142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

24
142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015 Universitas Sumatera Utara

Transcript of 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

Page 1: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

142

Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

Universitas Sumatera Utara

Page 2: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

143

Lampiran 2: Gubernur Aceh, Soal Bendera harus Tegas.

Sumber: Serambi Indonesia, Senin, 2 Maret 2015

Universitas Sumatera Utara

Page 3: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

144

Lampiran 3: Rakyat dulu baru Bendera dan AAA minta Gubernur hentikan polemik

Bendera

Sumber: Serambi Indonesia, Selasa, 3 Maret 2015

Sumber: Serambi Indonesia, Rabu, 4 Maret 2014

Universitas Sumatera Utara

Page 4: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

145

Lampiran 4: Perang Dingin Masih selimuti pemimpin Aceh.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

146

Sumber: Rakyat Aceh, Senin, 2 Maret 2015

Universitas Sumatera Utara

Page 6: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

147

Sumber: Harian Rakyat Aceh, Selasa, 3 Maret 2015.

Sumber: Harian Rakyat Aceh, Rabu 4 Maret 2015

Universitas Sumatera Utara

Page 7: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

148

Lampiran 7: Gambar Bendera dan Lambang Aceh vs Bendera dan Lambang RI

Lampiran 8: Gambar Bendera dan Lambang Aceh saat Sosialisasi tahun 2012

Bentuk Bendera dan Lambang Aceh ketika disosialisasikan. Kini, telah ditanda

tangani oleh Gubernur Aceh yang disahkan oleh DPRA untuk jadi Qanun Aceh

Nomor 3 Tahun 2013 tanggal 25 Maret 2013, telah diundangkan dalam

Lembaran Aceh Nomor 3, Tambahan Lembaran Aceh 49.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

149

Lampiran 9: Gambar bentuk bendera Aceh “Perubahan” sosialisasi di Jakarta.

Negosiasi Bentuk Bendera Perubahan yang mendapat “Lampu Hijau” dari

pemerintah Pusat.

Lampiran 10: Demo Minta hentikan Polemik Bendera Aceh

Demo di Gedung DPR Aceh meminta Pemerintah segera menyelesaikan

permaslahan Bendera dan Lambang Aceh yang telah menjadi Qanun Aceh

dengan Nomor 3 Tahun 2013 ditetapkan pada tanggal 25 Maret 2015 di

Banda Aceh.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

150

Lampiran 11:Gambar Pengibaran Bendera pada HUT 10 tahun Perdamaian Aceh

Detik-detik pengibaran bendera Bintang– Bulan dalam rangka memperingati

10 tahun Perdamaian Aceh (15 Agustus 2005-15 Agustus 2015)

berlangsung di halaman Mesjid Islamic Centre Kota Lhokseumawe.

Lampiran 12: Gambar Orasi anggota DPRK Aceh Utara dan Lhokseumawe

Sejumlah anggota DPRK Kota Lhokseumawe dan DPRK Kabupaten Aceh

Utara melakukan Orasi didepan Mesjid Islmaic Centre. Mereka minta

Pemerintah segera menjalankan Qanun tentang bendera dan lambang Aceh.

tampak dengan latar bendera yang baru dikibarkan, dengan memegang

Bendera dan Lambang Aceh tepatnya pada acara peringatan 10 tahun

perdamaian Aceh, Sabtu tanggal 15 Agustus 2015 di Lhoksemawe.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

151

PEDOMAN WAWANCARA

(INDEPTH INTERVIEW GUIDE)

ANALISIS PEMBINGKAIAN PEMBERITAAN BENDERA ACEH PADA

HARIAN SERAMBI INDONESIA DAN HARIAN RAKYAT ACEH

A. Naskah Pengantar (Tujuan Wawancara)

1. Kita menyadari bahwa proses pembingkaian menjadi ujung tombak sebuah

media massa/ cetak.

2. Saya tertarik untuk mengetahui pandangan Anda mengenai Konstruksi

Realitas, Pembingkaian, dan Kebijakan redaksional tentang Pemberitaan

Bendera dan Lambang Aceh di media Anda.

3. Saya berharap Anda berkenan meluangkan waktu untuk menjawab

wawancara ini sebagai penelitian yang berguna untuk pengembangan

usaha penerbitan pers dan sebagai ilmu pengetahuan bagi saya.

B. Daftar Wawancara

1. Pertama-pertama bagaimana sebenarnaya sejarah awal berdirinya Surat

kabar ini?

2. Siapa yang mendorong untuk menerbitkan harian ini dan bekerja sama

dengan group dari luar?

3. Bagaimana konsep newrooms management, kaitannya dengan manajemen

jaringan group induk?

4. Apa yang melatarbelakangi media Anda memberitakan polemik Bendera

dan Lambang Aceh?

5. Bagaimana Konstruksi Realitas media Anda tentang Pemberitaan Bendera

dan Lambang Aceh

6. Bagaimana media Anda membingkai bendera pemberitaan tentang

Bendera dan Lambang Aceh.

