KATA PENGANTAR -...

71
i KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Badan Litbang Pertanian Tahun 2013 ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban kinerja Badan Litbang Pertanian dalam mendukung pemerintahan yang berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, sesuai dengan Instruksi Presiden No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Surat Keputusan Kepala Lembaga Adminstrasi Negara (LAN) No. 239/IX/6/8/2003 tentang Panduan Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dan Permen PAN-RB No. 29/2011 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Litbang Pertanian ini disusun berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan pada Rencana Strategis 2011 – 2014 dengan melaksanakan 1 (satu) sasaran yang dijabarkan dari 1 (satu) program utama Badan Litbang Pertanian dengan 6 (enam) indikator kinerja sasaran. Secara operasional, kegiatan untuk mencapai sasaran tersebut dilaksanakan oleh Pusat/Puslitbang/Balai Besar/Balai Penelitian/ Loka Penelitian lingkup Badan Litbang Pertanian yang berfungsi sebagai litbang pertanian strategis nasional, dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang melaksanakan kegiatan litbang pertanian spesifik lokasi di 33 propinsi di Indonesia. Diharapkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Litbang Pertanian Tahun 2013 ini dapat bermanfaat sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan program dan umpan balik dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja Badan Litbang Pertanian selanjutnya. Jakarta, Februari 2014 Kepala Badan, Dr. Ir. Haryono, MSc.

Transcript of KATA PENGANTAR -...

i

KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Badan Litbang

Pertanian Tahun 2013 ini merupakan salah satu bentuk

pertanggungjawaban kinerja Badan Litbang Pertanian

dalam mendukung pemerintahan yang berdaya guna,

berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, sesuai

dengan Instruksi Presiden No. 7 tahun 1999 tentang

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Surat

Keputusan Kepala Lembaga Adminstrasi Negara (LAN)

No. 239/IX/6/8/2003 tentang Panduan Penyusunan

Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) dan Permen PAN-RB No. 29/2011 tentang

Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Litbang Pertanian ini disusun berdasarkan

indikator-indikator yang telah ditetapkan pada Rencana Strategis 2011 – 2014 dengan

melaksanakan 1 (satu) sasaran yang dijabarkan dari 1 (satu) program utama Badan

Litbang Pertanian dengan 6 (enam) indikator kinerja sasaran. Secara operasional, kegiatan

untuk mencapai sasaran tersebut dilaksanakan oleh Pusat/Puslitbang/Balai Besar/Balai

Penelitian/ Loka Penelitian lingkup Badan Litbang Pertanian yang berfungsi sebagai

litbang pertanian strategis nasional, dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

yang melaksanakan kegiatan litbang pertanian spesifik lokasi di 33 propinsi di

Indonesia.

Diharapkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Litbang Pertanian Tahun 2013 ini dapat

bermanfaat sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan program dan umpan balik

dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja Badan Litbang Pertanian selanjutnya.

Jakarta, Februari 2014

Kepala Badan,

Dr. Ir. Haryono, MSc.

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

IKHTISAR EKSEKUTIF .................................................................................. 1

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 3

BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ...................................... 11

2.1 Visi ..................................................................................... 11

2.2 Misi .................................................................................... 12

2.3 Tujuan ................................................................................ 12

2.4 Sasaran .............................................................................. 13

2.5 Arah Kebijakan .................................................................... 13

2.6 Program Badan Litbang Pertanian .......................................... 15

2.7 Kegiatan Badan Litbang Pertanian .......................................... 15

2.8 Indikator Kinerja Utama ........................................................ 19

2.9 Rencana Kinerja Tahun 2013 ................................................. 21

2.10 Penetapan Kinerja Tahun 2013 .............................................. 23

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA .............................................................. 25

3.1 Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2011 ................................ 25

3.2 Analisis Capaian Kinerja ........................................................ 27

3.3 Akuntabilitas Keuangan ........................................................ 59

BAB IV. PENUTUP ..................................................................................... 67

LAMPIRAN

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perkembangan Komposisi SDM Badan Litbang Pertanian Tahun

2012 – 2013 menurut Tingkat Pendidikan .............................. 6

Tabel 2. Perkembangan Komposisi Tenaga Fungsional Badan Litbang

Pertanian Tahun 2012 – 2013 .............................................. 6

Tabel 3. Laboratorium Pengujian Terakreditasi KAN ............................ 8

Tabel 4. Rencana Kinerja Tahunan TA. 2013 ...................................... 22

Tabel 5. Penetapan Kinerja Tahunan TA. 2013 ................................... 23

Tabel 6. Capaian Kinerja Indikator Sasaran RPJMN Badan Litbang

Pertanian Tahun 2013 ......................................................... 26

Tabel 7. Rincian Estimasi Pendapatan dan Realisasi PNBP .................... 64

Tabel 8. Rincian PNBP per wilayah lingkup Badan Litbang Pertanian ..... 64

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Ubijalar Var. Antin 1 ......................................................... 29

Gambar 2. VUB Kedelai Hitam yang Dilepas Tahun 2013 ...................... 30

Gambar 3. VUB Jagung yang Dilepas Tahun 2013 ............................... 31

Gambar 4. VUB Gandum .................................................................. 32

Gambar 5. VUB Sorgum yang Dilepas Tahun 2013 .............................. 32

Gambar 6. VUB Bawang Merah yang Dilepas Tahun 2013 .................... 33

Gambar 7. Galur ternak yang Dilepas Tahun 2013 ............................... 35

Gambar 8. Gubernur Jawa Tengah Menyaksikan Pertanaman Aneka

Kacang Dan Ubi Di Lapang ............................................... 38

Gambar 9. Teknologi Pengelolaan SDL ............................................... 40

iv

Gambar 10. Sistem Monitoring Online Katam Menggunakan CCTV .......... 43

Gambar 11. Peta sekuen kloroplas kelapa sawit Dura (atas), Pisifera (kiri),

dan Oleifera (kanan) ........................................................ 44

Gambar 12. Peta Tematik ................................................................... 45

Gambar 13. Teknologi Pascapanen yang Dihasilkan Tahun 2013 ............. 48

Gambar 14. Persentase Pagu Anggaran Badan Litbang Pertanian TA 2013

Per Unit Kerja .................................................................. 49

Gambar 15. Persentase Pagu Anggaran Badan Litbang Pertanian TA 2013

Per Belanja ..................................................................... 60

Gambar 16. Perbandingan (Persentase) Realisasi Terhadap Pagu

Anggaran Badan Litbang Pertanian TA 2013 Per Belanja ...... 61

Gambar 17. Perbandingan (Persentase) Realisasi Terhadap Pagu

Anggaran Badan Litbang Pertanian TA 2013 Per Belanja ...... 62

Gambar 18. Perbandingan (Persentase) Realisasi Terhadap Pagu

Anggaran Badan Litbang Pertanian TA 2013 Per Eselon 2 ..... 62

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Struktur Organisasi Badan Litbang Pertanian

Lampiran 2. Realisasi Keuangan per Belanja per Unit Kerja Lingkup Badan Litbang per Desember tahun 2012

Lampiran 3. Formulir Rencana Strategis (RS)

Lampiran 4. Formulir Rencana Kinerja Tahunan (RKT)

Lampiran 5. Formulir Penetapan Kinerja (PK)

Lampiran 6. Formulir Pengukuran Kinerja Tingkat Unit Eselon I Kementerian/

Lembaga

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1

IKHTISAR EKSEKUTIF

Dalam rangka menjamin pelaksanaan program penelitian dan pengembangan

pertanian yang konsisten dan kontinyu, Badan Litbang Pertanian telah

menetapkan Rencana Strategis 2010 – 2014. Rencana Strategis ini

dilaksanakan dengan mengacu kepada Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Rencana Pembangunan

Pertanian Jangka Panjang 2005-2025; Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014; dan Renstra Kementerian

Pertanian Tahun 2010-2014. Renstra Litbang Pertanian merupakan dokumen

perencanaan yang berisikan visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan,

strategi, program, dan kegiatan penelitian dan pengembangan pembangunan

pertanian yang akan dilaksanakan oleh Badan Litbang Pertanian selama lima

tahun ke depan (2010-2014). Agar Badan Litbang Pertanian dapat senantiasa

eksis, antisipatif dan inovatif, dalam dokumen ini pula, ditetapkanlah visi Badan

Litbang ke depan yaitu : “Pada tahun 2014 menjadi lembaga penelitian

dan pengembangan pertanian berkelas dunia yang menghasilkan dan

mengembangkan inovasi teknologi pertanian untuk mewujudkan

pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya

lokal”.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan program Kementerian Pertanian, Badan

Litbang Pertanian menetapkan program utama pada periode 2010-2014 yang

diarahkan untuk penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya

saing. Oleh karena itu Badan Litbang Pertanian menetapkan kebijakan alokasi

sumber daya litbang menurut komoditas prioritas utama, yaitu 5 komoditas

prioritas (padi, jagung, kedelai, sapi, dan tebu) dan 34 fokus komoditas lainnya

mencakup: pangan (ubi kayu dan kacang tanah), hortikultura (kentang, cabai

merah, bawang merah, mangga, manggis, pisang, anggrek, krisan, durian dan

jeruk), perkebunan (kelapa sawit, karet, kelapa, sagu, aren, kakao, kopi, teh,

kina, lada, jambu mete, kapas, tembakau, cengkeh, jahe, dan nilam), serta

peternakan (sapi perah, kambing, domba, babi, ayam buras dan itik).

Sesuai dengan organisasi Badan Litbang Pertanian, program Badan Litbang

Pertanian untuk periode 2010-2014 terdiri dari 12 kegiatan, yaitu sebagai

berikut: (1) Kegiatan Litbang Tanaman Pangan; (2) Kegiatan Litbang Tanaman

Hortikultura; (3) Kegiatan Litbang Tanaman Perkebunan; (4); Kegiatan Litbang

Peternakan dan Veteriner; (5) Kegiatan Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian;

(6) Kegiatan Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian; (7)

Kegiatan Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian; (8) Kegiatan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2

Perekayasaan/Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pertanian; (9)

Kegiatan Litbang Pascapanen Pertanian; (10) Kegiatan Pengembangan

Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian; (11) Kegiatan Pengkajian

dan Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian; (12) Kegiatan Dukungan

Manajemen, Fasilitas dan Instrumen Teknis dalam Pelaksanaan Kegiatan

Litbang Pertanian.

Sementara itu, berdasarkan RPJM 2010-2014, Badan Litbang Pertanian

mempunyai 1 (satu) sasaran dan 4 (empat) indikator sasaran, yaitu: (1)

Jumlah varietas unggul baru tanaman dan galur unggul ternak; (2) Jumlah

inovasi teknologi; (3) Jumlah rekomendasi kebijakan pertanian, dan (4) Jumlah

teknologi pertanian yang terdiseminasikan. Target untuk 4 indikator sasaran

tersebut, secara umum telah tercapai dan melebihi target yang ditetapkan

dengan kisaran prosentase capaian antara 100 – 157,8% (sangat berhasil).

Sedangkan hasil pengukuran terhadap tingkat capaian kinerja Badan Litbang

Pertanian berada dalam kisaran 80 – 400%.

Pencapaian kinerja akuntabilitas bidang keuangan Per 31 Desember 2013,

anggaran Badan Litbang Pertanian telah direalisasikan sebesar 92,95%. Rata-

rata realisasi anggaran per eselon-2 lingkup Badan Litbang Pertanian

menunjukkan hasil yang cukup baik, yaitu di atas 80%. Hal ini disebabkan

karena tidak semua anggaran Belanja Modal pada anggaran Pinjaman Luar

Negeri (RK) dapat terserap. Hal ini dikarenakan terlambatnya Legal Opinion

(LO) dari Bank Dunia yang baru terbit pada akhir bulan September 2013.

Sedangkan realisasi Pendapatan Negara dan Hibah untuk periode yang

berakhir pada 31 Desember 2013 mencapai 375,25% dari estimasi pendapatan

yang ditetapkan. Walau secara umum target yang ditetapkan telah terpenuhi

namun dalam pelaksanaan kegiatan tidaklah selalu berjalan mulus. Masih

banyak kendala teknis maupun non teknis yang dihadapi dalam pelaksanaan

kegiatan Badan Litbang Pertanian. Namun, agar sasaran tetap tercapai,

langkah antisipatif telah diupayakan oleh seluruh jajaran Badan Litbang

Pertanian dengan mengoptimalkan seluruh potensi dan kemampuan yang

dimiliki agar seluruh kegiatan dapat berjalan dengan optimal.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3

BAB I

PENDAHULUAN

Pada kurun waktu 2010-2014, Kementerian Pertanian telah menetapkan sistem

pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal untuk

meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor dan kesejahteraan

petani sebagai visi pembangunan pertanian. Sistem pertanian industrial

merupakan suatu sistem yang menerapkan integrasi usaha tani disertai dengan

koordinasi vertikal dalam satu alur produk, sehingga karakteristik produk akhir

yang dipasarkan dapat dijamin dan disesuaikan dengan preferensi konsumen

akhir. Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan pertanian industrial

berkelanjutan tersebut, penelitian dan pengembangan (litbang) di bidang

pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis.

Perkembangan organisasi Badan Litbang Pertanian yang dilaksanakan secara

berkelanjutan dan disesuaikan dengan dinamika tuntutan perubahan

lingkungan strategis Litbang Pertanian berperan penting dalam mendukung

pencapaian Visi dan Misi Badan Litbang Pertanian. Kebijakan yang bertujuan

untuk mewujudkan organisasi pemerintah yang efektif dan efisien telah

dilakukan melalui penerbitan dua peraturan perundangan yaitu Peraturan

Presiden RI No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi

Kementerian Negara dan Peraturan Presiden No. 24 Tahun 2010 tentang

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara serta Susunan

Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara.

Tindak lanjut pelaksanaan kebijakan tersebut, Menteri Pertanian telah

menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Pertanian (Permentan No.61/Permentan/OT.140/10/2010).

Struktur Organisasi Badan Litbang Pertanian tahun 2013 terdiri dari jajaran

eselon II yang meliputi: (1) Sekretariat Badan; (2) Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan; (3) Pusat Penelitian dan Pengembangan

Tanaman Hortikultura; (4) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Perkebunan; (5) Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan; (6) Pusat

Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian; (7) Pusat Perpustakaan dan

Penyebaran Teknologi Pertanian; (8) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Sumberdaya Lahan Pertanian; (9) Balai Besar Pengembangan Mekanisasi

Pertanian; (10) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan

Sumberdaya Genetik Pertanian; (11) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian; (12) Balai Besar Penelitian Tanaman Padi; (13) Balai

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 4

Besar Penelitian Veteriner; dan (14) Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan

Teknologi Pertanian.

Untuk mewujudkan tertib administrasi dan sebagai tindak lanjut dari penataan

organisasi Unit Kerja (UK) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT), Kepala Badan

menetapkan nama dan singkatan dari UK dan UPT dalam lingkup Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Berdasarkan ketetapan yang diatur

dengan SK Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian nomor

82/Kpts/OT.160/ I/2012 tanggal 3 April 2012, terdapat perubahan singkatan

pada beberapa UK dan UPT, yaitu:

1. Singkatan untuk Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

Pertanian dirubah dari BBP2TP menjadi BB Pengkajian.

2. Singkatan untuk Balai Besar Penelitian Veteriner dirubah dari BB Litvet

menjadi BBalitvet.

3. Singkatan untuk Balai Penelitian Buah Tropika dirubah dari Balitbu

menjadi Balitbu Tropika,

4. Nama Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat diubah menjadi

Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat.

5. Nama dan singkatan untuk Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma

Lain (Balitka) dirubah menjadi Balai Penelitian Tanaman Palma (Balit

Palma).

5. Singkatan untuk Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian diubah dari

BPATP menjadi Balai PATP.

Selama kurun waktu 2005-2009, Badan Litbang Pertanian telah menunjukkan

perannya secara signifikan melalui inovasi dan pengembangan teknologi

berupa varietas unggul, pengelolaan tanaman terpadu, teknologi alat mesin

pertanian (alsintan) dan pasca panen, pengembangan model kelembagaan

serta saran kebijakan untuk mendukung pencapaian swasembada beras dan

jagung, peningkatan produktivitas, nilai tambah dan daya saing produk

pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani.

Dalam menjalankan perannya ke depan, permasalahan yang dihadapi semakin

kompleks, seperti : 1) meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan

iklim global; 2) ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana, lahan dan air; 3)

status dan luas kepemilikan lahan; 4) sistem perbenihan dan perbibitan

nasional belum berjalan optimal; 5) keterbatasan akses petani terhadap

permodalan dan masih tingginya suku bunga usaha tani; 6) lemahnya

kapasitas dan kelembagaan petani dan penyuluh; 7) masih rawannya

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5

ketahanan pangan dan ketahanan energi; 8) belum berjalannya diversifikasi

pangan dengan baik; 9) rendahnya Nilai Tukar Petani (NTP); dan 10) belum

padunya antar sektor dalam menunjang pembangunan pertanian. Dalam

rangka mengatasi permasalahan tersebut, Badan Litbang Pertanian telah,

sedang dan akan terus berinisiatif melakukan langkah-langkah visioner melalui

reorganisasi dan restrukturisasi program, optimalisasi pemanfaatan dan

peningkatan sumberdaya penelitian yang dimiliki.

Paradigma Badan Litbang Pertanian dalam era pembangunan yang makin

kompetitif adalah penciptaan teknologi pertanian yang memiliki nilai tambah

ekonomi yang tinggi untuk mewujudkan peran litbang dalam pembangunan

pertanian (impact recognition) dan nilai ilmiah tinggi (scientific

mission/recognition) untuk pencapaian status sebagai lembaga penelitian

berkelas dunia (a world class research institution). Perubahan lingkungan

strategis baik internal maupun eksternal harus dijawab dengan meningkatkan

prioritas dan kualitas hasil litbang yang berorientasi pasar baik domestik

maupun internasional dan berdaya saing tinggi. Guna menjawab kesemuanya

itu, ke depan Badan Litbang Pertanian akan meningkatkan kerja

sama/networking baik dengan pemerintah daerah, lembaga penelitian dan

pelaku usaha nasional maupun internasional.

