Sifat Minyak Goreng

download Sifat Minyak Goreng

of 40

Transcript of Sifat Minyak Goreng

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    1/40

    2.1.1. Pengertian Minyak Goreng

    Lemak dan minyak adalah trigliserida, atau triasilgliserol, kedua istilah ini

    berarti trimesterdari gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak, yaitu: pada

    temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian gliserida

    pada hewan adalah berupa lemak sedangkan gliserida dalam tumbuhan cendrung

    berupa minyak, karena itu biasa terdengar ungkapan lemak (lemak sapi) dan minyak

    nabati (minyak jagung, minyak bunga matahari) (Suhardjo, 1988).

    Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat

    digunakan sebagai bahan pangan. Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan

    bahan pokok yang dikomsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Komsumsi minyak

    goreng biasanya digunakan sebagai media menggoreng bahan pangan, penambah citra

    rasa, atau pun shortening yang menbentuk struktur pada pembuatan roti

    (Trubusagrisarana, 2005).

    Minyak goreng yang dihasilkan dari bahan yang berbeda mempunyai stabilitas

    yang berbeda karena stabilitas minyak goreng dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

    derajat ketidakjenuhan asam lemak yang dikandungnya, penyebaran ikatan rangkap

    dan bahan-bahan yang dapat mempercepat atau memperlambat proses kerusakan

    (Wikipedia, 2009).

    Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak,

    berwujud cair pada suhu kamar (25C) dan lebih banyak mengandung asam lemak

    tidak jenuh sehingga mudah mengalami oksidasi. Minyak yang berbentuk padat biasa

    disebut dengan lemak. Minyak goreng yang baik mempunyai sifat tahan panas, stabil

    1010

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    2/40

    pada cahaya matahari, tidak merusak rasa hasil penggorengan, menghasilkan produk

    dan rasa yang bagus, asapnya sedikit setelah digunakan berulang-ulang, serta

    menghasilkan warna keemasan pada produk.

    2.1.2. Sifat Fisik dan Kimia Minyak Goreng

    2.1.2.1. Sifat fisik

    Sifat fisik yang akan diuraikan diantaranya adalah sebagai berikut:

    1. Zat warna

    Dalam minyak goreng terdiri dari 2 golongan yaitu : zat warna alamiah dan warna

    dari hasil degradasi zat warna alamiah.

    a. Zat warna alamiah (Natural Coloring Matter)

    Zat warna yang termasuk golongan ini terdapat secara alamiah didalam bahan

    yang mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses

    ekstraksi. Zat warna tersebut antara lain terdiri dari dan karoten, xantofil,

    klorofil, dan anthosyanin. Zat warna ini menyebabkan minyak berwarna kuning,

    kuning kecoklatan, kehijau-hijauan, dan kemerah-merahan. Pigmen berwarna

    merah jingga atau kuning disebabkan oleh karotenoid yang bersifat larut dalam

    minyak. Karotenoid merupakan persenyawaan hidrokarbon tak jenuh. Jika

    minyak dihidrogenasi, karotenoid tersebut juga ikut terhidrogenasi, sehingga

    intensitas warna kuning berkurang. Karotenoid bersifat tidak stabil pada suhu

    tinggi, dan jika minyak dialiri uap panas maka warna kuning akan hilang.

    Karotenoid tersebut tidak dapat dihilangkan dengan proses oksidasi

    b. Warna dari hasil degradasi zat warna alamiah

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    3/40

    Warna akibat oksidasi dan degradasi komponen kimia yang terdapat dalam minyak

    diantaranya adalah sebagai berikut :

    1.

    Warna gelap

    Disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E). Jika minyak

    bersumber dari tanaman hijau, maka zat klorofil yang berwarna hijau turut

    terekstrak bersama minyak, dan klorofil tersebut sulit dipisahkan dari minyak.

    Warna gelap ini dapat terjadi selama proses pengolahan dan penyimpanan yang

    disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:

    a)

    Suhu pemanasan yang terlalu tinggi pada waktu pengepresan dengan cara

    hidraulik atau expeller sehingga sebagian minyak teroksidasi. Disamping

    minyak yang terdapat dalam suatu bahan, dalam keadaan panas akan

    mengekstraksi zat warna yang terdapat dalam bahan tersebut.

    b) Pengepresan bahan yang mengandung minyak dengan tekanan dan suhu

    yang lebih tinggi akan menghasilkan minyak dengan warna yang lebih

    gelap.

    c) Logam seperti Fe, Cu, Mn akan menimbulkan warna yang tidak diingini

    dalam minyak.

    2.

    Warna cokelat

    Pigmen coklat biasanya hanya terdapat pada minyak atau lemak yang berasal dari

    bahan yang telah busuk atau memar.

    3. Warna kuning

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    4/40

    Hubungan yang erat antara proses absorpsi dan timbulnya warna kuning dalam

    minyak terutama terjadi dalam minyak atau lemak tidak jenuh. Warna ini timbul

    selama penyimpanan dan intensitas warna bervariasi dari kuning sampai ungu

    kemerah-merahan, diantaranya adalah sebagai berikut :

    a) Lemak hewan, timbulnya warna kuning dalam lemak dapat terjadi pada suhu

    rendah, dalam waktu penyimpanan yang terlalu lama. Lemak hewan misalnya,

    lemak celeng yang diekstrasi dari daging tidak akan menjadi kuning pada

    proses oksidasi, kecuali jika disimpan dalam jangka panjang.

    b)

    Ikan, warna kuning dapat terjadi pada ikan asin dan ikan kering dikenal dengan

    istilah rusting. Dapat terjadi pada suhu kamar terutama pada ikan yang

    mengandung minyak tidak jenuh dalam jumlah besar.

    c) Penguningan oleh mikroorganisme, warna atau perubahan warna dapat

    disebabkan oleh pigmen berbagai tipe mikroorganisme yang tumbuh di atas

    media yang mengandung lemak. Penicillium spp dapat tumbuh dan

    menghasilkan warna kuning cerah pada jaringan adipose daging sapi yang

    disimpan pada suhu 0oC, dan warna kuning pada lemak babi akibat

    pertumbuhan bakteri.

    2. Odor dan flavour atau Bau

    Terdapat secara alami dalam minyak dan juga terjadi karena pembentukan asam-

    asam yang berantai sangat pendek.

    3. Kelarutan

    Minyak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (castor oil), dan minyak

    larut dalam alkohol, etileter, karbon disulfide dan pelarut-pelarut halogen.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    5/40

    4. Titik cair dan polymorphism

    Suatu pengukuran titik cair minyak yang digunakan dalam penentuan atau

    pengenalan komponen-komponen organik yang murni. Polymorphism adalah

    keadaan dimana terdapat lebih dari satu bentuk kristal.

    5. Titik didih (Boiling Point)

    Titik didih dari asam-asam lemak akan semakin meningkat dengan bertambah

    panjangnya rantai karbon asam lemak tersebut.

    6. Bobot Jenis

    Bobot jenis dari minyak biasanya ditentukan pada temperatur 25C, akan tetapi

    dalam hal ini dianggap penting juga untuk diukur pada temperatur 40C atau 60C

    untuk lemak yang titik cairnya tinggi.

    7 . Titik lunak (Softening Point)

    Ditetapkan dengan maksud untuk identifikasi minyak, dimana temperatur pada

    saat permukaan dari minyak dalam tabung kapiler mulai naik. Cara penetapannya

    yaitu dengan menggunakan tabung kapiler yang diisi dengan minyak.

    8. Slipping point

    Dipergunakan untuk pengenalan minyak serta pengaruh kehadiran komponen-

    komponennya.

    9. Shot melting point

    Temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak atau lemak.

    10. Indeks bias

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    6/40

    Derajat penyimpangan dari cahaya yang dilewatkan pada suatu medium yang

    cerah. Indeks bias tersebut dipakai pada pengenalan unsur kimia dan untuk

    pengujian kemurnian minyak.

