[email protected] - Serambi Mekkah

26
Jurnal Kinerja Kependidikan Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information Vol. 2, No. 1, Maret 2020 pISSN 2715–7741 eISSN 2715–7423 52 Jurnal Kinerja Kependidikan Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion dalam Larutan Melalui Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Eli Susianti* *Eli Susanti, S. Pd adalah Guru pada SMA Negeri 1 Kejuruan Muda E. Mail: [email protected] Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana melalui model pembelajaran NHT dapat membantu siswa dalam memahami materi kesetimbangan ion dalam larutan, meningkatkan aktivitas, dan kreativitas siswa dalam pembelajaran. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2 semester 2 TP.2014/2015 SMA Negeri 1 Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang yang terdiri dari 22 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki.Penelitian ini berlangsung dalam 2 siklus dengan 6 kali tatap muka. Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi: hasil belajar siswa yang diambil dari pemberian soal tes pada akhir siklus, kemampuan guru dalam pembelajaran yang diambil dari lembar observasi, aktivitas siswa dalam pembelajaran yang diambil dari lembar observasi, dan data tentang refleksi siswa terhadap pembelajaran yang diambil dari angket pada setiap akhir pertemuan. Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah: (1) apabila aktivitas siswa dalam pembelajaran ≥ 72% yang diukur dengan melihat lembar observasi siswa, (2) apabila ≥ 72% dari jumlah siswa berkategori tuntas dengan kriteria tuntas belajar apabila nilai hasil evaluasi pada siklus I dan II ≥ 72. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 67,22 dan persentase ketuntasan belajar sebesar 56,25%. Persentase aktivitas siswa pada pertemuan pertama 63,64%, pada pertemuan kedua 72,73%, dan pada pertemuan ketiga 81,82%. Sedangkan hasil penelitian pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa sebesar 77,56 dan persentase ketuntasan belajar sebesar 93,75%. Persentase aktivitas siswa pada pertemuan pertama 88,67%, pertemuan kedua 90,91%, dan pada pertemuan ketiga 93,18%. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar kimia dan aktivitas siswa kelas XI IPA2 semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 pada materi kesetimbangan ion dalam larutan. Melalui model pembelajaran ini terciptalah suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Dari hasil penelitian, 96,875% siswa senang dengan model pembelajaran Numbered Heads Together ini. Pada siklus I siswa yang mendapat nilai ≥ 72 sebanyak 18 siswa (56,25%), sedangkan pada siklus II siswa yang mendapat nilai ≥ 72 sebanyak 30 siswa (93,75%). Ini berarti hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran NHT. Kata kunci: model pembelajaran, kesetimbangan ion dalam laurtan PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, maka berkembang pula tuntutan masyarakat terhadap kualitas pendidikan. Untuk memenuhi kebutuhan

Transcript of [email protected] - Serambi Mekkah

Page 1: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and

Educational Scientific Information

Vol. 2, No. 1,

Maret 2020

pISSN 2715–7741

eISSN 2715–7423

52 Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion dalam Larutan Melalui

Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

Eli Susianti*

*Eli Susanti, S. Pd adalah Guru pada SMA Negeri 1 Kejuruan Muda

E. Mail: [email protected]

Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana melalui model

pembelajaran NHT dapat membantu siswa dalam memahami materi kesetimbangan

ion dalam larutan, meningkatkan aktivitas, dan kreativitas siswa dalam pembelajaran.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2 semester 2 TP.2014/2015 SMA

Negeri 1 Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang yang terdiri dari 22 siswa

perempuan dan 10 siswa laki-laki.Penelitian ini berlangsung dalam 2 siklus dengan 6

kali tatap muka. Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi: hasil belajar

siswa yang diambil dari pemberian soal tes pada akhir siklus, kemampuan guru

dalam pembelajaran yang diambil dari lembar observasi, aktivitas siswa dalam

pembelajaran yang diambil dari lembar observasi, dan data tentang refleksi siswa

terhadap pembelajaran yang diambil dari angket pada setiap akhir pertemuan.

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah: (1) apabila aktivitas siswa dalam

pembelajaran ≥ 72% yang diukur dengan melihat lembar observasi siswa, (2) apabila

≥ 72% dari jumlah siswa berkategori tuntas dengan kriteria tuntas belajar apabila

nilai hasil evaluasi pada siklus I dan II ≥ 72. Hasil penelitian pada siklus I

menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 67,22 dan persentase ketuntasan

belajar sebesar 56,25%. Persentase aktivitas siswa pada pertemuan pertama 63,64%,

pada pertemuan kedua 72,73%, dan pada pertemuan ketiga 81,82%. Sedangkan hasil

penelitian pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa sebesar 77,56 dan persentase

ketuntasan belajar sebesar 93,75%. Persentase aktivitas siswa pada pertemuan

pertama 88,67%, pertemuan kedua 90,91%, dan pada pertemuan ketiga 93,18%.

Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa dengan menggunakan model

pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar kimia dan aktivitas siswa kelas

XI IPA2 semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 pada materi kesetimbangan ion dalam

larutan. Melalui model pembelajaran ini terciptalah suasana pembelajaran yang

aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Dari hasil penelitian, 96,875% siswa

senang dengan model pembelajaran Numbered Heads Together ini. Pada siklus I

siswa yang mendapat nilai ≥ 72 sebanyak 18 siswa (56,25%), sedangkan pada siklus

II siswa yang mendapat nilai ≥ 72 sebanyak 30 siswa (93,75%). Ini berarti hasil

belajar siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran NHT.

Kata kunci: model pembelajaran, kesetimbangan ion dalam laurtan

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, maka berkembang pula

tuntutan masyarakat terhadap kualitas pendidikan. Untuk memenuhi kebutuhan

Page 2: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and

Educational Scientific Information

Vol. 2, No.1 ,

Maret 2020

pISSN 2715–7741

eISSN 2657- 7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

53

pendidikan yang berkualitas, diperlukan tenaga kependidikan terutama guru yang

berkualitas pula, karena pendidikan yang berkualitas dan bermutu hanya dapat

dijalankan oleh guru profesional. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki

standar akedemik dan standar profesi. Kinerja profesional merupakan akumulasi karya

guru yang memiliki standar pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesionalisme.

Seluruh kompetensi ini harus ditunjukkan dalam bentuk bukti formal sesuai latar

belakang pendidikan profesional.

Salah satu bukti formal yang dapat ditunjukkan oleh guru dan dapat diukur

apakah guru tersebut termasuk dalam kriteria guru profesianal adalah melalui kegiatan

pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksudkan di sini adalah pembelajaran yang dapat

mendorong siswa agar belajar aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Untuk

dapat mewujudkan suasana seperti itu, guru sebagai pelaku utama agen pembelajaran di

samping harus memiliki empat kompetensi seperti yang disebutkan di atas juga harus

memiliki komitmen yang tinggi untuk melaksanakan tugas dan bertanggung jawab

terhadap mutu pendidikan.

Salah satu cara agar tercipta pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif,

dan menyenangkan maka di sini penulis mencoba untuk menerapkan model

pembelajaran Numbered Heads Together NHT) sekaligus penggunaan laptop,

infokus/LCD dalam penyampaian materi kesetimbangan ion dalam larutan.

Hakekat Belajar Kimia

Ilmu kimia lahir dari keinginan dari para ahli kimia untuk memperoleh

jawaban atas pertanyaan “apa” dan “mengapa” tentang sifat materi yang ada di alam,

yang masing-masing akan menghasilkan fakta dan pengetahuan teoritis tentang materi

yang kebenarannya dapat dijelaskan dengan logika matematika (Ernavita, 2004).

Sebagian aspek kimia bersifat “kasat mata” (visible), artinya dapat dibuat fakta

konkretnya, dan sebagian aspek yang lain bersifat abstrak atau “tidak kasat mata”

(invisible), artinya tidak dapat dibuat fakta konkretnya.

Mata pelajaran Kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu

membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta

mengembangkan ilmu dan teknologi. Tujuan mata pelajaran Kimia dicapai oleh peserta

didik melalui berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif dalam bentuk proses

inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses inkuiri ilmiah bertujuan

menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi

sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran kimia

menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan

dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga

tujuan penting yaitu prestasi akedemis, toleransi dan penerimaan terhadap

keanekaragaman, dan pengembangan keterampilan (lihat gambar 1).