7. Siapa yang memberi nama harian surat kabar ini?

8. Bagaimana lika-liku persiapkan awal penerbitan surat kabar ini?

9. Bagaimana dengan SDM tahap I terbit sampai dengan keadaan saat ini?

10. Apa tujuan mulia awal-awal harian ini diterbitkan?

11. Aceh adalah daerah bekas konflik tentu banyak halangan, rintangan yang

Anda hadapi. Bagaimana menjalankan, melewatkan level ini agar selamat

sampai tujuan dalam mencapai visi -misi?

Universitas Sumatera Utara

Page 11: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

152

12. Bagaimana kebijakan redaksional media Anda dalam menentukan semua

kategori berita ?

13. Bagaimana Standard Operating Procedure (SOP) dari media tempat Anda

bekerja? Bagaimana Anda menjalakannya?

14. Dalam menjalankan tugas, apakah Anda turut mempertimbangkan nilai

lokal pada masyarakat sekitar? Seperti apa misalnya?

15. Apakah selama menjalankan tugas sebagai wartawan dan bekerja, Anda

pernah menerima berbagai bentuk ancaman atau intimidasi?

16. Tahapan pemberitaan adalah ideologi, media rutin, pihak ekternal, dan

individual wartawan. Bisa dijelaskan level tahapan ini yang ada surat

kabar Anda?

17. Terakhir pak, pengaruh yang datang luar tempat Anda bekerja seperti

sumber berita, iklan, pembaca, kontrol pemerintah, pasar dan teknologi, ini

bagaimana pengaruhnya bagi media ini?

C. Penutup

Sebelum wawancara ini diakhiri, apa saran Anda terkait dengan polemik

Bendera dan Lambang Aceh dengan Pemerintah Pusat? Terima kasih atas

kesediaannya menjawab pertanyaan penelitiaan ini, jawabannya bisa juga

dikirim ke email [email protected]

D. Sekian dan Terima kasih...!

Universitas Sumatera Utara

Page 12: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

153

Lampiran 14 Frame Pemberitaan.

Berita A Serambi Indonesia Minggu 1 Maret 2015 Judul: Mualem tak ingin

bendera diubah.

Perangkat Framing

Model Entman

Frame Pemberitaan Kutipan Teks

Define Problem

(Pendefinisian Masalah)

Revisi Bendera 1. Mualem tak ingin

bendera diubah.

2. Wakil ketua III DPR

RI belum memahami

detail MoU Bendera.

Diagnoses Cause

(Mendefinisikan Sumber

Masalah)

Wagub Aceh dan Komisi

III DPR RI

1. Mualem berharap

disetujui seperti yang

diusulkan, tdk berubah.

2. Apakah pemerintah

sudah ada draf solusi.

Make Moral Judgment

(Membuat keputusan

Moral)

Sikap wagub soal

bendera Aceh

1. Tgl 20/11/2015 gak

masalah diubah.

2. Tgl 28/2/2015 tak

ingin diubah.

Treatment

Recommendation

(Menekankan

Penyelesaian Masalah)

Tuntut implementasi

damai sesuai MoU

Helsinki

1. Mualem desak

pemerintah pusat

jalankan MoU damai

2. Komisi III akan

membantu Aceh

Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Berita B Serambi Indonesia Senin 2 Maret 2015 Judul: Gubernur, Soal

Bendera Harus Tegas.

Perangkat Framing

Model Entman

Frame Pemberitaan Kutipan Teks

Define Problem

(Pendefinisian Masalah)

Bentuk Bendera Gubernur usulkan bentuk

bendera yang diterima

seluruh Aceh

Diagnoses Cause

Mendefinisikan Sumber

Masalah)

Dukung Wagub Aceh Ketua banleg DPRA men

dukung Wagub dalam

mempertahankan bentuk

dasar bendera Aceh

Make Moral Judgment

(Membuat keputusan

Moral)

Bendera untuk bersatu Gubernur, bendera Aceh

sebagai lambang

pemersatu Aceh.

Treatment

Recommendation

(Menekankan

Penyelesaian Masalah)

Wagub tidak Tegas Wagub pernah minta

Gubernur dan DPRA

untuk ubah bendera.

Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Universitas Sumatera Utara

Page 13: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

154

Berita C Serambi Indonesia Selasa 3 Maret 2015 Judul: Rakyat Dulu baru

Bendera

Perangkat Framing

Model Entman

Frame Pemberitaan Kutipan Teks

Define Problem

(Pendefinisian Masalah)

Utamakan Rakyat Kenyangkan dulu perut

rakyat, baru bendera

(fraksi PAN DPR Aceh)

Diagnoses Cause

(Pendefinisian Masalah)

Partai Demokrat setuju

bendera

Bendera bagi Aceh kita

dukung 100% Tapi

hukum harus junjung

tinggi (Partai Demokrat)

Make Moral Judgment

(Membuat keputusan

Moral)

Sikap Tegas Gubernur Gubernur menegaskan,

kita harus bersikap tegas,

tidak sekali bilang A,

sekali bilang B dan C.

Treatment

Recommendation

(Menekankan

Penyelesaian Masalah)

Harus cari solusi Harus ada win-win

solution. Dalimi, SE

(Wakil ketua DPRA)

Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Berita D Serambi Indonesia Rabu 4 Maret 2015 Judul: Aktivis AAA minta

gubernur hentikan polemik bendera.