Peran Badan Litbang Pertanian yang semakin besar harus didukung oleh

sumber daya yang memadai (SDM, pendanaan dan sarana-prasarana). SDM

yang berkarakter dan kompeten akan terus dikembangkan dalam lima tahun ke

depan melalui sistem rekruitmen berbasis kompetensi dan peningkatan

kompetensi melalui pelatihan jangka pendek dan jangka panjang. Sumber dana

yang memadai baik untuk penelitian maupun penguatan sarana dan prasarana

akan terus diupayakan baik melalui pendanaan APBN, APBD, maupun

peningkatan kerja sama dalam dan luar negeri.

Jumlah SDM Badan Litbang Pertanian per Desember 2013 sebanyak 7.404

orang atau 36.75% dari total SDM Kementerian Pertanian yang berjumlah

20.147 orang. SDM tersebut terdistribusi ke 66 Satuan kerja (Satker) di

lingkungan Badan Litbang Pertanian. Perkembangan komposisi SDM Badan

Litbang Pertanian menurut tingkat pendidikan dalam dua tahun terakhir

disajikan pada Tabel 1.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 6

Tabel 1. Perkembangan Komposisi SDM Badan Litbang Pertanian Tahun

2012 – 2013 menurut Tingkat Pendidikan

No. Pendidikan 2012 2013

1 S3 406 467

2 S2 1.093 1.085

3 S1 1.994 1.882

4 <S1 4.235 3.970

TOTAL 7.728 7.404

Sumber data : SIMPEG Badan Litbang Pertanian, data diolah, Desember 2013

Berdasarkan bidang tugasnya, SDM Badan Litbang Pertanian pada tahun 2013

terdiri atas tenaga fungsional sebanyak 2.959 orang (39.96%), dan tenaga

administrasi 4.445 orang (60.04%). Adapun perkembangan jumlah tenaga

fungsional dalam dua tahun terakhir disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Komposisi Tenaga Fungsional Badan Litbang

Pertanian Tahun 2012 – 2013

No. Jabatan Fungsional 2012 2013

1 Peneliti 1.630 1.766

2 Perekayasa 40 43

3 Penyuluh Pertanian 302 290

4 Teknisi Litkayasa 760 671

5 Pustakawan 97 109

6 Arsiparis 35 35

7 Pranata Komputer 14 18

8 Analis Kepegawaian 7 13

9 Perencana 2 2

10 Pranata Humas 11 10

11 Statistisi 2 2

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 7

No. Jabatan Fungsional 2012 2013

12 Pengawas Bibit Ternak 1 -

13 Pengawas Mutu Pakan 1 -

14 Pengawas Benih Tanaman 1 -

Jumlah 2.903 2.959

Sumber data : SIMPEG Badan Litbang Pertanian, data diolah, Desember 2013

Dari sejumlah peneliti Badan Litbang Pertanian, ada beberapa yang telah

mendapatkan gelar Profesor Riset. Profesor Riset adalah gelar tertinggi yang

diberikan kepada para peneliti yang sudah mencapai jenjang kepangkatan Ahli

Peneliti Utama (APU) dengan angka kredit 1.050, sudah pernah menyampaikan

orasi ilmiah serta telah menulis publikasi ilmiah internasional minimal 2 judul.

Sampai dengan tahun 2013, Badan Litbang Pertanian telah mempunyai

Profesor Riset sebanyak 115 orang yang telah dikukuhkan oleh LIPI dengan

bidang kepakaran antara lain adalah Agro Ekonomi, Bioteknologi Pertanian,

Pakan dan Nutrisi Ternak, Teknologi Pascapanen dan Teknologi Benih.

Untuk menjawab tantangan globalisasi, standarisasi lembaga penelitian dalam

kaitannya dengan kebijakan komersialisasi hasil dan jasa penelitian, Badan

Litbang Pertanian harus mampu memberikan jaminan mutu terhadap hasil-hasil

penelitiannya dan mendapatkan pengakuan secara nasional dan internasional

melalui proses akreditasi/sertifikasi. Jaminan mutu dan pengakuan

akreditasi/sertifikasi tersebut hanya dapat dicapai bila laboratorium dan unit

kerja lingkup Badan Litbang Pertanian dapat menerapkan Good Laboratory

Practices (GLP) dan Quality Management System (QMS) dalam melaksanakan

segala kegiatannya. GLP dan QMS tersebut dapat dilaksanakan melalui

implementasi sistem akreditasi/sertifikasi dengan dasar acuan standar yang

ada. Dasar acuan yang digunakan untuk GLP adalah SNI 19-17025-2005 (yang

merupakan adopsi dari ISO/IEC 17025: 1999), sedangkan QMS dasar acuannya

adalah ISO 9001:2001. Dalam pelaksanaannya, implementasi ISO/IEC 17025:

2005 pada unit kerja lingkup Badan Litbang Pertanian diarahkan untuk

pengembangan laboratorium uji mutu dan produk, termasuk uji mutu

benih/bibit. Sedangkan implementasi ISO 9001: 2001 akan lebih diarahkan

untuk pengembangan manajemen Unit Kerja dan sertifikasi Unit Pengelola

Benih Sumber (UPBS) pada Balai Penelitian Komoditas.

Laboratorium pengujian lingkup Balai Besar, Balai dan Loka Penelitian di Badan

Litbang Pertanian sebanyak 168 yang meliputi bidang pengujian: uji tanah,

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8

pupuk, tanaman, mutu benih, air, alsin pertanian, proksimat pangan dan

pakan, penyakit hewan serta mutu dan keamanan pangan hasil pertanian, dan

biologi molekuler serta fasilitas BSL3 untuk penanganan mikroba. Sampai

dengan tahun 2013, sebanyak 34 unit laboratorium dari 52 UPT telah

mendapat akreditasi ISO-17025-2005 dan 1 unit laboratorium di BPTP Kaltim

telah mendapat akreditasi ISO-17025-2008 dari Komite Akreditasi Nasional

(KAN) yang berarti telah mendapatkan pengakuan formal, baik nasional,

regional dan internasional, seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Laboratorium Pengujian Terakreditasi KAN

No UPT Jenis Laboratorium

Terakreditasi ISO/IEC 17025-2005

1 BB Padi Laboratorium Fisiologi Hasil

2 BB Padi Laboratorium Penguji

3 BB Padi Laboratorium Penguji

4 Balitkabi Laboratorium Tanah dan Tanaman

5. Balitkabi Laboratorium Pemuliaan/Lab Uji Mutu Benih

6. Balitkabi Laboratorium Kimia Pangan

7. Balitsereal Laboratorium Pengujian (Perbenihan)

8. Balithi Laboratorium Virologi

9. Balithi Laboratorium BUSS

10. Balitbu Laboratorium Uji Mutu Benih

11. Balitjestro Laboratorium Fitopatologi

12. Balittro Laboratorium Penguji (Servis/Kimia)

13. Balittas Laboratorium Pengujian Benih

14. BB Litvet Laboratorium Parasitologi

15. BB Litvet Laboratorium Bakteriologi

16. BB Litvet Laboratorium Patologi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 9

No UPT Jenis Laboratorium

17. BB Litvet Laboratorium Toksikologi dan Mikologi

18. BB Litvet Laboratorium Virologi

19. Balitnak Laboratorium servis kimia

20. Balingtan Laboratorium Terpadu

21. Balingtan Laboratorium Residu Bahan Agrokimia (RBA)

22. BB Biogen Laboratorium Biologi Molekuler

23. BB Biogen Fasilitas Bank Gen

24. BB Pascapanen Laboratorium Kimia Biokimia

25. BB Pascapanen Laboratorium Uji Mutu Fisik

26. BB Mektan Pengujian Traktor Roda 4

27. BB Mektan Pengujian Traktor Roda 2

28. BB Mektan Pengujian Pompa Air Irigasi

29. BB Mektan Pengujian Pasca Panen Biji-bijian

30. BPTP Sumut Laboratorium Tanah dan Tanaman

31. BPTP Jatim Laboratorium Tanah

32. BPTP NTB Laboratorium Tanah

33. BPTP NTB Laboratorium Pengujian

34. BPTP Sulsel Laboratorium BPTP Sulawesi Selatan

Terakreditasi ISO/IEC 17025-2008

1. BPTP Kaltim Lab. Tanah

Sumber data : i-asset Badan Litbang Pertanian, data diolah, Desember 2013

Selain laboratorium, dalam pelaksanaan tupoksinya, Badan Litbang Pertanian

juga didukung oleh 119 kebun percobaan seluas 4.617,94 ha yang digunakan

untuk kegiatan penelitian pemuliaan, konservasi ex-situ SDG, produksi benih

sumber dan show window inovasi teknologi. Luas kebun yang digunakan

khusus untuk penelitian dan pengkajian tanaman pangan (padi, jagung,

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 10

sorghum, aneka ubi dan aneka kacang) seluas 127,44 ha, aneka buah (durian,

mangga, pisang, jeruk, apel, anggur) seluas 37,90 ha, untuk tanaman

perkebunan (kelapa, kapuk, lada, kayu manis, cengkeh, pala) seluas 169,20

ha, dan untuk pakan serta ternak (sapi, kambing dan domba) 12,79 ha.

Secara umum kondisinya sangat bervariasi, baik luas, status lahan,

penggunaan dan pemanfaatan, maupun keragaannya. Kebun-kebun tersebut

tersebar di berbagai wilayah pada kondisi agroklimat yang berbeda-beda

dengan ketinggian mulai dataran rendah sampai dengan dataran tinggi.

Dalam memaksimalkan tupoksi Badan Litbang Pertanian terutama dalam

penyebarluasan varietas-varietas unggul baru, telah diupayakan melalui

pembentukan Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS), yang berperan dalam 1)

Meningkatkan produksi, mutu, dan distribusi benih sumber; 2) Mempercepat

pengembangan varietas unggul baru; 3) Memantapkan kelembagaan

perbenihan untuk menjamin distribusi benih; dan 4) Mendukung upaya

penyediaan benih bermutu bagi petani. Saat ini, telah ada 47 UPT lingkup

Badan Litbang Pertanian sebagai pelaksana UPBS dan telah memproduksi

berbagai jenis benih (FS, SS dan ES) dari komoditas tanaman pangan,

tanaman hortikultura dan perkebunan maupun peternakan.

Pengembangan sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

ditujukan untuk mengubah penggunaan IPTEK dari yang berciri tradisional ke

arah yang lebih maju. Dengan sumberdaya yang terbatas dan tatanan pasar

yang sangat kompetitif, penerapan inovasi teknologi merupakan faktor kunci

dalam pengembangan pertanian industrial unggul berkelanjutan. Inovasi

teknologi harus bermanfaat dalam meningkatkan kapasitas produksi dan

produktivitas sehingga dapat memacu pertumbuhan produksi dan peningkatan

daya saing. Inovasi teknologi juga diperlukan dalam pengembangan produk

(product development) dalam rangka peningkatan nilai tambah, diversifikasi

produk dan transformasi produk sesuai dengan preferensi konsumen.

Badan Litbang Pertanian telah dan terus mengembangkan kegiatan

manajemen dengan melakukan sinkronisasi dan konsolidasi dalam penyusunan

strategi, arah kebijakan dan kebijakan litbang pertanian. Untuk mencapai

harmonisasi perencanaan kegiatan litbang pertanian secara menyeluruh,

terintegrasi, dan bersinergi dengan sektor lain dalam mencapai tujuan

pembangunan pertanian, Badan Litbang Pertanian perlu menyusun rencana

strategis (renstra) sehingga hasil litbang yang dicapai dapat memberikan arti

dalam mendukung pencapaian pembangunan pertanian nasional yang berbasis

IPTEK.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 11

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Rencana kerja Badan Litbang Pertanian selama lima tahun dituangkan dalam

Rencana Strategis Badan Litbang Pertanian dengan mengacu kepada Undang

Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional; Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Panjang 2005-2025;

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-

2014; dan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014.

Rencana kerja ini disusun berdasarkan analisis strategis atas potensi, peluang,

tantangan dan permasalahan termasuk isu strategis terkini yang dihadapi

pembangunan pertanian dan perkembangan IPTEK dalam lima tahun ke

depan. Sebagai bentuk implementasi dari Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN 2010-2014) bidang penelitian dan pengembangan

pertanian perencanaan kinerja diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan

arahan bagi Unit kerja Jajaran Birokrasi di lingkup Badan Litbang Pertanian

dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian dan pengembangan

pertanian periode 2010-2014 secara menyeluruh, terintegrasi, dan sinergis baik

di dalam maupun antar sektor/sub-sektor terkait. Pada tahap berikutnya,

rencana kinerja yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan,

strategi, program, dan kegiatan penelitian dan pengembangan pembangunan

pertanian yang akan dilaksanakan oleh Badan Litbang Pertanian ini dituangkan

dalam rencana kinerja tahunan Badan Litbang Pertanian. Sebagai bentuk

komitmen, rencana kinerja tahunan ini ditetapkan dalam sebuah perjanjian

kinerja antara Kepala Badan Litbang Pertanian dengan Menteri Pertanian dalam

bentuk dokumen Penetapan Kinerja Tahunan sebagai acuan penilaian terhadap

akuntabilitas pelaksana kegiatan lingkup Badan Litbang Pertanian.

2.1 Visi

“Pada tahun 2014 menjadi lembaga penelitian dan pengembangan pertanian

berkelas dunia yang menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi

pertanian untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan

berbasis sumber daya lokal”

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 12

2.2 Misi

a. Menghasilkan, mengembangkan dan mendiseminasikan inovasi

teknologi, sistem dan model serta rekomendasi kebijakan di bidang

pertanian yang berwawasan lingkungan dan berbasis sumber daya lokal

guna mendukung terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan.

b. Meningkatkan kualitas sumber daya penelitian dan pengembangan

pertanian serta efisiensi dan efektivitas pemanfaatannya.

c. Mengembangkan jejaring kerja sama nasional dan internasional

(networking) dalam rangka penguasaan Iptek (scientific recognition) dan

peningkatan peran Badan Litbang Pertanian dalam pembangunan

pertanian (impact recognition).

2.3 Tujuan

a. Menghasilkan varietas unggul baru dan mengembangkan teknologi

benih, bibit, pupuk, alat dan mesin pertanian, pengendalian organisme

pengganggu tanaman (OPT) dan ternak, serta teknologi pascapanen

dalam rangka mendukung peningkatan produksi, nilai tambah, daya

saing dan ekspor.

b. Meningkatkan kapasitas dan kompetensi lembaga (capacity building)

untuk menghasilkan, mengembangkan, mendiseminasikan, dan

mempromosikan teknologi berbasis sumberdaya lokal dalam penyediaan

dan perbanyakan benih, bibit, pupuk, aneka obat dan mesin pertanian,

teknologi pascapanen, serta bioteknologi.

c. Menghasilkan, mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi

mutakhir terutama bioteknologi bidang pangan yang mampu

mengantisipasi perubahan iklim global, gangguan OPT, serta preferensi

pengguna teknologi dalam rangka peningkatan produksi, diversifikasi

pangan, nilai tambah dan daya saing.

d. Meningkatkan efektifitas berbagai metode dan media diseminasi inovasi

teknologi pertanian kepada petani dalam rangka mendukung

pengembangan sistem pertanian industrial.

e. Mengkaji dan mengembangkan berbagai model kerja sama kelembagaan

antar pelaku usaha untuk mendiseminasikan hasil inovasi dan

kelembagaan kepada petani dan pengguna secara proporsional untuk

mendukung pengembangan sistem pertanian industrial.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 13

f. Menghasilkan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian yang

bersifat antisipatif dan responsif untuk mendukung pengembangan

sistem pertanian industrial, serta meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan petani.

2.4. Sasaran

Sebagai lembaga penelitian dan pengembangan yang berkelas dunia, ada 6

sasaran strategis yang harus dicapai, yaitu:

a. Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka peningkatan

produksi dan produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan

swasembada berkelanjutan.

b. Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan sumberdaya

pertanian mendukung pencapaian swasembada dan swasembada

berkelanjutan.

c. Terciptanya teknologi pascapanen hasil pertanian berbasis sumberdaya

lokal mendukung diversifikasi pangan dan peningkatan nilai tambah,

daya saing, dan ekspor.

d. Tersedianya kebijakan pengembangan kelembagaan agribisnis dan

agroindustri untuk peningkatan kesejahteraan petani.

e. Meningkatnya diseminasi dan promosi inovasi teknologi pertanian, serta

jejaring kerjasama nasional dan internasional.

f. Meningkatnya jumlah publikasi di jurnal ilmiah nasional dan

internasional, hak kekayaan intelektual (HKI), serta komersialisasi hasil

penelitian.

2.5 Arah Kebijakan

Arah kebijakan dan strategi litbang pertanian ke depan disusun dengan

mempertimbangkan sasaran pembangunan pertanian 2010 – 2014 melalui

peningkatan penguasaan dan pengembangan IPTEK yang inovatif, efisien dan

efektif dengan mengedepankan kaidah ilmiah dan berkontribusi terhadap

perkembangan IPTEK. Kebijakan tersebut diimplementasikan melalui

pemanfaatan sumberdaya penelitian yang ada secara optimal dan

meningkatkan jejaring kerjasama dengan institusi lain baik nasional maupun

internasional. Dalam upaya mendukung pencapaian sasaran pembangunan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 14

pertanian, rumusan arah kebijakan litbang pertanian dikelompokkan ke dalam

4 (empat) kategori sesuai dengan 4 (empat) target sukses Kementerian

Pertanian, yaitu:

1. Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan.

2. Peningkatan diversifikasi pangan.

3. Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor.

4. Peningkatan kesejahteraan petani.

2.5.1 Dukungan pencapaian swasembada dan swasembada

berkelanjutan

a) Memfokuskan pada penciptaan inovasi teknologi benih/bibit unggul,

pupuk, alat dan mesin pertanian (alsintan) untuk mendukung

pencapaian sasaran pembangunan pertanian, yaitu: (1) pemantapan

swasembada beras, jagung, daging ayam, dan gula konsumsi; (2)

pencapaian swasembada kedelai, daging sapi, gula industri; dan (3)

peningkatan produksi susu segar, buah, sayur, bunga, tanaman

perkebunan dan produk-produk pertanian substitusi impor.

b) Memprioritaskan penyediaan inovasi teknologi untuk optimalisasi

pemanfaatan sumberdaya lahan pertanian.

c) Mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim.

d) Meningkatkan kuantitas dan kualitas pengkajian teknologi dan adaptasi

inovasi teknologi spesifik lokasi untuk mengoptimalkan pemanfaatan

sumberdaya pertanian nasional yang beragam.