Page 3: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……

54 Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

Prestasi Akedemis

Cooperative Toleransi dan Menerima

Learning Meanekaragaman

Pengembangan Keterampilan

Sosial

Hasil yang diperoleh siswa dari cooperative learning

Slavin (1996) mengatakan: Siswa sering tidak menghargai teman-teman-

nya yang berprestasi secara akedemik, tetapi menghargai teman-temannya yang

berprestasi olahraga.... Hal ini karena kesuksesan di bidang olahraga membawa

keuntungan bagi kelompok (timnya, sekolahnya, kotanya), sementara kesuksesan

akedemik hanya menguntungkan bagi individu tersebut.

Slavin, salah seorang pencetus cooperatif learning, percaya bahwa fokus

kelompok pada cooperatif learning dapat mengubah norma-norma dalam budaya anak

muda dan membuat prestasi tinggi dalam tugas-tugas akedemis lebih dapat diterima.

Selain mengubah norma-norma yang terkait dengan prestasi, cooperative

learning dapat menguntungkan bagi siswa berprestasi rendah maupun tinggi yang

mengerjakan tugas-tugas akedemk bersama-sama. Mereka yang berprestasi tinggi

mengajari teman-temannya yang berprestasi yang lebih rendah, sehingga memberikan

bantuan khusus dari sesama teman yang memiliki minat dan bahasa berorientasi kaum

muda yang sama. Dalam prosesnya, mereka yang berprestasi lebih tinggi juga

memperoleh hasil secara akedemik karena bertindak sebagai tutor menuntut untuk

berfikir lebih mendalam tentang hubungan di antara berbagai ide dalam subyek tertentu.

Efek penting kedua dari cooperative learning adalah toleransi dan penerimaan

yang lebih luas terhadap teman-teman yang berbeda suku, budaya, kelas sosial, atau

kemampuannya.

Tujuan ketiga dan penting cooperative learning adalah mengajarkan

keterampilan kerja sama dan kolaborasi kepada siswa. Keterampilan –keterampilan ini

kritis di masyarakat di mana banyak pekerjaan orang dewasa dilaksanakan dalam

kerangka organisasi dan komunitas yang besar dan interdependen, dengan orientasi

yang semakain beragam secara kultural dan semakin global. Cooperative learning

meningkatkan kerja sama karena menghargai dan mendukung perkembangan inteligensi

interpersonal.

Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

Model pembelajaran merupakan salah satu dari konsep mengajar. Di mana

konsep mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, tidak hanya sekedar

menyampaikan informasi dari guru kepada siswa, banyak kegiatan maupun tindakan

yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada

Page 4: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and

Educational Scientific Information

Vol. 2, No.1 ,

Maret 2020

pISSN 2715–7741

eISSN 2657- 7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

55

seluruh siswa, oleh karena rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana, dalam arti

membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam

perbuatan mengajar itu sendiri (Muhammad Ali, 1992).

NHT adalah pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1998) untuk

melibatkan lebih banyak siswa dalam reviu berbagai materi yang dibahas dalam sebuah

pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang tentang isi pelajaran itu.

Dalam model pembelajaran NHT, guru menggunakan empat langkah berikut ini:

Langkah 1: Numbering. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok beranggota

tiga sampai lima orang dan memberi nomor sehingga setiap siswa pada masing-masing

kelompok memiliki nomor antara 1 sampai 5.

Langkah 2: Questioning. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.

Langkah 3: Heads Together. Siswa menyatukan “kepalanya” untuk menemukan

jawaban dan memastikan semua orang tahu jawabannya.

Langkah 4: Answering. Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-masing

kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tangannya dan memberikan jawaban di

hadapan teman-teman kelasnya.

Seperti di pelajaran apa pun, salah tugas perencanaan utama guru adalah

memilih isi yang tepat bagi siswa dengan memperhatikan minat dan pelajaran

sebelumnya.

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29)

menjadi enam langkah sebagai berikut :

Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat

Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam

kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan

percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan

kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal

(pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau

buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang

diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai

bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk

menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari

Page 5: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……

56 Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.

Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok

dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di

kelas.

Langkah 6. Memberi kesimpulan adalah Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban

akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Ada

beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang

hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18),

antara lain adalah : Rasa harga diri menjadi lebih tinggi, Memperbaiki kehadiran,

Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, Perilaku mengganggu menjadi lebih

kecil, Konflik antara pribadi berkurang, Pemahaman yang lebih mendalam dan

Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi serta Hasil belajar lebih tinggi

Tinjauan Materi Kesetimbangan Ion dalam Larutan

Larutan Penyangga

Apakah dalam tubuh manusia terdapat larutan? Dalam tubuh manusia terdapat

larutan-larutan dengan pH sekitar 7,42 yang jika ditambah sedikit asam atau basa pH-

nya hampir tidak berubah. Jika pH banyak berubah akan berakibat fatal bagi kesehatan.

Dalam tubuh manusia terdapat banyak proses kimia dan biologi yang sangat peka

terhadap perubahan pH. Oleh sebab itu, sangat penting menjaga agar pH tetap konstan.

Larutan yang mempunyai pH tetap dan mampu menahan perubahan pH jika

ditambahkan sedikit asam atau basa, dan pengenceran disebut larutan penyangga atau

buffer atau dapar. Secara umum larutan penyangga dapat dibuat dengan mencampurkan

asam lemah dengan basa konjugasinya (garam dari asam lemah tersebut) atau basa

lemah dengan asam konjugasinya (garam dari basa lemah tersebut). Sifat larutan yang

terbentuk berbeda dari komponen-komponen pembentuknya.

Contoh larutan penyangga:

a. Campuran larutan CH3COOH dan CH3COONa

b. Campuran larutan NH4OH dan NH4Cl

Bagaimana larutan penyangga dapat mempertahankan pH?

Larutan penyangga dapat mempertahankan pH larutan karena terjadi reaksi

kesetimbangan ketika ditambahkan asam atau basa. Contohnya, larutan penyangga asam

lemah, misalnya CH3COOH. Jika ke dalm larutan ditambahkan sedikit asam kuat, ion

H+ dari asam kuat segera ditangkap oleh basa konjugasi.

CH3COO- + H+ CH3COOH

Jika ke dalam larutan ditambahkan sedikit basa kuat, giliran asam lemah yang

menangkap ion OH- dari basa kuat.

CH3COOH + OH- CH3COO- + H2O

Page 6: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and

Educational Scientific Information

Vol. 2, No.1 ,

Maret 2020

pISSN 2715–7741

eISSN 2657- 7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

57

Pada larutan penyangga yang mengandung basa lemah, misalnya NH4OH, ion

H+ yang dihasilkan oleh penambahan sedikit asam kuat, segera ditangkap oleh basa

lemah.

NH4OH + H+ NH4+ + H2O

Adapun ion OH- yang berasal dari penambahan basa kuat, segera ditangkap

oleh asam konjugasi.

NH4+ + OH- NH4OH

Bagaimana menghitung pH larutan penyangga?

Untuk buffer asam gunakan rumus:

mmol asam

[ H+ ] = Ka Ka = tetapan ionisasi asam lemah

mmol garam

pH = - log [ H+ ]

Untuk buffer basa gunakan rumus:

mmol basa

[ OH- ] = Kb Kb = tetapan ionisasi basa lemah

mmol garam

Hidrolisis Garam

Hidrolisis garam adalah reaksi kation atau anion dari suatu garam dengan air.

Kation dan anion yang dapat mengalami reaksi hidrolisis adalah kation dan anion garam

yang termasuk elektrolit lemah. Sementara kation dan anion garam yang termasuk

elektrolit kuat tidak terhidrolisis.

Sifat larutan garam dalam air dapat bersifat asam, basa atau netral tergantung

pada jumlah dan jenis asam dan basa yang direaksikan.

Garam yang Tersusun dari Asam Kuat dan Basa Kuat

Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat tidak memberikan

perubahan warna lakmus, baik lakmus merah maupun lakmus biru. Hal itu

menunjukkan bahwa larutan garam bersifat netral. Contohnya, garam NaCl tersusun

atas HCl (asam kuat) dan NaOH (basa kuat). Reaksi ionisasinya sebagai berikut:

NaCl Na+ + Cl-

Ion Na+ berasal dari basa kuat, sedangkan ion Cl- berasal dari asam kuat, sehingga tidak

terhidrolisis dan garam bersifat netral.

