (345.4 mg/100
g) dan antocyanin (1.442 mg/kg).
Pencapaian indikator keempat yang dihasilkan melalui kegiatan litbang
peternakan telah menghasilkan 27 galur harapan, meliputi 21 galur harapan
ternak, yaitu Ayam Gaok dan Ayam Sentul sebagai galur harapan calon GPS
jantan, Ayam KUB 1 dan Ayam KUB 2 sebagai galur harapan calon GPS betina,
Itik PMp, 2 galur itik Alabio calon GPS, 2 galur itik Mojosari calon GPS, Domba
Komposit Garut, Domba Komposit Sumatera, Kambing Boerka, Kambing Boerawa,
Kambing Boer, Kambing PE, Kambing persilangan Anglo Nubian x PE, Kelinci FZ3,
Kelinci Hycole, Kelinci Hyla, Kelinci Hycole x N2W, kelinci Hyla x N2W serta 6
galur tanaman pakan ternak (TPT) yaitu Calopogonium mucunoides, Arachis
hybrid, Lab-lab purpureus, Panicum maximum cv, Panicum atratum dan
Centrosema macrocarpum.
Ayam KUB PS Betina Domba Komposit Garut Ayam KUB PS Jantan
Gambar 7. Galur ternak yang Dilepas Tahun 2013
Outcome dari terciptanya galur harapan Ayam Kampung Unggul Balitnak (Ayam
KUB) yaitu telah dilakukan perjanjian lisensi antara Badan Litbang Pertanian
dengan PT Ayam Kampung Indonesia (PT. AKI) pada tanggal 9 Februari 2012.
Maksud dan tujuan dari perjanjian lisensi tersebut adalah untuk mengembangkan
bibit Ayam KUB sebagai hasil pemuliaan, dan untuk kegiatan komersialisasi Ayam
KUB tersebut. Komersialisasi meliputi pengembangan produksi ayam kampung
dari bibit Ayam KUB, promosi, distribusi, dan pemasaran Ayam KUB.
Pada tahun 2013 telah dilakukan penyebaran Parent Stock (PS) dan Final Stock
(FS) Ayam KUB ke delapan provinsi sebanyak 13.924 ekor, yaitu Provinsi Jawa
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 36
Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara,
Kalimantan Selatan, Maluku Utara dan Aceh. Sedangkan penyebaran ayam KUB
ke Provinsi Lampung (300 ekor), Jambi (500 ekor) dan Maluku Utara (500 ekor)
masih dalam proses. Kegiatan penyebaran bertujuan untuk membentuk
pembibitan/breeding centre ayam KUB 1 sebagai penyedia sumber DOC bagi
kebutuhan ayam lokal potong.
Untuk memberikan perlindungan hukum terhadap hasil riset, Badan Litbang
Pertanian telah mengajukan permohonan pelepasan rumpun atau galur ternak
Ayam KUB kepada Kementerian Pertanian yang sampai saat ini masih dalam
proses penyelesaian.
Pencapaian indikator kelima yaitu telah dihasilkan 61,8 ton benih sumber
tanaman pangan yang terdiri dari : 30 ton benih padi, 18 ton benih kedelai, 8,9
ton benih jagung, dan 4,9 ton benih kacang tanah.
Benih padi yang diproduksi yaitu varietas Inpari 14, Inpari 15, Inpari 16, Inpari
22, Inpari 18, Inpari 19, Inpari 20, Inpari 21, Inpari 22, Inpari 23, Inpari 24,
Inpari 25, Inpari 26, Inpari 27, Inpari 29, Inpari 30 Ciherang Sub-1, Inpago 4,
Inpago 5, Inpago 7, Inpago 8, Situ Bagendit, Inpara 6, Inpara 7. Benih BS ini
telah didistribusikan ke 33 BPTP di seluruh Indonesia
Benih kedelai yang diproduksi yaitu varietas Anjasmoro, Argomulyo, Burangrang,
Dering 1, Dering 2, Detam 2, Gema, Grobogan, Tanggamus, Wilis, ijen, Kaba,
Panderman, Sinabung, dan Gepak Kuning. Benih tersebut telah didistribusikan
kepada ke-33 provinsi.
Benih jagung yang diproduksi yaitu varietas Arjuna, Lamuru, Sukamaraga,
Gumarang, Anoman, Srikandi Kuning-1, Srikandi Putih-1, Provita A-1, Provit A-2.
Benih kacang tanah yang diproduksi yaitu varietas Bima, Bison, Domba, Gajah,
Jerapah, Hypoma 1, Hypoma 2, Kancil, Kelinci, Takar 1, Takar 2, dan Talam.
Pencapaian indikator keenam yaitu telah dihasilkan bibit tebu kultur jaringan
sebanyak 10.000.000 budset G2 bibit tebu. Bibit tebu dihasilkan dari hasil kultur
jaringan tebu di Laboratorium Kultur Jaringan di Bogor, yang kemudian
diaklimatisasi di Kebun Percobaan Cibinong (Jawa Barat) dan Muktiharjo (Pati,
Jawa Tengah).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 37
Apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2012, tidak ada perbedaan
yang signifikan terhadap capaian setiap indikator di tahun 2013. Adapun
perbandingan presentase pencapaian sasaran pertama dapat dilihat pada tabel
berikut :
Outcome yang dihasilkan dari sasaran pertama ini antara lain :
1. Pemda Gorontalo yang telah mengembangkan bioetanol akan beralih dari
bahan baku aren ke bahan baku sorgum. Hal ini karena aren memerlukan
waktu 12 tahun serta produksi niranya rendah. Dinas Pertanian Gorontalo
pada tanggal 7 Juli 2013 berkunjung ke Balitsereal, Badan Litbang Pertanian
untuk mencari informasi sorgum manis sebagai bahan baku etanol. Badan
Litbang Pertanian telah melepas varietas sorgum manis SUPER-1 dan
SUPER-2. Eksplorasi etanol sorgum manis diperoleh dari nira batang sorgum,
bagasse, dan biji. Kandungan etanol dari biji, bagasse, dan nira varietas
SUPER-1 dan SUPER-2 berkisar 3.000-4.000 liter/ha. Sorgum yang telah
diolah menjadi etanol dapat menjadi pengganti bahan bakar minyak tanah
dengan kadar etanol 40-60%, untuk kebutuhan laboratorium dan farmasi
70-90%, dan sebagai bahan substitusi premium 90-100%.
Indikator Kinerja Realisasi 2012
(%)
Realisasi
2013 (%)
1. Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai
dan tanaman pangan lainnya
166 123
2. Jumlah varietas unggul baru tanaman hortikultura
(tanaman sayuran, buah tropika dan sub tropika,
dan hias)
136
100
3. Jumlah varietas/klon unggul tanaman perkebunan
dengan produktivitas tinggi dan bermutu
100 90
4. Jumlah galur unggul/harapan ternak dan tanaman
pakan ternak (TPT) spesifik lokasi
233,3 250
5. Jumlah benih sumber padi, jagung dan kedelai
dengan SMM ISO 9001-2008
129 101
6. Jumlah benih tebu hasil kultur jaringan Tidak ditargetkan 400
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 38
2. Pada tanggal 7 Oktober 2013 Direktur Bidang Riset Benih PT Petrokimia
mengunjungi Balitsereal, Badan Litbang Pertanian untuk menjajaki kerja
sama pengujian pupuk dan pengembangan jagung hasil Badan Litbang
Pertanian. Dilaporkan bahwa penjualan pupuk ZA PT Petrokimia mengalami
peningkatan sampai 40% setiap tahun. Peningkatan penggunaan pupuk
diduga karena perubahan pola pemupukan dari urea menjadi ZA khususnya
pada padi dan jagung. PT. Petrokimia dan Balitsereal, Badan Litbang
Pertanian sepakat untuk bekerja sama mengkaji dosis optimal pupuk ZA
terhadap peningkatan produktivitas dan kualitas mutu tanaman jagung.
Selain itu, PT Petrokomia juga tertarik untuk melisensi jagung hibrida hasil
Badan Litbang Pertanian.
3. Propinsi Jawa Tengah bertekad untuk mengembangkan aneka kacang dan
umbi hasil riset Badan Litbang Pertanian setelah Gubernur Jateng
menyaksikan Gelar teknologi di Jawa Tengah pada tanggal 6 – 7 Nopember
2013 di Kawasan Agro Wisata dan STA Soropadan. Display varietas tanaman
aneka kacang dan ubi di lapang menunjukkan hasil sangat tinggi. Gubernur
mengajak para petani dapat mewujudkan penampilan tanaman di lahan
petani. Diperlukan dukungan penyuluh, peneliti, pengusaha, pengrajin
olahan dan pemerintah guna menuju kedaulatan pangan.