2.5.2 Dukungan terhadap peningkatan diversifikasi pangan

a) Mendukung percepatan diversifikasi pangan berbasis sumber daya

lokal melalui penyediaan inovasi teknologi.

b) Melakukan promosi dan diseminasi penggunaan pangan lokal non

beras sebagai sumber karbohidrat.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 15

2.5.3 Dukungan terhadap peningkatan nilai tambah, daya saing dan

ekspor

a) Memperkuat inovasi teknologi dan kelembagaan untuk pengembangan

industri hilir pertanian di perdesaan berbasis kelompok tani untuk

meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian.

b) Mempercepat penyediaan inovasi teknologi untuk pengembangan bio-

energy berbasis bahan baku lokal terbarukan untuk memenuhi

kebutuhan energi masyarakat khususnya di perdesaan dan

mensubstitusi BBM.

2.5.4 Dukungan terhadap peningkatan kesejahteraan petani

a) Mendorong peningkatan kesejahteraan petani melalui pengembangan

rekayasa model kelembagaan dan rumusan kebijakan pembangunan

pertanian antisipatif dan responsif yang berpihak kepada petani.

b) Memberikan bantuan benih/bibit dan bimbingan teknologi kepada

petani/kelompok tani di pedesaan.

2.6 Program Badan Litbang Pertanian

Program Badan Litbang Pertanian pada periode 2010-2014 diarahkan untuk

penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing. Oleh karena

itu Badan Litbang Pertanian menetapkan kebijakan alokasi sumber daya litbang

menurut komoditas prioritas utama yang ditetapkan oleh Kementerian

Pertanian, yaitu 5 komoditas prioritas (padi, jagung, kedelai, sapi, dan tebu)

dan 34 fokus komoditas lainnya mencakup: pangan (ubi kayu dan kacang

tanah), hortikultura (kentang, cabai merah, bawang merah, mangga, manggis,

pisang, anggrek, krisan, durian dan jeruk), perkebunan (kelapa sawit, karet,

kelapa, sagu, aren, kakao, kopi, teh, kina, lada, jambu mete, kapas, tembakau,

cengkeh, jahe, dan nilam), serta peternakan (sapi perah, kambing, domba,

babi, ayam buras dan itik).

2.7 Kegiatan Badan Litbang Pertanian

Sesuai dengan organisasi Badan Litbang Pertanian, program Badan Litbang

Pertanian untuk periode 2010-2014 terdiri dari 12 kegiatan, yaitu sebagai

berikut:

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 16

2.7.1 Kegiatan Litbang Tanaman Pangan

Kegiatan Litbang Tanaman Pangan diarahkan pada perakitan varietas tanaman

pangan umur ultra genjah, toleran terhadap cekaman biotik/abiotik, dan

adaptif untuk daerah tropis serta dampak perubahan iklim global. Selain itu,

juga dirakit inovasi teknologi untuk peningkatan produktivitas benih F1 hibrida

padi dan jagung serta akselerasi produksi dan penyebaran benih sumber untuk

mempercepat diseminasi varietas unggul baru. Sejalan dengan hal tersebut,

juga diprogramkan penelitian untuk menghasilkan teknologi budidaya

pendukung peningkatan produktivitas dan peningkatan indek panen yang

efisien dan ramah lingkungan serta teknologi panen dan pasca panen primer.

2.7.2 Kegiatan Litbang Tanaman Hortikultura

Kegiatan Litbang Tanaman Hortikultura diarahkan pada pemuliaan dan

pengelolaan sumberdaya genetik hortikultura sebagai bahan perakitan varietas

unggul baru adaptif daerah tropis (genjah, better eating quality, seedless,

trendsetter), serta inovasi teknologi modern yang efektif, efisien dan ramah

lingkungan berbasis sumber daya lokal yang dapat mengantisipasi perubahan

iklim dan menanggulangi permasalahan OPT.

2.7.3 Kegiatan Litbang Tanaman Perkebunan

Penelitian dan pengembangan tanaman perkebunan dilakukan dalam konteks

kebijakan prioritas komoditas melalui kegiatan pemuliaan dan pengelolaan

sumberdaya genetik, inovasi teknologi budidaya dan pengolahan hasil, serta

rekomendasi kebijakan berbasis: (1) pengembangan bahan bakar nabati (jarak

pagar, kemiri sunan, sagu, dan aren), (2) penghasil serat (kapas, kenaf) dan

pemanis (stevia, tebu, bit), (3) kelapa, aren dan kelapa sawit, (4) tanaman

obat (tembakau, dan kina) dan aromatik (minyak atsiri), (5) rempah dan

tanaman penyegar (kakao, kopi, dan teh), serta (6) komoditas lain seperti

karet dan tanaman industri lain.

2.7.4 Kegiatan Litbang Peternakan dan Veteriner

Penelitian peternakan dan veteriner dilaksanakan melalui pengelolaan sumber

daya genetik, perakitan galur baru ternak (dengan konsep low external input)

dan varietas tanaman pakan. Perakitan inovasi teknologi budi daya ternak dan

tanaman pakan mengantisipasi perubahan iklim serta rekomendasi kebijakan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 17

peternakan dan veteriner. Pengembangan sistem integrasi ternak dengan

komoditas pangan, hortikultura dan perkebunan. Sedangkan penelitian

veteriner dilaksanakan untuk mendukung peningkatan populasi ternak,

meningkatkan status kesehatan hewan, keamanan pangan dan pengendalian

penyakit zoonosis.

2.7.5 Kegiatan Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian

Inventarisasi dan evaluasi potensi sumber daya lahan pertanian meliputi

pemetaan tanah sistematis dan pemetaan tematik di lokasi terpilih, yang

dilakukan dengan memanfaatkan citra satelit, Digital Elevation Model (DEM)

berbasis GIS. Penelitian optimalisasi pemanfaatan sumber daya lahan, berupa

pengembangan inovasi teknologi pengelolaan sumber daya lahan pertanian

(sawah, lahan kering, lahan rawa, iklim dan air), formulasi pupuk (anorganik,

organik, hayati dan pengembangan teknologi nano) dan formulasi pembenah

tanah. Sementara kegiatan mitigasi dan adaptasi perubahan lingkungan

pertanian terdiri dari perakitan teknologi mengantisipasi pencemaran

lingkungan pertanian, perubahan iklim global (teknologi rendah emisi dan

measurable, reportable, verifiable (MRV) methodology) dan lahan terdegradasi.

2.7.6 Kegiatan Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik

Pertanian

Kegiatan Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian diarahkan

kepada pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian sumber daya genetik

pertanian seperti tanaman dan mikroba, kloning gen dan pengembangan peta

genetik sifat-sifat penting komoditas pertanian, perbaikan komoditas pertanian

untuk sifat-sifat unggul (produktivitas, adaptabilitas, tahan cekaman biotik)

melalui teknik kultur in vitro, rekayasa genetik, atau marka molekuler, serta

pemanfaatan bioteknologi untuk perbanyakan bibit, pengolahan produk dan

limbah pertanian.

2.7.7 Kegiatan Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Kegiatan Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian ditujukan untuk

menghasilkan pengetahuan, data, informasi, analisis dan rekomendasi

kebijakan yang berkaitan dengan hasil: (1) pengkajian kebijakan penguatan

dan perlindungan usaha pertanian, (2) pengkajian kebijakan sumberdaya alam,

infratruktur dan investasi pertanian, (3) pengkajian kebijakan kelembagaan dan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 18

regulasi pertanian, (4) pengkajian kebijakan ekonomi makro, ketahanan

pangan, pengentasan kemiskinan dan pembangunan perdesaan, (5) penelitian

dinamika ekonomi pertanian dan perdesaan, serta (6) pelaksanaan evaluasi

dan tanggap cepat atas isu kebijakan aktual dan (7) diseminasi hasil dan

peningkatan kapasitas lembaga.

2.7.8 Kegiatan Perekayasaan/Penelitian dan Pengembangan

Mekanisasi Pertanian

Perekayasaan/penelitian dan pengembangan mekanisasi meliputi lima kegiatan

utama, yaitu perekayasaan/penelitian teknologi mekanisasi pertanian untuk

peningkatan produktivitas dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya pertanian,

peningkatan kualitas dan nilai tambah produk pertanian, pemanfaatan limbah

dan sumber daya energi terbarukan di bidang pertanian, pengembangan dan

penerapan teknologi mekanisasi pertanian berbasis kemitraan dan analisis dan

sintesis kebijakan untuk percepatan pengembangan mekanisasi pertanian.

2.7.9 Kegiatan Litbang Pascapanen Pertanian

Kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen difokuskan untuk

menghasilkan inovasi teknologi penanganan dan pengolahan hasil pertanian

mendukung pencapain target diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah,

daya saing dan ekspor. Kegiatan dilakukan baik dalam skala laboratorium, pilot

maupun skala operasional meliputi penanganan segar produk pertanian,

diversifikasi pangan dan substitusi pangan impor, serta pengembangan produk

dan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing.

2.7.10 Kegiatan Pengembangan Perpustakaan dan Penyebaran

Teknologi Pertanian

Pengembangan perpustakaan digital lingkup Kementerian Pertanian dilakukan

untuk lebih meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan informasi melalui

peningkatan keahlian SDM. Peningkatan penyebarluasan teknologi pertanian

terus dilakukan melalui berbagai media diseminasi, antara lain media

elektronik, cetak, pameran dan seminar serta media tradisional yang

berkembang di masyarakat. Peningkatan kegiatan komunikasi dan partisipasi

kegiatan ilmiah dilakukan melalui seminar, workshop, magang, pengembangan

website, dan publikasi ilmiah baik nasional maupun internasional.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 19

Pengembangan sistem komunikasi Badan Litbang Pertanian dengan pengguna

dilakukan untuk mengefektifkan pemenuhan kebutuhan teknologi.

2.7.11 Kegiatan Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi

Pertanian

Program pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi pertanian meliputi

kegiatan pengkajian spesifik lokasi, percepatan diseminasi inovasi, dan

koordinasi. Kegiatan pengkajian spesifik lokasi dilakukan dengan memadukan

hasil penelitian UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian dengan lokal genius

yang dikembangkan masyarakat. Percepatan diseminasi inovasi pertanian

melalui pengembangan berbagai pendekatan untuk menunjang terwujudnya

pertanian industrial perdesaan. Koordinasi dilakukan dalam rangka

mensinergikan kegiatan pengkajian di 33 BPTP.

2.7.12 Kegiatan Dukungan Manajemen, Fasilitas dan Instrumen

Teknis dalam Pelaksanaan Kegiatan Litbang Pertanian

Kegiatan pengembangan kelembagaan mencakup pengembangan budaya kerja

inovatif berorientasi bisnis melalui peningkatan jumlah institusi di lingkup

Badan Litbang Pertanian yang menerapkan reformasi birokrasi secara

menyeluruh, pengembangan sumber daya litbang (SDM, sarana dan

prasarana) diikuti pengembangan standarisasi dan akreditasi lembaga dan

pranata litbang. Di samping itu, untuk memicu tercapainya output yang

optimal, maka akan dilakukan pengembangan manajemen teknologi dan sistem

informasi, koordinasi jaringan kerja sama penelitian dan pengkajian, reformasi

perencanaan dan penganggaran, monitoring dan evaluasi serta penyiapan

regulasi paten dan lisensi.

2.8 Indikator Kinerja Utama

Berdasarkan 6 (enam) sasaran strategis yang telah ditetapkan oleh Badan

Litbang Pertanian, maka pada periode awal RPJMN 2010 – 2014, disusunlah 18

(delapan belas) Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian tahun 2010-2014 sebagai parameter pengukuran

realisasi capaian setiap sasaran dengan rincian sebagai berikut :

Sasaran strategis pertama, terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam

rangka peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pencapaian

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20

swasembada dan swasembada berkelanjutan diukur dengan enam indikator

kinerja utama, yaitu:

1. Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan

lainnya.

2. Jumlah varietas unggul baru dan tanaman hortikultura (tanaman sayuran,

buah tropika dan sub tropika, dan hias).

3. Jumlah varietas/klon unggul tanaman perkebunan.

4. Jumlah galur unggul/harapan ternak dan tanaman pakan ternak (TPT)

spesifik lokasi.

Sasaran strategis kedua, terciptanya inovasi teknologi produksi dan

pengelolaan sumberdaya pertanian mendukung pencapaian swasembada dan

swasembada berkelanjutan, diukur dengan delapan indikator kinerja utama :

1. Jumlah teknologi baru pengelolaan sumber daya lahan dan lingkungan

pertanian secara berkelanjutan, serta formula pupuk.

2. Jumlah teknologi/prototipe alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi

sistem produksi pertanian, kualitas, nilai tambah dan daya saing produk

dan limbah pertanian.

3. Jumlah teknologi vaksin ternak isolat lokal, diagnostik dan formula obat

biofarmaka untuk hewan.

4. Jumlah teknologi budidaya dan panen.

5. Jumlah teknologi dan manajemen antisipasi, adaptasi, dan mitigasi

perubahan iklim.

6. Jumlah teknologi spesifik lokasi.

Sasaran strategis ketiga, terciptanya inovasi teknologi pascapanen hasil

pertanian berbasis sumberdaya lokal mendukung diversifikasi pangan dan

peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, dikur dengan satu indikator

kinerja utama yaitu jumlah teknologi penanganan segar produk pertanian,

teknologi dan produk diversifikasi pangan, subsitusi pangan impor, dan

teknologi pengembangan produk bernilai tambah dan berdaya saing.

Sasaran strategis keempat, tersedianya kebijakan pengembangan kelembagaan

agribisnis dan agroindustri untuk peningkatan kesejahteraan petani, diukur

dengan satu indikator kinerja utama yaitu jumlah kebijakan untuk penguatan

daya saing, perlindungan usaha pertanian, penguatan kelembagaan dan

kebijakan untuk mendorong pertumbuhan sektor pertanian dan perdesaan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21

Sasaran strategis kelima, meningkatnya diseminasi dan promosi inovasi

teknologi pertanian, serta jejaring kerjasama nasional dan internasional, diukur

dengan dua indikator kinerja utama yaitu:

1. Jumlah teknologi yang terdiseminasi kepada pengguna/stake holder.

2. Jumlah kerjasama penelitian nasional dan internasional.

Sasaran strategis keenam, meningkatnya jumlah publikasi di jurnal ilmiah

nasional dan internasional, hak kekayaan intelektual (HKI), serta komersialisasi

hasil penelitian, diukur dengan empat indikator kinerja utama yaitu:

1. Jumlah publikasi hasil litbang pertanian.

2. Prosentase perpustakaan digital.

3. Jumlah invensi yang memperoleh HKI.

4. Jumlah lisensi hasil litbang.

2.9 Rencana Kinerja Tahun 2013

Untuk mempertajam rencana pencapaian target kinerja yang tertuang dalam

renstra 2010 – 2014, Badan Litbang menetapkan rencana kinerja tahunan.

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) merupakan dokumen yang berisi penjabaran

dari renstra yang memuat seluruh rencana atau target kinerja yang hendak

dicapai dalam satu tahun anggaran dan tertuang dalam sejumlah indikator

kinerja strategis yang relevan. Untuk tahun 2013, Badan Litbang Pertanian

telah merencanakan untuk merealisasikan 19 indikator kinerja sebagai

penjabaran atas 6 (enam) sasaran strategis dengan rincian sebagai berikut:

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 22

Tabel 4. Rencana Kinerja Tahunan TA. 2013

1 Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka - Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan 22

peningkatan produksi dan produktivitas mendukung tanaman pangan lainnya

pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; - Jumlah varietas unggul baru dan tanaman hortikultura 30

(tanaman sayuran, buah tropika, jeruk serta sub tropika, dan

hias)

- Jumlah varietas/klon unggul tanaman perkebunan dengan 10

produktivitas tinggi dan bermutu.

- Jumlah galur unggul/harapan ternak dan tanaman pakan 7

ternak (TPT) spesifik lokasi

- Jumlah benih sumber padi, jagung dan kedelai dengan SMM 219

ISO 9001-2008 (ton)

2 Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan - Jumlah teknologi baru pengelolaan sumber daya lahan dan 11

sumberdaya pertanian mendukung pencapaian swasembada lingkungan pertanian secara berkelanjutan, serta formula

dan swasembada berkelanjutan; pupuk

- Jumlah prototipe alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi 6

sistem produksi pertanian, kualitas, nilai tambah dan daya

saing produk dan limbah pertanian.

- Jumlah teknologi vaksin ternak isolat lokal, diagnostik dan 14

formula obat biofarmaka untuk hewan.

- Jumlah teknologi budidaya dan panen 57

- Jumlah teknologi dan manajemen antisipasi, adaptasi, dan 6

mitigasi perubahan iklim.

- Jumlah teknologi spesifik lokasi 105

3 Terciptanya inovasi teknologi pascapanen hasil pertanian - Jumlah teknologi penanganan segar produk pertanian, 16

berbasis sumberdaya lokal mendukung diversifikasi pangan teknologi dan produk diversifikasi pangan, subsitusi pangan

dan peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor impor, dan teknologi pengembangan produk bernilai tambah

dan berdaya saing.

4 Tersedianya kebijakan pengembangan kelembagaan - Jumlah kebijakan untuk penguatan daya saing, perlindungan 22

agribisnis dan agroindustri untuk peningkatan kesejahteraan usaha pertanian, penguatan kelembagaan dan kebijakan untuk

petani mendorong pertumbuhan sektor pertanian dan perdesaan.

