BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng

16
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng Minyak adalah lipid yang berasal dari tumbuhan yang berupa zat cair dan mengandung asam lemak tak jenuh (Poedjiadi, 1994). Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan bangan, merupakan salah satu dari Sembilan bahan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat (Wijana, 2005). Berfungsi sebagai medium penghantar panas, menambah rasa gurih, nilai gizi dan kalori dari bahan pangan (Sutiah, 2008). Dibalik warnanya yang bening kekuningan, minyakgoreng merupakan campuran dari berbagai senyawa. Komposisi terbanyak dari minyak goreng yang mencapai hampir 100% adalah lemak. Minyak goreng juga mengandung senyawa-senyawa lain seperti betakaroten, vitamin E, lestinin, sterol, asam lemak babas, bahkan juga karbohidrat dan juga protein. Akan tetapi semua senyawa itu hanya terdapat dalam jumlah yang sangat kecil (Luciana, 2005). Sebagian besar lemak dalam makanan termasuk minyak goreng berbentuk trigliserida. Jika terurai, trigliserida akan menjadi satu melekul gliserol dan tiga melekul asam lemak bebas yang dihasilkan (Morton dan Varela, 1988). Berdasarkan ikatan kimianya, lemak dalam minyak goreng dibagi menjadi dua yaitu lemak jenuh dan lemak tak jenuh, pembagian jenuh dan tidak jenuh berpengaruh terhadap efek kolesterol darah (Luciana, 2005). Asam lemak jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak goreng mengandung asam oleat dan asam lenoleat (Soedarmo, 1985 dan Simson, 2007). Masing-masing lemak mengandung sejumlah asam

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Goreng

Minyak adalah lipid yang berasal dari tumbuhan yang berupa zat cair dan

mengandung asam lemak tak jenuh (Poedjiadi, 1994). Minyak goreng adalah

minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan bangan,

merupakan salah satu dari Sembilan bahan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh

lapisan masyarakat (Wijana, 2005). Berfungsi sebagai medium penghantar panas,

menambah rasa gurih, nilai gizi dan kalori dari bahan pangan (Sutiah, 2008).

Dibalik warnanya yang bening kekuningan, minyakgoreng merupakan campuran

dari berbagai senyawa. Komposisi terbanyak dari minyak goreng yang mencapai

hampir 100% adalah lemak. Minyak goreng juga mengandung senyawa-senyawa

lain seperti betakaroten, vitamin E, lestinin, sterol, asam lemak babas, bahkan juga

karbohidrat dan juga protein. Akan tetapi semua senyawa itu hanya terdapat

dalam jumlah yang sangat kecil (Luciana, 2005).

Sebagian besar lemak dalam makanan termasuk minyak goreng berbentuk

trigliserida. Jika terurai, trigliserida akan menjadi satu melekul gliserol dan tiga

melekul asam lemak bebas yang dihasilkan (Morton dan Varela, 1988).

Berdasarkan ikatan kimianya, lemak dalam minyak goreng dibagi menjadi dua

yaitu lemak jenuh dan lemak tak jenuh, pembagian jenuh dan tidak jenuh

berpengaruh terhadap efek kolesterol darah (Luciana, 2005).

Asam lemak jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam

miristat, asam palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh

dalam minyak goreng mengandung asam oleat dan asam lenoleat (Soedarmo,

1985 dan Simson, 2007). Masing-masing lemak mengandung sejumlah asam

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng

6

melekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam laurat)

dengan C18 (asam stearat) yang mengandung lemak jenuh dan begitu juga dengan

lemak tak jenuh (Ketaren, 2007).

Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah

trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi

dengan gliserol. Asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat, dan

asam lenoleeat terdapat dalam minyak goreng bekas yang merupakan trigliserida

yang dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif pembuatan sabun

menggantikan asam lemak babas jenuh yang merupakan produk samping proses

pengolahan minyak goreng (Djatmiko, 1973 dan Ketaren, 1986).