Garam yang Tersusun dari Asam Kuat dan Basa Lemah

Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah mengubah lakmus biru

menjadi merah dan tidak merubah lakmus warna lakmus merah. Hal tersebut

menunjukkan bahwa larutan garam bersifat asam. Contohnya garam NH4Cl yang

tersusun dari HCl (asam kuat) dan NH4OH (basa lemah).

Reaksi ionisasinya sebagai berikut:

NH4Cl NH4+ + Cl-

NH4+ akan terhidrolisis, sedangkan Cl- tidak terhidrolisis.

NH4+ + H2O NH4OH + H+

Page 7: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……

58 Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

Adanya ion H+ menunjukkan bahwa larutan bersifat asam. garam tersebut mempunyai

pH < 7.

Rumus menghitung pH sebagai berikut:

[H+] = Kw = tetapan ionisasi air = 10-14

Garam yang Tersusun dari Asam Lemah dan Basa Kuat

Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat mengubah lakmus merah menjadi

biru dan tidak mengubah warna lakmus biru. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan

bersifat basa. Contoh garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat adalah garam

CH3COONa yang tersusun dari CH3COOH (asam lemah) dan NaOH (basa kuat).

Reaksi ionisasinya sebagai berikut:

CH3OONa CH3COO- + Na+

CH3COO- akan terhidrolisis, sedangkan Na+ tidak terhidrolisis.

CH3COO- + H2O CH3COOH + OH-

Adanya ion OH- menunjukkan bahwa larutan bersifat basa. Garam tersebut mempunyai

pH > 7.

Rumus menghitung pH sebagai berikut:

[OH-] = Kw = tetapan ionisasi air = 10-14

Garam yang Tersusun dari Asam Lemah dan Basa Lemah

Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah dapat bersifat asam , basa, atau

netral. CH3COONH4 merupakan contoh garam yang tersusun dari asam lemah dan basa

lemah, yaitu campuran dari CH3COOH (asam lemah) dan NH4OH (basa lemah). Reaksi

ionisasi sebagai berikut:

CH3COONH4 CH3COO- + NH4+

CH3COO- dan NH4+ keduanya terhidrolisis.

CH3COO- + H2O CH3COOH + OH-

NH4+ + H2O NH4OH + H+

Oleh karena dihasilkan ion OH- dan H+, garam tersebut dapat bersifat asam , basa, atau

netral bergantung pada nilai Ka, Kb, konsentrasi H+, dan konsentrasi OH-.

Perhatikan tabel berikut ini!

Tabel 1. Sifat Garam yang Berasal dari Asam Lemah dan Basa Lemah

Perbandingan Ka dan Kb Perbandingan [H+] dan [OH-] pH Sifat Larutan

Ka > Kb [H+] > [OH-] < 7 asam

Ka = Kb [H+] = [OH-] = 7 netral

Ka < Kb [H+] < [OH-] > 7 basa

Rumus menghitung pH sebagai berikut:

Page 8: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and

Educational Scientific Information

Vol. 2, No.1 ,

Maret 2020

pISSN 2715–7741

eISSN 2657- 7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

59

[H+] = Kw = tetapan ionisasi air = 10-14

Untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran, guru harus dapat memilih

metode pembelajaran yang tepat. Pendekatan pembelajaran inovatif yang dapat

diterapkan guru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar kimia sekaligus

meningkatkan aktivitas siswa, serta memberi iklim yang kondusif dalam perkembangan

daya nalar dan kreatifitas siswa adalah dengan pembelajaran kooperatif. Dengan

pembelajaran kooperatif ini siswa termotivasi untuk belajar menyampaikan pendapat

dan bersosialisasi dengan teman. Guru di sini hanya sebagai fasilitator dan motivator

dalam pembelajaran.

NHT adalah tipe model pembelajaran kooperatif yang merupakan struktur

sederhana dan terdiri atas empat tahap yang digunakan untuk mereview fakta-fakta dan

informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi siswa. NHT juga merupakan

model pembelajaran yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam

menelaah materi. Selain itu NHT juga mendorong siswa untuk meningkatkan kerja

sama antar siswa.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, diharapkan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

Kesetimbangan Ion dalam Larutan.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kejuruan Muda

Kabupaten Aceh Tamiang pada kelas XI IPA2 dengan Standar Kompetensi (SK) 4.

Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya pada

Kompetensi Dasar (KD) 4.3.Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan

larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup, dan Kompetensi Dasar

(KD) 4.4. Menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan

garam tersebut. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah tanggal 20 Maret 2015

sampai dengan 15 Juni 2015.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2 semester 2 tahun pelajaran

2014/2015 yang berjumlah 32 siswa, terdiri dari 10 siswa putra dan 22 siswa putri yang

karakteristiknya berdasarkan pengamatan ialah memiliki rata-rata hasil belajar siswa pra

siklus pada mata pelajaran kimia masih rendah, tingkat kecerdasan juga rendah,

sehingga perlu suasana pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

a. Data mengenai hasil belajar diambil dengan memberikan evaluasi pada setiap

akhir siklus.

b. Data mengenai kinerja guru dalam pembelajaran dan aktivitas siswa dalam

kelompok diambil dengan menggunakan lembar observasi.

Page 9: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……

60 Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

c. Data mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan

angket refleksi siswa terhadap pembelajaran.

Alat Pengumpulan Data

a. Lembar tes hasil belajar

b. Lembar observasi aktivitas siswa dalam kelompok

c. Lembar observasi guru dalam proses pembelajaran

d. Lembar kuisioner refleksi siswa terhadap pembelajaran

e. Catatan lapangan

Validasi Data

Tes Hasil Belajar, Soal tes disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada materi Kesetimbangan Ion

dalam Larutan. Bentuk tes yang diberikan adalah tes tulisan berbentuk pilihan

ganda dan uraian. Validasi data didapat dari rekaman hasil tes siswa. Observasi

aktivitas siswa dan guru. Validasi data observasi ini adalah merupakan triangulasi

antara siswa, guru yang melaksanakan PBM dan guru pengamat.

F. Analisis Data

Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan tehnik analisis

deskriptif.

1. Hasil belajar siswa dianalisis dengan analisis diskriptif komparatif yaitu dengan

membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan indikator keberhasilan.

2. Observasi aktivitas siswa dan guru saat kegiatan belajar mengajar dianalisis dengan

analisis deskriptif berdasarkan hasil observasi dan refleksi.

.

G. Prosedur Penelitian

1. Siklus Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini berlangsung dalam semester 2 terdiri dari 2 siklus.

Pada siklus pertama terdiri dari 3 kali tatap muka dan siklus kedua terdiri dari 3 kali

tatap muka. Alokasi waktu untuk setiap tatap muka ada yang 3 jam pelajaran dan ada

yang 2 jam pelajaran.

2. Prosedur Penelitian

Prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi tahap perencanaan,

pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Tahapan tersebut disusun dalam 2

siklus. Adapun langkah penelitian yang ditempuh pada setiap siklus secara rinci dapat

dipaparkan sebagai berikut.

Siklus I

1. Perencanaan

a. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada KD Larutan

Penyangga.

Page 10: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and

Educational Scientific Information

Vol. 2, No.1 ,

Maret 2020

pISSN 2715–7741

eISSN 2657- 7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

61

b. Merancang skenario pembelajaran dengan model Numbered Heads Together

(NHT).

c. Menyiapkan instrumen penelitian siklus I (lembar observasi guru dan siswa,

kuisioner angket refleksi siswa, lembar tes hasil belajar siswa).

d. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), buku paket (alhamdulillah, setiap siswa

sudah memiliki buku pegangan), dan prasarana yang diperlukan dalam

penyampaian materi.

e. Merancang pembentukan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa dengan

memperhatikan penyebaran kemampuan siswa berdasarkan nilai ulangan materi

sebelumnya.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I terdiri dari tiga kali pertemuan yaitu

dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2015, 24 Maret 2015, dan 27 Maret 2015 dengan

alokasi waktu ada yang 3 × 45 menit dan ada yang 2 x 45 menit. Semuanya

dilaksanakan melalui pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT).