    11. Titik asap, titik nyala dan titik api

    Titik asap adalah temperatur pada minyak atau lemak menghasilkan asap kebiru-

    biruan pada saat pemanasan. Titik nyala adalah temperatur pada saat campuran

    uap dari minyak dengan udara mulai terbakar. Sedangkan titik api adalah

    temperatur pada saat dihasilkan pembakaran yang terus-menerus, sampai

    habisnya contoh uji ( Ketaren, 1986).

    12. Titik Kekeruhan (Turbidity Point)

    Ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak dengan pelarut lemak.

    Temperatur pada waktu mulai terjadi kekeruhan, dikenal sebagai titik kekeruhan.

    2.1.2.2. Sifat kimia

    Sifat kimia yang terdapat pada minyak goreng terdiri dari beberapa sifat

    kimia diantaranya adalah sebagai berikut:

    1. Hidrolisa

    Enzim lipase menghidrolisis lemak, memecahnya menjadi gliserol dan asam

    lemak. Lipase dapat terkandung secara alamiah pada lemak dan minyak, tetapi

    enzim itu dapat diinaktivasi dengan pemanasan. Enzim ini dapat pula dihasilkan

    oleh mikroorganisme yang terdapat pada bahan makanan berlemak. Asam lemak

    bebas yang dihasilkan oleh reaksi ini dapat memberikan rasa dan bau tidak sedap.

    Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak atau lemak terjadi

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    7/40

    karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak, misalnya pada

    penggorengan bahan makanan yang lembab.

    2.

    Oksidasi

    Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen

    dengan minyak atau lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau

    tengik pada minyak. Hal ini disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak

    jenuh dalam lemak. Otooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal-radikal

    bebas yang disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat mempercepat cahaya, panas,

    peroksida lemak, atau hidroperoksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Mn.

    3. Hidrogenasi

    Pada beberapa minyak atau lemak kadang-kadang dilakukan proses hidrogenasi

    dengan tujuan memperoleh kestabilan terhadap oksidasi, memperbaiki warna, dan

    terutama mengubah lemak cair menjadi bersifat plastis yang penting dalam

    industri-industri makanan. Hidrogen akan mengikat ikatan rangkap asam lemak

    tidak jenuh, sehingga akan mengubah jumlah dan letak ikatan rangkap akibatnya

    sifat fisik dan kimianya juga akan berubah.

    4. Esterifikasi

    Proses esterifikasiini bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari trigliserida

    dalam bentuk ester. Dengan menggunakan prinsip reaksi ini hidrokarbon rantai

    pendek dalam asam lemak yang menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar

    dengan rantai panjang yang bersifat tidak menguap (Ketaren, 1986).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    8/40

    2.1.3. Jenis-Jenis Minyak Goreng

    Minyak yang berasal dari tumbuhan lebih banyak mengandung asam lemak

    tak jenuh sehingga umumnya berbentuk cair. Minyak goreng dapat diklasifikasikan ke

    dalam beberapa golongan (Ketaren, 2005) yaitu:

    2.1.3.1. Berdasarkan sifat fisiknya, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

    1. Minyak tidak mengering (non drying oil)

    Minyak yang apabila mengalami pemanasan tidak menguap misalnaya minyak

    zaitun, kelapa, kacang tanah.

    2.

    Minyak nabati setengah mengering (semi drying oil)

    Berupa minyak yang mempunyai daya mengering lebih lambat. Misalnya

    minyak biji kapas, minyak biji bunga matahari, gandum.

    3. Minyak nabati mengering (drying oil)

    Minyak yang mempunyai sifat dapat mengering jika kena oksidasi, dan

    akan berubah menjadi lapisan tebal, bersifat kental dan membentuk sejenis

    selaput jika dibiarkan di udara terbuka misalnya minyak kacang kedelai, biji

    karet.

    2.1.3.2. Berdasarkan sumbernya dari tanaman, diklasifikasikan sebagai berikut:

    1. Biji-bijian palawija, yaitu minyak jagung, biji kapas, kedelai, dan bunga

    matahari.

    2. Kulit buah tanaman tahunan, yaitu minyak zaitun dan kelapa sawit.

    3. Biji-bijian dari tanaman tahunan, yaitu kelapa, cokelat, inti sawit.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    9/40

    2.1.3.3. Berdasarkan ada atau tidaknya ikatan ganda dalam struktur molekulnya

    yakni:

    1.

    Minyak dengan asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acids/ SAFA)

    Semua asam lemak terdiri atas rantai atom karbon dengan berbagai jumlah atom

    hidrogen yang melekat padanya. Satu molekul memiliki dua atom hidrogen yang

    melekat pada masing-masing karbon dianggap terjenuhkan oleh hidrogen karena

    molekul tersebut mengikat semua atom hidrogen yang mampu diikatnya.

    Sumber: Raharjo, 2006.

    Gambar 2.1 Contoh Struktur Kimia Asam Lemak Jenuh

    2.

    Minyak dengan asam lemak tak jenuh tunggal (Mono-Unsaturated Fatty

    Acids/MUFA). Merupakan satu asam lemak yang kehilangan satu pasang atom

    hidrogen pada salah satu karbonnya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    10/40

    Gambar 2.2 Contoh Struktur Kimia Asam Lemak Tak Jenuh Tunggal

    3. Minyak dengan asam lemak tak jenuh ganda (Poly-Unsaturated Fatty Acids/

    PUFA).

    Minyak dinamakan lemak poli-tak jenuh apabila lebih dari dua atom hidrogennya

    hilang. Asam lemak ini mengandung lebih dari satu ikatan rangkap, misalnya

    asam linoleat, yang ditemukan dalam minyak biji-bijian seperti minyak kedelai

    dan minyak jagung.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    11/40

    Sumber: Raharjo, 2006.

    Gambar 2.3 Contoh Struktur Kimia Asam Lemak Poli-tak Jenuh

    2.1.4. Kerusakan Minyak

    Kerusakan minyak akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi bahan pangan yang

    digoreng. Minyak yang rusak akibat proses oksidasi dan polimerisasi akan

    menghasilkan bahan dengan rupa yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak,

    serta kerusakan sebagian vitamin dan asam lemak esensial yang terdapat dalam

    minyak. Oksidasi minyak dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah

    oksigen dengan minyak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida

    dan hidroperoksida. Tingkat selanjutnya adalah terurainya asam-asam lemak disertai

    dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak

    bebas. Ketengikan (Rancidity) terbentuk oleh aldehida bukan oleh peroksida. Jadi

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    12/40

    kenaikan Peroxide Value (PV) hanya indikator dan peringatan bahwa minyak akan

    berbau tengik. Oksida minyak juga akan menghasilkan senyawa hidrokarbon, alkohol,

    lakton serta senyawa aromatis yang mempunyai bau tengik dan rasa getir.

    Pembentukan senyawa polimer selama proses menggoreng terjadi karena reaksi

    polimerisasi adisi dari asam lemak tidak jenuh. Hal ini terbukti dengan terbentuknya

    bahan menyerupai gum yang mengendap di dasar tempat penggorengan (Ketaren,

    2005).

    Oksidasi adalah alasan utama dari perubahan kimiawi dari minyak tetapi ada

    beberapa penyebab degradasi lainnya yang berpotensial menyebabkan atau

    menghasilkan racun. Perubahan secara kimiawi pada minyak, tidak semuanya

    berpotensi berbahaya. Beberapa produk tidak membahayakan dan masih layak untuk

    dikonsumsi. Laju perubahan kimia dan tingkat perubahan tergantung pada jenis

    minyak.

    Kerusakan minyak atau lemak akibat pemanasan pada suhu tinggi (200-250C)

    akan mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan berbagai macam penyakit, misalnya

    diare, pengendapan lemak dalam pembuluh darah, kanker dan menurunkan nilai cerna

    lemak. Kerusakan minyak juga bisa terjadi selama penyimpanan. Penyimpanan yang

    salah dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan pecahnya ikatan trigliserida

    pada minyak lalu membentuk gliserol dan asam lemak bebas (Ketaren, 2005).

