Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

download Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

of 26

Transcript of Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    1/26

    UNIVERSITAS INDONESIA

    MINIMISASI LIMBAH PRODUKSI MINYAK GORENG DARI

    INDUSTRI KELAPA SAWIT

    Kelompok 5

    ANGGOTA KELOMPOK:

    KHANSA ZAHRANI (1206239724)

    NATHANIA DWI KARINA SIAGIAN (1206262166)

    NINDYA BESTARI (1206255122)

    RIZKA MARGI ASTUTY (1206212470)

    VIFKI LEONDO (1206238665)

    CHEMICAL ENGINEERING DEPARTMENT

    FACULTY OF ENGINEERING

    UNIVERSITY OF INDONESIA

    DEPOK 2015

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    2/26

    2

    UNIVERSITAS INDONESIA

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

    dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dari mata kuliah

    Pengelolaan Limbah Proses Hayati, yakni Minimisasi Limbah Produksi Minyak

    Goreng dari Industri Kelapa Sawit.

    Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Ir.

    Roekmijati W. Soemantojo M.Si selaku dosen mata kuliah Pengelolaan Limbah

    Proses Hayati yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan pembuatan

    makalah ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada teman-temanselaku rekan dalam kelas Pengelolaan Limbah Proses Hayati yang telah

    memberikan saran dan dukungan kepada penulis selama proses penyelesaian

    masalah ini.

    Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

    karena itu, penulis sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun agar

    ke depannya dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.

    Depok, September 2015

    Tim Penulis

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    3/26

    3

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

    BAB 1 ..................................................................................................................... 4

    1.1 Gambaran Umum Proses Produksi Minyak Goreng ........................................ 4

    1.2 Deskripsi Alat yang Digunakan ..................................................................... 10

    1.2.1 Refinery ........................................................................................................ 10

    1.2.3. Filling and Bottling ...................................................................................... 18

    1.3 Limbah Industri Minyak Goreng .................................................................... 20

    BAB 2 ................................................................................................................... 22

    2.1 Deskripsi Minimisasi Limbah ......................................................................... 22

    2.2 Minimisasi Limbah pada Industri Minyak Goreng ......................................... 22

    2.3 Metode Minimisasi Limbah yang Dipilih ....................................................... 23

    2.4 Segregasi Limbah ............................................................................................ 24

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    4/26

    4

    UNIVERSITAS INDONESIA

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1Gambaran Umum Proses Produksi Minyak Goreng

    Minyak termasuk dalam senyawa golongan lipid (netral). Minyak

    merupakan lemak yang berwujud cair pada suhu kamar (25). Minyak

    merupakan trigeliserida (triasil gliserol) dari gliserol dan berbagai asam lemak

    (Winarno, 1997). Minyak mengandung sejumlah kecil komponen selain

    trigliserida, yaitu lipid kompleks (lesithin, cephalin, fosfatida, dan glikolipid);

    sterol; asam lemak bebas; lilin; pigmen larutan minyak, seperti klorofil dan

    karotenoid; dan hidrokarbon seperti karbohidrat, protein, dan vitamin. Komponen-

    kompomen tersebut akan mempengaruhi sifat dan warna minyak (Buckle, dkk.,

    1987).

    Berdasarkan sumbernya, minyak diklasifikasikan menjadi minyak nabati

    dan minyak hewani. Minyak nabati merupakan minyak yang bersumber dari

    tumbuh-tumbuhan, seperti minyak jagung, minyak zaitun, minyak kedelai,

    minyak kacang tanah, minyak biji wijen, minyak kelapa, dan minyak kelapa

    sawit. Minyak hewani merupakan minyak yang bersumber dari hewan, seperti

    mentega, minyak sardin, lemak sapi, dan minyak babi (Winarno, 1999).

    Ketaren (1986) mengklasifikasikan minyak nabati menurut sifat fisiknya

    (sifat mengering dan sifat cair) menjadi 3 kelompok, yaitu:

    1) Minyak mengering (drying oil), yaitu minyak yang mempunyai sifat dapat

    mengering jika terkena oksidasi dan akan berubah menjadi lapisan tebal,

    bersifat kental, dan membentuk sejenis selaput jika dibiarkan pada udara

    terbuka. Contoh daari minyak jenis ini adalah minyak kedelai.

    2)

    Minyak setengah mengering (semi drying oil), yaitu minyak yang mempunyai

    daya mengering lebih lambat, contohnya minyak jagung dan minyak biji

    bunga matahari.

    3)

    Minyak tidak mengering (non drying oil), contohnya minyak kelapa, minyak

    sawit, minyak zaitun, dan minyak kacang tanah.

    Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih,

    dan penambah nilai kalori bahan pangan (Winarno, 1997). Minyak yang baik

    digunakan sebagai minyak goreng adalah minyak kelapa, kacang tanah, dan

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    5/26

    5

    UNIVERSITAS INDONESIA

    kelapa sawit. Minyak sawit memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan

    minyak nabati lainnya, yaitu harganya yang relatif murah, komponen yang

    terkandung di dalamnya lebih banyak dan beragam, dan memiliki kandungan

    kolestrol yang rendah. Minyak goreng dari sawit yang dalam bahasa industri

    disebut RBD Olein (Refined Bleached Deodorized Palm Olein) dibuat dari CPO

    sebagai bahan bakunya. Proses pengolahan minyak goreng ini menghasilkan hasil

    samping RBD Stearin (Refined Bleached Deodorized Stearin), dan PFAD (Palm

    Fatty Acids Destillation). RBD Stearin merupakan bahan baku untuk pembuatan

    margarin dan shortening, sedangkan PFAD dapat diolah lebih lanjut menjadi

    sabun,shortening, dan emulsifier.