Pertemuan pertama

a. Guru mengondisikan siswa dan memastikan setiap siswa siap menerima pelajaran.

b. Guru melakukan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki materi

yang akan dibahas.

c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

d. Guru menjelaskan cara kerja secara ringkas tentang percobaan menganalisis sifat

larutan penyangga dan bukan penyangga.

e. Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok terdiri dari 4 siswa pada tiap kelompok

(sesuai rancangan sebelumnya) dan memberi nomor 1, 2, 3, dan 4.

f. Guru membagikan LKS 1 kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari.

g. Guru meminta siswa bekerja dalam kelompok. Siswa bersama kelompoknya

berdiskusi memahami LKS 1 untuk melakukan percobaan menganalisis sifat larutan

penyangga dan bukan penyangga.

h. Setiap kelompok melakukan percobaan.

i. Guru berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok yang

mengalami kesulitan.

j. Setelah waktu percobaan selesai, guru memanggil satu nomor untuk mengisi hasil

pengamatan.

k. Tiap kelompok memperhatikan, apabila kurang jelas diberi kesempatan bertanya,

jika terjadi perbedaan pendapat maka siswa yang bernomor sama dari kelompok lain

diberi kesempatan untuk menanggapi (memberi masukan).

l. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan pada LKS 1

m. Guru menanyakan pada semua kelompok, kelompok mana yang terbaik hasil

diskusinya, guru memberi penghargaan.

Page 11: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……

62 Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

n. Guru mendiskusikan kembali dengan seluruh siswa, mengadakan pengembangan

materi dan membimbing membuat kesimpulan dari serangkaian pembelajaran yang

telah dilakukan.

o. Pada akhir pertemuan, guru memberikan tugas membuat laporan praktikum.

Pertemuan kedua

a. Guru mengondisikan siswa dan memastikan setiap siswa siap menerima pelajaran.

b. Guru mengingatkan siswa untuk mengumpulkan laporan praktikum.

c. Dengan tanya jawab, guru melakukan apersepsi tentang sifat larutan penyangga.

d. Guru melakukan motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki materi selanjutnya.

e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

f. Guru menjelaskan materi pelajaran pada hari itu secara ringkas dengan menjelaskan

kembali langkah kerja model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).

g. Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok terdiri dari 4 siswa pada tiap kelompok

(sesuai rancangan sebelumnya). Tiap siswa dalam kelompoknya diberi nomor yang

berbeda-beda yaitu nomor 1, 2, 3 dan 4.

h. Guru membagikan LKS 2 kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari.

i. Guru meminta siswa bekerja dalam kelompok. Siswa bersama kelompoknya

berdiskusi mengerjakan LKS 2 untuk memperoleh pemahaman tentang:

Campuran yang dapat membentuk larutan penyangga

Menghitung pH atau pOH larutan penyangga.

j. Setiap kelompok memastikan semua anggotanya dapat memahami diskusi tersebut.

k. Guru memotivasi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok serta

mengingatkan bahwa nilai presentasi merupakan nilai kelompok.

l. Guru berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok yang mengalami

kesulitan.

m. Setelah waktu diskusi selesai, guru kemudian menyebut sebuah nama kelompok dan

satu nomor siswa. Siswa yang merasa nomornya disebutkan maju

mempresentasikan hasil diskusi mewakili kelompoknya. Para siswa dari tiap

kelompok dengan nomor yang sama juga bersiap-siap memberikan jawaban ataupun

masukan.

n. Tiap kelompok memperhatikan dan bila kurang jelas diberi kesempatan bertanya, jika

terjadi perbedaan pendapat maka kelompok lain diberi kesempatan untuk

menanggapi (memberi masukan).

o. Guru menanyakan pada semua kelompok, kelompok mana yang terbaik hasil

diskusinya, guru memberi penghargaan (hadiah berupa skor nilai / peringkat).

p. Guru mendiskusikan kembali dengan seluruh siswa, mengadakan pengembangan

materi disertai contoh-contoh soal perhitungan pH larutan penyangga yang berasal

dari campuran asam lemah dengan basa kuat, campuran asam kuat dengan basa

lemah, campuran asam lemah dengan garamnya atau campuran basa lemah dengan

garamya, dan membuat kesimpulan dari serangkaian pembelajaran yang telah

dilakukan.

q. Guru memberikan kuis secara individu.

Page 12: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and

Educational Scientific Information

Vol. 2, No.1 ,

Maret 2020

pISSN 2715–7741

eISSN 2657- 7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

63

r. Pada akhir pertemuan, guru juga memberikan tugas / PR mengerjakan soal-soal yang

berhubungan dengan materi yang dibahas.

Pertemuan Ketiga

a. Guru mengondisikan siswa dan memastikan setiap siswa siap menerima pelajaran.

b. Guru menanyakan tugas apakah ada kesulitan atau tidak, jika ada maka guru

bersama siswa membahas tugas tersebut..

c. Dengan tanya jawab, guru mengingatkan kembali tentang cara menentukan pH

larutan penyangga.

d. Guru melakukan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki materi

selanjutnya.

e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

f. Guru menjelaskan materi pelajaran pada hari itu secara ringkas dengan menjelaskan

kembali langkah kerja model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).

g. Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok terdiri dari 4 siswa pada tiap kelompok

(sesuai rancangan sebelumnya). Tiap siswa dalam kelompoknya diberi nomor yang

berbeda-beda yaitu nomor 1, 2, 3 dan 4.

h. Guru membagikan LKS 3 kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari.

i. Guru meminta siswa bekerja dalam kelompok. Siswa bersama kelompoknya

berdiskusi mengerjakan LKS 3 untuk memperoleh pemahaman tentang:

Penentuan pH larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam, sedikit basa,

atau pengenceran.

Fungsi/peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.

j. Setiap kelompok memastikan semua anggotanya dapat memahami diskusi tersebut.

k. Guru memotivasi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok serta

mengingatkan bahwa nilai presentasi merupakan nilai kelompok.

l. Guru berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok yang mengalami

kesulitan.

m.Setelah waktu diskusi selesai, guru kemudian menyebut sebuah nama kelompok dan

satu nomor siswa. Anak yang merasa nomornya disebutkan maju mempresentasikan

hasil diskusi mewakili kelompoknya. Para siswa dari tiap kelompok dengan nomor

yang sama juga bersiap-siap memberikan jawaban ataupun masukan.

n. Tiap kelompok memperhatikan dan bila kurang jelas diberi kesempatan bertanya, jika

terjadi perbedaan pendapat maka kelompok lain diberi kesempatan untuk

menanggapi (memberi masukan).

o. Guru menanyakan pada semua kelompok, kelompok mana yang terbaik hasil

diskusinya, guru memberi penghargaan (hadiah berupa skor nilai / peringkat).

p. Guru mendiskusikan kembali dengan seluruh siswa, mengadakan pengembangan

materi disertai contoh-contoh soal perhitungan pH larutan penyangga yang berasal

dari campuran asam lemah dengan basa kuat, campuran asam kuat dengan basa

lemah, campuran asam lemah dengan garamnya atau campuran basa lemah dengan

garamya, dan membuat kesimpulan dari serangkaian pembelajaran yang telah

dilakukan.

Page 13: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……

64 Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

q. Pada akhir siklus I pertemuan 3, guru memberikan pos tes untuk mengetahui hasil

belajar siswa pada siklus I.

r. Guru membagikan angket refleksi siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

s. Guru menginformasikan kepada siswa percobaan hidrolisis garam pada pertemuan

berikut.

Pengamatan

Observasi yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap aktivitas siswa dan

kinerja guru selama pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together berlangsung.

Aspek yang diamati adalah sebagai berikut:

Kinerja guru dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together ini

meliputi mengorientasi siswa dalam pembelajaran, mengorganisasi siswa ke dalam

kelompok-kelompok, membimbing siswa dalam kelompok, mengamati siswa dalam

kelompok, membimbing siswa dalam mengembangkan dan menyajikan hasil kelompok,

serta menganalisis dan mengevaluasi hasil kelompok.

Pengamatan terhadap siswa meliputi perhatian siswa saat dijelaskan, bertanya

tentang materi yang dipelajari, mengondisikan diri dalam kelompok, antusias dalam

menyelesaikan tugas, menyatukan pendapat dalam diskusi, kerjasama, memberi

masukan saat presentasi, memberi respon positif atas jawaban temannya dan

penghargaan yang diberikan guru, serta mengerjakan evaluasi secara jujur.

Siklus

Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka diadakan perencanaan ulang.

Rencana yang dibuat pada prinsipnya sama dengan rencana pada siklus I, meliputi

penyiapan RPP dengan pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), instrumen

penelitian, LKS, pembentukan kelompok, yang diikuti oleh beberapa perbaikan,

diantaranya:

Guru peneliti mempelajari kembali model pembelajaran Numbered Heads Together

(NHT) secara lebih seksama agar lebih menguasai penerapannya.