5 Meningkatnya diseminasi dan promosi inovasi teknologi - Jumlah teknologi yang terdiseminasi kepada pengguna/stake 320

pertanian, serta jejaring kerjasama nasional dan holder

internasional; - Jumlah kerjasama penelitian nasional dan internasional 200

6 Meningkatnya jumlah publikasi di jurnal ilmiah nasional dan - Jumlah artikel yang diterbitkan hasil litbang pertanian 185

internasional, hak kekayaan intelektual (HAKI), serta - Prosentase perpustakaan digital 90

komersialisasi hasil penelitian - Jumlah invensi yang memperoleh HKI 45

- Jumlah lisensi hasil litbang 15

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

Sumber data : Dokumen RKT Badan Litbang Pertanian TA. 2013

Sesuai dengan tabel RKT di atas, telah terjadi penambahan satu indikator pada

sasaran pertama bila dibandingkan dengan IKU yang termuat dalam renstra

awal Badan Litbang Pertanian, yaitu indikator ‘jumlah benih sumber padi,

jagung dan kedelai dengan SMM ISO 9001-2008’. Penambahan ini merupakan

bentuk kebijakan atas pemenuhan kebutuhan stakeholder. Terbukti sejak

tahun 2011 – 2012, ketersediaan benih sumber ketiga komoditas tersebut

mendapatkan pantauan khusus dari Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan

dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) dalam rangka mendukung program

ketahanan pangan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 23

2.10 Penetapan Kinerja Tahun 2013

Berdasarkan PERMENPAN Nomor 29 Tahun 2010, dokumen Penetapan Kinerja

merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian

kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu

berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh instansi. Dokumen

Penetapan Kinerja memuat informasi tentang program, sasaran strategis,

indikator kinerja dan target yang akan dicapai serta alokasi anggaran tahun

2013. Seluruh Indikator Kinerja tersebut telah tertuang dalam dokumen

Penetapan Kinerja Tahun 2013 dan ditandatangani oleh Kepala Badan Litbang

Pertanian bersama dengan Menteri Pertanian, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 5. Penetapan Kinerja Tahunan TA. 2013

1 Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka - Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan tanaman 13 VUB

peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pangan lainnya

pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; - Jumlah varietas unggul baru dan tanaman hortikultura (tanaman 16 VUB

sayuran, buah tropika, jeruk serta sub tropika, dan hias)

- Jumlah varietas/klon unggul tanaman perkebunan dengan 10 VUB

produktivitas tinggi dan bermutu.

- Jumlah galur unggul/harapan ternak dan tanaman pakan ternak

(TPT) spesifik lokasi

6 Galur Unggul/Harapan

- Jumlah benih sumber padi, jagung dan kedelai dengan SMM ISO

9001-2008 (ton)

61 Ton Benih Sumber

- Jumlah benih tebu hasil kultur jaringan 2.500.000 Budset

2 - Jumlah teknologi baru pengelolaan sumber daya lahan dan

lingkungan pertanian secara berkelanjutan, serta formula pupuk

9 Teknologi

- Jumlah teknologi/prototipe alat dan mesin untuk peningkatan

efisiensi sistem produksi pertanian, kualitas, nilai tambah dan daya

saing produk dan limbah pertanian.

5 Teknologi

- Jumlah teknologi vaksin ternak isolat lokal, diagnostik dan formula

obat biofarmaka untuk hewan.

6 Teknologi

- Jumlah teknologi budidaya dan panen 60 Teknologi

- Jumlah teknologi dan manajemen antisipasi, adaptasi, dan mitigasi

perubahan iklim.

6 Teknologi

- Jumlah teknologi spesifik lokasi 112 Teknologi

- Jumlah inovasi teknologi berbasis bioteknologi 4 Teknologi

- Jumlah peta tematik sumberdaya lahan tingkat tinjau dan semi

detail

14 Peta

3 Terciptanya inovasi teknologi pascapanen hasil pertanian

berbasis sumberdaya lokal mendukung diversifikasi pangan

dan peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor

- Jumlah teknologi penanganan segar produk pertanian, teknologi

dan produk diversifikasi pangan, subsitusi pangan impor, dan

teknologi pengembangan produk bernilai tambah dan berdaya

saing.

16 Teknologi

4 Tersedianya kebijakan pengembangan kelembagaan

agribisnis dan agroindustri untuk peningkatan

kesejahteraan petani

- Jumlah kebijakan untuk penguatan daya saing, perlindungan

usaha pertanian, penguatan kelembagaan dan kebijakan untuk

mendorong pertumbuhan sektor pertanian dan perdesaan.

20 Rekomendasi

- Jumlah teknologi yang terdiseminasi kepada pengguna/stake holder 330 Teknologi

- Jumlah kerjasama penelitian nasional dan internasional 200 Kerjasama

Meningkatnya jumlah publikasi di jurnal ilmiah nasional - Jumlah artikel yang diterbitkan hasil litbang pertanian 185 artikel

dan internasional, hak kekayaan intelektual (HAKI), - Prosentase perpustakaan digital 90 Persen

serta komersialisasi hasil penelitian - Jumlah invensi yang memperoleh HKI 45 Invensi

- Jumlah lisensi hasil litbang 15 Lisensi

5 Meningkatnya diseminasi dan promosi inovasi teknologi

pertanian, serta jejaring kerjasama nasional dan

6

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan

sumberdaya pertanian mendukung pencapaian swasembada

dan swasembada berkelanjutan;

Sumber data : Dokumen PKT Badan Litbang Pertanian TA. 2013

Berdasarkan dokumen renstra tahun 2010-2013, Badan Litbang Pertanian telah

menetapkan 23 (dua puluh tiga) indikator sebagai target kinerja tahunan.

Indikator kinerja yang tertuang dalam Renstra tersebut merupakan hasil akhir

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 24

dari beberapa kali revisi renstra sebagai bentuk penyesuaian terhadap

dinamika perkembangan pembangunan pertanian di Indonesia. Adapun

penyesuaian tersebut dilakukan dengan menambahkan 1 indikator pada

sasaran pertama, 2 indikator pada sasaran kedua dan perubahan uraian

indikator kinerja, dari 19 IKU yang dituangkan dalam dokumen RKT TA. 2013.

Dalam perjalanannya, penggunaan 1 indikator dalam sasaran strategis keenam

yaitu indikator ‘jumlah publikasi hasil litbang pertanian’ dinilai kurang

menggambarkan capaian kinerja Badan Litbang Pertanian. Indikator ‘jumlah

artikel yang diterbitkan hasil litbang pertanian’ dianggap lebih kompeten dan

cukup mewakili untuk menggambarkan capaian kinerja Badan Litbang

Pertanian dalam hal publikasi hasil litbang pertanian.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Pada Bab ini diuraikan kriteria keberhasilan (realisasi terhadap target), sasaran

kegiatan yang dilaksanakan serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan.

Untuk mengukur keberhasilan kinerja ditetapkan 4 (empat) kategori keberhasilan,

yaitu (1) sangat berhasil: > 100%, (2) berhasil: 80 – 100%, (3) cukup

berhasil: 60 – 79%, dan tidak berhasil: 0 – 59%. Realisasi sampai akhir tahun

2013 menunjukkan bahwa sasaran telah dapat dicapai dengan rata-rata capaian

sebesar 122,72% (sangat berhasil ).

Keberhasilan pencapaian sasaran disebabkan oleh faktor pengawalan kegiatan

melalui monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian yang cukup ketat, mulai dari

tahap awal hingga tahap akhir kegiatan. Keberhasilan pencapaian sasaran

tersebut juga didorong oleh dukungan manajemen penelitian, baik aspek

pelayanan keuangan, pengolahan data, perpustakaan, publikasi, dan sarana

penelitian.

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan untuk memastikan

tercapainya target setiap kegiatan. Metode yang dilakukan adalah dengan

memantau capaian kinerja setiap bulan ataupun triwulanan beserta kendala yang

dihadapi. Sehingga dengan demikian diharapkan bila tidak tercapainya target

suatu indikator dapat diantisipasi sejak awal.

3.1 Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2013

Berdasarkan RPJM 2010-2014, Badan Litbang Pertanian mempunyai 1 (satu)

sasaran dan 4 (empat) indikator sasaran dengan target dan capaian untuk tahun

2013 adalah sebagai berikut:

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 26

Tabel 6. Capaian Kinerja Indikator Sasaran RPJMN Badan Litbang Pertanian

Tahun 2013

Sasaran

Indikator Kinerja

Uraian Target Capaian %

Meningkatnya inovasi

dan diseminasi

teknologi pertanian

Jumlah varietas unggul baru

tanaman dan galur unggul

ternak

45

teknologi

56

teknologi

124,4

Jumlah inovasi teknologi 218

teknologi

340

teknologi

156,0

Jumlah rekomendasi

kebijakan pertanian

32

rekomendasi

41

rekomendasi

128,1

Jumlah teknologi pertanian

yang terdiseminasikan

330

paket

teknologi

330

paket

teknologi

100,0

Indikator kinerja berdasarkan RPJMN tersusun dari indikator kinerja yang tersebar

pada kegiatan yang dilaksanakan oleh unit kerja lingkup Badan Litbang Pertanian.

Untuk indikator pertama, yaitu mengenai capaian varietas unggul baru tanaman

dan galur unggul ternak merupakan output dari kegiatan litbang tanaman

pangan, litbang perkebunan, litbang hortikultura dan litbang peternakan. Capaian

indikator kedua, merupakan output dari 8 kegiatan litbang, diantaranya litbang

pengolahan pasca panen, litbang sumberdaya lahan pertanian, litbang tanaman

komoditas dan peternakan dan sebagainya. Untuk indikator kinerja ketiga, target

pada RPJMN sebesar 32 rekomendasi. Target tersebut merupakan akumulasi dari

target kegiatan litbang sosial ekonomi pertanian, litbang peternakan, litbang

sumberdaya lahan pertanian dan litbang mekanisasi pertanian. Sedangkan target

kinerja yang dituangkan dalam PK 2013 merupakan target dari kegiatan sosial

ekonomi pertanian saja. Pada tahun 2013, indikator kinerja Badan Litbang

Pertanian telah tercapai seluruhnya, bahkan capaian indikator keempat diperloleh

melalui kegiatan pengkajian teknologi spesifik lokasi.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27

3.2 Analisis Capaian Kinerja

Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Litbang Pertanian Tahun 2013

dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran

dengan realisasinya. Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2013 Badan

Litbang Pertanian dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sasaran 1 :

Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka peningkatan produksi dan

produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan

Untuk mencapai sasaran pertama, diukur dengan 6 (enam) indikator kinerja.

Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat

digambarkan sebagai berikut:

Indikator Kinerja Target Realisasi %

1. Jumlah varietas unggul baru padi, jagung,

kedelai dan tanaman pangan lainnya

13 VUB

16 VUB

123,1

2. Jumlah varietas unggul baru tanaman

hortikultura (tanaman sayuran, buah tropika

dan sub tropika, jeruk serta sub tropika,

dan hias)

16 VUB

16 VUB

100,0

3. Jumlah varietas/klon unggul tanaman

perkebunan dengan produktivitas tinggi dan

bermutu

10 VUB

9 VUB

90,0

4. Jumlah galur unggul/harapan ternak dan

tanaman pakan ternak (TPT) spesifik lokasi

6 galur unggul/

harapan

15 galur unggul/

harapan

250,0

5. Jumlah benih sumber padi, jagung dan

kedelai dengan SMM ISO 9001-2008

61 ton 61,8 ton 101,3

6. Jumlah benih tebu hasil kultur jaringan 2.500.000

budset tebu

10.000.000

budset tebu

400,0

Berdasarkan indikator kinerja sasaran pertama yang telah ditargetkan pada tahun

2013, hampir semua melebihi target yang telah ditetapkan, dengan kategori

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28

keberhasilan di atas 100 % (sangat berhasil), kecuali indikator 3 pencapaian 90

% (berhasil):

Pencapaian indikator pertama yaitu telah dilepas 16 varietas unggul baru

(VUB) berasal dari tanaman pangan, yaitu 5 VUB padi, 2 VUB kedelai, 4 VUB

jagung, 1 VUB ubijalar, 2 VUB gandum, dan 2 VUB sorgum.

Sebanyak 5 VUB padi yang dihasilkan adalah :

1. INPARI 31 : Asal persilangan Pepe/BP342B-MR-1-2-KN-1-2-3-6-MR-3-BT-1,

umur tanaman 119 hari setelah sebar, tahan terhadap wereng batang coklat

biotipe 1,2 dan 3, tahan terhadap hawar daun bakteri strain III, agak tahan

terhadap HDB strain IV dan VIII, tahan terhadap penyakit blas ras 033,

agak tahan terhadap penyakit blas ras 133, rentan terhadap blas ras 073

dan 173 serta tahan terhadap virus tungro ras Lanrang. Potensi hasil 8,50

ton GKG per hektar dan rasa nasi pulen.

2. INPARI 32 HDB : Asal persilangan Ciherang dengan IRBB64, umur tanaman

120 hari. Ketahanan terhadap hama dan penyakit, agak tahan wereng

batang coklat biotipe 1, 2 dan 3, tahan terhadap hawar daun bakteri

patotipe III, agak tahan HDB patotipe IV dan VIII. Tahan terhadap blas ras

033, agak tahan blas ras 073, serta agak tahan tungro. Potensi hasil 8,42

ton GKG per hektar dengan tekstur nasi sedang. Cocok ditanam di ekosistem

sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl.

3. INPARI 33 : Asal persilangan BP360E-MR-79-PN-2/ IR71218-38-4-

3//BP360E-MR-79-PN-2. Umur tanaman 107 hari setelah sebar, tahan

terhadap wereng coklat biotipe 1, 2 dan 3, agak tahan terhadap hawar daun

bakteri strain III, rentan terhadap strain IV. Agak tahan terhadap penyakit

blas ras 033, tahan terhadap blas ras 073, rentan terhadap ras 133 dan 173,

serta rentan terhadap virus tungro. Cocok ditanam di ekosistem sawah

dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl. Potensi hasil 9,8 ton GKG per

hektar dan tekstur sedang.

4. HIPA 18 : Asal persilangan A7/R2, umur tanaman ±113 hari, agak tahan

terhadap WBC biotipe 1, agak rentan terhadap biotipe 2 dan 3. Agak rentan

terhadap hawar daun bakteri strain III agak tahan terhadap strain IV dan

VIII. Rentan blas ras 033, tahan blas ras 073 dan 173, serta agak tahan ras

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29

133, rentan terhadap virus tungro. Potensi hasil 10,3 ton GKG per hektar,

rasa nasi agak pulen (wangi).

5. HIPA 19 : Asal persilangan A7/R5, umur tanaman ±111 hari, agak tahan

terhadap wereng coklat biotipe 1, 2 dan 3, agak rentan terhadap hawar

daun bakteri patotipe III, IV dan VIII, tahan terhadap blas ras 033, agak

tahan ras 073. 133 dan 173, rentan terhadap virus tungro. Potensi hasil 10,1

ton GKG per hektar dan rasa nasi pulen.

Satu varietas unggul baru ubijalar telah dilepas dengan nama Antin 1. Varietas ini

memiliki potensi hasil 33,2 ton/ha dengan rata-rata hasil 25,8 ton/ha, toleran

kekeringan, mengandung zat antosianin 33,89 mg/100 g dan distribusi warna

ungunya sangat menarik, cocok untuk dibuat keripik.

Gambar 1. Ubijalar Var. Antin 1

Sebanyak 2 VUB kedelai yang dilepas adalah : Detam 3 Prida merupakan hasil

seleksi persilangan Galur W9837 dengan Cikuray 66. Potensi hasil biji tinggi

hingga 3,2 ton/ha, sedangkan rata-rata hasil mencapai 2,9 ton/ha. Sifat

keunggulan lainnya yaitu berumur genjah sekitar 75 hari, serta agak toleran

rebah dan agak toleran kekeringan pada fase reproduktif. VUB kedelai Detam 4

Prida merupakan hasil seleksi persilangan Galur W9837 dengan 100H-236.

Potensi hasil biji tinggi hingga 2,9 ton/ha, sedangkan rata-rata hasil mencapai 2,5

ton/ha. Sifat keunggulan lainnya yaitu berumur genjah sekitar 76 hari, toleran

kekeringan pada fase reproduktif, serta agak tahan terhadap hama penghisap

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30

polong dan penyakit karat.

Kedua varietas unggul kedelai tersebut merupakan varietas unggul kedelai hitam

pertama di Indonesia yang berumur genjah, berguna untuk bahan baku

pembuatan kecap, di mana kecap yang dihasilkan dalam suatu uji rasa oleh

beberapa panelis terpilih sangat disukai. Bahkan, tidak hanya sebagai bahan baku

kecap, kedua varietas tersebut dapat dikembangkan untuk mengantisipasi

kekeringan akibat dampak perubahan iklim. Masalah kekeringan yang merugikan

petani dapat dikurangi melalui penggunaan varietas kedelai yang berumur genjah

serta toleran kekeringan, khususnya pada periode terkritis yakni fase reproduktif.

Detam 3 Prida Detam 4 Prida

Gambar 2. VUB Kedelai Hitam yang Dilepas Tahun 2013

Sebanyak 4 VUB jagung yang dilepas yaitu :

1. Jagung Pulut URI-1 memiliki rata-rata hasil 7,8 ton/ha, potensi hasil 9,4

ton/ha, tongkol besar, kelobot menutup dengan baik, agak tahan terhadap

penyakit bulai, tipe biji dent, dan warna biji putih.

2. Jagung Pulut URI-2 memiliki rata-rata hasil 7,3 ton/ha, potensi hasil 9,2

ton/ha, tongkol besar, kelobot menutup dengan baik, agak tahan penyakit

bulai, tipe biji flint, dan warna biji putih.

3. Jagung hibrida varietas Bima 17 memiliki potensi hasil 13,6 ton/ha pipilan

kering pada kadar air 15%, sedangkan rata-rata hasilnya 11,8 ton pipilan

kering pada kadar air 15%. Umur panen 95 HST, warna biji kuning oranye

dan tipe biji semi mutiara yang biasanya disukai oleh konsumen. Keunggulan

utamanya potensi hasil tinggi, tahan rebah, tongol besar dan hasilnya stabil

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31

pada lingkungan luas. Keunggulan lain tahan penyakit bulai serta toleran

penyakit karat dan bercak daun.

4. Jagung hibrida varietas Bima 18 memiliki potensi hasil 13,6 ton/ha pipilan

kering pada kadar air 15%, sedangkan rata-rata hasilnya 11,8 ton pipilan

kering pada kadar air 15%. Umur panen 94 HST, warna biji kuning oranye

dan tipe biji mutiara yang biasanya disukai oleh konsumen. Keunggulan

utamanya potensi hasil tinggi, tahan rebah, tongol besar dan hasilnya stabil

pada lingkungan luas. Keunggulan lain tahan penyakit bulai, toleran penyakit

karat dan bercak daun.

Jagung Pulut Var. URI-1 Jagung Pulut Var. URI-2

Jagung Var. Bima 17 Jagung Var. Bima 18

Gambar 3. VUB Jagung yang Dilepas Tahun 2013

Sebanyak 2 varietas Gandum yang dilepas adalah GURI 1 dan GURI 2, dengan

deskripsi sebagai berikut :

1. GURI 1, adalah Galur KAUZ*2//SAP/MON/3/KAUZ CRG969-2Y-010M-OY-

OHTY. Varietas ini dapat beradaptasi baik di lingkungan subtropis Indonesia.

