BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/5272/4/DESIANA PUTRI...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/5272/4/DESIANA PUTRI...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan
Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan keagenan muncul ketika
satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk
memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang
pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976)
dalam Pradipta (2011).
Hubungan teori keagenan adalah sebuah kontrak antara manajemen
(agent) dengan investor (principal). Investor memiliki kepentingan agar dana
yang diinvestasikanya memberikan pendapatan yang maksimal, sedangkan
manajemen mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan
kesejahteraannya sendiri. Salah satu kendala yang akan muncul antara
manajemen (agent) dan investor (principal) adalah adanya asimetri informasi.
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses
informasi atas prospek perusahaan yang yang tidak dimiliki oleh pihak luar
perusahaan. Kondisi ini memberikan kesempatan kepada agent untuk
menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan
keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan keuntungannya. Asimetri
informasi ini mengakibatkan terjadinya moral hazrad berupa usaha
manajemen untuk melakukan earnings management (Palestin, 2008).
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
12
Agency theory muncul berdasarkan adanya fenomena pemisahan antara
pemilik perusahaan (pemegang saham) dengan para manajer yang mengelola
perusahaan. Fakta-fakta empiris menunjukan bahwa para manajer tidak
selamanya bertindak sesuai dengan kepentingan para pemilik perusahaan,
melainkan sering kali terjadi bahwa pengelola perusahaan (direksi dan
manajer) bertindak mengejar kepentingan mereka (Solihin, 2009:120).
2.2 Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan setiap tindakan manajemen yang dapat
mempengaruhi angka laba yang dilaporkan. Scott (2000) dalam Pradipta
(2011) menyatakan bahwa manajemen laba dapat dilakukan dengan beberapa
strategi antara lain meningkatkan pendapatan atau keuntungan yaitu dengan
mempercepat pencatatan pendapatan dan menunda biaya atau memindah
biaya ke periode lain (income maximization and minimalization).
Pola manajemen laba yang berkaitan dengan meningkatkan laba dapat
dilakukan dengan cara taking a bath dan income maximization. Menurut Scott
(2003), pola taking a bath terjadi pada saat reorganisasi termasuk
pengangkatan Chief Executive Officer (CEO) baru dengan melaporkan
kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan
laba di masa yang akan datang. Pola Income maximization adalah
memaksimalkan laba yang dilaporkan agar memperoleh bonus yang lebih
besar. Income maximization dilakukan pada saat laba mengalami penurunan.
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
13
Kecenderungan manajer untuk memaksimalkan laba juga dapat dilakukan
pada perusahaan yang melakukan suatu pelanggaran perjanjian utang.
Perilaku manajemen laba juga dapat dijelaskan melalui Positive
Accounting Theory. Watts dan Zhimmerman (1986) dalam Sosiawan (2012)
merumuskan tiga hipotesis Positive Accounting Theory yang dapat dijadikan
dasar motivasi tindakan manajemen laba. Pertama, The Bonus Plan
Hypotesis. Pada perusahaan yang memliki rencana pemberian bonus, manajer
perusahaan lebih menyukai metode akuntansi yang meningkatkan laba
periode berjalan.
Kedua, The Debt to Equity Hypotesis. Pada perusahaan yang mempunyai
rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan
metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan
dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam
memperoleh tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam
melanggar perjanjian utang.
Ketiga, The Political Cost Hypotesis. Pada perusahaan besar memiliki
biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode akuntasi yang
menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa
mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik
muncul karena profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian
media dan konsumen.
Menurut De Angelo (1986) dalam I Guna dan Herawaty (2010)
menyatakan konsep model akrual memiliki dua komponen, yaitu komponen
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
14
discretionary dan non-discretionary. Komponen discretionary accruals
merupakan bagian dari akrual yang memungkinkan manajer melakukan
intervensinya dalam memanipulasi laba perusahaan. Hal ini disebabkan
karena manajer memiliki kemampuan untuk mengontrolnya dalam jangka
pendek. Komponen discretionary accrual diantaranya terdiri dari penilaian
piutang, pengakuan biaya garansi (future warranty expense) dan aset modal
(capitalization assents). Sedangkan komponen non-discreationary accruals
ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat diawasi oleh manajer.
Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan menggunakan proksi
Discretionary Accrual yang diukur dengan The Modified Jones Model (1991).