Perangkat Framing

Model Entman

Frame Pemberitaan Kutipan Teks

Define Problem

(Pendefinisian Masalah)

Stop polemik bendera Sejahterakan rakyat yang

masih hidup miskin

Diagnoses Cause

(Definisi Masalah)

Konflik gubernur dan

Wagub

Konflik sesama rakyat

Aceh (horizontal) lebih

berbahaya dari pada RI

Make Moral Judgment

(Membuat keputusan

Moral)

Luar struktur pemerintah Bendera adalah lambang

perjuangan Rakyat Aceh

untuk melepaskan diri

dari NKRI.

Treatment

Recommendation

(Menekankan

Penyelesaian Masalah)

Reposisi bendera Aceh Tanya semua rakyat

Aceh/ tokoh yang masih

diluar sistem

permerintahan Indonesia

Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Universitas Sumatera Utara

Page 14: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

155

Berita A1 Rakyat Aceh Minggu 1 Maret 2015 Judul: Perang Dingin Masih

Selimuti Pemimpin Aceh.

Perangkat Framing

Model Entman

Frame Pemberitaan Kutipan Teks

Define Problem

(Pendefinisian Masalah)

Bendera Jangan diubah Wagub tersinggung

dengan Gubernur setuju

revisi bendera Aceh

Diagnoses Cause

(Mendefinisikan Sumber

Masalah)

Elite Aceh Perang dingin Gubernur

dan Wakil berlanjut.

Make Moral Judgment

(Membuat keputusan

Moral)

Implementasi UUPA Pemerintah Aceh tuntut

realisasi turunan UUPA

Treatment

Recommendation

(Menekankan

Penyelesaian Masalah)

Komisi III DPR RI bantu

Aceh

Desmon J Mahesa dari

komisi III berjanji akan

membantu realisasi

turunan UUPA

Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Berita B1 Rakyat Aceh Minggu 2 Maret 2015 Judul: Gubernur kecewa

dengan Mualem

Perangkat Framing

Model Entman

Frame Pemberitaan Kutipan Teks

Define Problem

(Pendefinisian Masalah)

Bentuk Bendera Gubernur kecewa pada

Wagub karena tak ingin

bendera diubah

Diagnoses Cause

(Mendefinisikan Sumber

Masalah)

Wakil Gubernur Gubernur minta wakilnya

jalankan visi-misi, jangan

permasalahkan bendera

Make Moral Judgment

(Membuat keputusan

Moral)

Pedoman pada UUPA Menurut gubernur, soal

bendera tidak diperlukan

kecerdasan, ikuti aturan

Treatment

Recommendation

(Menekankan

Penyelesaian Masalah)

Fokuskan Kerja Masih banyak kerja untuk

kemakmuran seluruh

Aceh, tegas Gubernur.

Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Universitas Sumatera Utara

Page 15: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

156

Berita C1 Rakyat Aceh Minggu 3 Maret 2015 Judul: Soal bendera, ketua

Banleg DPRA dukung Mualem

Perangkat Framing

Model Entman

Frame Pemberitaan Kutipan Teks

Define Problem

(Pendefinisian Masalah)

Bentuk Bendera Ketua Banleg DPRA

dukung sikap wagub

untuk pertahankan bentuk

asli bendera Aceh

Diagnoses Cause

(Mendefinisikan Sumber

Masalah)

Beri dukungan Karena bendera BBS

sudah sah sebagai bndera

Aceh, sesuai hukum

Make Moral Judgment

(Membuat keputusan

Moral)

Disahkan DPRA periode

lalu

BBS sisahkan DPR

periode lalu, namun tak

ada tanggapan dari SBY

Treatment

Recommendation

(Menekankan

Penyelesaian Masalah)

Segera realisasi Ketua banleg dukung

wagub dan segera

rampungkan RPP Aceh

agar Aceh tidak terus

dibohongi pusat, tegasnya

Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Berita D1 Rakyat Aceh Minggu 4 Maret 2015 Judul: Terkait polemik

bendera, PA kecam pernyataan poltisi PAN di DPRA.

Perangkat Framing

Model Entman

Frame Pemberitaan Kutipan Teks

Define Problem

(Pendefinisian Masalah)

Perang antar politisi Politisi PA kecam PAN

soal polemik bendera

Diagnoses Cause

(Mendefinisikan Sumber

Masalah)

Pelajari MoU Helsinki

dan UUPA

Jangan asal bicara

sehingga meresahkan

masyarakat, telah lama

menanti bendera sbg

penyelesaian soal Aceh

Make Moral Judgment

(Membuat keputusan

Moral)

Hargai perjuangan

Rakyat

Pernyataan politisi PAN

lemahkan posisi tawar

Aceh – dengan Jakarta

Treatment

Recommendation

(Menekankan

Penyelesaian Masalah)

Utamakan Rakyat Pernyataan politis PAN

jangan membawa partai.

Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Universitas Sumatera Utara

Page 16: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

157

Lampiran 15 Tanskrip Wawancara dengan Harian Rakyat Aceh

a. Nama : Idris Bendung

b. Posisi : Pimpinan Harian Rakyat Aceh

c. Waktu Wawancara : 22 Juni 2015

d. Lokasi Tempat : Kantor Harian Rakyat Aceh

e. Tanda Tangan :

Wawancara:

Tanya (T) : Assalamualikum Pak Idris... ?

