BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengawasan 2.1.1 Pengertian...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengawasan 2.1.1 Pengertian...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengawasan
2.1.1 Pengertian Pengawasan
Berbagai fungsi manajemen dilaksanakan oleh para pimpinan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi. Fungsi-fungsi yang ada didalam manajemen diantaranya
adalah fungsi perencanaan (Planning), fungsi pengorganisasian(Organizing), fungsi
pelaksanaan (Actuating) dan fungsi pengawasan (Controlling) menurut Griffin (2004:
44). Keempat fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan oleh seorang manajer
secara berkesinambungan, sehingga dapat merealisasikan tujuan organisasi.
Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang berupaya agar rencana
yang sudah ditetapkan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
Menurut Schermerhorn dalam Ernie dan Saefullah (2005: 317),
mendifinisikan pengawasan merupakan sebagai proses dalam menetapkan ukuran
kinerja dalam pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang
diharapkan sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan tersebut. Sedangkan menurut
Mathis dan Jackson (2006: 303), menyatakan bahwa pengawasan merupakan sebagai
proses pemantauan kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur kinerja,
memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat
dijadikan umpan balik pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para karyawan.
Universitas Sumatera Utara
Defenisi ini tidak hanya terpaku pada apa yang direncanakan, tetapi mencakup dan
melingkupi tujuan organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi sikap, cara, sistem,
dan ruang lingkup pengawasan yang akan dilakukan oleh seorang manajer.
Pengawasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan
operasionalnya untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan–
penyimpangan dengan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan tersebut
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya.
Menurut Harahap (2001: 14), Pengawasan adalah keseluruhan sistem, teknik,
cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang atasan untuk menjamin agar segala
aktivitas yang dilakukan oleh dan dalam organisasi benar-benar menerapkan prinsip
efisiensi dan mengarah pada upaya mencapai keseluruhan tujuan organisasi.
Sedangkan menurut Maringan (2004: 61), pengawasan adalah proses dimana
pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan bawahan
sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang telah ditentukan. Selain itu
menurut Dessler (2009: 2), menyatakan bahwa pengawasan (Controlling) merupakan
penyusunan standar - seperti kuota penjualan, standar kualitas, atau level produksi;
pemeriksaan untuk mengkaji prestasi kerja aktual dibandingkan dengan standar yang
telah ditetapkan; mengadakan tindakan korektif yang diperlukan.
Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan atau pemeriksaan kegiatan
perusahaan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan rencana yang
ditetapkan sebelumnya dan melakukan tindakan korektif yang diperlukan untuk
Universitas Sumatera Utara
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada sebelumnya. Pengawasan yang efektif
membantu usaha dalam mengatur pekerjaan agar dapat terlaksana dengan baik.
Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini
terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan agar target
perusahaan tercapai. Dengan kata lain fungsi pengawasan menilai apakah rencana
yang ditetapkan pada fungsi perencanaan telah tercapai.
Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2001: 242) mengemukakan hal sebagai
berikut :
“Controlling can be defined as the process of determining what is to be accomplished, that is the standard; what is being accomplished, that is the performance, evaluating the performance and if necessary applying corrective measure so that performance takes place according to plans, that is, in conformity with the standard.”
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus
dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai
pelaksanaan dan melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai
dengan rencana yaitu selaras dengan standar.
Menurut Henry Fayol dalam Harahap (2001: 10) mengartikan pengawasan
sebagai berikut:
“Control consist in verifying whether everything occurs in conformity with the plan adopted, the instruction issued and principles established. It has objective to point out weaknesses and errors in order to rectify then prevent recurrance”.
Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan
rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut .
Universitas Sumatera Utara
Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari
kejadiannya dikemudian hari. Menurut Siagian (2003: 30), bahwa pengawasan adalah
memantau aktivitas pekerjaan karyawan untuk menjaga perusahaan agar tetap
berjalan kearah pencapaian tujuan dan membuat koreksi jika diperlukan. Pengawasan
secara umum berarti pengendalian terhadap perencanaan apakah sudah dilaksanakan
sesuai tujuan atau penyimpangan dari tujuan yang diinginkan. Jika terjadi
penyimpangan, pihak manajemen yang terkait dalam pengawasan harus memberikan
petunjuk untuk melakukan perbaikan kerja, agar standar perencanaan tidak jauh
menyimpang dari hasil yang diperoleh pada saat pelaksanaan.
2.1.2 Sistem Pengawasan
Sistem pengawasan yang efektif harus memenuhi beberapa prinsip
pengawasan yaitu adanya rencana tertentu dan adanya pemberian instruksi serta
wewenang-wewenang kepada bawahan. Rencana merupakan standar atau alat
pengukur pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan. Rencana tersebut menjadi
petunjuk apakah sesuatu pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak. Pemberian
instruksi dan wewenang dilakukan agar sistem pengawasan itu memang benar-benar
dilaksanakan secara efektif. Wewenang dan instruksi yang jelas harus dapat diberikan
kepada bawahan, karena berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan sudah
menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Atas dasar instruksi yang diberikan kepada
bawahan maka dapat diawasi pekerjaan seorang bawahan.
Sistem pengawasan akan efektif bilamana sistem pengawasan itu memenuhi
prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa sistem pengawasan itu tetap dapat
Universitas Sumatera Utara
dipergunakan, meskipun terjadi perubahan terhadap rencana yang diluar dugaan.
Menurut Duncan dalam Harahap (2001: 246) mengemukakan bahwa beberapa sifat
pengawasan yang efektif sebagai berikut :
a. Pengawasan harus dipahami sifat dan kegunaannya. Oleh karena itu harus
dikomunikasikan. Masing-masing kegiatan membutuhkan sistem
pengawasan tertentu yang berlainan dengan sistem pengawasan bagi
kegiatan lain. Sistem pengawasan untuk bidang penjualan dan sistem untuk
bidang keuangan akan berbeda. Oleh karena itu sistem pengawasan harus
dapat merefleksi sifat-sifat dan kebutuhan dari kegiatan yang harus
diawasi. Pengawasan dibidang penjualan umumnya tertuju pada kuantitas
penjualan, sementara pengawasan dibidang keuangan tertuju pada
penerimaan dan penggunaan dana.
b. Pengawasan harus mengikuti pola yang dianut organisasi.
Titik berat pengawasan sesungguhnya berkisar pada manusia, sebab
manusia itulah yang melakukan kegiatan dalam badan usaha atau
organisasi yang bersangkutan. Karyawan merupakan aspek intern
perusahaan yang kegiatan-kegiatannya tergambar dalam pola organisasi,
maka suatu sistem pengawasan harus dapat memenuhi prinsip berdasarkan
pola organisasi.
Ini berarti bahwa dengan suatu sistem pengawasan , penyimpangan yang
terjadi dapat ditunjukkan pada organisasi yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
c. Pengawasan harus dapat mengidentifikasi masalah organisasi.
Tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang
direncanakan menjadi kenyataan. Oleh karena itu, agar sistem pengawasan
benar-benar efektif, artinya dapat merealisasi tujuannya, maka suatu sistem
pengawasan setidaknya harus dapat dengan segera mengidentifikasi
kesalahan yang terjadi dalam organisasi. Dengan adanya identifikasi
masalah atau penyimpangan, maka organisasi dapat segera mencari solusi
agar keseluruhan kegiatan operasional benar-benar dapat atau mendekati
apa yang direncanakan sebelumnya.
d. Pengawasan harus fleksibel.
Suatu sistem pengawasan adalah efektif, bilamana sistem pengawasan itu
memenuhi prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa pengawasan itu tetap
dapat dipergunakan, meskipun terjadi perubahan-perubahan terhadap
rencana diluar dugaan.
e. Pengawasan harus ekonomis.
Sifat ekonomis dari suatu sistem pengawasan sungguh-sungguh diperlukan.