    2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempercepat dan Menghambat Oksidasi

    Faktor-faktor yang mempercepat dan menghambat oksidasi dibagi menjadi 3

    kelas yaitu:

    1. Pengaruh suhu

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    13/40

    Kecepatan oksidasi lemak yang dibiarkan di udara akan bertambah dengan

    kenaikan suhu dan akan berkurang dengan penurunan suhu. Kecepatan akumulasi

    peroksida selama proses aerasi minyak pada suhu 100-115C adalah dua kali lebih

    besar dibandingkan pada suhu 10C. Untuk mengurangi kerusakan bahan pangan

    berlemak dan agar tahan dalam waktu lebih lama, dapat dilakukan dengan cara

    menyimpan lemak dalam ruang dingin.

    2. Pengaruh cahaya

    Cahaya merupakan akselarator terhadap timbulnya ketengikan. Kombinasi dari

    oksigen dan cahaya dapat mempercepat proses oksidasi. Sebagai contoh, lemak yang

    disimpan tanpa udara (O2), tetapi dikenai cahaya sehingga menjadi tengik. Hal ini

    karena dekomposisi peroksida yang secara alamiah telah terdapat dalam lemak.

    Cahaya berpengaruh sebagai akselerator pada oksidasi tidak jenuh dalam lemak, untuk

    menghindarinya gunakan bahan pembungkus yang dapat mengabsorpsi sinar aktif

    yang terbuat dari cellophaneberwarna tua yaitu warna biru tua, hijau tua, cokelat tua,

    atau merah tua.

    3. Katalis logam

    Bahan pangan berlemak pada umumnya mengandung logam dalam jumlah

    yang sangat kecil. Logam ini biasanya telah terdapat secara alamiah dalam bahan atau

    sengaja ditambahkan untuk tujuan tertentu, yang berada dalam bentuk garam

    kompleks, garam organik maupun garam inorganik. Garam-garam ini biasanya sukar

    melepaskan secara sempurna dari lemak. Beberapa logam seperti Fe, Cu, Mn, Ni, Co,

    umumnya mempercepat kerusakan lemak dalam bahan pangan. Hal ini

    mengakibatkan off flavoryang khas yaitu berbau apek pada konsentrasi di bawah 100

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    14/40

    ppm. Fungsi logam sebagai katalisator oksidasi dapat dihambat dengan melepaskan

    katalis logam dari lemak selama tahap permulaan proses oksidasi dan menambahkan

    zat penghambat yang kuat ke dalam system autooksidasi akan mencegah oksidasi

    lebih lanjut (Ketaren 2008).

    2.1.6. Penggolongan Lemak Berdasarkan Kejenuhan (Asam Lemak Jenuh

    dan Tidak Jenuh)

    Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan ikatan rangkapnya (jenuh

    dan tak jenuh). Jenuh jika hanya memiliki satu ikatan rangkap dan tak jenuh jika

    memiliki dua dan tiga ikatan rangkap. Asamlemak jenuh merupakan asam lemak yang

    mengandung ikatan tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Sedangkan asam lemak tak

    jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai

    hidrokarbonnya(Barifbrave, 2009).

    Asam lemak jenuh mempunyai stabilitas tinggi terhadap panas. Banyaknya

    asam lemak tidak jenuh (ikatan rangkap) dalam minyak goreng dapat dinyatakan

    dengan bilangan iodin atau angka iodin. Minyak goreng yang berasal dari kelapa sawit

    memiliki angka iodin yang lebih kecil bila dibandingkan angka iodin minyak yang

    berasal dari kedelai, jagung, kacang tanah, biji kapas, dan bunga matahari. Hal ini

    menunjukkan kandungan asam lemak jenuh minyak kelapa sawit jauh lebih tinggi

    dibandingkan dengan minyak yang berasal dari kedelai, jagung, kacang tanah, biji

    kapas, dan bunga matahari. Dengan demikian minyak untuk keperluan menggoreng

    lebih baik menggunakan minyak yang berasal dari kelapa sawit.

    Asam lemak tak jenuh ini lebih mudah bereaksi dengan senyawa lain

    dibandingkan dengan asam jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    15/40

    bereaksi (teroksidasi) dengan oksigen di udara. Oleh karena itu sering dikenal dengan

    istilah bilangan oksidasi bagi asam lemak. Asam lemak jenuh dianggap mempunyai

    nilai gizi yang lebih tinggi atau lebih baik, dikarenakan lebih reaktif dan merupakan

    antioksidan dalam tubuh (Aminuddin, 2010).

    Ikatan-ikatan karbon ganda dalam molekul minyak tak jenuh sangat rentan

    terhadap serangan oksidasi dan pembentukan radikal bebas. Minyak poli tak jenuh

    menjadi beracun ketika teroksidasi. Proses oksidasi ini yang menyebabkan ketengikan.

    Oksidasi menyebabkan pembentukan radikal bebas yang berbahaya bagin tubuh.

    Lemak jenuh tidak memiliki atom hidrogen yang hilang atau ikatan karbon ganda. Hal

    ini berarti lemak jenuh mempunyai stabilitas yang tinggi terhadap panas, tidak peka

    terhadap oksidasi dan pembentukan radikal bebas (Andi, 2005).

    Jika asam lemak jenuh banyak masuk ke dalam tubuh maka asam ini tidak bisa

    dilarutkan lagi ke dalam senyawa yang ada dalam tubuh sehingga tidak bisa dicerna

    dan bila terbawa dalam aliran darah maka tidak bisa disaring di ginjal, asam lemak ini

    akan mengendap dalam tubuh, maka timbul penyakit kolesterol. Sedangkan minyak

    dengan kadar asam tak jenuh masih bisa dicerna atau larut dalam senyawa tubuh dan

    diolah atau bisa dibuang dan jika terbawa dalam aliran darah akan bisa disaring di

    ginjal karena larut dalam air (Aminuddin, 2010).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    16/40

    2.1.7. Penggunaan dan Kualitas Minyak Goreng

    Kualitas minyak goreng sangat ditentukan oleh kandungan asam lemak dari

    minyak tersebut, apakah bersifat jenuh atau tidak jenuh. Minyak goreng berarti

    minyak yang digunakan untuk menggoreng, proses menggoreng pasti berhadapan

    dengan panas yang tinggi. Dengan demikian, minyak goreng dikatakan berkualitas

    apabila mempunyai stabilitas yang tinggi terhadap panas.

    Selain itu, mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya, yaitu suhu

    pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan dan dapat

    menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Makin tinggi titik asapnya, makin baik

    mutu oksidasi. Untuk menghindari penurunan mutu akibat proses oksidasi dapat

    menggunakan antioksidan. Antioksidan secara umum dapat diartikan pencegah

    oksidasi dengan cara menurunkan konsentrasi oksigen (Andi, 2005).

    Minyak goreng yang baik mempunyai sifat tahan panas, stabil pada cahaya

    matahari, tidak merusak flavor hasil gorengan, sedikit gum, menghasilkan produk

    dengan tekstur dan rasa yang bagus. Standar mutu minyak goreng di Indonesia diatur

    dalam SNI 01-3741-1995 yang dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    17/40

    Tabel 2.1 Standar mutu minyak goreng di Indonesia diatur dalam SNI 3741-

    1995

    No CRITERIA UJI PERSYARATAN UJI

    1 Bau Normal

    2 Rasa Normal

    3 Warna Muda jernih

    4 Citra rasa Hambar

    5 Kadar air Max 0,3%

    6 Berat jenis 0,900 g/L

    7 Asam lemak bebas Max 0,3%

    8 Bilangan peroksida Max 2 meg/Kg

    9 Bilangan iodium 45-46

    10 Bilangan penyabunan 196-206

    11 Titik asap Min 200oC

    12 Indeks bias 1,448-1,450

    13 Cemaran logam:

    Besi

    Timbal

    Tembaga

    Seng

    Raksa

    Timah

    Arsen

    Max 1,5 mg/Kg

    Max 0,1 ng/Kg

    Max 40 mg/Kg

    Max 0,05 mg/Kg

    Max 0,1 mg/Kg

    Max 0,1 mg/Kg

    Max 0,1 mg/Kg

    Sumber : Departemen perindustrian (SNI 3741-1995)

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    18/40

    2.1.8. Minyak Goreng Berulang Kali

    Minyak goreng berulang kali atau lebih dikenal dengan minyak jelantah adalah

    minyak limbah yang berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak

    jagung, minyak sayur, minyak samin, dan sebagainya. Minyak ini merupakan minyak

    bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya dan dapat digunakan kembali

    untuk keperluan kuliner, akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya minyak

    jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi

    selama proses penggorengan dengan nama akrilamida bahwa makanan yang kaya

    karbohidrat, seperti kentang yang mengalami penggorengan, dapat merangsang

    pembentukan senyawa karsinogenik (pemicu kanker) hadirnya senyawa akrilamida

    pada makanan gorengan di picu oleh proses penggorengan itu sendiri. Penggorengan

    dengan suhu yang relatif tinggi, sekitar 1900C (seperti lazimnya suhu penggorengan

    dalam minyak), dapat menyebabkan senyawa karbohidrat pada kentang terurai atau

    terlepas (Wikipedia, 2009).

