BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian...

25
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu Bab ini berisi landasan teori yang menjadi dasar dan berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu definisi motivasi, definisi kemampuan komunikasi, definisi kepribadian dan definisi auditing. Juga dibahas penelitian terdahulu yang merupakan penelitian yang menjadi dasar pengembangan bagi penulisan ini, sehingga dapat disusun kerangka pemikiran penelitian ini dan hipotesis. 2.1.1 Motivasi 2.1.1.1 Pengertian Motivasi Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya (Pintrich, 2003). Pengertian motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan dan mempertahankan kehidupan (Samsudin, 2005).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian...

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

Bab ini berisi landasan teori yang menjadi dasar dan berhubungan dengan

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu definisi motivasi,

definisi kemampuan komunikasi, definisi kepribadian dan definisi auditing. Juga

dibahas penelitian terdahulu yang merupakan penelitian yang menjadi dasar

pengembangan bagi penulisan ini, sehingga dapat disusun kerangka pemikiran

penelitian ini dan hipotesis.

2.1.1 Motivasi

2.1.1.1 Pengertian Motivasi

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan

sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam

menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan

untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas

perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang

sesungguhnya (Pintrich, 2003). Pengertian motivasi sebagai proses mempengaruhi

atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka

mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan

sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk

memuaskan dan mempertahankan kehidupan (Samsudin, 2005).

10

Menurut Sardiman, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan

kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku

yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Sardiman, 2007).

2.1.1.2 Aspek-Aspek Motivasi

Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh

Sardiman (2007), yaitu:

a. Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu

yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering

dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman.

b. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi

sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Terdapat dua jenis motivasi

intrinsik, yaitu:

1. Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan personal.

Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan

sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau

imbalan eksternal. Minat intrinsik mahasiswa akan meningkat jika

mereka mempunyai pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung

jawab personal atas pembelajaran mereka.

2. Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman

optimal kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan

berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat

dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga

tidak terlalu mudah.

11

2.1.1.3 Teori Motivasi

Menurut Siagian (2004), teori motivasi belajar dapat dikembangkan

menjadi tiga teori turunan, yaitu:

1. Teori Kebutuhan sebagai Hierarki

Keseluruhan teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow berintikan pendapat

yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia dapat diklasifikasikan pada lima

hierarki kebutuhan, yaitu:

a. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk menunjang kehidupan

manusia seperti makanan, air, pakaian, dan tempat tinggal. Menurut

Maslow, jika kebutuhan fisiologis belum terpenuhi, maka kebutuhan lain

tidak akan memotivasi manusia.

b. Kebutuhan akan keamanan, yaitu kebutuhan untuk terbebas dari bahaya

fisik dan rasa takut kehilangan.

c. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk bergaul dengan orang lain dan

untuk diterima sebagai bagian dari yang lain.

d. Kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan untuk dihargai orang lain.

Kebutuhan ini akan menghasilkan kepuasan seperti kuasa, prestis, status,

dan kebanggaan akan diri sendiri.

e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk

mengaktualisasikan semua kemampuan dan potensi yang dimiliki hingga

menjadi orang seperti yang dicita-citakan.

12

2. Teori Motivasi-Higiene

Teori Motivasi-Higiene dikembangkan oleh Frederick Herzberg yang

menyebutkan tiga kebutuhan terendah dalam hirarki kebutuhan Maslow yaitu

kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, dan kebutuhan sosial sebagai faktor

ketidakpuasan (dissatisfaction), artinya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut

hanya akan menghindarkan seseorang dari ketidakpuasan namun tidak

menghasilkan kepuasan. Sementara dua kebutuhan lainnya, yaitu kebutuhan akan

penghargan dan aktualisasi diri disebut sebagai faktor kepuasan (satisfaction)

yang akan menghasilkan perasaan puas atau tidak puas jadi bukan ketidakpuasan.