Tidak ada gunanya membuat sistem pengawasan yang mahal, bila tujuan
pengawasan itu dapat direfleksikan dengan suatu sistem pengawasan yang
lebih murah. Sistem pengawasan yang dianut perusahaan-perusahaan besar
tidak perlu ditiru bila pengawasan itu tidak ekonomis bagi suatu
perusahaan lain. Hal yang perlu dipedomani adalah bagaimana membuat
Universitas Sumatera Utara
suatu sistem pengawasan dengan benar-benar merealisasikan motif
ekonomi.
Pengawasan yang efektif tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
Tidak ada satu sistem pengawasan yang berlaku untuk semua situasi dan semua
perusahaan.
2.1.3 Tujuan Pengawasan
Pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
memerlukan pengawasan agar perencanaan yang telah disusun dapat terlaksana
dengan baik. Pengawasan dikatakan sangat penting karena pada dasarnya manusia
sebagai objek pengawasan mempunyai sifat salah dan khilaf. Oleh karena itu manusia
dalam organisasi perlu diawasi, bukan mencari kesalahannya kemudian
menghukumnya, tetapi mendidik dan membimbingnya. Menurut Husnaini (2001:
400), tujuan pengawasan adalah sebagai berikut :
1. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan, dan hambatan.
2. Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan, pemborosan, dan
hambatan.
3. Meningkatkan kelancaran operasi perusahaan.
Melakukan tindakan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan dalam
pencapaian kerja yang baik.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Griffin (2004: 163), mendeskripsikan tujuan pengendalian seperti
Gambar 2.1. berikut :
Sumber : Griffin (2004: 163)
Gambar 2.1 : Tujuan Pengendalian
Keterangan Gambar 2.1.Tujuan Pengendalian :
a. Beradaptasi dengan Perubahan Lingkungan
Organisasi akan menghadapi perubahan dalam lingkungan bisnis yang tidak
stabil dan bergejolak. Dalam rentang waktu antara penetapan tujuan dan pencapaian
tujuan, banyak kejadian dalam organisasi dan lingkungannya yang dapat menuntun
pergerakan kearah tujuan atau menyimpangkan tujuan itu sendiri. Sistem pengawasan
yang baik dapat membantu para manajer mengantisipasi, memantau, dan merespon
perubahan.
Beradaptasi dengan perubahan lingkungan
Membatasi akumulasi kesalahan
Pengendalian membantu organisasi
Mengatasi kompleksitas
i i
Meminimisasi biaya
Universitas Sumatera Utara
b. Membatasi Akumulasi Kesalahan
Kesalahan-kesalahan kecil umumnya tidak menimbulkan kerusakan serius
pada kinerja organisasi. Namun dari waktu ke waktu, kesalahan-kesalahan kecil dapat
terakumulasi dan berdampak serius. Oleh karena itu pengawasan diperlukan untuk
menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan kecil yang dapat berulang-ulang.
Dengan adanya pengawasan, manajer dapat melihat penyebab terjadinya kesalahan
dan dapat mengambil keputusan untuk bekerja lebih cermat.
c. Mengatasi Kompleksitas organisasi
Perusahaan jika hanya menggunakan satu jenis bahan baku atau sumber daya,
membuat satu jenis produk atau jasa, memiliki desain organisasi yang sederhana, dan
mengalami permintaan produk yang konstan, maka para manajernya dapat membuat
sistem pengawasan yang minim dan sederhana. Tetapi apabila perusahaan yang
memproduksi produk dan jasa dengan memakai beragam bahan baku dan sumber
daya dan memiliki area pasar yang luas, desain organisasi yang rumit, serta memiliki
banyak pesaing memerlukan sistem yang canggih untuk membuat pengawasan yang
memadai.