Potensi hasil 7,4 ton/ha lebih tinggi daripada varietas Selayar dan Dewata

yang sudah dilepas sebelumnya, sedangkan rata-rata hasil 5,8 ton/ha.

Keunggulan lain varietas ini adaptif jika ditanam pada daerah dengan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 32

ketinggian > 1.000m dpl, meskipun resisten terhadap penyakit karat dan

hawar daun.

2. GURI 2 merupakan VUB gandum yang dilepas tahun 2013. Varietas ini

merupakan hasil persilangan galur CAZO/KAUZ//KAUZ CMBW90Y3284-

OTOPM-14Y-010Y-6M-015YOY-OHTY. Varietas ini dapat beradaptasi baik di

lingkungan subtropis Indonesia. Potensi hasil 7,2 ton/ha, sedangkan rata-

rata hasil 5,6 ton/ha. Keunggulan lain varietas ini adaptif jika ditanam pada

daerah dengan ketinggian > 1.000m dpl, meskipun resisten terhadap

penyakit karat daun, namun moderat resisten terhadap hawar daun.

Gandum var. GURI 1 Gandum var. GURI 2

Gambar 4. VUB Gandum

Sebanyak 2 varietas sorgum telah dilepas yaitu Super 1 dan Super 2. Varietas

Super-1 dikembangkan dari seleksi galur murni varietas lokal Watar Hammu Putih

asal Sumba, NTT. Sedangkan varietas Super-2 dikembangkan dari galur

introduksi ICRISAT (International Crops Research Institute for the Semi-Arid

Tropics). Keduanya merupakan varietas sorgum manis dengan potensi hasil tinggi

dan potensial untuk dikembangkan secara luas dalam memenuhi kebutuhan

bioetanol dalam negeri.

Sorgum var. Super 1 Sorgum var. Super 2

Gambar 5. VUB Sorgum yang Dilepas Tahun 2013

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 33

Pencapaian indikator kedua yaitu telah dilepas 16 varietas unggul baru berasal

dari tanaman hortikultura, yaitu 14 VUB tanaman hias, dan 2 VUB tanaman

sayuran.

VUB tanaman hias yang dilepas terdiri dari 5 jenis anyelir, 3 jenis anggrek, dan 6

jenis krisan yaitu : Anyelir varietas Aruna, Anyelir varietas Belani, Anyelir varietas

Bintara, Anyelir varietas Laras, Anyelir varietas Laksmi, Anggrek varietas Ayu

Pratiwi, Anggrek Phalaenopsis Multiflora varietas Atmindra, Anggrek Phalaenopsis

Multiflora varietas Abrittyas, Krisan tipe spray Solinda Pelangi, Krisan tipe spray

Arosuka Pelangi, Krisan tipe spray Sabiya, Krisan pot Avanthe, Krisan Mutan

Jayani, dan Krisan Mutan Marina.

Sedangkan 2 VUB tanaman sayuran yang dihasilkan adalah jenis bawang merah

yaitu :

1. TSS 1-S4/Brebes 1 : Hasil umbi 20-21 ton/ha, toleran terhadap penyakit

alternaria porii, susut bobot umbi 18-19%, daya simpan umbi 4-6 bulan pada

suhu 27C, kebutuhan benih per hektar 2 kg dengan daya berkecambah

benih 80%. Wilayah adaptasi Tegal dan Brebes (pada ketinggian 4 - 600

mdpl. Dapat ditanam di luar musim (Mei-Agustus).

2. TSS-KL TSS 1-S4/Brebes 2 : Hasil umbi 14-23 ton/ha, toleran terhadap curah

hujan tinggi, beradaptasi luas (18 - 1200 mdpl.) daya simpan umbi 4 bulan

pada suhu 27C, kebutuhan benih per hektar 1 - 2 kg. Wilayah adaptasi

Tegal dan Brebes (pada ketinggian 4 s/d 600 m dpl. Dapat ditanam di luar

musim (Mei-Agustus).

TSS 1-S4/Brebes 1 TSS-KL TSS 1-S4/Brebes

Gambar 6. VUB Bawang Merah yang Dilepas Tahun 2013

Pencapaian indikator ketiga adalah pelepasan varietas unggul baru tanaman

perkebunan sebanyak 9 VUB. Dari 10 calon VUB yang ditargetkan, terdapat satu

calon VUB yang tidak berhasil direalisasikan yaitu 1 VUB tembakau. Hal ini

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 34

dikarenakan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 Tahun 2012 pada

24 Desember 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif

Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan dan dipublikasikan pada bulan Januari

tahun 2013.

Adapun 9 VUB tanaman perkebunan yang berhasil direalisasikan pada tahun 2013

adalah sebagai berikut:

1. Kelapa Dalam Buol : Varietas unggul dalam produksi 19.800 butir/ha/tahun

dan kopra 240 g/butir.

2. Cengkeh Tuni : Varietas unggul dengan potensi produksi bunga basah 118-

165 kg/pohon/tahun, potensi produksi bunga 39,4 - 55,1 kering

kg/pohon/tahun, kadar minyak atsiri 19,2-22,3%, kadar true eugenol 78,9 -

82,3 %.

3. Sagu Meranti : Produksi pati basah 368,78 Kg ± 101,50, produksi pati kering

226,34 kg + 56,03.

4. Patchoulina 1 : Varietas unggul dengan produksi terna basah 36,52 + 10,13

ton/ha/th dan terna kering 12,67 + 3,34 ton/ha/th, kadar Pathouli Alkohol

(PA) 32,53 ± 3,81 %, produksi minyak 356,37 + 13,76 ton/ha/th, kadar

minyak 2,85 + 0,57 ton/ha/th, tahan terhadap penyakit layu bakteri.

5. Patchoulina 2 : Varietas unggul dengan produksi terna basah 37,73 + 10,13

ton/ha/th, terna kering 12,56 + 3,34 ton/ha/th kadar, Pathouli Alkohol (PA)

32,31 ± 3,81%, produksi minyak 343,22 + 13,76 ton/ha/th, kadar minyak

2,78 + 0,57 %, tahan terhadap penyakit layu bakteri.

6. Rosselindo 1 : Varietas unggul dengan produksi tinggi 544.97±212.32 kg

kelopak kering/ha dan kandungan yang tinggi untuk vit. C (345.4 mg/100 g)

dan antocyanin (1.442 mg/kg).

7. Rosselindo 2 : Varietas unggul dengan produksi tinggi (478.59±213.04 kg

kelopak kering/ha), kandungan yang tinggi untuk vit. C (2033.524 mg/100

g) dan antocyanin (14.697 mg/kg).

8. Rosselindo 3 : Varietas unggul dengan produksi tinggi (554.73±325.6 kg

kelopak kering/ha), dan kandungan yang tinggi untuk vit. C (188 mg/100 g)

dan antocyanin (0.003 mg/kg).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 35

9. Rosselindo 4 : Varietas unggul dengan produksi tinggi (471.45±218.65 kg

kelopak kering/ha), dan kandungan yang tinggi untuk vit. C (345.4 mg/100

g) dan antocyanin (1.442 mg/kg).

Pencapaian indikator keempat yang dihasilkan melalui kegiatan litbang

peternakan telah menghasilkan 27 galur harapan, meliputi 21 galur harapan

ternak, yaitu Ayam Gaok dan Ayam Sentul sebagai galur harapan calon GPS

jantan, Ayam KUB 1 dan Ayam KUB 2 sebagai galur harapan calon GPS betina,

Itik PMp, 2 galur itik Alabio calon GPS, 2 galur itik Mojosari calon GPS, Domba

Komposit Garut, Domba Komposit Sumatera, Kambing Boerka, Kambing Boerawa,

Kambing Boer, Kambing PE, Kambing persilangan Anglo Nubian x PE, Kelinci FZ3,

Kelinci Hycole, Kelinci Hyla, Kelinci Hycole x N2W, kelinci Hyla x N2W serta 6

galur tanaman pakan ternak (TPT) yaitu Calopogonium mucunoides, Arachis

hybrid, Lab-lab purpureus, Panicum maximum cv, Panicum atratum dan

Centrosema macrocarpum.

Ayam KUB PS Betina Domba Komposit Garut Ayam KUB PS Jantan

Gambar 7. Galur ternak yang Dilepas Tahun 2013

Outcome dari terciptanya galur harapan Ayam Kampung Unggul Balitnak (Ayam

KUB) yaitu telah dilakukan perjanjian lisensi antara Badan Litbang Pertanian

dengan PT Ayam Kampung Indonesia (PT. AKI) pada tanggal 9 Februari 2012.

Maksud dan tujuan dari perjanjian lisensi tersebut adalah untuk mengembangkan

bibit Ayam KUB sebagai hasil pemuliaan, dan untuk kegiatan komersialisasi Ayam

KUB tersebut. Komersialisasi meliputi pengembangan produksi ayam kampung

dari bibit Ayam KUB, promosi, distribusi, dan pemasaran Ayam KUB.

Pada tahun 2013 telah dilakukan penyebaran Parent Stock (PS) dan Final Stock

(FS) Ayam KUB ke delapan provinsi sebanyak 13.924 ekor, yaitu Provinsi Jawa

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 36

Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara,

Kalimantan Selatan, Maluku Utara dan Aceh. Sedangkan penyebaran ayam KUB

ke Provinsi Lampung (300 ekor), Jambi (500 ekor) dan Maluku Utara (500 ekor)

masih dalam proses. Kegiatan penyebaran bertujuan untuk membentuk

pembibitan/breeding centre ayam KUB 1 sebagai penyedia sumber DOC bagi

kebutuhan ayam lokal potong.

Untuk memberikan perlindungan hukum terhadap hasil riset, Badan Litbang

Pertanian telah mengajukan permohonan pelepasan rumpun atau galur ternak

Ayam KUB kepada Kementerian Pertanian yang sampai saat ini masih dalam

proses penyelesaian.

Pencapaian indikator kelima yaitu telah dihasilkan 61,8 ton benih sumber

tanaman pangan yang terdiri dari : 30 ton benih padi, 18 ton benih kedelai, 8,9

ton benih jagung, dan 4,9 ton benih kacang tanah.

Benih padi yang diproduksi yaitu varietas Inpari 14, Inpari 15, Inpari 16, Inpari

22, Inpari 18, Inpari 19, Inpari 20, Inpari 21, Inpari 22, Inpari 23, Inpari 24,

Inpari 25, Inpari 26, Inpari 27, Inpari 29, Inpari 30 Ciherang Sub-1, Inpago 4,

Inpago 5, Inpago 7, Inpago 8, Situ Bagendit, Inpara 6, Inpara 7. Benih BS ini

telah didistribusikan ke 33 BPTP di seluruh Indonesia

Benih kedelai yang diproduksi yaitu varietas Anjasmoro, Argomulyo, Burangrang,

Dering 1, Dering 2, Detam 2, Gema, Grobogan, Tanggamus, Wilis, ijen, Kaba,

Panderman, Sinabung, dan Gepak Kuning. Benih tersebut telah didistribusikan

kepada ke-33 provinsi.

Benih jagung yang diproduksi yaitu varietas Arjuna, Lamuru, Sukamaraga,

Gumarang, Anoman, Srikandi Kuning-1, Srikandi Putih-1, Provita A-1, Provit A-2.

Benih kacang tanah yang diproduksi yaitu varietas Bima, Bison, Domba, Gajah,

Jerapah, Hypoma 1, Hypoma 2, Kancil, Kelinci, Takar 1, Takar 2, dan Talam.

Pencapaian indikator keenam yaitu telah dihasilkan bibit tebu kultur jaringan

sebanyak 10.000.000 budset G2 bibit tebu. Bibit tebu dihasilkan dari hasil kultur

jaringan tebu di Laboratorium Kultur Jaringan di Bogor, yang kemudian

diaklimatisasi di Kebun Percobaan Cibinong (Jawa Barat) dan Muktiharjo (Pati,

Jawa Tengah).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 37

Apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2012, tidak ada perbedaan

yang signifikan terhadap capaian setiap indikator di tahun 2013. Adapun

perbandingan presentase pencapaian sasaran pertama dapat dilihat pada tabel

berikut :

Outcome yang dihasilkan dari sasaran pertama ini antara lain :

1. Pemda Gorontalo yang telah mengembangkan bioetanol akan beralih dari

bahan baku aren ke bahan baku sorgum. Hal ini karena aren memerlukan

waktu 12 tahun serta produksi niranya rendah. Dinas Pertanian Gorontalo

pada tanggal 7 Juli 2013 berkunjung ke Balitsereal, Badan Litbang Pertanian

untuk mencari informasi sorgum manis sebagai bahan baku etanol. Badan

Litbang Pertanian telah melepas varietas sorgum manis SUPER-1 dan

SUPER-2. Eksplorasi etanol sorgum manis diperoleh dari nira batang sorgum,

bagasse, dan biji. Kandungan etanol dari biji, bagasse, dan nira varietas

SUPER-1 dan SUPER-2 berkisar 3.000-4.000 liter/ha. Sorgum yang telah

diolah menjadi etanol dapat menjadi pengganti bahan bakar minyak tanah

dengan kadar etanol 40-60%, untuk kebutuhan laboratorium dan farmasi

70-90%, dan sebagai bahan substitusi premium 90-100%.

Indikator Kinerja Realisasi 2012

(%)

Realisasi

2013 (%)

1. Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai

dan tanaman pangan lainnya

166 123

2. Jumlah varietas unggul baru tanaman hortikultura

(tanaman sayuran, buah tropika dan sub tropika,

dan hias)

136

100

3. Jumlah varietas/klon unggul tanaman perkebunan

dengan produktivitas tinggi dan bermutu

100 90

4. Jumlah galur unggul/harapan ternak dan tanaman

pakan ternak (TPT) spesifik lokasi

233,3 250

5. Jumlah benih sumber padi, jagung dan kedelai

dengan SMM ISO 9001-2008

129 101

6. Jumlah benih tebu hasil kultur jaringan Tidak ditargetkan 400

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 38

2. Pada tanggal 7 Oktober 2013 Direktur Bidang Riset Benih PT Petrokimia

mengunjungi Balitsereal, Badan Litbang Pertanian untuk menjajaki kerja

sama pengujian pupuk dan pengembangan jagung hasil Badan Litbang

Pertanian. Dilaporkan bahwa penjualan pupuk ZA PT Petrokimia mengalami

peningkatan sampai 40% setiap tahun. Peningkatan penggunaan pupuk

diduga karena perubahan pola pemupukan dari urea menjadi ZA khususnya

pada padi dan jagung. PT. Petrokimia dan Balitsereal, Badan Litbang

Pertanian sepakat untuk bekerja sama mengkaji dosis optimal pupuk ZA

terhadap peningkatan produktivitas dan kualitas mutu tanaman jagung.

Selain itu, PT Petrokomia juga tertarik untuk melisensi jagung hibrida hasil

Badan Litbang Pertanian.

3. Propinsi Jawa Tengah bertekad untuk mengembangkan aneka kacang dan

umbi hasil riset Badan Litbang Pertanian setelah Gubernur Jateng

menyaksikan Gelar teknologi di Jawa Tengah pada tanggal 6 – 7 Nopember

2013 di Kawasan Agro Wisata dan STA Soropadan. Display varietas tanaman

aneka kacang dan ubi di lapang menunjukkan hasil sangat tinggi. Gubernur

mengajak para petani dapat mewujudkan penampilan tanaman di lahan

petani. Diperlukan dukungan penyuluh, peneliti, pengusaha, pengrajin

olahan dan pemerintah guna menuju kedaulatan pangan.

Gambar 8. Gubernur Jawa Tengah Menyaksikan Pertanaman Aneka Kacang

Dan Ubi Di Lapang

4. BBI Besum Papua dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kutai Timur mengirim

petugas dan petani ke Balitkabi, Badan Litbang Pertanian untuk

meningkatkan kemampuan dalam memproduksi benih aneka kacang dan

umbi. Rombongan dari Kutai Timur sebanyak Sembilan orang, sedangkan

dari BBI Besum Papua beranggotakan tiga orang melakukan magang

perbenihan di Balitkabi pada 20-22 November 2013.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 39

5. Tahun 2012, varietas cabai merah Tanjung-2 dari Balitsa telah diadopsi

petani di 10 kecamatan di Kab. Ciamis. Dengan luas tanam sebesar 140 Ha,

profit petani adopter mengalami peningkatan sebesar 7,4 Milyar rupiah dan

terjadi peningkatan Rate of Invesment (ROI) sebesar 131%.

6. Outcome dari terciptanya galur harapan Ayam KUB yaitu telah dilakukan

perjanjian lisensi antara Badan Litbang Pertanian dengan PT Ayam Kampung

Indonesia (PT. AKI) pada tanggal 9 Februari 2012. Maksud dan tujuan dari

perjanjian lisensi tersebut adalah untuk mengembangkan bibit Ayam KUB

sebagai hasil pemuliaan, dan untuk kegiatan komersialisasi Ayam KUB

tersebut. Komersialisasi meliputi pengembangan produksi ayam kampung

dari bibit Ayam KUB, promosi, distribusi, dan pemasaran Ayam KUB.

7. Pada tahun 2013 telah dilakukan penyebaran Parent Stock (PS) dan Final

Stock (FS) ke delapan propinsi sebanyak 13.924 ekor, yaitu propinsi Jawa

Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera

Utara, Kalimantan Selatan, Maluku Utara dan Aceh. Sedangkan penyebaran

ayam KUB ke Propinsi Lampung (300 ekor), Jambi (500 ekor) dan Maluku

Utara (500 ekor) masih dalam proses. Kegiatan penyebaran bertujuan untuk

membentuk pembibitan/breeding centre ayam KUB1 sebagai penyedia

sumber DOC bagi kebutuhan ayam lokal potong.

Untuk mencapai sasaran kedua, diukur dengan 8 (delapan) indikator kinerja.

Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat

digambarkan sebagai berikut :

Indikator Kinerja Target Realisasi %

1. Jumlah teknologi pengelolaan sumber daya

lahan dan lingkungan pertanian secara

berkelanjutan, serta formula pupuk

9 tekn. 16 tekn. 177,8

Sasaran 2 :

Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan sumberdaya pertanian

mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 40

Indikator Kinerja Target Realisasi %

2. Jumlah prototipe alat dan mesin untuk

peningkatan efisiensi sistem produksi

pertanian, kualitas, nilai tambah dan daya

saing produk dan limbah pertanian

5 teknologi 6 teknologi 120,0

3. Jumlah teknologi vaksin ternak isolat lokal,

diagnostik dan formula obat biofarmaka untuk

hewan.