Faktor yang pertama selanjutnya disebut sebagai faktor pemeliharaan (hygiene

factors) sedangkan yang kedua disebut faktor motivasi (motivational factors).

Dari sudut pandang lain, faktor pemeliharaan dapat juga disebut sebagai faktor

intrinsik, yaitu faktor dalam diri manusia berupa sikap, kepribadian, pendidikan,

pengalaman, pengetahuan, dan cita-cita. Sedangkan faktor motivasi dapat disebut

faktor ekstrinsik, yaitu faktor dari luar diri manusia berupa kepemimpinan,

dorongan atau bimbingan, dan kondisi lingkungan.

3. Teori Tiga Kebutuhan

Teori ini dikemukakan oleh David Mc Cleland yang berpendapat bahwa

pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam apabila disadari setiap

orang yang mempunyai tiga jenis kebutuhan.

Tiga jenis kebutuhan yang dimaksud yaitu:

13

a. Kebutuhan berprestasi, yaitu kebutuhan untuk mendapat prestasi dari

setiap hal yang dikerjakan. Contoh menang dalam perlombaan atau lulus

kuliah dengan IPK lebih dari 3,50.

b. Kebutuhan afiliasi, yaitu kebutuhan untuk bersahabat atau berinteraksi

dengan orang lain.

c. Kebutuhan memperoleh kekuasaan yaitu kebutuhan yang ada pada suatu

persaingan dan menginginkan dirinya mempunyai pengaruh yang besar

terhadap orang lain.

Menurut David Mc Cleland dikutip dari Ischayati (2011) :

Motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah dipelajari dengan

ditandai suatu perubahan pada situasi afektif. Sumber utama munculnya motif

adalah dari rangsangan perbedaan situasi sekarang dengan situasi yang

diharapkan, sehingga tanda perubahan tersebut tampak adanya perbedaan afektif

saat munculnya motif dan saat usaha pencapaian yang diharapkan.

Dari teori yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa pemahaman

mahasiswa terhadap pemeriksaan akuntansi akan termotivasi untuk memahami

apabila mahasiswa tersebut memiliki dorongan dan kekuatan dalam dirinya, yang

tercipta dari lingkungan belajarnya, baik di perguruan tinggi maupun di tempat

tinggal untuk melakukan tujuan tertentu untuk memenuhi kebutuhannya (tujuan).

2.1.2 Kemampuan Komunikasi

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi

Dalam Buku Pengantar Ilmu Komunikasi (Cangara, 2006), kata

“komunikasi” berasal dari bahasa Latin, communis, yang berarti membuat

14

kebersamaan atau membangun kebersamaan atau antara dua orang atau lebih.

Akar katanya communis adalah communico, yang artinya berbagi (Stuart, 1983).

Menurut William C. Himstreet dan Wayne Murlin Baty dalam Business

Communications: Prinsiples and ,Methods, komunikasi adalah suatu proses

pertukaran informasi antarindividu melalui suatu sistem yang biasa (lazim) baik

dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan. “Dengan

kata lain, komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya

dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Pada definisi ini

mereka menganggap komunikasi sebagai suatu proses, bukan sebagai suatu hal”.

(Purwanto, 2002)

2.1.2.2 Unsur Komunikasi

a. Komunikator

Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khlayak atau

komunikan. Karena itu komunikator bisa disebut pengirim, sumber, source,

encoder. Sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komunikator

memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam mengendalikan

jalannya komunikasi.

b. Pesan

Dalam Buku Pengantar Ilmu Komunikasi, pesan yang dimaksud dalam proses

komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima.

Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau media komunikasi.

Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau

propaganda.