d. Meminimisasi Biaya
Pengawasan juga dapat membantu mengurangi biaya dan meningkatkan
output apabila dipraktekkan secara efektif. Secara filosofis dikatakan bahwa
pengawasan sangat penting karena manusia pada dasarnya mempunyai sifat salah
atau khilaf, sehingga manusia dalam organisasi perlu diawasi, bukan untuk mencari
kesalahannya kemudian menghukumnya tetapi untuk mendidik dan membimbingnya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Maringan (2004: 61) menyatakan tujuan pengawasan adalah
sebagai berikut:
a. Mencegah dan memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian
dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan.
b. Agar pelaksanaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Tujuan perusahaan dapat tercapai, jika fungsi pengawasan dilakukan sebelum
terjadinya penyimpangan-penyimpangan sehingga lebih bersifat mencegah
(prefentive control). Dibandingkan dengan tindakan-tindakan pengawasan sesudah
terjadinya penyimpangan, maka tujuan pengawasan adalah menjaga hasil pelaksanaa
kegiatan sesuai dengan rencana. Ketentuan-ketentuan dan infrastruktur yang telah
ditetapkan benar-benar diimplementasikan. Sebab pengawasan yang baik akan
tercipta tujuan perusahaan yang efektif dan efisien.
2.1.4 Jenis-Jenis Pengawasan
Menurut Maringan (2004: 62), Pengawasan terbagi 4 yaitu:
a. Pengawasan dari dalam perusahaan
Pengawasan yang dilakukan oleh atasan untuk mengumpul data atau
informasi yang diperlukan oleh perusahaan untuk menilai kemajuan dan
kemunduran perusahaan.
b. Pengawasan dari luar perusahaan
Pengawasan yang dilakukan oleh unit diluar perusahaan . Ini untuk
kepentingan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
c. Pengawasan Preventif
Pengawasan dilakukan sebelum rencana itu dilaksakaan. Dengan tujuan
untuk mengacah terjadinya kesalahan/kekeliruan dalam pelaksanaan kerja.
d. Pengawasan Represif
Pengawasan Yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan agar
hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.
Menurut Ernie dan Saefullah (2005: 327), jenis pengawasan terbagi atas 3
yaitu:
a. Pengawasan Awal
Pengawasan yang dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan pekerjaan. Ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan
perkerjaan.
b. Pengawasan Proses
Pengawasan dilakukan pada saat sebuah proses pekerjaan tengah berlangsung
untuk memastikan apakah pekerjaan tengah berlangsung untuk memastikan
apakah pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan ang ditetapkan.
c. Pengawasan Akhir
Pengawasan yang dilakukan pada saat akhir proses pengerjaan pekerjaan.
2.1.5 Proses Pengawasan
Sistem pengawasan organisasi memiliki 4 (empat) langkah fundamental dalam
setiap prosesnya (Griffin, 2004: 167). Langkah-langkah tersebut diilustrasikan dalam
Gambar 2.2 sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Griffin (2004: 167)
Gambar 2.2. Langkah-Langkah Dalam Proses Pengawasan
Masing-masing langkah ini akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Menetapkan Standar.
Control Standard adalah target yang menjadi acuan perbandingan untuk
kinerja dikemudian hari. Standar yang ditetapkan untuk tujuan pengawasan harus
diekspresikan dalam acuan yang dapat diukur. Strategi pengawasan harus konsisten
dengan tujuan organisasi. Dalam penentuan standar, diperlukan pengidentifikasian
indikator-indikator kinerja. Indikator kinerja adalah ukuran kinerja yang menyediakan
informasi yang berhubungan langsung dengan objek yang diawasi. Standar bagi hasil
kerja karyawan pada umumnya terdapat pada rencana keseluruhan maupun rencana-
rencana bagian. Agar standar itu diketahui secara benar oleh karyawan, maka standar
tersebut harus dikemukakan dan dijelaskan kepada karyawan sehingga karyawan
akan memahami tujuan yang sebenarnya ingin dicapai.