    Gambar 1.1Minyak goreng kelapa sawit

    (Sumber:saniaroyale.com)

    Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak goreng sawit dimulai dari

    proses pengolahan tandan buah segar menjadi crude palm oil (CPO). Setelah

    kelapa sawit berubah menjadi CPO, maka proses selanjutnya adalah mengolah

    CPO menjadi minyak goreng sawit. Secara garis besar proses pengolahan CPO

    menjadi minyak goreng sawit, terdiri dari dua tahap yaitu tahap pemurnian(refinery) dan pemisahan (fractionation). Tahap pemurnian terdiri dari

    penghilangan gum (degumming), pemucatan (bleaching) dan penghilangan bau

    (deodorization). Tahap pemisahan terdiri dari proses pengkristalan

    (crystallization) dan pemisahan fraksi. Diagram alir proses dari proses produksi

    minyak goreng dapat dilihat pada gambar berikut.

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    6/26

    6

    UNIVERSITAS INDONESIA

    Gambar 1.2 Diagram alir proses produksi minyak goreng dari kelapa sawit.

    a. Tahap pemurnian

    1.

    Degumming

    Proses yang pertama dari produksi minyak goreng dari CPO adalah proses

    degumming atau proses penghilangan fospolipid ataugum. Pengertian degumming

    sendiri merupakan proses pemisahan getah atau lendir-lendir yang terdiri dari

    fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin tanpa mengurangi jumlah

    asam lemak bebas (FFA) dalam minyak. Sebelum masuk ke proses ini, CPO

    terlebih dahulu dialirkan ke dalam Plate Heat Exchanger (PHE) untuk dinaikan

    suhunya sampai ke suhu yang diinginkan. CPO yang suhunya masih rendah harus

    dipanaskan terlebih dahulu agar proses berlangsung stabil. Pada degumming

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    7/26

    7

    UNIVERSITAS INDONESIA

    dilakukan penambahan H3PO4 atau asam fosfat yang bertindak sebagai koagulan

    untuk mengikat gum agar dapat dihilangkan. H3PO4 akan bereaksi dengan

    fosfolipid dimana H3PO4 lah yang menjadi pereaksi pembatasnya dan

    menghasilkan residu fosfolipid. Residu fosfolipid ini akan dihilangkan pada

    proses selanjutnya. Getah-getah (gum) dalam minyak nabati perlu dihilangkan

    untuk menghindari perubahan warna dan rasa selama langkah refinery (refinery)

    berikutnya.

    2. Bleaching Earth

    Proses selanjutnya yaitu bleaching earth (BE) yaitu pemucatan/penghilangan

    warna. Proses ini bertujuan untuk mengubah warna CPO dari merah darah

    menjadi keemasan. Selain itu, pada proses ini terjadi adsorpsi komponen-

    komponen polar (komponen yang tidak dibutuhkan) seperti air, impurities,

    sebagian keton, aldehid, peroksida, klorofil, karoten, dan fospolipid. Komponen-

    komponen yang teradsorpsi tersebut harus dihilangkan dari minyak karena dapat

    memicu reaksi oksidasi yang dapat menyebabkan minyak menjadi tengik, berubah

    warna, dan kualitasnya turun. Penambahan BE bergantung pada kualitas minyak

    itu sendiri, jika minyak memiliki nilai Free Fatty Acid (FFA) tinggi maka

    penambahan BE hanya sedikit, jika nilai FFA-nya rendah maka penambahan BE

    cukup banyak. Limbah dari hasil bleaching ini disebut spent earth (blotong) yang

    dipisahkan menggunakan filter leaf. Limbah ini tergolong limbah B3 sehingga

    harus diolah lebih lanjut diluar pabrik. Hasil minyak yang keluar dari proses ini

    adalah minyak dengan warna keemasan.

    3. Filtrasi

    Pproses ini dilakukan untuk menyaring bleaching earth (BE) dari proses

    sebelumnya, sekaligus untuk menyaring residu dari proses degumming, baik ituresidu asam fosfat maupun fosfolipidnya. Filtrasi dilakukan berkali-kali untuk

    menghasilkan kualitas minyak yang sesuai keinginan. Hasil dari proses ini adalah

    Deggumed Bleached Palm Oil (DBPO). Terdapat beberapa proses yang terjadi

    selama filtrasi, yaitu:

    a. Vakum

    b. Filling, yaitu proses masuknya minyak kedalam niagara filter.

    c.

    Pemurnian

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    8/26

    8

    UNIVERSITAS INDONESIA

    d. Filtrasi

    e. Sirkulasi, hal ini terjadi jika posisi bleacher low level atau posisi tangki filtrat

    high level

    f.

    Proses pengosongan niagara filter. Proses ini akan meninggalkan kotoran pada

    filter.

    g.

    Drying yaitu pengeringan kotoran basah menjadi blotong kering yang

    menempel pada lempengan filter. Blotong ini akan dirontokan dan ditembakan

    keluar filter dengan menggunakan udara.

    4. Deodorization

    Selanjutnya DBPO masuk ke proses deodoration atau penghilangan bau.