15

c. Media

Dalam Buku Pengantar Ilmu Komunikasi (Cangara, 2006 ), media adalah alat

atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator

kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam

komunikasi antarmanusia, maka media yang paling dominasi dalam

berkomunikasi adalah pancaindera manusia seperti mata dan telinga.

d. Komunikan

Komunikan atau penerima pesan adalah yang menganalisis dan

menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya.

e. Efek

Efek komunikasi diartikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan

komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat tiga tataran pengaruh dalam

diri komunikasn, yaitu kognitif (seseorang menjadi tahu tentang sesuatu),

afektif (sikap seseorang terbentuk, misalnya setuju atau tidak setuju terhadap

sesuatu), dan konatif (tingkah laku, yang membuat seseorang bertindak

melakukan sesuatu).

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi

a. Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyarakan

bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, untuk

kelansungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan

dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan

memupuk hubungan dengan orang lain.

16

1. Pembentukan konsep diri

Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita peroleh lewat

informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Konsep diri yang paling

dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga, dan orang – orang dekat lainnya

dekat sekitar kita, termasuk kerabat, mereka itulah yang disebut dengan

significan others.

2. Pernyataan eksistensi diri

Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang

disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri.

3. Untuk keberlangsunga hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh

kebahagiaan

Komunikasi, dalam konteks apapun, adalah bentuk dasar adaptasi terhadap

lingkungan. Melalui komunikasi pula kita dapat memenuhi kebutuhan

emosional kita dan meningkatkan kesehatan mental kita. Komunikasi

sosial mengisyaratkan bahwa komunikasi dilakukan untuk pemenuhan

diri, untuk merasa terhibur, nyaman dan tentram dengan diri sendiri dan

juga orang lain.

b. Komunikasi Ekspresif

Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang

dapat dilakuakan baik sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi

ekspresif tidak bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan

sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan

perasaan-perasaan (emosi) kita.

17

c. Komunikasi Ritual

Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang

biasanya dilakukan secara kolektif.

d. Komunikasi Instrumental

Komunikasi istrumental mempunyai tujuan umum membujuk (bersifat

persuasif). Komunikasi yang bersifat memberitahukan atau menerangkan (to

inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara

menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang

disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui.

2.1.2.4 Proses Komunikasi

Sebagai suatu proses, komunikasi mempunyai persamaan dengan

bagaimana seseorang mengekspresikan perasaan, hal – hal yang berlawanan

(kontradiktif), yang sama (selaras, serasi), serta melewati proses menulis,

mendengar, dan mempertukarkan informasi.

Menurut Effendy (1989), proses komunikasi adalah berlangsungnya

penyampaian ide, informasi, opini, kepercayaan, perasaan dan sebagainya oleh

komunikator kepada komunikan dengan menggunakan lambang, misalnya bahasa,

gambar, warna, dan sebagainya yang mempunyai syarat.

Menurut Purwanto (2002), proses komunikasi (communication process)

terdiri atas enam tahap, yaitu :

1. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan

Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, maka pengirim pesan

harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak

18

lain atau audience. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terbentang

luas dihadapan kita. Dunia ini penuh dengan berbagai macam informasi, baik

yang dapat dilihat, didengar, dicium, maupun diraba. Ide – ide yang ada dalm

benak kita disaring dan disusun ke dalam suatu memori yang ada dalam

jaringan otak, yang merupakan gambaran persepsi kita terhadap kenyataan

2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan

Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau

dimengerti dengan sempurna. Proses komunikasi dimulai dengan adanya ide

dalam pikiran, yang kemudian diubah ke dalam bentuk pesan – pesan seperti

dalam bentuk kata – kata, ekspresi wajah, dan sejenisnya, untuk kemudian

dipindahkan kepada orang lain.

3. Pengirim menyampaikan pesan

Setelah mengubah ide – ide ke dalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah

memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang ada

kepada si penerima pesan.

4. Penerima menerima pesan

Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi, bila pengirim

mengirimkan suatu pesan dan penerima pesan tersebut. Pesan yang diterima

adakalanya sempurna, namun tidak jarang hanya sebagian kecil saja.