Menetapkan Standar
Mengukur Kinerja
Membandingkan Kinerja
dengan Standar
Menentukan kebutuhan akan tindakan koreksi
Mempertahankan status quo
Mengoreksi penyimpangan
Mengubah standar
Universitas Sumatera Utara
2. Mengukur Kinerja
Pengukuran kinerja adalah aktivitas konstan dan kontinu bagi sebagian besar
organisasi. Agar pengawasan berlangsung efektif, ukuran-ukuran kinerja harus valid.
Kinerja karyawan biasanya diukur berbasis kuantitas dan kualitas output, tetapi bagi
banyak pekerjaan, pengukuran kinerja harus lebih mendetail.
3. Membandingkan Kinerja dengan Standar
Tahap ini dimaksudkan dengan membandingkan hasil pekerjaan karyawan
(actual result) dengan standar yang telah ditentukan. Hasil pekerjaan karyawan dapat
diketahui melalui laporan tertulis yang disusun karyawan, baik laporan rutin maupun
laporan khusus. Selain itu atasan dapat juga langsung mengunjungi karyawan untuk
menanyakan langsung hasil pekerjaan atau karyawan dipanggil untuk menyampaikan
laporannya secara lisan. Kinerja dapat berada pada posisi lebih tinggi dari, lebih
rendah dari, atau sama dengan standar. Pada beberapa perusahaan, perbandingan
dapat dilakukan dengan mudah, misalnya dengan menetapkan standar penjualan
produk mereka berada pada urutan pertama di pasar. Standar ini jelas dan relatif
mudah dihitung untuk menentukan apakah standar telah dicapai atau belum. Namun
dalam beberapa kasus perbandingan ini dapat dilakukan dengan lebih detail. Jika
kinerja lebih rendah dibandingkan standar, maka seberapa besar penyimpangan ini
dapat ditoleransi sebelum tindakan korektif dilakukan.
4. Menentukan Kebutuhan Tindakan Korektif
Berbagai keputusan menyangkut tindakan korektif sangat bergantung pada
keahlian-keahlian analitis dan diagnotis manajer. Setelah membandingkan kinerja
Universitas Sumatera Utara
dengan standar, manajer dapat memilih salah satu tindakan : mempertahankan status
quo (tidak melakukan apa-apa), mengoreksi penyimpangan, atau mengubah standar.
Tindakan perbaikan diartikan sebagai tindakan yang diambil untuk menyesuaikan
hasil pekerjaan nyata yang menyimpang agar sesuai dengan standar atau rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk melaksanakan tindakan perbaikan, maka
harus diketahui apa yang menyebabkan penyimpangan. Ada beberapa sebab yang
mungkin menimbulkan penyimpangan, yaitu :
1. Kekurangan faktor produksi
2. Tidak cakapnya pimpinan dalam mengorganisasi human resources dan
resources lainnya dalam lingkungan organisasi
3. Sikap-sikap pegawai yang apatis dan sebagainya
Oleh karena itu, dalam proses pengawasan diperlukannya laporan yang dapat
menyesuaikan bentuk-bentuk penyimpangan kearah pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2.1.6 Sifat dan Waktu Pengawasan
Menurut Hasibuan (2001 : 247), sifat dan waktu pengawasan terdiri dari :
1. Preventive controll, adalah pengendalian yang dilakukan sebelum kegiatan
dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam
pelaksanaannya. Preventive controll ini dilakukan dengan cara :
a. Menentukan proses pelaksanaan pekerjaan.
b. Membuat peraturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
c. Menjelaskan dan atau mendmonstrasikan cara pelaksanaan pekerjaan itu.
d. Mengorganisasi segala macam kegiatan.
e. Menentukan jabatan, job description, authority, dan responsibility bagi
setiap individu karyawan.
f. Menetapkan sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan.
g. Menetapkan sanksi-sanksi bagi karyawan yang membuat kesalahan.
Preventive controll adalah pengendalian terbaik karena dilakukan sebelum
terjadi kesalahan.