Manajemen laba merupakan fenomena yang sukar dihindari karena
fenomena ini merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual dalam
penyusunan laporan keuangan.
2.3 Corporate Governance
Menurut I Guna dan Herawaty (2010) mengemukan bahwa good
corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik dapat
didefinisikan sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan
untuk menciptakan nilai tambah bagi setiap stakeholders. Ada dua hal yang
ditekankan dalam mekanisme ini yaitu pertama: pentingnya hak pemegang
saham atau investor untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan
tepat pada waktunya. Kedua: kewajiban perusahaan untuk melakukan
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
15
pengungkapan secara akurat, tepat waktu dan transparan terhadap semua
informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholders.
Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi
peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja
manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder
dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Bila konsep ini diterapkan
dengan baik maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak
seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan
nantinya menguntungkan banyak pihak (Nasution dan Setiawan, 2007).
Forum for corporate governance in Indonesia (FCGI, 2001) merumuskan
tujuan dari corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah
bagi semua pihak yang berkepentingan (Stakeholders). Corporate governance
mengandung empat unsur penting yaitu keadilan, transparansi,
pertanggungjawaban, dan akuntabilitas yang diharapkan dapat menjadi suatu
jalan dalam mengurangi konflik keagenan.
Corporate governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan
struktur yang digunakan oleh manajemen perusahaan (pemegang saham atau
pemilik modal, komisaris datau dewan pengawas dan direksi) untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya. Adapun prinsip-prinsip
Corporate Governance (Solihin, 2009: 125) yaitu :
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
16
a. Transparansi (Transparancy), mewajibkan adanya suatu informasi
yang terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat diperbandingkan,
yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan
kepemilikan perusahaan.
b. Akuntabilitas (Accountability), menjelaskan peran dan
tanggungjawab serta mendukung usaha untuk penyeimbangan
kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang
diawasi oleh dewan komisaris.
c. Pertanggungjawaban (Responsibility), memastikan dipatuhinya
peraturan-peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cermin
dipatuhinya nilai-nilai sosial.
d. Independensi (Independency), untuk melancarkan pelaksanaan
Good Corporate Governance, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
e. Kewajaran dan kesetaraan (fairness), dalam melaksanakan
kegiatannya perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
2.4 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah saham yang dimiliki oleh
manajemen secara pribadi maupun saham yang dimiliki oleh anak cabang
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
17
perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya (I Guna dan Herawaty, 2010).
Disamping itu manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer
perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran
manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus
sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang
saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab
kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan
pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diiterapkan pada
perusahaan yang mereka kelola. Secara umum dapat dikatakan bahwa
presentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung
mempengaruhi tindakan manajemen laba (Boediono, 2005).
2.5 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham
perusahaan oleh institusi seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun,
dan investment banking. Kepemilikan institusional merupkan salah satu
cara untuk memonitor kinerja manajer dalam mengelola perusahaan
sehingga dengan adanya kepemilikan oleh institusi lain diharapkan bisa
mengurangi perilaku manajemen laba yang dilakukan manajer.
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan
pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif. Cornett et al.
(2006) dalam Pujiati & Arfan (2013) menemukan adanya bukti yang
menyatakan bahwa tindakan pengawasan yang dilakukan oleh sebuah
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
18
perusahaan dan pihak investor institusional dapat membatasi perilaku para
manajer. Tindakan pengawasan tersebut dapat mendorong manajer untuk
lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan, sehingga
akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri.
Investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitoring agen
dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk
mengatur laba menjadi berkurang. Prosentase saham tertentu yang dimiliki
oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusuan laporan keuangan
yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan
pihak manajemen
2.6 Dewan Direksi
Direksi bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial dalam
mengelola perusahaan. Masing-masing anggota direksi dapat
melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian
tugas dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing
anggota direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan
masing-masing anggota direksi termasuk direktur utama adalah setara
(Adrianto dan Anis, 2014).