    Selama penggorengan, minyak goreng akan mengalami pemanasan pada suhu

    tinggi 170-180 C dalam waktu yang cukup lama. Hal ini akan menyebabkan

    terjadinya proses oksidasi, hidrolisis dan polimerasi yang menghasilkan senyawa-

    senyawa hasil degradasi minyak seperti keton, aldehid, dan polimer yang merugikan

    kesehatan manusia.

    Kerusakan utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik, sedangkan kerusakan

    lain meliputi peningkatan kadar asam lemak bebas/Free Faty Acid (FFA), angka

    peroksida, angka karbonil, timbulnya kekentalan minyak, terbentuknya busa dan

    adanya kotoran dari bumbu dari bahan penggoreng. Semakin sering digunakan tingkat

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    19/40

    kerusakan minyak akan semakin tinggi. Penggunaan minyak berkali-kali akan

    mengakibatkan minyak menjadi cepat berasap atau berbusa dan meningkatkan warna

    coklat sertaflavoryang tidak disukai pada bahan makanan yang digoreng.

    2.1.9. Proses Menggoreng

    Menggoreng adalah suatu proses untuk memasak bahan pangan menggunakan

    lemak atau minyak. Proses penggorengan dapat dilihat seperti pada gambar dibawah

    ini :

    Uap yang dihasilkan dari lemak

    Uap dan hasil samping lemak

    Bahan mentah

    Hasil penggorengan

    Lemak/minyak

    Panas (0

    C) Penyaringan remah

    Sumber: S. Ketaren

    Gambar 2.4 Proses Menggoreng

    Penggorengan merupakan fenomena transpor yang terjadi secara simultan,

    yaitu transfer panas, transfer massa air, dan transfer (serapan) massa minyak. Saat

    proses penggorengan dilakukan, terjadi transfer panas dari minyak ke bahan pangan,

    penguapan massa air, dan penyerapan minyak oleh bahan pangan. Suhu penggorengan

    yang dianjurkan adalah 1772010C, atau tergantung jenis bahan yang digoreng

    (Winarno 1999).

    Lemak dalam

    ketel

    penggorengan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    20/40

    Ke dalam ketel berturut-turut dimasukkan minyak goreng, kemudian

    dipanaskan (0C), selanjutnya dimasukkan bahan yang akan digoreng. Dari ketel akan

    diperoleh hasil gorengan, uap yang dihasilkan dari lemak, serta hasil samping lemak

    akibat pemanasan dan penggorengan serta kerak.

    Dalam proses menggoreng, udara merupakan faktor utama penyebab kerusakan

    minyak goreng, kontak antara udara dengan minyak sulit dihindarkan. Pada waktu

    proses pemanasan minyak dan penggorengan, aerasi terutama terjadi pada permukaan

    minyak dalam ketel, namun akhirnya udara akan masuk ke dalam lemak akibat

    peristiwa pergerakan, sirkulasi atau pengadukan minyak. Aerasi udara secara

    berlebihan selama proses penggorengan harus dihindarkan untuk mengurangi proses

    oksidasi. Zat menguap tersebut harus dicegah agar tidak berkondensasi di atas

    permukaan minyak dan kembali menetes ke dalam minyak goreng dalam ketel

    (Ketaren, 2005).

    Pinthus dan Sagui (1994) menyatakan bahwa minyak akan masuk ke dalam

    bahan menempati pori-pori yang ditinggalkan oleh air. Proses difusi minyak akan

    berlangsung terus sampai akhir penggorengan bahkan pada waktu pendinginan pasca

    penggorengan. Minyak yang digunakan untuk menggoreng merupakan salah satu

    faktor yang menentukan keamanan suatu produk gorengan untuk dikonsumsi, sebab

    minyak akan berdifusi ke dalam bahan pangan dan membawa serta bahan-bahan lain

    yang terkandung di dalamnya.

    .Pemanasan yang tidak mencapai suhu penggorengan menyebabkan minyak

    membentuk busa, sehingga proses penggorengn tidak praktis. Faktor-faktor yang

    memengaruhi kondisi minyak dalam ketel adalah uap yang dilepaskan dan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    21/40

    penambahan minyak dan penambahan minyak segar untuk menggantikan minyak yang

    hilang dari ketel selama proses menggoreng. Uap yang dihasilkan dalam proses

    menggoreng berfungsi untuk mencuci dan memisahkan hasil dekomposisi lemak yang

    menguap dan akhirnya dapat menimbulkan bau tengik.

    2.10. Struktur Bahan Pangan Goreng

    Gorengan yang banyak dijajakan umumnya digoreng dengan metode deep fat

    frying, yaitu seluruh bahan pangan terendam dalam minyak goreng. Berlangsungnya

    berbagai proses dalam penggorengan akan menentukan kualitas akhir produk goreng,

    yang antara lain dicirikan oleh warna produk, kadar air akhir, kadar minyak

    (banyaknya minyak yang terserap), kerenyahan produk, dan bentuk produk setelah

    mengembang (Marsmellowblack, 2012).

    Semua pangan goreng mempunyai struktur dasar yang sama, terdiri dari inner

    zone (core), outer zone (crust), dan outer zone surface. Inner zone (core) adalah

    bagian dalam pangan goreng yang masih mengandung air. Sedangkan outer zone

    (crust) adalah bagian luar pangan goreng yangmengalami dehidrasi pada waktu proses

    penggorengan. Rongga pada bahan pangan goreng akibat penguapan air akan

    tergantung pada perbandingan ketebalan crust dan core. Semakin tebal crust,semakin

    banyak minyak yang diserap.Outer zone surface adalah bagian paling luar dari bahan

    pangan goreng yang berwarna cokelatkekuning-kuningan. Lapisan tepung pada bahan

    pangan goreng akan mengalami gelatinisasi, volume lapisan akan mengembang dan

    mengering dengan teruapkannya air. Dengan demikian terbentuk tekstur renyah yang

    disukai. Warna cokelat pada outer zone surface umumnya merupakan hasil reaksi

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    22/40

    pencokelatan atau maillard yang dipengaruhi oleh komposisi makanan, suhu,dan lama

    penggorengan. (Ketaren 1986).

    Berdasarkan penelitian juga disebutkan kemungkinan adanya senyawa

    Karsinogenikdalam minyak yang dipanaskan, dibuktikan dari bahan pangan berlemak

    teroksidasi yang dapat mengakibatkan pertumbuhan kanker hati. Selain itu selama

    penggorengan juga akan terbentuk senyawa akrolein yang bersifat racun dan

    menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Penggunaan minyak goreng jelantah secara

    berulang-ulang dapat membahayakan kesehatan tubuh. Hal tersebut dikarenakan pada

    saat pemanasan akan terjadi proses degradasi, oksidasi dan dehidrasi dari minyak

    goreng. Proses tersebut dapat membentuk radikal bebas dan senyawa toksik yang

    bersifat racun (Rukmini, 2007).

    Kerusakan minyak goreng yang berlangsung selama penggorengan juga akan

    menurunkan nilai gizi dan berpengaruh terhadap mutu dan nilai bahan pangan yang

    digoreng. Bahan pangan yang digoreng dengan menggunakan minyak yang telah rusak

    akan mempunyai tekstur dan penampakan yang kurang menarik serta cita rasa dan bau

    yang kurang enak (Trubusagrisarana, 2005).