Gambar 8. Gubernur Jawa Tengah Menyaksikan Pertanaman Aneka Kacang
Dan Ubi Di Lapang
4. BBI Besum Papua dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kutai Timur mengirim
petugas dan petani ke Balitkabi, Badan Litbang Pertanian untuk
meningkatkan kemampuan dalam memproduksi benih aneka kacang dan
umbi. Rombongan dari Kutai Timur sebanyak Sembilan orang, sedangkan
dari BBI Besum Papua beranggotakan tiga orang melakukan magang
perbenihan di Balitkabi pada 20-22 November 2013.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 39
5. Tahun 2012, varietas cabai merah Tanjung-2 dari Balitsa telah diadopsi
petani di 10 kecamatan di Kab. Ciamis. Dengan luas tanam sebesar 140 Ha,
profit petani adopter mengalami peningkatan sebesar 7,4 Milyar rupiah dan
terjadi peningkatan Rate of Invesment (ROI) sebesar 131%.
6. Outcome dari terciptanya galur harapan Ayam KUB yaitu telah dilakukan
perjanjian lisensi antara Badan Litbang Pertanian dengan PT Ayam Kampung
Indonesia (PT. AKI) pada tanggal 9 Februari 2012. Maksud dan tujuan dari
perjanjian lisensi tersebut adalah untuk mengembangkan bibit Ayam KUB
sebagai hasil pemuliaan, dan untuk kegiatan komersialisasi Ayam KUB
tersebut. Komersialisasi meliputi pengembangan produksi ayam kampung
dari bibit Ayam KUB, promosi, distribusi, dan pemasaran Ayam KUB.
7. Pada tahun 2013 telah dilakukan penyebaran Parent Stock (PS) dan Final
Stock (FS) ke delapan propinsi sebanyak 13.924 ekor, yaitu propinsi Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera
Utara, Kalimantan Selatan, Maluku Utara dan Aceh. Sedangkan penyebaran
ayam KUB ke Propinsi Lampung (300 ekor), Jambi (500 ekor) dan Maluku
Utara (500 ekor) masih dalam proses. Kegiatan penyebaran bertujuan untuk
membentuk pembibitan/breeding centre ayam KUB1 sebagai penyedia
sumber DOC bagi kebutuhan ayam lokal potong.
Untuk mencapai sasaran kedua, diukur dengan 8 (delapan) indikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat
digambarkan sebagai berikut :
Indikator Kinerja Target Realisasi %
1. Jumlah teknologi pengelolaan sumber daya
lahan dan lingkungan pertanian secara
berkelanjutan, serta formula pupuk
9 tekn. 16 tekn. 177,8
Sasaran 2 :
Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan sumberdaya pertanian
mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 40
Indikator Kinerja Target Realisasi %
2. Jumlah prototipe alat dan mesin untuk
peningkatan efisiensi sistem produksi
pertanian, kualitas, nilai tambah dan daya
saing produk dan limbah pertanian
5 teknologi 6 teknologi 120,0
3. Jumlah teknologi vaksin ternak isolat lokal,
diagnostik dan formula obat biofarmaka untuk
hewan.
6 tekn. 6 tekn. 100,0
4. Jumlah teknologi budidaya, dan panen 60 tekn. 79 tekn. 131,7
5. Jumlah teknologi dan manajemen antisipasi,
adaptasi, dan mitigasi perubahan iklim
6 tekn. 8 tekn. 133,3
6. Jumlah teknologi spesifik lokasi 112 tekn. 204 tekn. 182,1
7. Jumlah inovasi telnologi berbasis bioteknologi 4 tekn. 4 tekn. 100,0
8. Jumlah peta tematik sumberdaya lahan tingkat
tinjau dan semi detail.
14 peta 26 peta 185,7
Berdasarkan indikator kinerja sasaran kedua yang telah ditargetkan pada tahun
2013, 6 indikator telah melebihi target, dengan kategori keberhasilan di atas
100% (sangat berhasil), untuk 2 indikator tercapai dengan realisasi 100%
(berhasil).
Pencapaian indikator pertama sebanyak 16 teknologi baru pengelolaan
sumber daya lahan dan lingkungan pertanian secara berkelanjutan, serta formula
pupuk, terdiri dari 11 teknologi pengelolaan sumber daya lahan dan lingkungan,
dan 5 formula pupuk.
PUHS Handil Bersekat (Kearifan Lokal)
Gambar 9. Teknologi Pengelolaan SDL
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 41
Salah satu teknologi unggulan yang dihasilkan pada tahun 2013 adalah Perangkat
Uji Hara Sawit (PUHS). PUHS berguna untuk mengukur kadar hara N, P, K dan B
daun kelapa sawit pada waktu tertentu secara cepat. Adapun manfaatnya adalah:
1) mampu mengindentifikasi kecukupan hara tanaman kelapa sawit secara cepat
di lapang, dan 2) bermanfaat dalam menentukan rekomendasi pemupukan N, P,
K, dan B tanaman kelapa sawit secara cepat.
Teknologi lain yang dihasilkan berupa teknologi pengelolaan air pada lahan rawa
lebak yang diberi nama Harkat (Handil Bersekat). Penerapan teknologi ini terbukti
mampu mempertahankan kadar air tanah 80-197% berdasarkan berat kering
tanah. Kondisi ini mendukung terhadap upaya pengembangan pola tanam padi-
palawija di lahan lebak tengah pada musim kemarau.
Pencapaian indikator kedua berupa 6 teknologi unggulan berupa prototipe alat
dan mesin pertanian untuk peningkatan efisiensi sistem produksi pertanian,
kualitas, nilai tambah dan daya saing produk dan limbah pertanian, dengan
rincian sebagai berikut : 3 teknologi mektan mendukung swasembada pangan
berkelanjutan (mesin tanam pindah bibit padi sawah 4 baris, mesin panen padi
tipe mini combine kapasitas 14 jam/ha, model pemetaan mekanisasi produksi
padi di lahan sawah), 2 teknologi mektan mendukung program strategis
Kementan (mesin panen tebu dengan penggerak traktor roda dua, unit sistem
aeroponik dan rumah kasa terkendali untuk budidaya benih kentang) dan 1
teknologi mekanisasi pertanian berbasis koordinatif (kajian penerapan paket alat
dan mesin budidaya padi di lahan rawa).
Pencapaian indikator ketiga yaitu telah dihasilkan 6 teknologi veteriner dengan
rincian sebagai berikut: 3 teknologi diagnosa penyakit hewan (teknik multipleks
PCR untuk diagnosa cepat penyakit unggas kelompok virus DNA (Marek’s Disease,
Infectious Laryngotracheitis/ILT, Fowl Pox/FP dan Egg Drop Syndrome
76/EDS’76), 2 teknologi vaksin (teknologi vaksin bivalen inaktif untuk
pengendalian penyakit IBR dan PI-3 pada sapi, dan teknologi pengembangan
vaksin ND generasi baru (GVII), dan 1 teknologi obat biofarmaka untuk hewan
(anti cendawan asal herbal untuk pengendalian cemaran cendawan pada pakan
ternak).
Pencapaian indikator keempat, yaitu 79 teknologi budidaya dan panen
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan, dengan rincian 12
teknologi budidaya dan panen tanaman pangan, 14 teknologi budidaya dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 42
panen tanaman hortikultura, 35 teknologi budidaya dan panen tanaman
perkebunan dan 18 teknologi budidaya dan panen peternakan.
Telah dirakit 12 teknologi budidaya dan panen tanaman pangan, budi daya padi,
jagung, dan kedelai guna menunjang upaya peningkatan produksi tanaman
pangan. Teknologi tersebut sudah menjadi bahan publikasi yang disajikan dalam
bentuk leaflet, yaitu : Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi,
Pengelolaan Tanaman Terpadu di Lahan Rawa Lebak, Alsin menekan Kehilangan
Hasil Perontokan Pada Gandum, Penangkaran Benih Jagung Hibrida Silang Tiga
Jalur Berbasis Komunitas, teknologi Penurunan Kandungan Tanin Biji Sorgum
dengan Prototipe Mesin Sosoh Tipe Abrasif PSA-M4 –Balitsereal, Pupuk Santap M,
Pupuk SANTAP NM, Produksi Ubikayu di Bawah Hutan Jati, Iletrisoy Pupuk Hayati
untuk Peningkatan Produksi Kedelai.
