BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4....

37
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 Definisi Skizofrenia Skizofrenia pertama kali diperkenalkan oleh Eugene Bleur (Psikiater asal Swiss), yang menyatakan skizofrenia merupakan suatu gangguan yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan antara pola pikir, emosi, serta tindakan seseorang (Sinaga, 2007). Menurut Hawari (2008), skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk menilai kenyataan yang terjadi dalam hidupnya serta adanya pemahaman diri yang buruk. Menurut Maramis (2009) skizofrenia merupakan suatu psikofungsional yang paling utama mengganggu pikiran sehingga mengakibatkan terjadi ketidaksesuaian pada sikap, afek, serta perilaku. Hal tersebut dikarenakan adanya waham serta halusinasi yang memicu timbulnya gangguan perilaku seperti isolasi sosial, ambivalen serta gangguan emosi. Dari pegertian tersebut, maka penulis menyimpulkan pengertian skizofrenia adalah adanya gangguan mental kronis yang dialami oleh seseorang ditandai dengan adanya gangguan kognitif yang dapat menyebabkan penderitanya menjadi tidak mampu untuk berfikir secara realistis, serta adanya gangguan pada emosi dan perilaku sehingga penderitanya cenderung melakukan penyimpangan.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4....

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

9  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Skizofrenia

2.1.1 Definisi Skizofrenia

Skizofrenia pertama kali diperkenalkan oleh Eugene Bleur

(Psikiater asal Swiss), yang menyatakan skizofrenia merupakan

suatu gangguan yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan

antara pola pikir, emosi, serta tindakan seseorang (Sinaga, 2007).

Menurut Hawari (2008), skizofrenia merupakan penyakit gangguan

jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk menilai kenyataan

yang terjadi dalam hidupnya serta adanya pemahaman diri yang

buruk. Menurut Maramis (2009) skizofrenia merupakan suatu

psikofungsional yang paling utama mengganggu pikiran sehingga

mengakibatkan terjadi ketidaksesuaian pada sikap, afek, serta

perilaku. Hal tersebut dikarenakan adanya waham serta halusinasi

yang memicu timbulnya gangguan perilaku seperti isolasi sosial,

ambivalen serta gangguan emosi.

Dari pegertian tersebut, maka penulis menyimpulkan

pengertian skizofrenia adalah adanya gangguan mental kronis yang

dialami oleh seseorang ditandai dengan adanya gangguan kognitif

yang dapat menyebabkan penderitanya menjadi tidak mampu untuk

berfikir secara realistis, serta adanya gangguan pada emosi dan

perilaku sehingga penderitanya cenderung melakukan

penyimpangan.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

10  

2.1.2 Gejala Skizofrenia

Menurut Videbeck (2008) gejala positif dari skizofrenia meliputi

waham, halusinasi, kekacauan alam pikiran (bicara kacau), gaduh

gelisah, merasa dirinya orang besar dan perilaku yang tidak teratur.

Adapun gejala negatif pada skizofrenia meliputi gangguan afek,

tumpul atau datar, tidak memiliki motivasi, rasa tidak nyaman,

menarik diri dari masyarakat dan sulit berfikir abstrak. Adapun gejala

negatif seringkali menetap sepanjang waktu dan menjadi

penghambat dalam pemulihan kondisi pasien untuk dapat

menjalankan aktivitas sehari-harinya.

2.1.3 Tipe-tipe skizofrenia

Menurut Maslim (2013) mengklasifikasikan skizofrenia menjadi :

1. Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Selain memenuhi kriteria umum diagnosa skizofrenia, pada

skizofrenia tipe paranoid terdapat halusinasi atau waham yang

menonjol. Halusinasi auditorik, pembauan dan pengecapan sering

terjadi. Akan tetapi halusinasi visual ada tetapi jarang menonjol.

Terdapat juga adanya gangguan afektif, motivasi, serta adanya

gejala katatonik yang secara relatif tidak menonjol.