2. Repressive Controll, adalah pengendalian yang dilakukan setelah terjadi kesalahan
dalam pelaksanaannya, dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan kesalahan,
sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan. Repressive controll ini dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a. Membandingkan hasil dengan rencana.
b. Menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencari
tindakan perbaikannya.
c. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaannya, jika perlu dikenakan
sanksi hukuman kepadanya.
d. Menilai kembali prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada.
e. Mengecek kebenaran laporan yang dibuat oleh petugas pelaksana.
f. Jika perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan pelaksana
melalui training dan education.
Universitas Sumatera Utara
3. Pengawasan saat proses dilaksanakan yaitu jika terjadi kesalahan langsung
diperbaiki.
4. Pengawasan berkala, adalah pengendalian yang dilakukan secara berkala,s
misalnya per bulan, per semeter, dan lain-lain.
5. Pengawasan mendadak, adalah pengawasan yang dilakukan secara mendadak
untuk mengetahui apakah pelaksanaan atau peraturan-peraturan yang ada telah
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan dengan baik. Pengawasan mendadak ini sekali-
sekali perlu dilakukan, supaya kedisiplinan karyawan tetatp terjaga dengan baik.
6. Pengawasan melekat (waskat) adalah pengawasan yang dilakukan secara integratif
mulai dari sebelum, pada saat, dan sesudah kegiatan operasional dilakukan.
2.1.7 Fungsi Pengawasan
Menurut Ernie dan Saefulah (2005: 12), fungsi pengawasan adalah :
a. Mengevaluasi keberhasilan dan pencapaian tujuan serta target sesuai dengan
indikator yang di tetapkan.
b. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin
ditemukan.
c. Melakukan berbagai alternatife solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan
pencapaian tujuan perusahaan.
Menurut Maringan (2004: 62), fungsi pengawasan adalah :
a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan
wewenang dalam melaksanakan pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan.
c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan, kelalaian, dan
kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa pengawasan adalah mengevaluasi hasil dari aktifitas pekerjaan yang telah
dilakukan dalam perusahaan dan melakukan tindakan koreksi bila diperlukan.
2.1.8 Teknik-Teknik Pengawasan
Menurut Siagian (2003:112) Proses pengawasan pada dasarnya dilakukan
dengan mempergunakan dua macam teknik yaitu:
a. Pengawasan Langsung
Yaitu pengawasan yang dilakukan sendiri oleh pimpinan. Dalam hal ini
pimpinan langsung datang dan memeriksa kegiatan yang sedang dijalankan
oleh bawahan.
Pengawasan langsung dapat berbentuk:
1) Inspeksi langsung
2) On-the-Spot observatiton
3) On-the-spot report
b. Pengawasan tidak langsung
Pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan dilakukan melalui laporan yang
disampaikan oleh para bawahan. Baik itu tertulis maupaun lisan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengawasan.
Fakor-faktor yang mempengaruhi pengawasan, berikut akan dikemukakan
oleh para ahli sebagai berikut:
Menurut Mulyadi (2007: 770), mengemukakan beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi pengawasan adalah:
a) Perubahan yang selalu terjadi baik dari luar maupun dari dalam organisasi
b) Kompleksitas organisasi memerlukan pengawasan formal karena adanya
desentralisasi kekuasaan.
c) Kesalahan/Penyimpangan yang dilakukan anggota organisasi memerlukan
pengawasan.
2.2 Efisiensi Kerja
2.2.1 Pengertian Efisiensi Kerja
Menurut Sedarmayanti (2001: 112), efisiensi adalah perbandingan terbaik
antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan
tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupun hasilnya yang
meliputi pemakaian waktu yang optimal dan kualitas cara kerja yang maksimal.
Perbandingan dilihat dari :
a. Segi hasil
Suatu pekerjaan disebut lebih efisien bila dengan usaha tersbut memberikan hasil
yang maksimal mengenai hasil pekerjaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
b. Segi usaha
Suatu pekerjaan dapat dikatakan efisien bila suatu hasil tertentu tercapai dengan
usaha minimal. Usaha tersebut terdiri dari lima unsur yaitu : pikiran, tenaga,
waktu, ruang, dan benda (termasuk biaya).