Jawab (J) : Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatu...silakan masuk,

peneliti memasuki sebuah ruang tempat kerja pak Idris. Sambil

memperkenalkan diri peneliti dipersilakan duduk.

T : Maaf pak, sedikit mengganggu pekerjaan Bapak, saya sedang

melakukan penelitian pada media bapak, terkait pemberitaan

polemik pemberitaan bendera dan lambang Aceh.

J : Oh,.... Ya,... silakan apa yang bisa saya bantu..., kami senang atas

perhatian Anda pada media kami.

T : Langsung saja pak, apa yang melatarbelakangi lahirnya

Harian Rakyat Aceh?

J : Begini ya, saat itu Aceh baru saja dilanda musibah besar Gempa-

Tsunami. CEO Jawa Pos datang kemari dengan membawa

bantuan. Pak Dahlan Iskan terjun langsung dalam misi

kemanusiaan Jawa Pos Peduli. Dengan memanfaat beberapa

jaringan yang sudah duluan ada pak Dahlan meyampaikan

keinginan membantu Aceh dengan mendirikan sebuah koran.

T : Terus......?

J : Gayung bersambut,...rencana tersebut terus dimatangkan. Dalam

sebuah rapat di Takengon, pak Dahlan membentuk tim kecil

untuk percepatan lahirnya harian Rakyat Aceh.

T : Setelah rapat di Takengon persiapan untuk terbit semakin

baik dan matang?

J : Ya, dalam rapat itu sudah diputuskan semua keperluan, budgeti,

personil, kantor yang repsentatif, termasuk percetakan. Modal

awal yang digelontorkan Jawa Pos sebesar 6, 7 Milyar. Terbit

perdana 17 Januari 2005. Dicetak di Medan, milik Group Jawa

Pos. Baru bulan Februari 2014 kantor pusat kami pindah ke

Banda Aceh.

T : Saya sebagai peneliti ingin mengetahui gaya pemberitaan

Rakyat Aceh (RA), bagaimana RA membangun kontruksi

realitas dalam pemberitaan?

J : Kami memegang filosofis, kontruksi berita yang dibangun adalah

Adil, Damai, dan Demokratis. Adil kami berusaha tidak memihak

pihak manapun. Damai berarti kami hadir sebagai pembawa

kesejukkan, tidak mempublikasi berita bohong. Demokratis kami

menjunjung tinggi nilai permusyawaratan, dan tranparan.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

158

T : Pak Idris berada dalam jajaran redaksi, bagaimana proses

berita menjadi berita yang layak cetak?

J : Fungsi dan tugas redaksi disamping selaku editor juga merupakan

penanggung jawab penerbitan berita. Mana tau berita itu dituntut

orang karena adanya kesalahan makna ataupun kesalahan fakta

disitu, dibantah dan disomasi orang. Selain posisi saya dalam

jajaran redaksi merangkap sebagai penaggung jawab berita

politik.

T : Terkait Polemik masalah bendera, bagaimana RA

membingkai, apa ada kebijakan khusus?

J : Isu bendera kami menyikapi dengan hati-hati, kita tau isu itu

seksi. Tapi, para pihak memantau kita, bagaimana kita

memberitakan. Kami merdeka dalam memberitakan

T : Seberapa besar kebebasan/ kekuasaan yang diberikan oleh

pemilik (Jawa Pos) pada kebijakn redaksional dalam

mengelola pemberitaan?

J : Secara institusi hal tersebut tidak pernah dibicarakan kepada awak

redaksi. Tetapi yang jelas kami bekerja sesuai porsi tugas

keredaksional, profesionalisme. Selama saya disini belum ada

interversi pemilik.

T : Yang terakhir pak, apa saran pada polemik bendera Aceh

dengan pemerintah pusat?

J : Pemerintah Aceh dan DPRA perlu segera mengeluarkan aturan

tentang simbol dan bendera Aceh sekaligus tentang protokoler

pengibarannya. Ini amanat MoU Helsinki dan pasal 246 ayat 2

Undang-Undang Pemerintahan Aceh No 11 tahun 2006. Hal ini

akan memberi dua dampak terhadap hubungan Aceh dengan

Indonesia. Pertama, Aceh menghormati simbol Indonesia di Aceh

yang direpresentasikan oleh bendera merah putih dan hanya akan

menggunakan bendera tersebut sesuai dengan ketentuan hukum

RI yang mengaturnya. Kedua, Aceh memiliki kewenangan untuk

mengibarkan bendera sendiri sesuai dengan ketentuan hukum

yang berlaku di Aceh. Karena salah satu faktor yang mendasari

konflik bendera ini adalah aspek hukum, otoritas, etika, dan

moralitas.

Terakhir, saya mengajak agar semua elemen di Aceh bisa

menghormati simbol-simbol ke-Aceh-an dan ke-Indonesia-an.

Karena dengan saling menghormati, maka situasi damai yang

didapat dengan susah payah, bisa dipertahankan.

T : Ok, ...Terimakasih pak, atas waktu dan kesempatan

mewawancarai bapak...? Assalamualikum warahmatullahi

wabarakatu’h...! J : Ok, sama-sama, senang bisa bertemu dengan kamu.

Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatu‟h.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

159

Lampiran 16 Tanskrip Wawancara dengan Harian Serambi Indonesia

f. Nama : Jafruddin

g. Posisi/ Jabatan : Pimpinan Harian Serambi Indonesia

h. Waktu Wawancara : 12 Mei 2015

i. Lokasi Tempat : Kantor Harian Serambi Indonesia

j. Tanda Tangan :

Wawancara:

1. Tanya (T): Kabarnya bapak baru pulang luar kota, ya. Apa kabar

Bapak...?

Jawab (J): Ya, benar saya baru pulang dari Jakarta, Alhamdulillah kabar

baik.

2. Ternyata untuk sebuah surat kabar butuh kerja keras ya pak, seperti

yang melatarbelakangi lahir Serambi Indonesia. Bisa bapak jelaskan

tujuan awal harian ini di perjuangkan?

Jawab :

Suatu obsesi yang menyertai berdirinya Serambi Indonesia, 26 tahun yang

lalu adalah hadirnya sebuah surat kabar yang sehat usahanya serta kokoh

eksistensi dan kepribadian jurnalistiknya. Dua hal itu menjadi syarat pokok

hidupnya sebuah penerbitan pers yang dapat menjamin kesejahteraan

karyawannya, kesinambungan usahanya.

Klausul “sehat usahanya” menjadi basis komitmen dari semua unsur yang

tergabung dalam perusahaan. Maka usaha Serambi dikelola dengan

profesional dengan menerapkan sistem manajemen yang sebenarnya,

memegang teguh aturan-aturan manajemen itu sendiri dengan disiplin yang

tinggi.

Komitmen terhadap profesionalisme itu adalah upaya agar aspek bisnis

koran selalu berjalan sehat. Sesungguhnya itu menjadi landasan fundamental

bagi hadirnya surat kabar yang berbasis pada prinsip jurnalistik seutuhnya.

Paham jurnalisme pada terapan jurnalistik adalah hajat untuk mandiri,

independen , dan netral. Nilai-nilai inilah yang dianut oleh Serambi Indonesia

sejak berdiri sampai hari ini.

Karena itu, koran kami ditabalkan sebagai koran yang bersifat umum,

terbuka, dan independen. Tidak melibatkan diri dalam kelompok-kelompok

dan aliran politik manapun, termasuk pada kepentingan-kepentingan dan/ atau

pribadi manapun.

Dalam kiprahnya Serambi Indonesia menerapkan paham jurnalisme yang

mengagungkan tatanan nilai sosial budaya, agama dan kemanusiaan yang

beriman yang berlaku dan hidup dalam masyarakat Aceh dan Indonesia.

Keberpihakkan Serambi adalah semata-mata pada tatanan hidup dan

kepentingan bersama yang diridhoi oleh Allah SWT serta pada komitmen

bangsa dan negara berdasarkan Pancasila dan UUD 45. Itulah landasan

filosofi yang menjadi visi misi kami yang telah diperjuangkan terus menerus

sejak awal sampai kini dengan berbagai tantangan dari masa ke masa.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

160

3. Periode kelahiran Serambi adalah masa sulit kehidupan pers di tanah

air, pemerintah sangat dominan dan campur tangan dalam mengotrol/

mengawasi pers. Bagaimana Serambi menyikapi kondisi yang demikian?

Jawab :

Kami tetap komitmen dengan cita-cita awal. Berpegang teguh pada

landasan filosofi itu sungguh tidak mudah. Sebagai surat kabar untuk umum,

selain berpegang landasan ideal itu Serambi Indonesia harus menjalankan

aspek fungsional secara sungguh-sungguh. Fungsi surat kabar, pertama adalah

sebagai alat komunikasi massa. Peran fungsional itu adalah menyampaikan

informasi seluas-luasnya dan dengan segala kebenaran bagi publik demi

pencerasan bangsa.

Seiring itu surat kabar adalah, dengan beritanya, tulisan, tajuk, foto dan

karikatur, juga menyampaikan kritik sosial, menampung aspirasi dan pikiran

masyarakat demi kehidupan bersama. Peran lainnya adalah menjadi alat

hiburan (entertaiment)

Kerangka fungsional tersebut menjadi ukuran kongret eksistensi sebuah

lembaga surat kabar. Karenanya, Serambi Indonesia dijalankan secara

seksama serta selalu berpegang teguh pada landasan filosofinya, sampai diusia

26 tahun ini kami telah mereguk pelajaran yang banyak. Serambi Indonesia

telah hidup dalam dua episode sejarah. Lahir pada zaman otoriter Orde Baru,

waktu itu berlaku UU Pokok Pers No 11/ 1966 yang katanya tidak mengenal

pembredeilan pers. Tapi, justru yang dilaksanakan penguasa Orde Baru adalah

pemberangusan pers dan intimidasi. Disebut negara demokrasi, rakyat kritis

ditangkapi dan dibui tanpa proses pengadilan.

Pers dikontrol lewat telepon dan ancaman lainnya. Kritik pers terhadap

proses pembangunan, akan terancam dengan tudingan “penghambat

pembangunan” yang berkonotasi “antek komunis” Kontrol sosial sosial yang

dilaksanakan oleh pers tidak jalan sama sekali. Kebanyakan pelaku korupsi,

manipulasi, berlindung dibali kalimat “demi pembangunan” yang sangat

keramat masa itu.