Guru peneliti merancang kembali alokasi waktu yang tepat pada skenario

pembelajaran sehingga sesuai dengan alokasi waktu pada saat di lapangan.

Guru peneliti merancang LKS dan soal dengan bahasa yang lebih sederhana agar

mudah dipahami siswa.

1. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II terdiri dari tiga kali pertemuan

yaitu dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2015, 3 April 2015, dan 7 April 2012 dengan

alokasi waktu ada yang 3 × 45 menit dan ada yang 2 x 45 menit. Semua dilaksanakan

melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

Pertemuan pertama

a. Guru mengondisikan siswa dan memastikan setiap siswa siap menerima pelajaran.

b. Guru melakukan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki materi

yang akan dibahas.

Page 14: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and

Educational Scientific Information

Vol. 2, No.1 ,

Maret 2020

pISSN 2715–7741

eISSN 2657- 7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

65

c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

d. Guru menjelaskan cara kerja secara ringkas tentang percobaan hidrolisis garam.

e. Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok terdiri dari 4 siswa pada tiap kelompok

(sesuai rancangan sebelumnya) dan memberi nomor 1, 2, 3, dan 4.

f. Guru membagikan LKS 4 kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari.

g. Guru meminta siswa bekerja dalam kelompok. Siswa bersama kelompoknya

berdiskusi memahami LKS 4 untuk melakukan percobaan hidrolisis garam.

h. Setiap kelompok melakukan percobaan.

i. Guru berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok yang mengalami

kesulitan.

j. Setelah waktu percobaan selesai, guru memanggil satu nomor untuk mengisi hasil

pengamatan.

k. Tiap kelompok memperhatikan dan bila kurang jelas diberi kesempatan bertanya, jika

terjadi perbedaan pendapat maka siswa yang nomornya sama dari kelompok lain

diberi kesempatan untuk menanggapi (memberi masukan).

l. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan pada LKS 4.

m. Guru menanyakan pada semua kelompok, kelompok mana yang terbaik hasil

diskusinya, guru memberi penghargaan.

n. Guru mendiskusikan kembali dengan seluruh siswa, mengadakan pengembangan

materi dan membimbing membuat kesimpulan dari serangkaian pembelajaran yang

telah dilakukan.

o. Pada akhir pertemuan, guru memberikan tugas membuat laporan praktikum.

Pertemuan kedua

a. Guru mengondisikan siswa dan memastikan setiap siswa siap menerima pelajaran.

b. Guru mengingatkan siswa untuk mengumpulkan laporan praktikum.

c. Dengan tanya jawab, guru mengingatkan kembali tentang ciri-ciri garam yang dapat

mengalami reaksi hidrolisis beserta contohnya.

d. Guru melakukan motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki materi selanjutnya.

e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

f. Guru menjelaskan materi pelajaran pada hari itu secara ringkas dengan menjelaskan

kembali langkah kerja model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).

g. Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok terdiri dari 4 siswa pada tiap kelompok

(sesuai rancangan sebelumnya). Tiap siswa dalam kelompoknya diberi nomor yang

berbeda-beda yaitu nomor 1, 2, 3 dan 4.

h. Guru membagikan LKS 5 kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari.

i. Guru meminta siswa bekerja dalam kelompok. Siswa bersama kelompoknya

berdiskusi mengerjakan LKS 5 untuk memperoleh pemahaman tentang:

Reaksi hidrolisis garam.

Campuran asam dengan basa yang dapat membentuk hidrolisis garam

Penentuan pH atau pOH hidrolisis garam.

j. Setiap kelompok memastikan semua anggotanya dapat memahami diskusi tersebut.

k. Guru memotivasi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok serta

mengingatkan bahwa nilai presentasi merupakan nilai kelompok.

l. Guru berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok yang mengalami

kesulitan.

Page 15: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……

66 Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

m. Setelah waktu diskusi selesai, guru kemudian menyebut sebuah nama kelompok dan

satu nomor siswa. Siswa yang merasa nomornya disebutkan maju

mempresentasikan hasil diskusi mewakili kelompoknya. Para siswa dari tiap

kelompok dengan nomor yang sama juga bersiap-siap memberikan jawaban ataupun

masukan.

n. Tiap kelompok memperhatikan dan bila kurang jelas diberi kesempatan bertanya, jika

terjadi perbedaan pendapat maka kelompok lain diberi kesempatan untuk

menanggapi (memberi masukan).

o. Guru menanyakan pada semua kelompok, kelompok mana yang terbaik hasil

diskusinya, guru memberi penghargaan (hadiah berupa skor nilai / peringkat).

p. Guru mendiskusikan kembali dengan seluruh siswa, mengadakan pengembangan

materi disertai contoh-contoh soal perhitungan pH hidrolisis garam yang berasal

dari campuran asam lemah dengan basa kuat, campuran asam kuat dengan basa

lemah, campuran asam lemah dengan basa lemah atau dari rumusan garam saja yang

memiliki jumlah koefisien 2 untuk kation/anion yang berasal dari yang lemah, dan

membuat kesimpulan dari serangkaian pembelajaran yang telah dilakukan.

q. Guru memberikan kuis secara individu.

r. Pada akhir pertemuan, guru juga memberikan tugas / PR mengerjakan soal-soal yang

berhubungan dengan materi yang dibahas.

Pertemuan ketiga

a. Guru mengondisikan siswa dan memastikan setiap siswa siap menerima pelajaran.

b. Guru menanyakan tugas apakah ada kesulitan atau tidak, jika ada maka guru

bersama siswa membahas tugas tersebut..

c. Dengan tanya jawab, guru mengingatkan kembali tentang cara menentukan pH

hidrolisis garam.

d Guru melakukan motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki materi selanjutnya.

e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

f. Guru menjelaskan materi pelajaran pada hari itu secara ringkas dengan menjelaskan

kembali langkah kerja model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).

g. Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok terdiri dari 4 siswa pada tiap kelompok

(sesuai rancangan sebelumnya). Tiap siswa dalam kelompoknya diberi nomor yang

berbeda-beda yaitu nomor 1, 2, 3 dan 4.

h. Guru membagikan LKS 6 kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari.

i. Guru meminta siswa bekerja dalam kelompok. Siswa bersama kelompoknya

berdiskusi mengerjakan LKS 6 untuk memperoleh pemahaman tentang:

Penentuan pH larutan garam yang tidak mengalami hidrolisis.

Pambahasan soal-soal larutan penyangga dan hidrolisis garam.

j. Setiap kelompok memastikan semua anggotanya dapat memahami diskusi tersebut.

k. Guru memotivasi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok serta

mengingatkan bahwa nilai presentasi merupakan nilai kelompok.

l. Guru berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok yang mengalami

kesulitan.

Page 16: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and

Educational Scientific Information

Vol. 2, No.1 ,

Maret 2020

pISSN 2715–7741

eISSN 2657- 7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

67

m. Setelah waktu diskusi selesai, guru kemudian menyebut sebuah nama kelompok dan

satu nomor siswa. Siswa yang merasa nomornya disebutkan maju

mempresentasikan hasil diskusi mewakili kelompoknya. Para siswa dari tiap

kelompok dengan nomor yang sama juga bersiap-siap memberikan jawaban

ataupun masukan.

n. Tiap kelompok memperhatikan dan bila kurang jelas diberi kesempatan bertanya,

jika terjadi perbedaan pendapat maka kelompok lain diberi kesempatan untuk

menanggapi (memberi masukan).

o. Guru menanyakan pada semua kelompok, kelompok mana yang terbaik hasil

diskusinya, guru memberi penghargaan (hadiah berupa skor nilai / peringkat).

p. Guru mendiskusikan kembali dengan seluruh siswa, mengadakan pengembangan

materi disertai contoh-contoh soal cara menentukan perhitungan pH larutan

penyangga dan hidrolisis garam apabila yang direaksikan asam dengan basa, serta

membuat kesimpulan dari serangkaian pembelajaran yang telah dilakukan.

q. Guru membagikan angket refleksi siswa terhadap pembelajaran yang telah

dilakukan.

r. Guru menginformasikan kepada siswa post tes kegiatan siklus II pada pertemuan

berikutnya.

3. Pengamatan

Observasi yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap aktivitas siswa dan

kinerja guru selama pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together berlangsung.