Menurut Sinungan (2005: 84), menyatakan bahwa efisensi kerja adalah
perbandingan yang paling harmonis antara pekerjaan yang dilakukan dengan hasil
yang diperoleh ditinjau dari segi waktu yang digunakan, dana yang dikeluarkan, serta
tempat yang dipakai. Secara umum efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara
suatu usaha dengan hasil yang dicapai. Efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik
antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan itu
sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya.
2.2.2 Sumber-Sumber Efisiensi Kerja
Menurut Sedarmayanti (2001:118) sumber utama efisiensi kerja adalah
manusia. Karena akal, pikiran, dan pengetahuan yang ada, manusia mampu
menciptakan cara kerja yang efisien. Unsur efisensi yang melekat pada manusia
adalah :
a. Kesadaran
Kesadaran manusia akan sesuatu merupakan modal utama bagi keberhasilannya.
Dalam hal efisiensi ini, kesadaran akan arti dan makna efisiensi akan banyak
membantu usaha pencapaian efisiensi itu sendiri.
Efisiensi sesungguhnya berkaitan erat dengan tingkah laku dan sikap hidup
seseorang. Artinya bahwa tingkah laku dan sikap hidup dapat mengarah pada
Universitas Sumatera Utara
perbuatan yang efisien atau sebaliknya. Dengan adanya kesadaran, seseorang
akan terdorong untuk membangkitkan semangat atau kehendak untuk melakukan
sesuatu yang sesuai dengan apa yang disadarinya dalam hal ini yang
diamksudakan adalah efisiensi.
b. Keahlian
Sesuatu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang ahli dibidangnya hasilnya
akan lebih baik dan cendenrung lebih cepat daripada dikerjakan oleh yang bukan
ahlinya. Hal ini berarti unsur keahlian yang juga melekat pada manusia
merupakan bagian yang menjadi sumber efisiensi. Keahlian manusia dicapai bila
ada pelatihan yang mendukung pekerjaan tersebut. Sehingga apabila suatu
pekerjaan difasilitasi dengan suatu peralatan, maka peralatan tersebut menunjang
pencapaian efisiensi kerja. Peralatan disediakan dengan maksud agar pekerjaan
lebih mudah dikerjakan dan lebih cepat penyelesaiannya. Penyediaan peralatan
atau fasilitas kerja yang tidak disertai dengan keahlian penggunanya malah akan
menjadikan sumber biaya yang tidak bermanfaat.
c. Disiplin
Kesadaran dan keahlian seperti yang telah diuraikan sebelumnya tidak akan
menjamin hasil kerja yang baik dan efisien jika tidak disertai dengan unsur
disiplin. Oleh karena itu dalam efisiensi diperlukan standar yang akan menjadi
penunjuk arah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sehingga keseluruhan
sumber daya berada dalam satu aturan yang jelas, tidak menyimpang dari apa yang
diharapkan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Syarat Dicapainya Efisiensi Kerja
Menurut Sedarmayanti (2001: 122), syarat-syarat agar tercapainya efisiensi
kerja adalah sebagai berikut :
a. Berhasil guna atau efektif.
b. Ekonomis.
c. Pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan.
d. Pembagian kerja yang nyata.
e. Prosedur kerja yang praktis.
Dunia bisnis terkadang mengalami kerancuan pemahaman antara efisiensi
dengan produktivitas. Efisiensi berarti menghasilkan produk yang berkualitas tinggi
dalam waktu yang sesingkat mungkin. Akan tetapi harus dipertimbangkan apakah
produk tersebut dibutuhkan. Efektivitas, efisiensi, dan produktivitas ditentukan secara
bersama.