    Dalam proses ini terjadi penghilangan zat-zat yang dapat menimbulkan bau

    seperti keton dan aldehid dengan pemanasan suhu tinggi pada sistem distilasi

    steam vakum tinggi. Karena produk yang dihasilkan dari proses ini memiliki suhu

    sangat tinggi maka produk terlebih dahulu dimasukan kedalam cooler dengan

    menggunakan air kemudian difilter kembali. Produk keluaran dari proses ini

    adalah Refined Bleached Palm Oil (RBDPO). Produk ini merupakan produk

    sementara yang sudah dapat digunakan, biasanya digunakan untuk industri

    makanan besar. Dari proses ini dihasilkan produk samping atau by productberupa

    PFAD atauPalm Fatty Acid Destilate.

    b. Fraksinasi

    Dalam proses fraksinasi terdapat dua proses yang dilakukan yaitu

    kristalisasi dan filtrasi. Fraksinasi merupakan proses untuk memisahkan fasa padat

    dan fasa cair dari RBDPO. Fasa padat berupa stearin yang nantinya akan

    dimanfaatkan untuk pembuatan margarin, sedangkan fasa cairnya merupakanolein yang biasa kita sebut minyak goreng. Prinsip kerja yang digunakan dalam

    kristalisasi adalah pembentukan kristal melalui pendinginan dan pengadukan

    sehingga fase stearin dan fase olein dapat terpisah. Proses pendinginan dilakukan

    menggunakan air dingin yang dialirkan kedalam pipa tangki kristalisasi. Pipa

    yang dialiri air inilah yang menghantarkan air suhu dingin sehingga minyak yang

    diaduk di dalamnya dapat turun suhunya. Pengadukan oleh agitator dalam tangki

    sendiri berfungsi untuk memaksimalkan heat transfer.

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    9/26

    9

    UNIVERSITAS INDONESIA

    Pada proses kristalisasi, pertama-tama RBDPO dalam tangki kristalitator

    dipanaskan sampai suhu tertentu yang berfungsi untuk mencairkan kristalkristal

    yang sudah terbentuk sebelumnya. Media panas yang digunakan adalah air yang

    dipanaskan dengan steam. Tahap selanjutnya adalah homogenization yaitu tahap

    mendiamkan beberapa saat RBDPO sambil terus diaduk. Hal ini bertujuan untuk

    menghomogenkan RBDPO yang sudah panas. Selain itu, hal ini juga berfungsi

    untuk mengatur waktu proses antara tangki kristalitator yang satu dengan yang

    lain sehingga tidak terjadi waktu filtrasi yang bersamaan. Pendinginan pada suhu

    tertentu kemudian dilakukan hingga terbentuknya kristal. Media pendinginan

    yang digunakan adalah air dingin yang berasal dari cooling tower. Proses ini

    berfungsi untuk mengurangi beban chiller agar air balikan yang masuk kembali ke

    chiller tidak terlalu panas. Penetapan suhu masuk air pendingin terjadi pada saat

    tahap homogenization. Pada tahap pendinginan, kecepatan putaran pengaduk

    diperlambat bersamaan dengan mulai terbentuknya butir-butir kristal putih yang

    semakin lama semakin besar. Tahap selanjutnya adalah crystal time yaitu waktu

    yang diperlukan untuk mempertahankan atau memperlambat penurunan suhu

    RBDPO kristal. Pada tahap ini diharapkan dengan waktu yang ditentukan

    diperoleh pembentukan kristal yang baik, homogen, kecil dan keras. Proses

    selanjutnya adalah pendinginan lanjutan dengan menggunakan air es yang

    berfungsi untuk memperkeras kristal-kristal yang telah terbentuk. Air es ini

    didapatkan dari chiller.

    Tahapan yang terakhir adalah filtrasi. Proses filtrasi ini dilakukan untuk

    memisahkan farksi padatan dengan cairan. Alat yang digunakan pada proses

    filtrasi di sini berbeda dengan filtrasi pada refinery, yaitu menggunakan filter

    press. Pada proses filtrasi RBDPO, kristal yang sudah terbentuk dalam tangkikristalisasi dialirkan ke filter press untuk pemisahan olein dan stearin. Proses yang

    pertama adalah loading yaitu pengisian dari kristalitator kedalam filter press,

    kemudian squeezing yaitu pengepresan. Pada proses ini olein didapatkan dari

    RBDPO cair yang lolos dari filter, sedangkan cake yang terdapat dalam filter

    merupakan stearin. Olein yang didapatkan kemudian ditransfer ke dalam tank

    untuk dikemas sedangkan stearin dilelehkan kembali untuk diproses lebih lanjut

    menjadi margarin.

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    10/26

    10

    UNIVERSITAS INDONESIA

    1.2Deskripsi Alat yang Digunakan

    1.2.1 Refinery

    Refinery adalah proses pengolahan CPO menjadi RBDPO (RefinedBleached Degummed Palm Oil). Secara umum terdapat 2 jenis refining

    (pemurnian) yaitu physical refinery dan chemical refinery. Physical refinery

    adalah proses refinery menggunakan alat (proses pemisahan fisik) sedangkan

    chemical refineryadalah proses refinery yang menggunakan bahan kimia. Tujuan

    utama dari pemurnian adalah mengambil TAG yaitu komponen utama untuk

    membuat minyak goreng dan menghilangkan kandungan selain TAG antara lain

    DAG, MAG, keton, aldehid, moisture, dan impurities. Proses refining sendiri

    merupakan proses yang continue. Secara umum proses yang terjadi di refiningada

    4 yaitu degumming, bleaching earth, filtrasi dan deodoration.