Telah dirakit 14 teknologi budidaya dan panen tanaman hortikultura yang
diperoleh melalui kegiatan litbang sayuran, buah, tanaman hias dan jeruk, yaitu :
Biopestisida untuk Mengendalikan OPT Tanah pada Komoditas Kentang,
Teknologi Pengendalian Penyakit Virus Kuning pada Cabai Merah, Teknologi
Budidaya Bawang Merah menggunakan TSS (True Shallot Seed) di Dataran
Tinggi, Teknik Produksi Benih TSS yang Efisien dari Segi Kualitas dan Kuantitas di
Dataran Tinggi, Teknik Produksi Umbi Mini Asal Benih TSS di Dataran Rendah,
Teknologi Budidaya Mangga Ramah Lingkungan, Teknologi Pengendalian
Organisasi Pengganggu Tanaman (OPT) dan Pemupukan Buah Naga secara
Efektif dan Efisien, Teknologi Perbanyakan Manggis dengan Embrio Somatik,
Teknologi Optimasi Kultur Meristem untuk Perbanyakan Masal pada Anggrek
Phalaenopsis, Teknologi Perbanyakan Masal Gerbera, Teknologi Pengendalian
Hama Pengorok Daun dengan Insektisida Nabati pada Tanaman Krisan, Teknologi
Pengendalian Penyakit Karat Putih dengan Inducer Untuk Ketahanan Tanaman
Krisan, Teknologi Budidaya Leather Leaf, Efektivitas Teknologi Bududaya dalam
Meningkatkan Pertumbuhan, Produksi Buah Jeruk dan Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca pada Zona Iklim Berbeda.
Telah dihasilkan 35 teknologi teknologi budidaya dan panen tanaman perkebunan
yang mencakup tanaman tebu, kapas, tembakau, nilam, tanaman obat, jambu
mete, karet, kakao, kelapa sawit, kopi dan coklat. Teknologi tersebut antara lain
terdiri atas : Pupuk Organik C Juncea dan 30% Pupuk Cair Si, Teknik Pembibitan
Tebu yang Menghasilkan Daya Tumbuh Bibit (budchip dan budset) Tinggi, Peta
Sebaran Varietas Tebu Berdasarkan Tipologi Lahan dan Tipe Tingkat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 43
Kemasakannya, Teknologi Budidaya (Sistem Juring Ganda dan Rawat Ratoon)
yang Mendukung Pertumbuhan, Produksi dan Rendemen Optimal di Lahan Kering,
Waktu Tanam Tebu yang dapat Meningkatkan Produksi dan Rendemen Tebu di
Lahan Kering, Paket Teknologi Budidaya Kapas untuk Pengembangan pada Musim
Penghujan, Teknologi Pemupukan pada Tembakau Lokal Jombang dan Paket
Teknologi Budidaya Kapas untuk Pengembangan pada Musim Kemarau.
Telah dihasilkan 18 teknologi budidaya dan panen peternakan, 6 teknologi
budidaya ternak sapi dan kerbau, 6 teknologi pakan, 3 teknologi budidaya ternak
kambing, dan 3 teknologi budidaya ternak unggas dan aneka ternak.
Pencapaian indikator kelima sebanyak 8 teknologi dan manajemen antisipasi,
adaptasi, dan mitigasi perubahan iklim (133,3%), terdiri dari 6 teknologi antisipasi
dan adaptasi, dan 2 teknologi mitigasi perubahan iklim. Salah satu contoh
teknologi antisipasi perubahan iklim yang dihasilkan adalah Sistem Monitoring
Online Katam menggunakan CCTV.
Gambar 10. Sistem Monitoring Online Katam Menggunakan CCTV
Sistem Monitoring Online Katam menggunakan CCTV merupakan sistem
monitoring berbasis web, sehingga masyarakat komunitas pertanian dapat
dengan mudah mengakses informasi ini. Dengan demikian, hasil monitoring
sistem ini sangat berguna untuk meverifikasi informasi yang dihasilkan Sistem
Informasi Kalender Tanam Terpadu. Prototipe Sistem Monitoring On-line Katam
Terpadu merupakan produk awal pengembangan sistem monitoring dan
diharapkan pada penelitian 2014 sudah berfungsi dengan baik.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 44
Pencapaian indikator keenam, telah tercapai sebesar 182,1%, atau terealisasi
204 teknologi spesifik lokasi dari target 112 teknologi. Adapun output yang
dihasilkan berupa: 57 paket teknologi budidaya tanaman pangan, 11 paket
teknologi budidaya perkebunan, 9 paket teknologi budidaya hortikultura, 23 paket
teknologi pascapanen, 27 paket teknologi Peternakan, 9 paket kelembagaan, 33
paket teknologi sumberdaya lahan dan AEZ, 33 paket teknologi plasma nutfah
dan sumberdaya genetik, dan 2 paket teknologi mekanisasi.
Pencapaian indikator ketujuh, telah tercapai 100% dari target yang berupa 4
inovasi teknologi berbasis bioteknologi, dengan rincian sebagai berikut: 1
teknologi peta genetik genom kelapa sawit (Dura, Pisifera, dan Oleifera), 1
teknologi kloning gen (6 klon gen) pengendali sifat-sifat penting komoditas
pertanian, 1 teknologi analisis sidik jari DNA plasma nutfah pertanian (288 aksesi
plasma nutfah padi menggunakan analisis GGT-384 SNP), dan 1 teknologi
bioprospeksi sumberdaya genetik pertanian.
Database genome kelapa sawit meliputi peta genetik terdiri dari sekuen DNA
genom dan DNA kloroplas untuk ketigajenis kelapa sawit tersebut. Database ini
sudah bisa digunakan untuk mendesain marka SNP terkait sifat penting kelapa
sawit untuk program pemuliaan. Selanjutnya, database ini tengah berada dalam
proses pengembangan menjadi web-based genome sawit yang bisa diakses oleh
pengguna dengan lebih mudah. Total DNA genom yang sudah dianalisis mencapai
71,4 GB dari 16 kromosom yang dimiliki kelapa sawit. Sedangkan genom
kloroplasnya berukuran sekitar 156 kb yang mengandung sejumlah house
keeping gene.
Peta sekuen kloroplast
kelapa sawit Dura
Peta sekuen kloroplast
kelapa sawit Pisifera
Peta sekuen kloroplast
kelapa sawit E. oleifera
Gambar 11. Peta sekuen kloroplas kelapa sawit Dura (atas), Pisifera (kiri), dan
Oleifera (kanan)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 45
Pencapaian indikator kedelapan sebanyak 26 peta tematik sumberdaya lahan
tingkat tinjau dan semi detil (185,7%). Beberapa contoh peta yang dihasilkan
adalah sebagai berikut:
Peta Arahan Tata Ruang Pertanian Kab. Fakfak, Papua Barat Peta (kiri) dan Peta Kesesuaian Lahan
Tanaman Padi Sawah Lahan Terdegradasi, Kec. Gantung, Kab. Belitung Timur (kanan)
Gambar 12. Peta Tematik
Peta-peta yang dihasilkan selanjutnya akan diserahkan kepada daerah sesuai
lokasi pemetaan untuk digunakan sebagaimana peruntukannya. Salah satu
contoh yakni Peta Arahan Tata Ruang Pertanian Kab. Fakfak, Papua Barat,
merupakan permintaan dari Pemda Fakfak – Papua Barat dan akan segera
digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Tata Ruang Pertanian di daerah
tersebut. Sedangkan Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Lahan
Terdegradasi, Kec. Gantung, Kab. Belitung Timur, akan dijadikan acuan dalam
upaya pengembangan areal pertanaman padi sawah pada lahan-lahan
terdegradasi di daerah Kec. Gantung, Kab. Belitung Timur-Prov. Bangka Belitung.