    Karena mudah terhidrolisis dan teroksidasi pada suhu ruang, asam lemak yang

    dibiarkan terlalu lama akan turun nilai gizinya. Pengawetan dapat dilakukan dengan

    menyimpannya pada suhu sejuk dan kering, serta menghindarkannya dari kontak

    langsung dengan udara (Wikipedia, 2012).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    23/40

    2.2. Minyak Curah

    2.2.1. Pengertian Minyak Curah

    Secara alami minyak sawit mengandung dua macam kadar asam, yaitu asam

    stearat yang banyak mengandung gugus asam jenuh yang mudah beku dan asam

    palmitat yang mengandung banyak kadar asam tak jenuh yang sukar membeku. Kedua

    bagian ini kemudian dipisahkan sehingga minyak gorengnya akan sedikit mengandung

    asam stearat. Minyak goreng yang sedikit mengandung asam stearat ini tentunya akan

    lebih sulit membeku di temperatur yang dingin. Sisa dari hasil pemisahan ini adalah

    minyak curah yang sudah jelas mengandung banyak fat atau asam stearat ini.

    Untuk membandingkan kualitas minyak goreng antara minyak kemasan

    dengan minyak curah adalah minyak kemasan dalam udara yang dingin tidak akan

    mudah membeku, sedangkan minyak curah pasti membeku jika terkena udara dingin

    sedikit saja. Minyak goreng dengan kadar lemak jenuh yang tinggi akan membeku jika

    terkena udara dingin, jadi jika membandingkan dua macam minyak kemasan tinggal

    dimasukkan ke dalam freezer dalam tempo tertentu kemudian bandingkan hasilnya,

    bandingkan dari keduanya mana yang paling banyak membeku. Maka yang paling

    banyak bagian yang beku berarti kualitasnya kurang bagus (Aminuddin, 2010).

    2.2.2. Komposisi Minyak Goreng Curah

    Menurut Rosiani (2010), mengatakan tidak ada masalah masyarakat

    menggunakan minyak goreng curah, hanya minyak goreng curah tidak boleh

    digunakan berulang kali. Minyak goreng curah berbeda dengan minyak goreng

    bermerek, seperti Filma, Bimoli dan sebagainya. Karena minyak goreng bermerek dua

    kali penyaringan, sedangkan minyak goreng curah proses penyaringan hanya satu kali.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    24/40

    Sehingga dari warnanya berbeda dengan minyak goreng bermerek yang lebih jernih

    dibanding minyak goreng curah. Begitu juga kandungan yang terdapat antara minyak

    curah dan minyak kemasan.

    Dari segi kandungan minyak curah kadar lemaknya lebih tinggi dan juga

    kandungan asam oleat dibanding minyak kemasan. Namun tidak ada masalah

    menggunakan minyak curah, asalkan tidak berlebihan dan tidak digunakan berulang-

    ulang kali, sampai berwarna coklat pekat hingga kehitam-hitaman. Karena pemakaian

    berulang-ulang pada minyak makan, sangat tidak baik bagi kesehatan. Minyak curah

    hanya mengalami penyaringan sampai tahap olein. Dan masih mengandung soft

    stearin (minyak fraksi padat) pada tingkat tertentu. Oleh karena itu minyak curah

    biasanya lebih keruh dibandingkan minyak bermerek. Selain itu tingkat sanitasi dan

    kebersihannya kurang baik, tidak sebersih minyak bermerek. Tidak ada salahnya

    menggunakan minyak goreng curah, hanya saja kadar kebersihannya berbeda dengan

    minyak kemasan dan minyak kemasan kadar lemaknya lebih rendah.

    Minyak goreng kemasan umumnya melalui proses produksi lebih lama

    dibanding minyak curah karena mengalami beberapa proses. Proses produksi sedikit

    banyak mempengaruhi kualitas minyak goreng yang dihasilkan baik secara fisik

    maupun secara kandungan gizi. Sebetulnya minyak curah layak menjadi minyak sayur,

    hanya tingkat higienisnya tidak sebaik minyak kemasan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    25/40

    2.2.3. Minyak Kelapa Sawit

    Minyak goreng sawit dibagi menjadi 2 (dua) kategori umum yaitu: Minyak

    curah dan minyak kemasan. Minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan

    adalah sama-sama merupakan proses industri, namun yang membedakannya adalah

    dalam hal kualitas prosesnya. Minyak goreng yang dalam proses penyaringannya

    dilakukan hanya sekali dan dijual dalam bentuk Non Kemasan tanpa merek, maka

    itulah yang disebut Minyak Curah warnanya kuning keruh dan bila terkena suhu

    dibawah normal, maka berubah menjadi beku ( Mulyadi, 2012).

    Apabila proses penyaringannya dilakukan hingga 3-4 kali penyaringan, maka

    jadilah minyak yang sangat jernih dan dikemas dan biasanya dikemas oleh industri

    besar menjadi Kemasan dan Bermerk dan Minyak Kemasan dan bermerk yang

    sekarang banyak beredar seperti: Merk minyak goreng Bimoli, Avena, Trofical

    (Mulyadi, 2012).

    2.2.4. Komposisi Minyak Kelapa Sawit

    Minyak kelapa sawit adalah minyak yang dihasilkan dari inti kelapa sawit

    (parm kernel oil). Minyak kelapa sawit terutama dikenal sebagai bahan mentah

    minyak dan lemak pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng,

    shortening, margarine, dan minyak makan lainnya dengan kandungan karoten yang

    tinggi. Minyak sawit merupakan sumber pro vitamin A yang murah dibandingkan

    dengan bahan baku lainnya. Minyak sawit dihasilkan dari proses ekstraksi bagian

    sabut buah dan biji buah kelapa sawit. Minyak yang dihasilkan dari bagian kulit atau

    sabut dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO) dan bagian dari biji buahnya

    disebut Palm Kernel Oil(PKO).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    26/40

    Daging kelapa sawit mengandung enzim lipase yang dapat menyebabkan

    kerusakan pada mutu minyak ketika struktur seluler terganggu. Enzim yang berada

    didalam jaringan daging buah tidak aktif karena terselubung oleh lapisan vakuola,

    sehingga tidak dapat berinteraksi dengan minyak yang banyak terkandung pada daging

    buah. Masih aktif di bawah 150C dan non aktif dengan temperatur diatas 50

    0C.

    Apabila trigliserida bereaksi dengan air maka menghasilkan gliserol dan asam lemak

    bebas. Sebelum proses ektraksi minyak dilakukan, pertama-tama buah direbus di

    dalam stelizer. Salah satu tujuannya yaitu mengnonaktifkan aktifitas enzim. Didalam

    buah kelapa sawit ada enzim lipase dan oksidaseyang tetap bekerja sebelum enzim itu

    dihentikan dengan cara fisika dan kimia.

    Cara fisika yaitu dengan cara pemanasan pada suhu yang dapat mendegradasi

    protein. Enzim lipasebertindak sebagai katalisator dalam pembentukan trigliserida dan

    kemudian memecahnya kembali menjadi asam lemak bebas/ Free Faty Acid (FFA).

    Enzim Oksidasi berperan dalam proses pembentukan peroksida yang kemudian

    dioksidasi lagi dan pecah menjadi gugusan aldehide dan kation. Senyawa yang

    terakhir bila dioksidasi lagi akan menjadi asam. Jadi Asam Lemak Bebas/ Free Faty

    Acid (FFA) yang terdapat dalam minyak sawit merupakan hasil kerja enzim lipase

    dan oksidasi.

    Aktifitas enzim semakin tinggi apabila buah mengalami luka. Untuk

    mengurangi aktifitas enzim sampai di pabrik kelapa sawit diusahakan agar buah tidak

    rusak dan buah tidak busuk. Enzim tersebut tidak aktif lagi pada temperatur 500C.