Aspek yang diamati adalah sebagai berikut.

a. Guru

Kinerja guru dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together ini

meliputi mengorientasi siswa dalam pembelajaran, mengorganisasi siswa ke dalam

kelompok-kelompok, membimbing siswa dalam kelompok, mengamati siswa dalam

kelompok, membimbing siswa dalam mengembangkan dan menyajikan hasil

kelompok, serta menganalisis dan mengevaluasi hasil kelompok.

b. Siswa

Pengamatan terhadap siswa meliputi perhatian siswa saat dijelaskan, bertanya

tentang materi yang dipelajari, mengkondisikan diri dalam kelompok, antusias

dalam menyelesaikan tugas, menyatukan pendapat dalam diskusi, kerjasama,

memberi masukan saat presentasi, memberi respon positif atas jawaban temannya

dan penghargaan yang diberikan guru, serta mengerjakan evaluasi secara jujur.

Refleksi

Refleksi pada siklus II dilaksanakan segera setelah tahap pelaksanaan tindakan

selesai. Refleksi siklus II merupakan analisis dari hasil observasi dan tes hasil belajar

pada siklus II. Hasil refleksi pada siklus II ini digunakan untuk menarik kesimpulan

apakah penelitian yang dilakukan sudah mencapai indikator yang ditetapkan.

Indikator Keberhasilan

Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam penelitian

tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

Page 17: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……

68 Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

1. Apabila aktivitas siswa dalam pembelajaran minimal 72 % yang diukur

dengan melihat lembar observasi siswa.

2. Kriteria ketuntasan belajar adalah apabila nilai hasil evaluasi siswa pada siklus I

dan siklus II ≥ 72.

Tabel 2. Kriteria ketuntasan

No. Nilai Kriteria Ketuntasan

% Kriteria

1. ≥ 72 ≥ 72 Tuntas

2. < 72 < 72 Tidak tuntas

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I

Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran pada KD 4.3 yaitu: Mendeskripsikan sifat larutan penyangga

dan peranan larutan penyangga, menyiapkan instrumen penelitian ( lembar observasi

guru dan siswa, kuisioner angket refleksi siswa, lembar tes hasil belajar siswa),

menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), merancang pembentukan kelompok, setiap

kelompok terdiri dari 4 siswa dengan memperhatikan penyebaran kemampuan siswa

berdasarkan nilai ulangan materi sebelumnya, dan mengembangkan skenario

pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) sebagaimana RPP terlampir.

Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada siklus I, guru melakukan

apersepsi, memberikan motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki materi Larutan

Penyangga, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menjelaskan secara

ringkas cara kerja percobaan tentang larutan penyangga, menjelaskan langkah kerja

model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), mengarahkan siswa agar duduk

sesuai kelompok yang ditentukan, memberi nomor yang berbeda-beda pada tiap siswa

dalam kelompoknya.

Guru membagikan LKS, kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan

dipelajari. Di kelas XI IPA2 masing-masing siswa sudah memiliki buku pegangan

kimia, jadi hal ini mempermudah untuk membahas materi pelajaran. Siswa bersama

kelompoknya berdiskusi mengerjakan LKS, setiap kelompok diharuskan memastikan

semua anggotanya dapat memahami diskusi tersebut. Pada saat siswa berdiskusi, guru

berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok yang mengalami

kesulitan, serta memotivasi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok.

Setelah waktu diskusi selesai, guru menentukan siswa mana yang harus

mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Guru kemudian menyebut sebuah nama

kelompok dan satu nomor siswa. Siswa yang merasa nomornya disebutkan maju

mempresentasikan hasil diskusi mewakili kelompoknya. Para siswa dari tiap kelompok

dengan nomor yang sama juga bersiap-siap memberikan presentasi ataupun masukan.

Tiap kelompok memperhatikan dan bila kurang jelas diberi kesempatan bertanya, jika

terjadi perbedaan pendapat maka kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi

(memberi masukan dan jawaban). Selanjutnya, dilakukan diskusi kelas untuk membuat

kesimpulan di akhir kegiatan, sekaligus menentukan kelompok mana yang terbaik

menurut pengamatan siswa dengan memberi kesempatan pada masing-masing ketua

Page 18: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and

Educational Scientific Information

Vol. 2, No.1 ,

Maret 2020

pISSN 2715–7741

eISSN 2657- 7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

69

kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan penghargaan dengan

teriakan ALLOHU AKBAR bersama siswa pada kelompok terbaik (seorang siswa yang

suaranya keras sudah ditunjuk guru memberi aba-aba takbir).

Pada saat yang sama, guru pengamat melakukan pengamatan dengan mengisi

instrumen yang sudah disiapkan meliputi: pengamatan kegiatan guru, pengamatan

kegiatan siswa saat kegiatan belajar mengajar.

Di akhir siklus, peneliti memberikan tes hasil belajar dan meminta siswa

mengisi angket refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil yang didapat

dari pengamatan ini adalah sebagai berikut.

Hasil Observasi Kinerja Guru

Pertemuan Pertama, Pengamatan kemampuan guru dalam pengelolaan

pembelajaran pada pertemuan pertama siklus I dengan skor terendah 2 dan skor

tertinggi 4 (lampiran 11). Pertemuan Kedua, Pengamatan kemampuan guru dalam

pengelolaan pembelajaran pada pertemuan kedua siklus I dengan skor terendah 3 dan

skor tertinggi 4 (lampiran 12). Pengamatan kemampuan guru dalam pengelolaan

pembelajaran pada pertemuan ketiga siklus I dengan skor terendah 3 dan skor tertinggi

4 (lampiran 13).

Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Pertemuan Pertama, Pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran pada

pertemuan pertama siklus I memiliki persentase 63,64% dengan skor terendah 2 dan

skor tertinggi 3 (lampiran 18). Pertemuan Kedua, Pengamatan aktivitas siswa

dalam pembelajaran pada pertemuan kedua siklus I memiliki persentase 72,73%

dengan skor terendah 2 dan skor tertinggi 4 (lampiran 19). Dan Pertemuan Ketiga,

Pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran pada pertemuan ketiga siklus I

memiliki persentase 81,82% dengan skor terendah 3 dan skor tertinggi 4 (lampiran 20).

Hasil Belajar Siswa dan Hasil Analisis Angket Siswa

Setelah dilakukan analisis data hasil tes siklus I dengan materi pelajaran Larutan

Penyangga, diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 67,22. Siswa yang tuntas sebanyak 18

orang (56,25%), siswa yang tidak tuntas sebanyak 14 orang (43,75%) dengan nilai

tertinggi 89 dan nilai terendah 45.

Tanggapan siswa tentang pembelajaran dilakukan pada setiap akhir siklus.

Hasil tanggapan siswa atas pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Hasil Angket Refleksi Siswa Siklus I

No. Aspek yang Diamati Frekuensi

Jawaban Persentase

1. Pernyataan siswa mengenai pembelajaran dengan

model Numbered Heads Together.

A. Menyenangkan 30 93,75%

B. Tidak menyenangkan - -

C. Ragu-ragu 2 6,25%

2. Pernyataan siswa mengenai pembelajaran yang

dilakukan dengan kerja kelompok.

A. Menyenangkan 29 90,625%

Page 19: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……

70 Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

B. Tidak menyenangkan 1 3,125%

C. Ragu-ragu 2 6,25%

3. Pernyataan siswa bahwa model Numbered Heads

Together membuat siswa berani mengemukakan

pendapat.

A. Ya 23 71,875%

B. Tidak 6 18,75%

C. Ragu-ragu 3 9,375%

4. Pernyataan siswa bahwa pembelajaran dengan

model Numbered Heads Together membuat siswa

mudah memahami pelajaran

A. Ya 26 81,25%

B. Tidak 4 12,50%

C. Ragu-ragu 2 6,25%

5. Pernyataan siswa mengalami kesulitan dalam

mengikuti pembelajaran

A. Ya 4 12,50%

B. Tidak 28 87,50%

C. Ragu-ragu - -

Dalam kegiatan inti, yang dilakukan guru meliputi mengorientasi siswa dalam

pembelajaran, dalam hal ini guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang

mengalami kesulitan. Siswa dalam kelompoknya melakukan kegiatan dengan

bimbingan guru, namun demikian bimbingan guru masih belum merata pada setiap

kelompok. Guru lebih banyak memberikan bimbingan kepada kelompok yang aktif

bertanya, sedangkan kelompok yang cenderung pasif hanya mendapat bimbingan guru

secara sekilas. Selain itu, guru belum dapat mengalokasikan waktu secara baik, ini

dikarenakan belum terbiasanya guru dalam menerapkan model pembelajaran Numbered

Heads Together (NHT).