2.2 Minyak Jelantah

Menurut Mahreni (2010), minyak goreng bekas adalah minyak makan nabati yang

telah digunakan untuk menggoreng dan biasanya dibuang setelah warna minyak

berubah menjadi coklat tua. Proses pemanasan selama minyak digunakan

merubah sifat fisika-kimia minyak. Pemanasan dapat mempercepat 5 hidrolisis

trigliserida dan meningkatkan kandungan asam lemak bebas (FFA) di dalam

minyak. Kandungan FFA dan air di dalam minyak bekas berdampak negatif

terh\adap reaksi transesterifikasi, karena metil ester dan gliserol menjadi susah

untuk dipisahkan. Minyak goreng bekas lebih kental dibandingkan dengan minyak

segar disebabkan oleh pembentukan dimer dan polimer asam dan gliserid di dalam

minyak goreng bekas karena pemanasan sewaktu digunakan. Berat molekul dan

angka iodin menurun sementara berat jenis dan angka penyabunan semakin tinggi.

Berikut adalah parameter mutu yang terdapat pada minyak jelantah :

Tabel 2.1 Mutu minyak jelantah

Parameter Mutu

Kadar air (%) 1,2412

Kadar kotoran (%) 3,2779

Bilangan peroksida (mg O2/100g) 0,0168

Bilangan asam 1,0037

(La Ode,2008)

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng

7

2.3 Bahaya Minyak Goreng Bekas

Selama penggorengan, minyak goreng akan mengalami pemansan pada suhu

tinggi 160-250 dalam waktu yang cukup lama. Hal ini akan menyebabkan

terjadinya proes oksidsi, hidrolisis dan polimerisasi yang menghaasilkan senyawa-

senyawa hasil degradasi minyak seperti keton, aldehid dan polimer yang

merugikan kesehatan manusia. Proses-proses tersebut menyebabkan minyak

mengalami kerusakan. Kerusakan utama adalah timbulanya bau dan rasa tengik,

sedangkan kerusakan lain meliputi peningkatankadar asam lemak bebas (FFA),

bilangan iodin, timbulnya kekentalan minyak, busa, adanya kotoran, dan bumbu

yang digunakan dari bahan yang digoreng (Kataren, 1986 ; Susinggih, . 2005).

2.4 Pemurnian Minyak Goreng Bekas

Pemurnian merupakan tahap pertma dari proses pemanfaatan minyak goreng

bekas, yang hasilnya dapat digunakan sebagai minyak goreng kembali atau

sebagai bahan baku produk untuk pembuatan sabun. Tujuan utama permurnian

minyak goreng ini adalah mengilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna

yang kurang menarik dan memperpanjang daya simpan sebelum diganakan

kembali (Susinggih, 2005).

Pemurnian minyak goreng meliputi :

a. penghilangan kotoran

penghilangan bumbu (kotoran) merupakan proses pengendapan dan

pemisahan kotoran akibat bumbu dari bahan pangan yang bertujuan untuk

menghilangkan partikel halus tersuspensi atau berbentuk koloid seperti

protein, garam, gula, dan bumbu rempah-rempah yang digunakan

menggoreng bahan pangan.

b. netralisasi

netralisasi ialah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari

minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa

atau pereaksi lainnya sehingga berbentuk sabun. Selain itu penggunaan basa

membantu mengurangi zat warna dan kotoran yang berupa getah dan lender

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng

8

dalam minyak. Penggunaan larutan basa 0,5 N pada suhu 70 akan

menyabunkan trigliserida sebanyak 1 persen (Kataren, 1986).

c. Pemucatan

Pemucatan adalah suatu tahap proses pemurnian untuk menhilangkan zat-zat

warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan

mencampur minyak dengan sejumlah adsorben, seperti tanah serap, lempung

aktif, arang aktif atau dapat juga menggunakan bahan kimia (Kataren, 1986).

2.5 Penentuan Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas (Free Fatty Acid) adalah asam yang sudah lepas dari

trigliseralhida yang dikandung pada minyak. Asam lemak bebas ini dianalisa

sebagai angka asam dengan menggunakan metode titrasi alkali metri. Semakin

tinggi nilai asam maka semakin banyak asam lemak bebas yang terkandung dalam

minyak dan menyebabkan kualitas minyak semakin rendah.