    Karena itu perebusan di dalam sterilizer pada temperatur 1200C akan menghentikan

    enzim.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    27/40

    Crude Palm Oil (PKO) masih mengandung non gliserida seperti asam lemak

    bebas, air, dan beberapa unsur logam dan kotoran lain. Oleh karena itu harus

    dilakukan pemurnian lanjutan yaitu melalui degumming, netralisasi, dan deoderisasi

    sehingga dihasilkan minyak yang tidak berbau dan lebih stabil. Minyak kelapa sawit

    mengandung asam lemak tidak jenuh dengan perbandingan yang hampir sama, yaitu

    40% asam oleat, 44% asam palmitat. Minyak sawit juga merupakan sumber vitamin E,

    tokoferol dan tokotrienol yang berperan sebagai antioksidan, yaitu suatu zat yang

    dapat mencegah terjadinya oksodasi. Tokoferol dan tokotrienol dapat menangkap

    radikal bebas dan mencegah kanker.

    2.2.5. Variabel yang Sangat Berpengaruh Terhadap Asam Lemak Bebas

    Beberapa variabel proses yang sangat berpengaruh terhadap perolehan asam

    lemak seperti pengaruh suhu, kematangan buah, kadar pelukaan buah, pengadukan,

    penambahan air, penambahan CPO dan lama penyimpanan.

    1. Pengaruh Temperatur

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa kadar asam

    lemak yang paling tinggi didapat pada suhu kamar (250C 27

    0C). Enzim lipase pada

    buah kelapa sawit sudah tidak aktif pada suhu pendinginan 80C dan pada pemanasan

    pada suhu 500C. Secara umum temperatur sangat berpengaruh pada reaksi kimia,

    dimana kenaikan temperatur akan menaikkan kecepatan reaksi. Sifat enzim yang

    inaktif pada suhu tinggi, maka pada proses enzimatis ada batasan suhu supaya enzim

    dapat bekerja secara optimal. Penurunan aktifitas enzim pada suhu tinggi diduga

    diakibatkan oleh denaturasi protein. Pada suhu rendah, aktifitas enzim juga menurun

    yang diakibatkan oleh denaturasi enzim.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    28/40

    2. Pengaruh Penambahan Air

    Air mempunyai pengaruh pada reaksi yang terjadi, dan pengaruh ini pada

    dasarnya adalah membantu terjadinya kontak antara substrat dengan enzim. Enzim

    lipase aktif pada permukaan antara lapisan minyak dan air, sehingga dengan

    melakukan pengadukan, maka kandungan air pada buah akan mampu untuk membantu

    terjadinya kontak ini. Pada proses hidrolisa ini, secara stokiometri air pada buah sudah

    berlebih untuk menghasilkan asam lemak (kadar air pada buah adalah sekitar 28%),

    tetapi karena air ini berada pada padatan maka perlu dilakukan pelumatan buah dan

    selanjutnya dilakukan pengadukan. Pengaruh kadar air pada produk yang dicapai

    sangat besar, dimana kandungan air yang sangat besar dapat mengakibatkan reaksi

    antara asam lemak dan gliserol tidak dapat terjadi dengan baik.

    3. Pengaruh Pelukaan dan Pengadukan Buah

    Enzim lipase tidak berada dalam minyak, tetapi berada dalam serat. Tingkat

    pelukaan buah dan pengadukan sangat berpengaruh terhadap proses hidrolisa karena

    akan membantu terjadinya kontak antara enzim dan minyak (substrat). Hal ini karena

    posisi enzim lipase pada buah sawit belum diketahui secara pasti, sehingga untuk

    mengatasi hal ini maka buah harus dilumat sampai halus, kemudian minyak dan

    seratnya dicampur kembali. Dengan proses seperti ini terbukti bahwa kadar asam

    lemak yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan jika buah tidak dilumat sampai halus

    (hanya dimemarkan/dilukai). Pengaturan kecepatan pengadukan pada reaksi ini perlu

    dilakukan, karena pada proses ini pengadukan berpengaruh kepada waktu kontak

    antara air, substrat dan enzim. Disamping itu, karena yang diaduk adalah campuran

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    29/40

    serat dan minyak, maka pemilihan rancangan pengaduk sangat perlu untuk

    diperhatikan.

    4. Pengaruh Kematangan Buah

    Buah yang terdapat pada satu tandan buah kelapa sawit tidak akan matang

    secara serempak. Buah yang berada pada lapisan luar biasanya lebih matang jika

    dibandingkan dengan buah yang berada pada bagian yang lebih dalam. Hal ini

    mengakibatkan adanya perbedaan persentase minyak yang terdapat pada setiap buah

    yang berada dalam satu tandan. Pada buah kelapa sawit, semakin matang buah maka

    kadar minyaknya akan semakin tinggi. Dengan semakin tingginya kadar minyak pada

    buah maka proses hidrolisa secara enzimatis akan semakin cepat terjadi, sehingga

    perolehan asam lemak akan lebih tinggi.

    5. Pengaruh Lama Penyimpanan

    Secara alami asam lemak bebas akan terbentuk seiring dengan berjalannya

    waktu, baik karena aktifitas mikroba maupun karena hidrolisa dengan bantuan katalis

    enzim lipase. Namun demikian asam lemak bebas yang terbentuk dianggap sebagai

    hasil hidrolisa dengan menggunakan enzim lipase yang terdapat pada buah sawit.

    6. Pengaruh Penambahan CPO

    Pada proses ini, kecepatan reaksi lebih rendah jika penambahan kadar CPO

    (Crude Palm Oil)terhadap campuran antara serat dan minyak semakin meningkat. Hal

    ini dapat terjadi karena enzim lipase yang berada pada buah sudah jenuh atau

    jumlahnya terbatas, sementara jumlah substrat sudah sangat berlebih. Kecepatan

    reaksi bergantung kepada konsentrasi enzim lipase, bukan pada konsentrasi substrat

    (Fauziah, 2011)

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    30/40

    2.3. Asam Lemak bebas

    Asam Lemak Bebas adalah bilangan yang menunjukkan jumlah asam lemak

    bebas yang terkandung dalam lemak/minyak yang biasanya dihubungkan dengan

    proses hidrolisis minyak. Hidrolisis minyak oleh air dengan katalis enzim dan panas

    pada ikatan ester trigliserida akan menghasilkan asam lemak bebas seperti yang

    terdapat pada reaksi berikut :

    Enzim

    Trigliserida + H2O Digliserida + Monogliserida + Asam Lemak Bebas

    Panas

    Keberadaan asam lemak bebas dalam minyak biasanya dijadikan indikator

    awal terjadinya kerusakan minyak karena proses hidrolisis. Pembentukan asam lemak

    bebas akan mempercepat kerusakan oksidatif minyak karena asam lemak bebas lebih

    mudah teroksidasi. Oksidasi minyak akan menghasilkan senyawa aldehida, keton,

    hidrokarbon, serta senyawa aromatis yang mempunyai bau tengik dan rasa getir.

    (Kusnandar, 2010).

    2.3.1. Pengertian Asam Lemak Bebas

    Asam lemak bebas adalah hasil reaksi antara air dan lemak. Meningkatnya

    persen dari asam lemak bebas pada waktu penggorengan adalah terutama jumlah uap

    dari makanan selama proses penggorengan dan suhu penggorengan. Faktor lain yang

    mempengaruhi tingginya asam lemak bebas termasuk adanya sisa-sisa makanan yang

    gosong didalam minyak. Asam lemak bebas adalah asam yang dibebaskan pada

    hidrolisa dari lemak. Asam lemak bebas adalah hasil dari hidrolisa lemak netral oleh

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    31/40

    semua enzim yang termasuk golongan lipase, dimana enzim yang dapat menghidrolisa

    lemak ini terdapat dalam lemak hewani dan nabati yang berada dalam jaringan

    (Saputra, 2011).

    Tingkat asam lemak bebas yang tinggi (sekitar 3-4 %) bisa menghasilkan asap

    yang berlebih dan rasa yang tidak sedap. Jumlah persen dalam asam lemak bebas

    dapat membantu dalam penilaian syarat dari minyak yang berkualitas baik. Persen

    asam lemak bebas yang rendah adalah pertanda minyak yang berkualitas (Raharjo,

    2006).