2. Skizofrenia tipe Hebefrenik (F20.1)

Diagnosis hebefrenik sering dialami antara usia 15-25 tahun.

Diagnosa ini ditegakkan memerlukan 2 atau 3 bulan lamanya.

Tanda gejala yang muncul meliputi, a) perilaku terlihat tidak

bertanggung jawab, menyendiri (solitary)juga menonjol, perilaku

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

11  

terlihat tidak memiliki tujuan. b) afek terlihat dangkal, tidak wajar.

Ketiga, proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan

inkoheren.

3. Skizofrenia Katatonik (F20.2)

Pada skizofrenia ini, harus memenuhi gejala satu atau lebih dari

perilaku ini: a) adanya stupor (kurang bersosialisasi terhadap

lingkungan), b) gaduh gelisah (aktivitas motorik tidak bertujuan), c)

menampilkan posisi tubuh tertentu, d) negativisme (perlawanan

yang tidak bermotif), e) rigiditas (mempertahankan posisi tubuh

yang kaku).

4. Skizofrenia tak terinci (F20.3)

Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam diagnosa

skizofrenia, dimana tidak terpenuhi kriteria untuk diagnosa

skizofrenia paranoid, katatonik, hebefrenik, residual, atau depresi

setelah skizofrenia.

5. Skizofrenia pasca skizofrenia (F20.4)

Skizofrenia ini dapat ditegakkan apabila: a) selama 12 bulan

terakhir, penyakit skizofrenia telah diderita pasien, b) tanda gejala

penyakit skizofrenia sudah tidak lagi menjadi tanda utama yang

mendominasi, c) tanda gejala depresif tetap menonjol serta

mengganggu dalam kurun waktu minimal 2 minggu.

6. Skizofrenia Residual (F20.5)

Skizofrenia ditandai dengan: a) gejala negatif dari skizofrenia yang

menonjol, b) dimasa lampau terdapat tanda episode psikotik, c)

minimalnya telah melampui kurun waktu satu tahun, waham dan

halusinasi berkurang, d) tidak adanya dementia atau penyakit otak

organik lainnya.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

12  

7. Skizofrenia Simplek (F20.6)

Halusinasi, episode psikotik, serta waham tidak menjadi tanda

gejala awal pada diagnosa ini.

8. Skizofrenia tipe lainnya (F20.8) dan skizofrenia tipe YTT (F20.9).

2.1.4 Etiologi Skizofrenia

Menurut Kaplan & Sadock (2010) etiologi dari skizofrenia meliputi :

1. Model diathesis stress

Model ini merupakan gabungan integrasi antara faktor

biologi, psikososial, serta lingkungan. Apabila ketiga faktor

tersebut terkena pada seseorang maka dapat menyebabkan

terjadinya stres. Sebagai contoh adanya penyakit infeksi pada

bagian otak yang menyebabkan kematian termasuk faktor

biologikal yang dapat mempengaruhi diri seseorang.

2. Faktor Neurobiologi

Potensial terjadinya skizofrenia dipengaruhi juga dengan adanya

gangguan tertentu pada daerah otak yang mencakup sistem

limbik, korteks frontalis, cerebellum, serta ganglia basalis.

Keempat area diatas saling mempengaruhi satu dengan lainnya.

Dasar penampakan abnormalitas otak biasanya terletak pada

pembentukan yang abnormal seperti abnormalitas pada neuron di

sepanjang sel glia radial selama proses pembentukan serta terjadi

degenerasi neuron setelah proses pembentukan seperti pada

penyakit Huntington.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

13  

3. Faktor genetika

Pengaruh genetik memiliki peranan yang besar pada skizofrenia

dibandingkan dengan lingkungan. Genetika skizofrenia

menunjukan seseorang memiliki kecenderungan menderita

skizofrenia bila terdapat anggota keluarga yang mengidap

gangguan tersebut.