Pada prinsipnya, analisa asam lemak bebas (Free Fatty Acid) dilakukan dengan

menitar sampel menggunakan larutan basa yang telah distandarisasi. Larutan basa

yang umumnya digunakan adalah larutan Natrium Hidroksida (NaOH) atau

Kalium Hidroksida (KOH). Volum hasil titrasi akan dimasukan ke dalam rumus

berikut untuk menghitung total asam lemak bebas yang terkandung minyak.

Dengan :

V = Volume lerutan titar yang digunakan (mL)

N = Normalitas larutan titar

W = Berat contoh uji (g)

25,6 = Konstanta untuk menghitung kadar ALB sebagai asam palmitat

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng

9

2.6 Cangkang Kelapa Sawit

Cangkang kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa

sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Cangkang

kelapa sawit seperti halnya kayu diketahui mengandung komponen-komponen

serat seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Menurut Widiarsi (2008)

cangkang kelapa sawit mempunyai komposisi kandungan selulosa (26,27%),

hemiselulosa (12,61%), dan lignin (42,96%).

Tabel 2.2 Analisis Cangkang Kelapa Sawit

Parameter Persentase berat kering (%)

Moisture 4,52

Volatile Metter (VM) 82,86

Fixed Carbon (FC) 11,02

Ash 1,61

Fuel Ratio 0,13

Sumber : (Raharjo, 2012)

Cangkang kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif. Arang aktif dapat

dibuat dengan melalui proses karbonisasi pada suhu 550ºC selama kurang lebih

tiga jam. Karakteristik arang aktif yang dihasilkan melalui proses tersebut

memenuhi (Standart Industri Indonesia) SII, kecuali kadar abu.

Gambar 2.1 Cangkang kelapa sawit

Untuk mendapatkan arang tempurung kelapa sawit dengan mutu yang baik (nilai

kalor dan kadar karbon yang tinggi, kadar air rendah, kadar abu dan zat terbang

cukup rendah) maka suhu pengarangan dapat digunakan antara 500-600ºC,

dengan waktu pengarangan 2-3 jam (Purwanto,2011).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng

10

2.7 Karbon Aktif

Karbon aktif adalah suatu bahan pada yang berpori yang umumnya diproleh dari

hasil pembakaran kayu atau bahan yang mengandung unsur karbon yang telah

diaktivasi dengan menggunakan bahan-bahan kimia, sehingga pori-porinya

terbuka. Dengan demikian daya adsorbsinya menjadi lebih tinggi terhadap zat

warna dan bau (Kataren, 1986).

Menurut susinggih,(2005) ; Veronica dan Yuliana (2008), bahwa adsorben atau

bahan penyerap berupa karbon aktifyang digunakan pada proses pemurnian dapat

meningkan kembali mutu minyak goreng bekas, dimana karbon aktif akan

bereaksi menyerap warna yang membuat minyak goreng bekas menjadi keruh.

2.8 Sabun

Sabun adalah dari senyawa garam asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stereat

. Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan

pengemulsian dan kemampuan menurunkan tegangan dari permukaan air. Konsep

ini dapat dipahami dengan pengingat kedua sifat dari anion sabun. Suatu

gambaran dari stearat terdiri dari ion karboksil sebagai “kepala” dengan

hidrokarbon yang panjang sebagai “ekor” (Rukaesih, 2004).

Sabun merupakan produk pembersih untuk kulit manusia. Seperti ditergen, sabun

mempunyai gugus hidrofobik yang berinteraksi dengan minyak dan ujung anionic

yang larut air. Mekanisme sabun mengangkat minyak/lemak dari benda adalah

melekul sabun alurt dalam air dan ujung hidrofobik mengepung melekul minyak

sedangkan ujung anion terlarut dalam air membentuk misel sehingga minyak

terlepas dari benda.

Lemak dan sabun dari asam lemak jenuh dan rantai jenuh panjang ( )

menghasilkan sabun keras dan minyak dari asam lemak tak jenuh dengan rantai

pendek ( ) menghasilkan sabun yang lebih lunak dan lebih mudah larut

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng

11

(Fessenden, 1997). Sabun yang dibuat dari natrium hidroksida lebih sukar larut

dibandingkan dengan sabun yang dibuat dari alium hidroksida. Sekarang

dicampur untuk mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan. Sabun mandi

mengandung minyak wangi, zat warna, dan bahan obat.