    a. Degumming

    Pertama CPO masuk ke proses degumming bertujuan untuk menghilangkan

    fospolipid ataugum. Pengertian degguming sendiri adalah proses pemisahan getah

    atau lendir-lendir yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan

    resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas (FFA) dalam minyak. Sebelum

    masuk ke proses ini, CPO terlebih dahulu dialirkan kedalam Plate Heat

    Exchanger(PHE) untuk dinaikan suhunya sampai ke suhu yang diinginkan. CPO

    yang suhunya masih rendah harus dipanaskan terlebih dahulu agar proses

    berlangsung stabil. Proses ini dilakukan dengan CPO dilewatkan pada RBDPO

    yang suhunya lebih tinggi dari pada CPO yang keluar dari High Temperature

    Economizer. Selanjutnya dilakukan penambahan H3PO4 atau asam fosfat yang

    bertindak sebagai koagulan untuk mengikatgumagar dapat dihilangkan. . Getah-getah (gum) dalam minyak nabati perlu dihilangkan untuk menghindari perubahan

    warna dan rasa selama langkah pemurnian berikutnya. H3PO4 akan bereaksi

    dengan fosfolipid dimana H3PO4 lah yang menjadi pereaksi pembatasnya dan

    menghasilkan residu fosfolipid. Residu fosfolipid ini akan dihilangkan pada

    proses selanjutnya. Penambahan asam fosfat dilakukan tergantung pada

    kandungan FFA atau asam lemak bebas pada CPO. Semakin tinggi kandungan

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    11/26

    11

    UNIVERSITAS INDONESIA

    FFA maka semakin banyak pula penambahan asam fosfatnya (Sumber :

    Puspasari, 2004)

    Gambar 1.3 Plate Heat Exchanger

    (Sumber :www.heatexchangerindonesia.com,2012)

    b. Bleaching

    Proses selanjutnya yaitu bleaching yaitu pemucatan/penghilangan warna dan bau

    dengan menggunakan senyawa bleaching earth (BE). Proses ini bertujuan untuk

    mengubah warna CPO dari merah darah menjadi keemasan. Selain itu diproses ini

    terjadi adsorpsi komponen-komponen polar (komponen yang tidak dibutuhkan)

    seperti air, impuritis, sebagian keton, aldehid, peroksida, klorofil, karoten, dan

    fospolipid. Kompenen-komponen yang teradsorpsi tersebut harus dihilangkan dari

    minyak karena dapat memicu reaksi oksidasi yang dapat menyebabkan minyak

    menjadi tengik, perubahan warna dan kualitas. Penambahan BE bergantung pada

    kualitas minyak itu sendiri, jika minyak memiliki nilai Free Fatty Acid (FFA)

    tinggi maka penambahan BE hanya sedikit, jika nilai FFA-nya rendah maka

    penambahan BE cukup banyak (Sumber : Puspasari, 2004). Limbah dari hasil

    bleaching ini disebut spent earth (blotong) yang dipisahkan menggunakan filter

    leaf. Limbah ini tergolong limbah B3 sehingga harus diolah lebih lanjut diluar

    pabrik. Hasil minyak yang keluar dari proses ini adalah minyak dengan warna

    keemasan.

    http://www.heatexchangerindonesia.com/http://www.heatexchangerindonesia.com/
  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    12/26

    12

    UNIVERSITAS INDONESIA

    Gambar 1.4Bleaching Earth

    (Sumber : www.indamart.com)

    c. Filtrasi

    Setelah itu minyak masuk ke proses filtrasi untuk menyaring bleaching earth (BE)

    dari proses sebelumnya, selain itu juga untuk menyaring residu dari proses

    degumming baik itu residu asam fosfat maupun fosfolipidnya. Filter, yang juga

    disebut dengan niagara, menggunakan jenis filter leaf yang ilustrasi gambarnya

    ada dibawah ini.

    Gambar 1.5LeafFilter

    (www.china-ogpe.com)

    Filtrasi dilakukan berkali-kali untuk menghasilkan kualitas minyak yang sesuai

    keinginan. Hasil dari proses ini adalah Deggumed Bleached Palm Oil (DBPO).

    Terdapat beberapa proses yang terjadi selama filtrasi yaitu :

    Vakum

    http://www.china-ogpe.com/http://www.china-ogpe.com/
  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    13/26

    13

    UNIVERSITAS INDONESIA

    Filling yaitu proses masuknya minyak kedalam niagara filter.

    Pemurnian

    Filtrasi

    Sirkulasi, hal ini terjadi jika posisi bleacher low level atau posisi tangki

    filtrat high level

    Proses pengosongan niagara filter. Proses ini akan meninggalkan kotoran

    pada filter.

    Drying yaitung pengeringan kotoran basah menjadi blotong kering yang

    menempel pada lempengan filter. Blotong ini akan dirontokan dan ditembakan

    keluar filter dengan menggunakan udara.

    d. Deodoration

    Selanjutnya DBPO masuk ke proses deodorationatau penghilangan bau. Dalam

    proses ini terjadi penghilangan zat-zat yang dapat menimbulkan bau seperti keton

    dan aldehid dengan pemanasan suhu tinggi pada sistem distilasi steam vakum

    tinggi. Karena produk yang dihasilkan dari proses ini memiliki suhu sangat tinggi

    maka produk terlebih dahulu dimasukan kedalam cooler dengan menggunakan air

    kemudian difilter kembali. Produk keluaran dari proses ini adalah Refined

    Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). Produk ini merupakan produk

    sementara yang sudah dapat digunakan, biasanya digunakan untuk industri

    makanan besar. Dari proses ini dihasilkan produk samping atau by productberupa

    PFAD atauPalm Fatty Acid Destilate. Berikut adalah ringkasan gambaran proses

    pada refinery.

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    14/26

    14

    UNIVERSITAS INDONESIA

    Gambar 1.6 Diagram Alir ProsesRefining

    (Sumber :http://ocw.usu.ac.id )

    1.2.2. Fraksinasi

    Fraksinasi merupakan proses untuk memisahkan fasa padat dan fasa cair

    dari RBDPO. Fasa padat berupa stearin yang nantinya akan dimanfaatkan untuk

    pembuatan margarine, sedangkan fasa cairnya merupakan olein yang biasa kita

    sebut minyak goreng. Proses dalam fraksinasi terdiri dari kristalisasi dan filtrasi.