Outcome lainnya dari peta-peta yang dihasilkan yakni Peta AEZ. Peta AEZ dibidani
oleh para peneliti BBSDLP telah diadopsi oleh BBP2TP untuk dijadikan sebagai
acuan arahan pengembangan pertanian sesuai dengan zona agroekologi di tiap-
tiap provinsi. Pada pertengahan tahun 2013 BBP2TP membagikan Peta AEZ Skala
1:250.000 kepada seluruh BPTP di 33 Provinsi melalui kepala daerahnya masing-
masing. Penyerahan dilakukan oleh Kepala Badan Litbang Pertanian dan
disaksikan oleh Wakil Menteri Pertanian pada acara Pekan Pertanian Spesifik
Lokasi yang dilaksanakan di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Perbandingan capaian sasaran kedua pada tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat
melalui tabel berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 46
Indikator Kinerja Realisasi 2012
(%)
Realisasi 2013
(%)
1. Jumlah teknologi pengelolaan sumber daya
lahan dan lingkungan pertanian secara
berkelanjutan, serta formula pupuk
156,2 177,8
2. Jumlah teknologi/prototipe alat dan mesin
untuk peningkatan efisiensi sistem produksi
pertanian, kualitas, nilai tambah dan daya
saing produk dan limbah pertanian
100 120,0
3. Jumlah teknologi vaksin ternak isolat lokal,
diagnostik dan formula obat biofarmaka
untuk hewan.
100,0 100,0
4. Jumlah teknologi budidaya, dan panen 171,6 131,6
5. Jumlah teknologi dan manajemen antisipasi,
adaptasi, dan mitigasi perubahan iklim
185,7 133,3
6. Jumlah teknologi spesifik lokasi 186,3 182,1
7. Jumlah inovasi teknologi berbasis
bioteknologi
Tidak ditargetkan 100,0
8. Jumlah peta tematik sumberdaya lahan
tingkat tinjau dan semi detil
Tidak ditargetkan 185,7
Terkait dengan sasaran kedua, jumlah dan uraian indikator kinerja di tahun 2012
dan 2013 terdapat perbedaan, dimana pada tahun 2012 terdapat 6 indikator
namun pada tahun 2013 menjadi 8 indikator.
Dari pencapaian delapan indikator kinerja dalam mendukung sasaran kedua,
terlihat semua indikator telah mencapai target yang telah ditetapkan.
Outcome dari sasaran kedua adalah sebagai berikut :
1. Prototipe Indo Jarwo Transplanter, Indo Combine Harvester dan Power
Weeder telah dilaunching oleh Mentan dan digandakan menjadi 9 unit Jarwo
transplanter.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 47
2. Telah ditandatanganinya MoU Lisensi/KS Pabrikasi Indo Jarwo Transplanter
& Combine Harvester oleh pihak Swasta.
Sasaran 3:
Terciptanya inovasi teknologi pascapanen hasil pertanian berbasis sumberdaya lokal
mendukung diversifikasi pangan dan peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor
Untuk mencapai sasaran ketiga, diukur dengan 1 (satu) indikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai
berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah teknologi penanganan segar produk
pertanian, teknologi dan produk diversifikasi
pangan, subtitusi pangan impor, dan teknologi
pengembangan produk bernilai tambah dan
berdaya saing
16 teknologi 17 teknologi 106,3
Berdasarkan tabel pencapaian target di atas, target pada indikator kinerja sasaran
ketiga tahun 2013 telah tercapai seluruhnya dengan kategori keberhasilan lebih
dari 100% (sangat berhasil).
Output berupa 17 teknologi yang dihasilkan, diuraikan secara rinci sebagai
berikut:
1. Lima teknologi penanganan segar produk pertanian, yaitu: teknologi
penyosohan enzimatis untuk meningkatkan rendemen beras giling, teknologi
pembuatan kemasan edible film antimikroba untuk mengawetkan daging
sapi, teknologi pembuatan kemasan plastik antimikroba untuk pengawetan
daging, teknologi memperpanjang daya simpan segar cabai keriting kencana,
dan teknologi iradiasi untuk mempertahankan kesegaran kentang VUB
Kastanum.
2. Dua teknologi/produk untuk diversifikasi pangan dan substitusi pangan
impor, yaitu : teknologi pembuatan beras artifisial fungsional lambat cerna
dan teknologi fermentasi koropedang (Canavalia ensiformis) yang salah satu
produknya berupa tempe koropedang.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 48
3. Sepuluh teknologi/produk baru untuk peningkatan nilai tambah dan daya
saing, yaitu : teknologi enzimatis untuk meningkatkan rendemen dan mutu
gula, teknologi produksi gula tebu dengan filtrasi membran, teknologi
substitusi gula tebu dengan sorgum manis, teknologi pengolahan tepung
bawang merah kaya antioksidan, teknologi pembuatan tepung kentang,
teknologi nanoenkapsulasi ekstrak temulawak kaya antioksidan, teknologi
nanoenkapsulasi minyak biji pala sebagai bahan preservatif, teknologi
nanoenkapsulasi katekin dari daun gambir untuk produk nutraseutikal,
teknologi strukturisasi nanoserat selulosa dari tongkol jagung dan jerami
padi sebagai reinforcing agent untuk edible film, dan teknologi enkapsulasi
nano-vitamin A dan zat besi sebagai fortifikan flake ubi kayu.
Beras Giling Hasill Daging dalam Kemasan Plastik Penyosohan Enzimatis Kemasan Edible Film Anti Mikroba
Tempe Koropedang Gula Kristal Tebu Tepung Bawang Merah Substitusi Sorgum
Gambar 13. Teknologi Pascapanen yang Dihasilkan Tahun 2013
Outcome pada sasaran ketiga yang dihasilkan dari output TA. 2013, diperoleh
dari:
1. Kegiatan penelitian teknologi pengolahan kacang-kacangan sebagai sumber
protein untuk substitusi impor kedelai, yaitu teknologi fermentasi untuk
pembuatan tempe koropedang (Canavalia ensiformis). Keunggulan tempe
koro pedang yaitu mengandung peptida yang mampu berfungsi sebagai
penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) sehingga berpotensi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 49
sebagai anti hipertensi. Teknologi ini telah diintroduksikan kepada dua jenis
pengrajin tempe di wilayah Bogor, yaitu Pengrajin Tempe Tradisional (PTT)
dan Pengrajin Tempe Modern.
2. Kegiatan diseminasi pengembangan diversifikasi pangan, yaitu: bimbingan
teknis teknologi penyosohan dan penepungan tepung sorgum serta produk
olahannya pada Kelompok Tani Handayani di Kecamatan Babat, Kabupaten
Lamongan bekerjasama dengan dinas terkait. Keunggulan teknologi ini yaitu
dapat menghasilkan produk tepung rendah tanin sehingga cita rasa produk
pangan yang dihasilkan tidak kalah dengan terigu.
Outcome pada sasaran ketiga juga dihasilkan dari output pada tahun anggaran
sebelumnya, yaitu:
Kegiatan penelitian teknologi penanganan segar buah mangga melalui kombinasi
proses pelilinan/water heat treatment dengan mikroba alami. Teknologi ini telah
diimplementasikan pada ekspor perdana buah mangga gedong ke Dubai, Uni
Emirat Arab dengan kapal laut sebanyak 10 ton bekerjasama dengan PT.
Alamanda Sejati Utama.
Gambar 14. Launching Ekspor Perdana Buah Mangga Gedong oleh Kepala Badan
Litbang Pertanian
Bila dibandingkan dengan pencapaian 2012, dapat dilihat bahwa pencapaian
sasaran ketiga tahun 2013 tidak ada perbedaan yang signifikan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 50
Indikator Kinerja Realisasi 2012
(%)
Realisasi
2013(%)
Jumlah teknologi penanganan segar produk
pertanian, teknologi dan produk diversifikasi
pangan, subtitusi pangan impor, dan teknologi
pengembangan produk bernilai tambah dan berdaya
saing
156,2 177,8
Sasaran 4 :
Tersedianya kebijakan pengembangan kelembagaan agribisnis dan agroindustri untuk
peningkatan kesejahteraan petani
Untuk mencapai sasaran keempat, diukur dengan 1 (satu) indikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai
berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah kebijakan untuk penguatan daya
saing, perlindungan usaha pertanian,
penguatan kelembagaan dan kebijakan untuk
mendorong pertumbuhan sektor pertanian
dan pedesaan
20
rekomendasi
22
rekomendasi
110,0
Berdasarkan indikator kinerja sasaran keempat yang telah ditargetkan pada tahun
2013 telah melebihi target (sangat berhasil) dengan kategori keberhasilan di
atas 100%.