Garam natrium atau kalium yang dihasilkan oleh asam lemak dapat larut dalam air

dikenal sebagai sabun. Sabun kalium disebut sebagai sabun lunak dan digunakan

sebagan sabun untuk bayi. Asam lemak yang digunakan untuk sabun umunya

adalah asam palmitat atau stearat. Dalam industri, sabun tidak dibuat dari asam

lemak tetapi langsung dari minyak yang berasal dari tumbuhan. Minyak adalah

ester asam lemak tidak jenuh dengan gliserol. Melalui proses hidrogenasi dengan

bantuan katalis Pt dan Ni, asam lemak tidak jenuh diubah menjadi asam lemak

jenuh, dan melalui proses penyabuan dengan basa KOH dan NaOH akan

terbentuk sabun dan gliserol (Poejiadi, 2007).

Dipabrik-pabrik, gliserol (lemak) dididihkan dalam larutan NaOH. Setelah sabun

terbentuk, NaCl ditambahkan ke dalam campuran agar sabun mengendap dan

dapat dipisahkan dengan cara penyaringan. Adapun gliserol dipindahkan dengan

cara destilasi. Kemudian sabun yang kotor dimurnikan dengan cara

mengendapkan beberapa kali (represipitasi). Akhirnya ditambahkan parfum

supaya sabun memiliki bau yang dikehendaki. Sabun adalah salah satu surfaktan

(bahan), senyawa yang munurunkan tegangan permukaan air. Sifat ini

menyebabkan larutan sabun dapat memasuki serat, menghilangkan dan mengusir

kotoran dan minyak. Selain kotoran dan minyak dari permukaaan serat, sabun

dpat menolong mencucinya karena struktur kimianya. Bagian akhir dari rantai

(ionnya) yang bersifat hidrofil (senang air) sedangkan rantai karbonnya bersifat

hidrofobik (benci air). Rantai hidrokarbon larut dalam partikel minyak yang tidak

larut dalam air. Ionnya terdispersi atau teremulsi dalam air sehingga dapat dicuci.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng

12

Sabun mandi merupakan pembersih yang dibuat dengan mereaksikan secara imia

antara basa natrium atau basa kalium dan asam lemak yang berasal dari minyak

nabati dan atau lemak hwani yang umunya ditambahkan zat pewangi atau

antiseptik dan digunakan untuk membersohkan tubuh manusia dan tidak

membahayakan kesehatan. Sabun tersebut dapat berwujud padat, lunak atau cair,

berbusa dan digunakan sebagai pembersih (SNI, 1994).

2.8.1 Karakteristik Sabun

Analisi yang dilakukan pada sabun yang dihasilkan mengacu pada SNI

SNI 06-3532-1994 yang lengkapnya bisa dilihat pada tabel 2.1 (Pradipto,

2009).

Tabel 2.3 Syarat mutu sabun mandi

Jenis uji Syarat Mutu

Kadar air dan zat menguap pada 105 ,(%)

Jumlah asam lemak, (%)

Kadar alkali bebas dihitung sebagai kadar NaOH (%)

Asam lemak bebas dan atau lemak netral (%)

Kadar minyak mineral

Maks 15

Min 70

Maks 0,1

Maks 2,5

Negative

2.8.2 Senyawa Dalam Sabun

Sabun yang telah berkembang sejak zaman mesir kuno berfungsi sebagai

alat pembersih. Keberadaan sabun yang hanya berfungsi sebagai alat

pembersih dirasa kurang, mengingat pemasaran dan permintaan masyarkat

akan nilai lebih dari sabun mandi (Anonim, 2009).

Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika dikembangkan lagi sabun mandi

yang mempunyai nilai lebih, seperti pelembut kulit, antioksidan, mencegah

gatal-gatal dan pemutih dengan penampilan (bentuk, aroma, warna) yang

menarik. Perkembangan tersebut disesuaikan dengan perkembangan zat-

zat aditif yang telah ada. Selain itu, perlu ditambahkan zat pengisi (filter)

untuk menekan biaya supaya lebih murah (Anonim, 2009)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng

13

2.8.3 Sifat-Sifat Sabun

Sifat-sifat sabun yaitu :

1. Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suhu tingi

sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam

air bersifat basa.