4. Faktor psikososial

a. Teori Psikoanalitik

Menurut Sigmund Freud menjelaskan bahwa skizofrenia terjadi

akibat fiksasi pertumbuhan berat yang terdapat pada masa

awal kehidupan. Freud meyakini bahwa terdapat suatu defek

ego yang sering muncul. Konflik intrapsikis dapat muncul akibat

adanya fiksasi dini ego dan penurunan ego yang mungkin

terjadi akibat relasi awal obyek yang buruk menyebabkan

gejala psikotik.

b. Teori Pembelajaran

Anak yang kemudian hari menderita skizofrenia disebabkan

karena belajar meniru orangtua yang memiliki masalah

emosional yang signifikan. Skizofrenia muncul diakibatkan

model pembelajaran yang buruk selama masa kanak-kanak.

c. Dinamika Keluarga

Banyak orangtua yang memiliki anak skizofrenia menumpahkan

kemarahannya terhadap komunitas psikiatri karena

sebelumnya menghubungkan keluarga disfungsional dengan

timbulnya skizofrenia. Organisasi advokasi banyak

mengedukasi orangtua bahwa sebaiknya keluarga tidak

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

14  

menyalahkan diri sendiri bila skizofrenia terjadi pada salah

seorang anaknya.

d. Teori Sosial

Teori ini menjelaskan bahwa adanya industrialisasi serta

urbanisasi yang terlibat dalam terjadinya skizofrenia. Stres kini

dianggap memiliki efek utama terhadap waktu munculnya

awitan dan keparahan penyakit.

2.1.5 Dampak skizofrenia

Menurut Kaplan & Saddock (2007) menjelaskan bahwa skizofrenia

berdampak baik pada pasien maupun keluarga meliputi :

1. Dampak bagi pasien

Skizofrenia menyebabkan dampak negatif bagi

penderitanya yang meliputi terjadinya penurunan kemampuan

perawatan diri, penderita sering melakukan perilaku kekerasan,

atau juga mendapatkan perlakuan kekerasan dari orang-orang

yang ada di sekitarnya. Adanya stigma negatif dari masyarakat,

membuat pasien skizofrenia sering mendapatkan hinaan,

penganiayaan, serta dikucilkan dari lingkungan sosial. Rendahnya

kemampuan merawat diri serta panjangnya durasi mengalami

skizofrenia mengakibatkan penderita sangat bergantung pada

keluarganya.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

15  

2. Dampak bagi keluarga

Keluarga sebagai caregiver merupakan seseorang yang

memberi dukungan informal untuk merawat dan

bertanggungjawab pada pasien skizofrenia tanpa mendapatkan

imbalan ekonomis (Caqueo & Gutia, 2009). Terdapat banyak

konsekuensi yang dialami oleh keluarga dalam merawat pasien

skizofrenia meliputi masalah kesehatan keluarga terganggu, biaya

pengobatan dan perawatan akibat pemenuhan kebutuhan sehari-

hari pasien (mandi, makan, dan sebagainya), kesulitan dalam

mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal tersebut di atas masuk

dalam beban obyektif bagi keluarga. Adanya stigma masyarakat

akibat tingkah laku penderita yang tidak wajar menyebabkan

keluarga merasa malu, marah, kecewa (Carson, 2009).

Penyakit skizofrenia yang diderita oleh pasien menjadi

salah satu stressor dalam keluarga yang berpengaruh terhadap

adanya masalah psikososial salah satunya mekanisme koping

maladaptif. Mekanisme koping maladaptif merupakan suatu

penyelesaian masalah yang menghambat fungsi integrasi,

memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi, dan cenderung

menguasai lingkungan. Keluarga yang memiliki koping maladaptif

seringkali perilakunya menyimpang dan merugikan diri sendiri dan

pada pasien. Upaya yang dapat dilakukan keluarga untuk dapat

beradaptasi terhadap adanya stressor tergantung bagaimana

koping yang dimiliki oleh keluarga tersebut(Hjarthag et al, 2010).

Koping digambarkan sebagai berrbagai macam strategi

yang digunakan oleh seseorang untuk mengatasi situasi sehari-

hari atau situasi yang luar biasa. Strategi dan proses koping

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

16  

keluarga ini berfungsi sebagai proses dan mekanisme yang vital.