    Prinsip kerja yang digunakan dalam kristalisasi adalah pembentukan kristal

    melalui pendinginan dan pengadukan sehingga fase stearin dan fase olein dapat

    terpisah. Proses pendinginannya sendiri menggunakan air dingin yang dialirkan ke

    dalam pipa tangki kristalisasi. Pipa yang dialiri air inilah yang menghantarkan

    suhu dingin, yaitu menyerap panas dari minyak dan pelepasan panas dari

    pembentukan kristal, sehingga minyak yang diaduk didalamnya dapat turun

    suhunya. Pengadukan oleh agitator dalam tangki sendiri berfungsi untuk

    mempercepat proses pendinginan dengan memaksimalkan heat transfer-nya.

    Selain itu pengadukan juga berfungsi agar pendinginan didalam tangki lebih

    cepat.

    RBDPO

    http://ocw.usu.ac.id/course/download/4140000062-teknologi-oleokimia/tkk-322_slide_minyak_dan_lemak2.pdfhttp://ocw.usu.ac.id/course/download/4140000062-teknologi-oleokimia/tkk-322_slide_minyak_dan_lemak2.pdf
  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    15/26

    15

    UNIVERSITAS INDONESIA

    Gambar 1.7 Crystallizer

    (Sumber:www.dhanupendekar.blogspot.com)

    Minyak yang akan diproses di plant fraksinasi merupakan RBDPO yang

    berasal dari tank yard yang dialiri ke fraksinasi. Apabila stok di tank yard habis

    maka RBDPO tersebut langsung diambil dari refinery plant. Proses pertama

    adalah preheating yang digunakan untuk menghomogenkan minyak yang akan

    diolah. Proses selanjutnya adalah masuknya RBDPO kedalam tangki kristalitator,

    tahap selanjutnya adalah pemanasan sampai suhu tertentu yang berfungsi untuk

    mencairkan kristalkristal yang sudah terbentuk sebelumnya. Media panas yang

    digunakan adalah air yang dipanaskan dengan steam. Tahap selanjutnya adalah

    delay before cooling yaitu tahap mendiamkan beberapa saat RBDPO sambil terus

    diaduk hal ini bertujuan untuk menghomogenkan RBDPO yang sudah panas atau

    biasa disebut homogenization. Selain itu juga berfungsi untuk mengatur waktu

    proses antara tangki kristalitator yang satu dengan yang lain sehingga tidak terjadi

    waktu filtrasi yang bersamaan.

    http://www.dhanupendekar.blogspot.com/http://www.dhanupendekar.blogspot.com/
  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    16/26

    16

    UNIVERSITAS INDONESIA

    Gambar 1.8 Chiller

    (Sumber : www.commercial.carrier.com)

    Tahap selanjutnya adalah pendinginan pada suhu tertentu sampai terbentuk

    kristal. Media pendinginan yang digunakan adalah air dingin yang berasal dari

    cooling tower. Penggunaan cooling tower pada sistem ini untuk menurunkan suhu

    sampai suhu tertentu sebelum berpindah ke chiller. Hal ini bertujuan untuk

    mengurangi beban chiller.

    Pada tahap ini terjadi perbedaan suhu antara air pendingin dengan minyak

    yang berfungsi untuk memperlambat penunurunan suhu dengan cara pengaturan

    debit air pendingin pada saat mulai terbentuk kristal. Penetapan suhu masuk air

    pendingin pada saat tahap cooling delay berlangsung. Pada tahap pendinginan

    kecepatan putaran pengaduk diperlambat bersamaan dengan mulai terbentuknya

    butir-butir kristal putih yang semakin lama semakin besar. Tahap selanjutnya

    adalah crystallization yaitu waktu yang diperlukan untuk mempertahankan atau

    memperlambat penurunan suhu RBDPO kristal. Pada tahap ini diharapkan dengan

    waktu yang ditentukan diperoleh pembentukan kristal yang baik, homogen, kecil

    dan keras. Proses selanjutnya adalah pendinginan lanjutan dengan menggunakan

    air es yang berfungsi untuk memperkeras kristal-kristal yang telah terbentuk. Air

    es ini didapatkan dari chiller. Sehingga pada tahap ini suhu minyak akan

    perlahan-lahan turun dan mencapai suhu akhir, yaitu suhu yang sesuai untuk

    filtrasi.

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    17/26

    17

    UNIVERSITAS INDONESIA

    Gambar 1.9 Alat Filter Prees

    (Sumber :www.globalinterinti.com)

    Tahap selanjutnya adalah filtrasi. Proses fitrasi disini berbeda dengan

    filtrasi pada refinery, yaitu menggunakan filter press. Pada proses filtrasi RBDPO

    kristal yang sudah terbentuk dalam tangki kristalisasi dialirkan ke filter press

    untuk pemisahan olein dan stearin. Proses yang pertama adalah loading yaitu

    pengisian dari kristalitator kedalam filter press kemudian squeezing yaitu

    pengepresan. Pada proses ini olein didapatkan dari RBDPO kristal yang lolos dari

    filter atau yang biasa disebut dengan fraksi cair, sedangkan cake yang terdapatdalam filter merupakan stearin. Olein yang didapatkan kemudian ditransfer

    kedalam tank untuk dikemas sedangkan stearin dilelehkan kembali untuk diproses

    lebih lanjut menjadi margarin. Berikut merupakan diagram alir fraksinasi.