    2.3.2. Reaksi Hidrolisis Lemak

    Reaksi hidrolisis lemak adalah reaksi pelepasan asam lemak bebas (Free Fatty

    Acid )dari gliserol dalam struktur molekul lemak. Reaksi hidrolisis dapat terjadi pada

    lemak yang mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Reaksi hidrolisis dapat

    dipacu oleh adanya aktifitas enzim lipase atau pemanasan yang menyebabkan

    pemutusan ikatan ester dan pelepasan asam lemak bebas. Setiap pelepasan satu

    molekul asam lemak bebas memerlukan satu molekul air. Reaksi hidrolisis lemak

    dapat membebaskan ketiga asam lemak dari gliserin. Pembentukan bau tengik ini

    menunjukkan lemak sudah mengalami kerusakan. Pembentukan bau tengik yang

    disebabkan oleh reaksi hidrolisis baik yang dipicu oleh adanya aktivitas enzim lipase

    maupun proses pemanasan disebut ketengikan hidrolitik. Derajat pembentukan bau

    tengik lemak yang rusak dipengaruhi oleh jenis asam lemak yang dibebaskan.

    Lipase merupakan enzim yang bisa terdapat dalam bahan pangan. Bila bahan

    pangan disimpan dan tidak diberi perlakuan pemanasan sebelumnya, maka lipase

    dapat aktif selama penyimpanan. Lipase dapat mengkatalis hidrolisis lemak yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    32/40

    menyebabkan asam lemak terlepas dari gliserol. Akumulasi pelepasan asam lemak

    bebas, terutama yang memiliki rantai karbon pendek (misalnya, asam butirat dan asam

    kaproat ) akan menyebabkan pembentukan bau tengik.

    Reaksi hidrolisis lemak dapat terjadi bila ada air dan pemanasan.

    Penggorengan bahan pangan yang mengandung air pada suhu tinggi misalnya dengan

    deep-fat-friying, dapat menyebabkan reaksi hidrolisis. Penggunaan suhu yang tinggi

    menghasilkan energi yang terlalu tinggi yang dapat memecah struktur lemak. Mula-

    mula lemak akan terhidrolisis membentuk gliserin dan asam lemak bebas kemudian

    akan terjadi reaksi lanjutan yang menyebabkan pemecahan molekul gliserin dan asam

    lemak bebas. Dengan dipicu proses pemanasan lemak (trigliserida) terhidrolisis

    membentuk asam lemak bebas dan gliserol. Pada suhu pemanasan yang terlalu tinggi,

    ikatan pada gliserin dapat pecah sehinnga menyebabkan lepasnya dua molekul air dan

    membentuk senyawa akrolein. Akrolein bersifat volatile dan membentuk asap yang

    dapat mengiritasi mata (Kusnandar, 2010).

    2.3.3. Bilangan Peroksida

    Bilangan peroksida adalah menyatakan terjadinya oksidasi dari minyak.

    Bilangan peroksida berguna untuk penentuan kualitas minyak setelah pengolahan dan

    penyimpanan. Pada pengolahan minyak dengan cepat dan tepat dari minyak yang

    berkualitas baik, bilangan peroksidanya hampir mendekati nol. Peroksida akan

    meningkat sampai pada tingkat tertentu selama penyimpanan sebelum penggunaan,

    yang jumlahnya tergantung pada waktu, suhu, dan kontaknya dengan cahaya dan

    udara.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    33/40

    Selama oksidasi, nilai peroksida meningkat secara lambat-laun, yang kemudian

    dengan cepat mencapai puncak. Tingginya bilangan peroksida menandakan oksidasi

    yang berkelanjutan, tetapi rendahnya bilangan peroksida bukan berarti bebas dari

    oksidasi. Pada suhu penggorengan, peroksida meningkat, tetapi menguap dan

    meningkatkan system penggorengan pada temperatur tinggi.

    Dalam jangka waktu yang cukup lama peroksida dapat mengakibatkan

    destruksi beberapa macam vitamin dalam bahan pangan berlemak. Peroksida

    mempercepat proses timbulnya bau tengik pada bahan pangan dan minyak goreng.

    Apabila jumlah peroksida pada bahan pangan dan minyak goreng tersebut melebihi

    standar mutu maka akaan beracun dan tidak dapat dikomsumsi seperti timbulnya

    gejala diare, kelambatan pertumbuhan, pembesaran organ, deposit lemak tidak normal,

    kontrol tidak sempurna pada pusat syaraf dan mempersingkat umur (Ketaren, 2005).

    2.3.4. Bilangan Iodin

    Bilangan iodin adalah suatu petunjuk dari jumlah ikatan rangkap di dalam

    minyak. Bilangan iodin adalah suatu istilah yang dipakai untuk menentukan derajat

    ketidakjenuhan. Tingginya bilangan iodin menandakan tingginya derajat

    ketidakjenuhan. Bilangan iodin juga sangat berguna sebagai pertanda dari bentuk

    minyak.

    Selama pengolahan minyak, dengan meningkatnya tingkat hidrogenasi,

    bilangan iodine akan menurun. Minyak yang digunakan untuk menggoreng, bilangan

    iodinnya cendrung menurun seiring lamanya waktu penggorengan. Dengan demikian

    perlu untuk mengetahui bilangan iodin dari minyak segar untuk menentukan angka

    perubahan selama penggorengan (Kusnandar, 2010).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    34/40

    2.3.5. Produksi asam lemak bebas oleh enzim

    Lemak hewan dan nabati yang masih berada dalam jaringan, biasanya

    mengandung enzim yang dapat menghidrolisa lemak. Semua enzim yang termasuk

    golongan lipase, mampu menghidrolisa lemak netral (trigliserida) sehingga

    menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol, namun enzim tersebut inaktif oleh

    panas. Indikasi dari aktifitas enzim lipase dalam organ yang mati dapat diketahui

    dengan mengukur kenaikan bilangan asam. Sebagai contoh, lemak daging ayam yang

    mengandung lipase menunjukkan kenaikan bilangan asam yang cepat, setelah hewan

    tersebut dipotong. Contoh lain adalah burung yang baru mati mengandung lemak

    dengan bilangan asam sekitar 0,2%. Namun setelah penyimpanan selama 24 jam pada

    suhu 0oC, bilangan asam akan naik menjadi 0,5%.

    Minyak nabati hasil ekstraksi dari biji-bijian atau buah yang disimpan dalam

    jangka panjang dan terhindar dari proses oksidasi, ternyata mengandung bilangan

    dalam jaringan dan enzim yang dihasilkan oleh kontaminasi mikroba (Ketaren, 2005).

    2.4. Pengaruh asam Lemak Bebas Terhadap Kesehatan

    Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh tingginya asam lemak bebas diantaranya

    sebagai berikut:

    2.4.1. Penyakit Jantung Koroner

    Penyakit jantung koroner (Coronory Heart Disease) bisa menjadi silent killer

    nomor satu bukan hanya di negara maju tetapi juga di kelompok masyarakat tertentu

    di negara yang sedang berkembang. Terdapat sejumlah faktor resiko yang

    diidentifikasi menyebabkan penyakit jantung koroner, seperti meningkatnya kadar

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    35/40

    lipida utamanya kolestrol darah, hypertensi, perokok berat, dan aktifitas fisik, faktor

    usia (Kusnandar, 2010 ).

    Terjadinya penyakit jantung koroner bisa dibagi dalam tiga tahapan yaitu :

    inisiasi, progresi, dan terminasi. Tahap inisiasi ditandai dengan terjadinya luka (injury)

    pada lapisan endothelium pada pembuluh darah. Pada tahap progresi, bagian yang luka

    tersebut menyebabkan terjadinya penimbunan kolestrol yang selanjutnya plaque

    menjadi besar dan bisa menyumbat aliran darah. Terjadinya penyumbatan tersebut

    memulai tahap terminasi yang ditandai dengan terjadinya thrombosis, kerusakan otot

    jantung, dan akhirnya kematian. Diduga bahwa produk dari oksidasi dan kolestrol

    lemak bisa mempercepat berlangsungnya ketiga tahapan tersebut. Salah satu faktor

    penyumbang terjadinya penyakit jantung koroner adalah arterisklerosis

    ( Raharjo, 2006 ).

    Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa terjadinya arterisklerosis adalah

    merupakan respon terjadinya luka pada lapisan endothelium pada pembuluh darah.