5. Penerima menafsirkan pesan

Setelah penerima menerima suatu pesan, tahap berikutnya ialah bagaimana ia

dapat menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus

mudah dimengerti dan tersimpan di dalam benak pikiran si penerima pesan.

19

Selanjutnya, suatu pesan baru dapat ditafsirkan secara benar bila penerima

pesan telah memahami isi pesan sebagaiman yang dimaksud oleh pengirim

pesan.

6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim.

Umpan balik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai

komunikasi. Ia merupakan tanggapan penerima pesan yang memungkinkan

pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Setelah menerima pesan,

penerima akan member tanggapan dengan cara tertentu dan member sinyal

terhadap pengirim pesan.

2.1.3 Kepribadian

2.1.3.1 Pengertian Kepribadian

Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir, merasakan

dan berperilaku yang relatif stabil dan dapat diperkirakan (Dorland, 2002).

Kepribadian juga merupakan jumlah total kecenderungan bawaan atau herediter

dengan berbagai pengaruh dari lingkungan serta pendidikan, yang membentuk

kondisi kejiwaan seseorang dan mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan

(Weller, 2005). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

kepribadian meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat

diperkirakan pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan

menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu

merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu. Sedangkan

indikator kepribadian meliputi tanggung jawab, saling menghargai, percaya diri,

santun dan kompetitif.

20

2.1.3.2 Faktor-Faktor Kepribadian

Menurut Purwanto (2006) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian

antara lain:

1. Faktor Biologis

Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan

jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik,

pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi

badan, berat badan, dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani

setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-

perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini

menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang

diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan

anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan

yang penting pada kepribadian seseorang.

2. Faktor Sosial

Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni manusia-

manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam

faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa,

dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu.

Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya.

Dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga. Dalam perkembangan

anak, peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi pembentukan

kepribadian selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan

21

memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan

kepribadian anak. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan

anak sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan

pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan

pengalaman yang pertama, pengaruh yang diterima anak masih terbatas

jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung

terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana bernada

emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka pengaruh yang

diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan

bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan

pembentukan kepribadian.

3. Faktor Kebudayaan

Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang

tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu

dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi

perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain:

a. Nilai-nilai (Values)

Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus

memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di

masyarakat itu.

b. Adat dan Tradisi.

Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan

nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan

22

pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada

kepribadian seseorang.

c. Pengetahuan dan Keterampilan.

Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu

masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat

itu.

d. Bahasa

Bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas

dari suatu kebudayaan. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat

berpikir yang dapat menentukan bagaimana seseorang itu bersikap,

bertindak dan bergaul serta bereaksi dengan orang lain.

e. Milik Kebendaan (material possessions)

Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat, makin maju dan modern

pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua

sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.

2.1.3.3 Teori Kepribadian

Dimensi Big Five Personality diperkenalkan oleh Goldberg pada tahun

1981. Dimensi ini tidak mencerminkan perspektif teoritis tertentu, tetapi

merupakan hasil dari analisis bahasa alami manusia dalam menjelaskan dirinya

sendiri dan orang lain. Taksonomi Big Five bukan bertujuan untuk mengganti

sistem yang terdahulu, melainkan sebagai penyatu karena dapat memberikan

penjelasan sistem kepribadian secara umum (Supratiknya, 2000). Big Five

Personality disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu

23

kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian

yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari.

Pendekatan ini disebut Goldberg sebagai Fundamental Lexical (Language)

Hypothesis; perbedaan individu yang paling mendasar digambarkan hanya dengan

satu istilah yang terdapat pada setiap bahasa (Pervin, 2005).