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    18/26

    18

    UNIVERSITAS INDONESIA

    Gambar 1.10 Diagram Alir ProsesRefiningdan Fraksinasi

    (Sumber :http://ocw.usu.ac.id )

    1.2.3. Filling and Bottling

    Bagian ini bertugas untuk mengemas RBD Olein dari proses fraksinasi.

    Pertama-tama olein dari tank yard khusus fraksinasi dialirkan ke tank di area

    fillinguntuk ditampung. Kemudian olein dialirkan ke mesin-mesin fillinguntuk

    dimasukan kedalam kemasan. Mesin-mesin filling ada berbagai jenis tergantung

    jenis minyak apa yang mau diproduksi hari itu.Terdapat mesin filling untuk

    kemasanpouchbesar dan kecil, kemasan botol besar dan kecil, kemasan tinning.

    Tiga kemasan ini biasa disebut kemasan customer pack. Sedangkan kemasan

    jerrycan dan kemasan back in box biasa disebut kemasan semi customer pack.

    Selanjutnya dari mesin filling minyak diisikan kedalam kemasan-kemasan

    tersebut.

    Pengaturan mesin harus di setting ulang jika jenis kemasan yang akan

    digunakan berubah ukuran misalnya dari kemasanpouchbesar ke kemasan pouch

    http://ocw.usu.ac.id/course/download/4140000062-teknologi-oleokimia/tkk-322_slide_minyak_dan_lemak2.pdfhttp://ocw.usu.ac.id/course/download/4140000062-teknologi-oleokimia/tkk-322_slide_minyak_dan_lemak2.pdf
  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    19/26

    19

    UNIVERSITAS INDONESIA

    kecil. Mesin-mesin packaging tersebut diletakan sedemikian rupa sehingga

    menjadi 1 garis produksi dari mulai kemasan masuk, kemasan dibersihkan

    (dengan angin), kemasan berjejer, kemasan diisi oleh minyak sampai kemasan

    tersebut disegel dan masuk karton dus untuk di transfer ke gudang penyimpanan.

    Hal ini sengaja dibuat untuk menjaga efisiensi produksi.

    Untuk jumlah mesin yang digunakan terdapat 6 mesin kemasan pouch, 1

    mesin kemasanjerrycan5 liter, 1 mesin kemasan botol, 1 mesin kemasan tinning,

    1 mesin kemasan back in box, 1 mesin label dan 1 mesin print coding manual.

    Mesin label dan mesin print coding manual digunakan untuk mencetak tanggal

    produksi dan tanggal kadaluarsa pada label yang akan ditempel dikemasan.

    Gambar 1.11 Mesin Pengisi Minyak Kemasan Botol

    (Sumber : www.sharpmachinery.com)

    Ukuran pada setiap jenis kemasanpun beragam. Kemasan pouch dan botol

    memiliki ukuran 250ml, 625ml, 1 liter dan 2 liter. Kemasan jerrycan memiliki

    ukuran 5 liter dan 18 liter. Kemasan kaleng memiliki ukuran 18 liter.

    Berbeda dengan divisi yang lain, khusus divisi filling dan bottling para

    pekerjanya wajib memakai masker muka dan hair netuntuk menjaga agar produk

    tidak terkena kontaminasi saat proses filling terjadi. Para pekerja juga dilarang

    membawa handphone selama diruang produksi. Selain itu suhu diruangfilling dan

    bottling ini disesuaikan dengan suhu supermarket, untuk mencegah peristiwa

    minyak tidur, yaitu terbentuknya stearin dibawah minyak yang disebabkan oleh

    suhu yang dingin.

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    20/26

    20

    UNIVERSITAS INDONESIA

    1.3 Limbah Industri Minyak Goreng

    Produksi minyak goreng pada umumnya menggunakan bahan baku kelapa sawit,

    sehingga dapat dikatakan industri minyak goreng diproduksi dari pabrik kelapa

    sawit. Selain menghasilkan produk utama (main product), pabrik kelapa sawit

    juga menghasilkan produk samping (by product) baik berupa limbah padat,

    limbah cair, dan polutan ke udara (khusus pada pabrik sawit yang menggunakan

    incenerator) (Loekito, 2002).

    a. Limbah cair

    Limbah cair pada pabrik kelapa sawit yang menghasilkan mentega atau minyak

    goreng merupakan limbah terbesar pada proses pengolahan minyak sawit yaitu

    sebesar 600 kg per ton tandan buah segar (TBS) yang diolah. Limbah cari berasal

    dari proses perebusan, refinery, fraksinasi, stasiun klarifikasi, dan proses

    hidroksiklon. Terdapat literatur yang menyebutkan bahwa pada umumnya, limbah

    cair pabrik kelapa sawit mengandung kadar Biological Oxygen Demand (BOD)

    sebesar 25.000 ppm. Selain itu, terdapat produk samping berupa gliserol yang

    dihasilkan dari pengolahan minyak sawit mentah yang berupa trigliserida menjadibiodiesel yang berbentuk metil ester.

    b. Limbah padat

    Limbah padat pada pabrik kelapa sawit berupa tandan kosong kelapa sawit

    (TKKS), cangkang (tempurung), batang pohon, dan serat TKKS.

    Terdapat baku mutu limbah cair industri minyak kelapa sawit yang digunakan

    sebagai ambang batas aman limbah tersebut untuk dibuang ke lingkungan. Tabel

    berikut menunjukkan baku mutu limbah cair kegiatan industri minyak kelapa

    sawit berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep-

    51/MenLH/10/1995 BAPEDAL 1999.