6 tekn. 6 tekn. 100,0

4. Jumlah teknologi budidaya, dan panen 60 tekn. 79 tekn. 131,7

5. Jumlah teknologi dan manajemen antisipasi,

adaptasi, dan mitigasi perubahan iklim

6 tekn. 8 tekn. 133,3

6. Jumlah teknologi spesifik lokasi 112 tekn. 204 tekn. 182,1

7. Jumlah inovasi telnologi berbasis bioteknologi 4 tekn. 4 tekn. 100,0

8. Jumlah peta tematik sumberdaya lahan tingkat

tinjau dan semi detail.

14 peta 26 peta 185,7

Berdasarkan indikator kinerja sasaran kedua yang telah ditargetkan pada tahun

2013, 6 indikator telah melebihi target, dengan kategori keberhasilan di atas

100% (sangat berhasil), untuk 2 indikator tercapai dengan realisasi 100%

(berhasil).

Pencapaian indikator pertama sebanyak 16 teknologi baru pengelolaan

sumber daya lahan dan lingkungan pertanian secara berkelanjutan, serta formula

pupuk, terdiri dari 11 teknologi pengelolaan sumber daya lahan dan lingkungan,

dan 5 formula pupuk.

PUHS Handil Bersekat (Kearifan Lokal)

Gambar 9. Teknologi Pengelolaan SDL

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 41

Salah satu teknologi unggulan yang dihasilkan pada tahun 2013 adalah Perangkat

Uji Hara Sawit (PUHS). PUHS berguna untuk mengukur kadar hara N, P, K dan B

daun kelapa sawit pada waktu tertentu secara cepat. Adapun manfaatnya adalah:

1) mampu mengindentifikasi kecukupan hara tanaman kelapa sawit secara cepat

di lapang, dan 2) bermanfaat dalam menentukan rekomendasi pemupukan N, P,

K, dan B tanaman kelapa sawit secara cepat.

Teknologi lain yang dihasilkan berupa teknologi pengelolaan air pada lahan rawa

lebak yang diberi nama Harkat (Handil Bersekat). Penerapan teknologi ini terbukti

mampu mempertahankan kadar air tanah 80-197% berdasarkan berat kering

tanah. Kondisi ini mendukung terhadap upaya pengembangan pola tanam padi-

palawija di lahan lebak tengah pada musim kemarau.

Pencapaian indikator kedua berupa 6 teknologi unggulan berupa prototipe alat

dan mesin pertanian untuk peningkatan efisiensi sistem produksi pertanian,

kualitas, nilai tambah dan daya saing produk dan limbah pertanian, dengan

rincian sebagai berikut : 3 teknologi mektan mendukung swasembada pangan

berkelanjutan (mesin tanam pindah bibit padi sawah 4 baris, mesin panen padi

tipe mini combine kapasitas 14 jam/ha, model pemetaan mekanisasi produksi

padi di lahan sawah), 2 teknologi mektan mendukung program strategis

Kementan (mesin panen tebu dengan penggerak traktor roda dua, unit sistem

aeroponik dan rumah kasa terkendali untuk budidaya benih kentang) dan 1

teknologi mekanisasi pertanian berbasis koordinatif (kajian penerapan paket alat

dan mesin budidaya padi di lahan rawa).

Pencapaian indikator ketiga yaitu telah dihasilkan 6 teknologi veteriner dengan

rincian sebagai berikut: 3 teknologi diagnosa penyakit hewan (teknik multipleks

PCR untuk diagnosa cepat penyakit unggas kelompok virus DNA (Marek’s Disease,

Infectious Laryngotracheitis/ILT, Fowl Pox/FP dan Egg Drop Syndrome

76/EDS’76), 2 teknologi vaksin (teknologi vaksin bivalen inaktif untuk

pengendalian penyakit IBR dan PI-3 pada sapi, dan teknologi pengembangan

vaksin ND generasi baru (GVII), dan 1 teknologi obat biofarmaka untuk hewan

(anti cendawan asal herbal untuk pengendalian cemaran cendawan pada pakan

ternak).

Pencapaian indikator keempat, yaitu 79 teknologi budidaya dan panen

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan, dengan rincian 12

teknologi budidaya dan panen tanaman pangan, 14 teknologi budidaya dan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 42

panen tanaman hortikultura, 35 teknologi budidaya dan panen tanaman

perkebunan dan 18 teknologi budidaya dan panen peternakan.

Telah dirakit 12 teknologi budidaya dan panen tanaman pangan, budi daya padi,

jagung, dan kedelai guna menunjang upaya peningkatan produksi tanaman

pangan. Teknologi tersebut sudah menjadi bahan publikasi yang disajikan dalam

bentuk leaflet, yaitu : Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi,

Pengelolaan Tanaman Terpadu di Lahan Rawa Lebak, Alsin menekan Kehilangan

Hasil Perontokan Pada Gandum, Penangkaran Benih Jagung Hibrida Silang Tiga

Jalur Berbasis Komunitas, teknologi Penurunan Kandungan Tanin Biji Sorgum

dengan Prototipe Mesin Sosoh Tipe Abrasif PSA-M4 –Balitsereal, Pupuk Santap M,

Pupuk SANTAP NM, Produksi Ubikayu di Bawah Hutan Jati, Iletrisoy Pupuk Hayati

untuk Peningkatan Produksi Kedelai.

Telah dirakit 14 teknologi budidaya dan panen tanaman hortikultura yang

diperoleh melalui kegiatan litbang sayuran, buah, tanaman hias dan jeruk, yaitu :

Biopestisida untuk Mengendalikan OPT Tanah pada Komoditas Kentang,

Teknologi Pengendalian Penyakit Virus Kuning pada Cabai Merah, Teknologi

Budidaya Bawang Merah menggunakan TSS (True Shallot Seed) di Dataran

Tinggi, Teknik Produksi Benih TSS yang Efisien dari Segi Kualitas dan Kuantitas di

Dataran Tinggi, Teknik Produksi Umbi Mini Asal Benih TSS di Dataran Rendah,

Teknologi Budidaya Mangga Ramah Lingkungan, Teknologi Pengendalian

Organisasi Pengganggu Tanaman (OPT) dan Pemupukan Buah Naga secara

Efektif dan Efisien, Teknologi Perbanyakan Manggis dengan Embrio Somatik,

Teknologi Optimasi Kultur Meristem untuk Perbanyakan Masal pada Anggrek

Phalaenopsis, Teknologi Perbanyakan Masal Gerbera, Teknologi Pengendalian

Hama Pengorok Daun dengan Insektisida Nabati pada Tanaman Krisan, Teknologi

Pengendalian Penyakit Karat Putih dengan Inducer Untuk Ketahanan Tanaman

Krisan, Teknologi Budidaya Leather Leaf, Efektivitas Teknologi Bududaya dalam

Meningkatkan Pertumbuhan, Produksi Buah Jeruk dan Penurunan Emisi Gas

Rumah Kaca pada Zona Iklim Berbeda.

Telah dihasilkan 35 teknologi teknologi budidaya dan panen tanaman perkebunan

yang mencakup tanaman tebu, kapas, tembakau, nilam, tanaman obat, jambu

mete, karet, kakao, kelapa sawit, kopi dan coklat. Teknologi tersebut antara lain

terdiri atas : Pupuk Organik C Juncea dan 30% Pupuk Cair Si, Teknik Pembibitan

Tebu yang Menghasilkan Daya Tumbuh Bibit (budchip dan budset) Tinggi, Peta

Sebaran Varietas Tebu Berdasarkan Tipologi Lahan dan Tipe Tingkat

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 43

Kemasakannya, Teknologi Budidaya (Sistem Juring Ganda dan Rawat Ratoon)

yang Mendukung Pertumbuhan, Produksi dan Rendemen Optimal di Lahan Kering,

Waktu Tanam Tebu yang dapat Meningkatkan Produksi dan Rendemen Tebu di

Lahan Kering, Paket Teknologi Budidaya Kapas untuk Pengembangan pada Musim

Penghujan, Teknologi Pemupukan pada Tembakau Lokal Jombang dan Paket

Teknologi Budidaya Kapas untuk Pengembangan pada Musim Kemarau.

Telah dihasilkan 18 teknologi budidaya dan panen peternakan, 6 teknologi

budidaya ternak sapi dan kerbau, 6 teknologi pakan, 3 teknologi budidaya ternak

kambing, dan 3 teknologi budidaya ternak unggas dan aneka ternak.

Pencapaian indikator kelima sebanyak 8 teknologi dan manajemen antisipasi,

adaptasi, dan mitigasi perubahan iklim (133,3%), terdiri dari 6 teknologi antisipasi

dan adaptasi, dan 2 teknologi mitigasi perubahan iklim. Salah satu contoh

teknologi antisipasi perubahan iklim yang dihasilkan adalah Sistem Monitoring

Online Katam menggunakan CCTV.

Gambar 10. Sistem Monitoring Online Katam Menggunakan CCTV

Sistem Monitoring Online Katam menggunakan CCTV merupakan sistem

monitoring berbasis web, sehingga masyarakat komunitas pertanian dapat

dengan mudah mengakses informasi ini. Dengan demikian, hasil monitoring

sistem ini sangat berguna untuk meverifikasi informasi yang dihasilkan Sistem

Informasi Kalender Tanam Terpadu. Prototipe Sistem Monitoring On-line Katam

Terpadu merupakan produk awal pengembangan sistem monitoring dan

diharapkan pada penelitian 2014 sudah berfungsi dengan baik.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 44

Pencapaian indikator keenam, telah tercapai sebesar 182,1%, atau terealisasi

204 teknologi spesifik lokasi dari target 112 teknologi. Adapun output yang

dihasilkan berupa: 57 paket teknologi budidaya tanaman pangan, 11 paket

teknologi budidaya perkebunan, 9 paket teknologi budidaya hortikultura, 23 paket

teknologi pascapanen, 27 paket teknologi Peternakan, 9 paket kelembagaan, 33

paket teknologi sumberdaya lahan dan AEZ, 33 paket teknologi plasma nutfah

dan sumberdaya genetik, dan 2 paket teknologi mekanisasi.

Pencapaian indikator ketujuh, telah tercapai 100% dari target yang berupa 4

inovasi teknologi berbasis bioteknologi, dengan rincian sebagai berikut: 1

teknologi peta genetik genom kelapa sawit (Dura, Pisifera, dan Oleifera), 1

teknologi kloning gen (6 klon gen) pengendali sifat-sifat penting komoditas

pertanian, 1 teknologi analisis sidik jari DNA plasma nutfah pertanian (288 aksesi

plasma nutfah padi menggunakan analisis GGT-384 SNP), dan 1 teknologi

bioprospeksi sumberdaya genetik pertanian.

Database genome kelapa sawit meliputi peta genetik terdiri dari sekuen DNA

genom dan DNA kloroplas untuk ketigajenis kelapa sawit tersebut. Database ini

sudah bisa digunakan untuk mendesain marka SNP terkait sifat penting kelapa

sawit untuk program pemuliaan. Selanjutnya, database ini tengah berada dalam

proses pengembangan menjadi web-based genome sawit yang bisa diakses oleh

pengguna dengan lebih mudah. Total DNA genom yang sudah dianalisis mencapai

71,4 GB dari 16 kromosom yang dimiliki kelapa sawit. Sedangkan genom

kloroplasnya berukuran sekitar 156 kb yang mengandung sejumlah house

keeping gene.

Peta sekuen kloroplast

kelapa sawit Dura

Peta sekuen kloroplast

kelapa sawit Pisifera

Peta sekuen kloroplast

kelapa sawit E. oleifera

Gambar 11. Peta sekuen kloroplas kelapa sawit Dura (atas), Pisifera (kiri), dan

Oleifera (kanan)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 45

Pencapaian indikator kedelapan sebanyak 26 peta tematik sumberdaya lahan

tingkat tinjau dan semi detil (185,7%). Beberapa contoh peta yang dihasilkan

adalah sebagai berikut:

Peta Arahan Tata Ruang Pertanian Kab. Fakfak, Papua Barat Peta (kiri) dan Peta Kesesuaian Lahan

Tanaman Padi Sawah Lahan Terdegradasi, Kec. Gantung, Kab. Belitung Timur (kanan)

Gambar 12. Peta Tematik

Peta-peta yang dihasilkan selanjutnya akan diserahkan kepada daerah sesuai

lokasi pemetaan untuk digunakan sebagaimana peruntukannya. Salah satu

contoh yakni Peta Arahan Tata Ruang Pertanian Kab. Fakfak, Papua Barat,

merupakan permintaan dari Pemda Fakfak – Papua Barat dan akan segera

digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Tata Ruang Pertanian di daerah

tersebut. Sedangkan Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Lahan

Terdegradasi, Kec. Gantung, Kab. Belitung Timur, akan dijadikan acuan dalam

upaya pengembangan areal pertanaman padi sawah pada lahan-lahan

terdegradasi di daerah Kec. Gantung, Kab. Belitung Timur-Prov. Bangka Belitung.

Outcome lainnya dari peta-peta yang dihasilkan yakni Peta AEZ. Peta AEZ dibidani

oleh para peneliti BBSDLP telah diadopsi oleh BBP2TP untuk dijadikan sebagai

acuan arahan pengembangan pertanian sesuai dengan zona agroekologi di tiap-

tiap provinsi. Pada pertengahan tahun 2013 BBP2TP membagikan Peta AEZ Skala

1:250.000 kepada seluruh BPTP di 33 Provinsi melalui kepala daerahnya masing-

masing. Penyerahan dilakukan oleh Kepala Badan Litbang Pertanian dan

disaksikan oleh Wakil Menteri Pertanian pada acara Pekan Pertanian Spesifik

Lokasi yang dilaksanakan di Kendari, Sulawesi Tenggara.

Perbandingan capaian sasaran kedua pada tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat

melalui tabel berikut:

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 46

Indikator Kinerja Realisasi 2012

(%)

Realisasi 2013

(%)

1. Jumlah teknologi pengelolaan sumber daya

lahan dan lingkungan pertanian secara

berkelanjutan, serta formula pupuk

156,2 177,8

2. Jumlah teknologi/prototipe alat dan mesin

untuk peningkatan efisiensi sistem produksi

pertanian, kualitas, nilai tambah dan daya

saing produk dan limbah pertanian

100 120,0

3. Jumlah teknologi vaksin ternak isolat lokal,

diagnostik dan formula obat biofarmaka

untuk hewan.

100,0 100,0

4. Jumlah teknologi budidaya, dan panen 171,6 131,6

5. Jumlah teknologi dan manajemen antisipasi,

adaptasi, dan mitigasi perubahan iklim

185,7 133,3

6. Jumlah teknologi spesifik lokasi 186,3 182,1

7. Jumlah inovasi teknologi berbasis

bioteknologi

Tidak ditargetkan 100,0

8. Jumlah peta tematik sumberdaya lahan

tingkat tinjau dan semi detil

Tidak ditargetkan 185,7

Terkait dengan sasaran kedua, jumlah dan uraian indikator kinerja di tahun 2012

dan 2013 terdapat perbedaan, dimana pada tahun 2012 terdapat 6 indikator

namun pada tahun 2013 menjadi 8 indikator.

Dari pencapaian delapan indikator kinerja dalam mendukung sasaran kedua,

terlihat semua indikator telah mencapai target yang telah ditetapkan.

Outcome dari sasaran kedua adalah sebagai berikut :

1. Prototipe Indo Jarwo Transplanter, Indo Combine Harvester dan Power

Weeder telah dilaunching oleh Mentan dan digandakan menjadi 9 unit Jarwo

transplanter.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 47

2. Telah ditandatanganinya MoU Lisensi/KS Pabrikasi Indo Jarwo Transplanter

& Combine Harvester oleh pihak Swasta.

Sasaran 3:

Terciptanya inovasi teknologi pascapanen hasil pertanian berbasis sumberdaya lokal

mendukung diversifikasi pangan dan peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor

Untuk mencapai sasaran ketiga, diukur dengan 1 (satu) indikator kinerja.

Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai

berikut:

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Jumlah teknologi penanganan segar produk

pertanian, teknologi dan produk diversifikasi

pangan, subtitusi pangan impor, dan teknologi

pengembangan produk bernilai tambah dan

berdaya saing

16 teknologi 17 teknologi 106,3

Berdasarkan tabel pencapaian target di atas, target pada indikator kinerja sasaran

ketiga tahun 2013 telah tercapai seluruhnya dengan kategori keberhasilan lebih

dari 100% (sangat berhasil).

Output berupa 17 teknologi yang dihasilkan, diuraikan secara rinci sebagai

berikut:

1. Lima teknologi penanganan segar produk pertanian, yaitu: teknologi

penyosohan enzimatis untuk meningkatkan rendemen beras giling, teknologi

pembuatan kemasan edible film antimikroba untuk mengawetkan daging

sapi, teknologi pembuatan kemasan plastik antimikroba untuk pengawetan

daging, teknologi memperpanjang daya simpan segar cabai keriting kencana,

dan teknologi iradiasi untuk mempertahankan kesegaran kentang VUB

Kastanum.

2. Dua teknologi/produk untuk diversifikasi pangan dan substitusi pangan

impor, yaitu : teknologi pembuatan beras artifisial fungsional lambat cerna

dan teknologi fermentasi koropedang (Canavalia ensiformis) yang salah satu

produknya berupa tempe koropedang.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 48

3. Sepuluh teknologi/produk baru untuk peningkatan nilai tambah dan daya

saing, yaitu : teknologi enzimatis untuk meningkatkan rendemen dan mutu

gula, teknologi produksi gula tebu dengan filtrasi membran, teknologi

substitusi gula tebu dengan sorgum manis, teknologi pengolahan tepung

bawang merah kaya antioksidan, teknologi pembuatan tepung kentang,

teknologi nanoenkapsulasi ekstrak temulawak kaya antioksidan, teknologi

nanoenkapsulasi minyak biji pala sebagai bahan preservatif, teknologi

nanoenkapsulasi katekin dari daun gambir untuk produk nutraseutikal,

teknologi strukturisasi nanoserat selulosa dari tongkol jagung dan jerami

padi sebagai reinforcing agent untuk edible film, dan teknologi enkapsulasi

nano-vitamin A dan zat besi sebagai fortifikan flake ubi kayu.