Big Five Personality atau yang juga disebut dengan Five Factor Model

oleh Costa & McRae dibuat berdasarkan pendekatan yang lebih sederhana. Di

sini, peneliti berusaha menemukan unit dasar kepribadian dengan menganalisis

kata-kata yang digunakan orang pada umumnya, yang tidak hanya dimengerti

oleh para psikolog, namun juga orang biasa (Pervin, 2005). Tipe-Tipe

Kepribadian Big Five Personality terdiri dari lima tipe atau faktor. Terdapat

beberapa istilah untuk menjelaskan kelima faktor tersebut. Namun, di sini kita

akan menyebutnya dengan istilah-istilah berikut:

1) Neuroticism (N)

2) Extraversion (E)

3) Openness to New Experience (O)

4) Agreeableness (A)

5) Conscientiousness (C)

Untuk lebih mudah mengingatnya, istilah-istilah tersebut di atas disingkat menjadi

OCEAN (Pervin, 2005).

Neuroticism berlawanan dengan Emotional stability yang mencakup

perasaan-perasaan negatif, seperti kecemasan, kesedihan, mudah marah, dan

tegang. Openness to Experience menjelaskan keluasan, kedalaman, dan

24

kompleksitas dari aspek mental dan pengalaman hidup. Extraversion dan

Agreeableness merangkum sifat-sifat interpersonal, yaitu apa yang dilakukan

seseorang dengan dan kepada orang lain. Yang terakhir Conscientiousness

menjelaskan perilaku pencapaian tujuan dan kemampuan mengendalikan dorogan

yang diperlukan dalam kehidupan sosial (Pervin, 2005).

2.1.4 Auditing

Auditing menurut ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts)

adalah proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti secara

obyektif mengenai pernyataan tentang kejadian dan tindakan ekonomi untuk

menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang

ditetapkan dan untuk menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang

berkepentingan.

Dilihat dari jenis pemeriksaan yang dilakukan, auditing diklasifikasikan

dalam 3 jenis, yaitu:

1. Pemeriksaan laporan keuangan (financial statement audit)

Bertujuan untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan klien atas

dasar prinsip akuntansi yang berlaku. Pemeriksaan ini dilakukan oleh akuntan

publik (external auditor).

2. Pemeriksaan Kepatuhan (complience audit)

Pemeriksaan kepatuhan meliputi pemeriksaan atas aktivitas keuangan atau

aktivitas operasi tertentu dengan tujuan untuk menentukan kesesuaiannya

dengan kondisi atau aturan tertentu. Kriteria dalam pemeriksaan ini biasanya

datang dari penguasa, misalnya pemerintah.

25

3. Pemeriksaan operasional (operational audit)

Pemeriksaan operasional merupakan pemeriksaan sistematis atau aktivitas

operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan

pemeriksaan ini adalah :

a. Menilai prestasi

b. Mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan

c. Membuat rekomendasi untuk pengembangan dan tindakan lebih lanjut

Pemeriksaan operasional dapat dilakukan manajemen maupun pihak ke

tiga.

Auditing dikelompokan juga kedalam tiga jenis sebagai berikut

1. Pemeriksaan Eksternal (External Auditing)

Pemeriksaan eksternal adalah suatu kontrol sosial yang memberikan

jasa kebutuhan akan informasi untuk pihak luar dari suatu organisasi

yang diperiksa. Pemeriksanya adalah pihak luar perusahaan yang

independen terhadap perusahaan. Para pemeriksa pada umumnya

dibayar oleh manajemen organisasi yang diperiksa.

2. Pemeriksaan Internal (Internal Auditing)

Pemeriksaan internal adalah suatu kontrol organisasi yang mengukur

dan mengevaluasi efektifitas organisasi. Informasi yang dihasilkan

oleh pemeriksa internal adalah untuk organisasi itu sendiri.

Pemeriksanya adalah karyawan organisasi itu sendiri dan tentunya

dibayar oleh organisasi itu pula.

26

3. Pemeriksaan Sektor Publik (Publik Sektor Auditing)

Pemeriksaan sektor publik adalah suatu kontrol atas organisasi

pemerintah yang memberikan jasanya kepada masyarakat, seperti

pemerintah Tingkat satu, pemerintah tingkat dua. Pemeriksanya adalah

berasal dari pemerintah (akuntan pemerintah) dan tentunya dibayar

oleh pemerintah itu sendiri.