( ) ( )

2. Sabun menghasilkan buih atau busa. Jika larutan sabun dalam air diaduk

maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air

sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam

Mg atau Ca dalam air mngendap.

( )

( ( ) )

3. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia

koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunkan untuk mencuci

kotoran yang bersifat polar maupun non polar. Melekul sabun mempunyai

rantai hidrogen ( ) yang bertindak sebagai ekor yang bersifat

hidrofobik tidak (suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan

COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam

air (Phatalina,2013).

Sabun merupakan salah satu pembersih yang dapat dibuat dengan reaksi

kimia antara basa natrium dengan kalium natrium dengan minyak

nabatiatau lemak hewani. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian

kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat

itulah sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan

ataupun pakaian. Selain itu, sabun juga merupakan pembersih yang dapat

dibuat dengan reaksi kimia antara kalium atau natrium dengan asam lemak

dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun dibuat dengan cara

yaituproses saponifikasi dan proses-proses netralisasi minyak, proses

saponifikasi akan memperoleh produk sampingan yaitu gliserol. Proses

saponifikasi terjadi karena reaksi antar trigliserida dengan alkali,

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng

14

sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas

dengan alkali.

Proses esterifikasi merupakan proses yang cendrung digunakan dalam

produksi ester dari asam lemak spesifik lajuk reaksi esterifikasi sangat

dipengaruhi oleh struktur melekul reaktan dan raikalyang terbentuk dalam

senyawa antara. Data tentang laju reaksi serta mekanismenya disusun

berdasarkan karakter kinetiknya, sedangkan data tentang perkembangan

reaksi dinyatakan sebagai konstanta kesetimbangan.

Karakteristik sabun bukan hanya ditentukan oleh pemilihan asam

lemaknya saja, tetapi juga ditentukan oleh kadar dari bahan baku lainnya

seperti NaOH. NaOH berfungsi sebagai pengubah minyak nabati dan

lemak hewan menjadi sabun. NaOH memiliki efek korosif yang tinggi

pada kulit, sehingga dapat menyebabkan luka pada kulit, sehingga kadar

NaOH pada pembuatan sabun perlu ditangani dan diperhatikan sebab

penambahan alkali yang berlebihan pada proses penyabunan menyebabkan

meningkatnya alkali bebas. Alkali bebas yang berlebihan tidak diingnkan

ada dalam sabun, sebab alkali bersifat keras dan dapat menyebabkan iritasi

pada kulit, tetapi jika sabun kekurangan NaOH maka akan menyebakan

berlebihnya asam lemak bebas yang tidak tersabunkan sehingga akan

mengurangi daya ikat sabun terhadap kotoran.

Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun

padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang

digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun yang dibuat dengan

NaOH dikenal dengan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang

dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap), sabun keras

dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak nabati, sabun ini

dalam bentuk batangan dan berdifat sukar larut dalam air, sabun lunak

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng

15

dibuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau minyak tumbuhan

yang tidak jernih, sabun ini dalam bentuk pasta maupun cair bersifat

mudah larut dalam air.

Asam lemak akan menberikan sifat yang berbeda pada sabun yang

terbentuk. Asam lemak pada sabun dapat menyebabkan sabun menjadi

keras dan menghasilkan busa yang lembut, sama seperti asam miristat,

asam palmitat, selain dapat mengeraskan juga dapat busa menjadi stabil.

Berbeda dengan asam oleat dan linoleat, mereka berperan dalam

melembabkan sabun pada saat sabun digunakan. Alkali yang digunakan

pada percobaan ini adalah larutan NaOH yang dapat membuat sabun

menjadi padat, sedangkan alkali yang digunakan untuk membuat sabun

cair digunakan larutan KOH (Kateran, 1986).