Secara rinci, rekomendasi kebijakan pertanian yang telah dihasilkan adalah 4
rekomendasi kebijakan terkait dengan penguatan daya saing dan perlindungan
usaha pertanian, 2 rekomendasi kebijakan terkait pengelolaan sumberdaya
pertanian dan pembangunan infrastruktur pertanian, 3 rekomendasi kebijakan
terkait pengembangan kelembagaan dan peraturan mendorong iklim usaha yang
kondusif, 3 rekomendasi kebijakan terkait makro ekonomi yang mendorong
pertumbuhan sektor pertanian, 1 rekomendasi kebijakan terkait dinamika
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 51
ekonomi pertanian dan perdesaan, dan 9 rekomendasi kebijakan terkait dengan
isu-isu kebijakan aktual.
Pencapaian sasaran keempat dari tahun 2012 dan 2013, terlihat tidak berbeda
signifikan, namun bila dihitung berdasarkan jumlah rekomendasi dihasilkan, pada
tahun 2012 telah dihasilkan sebanyak 38 rekomendasi, sedangkan pada tahun
2013 telah dihasilkan sebanyak 22 rekomendasi. Hal ini disebabkan pada tahun
2012, jumlah rekomendasi dihitung dari beberapa kegiatan yang ada di lingkup
eselon 2, misalnya PSEKP, Puslitbang Perkebunan, Puslitbang Hortikultura dan
BBP Mektan. Sedangkan pada tahun 2013, jumlah rekomendasi hanya dihitung
dari capaian satu kegiatan saja, yaitu kegiatan Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian.
Indikator Kinerja Realisasi
2012 (%)
Realisasi 2013
(%)
Jumlah rekomendasi kebijakan yang terkait dengan
penguatan daya saing, perlindungan usaha pertanian,
penguatan kelembagaan dan kebijakan untuk mendorong
pertumbuhan sektor pertanian dan pedesaan
131,0
110,0
Sasaran 5 :
Meningkatnya sistem diseminasi dan promosi inovasi teknologi pertanian, serta
jejaring kerjasama nasional dan internasional
Untuk mencapai sasaran kelima, diukur dengan 2 (dua) indikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat
digambarkan sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
1. Jumlah teknologi yang terdiseminasi ke
pengguna/stakeholder
330 teknologi 330 teknologi 100,0
2. Jumlah kerjasama penelitian nasional dan
internasional
200
kerjasama
733
kerjasama
365,5
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 52
Berdasarkan indikator kinerja sasaran kelima yang telah ditargetkan pada tahun
2013 telah mencapai target (berhasil), bahkan ada yang melebihi target
(sangat berhasil).
Pencapaian indikator pertama, yaitu teknologi yang didiseminasikan ke
pengguna telah tercapai berupa 330 teknologi yang didiseminasikan kepada
pengguna. Teknologi yang didiseminasikan terdiri atas: 32 teknologi dalam
pendampingan PTT Padi, 14 teknologi dalam pendampingan PTT Jagung, 12
teknologi dalam pendampingan PTT kedelai, 14 teknologi dalam pendampingan
kawasan agribisnis hortikultura, 24 teknologi dalam pendampingan swasembada
daging sapi/kerbau, 11 teknologi dalam pendampingan program P2T3, 5
teknologi dalam pendampingan kakako, 33 teknologi dalam pengembangan m-
KRPL, 66 teknologi dalam pengembangan m-P3MI, 12 pengembangan model
inovasi LL, 10 teknologi pengembangan SITT, 33 teknologi kalender tanam, 32
paket diseminasi VUB padi dan 32 paket diseminasi denfarm kedelai. Teknologi ini
telah disebarluaskan melalui berbagai media diseminasi di BBP2TP dan 33 BPTP,
serta kegiatan pendampingan di 33 provinsi.
Pencapaian indikator kedua berupa kerjasama penelitian lingkup nasional
maupun internasional telah tercapai sebesar 733 kerjasama, yang terdiri dari:
1. 128 kerjasama dengan Perguruan Tinggi dalam negeri dan Lembaga
Penelitian Nasional di luar Badan Litbang Pertanian melalui program
Kerjasama Kemitraan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nasional
(KKP3N). Kegiatan ini merupakan pengembangan dari kegiatan Kerja sama
Kemitraan Penelitian dengan Perguruan Tinggi atau KKP3T yang telah
dilaksanakan mulai dari tahun 2007.
2. 104 kerjasama kemitraan dengan institusi pemerintah, swasta dan LSM.
Kegiatan yang mendapatkan pendanaan dari kerjasama kemitraan adalah
kegiatan dengan sharing mitra dalam bentuk program penelitian
sumberdaya, baik sumberdaya manusia, keuangan maupun sarana dan
prasarana.
3. 25 kerjasama kemitraan pengkajian dengan hampir seluruh pemerintah
provinsi/ kabupaten yang tersebar di Indonesia.
4. 274 kerjasama dalam negeri yang diarahkan untuk meningkatkan
pemanfaatan sarana/fasilitas penelitian, jasa pelayanan, dan alih teknologi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 53
Kerja sama ini dilakukan dengan instansi/pemerintah daerah, swasta
nasional dan perguruan tinggi.
5. 202 kerjasama (MoU) dengan beberapa negara maupun lembaga riset
internasional, seperti IRRI, CIP, CIAT, CIMMYT, ICRAF, Bioversity Intern dan
sebagainya yang telah berjalan sejak beberapa tahun lalu dan masih
berlangsung sampai tahun 2013.
Bila dibandingkan dengan pencapaian 2012, dapat dilihat bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan dengan pencapaian sasaran ketiga tahun 2013.
Pencapaian sasaran kelima sejak tahun 2012 – 2013 dapat dilihat pada tabel
berikut :
Sasaran 6 :
Meningkatnya jumlah publikasi di jurnal ilmiah nasional dan internasional, hak
kekayaan intelektual (HAKI), serta komersialisasi hasil penelitian
Untuk mencapai sasaran keenam diukur dengan 4 (empat) indikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat
digambarkan sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
1. Jumlah artikel yang diterbitkan hasil litbang
pertanian
185 artikel 201 artikel 108,6
2. Prosentase perpustakaan digital yang dibina 90 Persen 127.94
Persen
142,2
Indikator Kinerja Realisasi
2012 (%)
Realisasi
2013 (%)
1. Jumlah teknologi yang terdiseminasi ke
pengguna/stakeholder
100.0 115,7
2. Jumlah kerjasama penelitian nasional dan internasional 228.5 365,5
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 54
Indikator Kinerja Target Realisasi %
3. Jumlah invensi yang memperoleh HKI 45 Invensi 90 Invensi 200,0
4. Jumlah lisensi hasil litbang 15 lisensi 12 lisensi 80,0
Berdasarkan indikator kinerja sasaran keenam, hampir semua target yang telah
ditetapkankan pada tahun 2013 telah tercapai lebih dari 100% (sangat
berhasil).
Pencapaian indikator pertama, yaitu telah diterbitkan 201 artikel pada
beberapa jurnal ilmiah dan semi ilmiah seperti Indonesian Journal of Agricultural
Science (IJAS) sebanyak 10 artikel, Indonesian Journal of Agriculture (IJA)
sebanyak 18 artikel, Jurnal Penelitian dan pengembangan pertanian (JP3)
sebanyak 20 artikel, Warta Litbang pertanian sebanyak 59 artikel, Buletin Teknik
Pertanian (Bultektan) sebanyak 22 artikel, Jurnal Perpustakaan Pertanian (JPP)
sebanyak 10 artikel, Pengembangan Inovasi Pertanian (PIP) sebanyak 20 artikel
dan Laporan Tahunan Badan Litbang Pertanian sebanyak 12 artikel. Selain itu,
terdapat 30 artikel yang telah dipublikasikan dalam berbagai judul jurnal
internasional. Informasi ini telah disebarkan ke berberapa lembaga perguruan
tinggi, baik negeri maupun swasta, termasuk juga instansi pemerintah lainnya di
dalam negeri seperti instansi lingkup Kemtan, Kementerian terkait, perpustakaan
daerah, Dinas Pertanian dan sebagainya.
Outcome dari indikator ini adalah dimanfaatkannya hasil-hasil penelitian dan
pengembangan pertanian maupun perpustakaan, dokumentasi dan informasi
(pusdokinfo) oleh peneliti/ilmuwan, pengambil kebijakan, penyuluh, petani dan
dunia usaha atau masyarakat agribisnis dalam rangka memacu perkembangan
Iptek dan pembangunan pertanian, dan tersebarnya 50.430 eksemplar publikasi
hasil litbang pertanian ke 15.181 alamat dalam negeri dan 135 alamat luar negeri.