2.1.5 Pemahaman Mata Kuliah Auditing

Audit pada saat ini menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi. Selain

pemahaman umum atas pentingnya fungsi audit, peningkatan atas keberadaan

auditor dan lembaganya juga menambah pemahaman umum terhadap audit. Lebih

lanjut lagi, tuntutan-tuntutan hukum yang biasanya dihadapi oleh auditor dan

kerugian keuangan yang terkait dengan tuntutan tersebut memunculkan berbagai

dimensi keperilakuan pada diri auditor, khususnya aspek-aspek yang terkait

dengan proses pengambilan keputusan dan aktivitas auditor dalam

mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil keputusan. Terdapat banyak hal

yang perlu dipertimbangkan sebagai data pendukung dalam pengambilan

keputusan yang mengarah pada aspek keperilakuan auditor.

Profesi Akuntasi dihasilkan melalui pendidikan S1. Pada jenjang

pendidikan ini mahasiswa dituntut untuk menguasai mata kuliah auditing sebagai

salah satu mata kuliah pokok. Dengan penguasan penuh pada mata kuliah auditing

dapat menciptakan jasa profesional akuntan publik yang handal dan berkualitas.

Selaras dengan pernyataan di atas, Rosiji (2009) menyataka bahwa membangun

seorang akuntan yang profesional, bila memiliki skill di bidang itu, dan menekuni

27

bidangnya secara intens. Prasarat yang harus dipenuhi suatu profesi di antaranya

yaitu didasarkan pada disiplin pengetahuan khusus dan diperlukan proses

pendidikan tertentu untuk memperoleh pengetahuan itu. Program pendidikan pada

lembaga pendidikan tinggi yang diandalkan untuk pembentukan kompetisi pribadi

dan wawasan kebangsaan dalam penelitian ini yaitu auditing. Melalui mata kuliah

tersebut diharapkan mahasiswa mendapat bekal dalam hal menjalankan praktek

auditing. Keberhasilan program pendidikan khususnya mata kuliah auditing

ditandai adanya perubahan perilaku mahasiswa baik dari aspek kognitif,

afektif,dan psikomotoriknya sesuai dengan tujuan kurikuler. Perubahan perilaku

dalam pembelajaran pada umumnya tercermin dari hasil belajar yang diperoleh

mahasiswa.

2.1.6 Penelitian Terdahulu

Telah banyak peneliti sebelumnya yang dilakukan berkaitan dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi niat berperilaku. Peneliti terdahulu tersebut

dijadikan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini. Ringkasan dari

penelitian-penelitian terdahulu disajikan dalam tabel berikut ini.

28

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Aditya Anggraeni

Evytasari

(2010)

Pengaruh

Pengendalian Diri,

Motivasi Dan Minat

Belajar Terhadap

Tingkat

Pemahaman

Akuntansi

(Studi Kasus Pada

Mahasiswa

Akuntansi Upn

“Veteran” Jawa

Timur)

Variabel independen :

Pengendalian Diri,

Motivasi dan Minat

Belajar

Variabel dependen :

Pemahaman Akuntansi

Pengendalian diri,

motivasi tidak

mempunyai

pengaruh signifikan

dan minat belajar

mempunyai

pengaruh signifikan

terhadap tingkat

pemahaman

akuntansi pada

mahasiswa UPN

“Veteran” Jawa

Timur.

2 Dian Agarista

Permata Sari

(2011)

Pengaruh Beberapa

Faktor Terhadap

Tingkat

Pemahaman

Akuntansi Pada

Mahasiswa

Akuntansi

Di Universitas

Pembangunan

Nasional “Veteran”

Jawa Timur

Variabel independen :

niat, motivasi, kualitas

dan potensi dosen

pengajar

Variabel dependen :

Pemahaman Akuntansi

Berdasarkan hasil uji

F berpengaruh

signifikan variabel

minat, motivasi, dan

kualitas dan potensi

dosen pengajar

terhadap pemahaman

akuntansi.