2.8.4 Prinsip Proses Pembuatan Sabun

a. Proses pendidihan penuh

Proses pendidihan penuh pada dasarnya sama dengan pemanasan atau

proses batch yaitu minyak/lemak dipanaskan didalam ketel dengan

menambahkan NaOH yang telah dipanaskan sampai terbentuk pasta kira-

kira setelah 4 jam pemanasan. Setelah terbentuk pasta ditambahkan NaCL

(10-12%) untuk mengendapkan sabun. Endapan sabun dipisahkan dengan

menggunakan air panas dan terbentuklah produk utama sabun.

b. Proses semi pendidihan

Pada proses semi pendidihan, semua bahan yaitu minyak/lemak dan alkali

langsung dicampur kemudian dipanaskan secara bersamaan. Terjadiah

reaksi saponifikasi. Setelah reaksi sempurna ditambah sodium silikat dan

sabun yang dihasilkan.

c. Proses dingin

Pada proses dingin semua bahan yaitu minyak, alkali, dan alkohol

dibiarkan didalam satu tempat/bejana tanpa dipanaskan (temperature

kamar 25 ). Reaksi antara NaOH dan uap air (H2O) merupakan reaksi

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng

16

eksotern sehingga dapat menghasilkan panas. Proses ini memerlukan

waktu untuk reaksi sempurna selama 24 jam.

Syarat-syarat terjadinya dingin adalah sebagai berikut :

Temperatur harus terkontrol dengan baik

Minyak/lemak yang digunakan harus murni

Konsentrasi NaOH harus terukur dengan teliti

2.9 Pengetian sentrifugasi

Sentrifugasi ialah proses pemisahan partikel berdasarkan berat partikel tersebut

terhadap densitas layangnya (buoyant density). Gaya sentrifugal merupakan

proses yang terjadi apabila perubahan berat partikel dari keadaan normal pada 1

xg (sekitar 9,8 m/s2) menjadi meningkat seiring dengan kecepatan serta sudut

kemiringan perputaran partikel tersebut terhadap sumbunya. Pada pemisahan,

partikel yang densitasnya lebih tinggi daripada pelarut turun (sedimentasi), dan

partikel yang lebih ringan mengapung ke atas (Prasetyawan, 2010).

Pencampuran bahan kimia pengadukan (pencampuran)

1. Defenisi pencampuran (pengadukan) pencampuran diartikan sebagai suatu

proses menghimpun dan membaur bahan-bahan. Dalam hal ini diperlukan

gaya mekanik untuk menggerakkan alat pencampur supaya pencampuran

dapat berlangsung dengan baik.

2. Tujuan pencampuran

Menghasilkan campuran bahan dengan komposisi tertentu dan homogen.

Mempertahankan kondisi campuran selama proses kimia dan fisika agar

tetap homogen, mempunyai luas permukaan kontak antar kompone yang

besar, menghilangkan perbedaan konsentrasi dan perbedaan suhu,

mempertahanan panas.

Menghasilkan bahan setengah jadi agar mudah diolah pada proses

selanjutnya atau menghasilkan produk akhir yang baik. Derajat

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng

17

pencampuran adalah ukuran tercampurnya dengan merata bahan-bahan

yang ada dalam suatu campuran pada saat pembentukan campuran yang

homogen.

Keberhasilan proses pembuatan sabun dipengaruhi oleh putaran pengadukan.

Pengadukan bisa dilakukan dengan tangan serta alat seperti mixer. Peningkatan

kecepatan pengadukan reaksi berpengaruh sangat signifikan terhadap sabun yang

dihasilkan, sedangkan kualitas sabun dipengaruhi secara signifikan oleh jenis

larutan reaksi yang digunakan yaitu caustic soda dan pengaruh suhu.

2.10 Teknik Pembuatan Sabun

Free fatty acid yang sudah melalui tahap pemisahan dari CPO akan di campurkan

dengan Caustic soda (NaOH) beserta dengan pengaruh dari berbagai factor yaitu

suhu, waktu, dan kadar atau jumlah basa. Setelah larutan sabun tercampur secara

homogen maka akan ditambahkan zat-zat pelengkap seperti pewangi dan

pengawet. Sabun dibentuk melalui cetakan-cetakan yang sudah disesuaikan dan

siap untuk di analisa uji.