Melalui kegiatan ini pula diharapkan para pemangku kepentingan dapat mengikuti
perkembangan Iptek bidang pertanian. Benefit/manfaat dari kegiatan ini adalah
tersebar dan termanfaatkannya hasil penelitian pertanian maupun pusdokinfo
oleh masyarakat. Masyarakat dapat mengetahui produk inovasi Badan Litbang
Pertanian dan dapat mengikuti perkembangan IPTEK bidang pertanian.
Sedangkan impact/dampak dari kegiatan ini adalah meningkatnya pemanfaatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 55
inovasi teknologi pertanian dan terbangunnya citra positif Badan Litbang
Pertanian sebagai penghasil teknologi.
Pencapaian indikator kedua yaitu berupa pendampingan/ pembinaan
perpustakaan digital dengan target sebanyak 90% dari UK/UPT (atau 10 UK/UPT
pada tahun 2013) dengan realisasi sebesar 127,94% atau sebanyak 16 UK/UPT
lingkup Kementan yang meliputi: BB Biogen, Balittra, Balitsa, BPTP Kalbar, BPTP
Banten, BPTP Jakarta, BPTP Sumatera Barat, BPTP NAD, BPTP Sumut, dan BPTP
Maluku Utara, STTP Yogjakarta, STTP Malang, STPP Medan, BPIP Ketindan, BBIB
Singosari dan BBPP Binuang Kalsel.
Outcome dari kegiatan ini adalah terwujudnya pelayanan prima dalam bidang
IPTEK pertanian melalui ketersediaan perpustakaan digital di seluruh UK/UPT
lingkup Kementerian Pertanian, tersedianya sumberdaya manusia yang memiliki
keahlian dan ketrampilan dalam sistem informasi manajemen hasil penelitian dan
aplikasi sistem teknologi informasi, dan tersedianya sumberdaya informasi yang
memadai dan tersedianya anggaran yang diperlukan.
Pencapaian indikator ketiga yaitu telah diperolehnya 90 invensi HaKI yang
terdiri dari perlindungan paten sebanyak 20 buah, pendaftaran karya cipta
sebanyak 10 buah, pendaftaran merk 4 buah, permohonan hak PVT sebanyak 9
buah dan pendaftaran varietas hasil pemuliaan sebanyak 47 buah.
Capaian ini diperoleh melalui upaya untuk mempercepat proses perlindungan HKI
dalam rangka meningkatkan adopsi teknologi oleh industri yang dilaksanakan
melalui sosialisasi, pemanduan penyusunan draft dokumen HKI, mediasi
percepatan proses pemeriksaan substantif paten, dan pelatihan drafting paten.
Kegiatan sosialisasi, mediasi dan pemanduan terhadap peneliti sebagai inventor.
Dengan adanya sosialisasi tersebut berdampak pada pemahaman peneliti tentang
pentingnya perlindungan HKI terhadap hasil penelitiannya meningkat. Sehingga
dalam menyusun draft naskah lebih mengarah ke petunjuk penulisan dari masing-
masing rezim. Di samping itu Badan Litbang Pertanian juga memfasilitasi kegiatan
pemanduan draft penulisan paten, cipta, merek dan permohonan perlindungan
varietas tanaman dan mediasi. Dengan demikian finalisasi draft penulisan paten,
cipta, merek dan permohonan perlindungan varietas tanaman lebih cepat
sehingga perolehan HKI-nya diharapkan cepat tercapai.
Pencapaian indikator keempat yaitu telah diperolehnya 12 lisensi hasil litbang
yang telah dilisensi oleh industri. Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 56
pada tahun 2013 sampai dengan 31 Desember 2013 baru tercapai 80%. Hal ini
disebabkan adanya Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor: 67/Permentan/
OT.140/11/ 2012 tanggal 27 November 2012 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Pertanian Nomor: 06/Permentan/OT.140/2/2012 tentang Pedoman Kerja
Sama Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Perubahan tersebut
mencantumkan bahwa lisensi komersial dikenakan royalti sebesar paling banyak
10% (sepuluh persen) dari harga pokok penjualan. Tingginya nilai royalti
berdampak pada berkurangnya minat dunia usaha/swasta yang ingin
mengadakan kerjasama lisensi. Berkenaan dengan hal tersebut, terbit Peraturan
Menteri Pertanian RI Nomor: 99/Permentan/OT.140/10/2013 tanggal 9 Oktober
2013 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Pertanian nomor
06/Permentan/OT.140/2/2012 tentang Pedoman Kerja Sama Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian, dimana royalti berubah menjadi lebih kecil. Misalnya
untuk pupuk yang semula 10% untuk lisensi eksklusif dan 3% untuk lisensi non
eksklusif berubah menjadi 3% untuk lisensi eksklusif dan 1,5 sampai 2% untuk
non eksklusif. Dengan nilai royalti yang baru, diharapkan dunia usaha semakin
tertarik untuk mengadakan kerja sama lisensi dengan Badan Litbang Pertanian,
sehingga target kerjasama lisensi dapat tercapai sesuai dengan yang
direncanakan.
Pencapaian sasaran keenam pada tahun 2012 dan 2013, tidak terlihat signifikan
perbedaannya kecuali untuk indikator keempat. Secara rinci perbandingan
capaian sasaran kelima dapat dilihat pada tabel berikut.
Indikator Kinerja Realisasi 2012
(%)
Realisasi 2013
(%)
1. Jumlah publikasi hasil litbang pertanian 100,0 108,6
2. Prosentase perpustakaan digital yang dibina 101,8 142,2
3. Jumlah invensi yang memperoleh HKI 148,8 200,0
4. Jumlah lisensi hasil litbang 186,6 80,0
Tercapainya kinerja sasaran Badan Litbang Pertanian dipengaruhi oleh beberapa
faktor internal, antara lain:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 57
1. Diterapkannya monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian secara periodik,
mulai tahap perencanaan hingga tahap akhir sehingga fungsi pengawasan
pada setiap tahapan kegiatan dapat berjalan dengan baik.
2. Sarana dan prasarana penelitian cukup memadai untuk mendukung kegiatan
penelitian, seperti laboratorium, perpustakaan, pengolah data, jaringan
internet, dan lain-lain.
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan penelitian antara
lain adalah telah terjalinnya komunikasi dan koordinasi dengan instansi terkait, baik
di lingkup Kementerian Pertanian, seperti Direktorat Jenderal/Badan, maupun
instansi di luar Kementerian Pertanian, seperti Badan Pusat Statistik (BPS),
Kementerian Perdagangan, asosiasi berbagai komoditas, Pemerintah Daerah,
Perguruan Tinggi, pihak swasta bahkan dengan instansi luar negeri. Hal ini
memudahkan dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian.
Walau secara umum target yang ditetapkan telah terpenuhi namun dalam
pelaksanaan kegiatan tidaklah selalu berjalan mulus. Kendala teknis maupun non
teknis yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan di antaranya adalah :
1. Pelaksanaan penelitian yang tergantung musim terkendala perubahan iklim
dan serangan hama penyakit.
2. Pengadaan bahan yang harus indent dan sulit didapat sehingga perlu waktu
yang agak lama.
3. Adanya renovasi laboratorium sehingga menganggu kelancaran pelaksanaan
kegiatan penelitian
4. Kegiatan penelitian yang bekerjasama dengan pihak lain sering terhambat
oleh kesiapan mitra kerjasama.
5. Jadwal pemakaian beberapa peralatan analisis sangat padat sehingga terjadi
antrian pemakaian alat.
6. Waktu pencairan anggaran yang terkadang tidak sinkron dengan kebutuhan
dana penelitian.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 58
7. Perubahan kebijakan pemerintah yang menyebabkan ada beberapa rencana
kegiatan tidak dapat terealisir.
8. Rekapitulasi RPTP dan RDHP teraktual belum dapat diperoleh dari UK/UPT
terkait.
9. Sulitnya pengolahan data yang disebabkan karena inkonsistensi dalam
pencantuman nama peneliti dan subjek spesialisasinya.
10. Layanan jasa penyebaran informasi terbaru mengalami hambatan pada
ketersediaan alat pengolah data yang kurang memadai dan gangguan
koneksi internet.