3 Hanum Atika

Riswanti (2010)

Pengaruh

Kemampuan

Komunikasi,

Berpikir Kritis, Dan

Kepribadian

Terhadap

Pemahaman

Akuntansi

Mahasiswa

(Studi Kasus Pada

Mahasiswa

Akuntansi Upn

”Veteran” Jawa

Timur)

Variabel independen :

kemampuan

komunikasi, berpikir

kritis dan kepribadian

Variabel dependen :

pemahaman akuntansi

mahasiswa

kemampuan

komunikasi, berpikir

kritis, dan

kepribadian

berpengaruh

terhadap pemahaman

akuntansi.

Sedangkan variabel

berpikir kritis

berpengaruh secara

signifikan terhadap

pemahaman

akuntansi

mahasiswa.

4 Irfan Affandi

(2011)

Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi

Prestasi Belajar

Mahasiswa Dalam

Mata Kuliah

Pemeriksaan

Akuntansi Ii

(Studi Empiris Pada

Variabel independen :

Gaya Belajar, Motivasi,

Intelectual Skill dan

Lingkungan

Variabel dependen :

Prestasi belajar

mahasiswa

gaya belajar,

motivasi,

Intelectual skill, dan

lingkungan tidak

berpengaruh

terhadap prestasi

belajar sedangkan

intellectual skill

29

Mahasiswa

Akuntansi

Upn”Veteran”

Jatim)

berpengaruh

terhadap prestasi

belajar

5 Muhammad Zaid

(2011)

Kemampuan

Berkomunikasi,

Kemampuan

Intelektual, Dan

Kepribadian

Terhadap

Pemahaman

Akuntansi

Mahasiswa

(Studi Kasus Pada

Mahasiswa

Akuntansi Upn

“Veteran” Jawa

Timur)

Variabel independen :

Kemampuan

komunikasi, berpikir

kritis dan kepribadian

Variabel dependen :

Pemahaman akuntansi

Pemahaman

akuntansi mahasiswa

S1 Akuntansi

dipengaruhi oleh

kemampuan

komunikasi,

berpikir kritis, dan

kepribadian sebesar

26,3%. Sedangkan

sisanya dipengaruhi

oleh faktor lain yang

tidak diteliti dalam

penelitian ini

2.2 Kerangka Pemikiran

Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam memahami mata kuliah

auditing tidak terlepas dari beberapa penelitian terdahulu yang memiliki beberapa

perbedaan faktor, sesuai dengan kondisi yang melingkupinya. Variabel motivasi,

kemampuan komunikasi dan kepribadian merupakan variabel independen (sebab).

Sedangkan pemahaman mata kuliah auditing merupakan variabel dependen

(akibat). Berdasarkan uraian di atas dan hasil dari penelitian-penelitian terdahulu

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa memahami mata kuliah

auditing, maka kerangka pemikiran dapat dinyatakan dalam Gambar 2.1 berikut:

30

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Sumber: Dikembangkan untuk penelitian

2.3 Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Motivasi Mahasiswa terhadap Pemahaman Mata Kuliah

Auditing

Untuk memperoleh lulusan mahasiswa yang berkualitas, peran dosen

tidaklah penting bila tidak diimbangi dengan dorongan dari dalam mahasiswa itu

sendiri. Menurut Purwanto (1990), secara umum tujuan motivasi adalah untuk

menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya

untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan

tertentu.

Motivasi (X1)

Kuatnya kemauan untuk belajar.