2.3 Hubungan Pengawasan Dan Efisiensi Kerja
Banyak cara yang dapat dilakukan dan harus ditempuh untuk meningkatkan
efisiensi kerja dalam suatu perusahaan. Efisiensi dapat ditingkatkan dengan baik jika
pengawasan yang di lakukan oleh perusahaan itu maksimal. Efisiensi dapat tercapai
apabila hasil kerja yang dilakukan oleh karyawan sesuai dengan target yang ingin
dicapai. Efisiensi juga dapat dicapai melalui sistem pergerakan yang dapat
merangsang para bawahan bekerja dengan ikhlas, jujur, loyal. Menurut Siagian
(2003: 113), salah satu sasaran pokok manajemen dalam menjalankan kegiatan-
Universitas Sumatera Utara
kegiatan dalam suatu organisasi ialah efisiensi yang semaksimal-maksimalnya. Maka
dari itu pengawasan harus dilaksanakan dengan seefektif mungkin, karena pelaksanaa
fungsi pengawasan dengan baik akan memberikan sumbangan yang besar pula dalam
meningkatkan efisiensi.
2.4 Penelitian Terdahulu
Herawati Saragih (2009), melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi
Bumiputera Cabang Pematangsiantar”, disimpulkan berdasarkan penghitungan
uji-t bahwa thitung (2,427) > ttabel (1,69) dan berdasarkan angka koefisien korelasi antara
pengawasan dan efisiensi kerja yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebesar
0,528. Nilai ini menunjukkan bahwa pengawasan berkorelasi cukup kuat dengan
efisiensi kerja dengan nilai adjusted R square (R2) sebesar 0,728 atau 72,8 %. Hal ini
menunjukan bahwa variabel pengawasan mempengaruhi variabel efisiensi kerja
sebesar 72,8 %. Sedangkan sisanya yaitu 27,2 % dipengaruhi oleh faktor lain seperti
komunikasi, struktur organisasi, kepemimpinan, teknologi, informasi dan faktor-
faktor lainnya yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Eli Sasmita (2004), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Pengawasan
Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Pada CV. Cifa Digayo Jl. Binjai Km 13.8”,
menyatakan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa pengawasan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap disiplin kerja
karyawan pada CV. Cifa Digayo Jl. Binjai Km 13.8 Medan. Sumbangan variabel
Universitas Sumatera Utara
Pengawasan terhadap variabel Disiplin Kerja Karyawan adalah sebesar 54,8% dan
sisanya sebesar 45,2% merupakan kontribusi variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini, yaitu tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan,
sanksi hukum, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan.
2.5 Kerangka Konseptual
Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang menempati urutan paling
bawah, tetapi bukan berarti bahwa fungsi ini kurang penting dari fungsi-fungsi lain
karena pengawasan justru sudah ada sejak penetapan struktur perusahaan itu sendiri.
Menurut Mathis dan Jackson (2006: 303), menyatakan bahwa pengawasan
merupakan sebagai proses pemantauan kinerja karyawan berdasarkan standar untuk
mengukur kinerja, memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan
informasi yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian hasil yang dikomunikasikan
ke para karyawan.
Menurut Sedarmayanti (2001:112), efisiensi kerja adalah perbandingan
terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh
pekerjaan tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupun
hasilnya yang meliputi pemakaian waktu yang optimal dan kualitas cara kerja yang
maksimal. Jika suatu perusahaan melakukan pengawasan baik pengawasan yang
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung dengan maksimal maka akan
semakin tinggi pula pengaruh terhadap tingkat efisiensi waktu dan juga kinerja
karyawan pada perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:
Sumber: Robert L.Mathis dan John H. Jackson(2006: 303) dan Sedarmayanti (2001 : 112), diolah (2011)
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
2.6 Hipotesis
Menurut Sumarsono (2004: 30), hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih dengan kata lain hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian berdasarkan teori yang ada.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam
penelitian ini adalah: “ Pengawasan Berpengaruh Positif Dan Signifikan
Terhadap Efisiensi Kerja Pada Perum Pegadaian Kanwil 1 Medan.”
EFISIENSI KERJA(Y)
PENGAWASAN(X)
Universitas Sumatera Utara