Beberapa kendala tersebut telah diupayakan untuk diperbaiki oleh seluruh jajaran
Badan Litbang Pertanian dengan :
1. Mengoptimalkan kegiatan koordinasi dan sinkronisasi serta sosialisasi
peningkatan kapabilitas dan pembinaan program.
2. Mempertimbangkan musim panen dan ketersediaan peralatan, SDM, dan
dana.
3. Memprioritaskan pendanaan pada kegiatan penelitian yang memiliki musim
panen kritis (pada awal dan akhir tahun, contoh rambutan dan manggis).
4. Menginventarisasi peralatan bangsal dan laboratorium yang dibutuhkan
dalam penelitian untuk diusulkan pengadaannya pada tahun anggaran
mendatang, sebaiknya kebutuhan alat sudah direncanakan sejak menyusun
proposal penelitian.
5. Meningkatkan kompetensi SDM peneliti dari sisi metodologi penelitian dan
teknisi untuk lebih meningkatkan keterampilan dalam rangka pencapaian
sasaran mutu/output yang diharapkan.
6. Meningkatkan manajemen di tingkat perencanaan, seperti mempersiapkan
kegiatan secara lebih cermat, realistis, dan matang, menentukan target
output dan sasaran secara realistis, menyusun penanganan risiko secara
cermat, serta merevisi dokumen perencanaannya jika menemui perubahan
pelaksanaan kegiatan dari yang sudah direncanakan.
7. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan kegiatan secara cermat.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 59
8. Mempertimbangkan musim panen dan memprioritaskan pendanaan pada
kegiatan penelitian yang memiliki musim panen kritis (panen awal dan akhir
tahun anggaran).
9. Menyusun analisis dan penanganan risiko secara cermat untuk mengantisipasi
kendala-kendala yang mungkin terjadi selama pelaksanaan penelitian.
10. Melakukan pola kerjasama Balit Komoditas dengan BPTP sehingga transfer
pengetahuan dari tenaga peneliti Balit Komoditas ke peneliti di BPTP telah
dilakukan secara bertahap.
11. Melakukan koordinasi lebih aktif ke UK/UPT untuk memperoleh rekapitulasi
RPTP dan RDHP teraktual.
12. Meningkatkan kerjasama aktif pertukaran publikasi dan informasi dengan
instansi terkait.
13. Memperbaiki koneksi jaringan internet.
14. Pengadaan alat pengolah data.
15. Sosialisasi pemanfaatan informasi terbaru dan terseleksi akan lebih
diintensifkan melalui kegiatan pendampingan perpustakaan.
3.3 Akuntabilitas Keuangan (Anaudited)
Untuk membiayai kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian pada tahun
2013, Badan Litbang Pertanian semula mendapat alokasi anggaran pagu indikatif
sebesar Rp.1.807.951.070.000,-, sesuai Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan Nomor 0096/M.PPN/03/2012 dan
S-214/MK.02/2012 tanggal 30 Maret 2012 mengenai Pagu Indikatif dan
Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2013. Dalam
pembahasan anggaran lebih lanjut, pagu definitif Badan Litbang Pertanian TA
2013 disetujui sebesar Rp.1.778.051.271.000,- sebagaimana tertuang dalam
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 229/KMK.02/2012 tentang Pagu Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga TA. 2013 tanggal 6 Juli 2012.
Selama tahun anggaran 2013 terjadi revisi pagu anggaran yang disebabkan
adanya APBN–P tahun 2013 dan hibah. Revisi APBN–P disahkan pada tanggal 26
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 60
September 2013 terdiri atas (1) pengurangan pagu anggaran untuk memenuhi
kekurangan subsidi BBM sebesar Rp.94.418.114.000,-, (2) penambahan pagu dari
Hibah Luar Negeri sebesar Rp.283.882.000,- pada 1 Satker, (3) penambahan
pagu PNBP sebesar Rp.251.929.000,- pada 1 Satker, dan (4) penambahan pagu
untuk kegiatan Direktif Presiden sebesar Rp.35.000.000.000,-, sehingga pagu
Badan Litbang Pertanian menjadi sebesar Rp.1.719.168.968.000,-. Revisi tahap
kedua dimulai bulan Oktober sampai Desember 2013 berupa penambahan pagu
PNBP sebesar Rp.3.307.318.000,- pada 4 Satker, dan Hibah Luar Negeri pada 28
satker dengan nilai sebesar Rp.22.800.966.000,-. Pada akhir tahun anggaran
2013 total anggaran Badan Litbang Pertanian sebesar Rp.1.745.277.252.000,-
yang dialokasikan untuk 66 Satker pada 14 unit kerja, dengan persentase masing-
masing jenis belanja dapat dilihat pada gambar 15.
Dari gambar 15 terlihat bahwa BB Pengkajian mendapat alokasi anggaran
tertinggi, yaitu sebesar Rp.529.049.354.000,- dengan prosentase 30,31%. Hal
tersebut dikarenakan anggaran BBP2TP mencakup anggaran untuk 33 satker
(BPTP) yang tersebar di semua provinsi. Sedangkan beberapa Unit Kerja yang
tidak memiliki UPT alokasi anggarannya berkisar Rp.21.403.478.000,- (1,23%) di
Pustaka sampai dengan Rp.72.715.799.000,- (4,17%) di BB Biogen.
Gambar 15. Persentase Pagu Anggaran Badan Litbang Pertanian TA 2013 Per
Unit Kerja
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 61
Belanja dalam rangka operasional kegiatan Badan Litbang Pertanian dilakukan
dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan dan efisiensi, namun
tetap menjamin terlaksananya kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga. Pagu Badan Litbang
Pertanian dialokasikan untuk belanja pegawai, modal dan barang, dimana
persentase masing-masing belanja dapat dilihat pada gambar 16.
Gambar 16. Persentase Pagu Anggaran Badan Litbang Pertanian TA 2013 Per
Belanja
Memperhatikan komposisi penyediaan belanja memperlihatkan belanja barang
menempati penyediaan pagu yang paling tinggi. Hal tersebut dapat digunakan
sebagai indikator bahwa operasional pelaksanaan kegiatan di Badan Litbang
Pertanian, lebih membutuhkan belanja barang, termasuk untuk pendanaan
kegiatan penelitian. Belanja modal dibutuhkan untuk melengkapi peralatan dan
atau bangunan yang kurang.
Per 31 Desember 2013, anggaran Badan Litbang Pertanian telah direalisasikan
sebesar Rp.1.624.065.101.016,- atau sebesar 93,05%, dengan realisasi per
belanja di atas 85%. Selengkapnya persentase realisasi per belanja dapat dilihat
pada grafik berikut.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 62
Gambar 17. Perbandingan (Persentase) Realisasi Terhadap Pagu Anggaran
Badan Litbang Pertanian TA 2013 Per Belanja
Rata-rata realisasi anggaran per eselon-2 lingkup Badan Litbang Pertanian
menunjukkan hasil yang cukup baik, yaitu di atas 90%. Namun, ada 2 UK yang
realisasinya masih di bawah 90%, yaitu PSE- KP dan Sekretariat Badan Litbang
Pertanian. Data persentase realisasi anggaran per eselon-2 selengkapnya dapat
dilihat pada grafik berikut.
Gambar 18. Perbandingan (Persentase) Realisasi Terhadap Pagu Anggaran
Badan Litbang Pertanian TA 2013 Per Eselon 2
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 63
Dari gambar realiasasi anggaran per unit kerja di atas, dapat dilihat bahwa
Sekretariat Badan Litbang Pertanian mempunyai realisasi dibawah 80%. Sampai
dengan 31 Desember 2013, realisasi anggaran DIPA 2013 lingkup Sekretariat
Badan Litbang Pertanian masih relatif kecil dibandingkan dengan rencananya,
yaitu baru mencapai 79,46% atau sebesar Rp.234.554.468.375,-. Hal ini
disebabkan karena tidak semua anggaran Belanja Modal pada anggaran Pinjaman
Luar Negeri (RK) dapat terserap. Hal ini dikarenakan terlambatnya Legal Opinion
(LO) dari Bank Dunia yang baru terbit pada akhir bulan September 2013. Dana
tersebut merupakan alokasi untuk pengadaaan pembangunan gedung dan
pengadaan alat laboratorium. Selain itu secara keseluruhan ada beberapa
masalah yang menyebabkan pagu anggaran Badan Litbang Pertanian tidak
terserap secara keseluruhan, antara lain :
1. Kegiatan perbenihan dengan pagu anggaran Rp. 35 M, masih tersisa Rp.
1,66 M (4,73%).