Beras Giling Hasill Daging dalam Kemasan Plastik Penyosohan Enzimatis Kemasan Edible Film Anti Mikroba

Tempe Koropedang Gula Kristal Tebu Tepung Bawang Merah Substitusi Sorgum

Gambar 13. Teknologi Pascapanen yang Dihasilkan Tahun 2013

Outcome pada sasaran ketiga yang dihasilkan dari output TA. 2013, diperoleh

dari:

1. Kegiatan penelitian teknologi pengolahan kacang-kacangan sebagai sumber

protein untuk substitusi impor kedelai, yaitu teknologi fermentasi untuk

pembuatan tempe koropedang (Canavalia ensiformis). Keunggulan tempe

koro pedang yaitu mengandung peptida yang mampu berfungsi sebagai

penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) sehingga berpotensi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 49

sebagai anti hipertensi. Teknologi ini telah diintroduksikan kepada dua jenis

pengrajin tempe di wilayah Bogor, yaitu Pengrajin Tempe Tradisional (PTT)

dan Pengrajin Tempe Modern.

2. Kegiatan diseminasi pengembangan diversifikasi pangan, yaitu: bimbingan

teknis teknologi penyosohan dan penepungan tepung sorgum serta produk

olahannya pada Kelompok Tani Handayani di Kecamatan Babat, Kabupaten

Lamongan bekerjasama dengan dinas terkait. Keunggulan teknologi ini yaitu

dapat menghasilkan produk tepung rendah tanin sehingga cita rasa produk

pangan yang dihasilkan tidak kalah dengan terigu.

Outcome pada sasaran ketiga juga dihasilkan dari output pada tahun anggaran

sebelumnya, yaitu:

Kegiatan penelitian teknologi penanganan segar buah mangga melalui kombinasi

proses pelilinan/water heat treatment dengan mikroba alami. Teknologi ini telah

diimplementasikan pada ekspor perdana buah mangga gedong ke Dubai, Uni

Emirat Arab dengan kapal laut sebanyak 10 ton bekerjasama dengan PT.

Alamanda Sejati Utama.

Gambar 14. Launching Ekspor Perdana Buah Mangga Gedong oleh Kepala Badan

Litbang Pertanian

Bila dibandingkan dengan pencapaian 2012, dapat dilihat bahwa pencapaian

sasaran ketiga tahun 2013 tidak ada perbedaan yang signifikan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 50

Indikator Kinerja Realisasi 2012

(%)

Realisasi

2013(%)

Jumlah teknologi penanganan segar produk

pertanian, teknologi dan produk diversifikasi

pangan, subtitusi pangan impor, dan teknologi

pengembangan produk bernilai tambah dan berdaya

saing

156,2 177,8

Sasaran 4 :

Tersedianya kebijakan pengembangan kelembagaan agribisnis dan agroindustri untuk

peningkatan kesejahteraan petani

Untuk mencapai sasaran keempat, diukur dengan 1 (satu) indikator kinerja.

Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai

berikut:

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Jumlah kebijakan untuk penguatan daya

saing, perlindungan usaha pertanian,

penguatan kelembagaan dan kebijakan untuk

mendorong pertumbuhan sektor pertanian

dan pedesaan

20

rekomendasi

22

rekomendasi

110,0

Berdasarkan indikator kinerja sasaran keempat yang telah ditargetkan pada tahun

2013 telah melebihi target (sangat berhasil) dengan kategori keberhasilan di

atas 100%.

Secara rinci, rekomendasi kebijakan pertanian yang telah dihasilkan adalah 4

rekomendasi kebijakan terkait dengan penguatan daya saing dan perlindungan

usaha pertanian, 2 rekomendasi kebijakan terkait pengelolaan sumberdaya

pertanian dan pembangunan infrastruktur pertanian, 3 rekomendasi kebijakan

terkait pengembangan kelembagaan dan peraturan mendorong iklim usaha yang

kondusif, 3 rekomendasi kebijakan terkait makro ekonomi yang mendorong

pertumbuhan sektor pertanian, 1 rekomendasi kebijakan terkait dinamika

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 51

ekonomi pertanian dan perdesaan, dan 9 rekomendasi kebijakan terkait dengan

isu-isu kebijakan aktual.

Pencapaian sasaran keempat dari tahun 2012 dan 2013, terlihat tidak berbeda

signifikan, namun bila dihitung berdasarkan jumlah rekomendasi dihasilkan, pada

tahun 2012 telah dihasilkan sebanyak 38 rekomendasi, sedangkan pada tahun

2013 telah dihasilkan sebanyak 22 rekomendasi. Hal ini disebabkan pada tahun

2012, jumlah rekomendasi dihitung dari beberapa kegiatan yang ada di lingkup

eselon 2, misalnya PSEKP, Puslitbang Perkebunan, Puslitbang Hortikultura dan

BBP Mektan. Sedangkan pada tahun 2013, jumlah rekomendasi hanya dihitung

dari capaian satu kegiatan saja, yaitu kegiatan Analisis Sosial Ekonomi dan

Kebijakan Pertanian.

Indikator Kinerja Realisasi

2012 (%)

Realisasi 2013

(%)

Jumlah rekomendasi kebijakan yang terkait dengan

penguatan daya saing, perlindungan usaha pertanian,

penguatan kelembagaan dan kebijakan untuk mendorong

pertumbuhan sektor pertanian dan pedesaan

131,0

110,0

Sasaran 5 :

Meningkatnya sistem diseminasi dan promosi inovasi teknologi pertanian, serta

jejaring kerjasama nasional dan internasional

Untuk mencapai sasaran kelima, diukur dengan 2 (dua) indikator kinerja.

Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat

digambarkan sebagai berikut:

Indikator Kinerja Target Realisasi %

1. Jumlah teknologi yang terdiseminasi ke

pengguna/stakeholder

330 teknologi 330 teknologi 100,0

2. Jumlah kerjasama penelitian nasional dan

internasional

200

kerjasama

733

kerjasama

365,5

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 52

Berdasarkan indikator kinerja sasaran kelima yang telah ditargetkan pada tahun

2013 telah mencapai target (berhasil), bahkan ada yang melebihi target

(sangat berhasil).

Pencapaian indikator pertama, yaitu teknologi yang didiseminasikan ke

pengguna telah tercapai berupa 330 teknologi yang didiseminasikan kepada

pengguna. Teknologi yang didiseminasikan terdiri atas: 32 teknologi dalam

pendampingan PTT Padi, 14 teknologi dalam pendampingan PTT Jagung, 12

teknologi dalam pendampingan PTT kedelai, 14 teknologi dalam pendampingan

kawasan agribisnis hortikultura, 24 teknologi dalam pendampingan swasembada

daging sapi/kerbau, 11 teknologi dalam pendampingan program P2T3, 5

teknologi dalam pendampingan kakako, 33 teknologi dalam pengembangan m-

KRPL, 66 teknologi dalam pengembangan m-P3MI, 12 pengembangan model

inovasi LL, 10 teknologi pengembangan SITT, 33 teknologi kalender tanam, 32

paket diseminasi VUB padi dan 32 paket diseminasi denfarm kedelai. Teknologi ini

telah disebarluaskan melalui berbagai media diseminasi di BBP2TP dan 33 BPTP,

serta kegiatan pendampingan di 33 provinsi.

Pencapaian indikator kedua berupa kerjasama penelitian lingkup nasional

maupun internasional telah tercapai sebesar 733 kerjasama, yang terdiri dari:

1. 128 kerjasama dengan Perguruan Tinggi dalam negeri dan Lembaga

Penelitian Nasional di luar Badan Litbang Pertanian melalui program

Kerjasama Kemitraan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nasional

(KKP3N). Kegiatan ini merupakan pengembangan dari kegiatan Kerja sama

Kemitraan Penelitian dengan Perguruan Tinggi atau KKP3T yang telah

dilaksanakan mulai dari tahun 2007.

2. 104 kerjasama kemitraan dengan institusi pemerintah, swasta dan LSM.

Kegiatan yang mendapatkan pendanaan dari kerjasama kemitraan adalah

kegiatan dengan sharing mitra dalam bentuk program penelitian

sumberdaya, baik sumberdaya manusia, keuangan maupun sarana dan

prasarana.

3. 25 kerjasama kemitraan pengkajian dengan hampir seluruh pemerintah

provinsi/ kabupaten yang tersebar di Indonesia.

4. 274 kerjasama dalam negeri yang diarahkan untuk meningkatkan

pemanfaatan sarana/fasilitas penelitian, jasa pelayanan, dan alih teknologi.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 53

Kerja sama ini dilakukan dengan instansi/pemerintah daerah, swasta

nasional dan perguruan tinggi.

5. 202 kerjasama (MoU) dengan beberapa negara maupun lembaga riset

internasional, seperti IRRI, CIP, CIAT, CIMMYT, ICRAF, Bioversity Intern dan

sebagainya yang telah berjalan sejak beberapa tahun lalu dan masih

berlangsung sampai tahun 2013.

Bila dibandingkan dengan pencapaian 2012, dapat dilihat bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan dengan pencapaian sasaran ketiga tahun 2013.

Pencapaian sasaran kelima sejak tahun 2012 – 2013 dapat dilihat pada tabel

berikut :

Sasaran 6 :

Meningkatnya jumlah publikasi di jurnal ilmiah nasional dan internasional, hak

kekayaan intelektual (HAKI), serta komersialisasi hasil penelitian

Untuk mencapai sasaran keenam diukur dengan 4 (empat) indikator kinerja.

Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat

digambarkan sebagai berikut:

Indikator Kinerja Target Realisasi %

1. Jumlah artikel yang diterbitkan hasil litbang

pertanian

185 artikel 201 artikel 108,6

2. Prosentase perpustakaan digital yang dibina 90 Persen 127.94

Persen

142,2

Indikator Kinerja Realisasi

2012 (%)

Realisasi

2013 (%)

1. Jumlah teknologi yang terdiseminasi ke

pengguna/stakeholder

100.0 115,7

2. Jumlah kerjasama penelitian nasional dan internasional 228.5 365,5

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 54

Indikator Kinerja Target Realisasi %

3. Jumlah invensi yang memperoleh HKI 45 Invensi 90 Invensi 200,0

4. Jumlah lisensi hasil litbang 15 lisensi 12 lisensi 80,0

Berdasarkan indikator kinerja sasaran keenam, hampir semua target yang telah

ditetapkankan pada tahun 2013 telah tercapai lebih dari 100% (sangat

berhasil).

Pencapaian indikator pertama, yaitu telah diterbitkan 201 artikel pada

beberapa jurnal ilmiah dan semi ilmiah seperti Indonesian Journal of Agricultural

Science (IJAS) sebanyak 10 artikel, Indonesian Journal of Agriculture (IJA)

sebanyak 18 artikel, Jurnal Penelitian dan pengembangan pertanian (JP3)

sebanyak 20 artikel, Warta Litbang pertanian sebanyak 59 artikel, Buletin Teknik

Pertanian (Bultektan) sebanyak 22 artikel, Jurnal Perpustakaan Pertanian (JPP)

sebanyak 10 artikel, Pengembangan Inovasi Pertanian (PIP) sebanyak 20 artikel

dan Laporan Tahunan Badan Litbang Pertanian sebanyak 12 artikel. Selain itu,

terdapat 30 artikel yang telah dipublikasikan dalam berbagai judul jurnal

internasional. Informasi ini telah disebarkan ke berberapa lembaga perguruan

tinggi, baik negeri maupun swasta, termasuk juga instansi pemerintah lainnya di

dalam negeri seperti instansi lingkup Kemtan, Kementerian terkait, perpustakaan

daerah, Dinas Pertanian dan sebagainya.

Outcome dari indikator ini adalah dimanfaatkannya hasil-hasil penelitian dan

pengembangan pertanian maupun perpustakaan, dokumentasi dan informasi

(pusdokinfo) oleh peneliti/ilmuwan, pengambil kebijakan, penyuluh, petani dan

dunia usaha atau masyarakat agribisnis dalam rangka memacu perkembangan

Iptek dan pembangunan pertanian, dan tersebarnya 50.430 eksemplar publikasi

hasil litbang pertanian ke 15.181 alamat dalam negeri dan 135 alamat luar negeri.

Melalui kegiatan ini pula diharapkan para pemangku kepentingan dapat mengikuti

perkembangan Iptek bidang pertanian. Benefit/manfaat dari kegiatan ini adalah

tersebar dan termanfaatkannya hasil penelitian pertanian maupun pusdokinfo

oleh masyarakat. Masyarakat dapat mengetahui produk inovasi Badan Litbang

Pertanian dan dapat mengikuti perkembangan IPTEK bidang pertanian.

Sedangkan impact/dampak dari kegiatan ini adalah meningkatnya pemanfaatan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 55

inovasi teknologi pertanian dan terbangunnya citra positif Badan Litbang

Pertanian sebagai penghasil teknologi.

Pencapaian indikator kedua yaitu berupa pendampingan/ pembinaan

perpustakaan digital dengan target sebanyak 90% dari UK/UPT (atau 10 UK/UPT

pada tahun 2013) dengan realisasi sebesar 127,94% atau sebanyak 16 UK/UPT

lingkup Kementan yang meliputi: BB Biogen, Balittra, Balitsa, BPTP Kalbar, BPTP

Banten, BPTP Jakarta, BPTP Sumatera Barat, BPTP NAD, BPTP Sumut, dan BPTP

Maluku Utara, STTP Yogjakarta, STTP Malang, STPP Medan, BPIP Ketindan, BBIB

Singosari dan BBPP Binuang Kalsel.

Outcome dari kegiatan ini adalah terwujudnya pelayanan prima dalam bidang

IPTEK pertanian melalui ketersediaan perpustakaan digital di seluruh UK/UPT

lingkup Kementerian Pertanian, tersedianya sumberdaya manusia yang memiliki

keahlian dan ketrampilan dalam sistem informasi manajemen hasil penelitian dan

aplikasi sistem teknologi informasi, dan tersedianya sumberdaya informasi yang

memadai dan tersedianya anggaran yang diperlukan.

Pencapaian indikator ketiga yaitu telah diperolehnya 90 invensi HaKI yang

terdiri dari perlindungan paten sebanyak 20 buah, pendaftaran karya cipta

sebanyak 10 buah, pendaftaran merk 4 buah, permohonan hak PVT sebanyak 9

buah dan pendaftaran varietas hasil pemuliaan sebanyak 47 buah.

Capaian ini diperoleh melalui upaya untuk mempercepat proses perlindungan HKI

dalam rangka meningkatkan adopsi teknologi oleh industri yang dilaksanakan

melalui sosialisasi, pemanduan penyusunan draft dokumen HKI, mediasi

percepatan proses pemeriksaan substantif paten, dan pelatihan drafting paten.

Kegiatan sosialisasi, mediasi dan pemanduan terhadap peneliti sebagai inventor.

Dengan adanya sosialisasi tersebut berdampak pada pemahaman peneliti tentang

pentingnya perlindungan HKI terhadap hasil penelitiannya meningkat. Sehingga

dalam menyusun draft naskah lebih mengarah ke petunjuk penulisan dari masing-

masing rezim. Di samping itu Badan Litbang Pertanian juga memfasilitasi kegiatan

pemanduan draft penulisan paten, cipta, merek dan permohonan perlindungan

varietas tanaman dan mediasi. Dengan demikian finalisasi draft penulisan paten,

cipta, merek dan permohonan perlindungan varietas tanaman lebih cepat

sehingga perolehan HKI-nya diharapkan cepat tercapai.

Pencapaian indikator keempat yaitu telah diperolehnya 12 lisensi hasil litbang

yang telah dilisensi oleh industri. Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 56

pada tahun 2013 sampai dengan 31 Desember 2013 baru tercapai 80%. Hal ini

disebabkan adanya Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor: 67/Permentan/

OT.140/11/ 2012 tanggal 27 November 2012 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Pertanian Nomor: 06/Permentan/OT.140/2/2012 tentang Pedoman Kerja

Sama Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Perubahan tersebut

mencantumkan bahwa lisensi komersial dikenakan royalti sebesar paling banyak

10% (sepuluh persen) dari harga pokok penjualan. Tingginya nilai royalti

berdampak pada berkurangnya minat dunia usaha/swasta yang ingin

mengadakan kerjasama lisensi. Berkenaan dengan hal tersebut, terbit Peraturan

Menteri Pertanian RI Nomor: 99/Permentan/OT.140/10/2013 tanggal 9 Oktober

2013 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Pertanian nomor

06/Permentan/OT.140/2/2012 tentang Pedoman Kerja Sama Penelitian Dan

Pengembangan Pertanian, dimana royalti berubah menjadi lebih kecil. Misalnya

untuk pupuk yang semula 10% untuk lisensi eksklusif dan 3% untuk lisensi non

eksklusif berubah menjadi 3% untuk lisensi eksklusif dan 1,5 sampai 2% untuk

non eksklusif. Dengan nilai royalti yang baru, diharapkan dunia usaha semakin

tertarik untuk mengadakan kerja sama lisensi dengan Badan Litbang Pertanian,

sehingga target kerjasama lisensi dapat tercapai sesuai dengan yang

direncanakan.

Pencapaian sasaran keenam pada tahun 2012 dan 2013, tidak terlihat signifikan

perbedaannya kecuali untuk indikator keempat. Secara rinci perbandingan

capaian sasaran kelima dapat dilihat pada tabel berikut.

Indikator Kinerja Realisasi 2012

(%)

Realisasi 2013

(%)

1. Jumlah publikasi hasil litbang pertanian 100,0 108,6

2. Prosentase perpustakaan digital yang dibina 101,8 142,2

3. Jumlah invensi yang memperoleh HKI 148,8 200,0

4. Jumlah lisensi hasil litbang 186,6 80,0

Tercapainya kinerja sasaran Badan Litbang Pertanian dipengaruhi oleh beberapa

faktor internal, antara lain:

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 57

1. Diterapkannya monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian secara periodik,

mulai tahap perencanaan hingga tahap akhir sehingga fungsi pengawasan

pada setiap tahapan kegiatan dapat berjalan dengan baik.

2. Sarana dan prasarana penelitian cukup memadai untuk mendukung kegiatan

penelitian, seperti laboratorium, perpustakaan, pengolah data, jaringan

internet, dan lain-lain.

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan penelitian antara

lain adalah telah terjalinnya komunikasi dan koordinasi dengan instansi terkait, baik

di lingkup Kementerian Pertanian, seperti Direktorat Jenderal/Badan, maupun

instansi di luar Kementerian Pertanian, seperti Badan Pusat Statistik (BPS),

Kementerian Perdagangan, asosiasi berbagai komoditas, Pemerintah Daerah,

Perguruan Tinggi, pihak swasta bahkan dengan instansi luar negeri. Hal ini

memudahkan dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian.