    Produk oksidasi lemak telah terbukti bisa menginduksi terjadinya luka pada pembuluh

    darah dalam waktu relative singkat. Oleh karena itu sangat dimungkinkan bahwa

    produk oksidasi lemak ataupun LDL (Low Density Lipoprotein) yang teroksidasi

    bersifat toksik bagi sel yang dapat menginisiasi terjadinya luka pada pembuluh darah (

    Raharjo, 2006 ).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    36/40

    2.4.2. Peningkatan Kadar Kolestrol Dalam Darah

    Kolesterol adalah suatu substansi seperti lilin yang berwarna putih, secara

    alami ditemukan di dalam tubuh. Kolesterol diproduksi di hati, fungsinya untuk

    membangun dinding sel dan membuat hormon-hormon tertentu, tubuh secara alami

    akan menghasilkan sendiri kolesterol yang diperlukan. Tetapi, karena produk hewani

    yang di konsumsi, menyebabkan terjadinya kelebihan kolesterol. Kadar kolesterol

    yang berlebihan di dalam darah merupakan penyebab utama dari penyakit

    jantung dan penyakit pembuluh darah. Kolesterol membentuk bekuan dan plak

    yang menyumbat arteri dan akhirnya memutuskan aliran darah ke jantung

    (menyebabkan serangan jantung) dan ke otak (menyebabkan stroke) (Nurcahyo,

    2011).

    Faktor makanan yang berpengaruh terhadap kolestrol darah adalah LDL (Low

    Density Lipoprotein), lemak total, lemak jenuh, dan energi total. Untuk menghindari

    timbulnya penyakit jantung koroner, kadar kolestrol darah dipertahankan kurang dari

    200 mg/dl. Untuk menghindari kadar kolestrol darah yang tinggi, dianjurkan

    mengganti lemak jenuh dengan makanan sumber lemak tidak jenuh, terutama lemak

    dengan ikatan ganda dan mengurangi makanan yang kaya kolestrol. Demikian juga

    diet dengan kalori yang terkontrol merupakan modifikasi program pencegahan

    penyakit jantung koroner, karena kalori yang berlebihan ternyata dapat meningkatkan

    kadar kolestrol( Kusnandar, 2010 ).

    Tingginya trigliserida dalam darah/hypertrigliserida merupakan salah satu

    faktor resiko penyakit jantung koroner. Komposisi karbohidrat dan obesitas

    merupakan faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan trigliserida dalam darah

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    37/40

    ( Kusnandar, 2010 ).

    2.4.3. Diabetes Melitus

    Ada beragam hormon yang terlibat dalam mengatur kadar gula darah, tetapi

    yang terpenting dan merupakan kuncinya adalah insulin. Faktor penyokong terjadinya

    diabetes melitus ada ahli yang berpandangan tingginya jumlah asam lemak bebas

    dalam darah akan memicu penumpukan lemak ektopik (diluar tempat penumpukan

    yang seharusnya yaitu sel lemak) seperti dalam otot dan hati yang mendasari

    terjadinya resistensi insulin dalam tubuh. Asam lemak secara langsung juga

    menyebabkan gangguan pada sistem penghantaran sinyal insulin yang menyebabkan

    sel-sel tubuh tertentu seperti pada otot, hati, dan sel lemak menurun kepekaannya

    atau responnya terhadap kerja insulin. Salah satu akibatnya adalah terhambatnya

    uptake (pengambilan) glukosa oleh sel-sel tubuh contohnya pada sel otot, padahal otot

    merupakan organ pengguna terbesar glukosa darah pada fase setelah makan. Proses

    metabolisme glukosa di otot dimulai dengan proses uptake glukosa darah. Proses

    uptake ini memerlukan suatu proses penghantaran glukosa melalui pintu masuk

    (transporter) di membran sel otot.

    Asam lemak bebas telah diketahui menganggu fungsi pintu masuk ini sehingga

    uptake glukosa terganggu. Jadi semakin banyak asam lemak bebas dalam tubuh akan

    mengurangi pengambilan glukosa dalam darah, atau secara gampang bisa dikatakan

    semakin gemuk seseorang, sel-sel tubuhnya semakin payah memakai glukosa dalam

    darah (Aminuddin, 2010).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    38/40

    2.4.4.Karsinogenik

    Karsinogenikadalah suatu bahan yang dapat mendorong/menyebabkan kanker.

    Hal ini bisa terjadi karena ketidakstabilan genomik atau gangguan pada proses

    metabolisme seluler. Kanker adalah penyakit dimana sel-sel rusak di dalam tubuh

    penderita tidak mengalami program kematian sel, dan tumbuh secara tidak terkontrol

    dengan metabolisme yang menyimpang. Karsinogen mungkin meningkatkan resiko

    terjadinya kanker dengan merubah metabolisme seluler atau merusak DNA langsung

    di dalam sel sehingga mengganggu proses biologis dan menginduksi pembelahan sel

    secara tidak terkontrol dan akhirnya menyebabkan terjadinya pembentukan tumor.

    Biasanya, sel yang mengalami perubahan DNA yang terlalu parah akan diarahkan

    untuk masuk pada program kematian sel, tetapi jika jalur program kematian sel ini

    rusak maka sel akan berubah menjadi sel kanker

    (Marsmellowblack, 2012).

    Menurut Dr. Aru (2005), gorengan yang sering dijumpai di tempat-tempat

    penjualan gorengan adalah makanan yang mampu memicu kanker karena dalam

    pembuatannya menggunakan minyak yang digunakan berkali-kali dan mengandung

    racun yang bisa merusak dinding usus besar, serta banyak zat-zat radikal bebas yang

    mampu memicu kanker. Selain itu minyak tersebut mampu memicu terbentuknya

    asam empedu di dalam usus yang dapat mengakibatkan iritasi usus. Akrilamida

    termasuk salah satu senyawa kimia berbahaya yang kini diduga memiliki potensi kuat

    sebagai mesin pemicu kanker. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kentang goreng

    mengandung senyawa akrilamida yang sangat tinggi, yakni 2.500 mikrogram pada

    suhu penggorengan 220oC. Jika setiap hari menyantap akrilamida yang berasal dari

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    39/40

    gorengan, lama kelamaan dalam tubuh kita akan terjadi penimbunan senyawa yang

    menimbulkan kanker.

    2.5. Cara Penggunaan dan Penyimpanan Minyak Goreng

    Kerusakan minyak tidak dapat dicegah, namun dapat diperlambat dengan

    memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu :

    1. Oksigen, semakin banyak oksigen semakin cepat teroksidasi

    2. Ikatan rangkap, semakin banyak asam lemak tidak jenuhnya emakin mudah

    teroksidasi

    3.

    Suhu, suhu penggorengan dan pemanasan yang tinggi akan mempercepat

    reaksi

    4. Cahaya serta ion logam tembaga (Cu2+

    ) dan besi (Fe2+

    ) yang merupakan faktor

    katalis proses oksidasi

    5. Antioksidan, semakin tinggi antioksidan ditambahkan semakin tahan terhadap

    oksidasi.

    Oleh karena itu, langkah yang tepat untuk penyimpanan yang baik pada

    minyak goreng adalah:

    a) Simpanlah minyak goreng pada tempat yang tertutup atau sejuk

    b) Hindarkan pengaruh udara yang terlalu lembab

    c) Hindarkan dari sinar matahari langsung

    d)

    Gunakan wadah dari gelas porselin atau plastik yang kering dan bersih

    e) Gunakan wadahyang kedap cahaya serta pisahkan penyimpanan minyak yang

    masihfreshdengan minyak jelantah itu sendiri.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/10/2019 Sifat Minyak Goreng

    40/40

    2.6. Kerangka Konsep Penelitian

    Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian

    Minyak goreng

    jenis curah

    berdasarkan

    waktu

    pemakaiannya

    yaitu :

    Sebelum

    menggoreng

    Setelah 3x

    menggoreng

    Setelah 6x

    menggoreng

    Kadar AsamLemak Bebas.

    Pemeriksaan

    Laboratorium

    Memenuhi

    Syarat

    Kesehatan

    (maximal 0,3%)

    SNI 3741-1955

    Tidak

    Memenuhi

    Syarat

    Kesehatan