Dewan direksi adalah sistem manajemen yang memungkinkan
optimalisasi peran anggota direksi dalam penyelenggaraan corporate
governance. Tugas dewan direksi adalah menelaah kinerja manajemen
untuk meyakinkan bahwa perusahaan dijalankan secara baik dan
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
19
kepentingan pemegang saham dilindungi. Peran direksi adalah organ yang
menjalankan fungsi pengelolaan perusahaan dengan tujuan menciptakan
nilai tambah bagi stakeholders (Khanafiyah, 2014). Jadi, dewan direksi
memiliki peran penting dalam perusahaan yaitu untuk menentukan arah
dan kebijakan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Dalam Adrianto dan Anis (2014) komposisi direksi harus
memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat
serta dengan bertindak independen. Dewan direksi bertanggung jawab
terhadap pengelolaan perusahaan agar dapat menghasilkan keuntungan
memastikan kesinambungan usaha. Dewan direksi
mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam RUPS. Fungsi dari
direksi yaitu meliputi kepengurusan, manajemen resiko, pengendalian
internal, komunikasi dantanggung jawab sosial.
a. Kepengurusan
- Menyusun visi, misi dan nilai-nilai serta program jangka panjang
dan jangka pendek perusahaan.
- Mengendalikan sumber daya secara efektif dan efisien.
- Memperhatikan kepentingan yang wajar dari pemangku
kepentingan.
- Dapat memberikan kuasa kepada komite atau karyawan untuk
melaksanakan tugas tertentu, namun tanggung jawab tetap berada
pada direksi.
- Memiliki tata tertib dan pedoman kerja (charter).
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
20
b. Manajemen Resiko
- Menyusun dan melaksanakan sistem manajemen resiko perusahaan
yang mencakup seluruh aspek kegiatan perusahaan.
- Untuk setiap pengembalian keputusan strategis, termasuk
penciptaan produk atau jasa baru, harus diperhitungkan dengan
seksama dampak resikonya, dalam arti adanya keseimbangan
antara hasil dan beban resiko.
- Untuk memastikan dilaksanakannya manajemen resiko dengan
baik, perusahaan perlu memiliki unit kerja atau penanggung jawab
terhadap pengendali resiko.
c. Pengendalian Internal
- Menyusun, memiliki dan melaksanakan sistem pengendalian
internal, termasuk auditor internal dan auditor eksternal.
- Perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan
negara, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana
masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh
masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas
terhadap kelestarian lingkungan, harus memiliki satuan kerja
pengawasan internal.
- Satuan kerja pengawasan internal bertugas membantu direksi
dalam memastikan pencapaian tujuan dan kelangsungan usaha.
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
21
- Satuan kerja pengawasan internal bertanggung jawab kepada
direktur utama dan mempunyai hubungan fungsional dengan
dewan komisaris melalui komite audit.
d. Komunikasi
Direksi harus memastikan kelancaran komunikasi dengan
pemangku kepentingan dengan memberdayakan fungsi sekretaris
perusahaan. Fungsi sekretaris perusahaan adalah memastikan
kelancaran komunikasi dan menjamin tersedianya informasi bagi
pemangku kepentingan.
e. Tanggungjawab Sosial
Dalam rangka mempertahankan kesinambungan usaha perusahaan,
direksi harus dapat memastikan dipenuhinya tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility). Direksi harus
mempunyai perencanaan tertulis yang jelas dan fokus dalam
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
2.7 Komite Audit
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan
perusahaan. Komite audit dibentuk oleh suatu perusahaan yang
berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-masalah
yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi, dan
pengendalian intern. Selain itu, keberadaan komite audit juga
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
22
berfungsi untuk membantu dewan komisaris dalam mengawasi pihak
manajemen dalam menyusun laporan keuangan (I Guna & Herawaty,
2010).
Tujuan dari keberadaan komite audit di perusahaan adalah
1. Memberikan kepastian bahwa laporan keuangan yang dikeluarkan
oleh manajemen perusahaan telah sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum serta disajikan secara wajar dan tidak
menyesatkan.
2. Memberikan kepastian bahwa pengendalian internal perusahaan
telah memadai.
3. Melakukan pengawasan dan menindaklanjuti kemungkinan
penyimpangan material dalam bidang keuangan dan implikasi
hukumnya.
4. Memberikan rekomendasi dalam pemilihan auditor eksternal yang
akan melakukan audit diperusahaan.
2.8 Kompensasi Bonus
Bonus plan hypotesis merupakan salah satu motif pemiilihan suatu
metode akuntansi tidak terlepas dari positif accounting theory.
Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan rencana
bonus lebih menyukai metode akuntansi yang meningkatkan laba
periode berjalan. Jika perusahaan memiki kompensasi (bonus
scheme), maka manajer akan cenderung melakukan tindakan yang
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
23
mengatur laba bersih untuk dapat memaksimalkan bonus yang mereka
terima (Palestin, 2008).
Menurut Pujiati dan Arfan (2013) pemberian bonus seringkali
dikaitkan dengan tingkat laba bersih yang dihasilkan pada tahun yang
bersangkutan. Manajer akan berusaha mengatur laba bersih
sedemikian rupa sehingga dapat memaksimalkan bonusnya. Manajer
yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan yang sebenarnya
akan bertindak oportunis untuk melakukan manajemen laba.
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
24
Tabel 2.9 Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Penelitian Hasil Penelitian
1 Pengaruh struktur
kepemilikan dan praktik
corporate governance
terhadap manajemen
laba
Shiyammurti
(2014)
X1= Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba
X2= Dewan komisaris tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba
X3= Komite audit tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba
X4= Kualitas audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba
2 Pengaruh kompensasi
bonus, leverage, dan
pajak terhadap
manajemen laba
Wijaya &
Christiawan
(2014)
X1= Kompensasi bonus tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba
X2= Leverage berpengaruh positif terhadap
manajemen laba
X3= Pajak berpengaruh positif terhadap
manajemen laba
3 Pengaruh struktur
kepemilikan dan
kompensasi bonus
terhadap manajemen
laba
Pujiati &
Arfan
(2013)
X1= Kepemilikan manajerial berpengaruh
positif terhadap manajemen laba
X2= Kepemilikan isntitusional berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba
X3= Kompensasi bonus berpengaruh positif
terhadap manajemen laba
4 Pengaruh kompensasi,
leverage, ukuran
perusahaan, earnings
power terhadap
manajemen laba
Sosiawan
(2012)
X1= Kompensasi tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba
X2= Leverage tidak berpengaruh positif
terhadap manajemen laba
X3= Ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba
X4= Earning power berpengaruh positif
terhadap manajemen laba
5 Analisis pengaruh
mekanisme corporate
governance terhadap
manajemen laba
Pradipta
(2011)
X1= Institutional investor tidak berpengaruh
signifikan terhadap earnngs management
X2= Jumlah saham yang dimiliki manajer tidak
berpengaruh terhadap earnings management
X3= Anggota dewan direksi berpengaruh
signifikan terhadap earnings management
X4= Susunan komite audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap earnings management
X5= DER tidak berpengaruh terhadap earnings
management
6
Pengaru mekanisme
good corporate
governance,
independensi auditor,
I Guna &
Herawaty
(2010)
X1= Kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba
X2= Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
25
No
kualitas audit dan faktor
lain terhadap
manajemen laba
Judul Penelitian
Peneliti
X3= Komite audit tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba
X4= Komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba
Hasil Penelitian
X5= Independensi auditor tiidak berpengaruh
terhadap manajemen laba
X6= Leverage berpengaruh terhadap
manajemen laba
X7= Kualitas audit berpengaruh terhadap
manajemen laba
7 Analisis pengaruh
struktur kepemilikan,
praktik corporate
governance dan
kompensasi bonus
terhadap manajemen
laba
Palestin
(2008)
X1= Struktur kepemilikan berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba
X2= Dewan komisaris berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba
X3= Komite audit berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba
X4= Ukuran KAP berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba
X5= Kompensasi bonus berpengaruh positif
terhadap manajemen laba
8 Pengaruh mekanisme
corporate governance
pada manajemen laba
Sari & Putri
(2014)
X1= Kepemilikan manajerial berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba
X2= Kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba
X3= Dewan komisaris berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba
X4= Ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba
X5= Komite audit berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba
9 Pengaruh struktur
corporate governance
dan kontrak hutang
terhadap praktik
manajemen laba
Adrianto &
Anis
(2014)
X1= Kepemilikan institusional berpengruh
terhadap manajemen laba
X2= Kepemilikan manajerial berpengauh
terhadap manajemen laba
X3= Dewan direksi tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba
X4= Komite audit berpengaruh terhadap
manajemen laba
X5= Kebijakan hutang berpengaruh terhadap
manajemen laba
10 Pengaruh kompensasi