2.10.1 Saponifikasi

Saponifikasi adalah proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan

mereaksikan asam lemak dengan alkali yang menghasilkan garam karbonil

(sejenis sabun) dan gliserol (alkohol). Alkali yang biasanya digunakan

adalah NaOH dan maupun KOH dengan . Ada dua produk

yang dihasilkan dari proses ini yaitu sabun dan gliserin. Secara tenik,

sabun adalah hasil reaksi kimia antara fatty acid dan alkali. Fatty acid

adalah lemak yang diperoleh dari lemak hewan dan nabati.

Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan

alkali membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa

lemak hewani, minyak nabati,lilin, ataupun minyak ikan laut. Pada saat ini

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng

18

teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan bentuk

bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi,

sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga,

hingga sabun yang digunakan dalam imdustri. Kandungan zat-zat yang

terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat dan jenis sabun.

Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun bergantung pada

jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa digunakan pada sabun keras

adalah natrium hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa digunakan pada

sabun lunak adalah kalium hidroksida (KOH).

Ada beberapa jenis minyak yang digunakan dalam pembuatan sabun,

antara lain minyak zaitu (olive oil), minyak kelapa (coconut oil), minyak

sawit (palm oil), minyak kedelai (soybean oil), dan lain-lain. Masing-

masing mempunyai karakter dan fungsi yang berlainan. Selain dari minyak

atau lemak dan NaOH pada pembuatan sabun, juga dipergunakan bahan-

bahan tambahan sebagai berikut :

1. Cairan pengisi seperti tepung tapioca, gapleh dan lain-lain.

2. Zat pewarna

3. Parfum, agar baunya wangi

4. Zat pemutih, missal natrium sulfat

2.11 Penentu Karakteristik atau Mutu Sabun

Berikut beberapa karakteristik mutu sabun, walaupun peneliti tidak bertujuan

untuk membuat sabun mandi untuk dikulit sesuai kriteria pada karakteristik sabun

mandi sesuai SNI 06-3532-1994, berikut adalah Tabel Mutu Sabun:

Tabel 2.4 Analisa Uji Mutu Sabun

Uraian Sabun Padat

Kadar Air (%) Maks 15

Asam Lemak Bebas (%) <2,5

Bilangan Penyabunan (%) 196-206

Jumlah Busa (ml) -

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng

19

1. Penentuan Kadar Air

Kadar air merupakan jumlah kadar air yang terkandung dalam suatu bahan

(Marsi, 2009). Kandungan pada sabun ditergen yang mempunyai kadar air

tinggi dan sabun batang kadar air rendah yang sangat menentukan kualitas

sabun, maka uji kadar air sangat diperlukan.

( )

2. Penentuan Asam Lemak Bebas

Salah satu sifat penting yang harus diketahui dalam minyak jelantah adalah

kandungan asam lemak bebas (Free Fatty Acid. FFA menggambarkan banyaknya

kandungan asam lemak bebas dalam minyak jelantah. Semakin rendah nilai FFA,

maka semakin tinggi kualitas minyak jelantah.

% asam lemak bebas

……………………………..(2)

3. Penentuan Bilangan Penyabunan

Bilangan penyabunan adalah jumlah milligram NaOH yang diperlukan untuk

menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Apabila sejumlah sampel

minyak atau lemak disabunkan dengan larutan NaOH berlebih dalam

alkohol, maka NaOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga melekul

NaOH bereaksi dengan satu melekul minyak atau lemak (Kataren, 1986).

( )

( ) ( )

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng

20

4. Uji Banyak Busa

Uji banyak busa bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak busa yang

dihasilkan dari larutan sabun. Analisa ini dilakukan untuk sabun dibuat dari

proses penyabunan yang dikocok dengan alat shaker. Larutan sabun yang

dibuat dari proses penyabunan dimasukan kedalam gelas ukur di tutup

dengan plastic, lalu dikocok dengan alat shaker untuk menghasilkan busa

dari larutan sabun yang dibuat dari proses penyabunan (Raskita, 2008).

.

⁄ ( )

Dimana :

= Volume busa

= Volume busa pada detik ke 60

= Volume busa pada detik ke 30