2. Adanya penghematan dan optimalisasi pada belanja perjalanan dan belanja
modal.
3. Pembangunan gedung belum selesai pembayarannya.
Sesuai mandat, Badan Litbang Pertanian selain mendapatkan dana dari APBN,
juga menerima pendapatan dari Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan
Hibah. Pendapatan yang bisa ditargetkan adalah jenis penerimaan dari PNBP.
Sedangkan pendapatan dari hibah tidak bisa ditargetkan karena bersifat hibah
langsung. Pendapatan Negara Bukan Pajak diklasifikasikan menjadi dua jenis,
yaitu berasal dari jenis penerimaan umum dan fungsional.
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah untuk periode yang berakhir pada 31
Desember 2013 adalah sebesar Rp.29.009.326.146,- atau mencapai 375,25
persen dari estimasi pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp.7.730.550.073,-.
Pendapatan Negara lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
adalah merupakan Pendapatan Negara Bukan Pajak.
Estimasi pendapatan tersebut merupakan data SAI, sedangkan data di aplikasi
TRPNBP sebesar Rp.12.941.532.176,-. Perbedaan tersebut karena ada 28 satker
yang estimasi pendapatannya tidak muncul di DIPA, namun dapat direalisasikan.
Tabel 7. Rincian Estimasi Pendapatan dan Realisasi PNBP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 64
Kode 4
Digit Uraian
Estimasi
Pendapatan
(Rp.000)
Realisasi
(Rp.000) % Real
4231 Pendapatan dari Pengelo-laan BMN
serta Pendapa-tan dari Penjualan 3,654,728 4,284,491 390.85
4232 Pendapatan Jasa 4,014,027 9,906,130 246.79
4236 Pendapatan Hasil Pengembalian Uang
Negara - 5,400 -
4237 Pendapatan Iuran dan Denda 1,000 244,545 24,454.52
4239 Pendapatan Lain-Lain 60,795 4,568,760 7,515.03
Jumlah Bruto 7,730,550 29,009,326 375.26
Pengembalian - - -
Jumlah Netto 7,730,550 29,009,326 375.26
Sumber data : Subbag keuangan Sekretariat Badan Litbang Pertanian
Berdasarkan tabel di atas, beberapa uraian realisasi pendapatan lebih tinggi
dibandingkan estimasinya. Hal ini disebabkan karena:
a. Optimalnya penjualan hasil pertanian, adanya penjualan bongkaran
renovasi gedung dan bangunan.
b. Optimalnya penggunaan ruang kelas, mess dan guest house.
c. Optimalnya hasil pengembalian uang negara.
d. Optimalnya pembayaran denda.
e. Banyaknya penyelesaian TP/TGR dari satker.
Pada TA 2013 tidak ada pengembalian atas pendapatan.
Tabel 8. Rincian PNBP per wilayah lingkup Badan Litbang Pertanian
No. Uraian Wilayah/Provinsi Jumlah Satker
Realisasi PNBP Kontribusi
(%)
1 Jawa Barat 20 14,758,852,986 50.88
2 DKI Jakarta 3 4,258,924,885 14.68
3 Jawa Timur 5 2,836,697,937 9.78
4 Sulawesi Selatan 3 1,015,512,043 3.5
5 Sumatera Barat 2 749,364,276 2.58
6 Sulawesi Utara 2 746,239,557 2.57
7 Jawa Tengah 2 616,056,829 2.12
8 Banten 2 562,089,193 1.94
9 NTB 1 351,977,919 1.21
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 65
No. Uraian Wilayah/Provinsi Jumlah Satker
Realisasi PNBP Kontribusi
(%)
10 Sumatera Utara 2 348,242,171 1.2
11 Kalimantan Selatan 2 314,817,131 1.09
12 Kalimanatan Barat 1 314,534,200 1.08
13 Sumatera Selatan 1 222,054,384 0.77
14 DIY 1 205,490,593 0.71
15 NAD 1 199,407,421 0.69
16 Sulawei Tenggara 1 168,945,141 0.58
17 NTT 1 158,001,278 0.54
18 Sulawesi Tengah 1 153,588,945 0.53
19 Lampung 1 143,230,808 0.49
20 Maluku 1 120,625,090 0.42
21 Kalimantan Timur 1 119,660,803 0.41
22 Bali 1 106,610,706 0.37
23 Maluku Utara 1 107,501,855 0.37
24 Papua Barat 1 74,907,152 0.26
25 Gorontalo 1 72,721,300 0.25
26 Bengkulu 1 67,319,431 0.23
27 Kalimantan Tengah 1 61,270,587 0.21
28 Jambi 1 56,775,258 0.2
29 Papua 1 42,988,414 0.15
30 Riau 1 30,189,350 0.1
31 Bangka Belitung 1 23,845,603 0.08
32 Sulawesi Barat 1 - 0
33 Kepulauan Riau 1 882,900 0
TOTAL 66 29,009,326,146 100
Sumber data : Subbag keuangan Sekretariat Badan Litbang Pertanian
Kontribusi atas PNBP terbesar ada di provinsi Jawa Barat. Hal ini disebabkan
peningkatan pendapatan sewa rumah dinas, kunjungan tamu yang menggunakan
sarana mess dan guest house bertambah, peningkatan jasa analisa laboratorium
oleh pihak lain dan jumlah satker terbanyak berada di provinsi Jawa Barat yaitu
20 satker.
Realisasi PNBP per 31 Desember 2013 mengalami peningkatan senilai
Rp.6.765.711.916,- atau 30,42% dibandingkan per 31 Desember 2012. Hal ini
disebabkan oleh :
1. Peningkatan pendapatan umum yaitu sewa rumah dinas dan pendapatan
fungsional yang meliputi :
a. Penjualan hasil pertanian, perkebunan, kehutanan.
b. Sewa gedung, bangunan, dan gudang.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 66
c. Jasa tenaga, pekerjaan, informasi, pelatihan, Teknologi, Pendapatan BPN,
Pendapatan DJBC dan jasa lainnya.
2. Jumlah ragam tanaman sumber PNBP bertambah.
3. Produktivitas tanaman meningkat.
4. Kunjungan tamu yang menggunakan sarana mess dan guest house
bertambah.
5. Pemanfaatan auditorium untuk berbagai acara oleh masyarakat pengguna
terdapat penambahan yang cukup signifikan.
6. Peningkatan jasa analisa laboratorium oleh pihak lain.
7. Telah berlakunya tarif royalti atas lisensi hak paten dari hasil penelitian dan
pengembangan pertanian.
8. Meningkatnya jumlah sampel yang diuji laboratorium, karena telah
terakreditasi.
9. Telah menghasilkannya beberapa tanaman perkebunan yang ada di kebun
percobaan.
10. Penggunaan paket teknologi yang efektif dan efisien.
11. Sistem pengolahan lahan yang baik dengan penghasilan dari kegiatan
kebun-kebun percobaan yang ada.
12. Terjadinya kenaikan total hasil/produksi, terutama hasil-hasil pertanian.
13. Sudah berlakunya PP Tarif Nomor 48 tahun 2012 tanggal 12 April 2012,
tentang Jenis dan Tarif Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku
pada Kementerian Pertanian, yang menggantikan PP Tarif No. 49 tahun
2002 dan PP No. 7 tahun 2004.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 67
BAB IV
PENUTUP
Capaian sasaran Badan Litbang Pertanian tahun 2013 diukur dengan 6 (enam)
indikator kinerja. Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun
2013 sebagian besar telah tercapai dan melebihi target yang ditetapkan, dengan
kriteria capaian berhasil (100%) dan sangat berhasil (di atas 100%).
Keberhasilan pencapaian sasaran secara umum didukung oleh sumberdaya yang
ada, terutama SDM peneliti, litkayasa dan tenaga administrasi yang memadai.
Namun demikian, masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi dalam
pencapaian sasaran. Kendala teknis maupun non teknis seperti kendala musim,
pencairan dana dan proses pengadaan yang terlambat masih dialami pada
pelaksanaan kegiatan di beberapa UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian.
Upaya perbaikan tetap dilakukan oleh seluruh jajaran Badan Litbang Pertanian
dalam rangka tercapainya sasaran kegiatan, dengan meningkatkan koordinasi
dengan pihak-pihak terkait, mengoptimalkan sumberdaya yang ada dan
memperbaiki fungsi manajemen, terutama pada tahap perencanaan.