Pada kegiatan penutup guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan.

Namun dalam menarik kesimpulan kebanyakan masih dilakukan oleh guru, sehingga

siswa belum terbiasa berpikir sendiri. Secara umum, pada siklus I ini guru masih

mendominasi pembelajaran.

Penilaian aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama cukup baik , dan

meningkat pada pertemuan kedua dan ketiga. Persiapan guru sudah cukup matang dan

selama proses pembelajaran berlangsung guru sudah berusaha untuk menerapkan model

pembelajaran NHT sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Namun hal ini perlu

ditingkatkan lagi pada siklus II dengan perbaikan-perbaikan seperti pemerataan

bimbingan pada setiap kelompok, serta memberi kesempatan pada siswa untuk terbiasa

berpikir sendiri. Selain itu diupayakan untuk merancang kembali alokasi waktu yang

tepat pada skenario pembelajaran sehingga sesuai dengan alokasi waktu pada saat di

lapangan.

Pada siklus I, dari setiap pertemuan menunujukkan peningkatan aktifitas belajar

siswa. Seperti meningkatnya antusias dan motivasi siswa dalam mengikuti

pembelajaran, karena dorongan dan pemberian motivasi oleh guru. Untuk kerja

kelompokpun menunjukkan aktivitas, seperti meningkatnya diskusi dan tanya jawab

antar teman dalam kelompok, serta memberi pendapat tentang hasil yang

Page 20: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and

Educational Scientific Information

Vol. 2, No.1 ,

Maret 2020

pISSN 2715–7741

eISSN 2657- 7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

71

dipresentasikan. Selain itu dalam mengkaji ulang/melakukan evaluasi dan membuat

kesimpulan juga semakin meningkat.

Berdasarkan hasil lembar observasi aktivitas siswa, keaktifan siswa pada

pertemuan pertama sebesar 63,64% pada pertemuan kedua 72,73%, dan pada pertemuan

ketiga 81,82%. Hasil ini sudah sesuai dengan indikator kaberhasilan yang ditetapkan

sebanyak 72%.

Walaupun demikian perlu adanya perbaikan sekaligus peningkatan dengan

memberikan dorongan motivasi kepada siswa yang masih sungkan mengemukakan

pendapat, untuk lebih bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas , menyatukan

pendapat, tidak merasa malu jika salah menjawab soal,serta melakukan diskusi secara

aktif dan memberi pujian bagi siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan. Guru

harus mampu memberi perhatian serta motivasi terhadap kegiatan siswa dalam

kelompoknya. Permasalahan ini akan diupayakan perbaikan pada siklus II.

Pada siklus I, hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan karena

siswa yang tuntas 56,25% dengan nilai rata-rata 67,22. Masih perlu diadakan upaya

perbaikan sekaligus peningkatan pada siklus II dengan memotivasi siswa untuk lebih

aktif dalam pembelajaran dan Secara umum siswa memberikan respon positif atas

pembelajaran yang telah dilakukan. Sebanyak 93,75% siswa mengaku merasa senang

dengan pembelajaran Numbered Heads Together, 71,875% siswa terdorong untuk

berani mengemukakan pendapat walaupun terdapat 12,50% siswa yang masih

mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, 18,75% kurang berani

berpendapat.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus II Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran pada KD 4.4. yaitu: Menentukan jenis garam yang

mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut, menyiapkan instrumen

penelitian (lembar observasi guru dan siswa, kuisioner angket refleksi siswa, lembar tes

hasil belajar siswa), menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), merancang pembentukan

kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa dengan memperhatikan penyebaran

kemampuan siswa berdasarkan nilai ulangan materi sebelumnya, dan mengembangkan

skenario pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) sebagaimana RPP terlampir.

Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada siklus II, guru melakukan

apersepsi, memberikan motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki materi Hidrolisis

Garam, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menjelaskan cara kerja

percobaa tentang hidrolisis garam, mengingatkan kembali langkah kerja model

pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), mengarahkan siswa agar duduk sesuai

kelompok yang ditentukan, memberi nomor yang berbeda-beda pada tiap siswa dalam

kelompoknya.

Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari.

Siswa bersama kelompoknya berdiskusi mengerjakan LKS, setiap kelompok diharuskan

memastikan semua anggotanya dapat memahami diskusi tersebut. Pada saat siswa

berdiskusi, guru berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok yang

mengalami kesulitan, serta memotivasi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi

kelompok.

Page 21: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……

72 Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

Setelah waktu diskusi selesai, guru menentukan siswa mana yang harus

mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Guru kemudian menyebut sebuah nama

kelompok dan satu nomor siswa. Anak yang merasa nomornya disebutkan maju

mempresentasikan hasil diskusi mewakili kelompoknya. Para siswa dari tiap kelompok

dengan nomor yang sama juga bersiap-siap memberikan presentasi ataupun masukan.

Tiap kelompok memperhatikan dan bila kurang jelas diberi kesempatan bertanya, jika

terjadi perbedaan pendapat maka kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi

(memberi masukan dan jawaban). Selanjutnya, dilakukan diskusi kelas untuk membuat

kesimpulan di akhir kegiatan, sekaligus menentukan kelompok mana yang terbaik

menurut pengamatan siswa dengan memberi kesempatan pada masing-masing ketua

kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan penghargaan dengan

memberikan hadiah bonbon pada semua anggota dari kelompok yang terbaik.

Pada saat yang sama, pengamat melakukan pengamatan dengan mengisi

instrumen yang sudah disiapkan meliputi: pengamatan kegiatan guru, pengamatan

kegiatan siswa saat kegiatan belajar mengajar. Peneliti memberikan tes hasil belajar

dengan menggunakan jam pelajaran pada pertemuan berikutnya. Kemudian, guru

meminta siswa mengisi angket refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut:

Hasil Observasi Kinerja Guru

Pengamatan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada pertemuan

pertama siklus II dengan skor terendah 3 dan skor tertinggi 4 (lampiran 15). Pengamatan

kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada pertemuan kedua siklus II

dengan skor terendah 3 dan skor tertinggi 4 (lampiran 16). Pengamatan kemampuan

guru dalam pengelolaan pembelajaran pada pertemuan ketiga siklus II dengan skor

terendah 3 dan skor tertinggi 4 (lampiran 17).

Hasil Observasi Aktivitas dan Hasil Beklajar Siswa

Pengamatan aktivitas siswa pada pertemuan pertama siklus II 88,67% dengan skor

terendah 3 dan skor tertinggi 4 (lampiran 21). Pertemuan Kedua Pengamatan

aktivitas siswa pada pertemuan kedua siklus II 90,91% dengan skor terendah 3 dan skor

tertinggi 4 (lampiran 22). Pertemuan Ketiga Pengamatan aktivitas siswa pada

pertemuan ketiga siklus II 93,18% dengan skor terendah 3 dan skor tertinggi 4. Hasil

Belajar Siswa Setelah dilakukan analisis data hasil tes siklus II dengan materi pelajaran

Larutan Penyangga dan Hidrolisis Garam, diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 77,56.

Siswa yang tuntas sebanyak 30 orang (93,75%), yang belum tuntas 2 orang, dengan

nilai tertinggi 92 dan nilai terendah 65..

Hasil Analisis Angket Siswa

Tanggapan siswa tentang pembelajaran dilakukan pada setiap akhir siklus. Hasil

tanggapan siswa atas pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II dapat dilihat

pada tabel 11 berikut:

Tabel 4. Hasil Angket Refleksi Siswa pada Siklus II No. Aspek yang Diamati Frekuensi Persentase

Page 22: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and

Educational Scientific Information

Vol. 2, No.1 ,

Maret 2020

pISSN 2715–7741

eISSN 2657- 7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

73

Jawaban

1. Pernyataan siswa mengenai pembelajaran dengan

model Numbered Heads Together.

A. Menyenangkan 31 96,875%

B. Tidak menyenangkan - -

C. Ragu-ragu 1 3,125%

2. Pernyataan siswa mengenai pembelajaran yang

dilakukan dengan kerja kelompok.

A. Menyenangkan 30 93,75%

B. Tidak menyenangkan - -

C. Ragu-ragu 2 6,25%

3. Pernyataan siswa bahwa model Numbered Heads

Together membuat siswa berani mengemukakan

pendapat.