4. Bagaimana Anda menyikapi dinamika perubahan politik saat ini,

Serambi memulai debutnya tahun 1989 dimana saat itu kebebasan belum

seperti saat ini, masih dominan kontrol pemerintah. Bagaimana kiat

Serambi menyambut perubahan ini?

Jawab:

Episode berikutnya yang dilalui Serambi adalah zaman reformasi. Sistem

politik dan struktur kekuasaan direformasi sebisa-bisanya dan kalau boleh

sehabis-habisnya. Rantai besar yang membelunggu segala kebebasan dizaman

Orde Baru putus sudah. Sistem otoriter berganti dengan zaman yang liberal.

Demontrasi terjdi dimana-mana. Peluang dan fenomena berbicara terwujud

dengan sebebas-bebasnya. Pers menjadi bebas-sebebasnya. UU No 11/ 1966

Tentang Pokok-pokok Pers digantikan dengan UU No 40/ 1999 yang

besubtansi liberlisme. Bahkan UUD 45 juga diamandemen. Sistem kekuasaan

sudah terbagi dengan jelas. Parlemen sama, bahkan menjadi lebih kuat dari

Presiden/ Pemerintah, kekuasaan yudikatif mulai terasa mandiri, mulai

terlepas dari pengaruh eksekutif.

Serambi masuk dalam perjalanan zaman ini dengan memetik pelajaran

yang penting. Bahwa kedudukan hakiki pers dalam paham negara demokrasi

Universitas Sumatera Utara

Page 20: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

161

berada pada komitmen kerakyatan. Berada pada pilar demokrasi yang

bersumber dari pasal 28 UUD 1945. Dipahami lebih dalam, bahwa negara dan

bangsa adalah milik bersama seluruh lapisan rakyat. Bahwa negara dan bangsa

berisi berbagai komponen dan eksponen yang komprehensif dan paripurna.

Dalam kerangka berbangsa dan bernegara itu, semua eksponen, komponen,

kekuatan, lembaga, profesi, dan sebagainya hendaklah menjalankan peran,

fungsi, tugas dan tanggung jawab masing masing dengan sebaik-baiknya.

Kenapa? Karena nasionalisme itu bukan hanya bedil dan kelewang.

Nasionalisme juga termasuk cangkul, kapur tulis, jarum suntik, pena,

komputer, gitar, palu sidang, dan bermacam lainnya. Nasionalisme adalah

demi negara dan bangsa, semua pihak agar menjalankan tugas dan fungsinya

masing-masing.

5. Serambi terbit dan beredarnaya dipusat konflik Aceh, tentu banyak

halangan, rintangan yang Anda hadapi. Bagaimana menjalankan,

melewatkan level ini agar selamat sampai tujuan?

Jawab :

Sebagai koran yang terbit dijantungnya Aceh, dan daerah konflik maka

pengalaman demi pengalaman kami bertambag kaya. Masa konflik yang

panjang, terbuka, dan frontal itu sesungguhnya makin menghujam kenyakinan

bahwa dalam situasi apapun pers harus netral. Pers harus menyampaikan

informasi secara berimbang, dan harus berjuang melepaskan diri dari tekanan

untuk memanupulasi berita/ informasi. Dalam situasi konflik frontal seperti

yang pernah terjadi di Aceh sikap netral menjadi mahal sekali harganya. Sikap

netral penuh resiko yang pahit, tapi itulah pilihan yang terbaik, dan pasti

berbuah manis.

Bersamaan dengan itu iklim politik reformasi juga mengemuka di Aceh,

campur baur dengan suasana konflik. Demontrasi dan berbagai mimbar bebas,

yang didominasi kegampangan dalam mencapai kehendak, menuntuk hak, dan

meluapkan amarah menambah menambah warna-warni dinamika politik dan

ketertiban umum.

6. Oh ya, dalam amatan saya motto Serambi Indonesia sejak pertama terbit

tanggal 9 Februari 1989 bukan “Independen dan Kredibel” tetapi

“Menuju Pembangunan dah Pembaharuan” sejak kapan ini berubah,

kenapa berubah?

Jawab:

Benar, ...perubahah ini kami lakukan tahun 2000. Kenapa berubah? Belajar

dari suasana konflik dan gonjang-ganjing reformasi dalam rangka konsolidasi

peran idealnya, yang dalam simpul objektifnya adalah menjalankan fungsi

sebagai alat informasi yang komunikatif, jujur dan netral serta menjalin

interaksi positif dengan semua pihak.

Filosofi yang dikandung motto itu adalah amanat, agar Serambi

menyajikan produk jurnalistiknya secara independent, senantiasa

membebaskan diri dari pengaruh apapun, netral dan selalu berimbang. Dengan

begitu Serambi tetap sadar untuk terus berpegang dan berjuang menjadi

Independen dan Kredibel, agar mendapat kepercayaan publik sebagai sebuah

lembaga komunikasi massa.