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    21/26

    21

    UNIVERSITAS INDONESIA

    Tabel 1. Baku mutu limbah cair industri kelapa sawit

    No. Parameter Uji Satuan Nilai1. pH - 6-9

    2. BOD mg/L 250

    3. COD mg/L 500

    4. TSS mg/L 300

    5. Minyak dan lemak mg/L 30

    6. NH3-N mg/L 20

    7. N- total mg/L 45(Sumber:PKKP Kemenperin, 2015)

    Kandungan bahan organik yang terdapat pada limbah produksi minyak kelapa

    sawit berasal dari sisa minyak produksi yang ikut terbuang ke dalam limbah. Jika

    minyak hasil produksi yang ikut terbuang semakin banyak maka akan

    meningkatkan potensi pencemaran lingkungan serta akan menurunkan hasil

    produksi minyak sawit atau rendemen.

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    22/26

    22

    UNIVERSITAS INDONESIA

    BAB 2

    MINIMISASI LIMBAH

    2.1 Deskripsi Minimisasi Limbah

    Minimisasi limbah/sampah adalah upaya untuk mengurangi volume,

    konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses

    produksi dengan reduksi dari sumber dan/atau pemanfaatan limbah. (BAPEDAL,

    1995).

    Secara praktik, minimisasi limbah merupakan salah satu bagian dari upaya

    untuk pengelolaan limbah melalui peningkatan efisiensi produksi. Pertimbangan

    yang harus dilakukan sebelum meminimisasi limbah diantaranya adalah

    a. Informasi mengenai jenis material yang dapat di-reduksi dan atau

    dimanfaatkan kembali

    b. Volume limbah yang dihasilkan

    c. Analisis biaya minimisasi limbah

    d. Prioritas berdasarkan peraturan yang berlaku

    e. Identifikasi peluang minimisasi limbah baik reduksi limbah pada

    sumbernya, penggunaan kembali, ataupun daur ulang.

    2.2 Minimisasi Limbah pada Industri Minyak Goreng

    Berdasarkan jenis limbah pada industri minyak goreng, upaya yang dapat

    dilakukan adalah sebagai berikut:

    Pemanfaatan POME sebagai bahan baku untuk produksi biogas (Proses

    hulu untuk mendapatkan CPO)

    Pemanfaatan Empty Fruit Branch sebagai bahan bakar boiler (Proses hulu

    untuk mendapatkan CPO)

    Pemisahan aliran kondensat sterilizer dengan limbah pengolahan minyak

    (Sterilisation)

    Pengambilan kembali panas limbah dari deodorization dengan

    menggunakan gas inert

    Recycle residu asam lemak dari proses fraksinasi dan distilasi (unit

    deodorisasi)

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    23/26

    23

    UNIVERSITAS INDONESIA

    Mengambil kembali minyak yang terdapat pada Spent Bleaching Earth

    pada proses perlakuan awal CPO menggunakan heksana sebagai pelarut.

    Pemakaian ulang limbah tanah liat (Spent Bleaching Earth) dalam proses

    bleachingCPO

    Recycle katalis nikel yang digunakan dalam proses hidrogenasi (jika

    pabrik memiliki unit untuk produksi margarin)

    Memanfaatkan limbah Spent Bleaching Earth sebagai tambahan pada

    pakan ternak.

    2.3 Metode Minimisasi Limbah yang Dipilih

    Metode yang dilakukan dalam minimisasi limbah adalah pemakaian ulang limbahtanah liat (spent bleaching earth) dalam proses bleaching CPO. Penjernihan

    minyak goreng secara adsorpsi dilakukan pada skala industri menggunakan

    kalsium lempung montmorillonit atau tanah liat (bleaching earth) yang

    ditambahkan asam untuk menghapus berbagai pengotor yang tidak diinginkan

    yang memberikan dampak warna, bau dan rasa ke produk olahan. Ini termasuk

    klorofil, -karoten (dan turunannya), asam lemak, fosfatida dan sisa logam

    (Norris, 1982). Karbon aktif juga secara berkala digunakan dalam campuran

    dengan fresh bleaching earth untuk menghilangkan hidrokarbon polisiklik

    aromatik dari minyak nabati (Norris, 1982; Larsson et al, 1987). Kontaminan ini,

    beberapa di antaranya diduga bersifat karsinogen terhadap manusia. Biasanya

    terdapat dalam minyak mentah dalam jumlah yang cukup untuk menjadi perhatian

    industri pengolah minyak goreng.

    SBE merupakan limbah padat dari limbah industri minyak goreng, biasanya

    mengandung sampai 30% residu minyak yang dengan cepat dapat teroksidasisehingga dapat menyebabkan pembakaran langsung karena reaksi auto-oksidasi

    katalis tanah liat. Selama bertahun-tahun, metode konvensional diterapkan untuk

    pembuangan limbah SBE secara langsung ke lahan pembuangan limbah.

    Perubahan peraturan terbaru dalam peraturan lingkungan dan kekhawatiran

    mengenai pembuangan katalis yang aman menyebabkan pembatasan pada

    pembuangan SBE (McDermott et al., 1989). Sebuah evaluasi ulang opsi

    pengelolaan limbah SBE diperlukan.

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    24/26

    24

    UNIVERSITAS INDONESIA

    Penggunaan kembali SBE dan rekoveri sisa minyak menjadi fokus

    penelitian dalam industri minyak nabati. Regenerasi tanah liat dilakukan

    menggunakan uap (Penninger, 1979), alkali, ekstraksi pelarut, oksidasi basah

    minyak yang teradsorpsi (Kalam & Joshi , 1988) dan dengan metode perlakuan

    panas. Saat ini, ekstraksi minyak dari permukaan tanah liat dilakukan

    menggunakan karbon pelarut heksana. Pilihan pembuangan alternatif untuk SBE

    telah mencantumkan pengolahan biologis oleh landfarming, penggunaannya

    diusulkan sebagai pakan ternak (Blair et al, 1986).