Walau secara umum target yang ditetapkan telah terpenuhi namun dalam

pelaksanaan kegiatan tidaklah selalu berjalan mulus. Kendala teknis maupun non

teknis yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan di antaranya adalah :

1. Pelaksanaan penelitian yang tergantung musim terkendala perubahan iklim

dan serangan hama penyakit.

2. Pengadaan bahan yang harus indent dan sulit didapat sehingga perlu waktu

yang agak lama.

3. Adanya renovasi laboratorium sehingga menganggu kelancaran pelaksanaan

kegiatan penelitian

4. Kegiatan penelitian yang bekerjasama dengan pihak lain sering terhambat

oleh kesiapan mitra kerjasama.

5. Jadwal pemakaian beberapa peralatan analisis sangat padat sehingga terjadi

antrian pemakaian alat.

6. Waktu pencairan anggaran yang terkadang tidak sinkron dengan kebutuhan

dana penelitian.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 58

7. Perubahan kebijakan pemerintah yang menyebabkan ada beberapa rencana

kegiatan tidak dapat terealisir.

8. Rekapitulasi RPTP dan RDHP teraktual belum dapat diperoleh dari UK/UPT

terkait.

9. Sulitnya pengolahan data yang disebabkan karena inkonsistensi dalam

pencantuman nama peneliti dan subjek spesialisasinya.

10. Layanan jasa penyebaran informasi terbaru mengalami hambatan pada

ketersediaan alat pengolah data yang kurang memadai dan gangguan

koneksi internet.

Beberapa kendala tersebut telah diupayakan untuk diperbaiki oleh seluruh jajaran

Badan Litbang Pertanian dengan :

1. Mengoptimalkan kegiatan koordinasi dan sinkronisasi serta sosialisasi

peningkatan kapabilitas dan pembinaan program.

2. Mempertimbangkan musim panen dan ketersediaan peralatan, SDM, dan

dana.

3. Memprioritaskan pendanaan pada kegiatan penelitian yang memiliki musim

panen kritis (pada awal dan akhir tahun, contoh rambutan dan manggis).

4. Menginventarisasi peralatan bangsal dan laboratorium yang dibutuhkan

dalam penelitian untuk diusulkan pengadaannya pada tahun anggaran

mendatang, sebaiknya kebutuhan alat sudah direncanakan sejak menyusun

proposal penelitian.

5. Meningkatkan kompetensi SDM peneliti dari sisi metodologi penelitian dan

teknisi untuk lebih meningkatkan keterampilan dalam rangka pencapaian

sasaran mutu/output yang diharapkan.

6. Meningkatkan manajemen di tingkat perencanaan, seperti mempersiapkan

kegiatan secara lebih cermat, realistis, dan matang, menentukan target

output dan sasaran secara realistis, menyusun penanganan risiko secara

cermat, serta merevisi dokumen perencanaannya jika menemui perubahan

pelaksanaan kegiatan dari yang sudah direncanakan.

7. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan kegiatan secara cermat.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 59

8. Mempertimbangkan musim panen dan memprioritaskan pendanaan pada

kegiatan penelitian yang memiliki musim panen kritis (panen awal dan akhir

tahun anggaran).

9. Menyusun analisis dan penanganan risiko secara cermat untuk mengantisipasi

kendala-kendala yang mungkin terjadi selama pelaksanaan penelitian.

10. Melakukan pola kerjasama Balit Komoditas dengan BPTP sehingga transfer

pengetahuan dari tenaga peneliti Balit Komoditas ke peneliti di BPTP telah

dilakukan secara bertahap.

11. Melakukan koordinasi lebih aktif ke UK/UPT untuk memperoleh rekapitulasi

RPTP dan RDHP teraktual.

12. Meningkatkan kerjasama aktif pertukaran publikasi dan informasi dengan

instansi terkait.

13. Memperbaiki koneksi jaringan internet.

14. Pengadaan alat pengolah data.

15. Sosialisasi pemanfaatan informasi terbaru dan terseleksi akan lebih

diintensifkan melalui kegiatan pendampingan perpustakaan.

3.3 Akuntabilitas Keuangan (Anaudited)

Untuk membiayai kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian pada tahun

2013, Badan Litbang Pertanian semula mendapat alokasi anggaran pagu indikatif

sebesar Rp.1.807.951.070.000,-, sesuai Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri

Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan Nomor 0096/M.PPN/03/2012 dan

S-214/MK.02/2012 tanggal 30 Maret 2012 mengenai Pagu Indikatif dan

Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2013. Dalam

pembahasan anggaran lebih lanjut, pagu definitif Badan Litbang Pertanian TA

2013 disetujui sebesar Rp.1.778.051.271.000,- sebagaimana tertuang dalam

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 229/KMK.02/2012 tentang Pagu Anggaran

Kementerian Negara/Lembaga TA. 2013 tanggal 6 Juli 2012.

Selama tahun anggaran 2013 terjadi revisi pagu anggaran yang disebabkan

adanya APBN–P tahun 2013 dan hibah. Revisi APBN–P disahkan pada tanggal 26

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 60

September 2013 terdiri atas (1) pengurangan pagu anggaran untuk memenuhi

kekurangan subsidi BBM sebesar Rp.94.418.114.000,-, (2) penambahan pagu dari

Hibah Luar Negeri sebesar Rp.283.882.000,- pada 1 Satker, (3) penambahan

pagu PNBP sebesar Rp.251.929.000,- pada 1 Satker, dan (4) penambahan pagu

untuk kegiatan Direktif Presiden sebesar Rp.35.000.000.000,-, sehingga pagu

Badan Litbang Pertanian menjadi sebesar Rp.1.719.168.968.000,-. Revisi tahap

kedua dimulai bulan Oktober sampai Desember 2013 berupa penambahan pagu

PNBP sebesar Rp.3.307.318.000,- pada 4 Satker, dan Hibah Luar Negeri pada 28

satker dengan nilai sebesar Rp.22.800.966.000,-. Pada akhir tahun anggaran

2013 total anggaran Badan Litbang Pertanian sebesar Rp.1.745.277.252.000,-

yang dialokasikan untuk 66 Satker pada 14 unit kerja, dengan persentase masing-

masing jenis belanja dapat dilihat pada gambar 15.

Dari gambar 15 terlihat bahwa BB Pengkajian mendapat alokasi anggaran

tertinggi, yaitu sebesar Rp.529.049.354.000,- dengan prosentase 30,31%. Hal

tersebut dikarenakan anggaran BBP2TP mencakup anggaran untuk 33 satker

(BPTP) yang tersebar di semua provinsi. Sedangkan beberapa Unit Kerja yang

tidak memiliki UPT alokasi anggarannya berkisar Rp.21.403.478.000,- (1,23%) di

Pustaka sampai dengan Rp.72.715.799.000,- (4,17%) di BB Biogen.

Gambar 15. Persentase Pagu Anggaran Badan Litbang Pertanian TA 2013 Per

Unit Kerja

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 61

Belanja dalam rangka operasional kegiatan Badan Litbang Pertanian dilakukan

dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan dan efisiensi, namun

tetap menjamin terlaksananya kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan

dalam Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga. Pagu Badan Litbang

Pertanian dialokasikan untuk belanja pegawai, modal dan barang, dimana

persentase masing-masing belanja dapat dilihat pada gambar 16.

Gambar 16. Persentase Pagu Anggaran Badan Litbang Pertanian TA 2013 Per

Belanja

Memperhatikan komposisi penyediaan belanja memperlihatkan belanja barang

menempati penyediaan pagu yang paling tinggi. Hal tersebut dapat digunakan

sebagai indikator bahwa operasional pelaksanaan kegiatan di Badan Litbang

Pertanian, lebih membutuhkan belanja barang, termasuk untuk pendanaan

kegiatan penelitian. Belanja modal dibutuhkan untuk melengkapi peralatan dan

atau bangunan yang kurang.

Per 31 Desember 2013, anggaran Badan Litbang Pertanian telah direalisasikan

sebesar Rp.1.624.065.101.016,- atau sebesar 93,05%, dengan realisasi per

belanja di atas 85%. Selengkapnya persentase realisasi per belanja dapat dilihat

pada grafik berikut.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 62

Gambar 17. Perbandingan (Persentase) Realisasi Terhadap Pagu Anggaran

Badan Litbang Pertanian TA 2013 Per Belanja

Rata-rata realisasi anggaran per eselon-2 lingkup Badan Litbang Pertanian

menunjukkan hasil yang cukup baik, yaitu di atas 90%. Namun, ada 2 UK yang

realisasinya masih di bawah 90%, yaitu PSE- KP dan Sekretariat Badan Litbang

Pertanian. Data persentase realisasi anggaran per eselon-2 selengkapnya dapat

dilihat pada grafik berikut.

Gambar 18. Perbandingan (Persentase) Realisasi Terhadap Pagu Anggaran

Badan Litbang Pertanian TA 2013 Per Eselon 2

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 63

Dari gambar realiasasi anggaran per unit kerja di atas, dapat dilihat bahwa

Sekretariat Badan Litbang Pertanian mempunyai realisasi dibawah 80%. Sampai

dengan 31 Desember 2013, realisasi anggaran DIPA 2013 lingkup Sekretariat

Badan Litbang Pertanian masih relatif kecil dibandingkan dengan rencananya,

yaitu baru mencapai 79,46% atau sebesar Rp.234.554.468.375,-. Hal ini

disebabkan karena tidak semua anggaran Belanja Modal pada anggaran Pinjaman

Luar Negeri (RK) dapat terserap. Hal ini dikarenakan terlambatnya Legal Opinion

(LO) dari Bank Dunia yang baru terbit pada akhir bulan September 2013. Dana

tersebut merupakan alokasi untuk pengadaaan pembangunan gedung dan

pengadaan alat laboratorium. Selain itu secara keseluruhan ada beberapa

masalah yang menyebabkan pagu anggaran Badan Litbang Pertanian tidak

terserap secara keseluruhan, antara lain :

1. Kegiatan perbenihan dengan pagu anggaran Rp. 35 M, masih tersisa Rp.

1,66 M (4,73%).

2. Adanya penghematan dan optimalisasi pada belanja perjalanan dan belanja

modal.

3. Pembangunan gedung belum selesai pembayarannya.

Sesuai mandat, Badan Litbang Pertanian selain mendapatkan dana dari APBN,

juga menerima pendapatan dari Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan

Hibah. Pendapatan yang bisa ditargetkan adalah jenis penerimaan dari PNBP.

Sedangkan pendapatan dari hibah tidak bisa ditargetkan karena bersifat hibah

langsung. Pendapatan Negara Bukan Pajak diklasifikasikan menjadi dua jenis,

yaitu berasal dari jenis penerimaan umum dan fungsional.

Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah untuk periode yang berakhir pada 31

Desember 2013 adalah sebesar Rp.29.009.326.146,- atau mencapai 375,25

persen dari estimasi pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp.7.730.550.073,-.

Pendapatan Negara lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

adalah merupakan Pendapatan Negara Bukan Pajak.

Estimasi pendapatan tersebut merupakan data SAI, sedangkan data di aplikasi

TRPNBP sebesar Rp.12.941.532.176,-. Perbedaan tersebut karena ada 28 satker

yang estimasi pendapatannya tidak muncul di DIPA, namun dapat direalisasikan.

Tabel 7. Rincian Estimasi Pendapatan dan Realisasi PNBP

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 64

Kode 4

Digit Uraian

Estimasi

Pendapatan

(Rp.000)

Realisasi

(Rp.000) % Real

4231 Pendapatan dari Pengelo-laan BMN

serta Pendapa-tan dari Penjualan 3,654,728 4,284,491 390.85

4232 Pendapatan Jasa 4,014,027 9,906,130 246.79

4236 Pendapatan Hasil Pengembalian Uang

Negara - 5,400 -

4237 Pendapatan Iuran dan Denda 1,000 244,545 24,454.52

4239 Pendapatan Lain-Lain 60,795 4,568,760 7,515.03

Jumlah Bruto 7,730,550 29,009,326 375.26

Pengembalian - - -

Jumlah Netto 7,730,550 29,009,326 375.26

Sumber data : Subbag keuangan Sekretariat Badan Litbang Pertanian

Berdasarkan tabel di atas, beberapa uraian realisasi pendapatan lebih tinggi

dibandingkan estimasinya. Hal ini disebabkan karena:

a. Optimalnya penjualan hasil pertanian, adanya penjualan bongkaran

renovasi gedung dan bangunan.

b. Optimalnya penggunaan ruang kelas, mess dan guest house.

c. Optimalnya hasil pengembalian uang negara.

d. Optimalnya pembayaran denda.

e. Banyaknya penyelesaian TP/TGR dari satker.

Pada TA 2013 tidak ada pengembalian atas pendapatan.

Tabel 8. Rincian PNBP per wilayah lingkup Badan Litbang Pertanian

No. Uraian Wilayah/Provinsi Jumlah Satker

Realisasi PNBP Kontribusi

(%)

1 Jawa Barat 20 14,758,852,986 50.88

2 DKI Jakarta 3 4,258,924,885 14.68

3 Jawa Timur 5 2,836,697,937 9.78

4 Sulawesi Selatan 3 1,015,512,043 3.5

5 Sumatera Barat 2 749,364,276 2.58

6 Sulawesi Utara 2 746,239,557 2.57

7 Jawa Tengah 2 616,056,829 2.12

8 Banten 2 562,089,193 1.94

9 NTB 1 351,977,919 1.21

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 65

No. Uraian Wilayah/Provinsi Jumlah Satker

Realisasi PNBP Kontribusi

(%)

10 Sumatera Utara 2 348,242,171 1.2

11 Kalimantan Selatan 2 314,817,131 1.09

12 Kalimanatan Barat 1 314,534,200 1.08

13 Sumatera Selatan 1 222,054,384 0.77

14 DIY 1 205,490,593 0.71

15 NAD 1 199,407,421 0.69

16 Sulawei Tenggara 1 168,945,141 0.58

17 NTT 1 158,001,278 0.54

18 Sulawesi Tengah 1 153,588,945 0.53

19 Lampung 1 143,230,808 0.49

20 Maluku 1 120,625,090 0.42

21 Kalimantan Timur 1 119,660,803 0.41

22 Bali 1 106,610,706 0.37

23 Maluku Utara 1 107,501,855 0.37

24 Papua Barat 1 74,907,152 0.26

25 Gorontalo 1 72,721,300 0.25

26 Bengkulu 1 67,319,431 0.23

27 Kalimantan Tengah 1 61,270,587 0.21

28 Jambi 1 56,775,258 0.2

29 Papua 1 42,988,414 0.15

30 Riau 1 30,189,350 0.1

31 Bangka Belitung 1 23,845,603 0.08

32 Sulawesi Barat 1 - 0

33 Kepulauan Riau 1 882,900 0

TOTAL 66 29,009,326,146 100

Sumber data : Subbag keuangan Sekretariat Badan Litbang Pertanian

Kontribusi atas PNBP terbesar ada di provinsi Jawa Barat. Hal ini disebabkan

peningkatan pendapatan sewa rumah dinas, kunjungan tamu yang menggunakan

sarana mess dan guest house bertambah, peningkatan jasa analisa laboratorium

oleh pihak lain dan jumlah satker terbanyak berada di provinsi Jawa Barat yaitu

20 satker.

Realisasi PNBP per 31 Desember 2013 mengalami peningkatan senilai

Rp.6.765.711.916,- atau 30,42% dibandingkan per 31 Desember 2012. Hal ini

disebabkan oleh :

1. Peningkatan pendapatan umum yaitu sewa rumah dinas dan pendapatan

fungsional yang meliputi :

a. Penjualan hasil pertanian, perkebunan, kehutanan.

b. Sewa gedung, bangunan, dan gudang.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 66

c. Jasa tenaga, pekerjaan, informasi, pelatihan, Teknologi, Pendapatan BPN,

Pendapatan DJBC dan jasa lainnya.

2. Jumlah ragam tanaman sumber PNBP bertambah.

3. Produktivitas tanaman meningkat.

4. Kunjungan tamu yang menggunakan sarana mess dan guest house

bertambah.

5. Pemanfaatan auditorium untuk berbagai acara oleh masyarakat pengguna

terdapat penambahan yang cukup signifikan.

6. Peningkatan jasa analisa laboratorium oleh pihak lain.

7. Telah berlakunya tarif royalti atas lisensi hak paten dari hasil penelitian dan

pengembangan pertanian.

8. Meningkatnya jumlah sampel yang diuji laboratorium, karena telah

terakreditasi.

9. Telah menghasilkannya beberapa tanaman perkebunan yang ada di kebun

percobaan.

10. Penggunaan paket teknologi yang efektif dan efisien.

11. Sistem pengolahan lahan yang baik dengan penghasilan dari kegiatan

kebun-kebun percobaan yang ada.

12. Terjadinya kenaikan total hasil/produksi, terutama hasil-hasil pertanian.

13. Sudah berlakunya PP Tarif Nomor 48 tahun 2012 tanggal 12 April 2012,

tentang Jenis dan Tarif Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku

pada Kementerian Pertanian, yang menggantikan PP Tarif No. 49 tahun

2002 dan PP No. 7 tahun 2004.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 67

BAB IV

PENUTUP

Capaian sasaran Badan Litbang Pertanian tahun 2013 diukur dengan 6 (enam)

indikator kinerja. Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun

2013 sebagian besar telah tercapai dan melebihi target yang ditetapkan, dengan

kriteria capaian berhasil (100%) dan sangat berhasil (di atas 100%).

Keberhasilan pencapaian sasaran secara umum didukung oleh sumberdaya yang

ada, terutama SDM peneliti, litkayasa dan tenaga administrasi yang memadai.

Namun demikian, masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi dalam

pencapaian sasaran. Kendala teknis maupun non teknis seperti kendala musim,

pencairan dana dan proses pengadaan yang terlambat masih dialami pada

pelaksanaan kegiatan di beberapa UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian.

Upaya perbaikan tetap dilakukan oleh seluruh jajaran Badan Litbang Pertanian

dalam rangka tercapainya sasaran kegiatan, dengan meningkatkan koordinasi

dengan pihak-pihak terkait, mengoptimalkan sumberdaya yang ada dan

memperbaiki fungsi manajemen, terutama pada tahap perencanaan.