Menjadi Independen dan Kredibel sama sekali tidak mudah. Visi dan misi

harus diperjuangkan dengan sikap yang sadar, kendati banyak hambatan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 21: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

162

penuh resiko. Dalam hal ini, Serambi wajib mentaati kode etik jurnalistik,

disertai dengan sikap aktif membuka interaksi dan dialog dengan berbagai

pihak melalui asas-asas kemanusiaan yang beriman yang diimplementasikan

dengan pengejawantahan nilai-nilai Islami yang universal untuk mendukung

provinsi Aceh menjadi provinsi yang berkembang, makmur sejahtera,

mencapai kemajuan yang diridhai oleh Allah SWT.

7. Yang terakhir Pak, bagaimana kebijakan redaksional Serambi Indonesia

dalam menentukan berita, termasuk kebijakan dalam pemberiataan

Bendera dan Lambang Aceh?

Jawab :

Oya,...kami pada jajaran redaksi punya kebijakan redaksional tersendiri

sebagai panduan bagi kami dalam bekerja, kebijakan redaksional Serambi

Indonesia ialah:

1) Mempublikasi yang diketahui/ diterima kepada publik dalam kemasan

jurnalistik dan etika yang independen dan kredibel melalui upaya

intelektual rasional yang ber-empati

2) Melakukan kritik sosial secara jujur, berimbang, lugas dan tuntas yakni

sebagai pengenjawantahan nilai Amar Makruf Nahi Mungkar dengan

selalu berusaha memahami pertimbangan dan argumentasi lain agar

kritik sosial tersebut bermanfaat bagi kesejahteraan lahir banthin, dan

kemaslahatan ummat

3) Senantiasa menjaga netralitas dengan mensyaratkan wartawan/

koresponden Serambi Indonesia tidak boleh menjadi pengurus partai

politik atau pengurus organisasi politik manapun. Wartawan/ reporter

Serambi Indonesia juga tidak dibolehkan menjadi anggota legislatif, tidak

boleh merangkap sebagai pegawai pemerintahan atau anggota lembaga-

lembaga pemerintah, atau semi pemerintahan lainnya.

4) Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, wartawan dan redaksional

Serambi Indonesia berpegang teguh dan mentaati Kode Etik Jurnalistik

dan senantiasa mengunakan mengutamakan melayani hak jawab atau

pada kesempatan pertama meralat dengan sendirinya setiap terjadi

kekeliruaan dan kesalahan dalam penyajian produk jurnalistik.

5) Menjalankan amanat jurnalisme dengan sikap profesionalisme yang

berempati pada asas kemanusiaan yang beriman dengan mengembangkan

interaksi yang positif dengan berbagai pihak dalam rangka hubungan

kehidupan yang berlandaskan nilai transendental “Hablumminallah dan

Hablumninannas”

Begitulah diterapkan untuk membangun karakter dasar bagi Serambi

Indonesia. Semua unit kerja baik redaksi maupun lini manajemen wajib

memahami dan melaksanakan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

Yaitu, sebagai bagian penting dari seluruh visi misi yang dirumuskan

berdasarkan pengalaman dan panggilan sejarah.

Demikian hasil wawancara antara peneliti dengan pimpinan Serambi

Indonesia di kantor pusat harian lokal tersebut, Banda Aceh. dalam rangka

mengali lebih dalam level-level yang mempengaruhi pemberitaan Serambi

Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

163

Lampiran 17 Tanskrip Wawancara dengan Teuku Kemal Fasya

a. Nama : Teuku Kemal Fasya

b. Profesi/ Jabatan : Dosen FISIP Univ. Malikussaleh/ Antropolog

c. Waktu Wawancara : 10 Mei 2015

d. Lokasi Tempat : Lhokseumawe

e. Tanda Tangan :

Wawancara:

Tanya (T) : Assalamualikum Pak Kemal... ?

Jawab (J) : Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatu...silakan masuk,

peneliti memasuki sebuah rumah dikawasan Blang Panyang kota

Lhokseumawe. Sambil memperkenalkan diri peneliti dipersilakan

duduk. Lama berbasa-basi, setelah beberapa kali janjian ketemu.

Peneliti melanjutkan wawancara.....!

T : Maaf pak, mengganggu kesibukkan Bapak, saya sedang

melakukan penelitian, terkait polemik bendera dan lambang

Aceh.

J : Oh,.... Ya,... engak apa-apa..., saya senang dengan hal-hal kajian

antropologis peradaban Aceh.

T : Menurut Bapak, bagaimana asal mulanya bendera Aceh?

J : "...Ada yang mengatakan bahwa bendera Kerajaan Aceh

Darussalam berlambang bulan bintang. Tetapi sumber tertulis

yang tertua dari Belanda menyatakan bahwa bendera Aceh

berlambang dua rencong atau pedang, ada pendapat hampir

menyerupai bendera Arab Saudi.

T : Anda sebagai Antropolog, bagaimana melihat bendera Aceh

yang telah menjadi Qanun Aceh.....?

J : “...Secara historis, referensi publik tentang bendera dan lambang

itu tak bisa dilepaskan dari kronologi Aceh Merdeka (sebelum

berubah menjadi Gerakan Aceh Merdeka pada tahun 1990-an)

yang digagas Hasan Tiro pada tahun 1976. Bendera bulan sabit-

bintang dengan latar merah dan strip putih dan hitam itu bukanlah

bendera dan lambang kerajaan atau kelompok politik Aceh pada

masa lalu, ini hasil modifikasi Hasan Tiro yang pemikiran-

pemikirannya banyak dipengaruhi oleh dunia Barat...”