    Metode minimisasi limbah SBE yang akan diterapkan adalah

    menggunakannya kembali sebaga adsorbent dalam proses bleaching. Biasanya

    metode ini diikuti dengan ekstraksi kembali sisa CPO yang terdapat pada SBE

    menggunakan pelarut heksana dengan perbandingan 1:3. Pengambilan kembali

    minyak ini dapat menghemat biaya produksi yang cukup signifikan.

    Setelah proses ekstraksi sisa CPO, SBE yang masih mengandung CPO tidak

    terekstrak dipirolisis dengan bantuan montmorillonit tanpa aktivasi bahan kimia.

    SBE yang didapatkan pada awalnya merupakan campuran tanah liat dan karbon

    yang diaktivasi dengan seng klorida.

    2.4 Segregasi Limbah

    Segregasi aliran limbah adalah memisahkan berbagai jenis aliran limbah

    menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaannya, sehingga dapat

    mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi pengolahan limbah.

    Segregasi limbah juga dapat diartikan sebagai pembagian aliran limbah agar

    nantinya proses pengolahan limbah dapat berlangsung sefektif mungkin baik

    dalam teknologi ataupun ekonomi. Segregasi limbah merupakan salah satu

    tahapan dari rangkaian kegiatan pengolahan limbah terintegrasi, dimana kegiatan

    pengolahan limbah terintegrasi terdiri dari proses pengurangan (minimization),

    segregasi (segregation), dan penanganan (handling) untuk mendapatkan hasil

    yang optimal. Rangkaian proses pengolahan limbah yang terintegrasi ini dapat

    menekan besarnya biaya dan menghasilkan output air limbah yang lebih sedikit

    serta minim tingkat pencemarannya. Integrasi ini kemudian dibuat menjadi

    berbagai konsep seperti produksi bersih (cleaner production) dan minimisasi

    limbah (waste minimization).

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    25/26

    25

    UNIVERSITAS INDONESIA

    Pada industri minyak goreng di pabrik kelapa sawit, usulan segregasi limbah yang

    dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.

    Pada proses refinery, aliran limbah yang bersifat B3 dan tidak sudah mulaidipisahkan. Limbah yang bersifat B3 seperti blotong dan bleacing earth

    yang sudah tidak dapat digunakan lagi nantinya harus diolah di luar pabrik

    (di PPLI), sedangkan yang tidak bersifat B3 seperti fosfolipid dan air

    dialirkan menuju instalasi pengolahan air limbah.

    Pada proses fraksinasi, air yang dialirkan balik ke chiller pada tahap

    pembentukan kristal dipisahkan dengan aliran air yang membawa kotoran

    yang langsung dialirkan menuju proses pengolahan air limbah.

  • 7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed

    26/26

    26

    DAFTAR PUSTAKA

    Subronto. 2015. Penggunaan Aneka Ragam Produk Kelapa Sawit untuk

    Meningkatkan Nilai Tambah Industri Kelapa Sawit (Bagian Pertama).

    [online] Terdapat di http://sawitindonesia.com/inovasi/penggunaan-aneka-

    ragam-produk-kelapa-sawit-untuk-meningkatkan-nilai-tambah-industri-

    kelapa-sawit-bagian-pertama [diakses pada 28 September 2015].

    Ikawati, Yuni. 2011. Emas Hijau dari Limbah. [online] Terdapat di

    http://www.pelangi.or.id/news-348-emas-hijau-dari-limbah.html [diakses

    pada 28 September 2015].

    Purwanto, Djoko., Yanuarianto., Crisnaningtyas, Farida., Rachmadi, Andi

    Taruna., Amaliyah, Desi Mustika. 2015. Teknologi Pengolahan Limbah

    Cair Industri Kelapa Sawit dengan Reaktor Hybrid Anaerobik. PKKP

    Kementrian Perindustrian.

    Anonim. 2013. Cara Pengolahan Air Limbah Industri. [online] Terdapat di

    http://nanosmartfilter.com/cara-pengolahan-air-limbah-industri/ [diakses

    pada 29 September 2015].

    http://sawitindonesia.com/inovasi/penggunaan-aneka-ragam-produk-kelapa-sawit-untuk-meningkatkan-nilai-tambah-industri-kelapa-sawit-bagian-pertamahttp://sawitindonesia.com/inovasi/penggunaan-aneka-ragam-produk-kelapa-sawit-untuk-meningkatkan-nilai-tambah-industri-kelapa-sawit-bagian-pertamahttp://sawitindonesia.com/inovasi/penggunaan-aneka-ragam-produk-kelapa-sawit-untuk-meningkatkan-nilai-tambah-industri-kelapa-sawit-bagian-pertamahttp://www.pelangi.or.id/news-348-emas-hijau-dari-limbah.htmlhttp://www.pelangi.or.id/news-348-emas-hijau-dari-limbah.htmlhttp://sawitindonesia.com/inovasi/penggunaan-aneka-ragam-produk-kelapa-sawit-untuk-meningkatkan-nilai-tambah-industri-kelapa-sawit-bagian-pertamahttp://sawitindonesia.com/inovasi/penggunaan-aneka-ragam-produk-kelapa-sawit-untuk-meningkatkan-nilai-tambah-industri-kelapa-sawit-bagian-pertamahttp://sawitindonesia.com/inovasi/penggunaan-aneka-ragam-produk-kelapa-sawit-untuk-meningkatkan-nilai-tambah-industri-kelapa-sawit-bagian-pertama