A. Ya 28 87,50%

B. Tidak 1 3,125%

C. Ragu-ragu 3 9,375%

4. Pernyataan siswa bahwa pembelajaran dengan model

Numbered Heads Together membuat siswa mudah

memahami pelajaran

A. Ya 30 93,75%

B. Tidak -

C. Ragu-ragu 2 6,25%

5. Pernyataan siswa mengalami kesulitan dalam

mengikuti pembelajaran

A. Ya 3 9,375%

B. Tidak 29 90,625%

C. Ragu-ragu - -

Pencapaian hasil belajar siswa yang diharapkan seperti yang ditetapkan dalam

indikator keberhasilan tidak terlepas dari peran guru dalam proses pembelajaran,

mengingat guru merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi hasil belajar

siswa. Berdasarkan hasil lembar aktivitas guru pada siklus II, dapat diketahui guru

semakin matang dalam menerapkan model pembelajaran NHT. Guru sudah melakukan

perbaikan-perbaikan seperti pemerataan bimbingan pada setiap kelompok, tidak

mendominasi pembelajaran dengan memberi kesempatan pada siswa untuk terbiasa

berpikir sendiri, serta sudah dapat mengatur alokasi waktu dengan baik.

Aktivitas Siswa

Pada siklus II aktivitas siswa lebih meningkat lagi dibandingkan dengan siklus I.

Ditandai dengan perolehan persentase hasil observasi yang tinggi yaitu sebesar 86,36%.

Hal ini menunjukkan siswa dalam melakukan aktivitas yang diharapkan lebih banyak

dibandingkan dengan siklus I. Siswa sudah lebih terarah pada kerjasama kelompok,

meningkatnya diskusi dan tanya jawab dalam kelompok serta lebih berani dalam

mengungkapkan pendapatnya, ditandai dengan adanya siswa yang bertanya serta

menjawab pertanyaan. Siswa juga telah bekerja sama dengan kelompoknya secara baik,

siswa yang pandai sudah mulai menularkan idenya kepada siswa lain yang masih

kurang, sehingga semua anggota kelompok memahami diskusi. Hal ini sudah sesuai

dengan apa yang diharapkan dalam pembelajaran NHT bahwa siswa menyatukan

pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan / tugas dari guru dan meyakinkan tiap

anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. Siswa yang ditunjuk untuk menyajikan

Page 23: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……

74 Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

hasil diskusi sudah terlihat menguasai materi. Ini berarti bahwa pembelajaran NHT

sudah dapat terlaksana dengan baik.

Hasil Belajar Siswa

Dari hasil tes pada siklus II terdapat peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari rata-

rata hasil tes yang diberikan kepada siswa pada siklus II adalah sebesar 77,56.

Ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 93,75% atau sebanyak 30 siswa

memperoleh nilai ≥ 72 . Dengan demikian hasil belajar pada siklus II ini sudah

melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan, sehingga tidak perlu dilakukan

siklus selanjutnya. Rinciannya sebagai berikut:

Tabel 5. Nilai Tes Siklus II No Nilai Jumlah Siswa Persen

1 92 – 100 1 3,125 %

2 82 – 91 5 15,625 %

3 72 – 81 24 75,00 %

4 62– 71 2 6,25 %

5 52 – 61 0 0 %

6 < 52 0 0 %

Jumlah 32 100%

Berdasarkan tabel 5, menunjukkan siswa yang mendapat nilai 92 -100 1 siswa

(3,125%), yang mendapat nilai 82 – 91 sebanyak 5 siswa (15,625%), yang mendapat

nilai 72 -81 sebanyak 24 siswa (75,00%), yang mendapat nilai 62 -71 sebanyak 2 siswa

(6,25%),

Tabel 6. Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Siklus II

No Ketuntasan Jumlah Siswa

Jumlah Persen

1 Tuntas 30 93,75 %

2 Belum Tuntas 2 6,25 %

Jumlah 32 100%

Berdasarkan tabel 6, jumlah yang tuntas adalah 30 siswa (93,75%), yang

belum tuntas 2 siswa (6,25%).

Tabel 7. Keadaan Nilai Hasil Tes Siklus II No Keterangan Nilai

1 Nilai Tertinggi 92

2 Nilai Terendah 65

3 Nilai Rata-rata 77,56

Berdasarkan tabel 7, menunjukkan bahwa nilai tertinggi adalah 92, nilai

terendah 65, sedangkan rata-rata kelas adalah 77,56.

Hasil Angket Siswa

Seperti pada siklus I, secara umum siswa memberikan respon positif atas

pembelajaran yang telah dilakukan. Sebanyak 82,14% siswa mengaku merasa senang

dengan pembelajaran Numbered Heads Together, 64,29% siswa terdorong untuk berani

mengemukakan pendapat, 71,42% siswa mengaku mudah memahami pelajaran.

Page 24: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and

Educational Scientific Information

Vol. 2, No.1 ,

Maret 2020

pISSN 2715–7741

eISSN 2657- 7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

75

Terdapat siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran serta

kurang berani mengemukakan pendapat, namun persentasenya kecil.

Dari pembahasan silklus I dan II di atas menunjukkan bahwa indikator

keberhasilan tercapai, yaitu aktivitas siswa meningkat dari 58,64% menjadi 86,36%,

rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I dan II adalah 72,39 yang berarti bahwa

indikator keberhasilan tercapai melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) pada materi pokok Kesetimbangan Ion dalam Larutan.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Aktivitas siswa kelas XI IPA2 semester 2 SMA Negeri 1 Kejuruan Muda

Kabupaten Aceh Tamiang pada materi pokok Kesetimbangan Ion dalam Larutan

dapat ditingkatkan melalui model pembelajran Numbered Heads Together

(NHT), ditunjukkan dengan persentase aktivitas siswa 63,64% pada pertemuan 1

siklus I meningkat menjadi 93,18% pada pertemuan 3 siklus II.

2. Hasil belajar siswa kelas XI IPA2 semester 2 SMA Negeri 1 Kejuruan Muda

Kabupaten Aceh Tamiang pada materi pokok Kesetimbangan Ion dalam Larutan

dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran Numbered Heads Together

(NHT), ditunjukkan oleh peningkatan rata-rata nilai tes akhir siswa dari 67,22

pada siklus I menjadi 77,56 pada siklus II, dan ketuntasan belajar siswa

meningkat dari 56,25% pada siklus I menjadi 93,75% pada siklus II.

Rekomendasi

1. Model pembelajaran Numbered Heads Together perlu dilaksanakan oleh guru

kimia kelas XI SMA Negeri 1 Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang

khususnya pada materi pokok Kesetimbangan Ion dalam Larutan.

2. Model pembelajaran Numbered Heads Together dapat digunakan sebagai variasi

pembelajaran yang bisa dicobakan oleh guru dalam mengajarkan materi pokok

lainnya.

3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard.I. 2008. Belajar untuk Mengajar (terjemahan). Edisi Ketujuh. Buku

Dua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas

Herdiansyah. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. http://herdy07

.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/.

Page 25: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Eli Susianti Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Kesetimbangan Ion ……

76 Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Jacobsen, David A, dkk. 2009. Metode-Metode Pengajaran (terjemahan). Edisi

Kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Junus, Mahmud. 1984. Tarjamah Al-Qur’an Al-Karim. Bandung: PT Al-Ma’arif.

Justiana, Sandri dan Mukhtaridi. 2009. Kimia 3. Bogor: Yudhistira.

Kusumah, Wijaya. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT

Indeks.

Muhibbinsyah. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Edisi Revisi.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurhadi,dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.

Malang: Universitas Negeri Malang.

Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Pendidikan dan Penjamin Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan

Nasional.2011. Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:

Pusbang Tendik/Badan PSDMP dan PMP-Kemdiknas.

Slavin, Robert.E. 2009. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek (terjemahan). Edisi

Kedelapan. Jilid 2. Jakarta: PT.Indeks

Suharjono. 2010. Pertanyaan dan Jawaban Seputar Penelitian Tindakan Kelas

dan Penelitian Tindakan Sekolah. Malang: Cakrawala Indonesia dan LP3

Universitas Negeri Malang.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Suyanti, Retno Dwi. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Uno, B.,Hamzah. 2010. Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar

yang Kreatif dan Efektif . Jakarta: Bumi Aksara.

Page 26: zentie@yahoo.co - Serambi Mekkah

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and

Educational Scientific Information

Vol. 2, No.1 ,

Maret 2020

pISSN 2715–7741

eISSN 2657- 7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

77