bonus dan leverage
terhadap manajemen
Elfira (2014) X1= Kompensasi bonus berpengaruh positif
terhadap manajemen laba
X2= Leverage berpengaruh negatif terhadap
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
26
laba manajemen laba
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
27
2.10 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, penelitian
ini menggunakan variabel independen kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dewan direksi, komite audit, dan
kompensasi bonus, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini
adalah manajemen laba.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
H1(-)
Kepemilikan
Manajerial (X1)
Kepemilikan
Institusional (X2)
Dewan Direksi (X3)
Komite Audit (X4)
Kompensasi Bonus
(X5)
Manajemen
Laba (Y)
H2(-)
H3(+)
H4(-)
H5( +)
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
28
2.10.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen
Laba
Kepemilikan manajerial merupakan faktor yang dianggap
berpengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan manajerial
adalah kepemilikan saham oleh manajemen secara pribadi
maupun saham yang dimiliki anak cabang perusahaan
bersangkutan (I Guna dan Herawaty, 2010). Jika manajer
mempunyai kepemilikan pada perusahaan, maka manajer juga
mempunyai kepentingan didalamnya. Besar kecilnya jumlah
kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat
mengindikasikan adanya kesamaan kepentingan antara
manajemen dengan pemegang saham, namun jika kepentingan
manajer dan pemilik dapat disejajarkan, manajer tidak akan
termotivasi untuk memanipulasi informasi atau melakukan
manajemen laba sehingga kualitas informasi akuntansi dan
keinformatifan laba dapat meningkat (Faisal, 2004) dalam (Pujiati
dan Arfan, 2013). Dengan memperbesar kepemilikan manajerial
diharapkan dapat mengurangi adanya tindakan manajemen laba
dan besarnya kepemilikan manajerial diharapkan dapat
meningkatkan kualitas dalam pelaporan keuangan serta laba yang
dihasilkan. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
29
H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba.
2.10.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen
Laba
Kepemilikan institusional merupakan faktor yang dianggap
berpengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional
merupakan salah satu cara untuk mengawasi kinerja manajer
dalam mengelola perusahaan sehingga dengan adanya
kepemilikan oleh institusi lain diharapkan bisa mengurangi
perilaku manajemen laba yang dilakukan manajer (Pujiati dan
Arfan, 2013). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba.
2.10.3 Pengaruh Dewan Direksi terhadap Manajemen Laba
Jumlah Dewan Direksi (board ofdirector) berpengaruh
terhadap efektif tidaknya pengawasan kinerja manajer (CEO).
Jumlah dewan direksi yang semakin banyak, mengakibatkan
proses pengawasan kurang efektif dan dapat meningkatkan
praktik manajemen laba oleh manajemen. Manajemen akan lebih
bebas dalam melakukan manajemen laba karena dewan direksi
menjadi kurang waspada akibat kurangnya komunikasi dan
koordinasi antar dewan dengan jumlah yang besar (Purwandari,
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
30
2011). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H3 : Dewan direksi berpengaruh positif terhadap manajemen
laba.
2.10.4 Pengaruh Komite Audit terhadap Manajemen Laba
Komite audit merupakan faktor memiliki pengaruh terhadap
manajemen laba dimana komite audit akan mengurangi terjadinya
praktik manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen
perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
Jaggi dan Leung (2007) dalam Adrianto dan Anis (2014)
menunjukan bahwa komite audit sangat berperan dalam
mengurangi earnings management pada perusahaan dengan
kepemilikan yang terkontrolisasi. Berdasarkan penjelasan
tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H4 : Komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba.
2.10.5 Pengaruh Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba
Pemberian bonus seringkali dikaitkan dengan tingkat laba
bersih yang dihasilkan pada tahun yang bersangkutan. Manajer
akan berusaha mengatur laba bersih sedemikian rupa sehingga
memaksimalkan bonusnya. Manajer yang memiliki informasi atas
laba bersih perusahaan yang sebenarnya akan bertindak
opportunistic untuk melakukan manajemen laba (Pujiati dan
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016
31
Arfan, 2013). Jika perusahaan memiliki kompensasi, maka
manajer akan cenderung melakukan tindakan yang mengatur laba
bersih untuk dapat memaksimalkan bonus yang mereka terima
(Palestin, 2008). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H5 : Kompensasi bonus berpengaruh positif terhadap
manajemen laba.
Pengaruh Good Corporate..., Desiana Putri Ikawati Manuhutu, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2016