T : Dalam kajian Antropologis apa makna pancacita dengan

bendera dan lambang Aceh baru yang masih kontroversial

ini....?

J : “...Pancacita adalah lambang saat ini. Menggunakan gambar padi,

kapas, kalam, cerobong pabrik, dan kitab, di samping rencong

yang membahasakan pesan keadilan, kepahlawanan,

kemakmuran, kerukunan, dan kesejahteraan. Warna dasarnya

adalah warna hijau dan kuning, dua dari tiga warna yang lazim

digunakan di tanah Melayu, selain merah untuk sulaman dan

riasan pengantin. Secara semiotis, lambang dan bendera yang

Universitas Sumatera Utara

Page 23: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

164

diciptakan Hasan Tiro memiliki strategi linguistik baru. Ia ingin

memberi muatan yang berbeda dengan sejarah Aceh sebelumnya.

Pilihan politik GAM adalah etno-nasionalisme sekuler. Bukan

aspirasi Islam, ini tidak antropologis lokal, tapi impor.

T : Menurut Anda sebagai Antrolog apa makna bendera Bulan

Bintang ini?

J : Tahun 2009 Indra J. Pilliang melakukan penelitian untuk tesisnya,

bahwa warna dasar merah pada bendera GAM melambangkan

perlawanan dan keberanian. Garis hitam melambangkan kematian

oleh perang (martyrdom), dan warna putih memberikan makna

denotatif; kesucian dan ketulusan. Namun, mengapa warna

merah? Merah adalah warna favorit setiap gerakan-gerakan

separatisme atau tuntutan kemerdekaan di dunia.

T : Terus....bagaimana dengan Singa-Bouraq yang ada dalam

lambang GAM...?

J : Singa melambangkan kekuatan dan keberanian, sedangkan

bouraq dianggap kendaraan Nabi Muhammad saat Isra Mikraj,

melambangkan kelihaian dan kecepatan. Bila setiap penanda

(signifier) memerlukan petanda (signified) untuk memberikan

makna (signification), tanda-tanda itu seperti lepas dari konteks

Aceh. Mengapa singa? Singa bukan simbol raja hutan di Asia

Tenggara. Raja rimba tanah Melayu adalah Harimau.

T : Di tengah singa dan bouraq ada gambar bendera dengan

warna biru-kuning-hitam, maknanya....?

J : Tak ada seorang pun yang tahu pesan ini, kecuali Proklamator

GAM Hasan Tiro sebagai pengarang (author). Namun, sebagai

Antroplog dalam meneliti, saya mencoba mencari referensi. Aha!

Bukankah warna bendera Swedia, negeri tempat eksil tokoh-

tokoh GAM, adalah biru dan kuning? Bagaimana dengan warna

hitam? Bisa saja warna itu ditambahkan untuk memberikan

pengaburan (deception) untuk maksud dan tujuan tertentu.

T : Dibawah lambang ada huruf djawi, apa makna pesan

menurut konteks ke-Acehan?

J : Kata-kata dalam huruf Jawi yang terdapat di bawah lambang,

Hudep Besaree, Matee Beusajan (hidup dan mati kita bersama),

tidak berangkat dari parole Aceh. Dalam peribahasa Aceh dikenal

kalimat, Hudep Mulia, Matee Besyahed (hidup dalam kemuliaan,

dan mati dalam kesyahidan). Kesimpulannya, menurut saya

hampir seluruh penanda bermuara pada relasi signifikansi yang

sifatnya impor, tidak antropologis lokal, bukan ke-Acehan.

T : Apa harapan Anda terkait polemik bendera ini bagi masa

depan Aceh....?

J : Kekhususan seharusnya juga menimbang pelbagai etnis dan

kultur kesejarahan Aceh yang tidak tunggal. Hal ini penting agar

tidak terjadi kristalisasi politik seperti gagasan pendirian Provinsi

Aceh Leuser Antara dan Aceh Barat Selatan semakin membesar

dan memberikan risiko bagi penguatan perdamaian.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: 142 Sumber: Serambi Indonesia, Minggu, 1 Maret 2015

165

Lampiran 18: Biodata Peneliti

Biodata Peneliti

Nama Lengkap : Mahmuddin H. Muhammad Amin

Panggilan : Mahmudd

Tempat/Tgl. Lahir : Samalanga, 16 Mei 1973

Alamat Aceh : Desa Panggoi Kec. Muara Dua Kota Lhokseumawe

Alamat Medan : Jalan Tri Darma Pintu 4 Kompleks USU Medan.

Mobile : 0852 9601 4674

Email : [email protected]

Pin bbm : 517B1630

Pendidikan:

1. SD Negeri Mesjid Raya Samalanga 1980 – 1987

2. SMP Negeri 1 Samalanga 1987 – 1990

3. SMA Negeri 1 Samalanga 1990 – 1993

4. Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIK‟P) “Pembangunan” 1993 -1995

(Tidak Tamat)

5. S1 Ilmu Komunikasi Fisip UISU Medan 1996 – 2000.

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Agama : Islam

Hobi : Membaca, Menulis

Status : Menikah

Anak:

1. Dzaky Fikran

2. Nasywa Maulida

3. Muhammad Munawwar

Universitas Sumatera Utara