Kesenangan

Kemudahan dalam belajar

Keinginan atau impian

Komunikasi (X2)

Komunikasi yang baik kepada

dosen pengajar

Saling berdiskusi

Aktif dalam perkuliahan

Kesenangan dalam komunikasi

Kepribadian (X3)

Tanggung jawab

Saling menghargai dosen dan

mahasiswa

Tidak mudah menyerah

Sopan dalam segala hal

Pemahaman Auditing (Y)

Nilai Auditing 1

Nilai Auditing 2

31

Menurut Sardiman, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah,

dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku

yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Sardiman, 2007). Dalam kegiatan

belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di

dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai

(Sardiman, 2000). Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah:

H1 : Motivasi Berpengaruh Positif terhadap Pemahaman Mata

Kuliah Auditing

2.3.4 Pengaruh Kemampuan Komunikasi Mahasiswa Berpengaruh

terhadap Pemahaman Mata Kuliah Auditing

Kemampuan komunikasi juga dianggap sebagai faktor penting untuk

mencapai kesuksesan dalam bidang akuntansi. Pada tahun 1993 ICCA

mengeluarkan satuan tugas khusus, yaitu The Skill for The 21th Century Task

Force, untuk meneliti masalah yang berhubungan dengan perubahan kebutuhan

akuntan pada abad-21. Satuan tugas ini menemukan, bahwa di abad-21, akuntan

yang dibutuhkan adalah yang memiliki kompetensi sebagai berikut: keterampilan

akuntansi, keterampilan komunikasi, keterampilan negoisasi, keterampilan

interpersonal, kemampuan intelektual, pengetahuan manajerial dan organisasi,

serta atribut personal. Kullberg et al. (1989) seperti yang dikutip oleh Aly & Islam

32

(2003) meneliti delapan Kantor Akuntan Publik terbesar (The Big Eight) dan

mengidentifikasi tiga kemampuan yang dibutuhkan agar menjadi sukses dalam

profesi akuntan, yaitu kemampuan interpersonal, kemampuan berkomunikasi,

kemampuan intelektual.

Kemampuan komunikasi seseorang dapat meningkatkan produktivitas

individu maupun kelompok. Setiap orang memiliki kecenderungan terhadap gaya

komunikasi tertentu. Hal ini dipengaruhi oleh perpaduan antara hereditas dan

faktor lingkungan seseorang. Lebih jauh, proses komunikasi seseorang

dipengaruhi oleh gaya komunikasi. Gaya komunikasi merupakan kombinasi dari

berbagai komponen, seperti pola suara, gerak mata, ekspresi wajah. Agar dapat

berkomunikasi dengan baik, gaya komunikasi haruslah fleksibel, disesuaikan

dengan situasi dan gaya komunikasi orang yang diajak berbicara (Franksiska,

2006 ). Oleh karena itu, hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:

H2 : Kemampuan Komunikasi Berpengaruh Positif terhadap

Pemahaman Mata Kuliah Auditing

2.3.5 Pengaruh Kepribadian Mahasiswa terhadap Pemahaman Mata

Kuliah Auditing

Kepribadian seseorang juga mempengaruhi gaya komunikasi seseorang.

Apakah orang itu pendiam, pasif, ceria, ambisius ataupun mudah bergaul.

Kepribadian merupakan pola perilaku, pikiran, dan emosi yang unik dan relatif

stabil yang dimiliki individu dalam usahanya untuk menyesuaikan diri dan

berinteraksi dengan lingkungannya. Kepribadian terbentuk dari faktor keturunan

33

maupun faktor lingkungan dalam kondisi situasional. Faktor keturunan merujuk

pada faktor – faktor yang ditentukan sejak lahir. Sedangkan faktor lingkungan

merujuk pada budaya tempat individu dibesarkan, kondisi awal individu, norma

keluarga dan kelompok sosial serta pengaruh yang dialami individu sepanjang

masa hidupnya. Oleh karena itu, hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian

ini adalah:

H3 : Kepribadian Mahasiswa Berpengaruh Positif terhadap

Pemahaman Mata Kuliah Auditing