Melalui proses dan mekanisme tersebut fungsi keluarga akan

menjadi nyata. Tanpa adanya koping yang efektif, fungsi keluarga

tidak dapat dicapai secara adekuat (Stuart & Laraia, 2008).

2.1.6 Penanganan Skizofrenia

Menurut Kaplan & Sadock (2010) menjelaskan penanganan

skizofrenia meliputi :

1. Terapi biologis

Pengobatan antipsikostik diperkenalkan sejak tahun 1950

dan hanya mengatasi gejala gangguan dan tidak menyembuhkan

skizofrenia. Pasien akan mengalami kekambuhan lebih dari dua

atau empat kali apabila diobati dengan plasebo dibandingkan

dengan antipsikotik. Obat antipsikotik terdiri dari dua kelas yaitu

Antagonis reseptor dopamin (klorpromazin, thorazine,

haloperodol), serta Antagonis serotonin dopamin (SAD)

(risperidon, klozapin). Pada kelas Antagonis reseptor dopamin

efektif untuk penanganan skizofrenia tetapi memiliki kekurangan

yaitu hanya 25 % yang terbantu untuk memulihkan fungsi mental

normal secara bermakna, serta memiliki efek samping

mengganggu seperti akatisia dan gejala lir-parkinsonian berupa

rigiditas dan tremor. Adapun kelas SDA menimbulkan gejala

ekstrapiramidal yang minimal serta berinteraksi dengan reseptor

dopamin, serta mempengaruhi baik reseptor serotonin maupun

glutamat. Meski jauh lebih tidak efektif dibanding obat antipsikotik,

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

17  

terapi elektrokonvulsif diindikasikan untuk pasien katatonik serta

pasien yang tidak bisa mengkonsumsi obat antipsikotik.

2. Terapi psikososial

Terapi psikososial ini mencakup pelatihan keterampilan

sosial, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, terapi

perilaku kognitif, psikoterapi individu, serta terapi kejuruan.

Adapun pertama, pelatihan keterampilan sosial diarahkan ke

perilaku melalui penggunaan video tape berisi bermain drama dan

lain-lain. kedua terapi keluarga seperti family psychoeducation

therapy (FPE), serta Triangel Therapy. Ketiga terapi kelompok

seperti terapi kelompok terapeutik, terapi suportif, Selh help group,

dan terapi Reminiscence. Adapun terapi perilaku kognitif

digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif, memperbaiki

kesalahan dan daya nilai.

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga merupakan sekumpulan orang minimal dua orang

atau lebih yang dipersatukan dalam kebersamaan, ikatan emosional,

serta mengakui dirinya dalam kumpulan keluarga tersebut (Friedman

et al, 2010). Menurut Wong (2009) menjelaskan bahwa keluarga

sangat berhubungan dengan seseorang yang membuat unit keluarga,

adanya suatu hubungan yang terjadi melalui pertalian hubungan darah

(consanguineus), hubungan pernikahan (affinal), dan keluarga asal dia

dilahirkan (family origin).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

18  

Penulis dapat menyimpulkan bahwa keluarga merupakan

sekumpulan orang di dalam satu rumah tangga atas dasar terjadinya

suatu pertalian darah, adanya hubungan perkawinan yang sah, serta

memiliki tujuan yang sama.

2.2.2 Fungsi Keluarga

Menurut Friedman et al (2010) menjelaskan lima fungsi

keluarga mencakup: a) Tipe fungsi afektif, dimana keluarga

memberikan rasa cinta kasih dan perhatian pada anggota keluarga

yang sakit. b) tipe fungsi sosialisasi, keluarga memberikan kesempatan

terhadap anggota keluarga yang sakit untuk berinteraksi dengan

lingkungan sekitar. c) tipe fungsi ekonomi, fungsi keluarga untuk

memenuhi segala kebutuhan d) tipe fungsi reproduksi, menjaga

kelangsungan hidup dalam keluarga serta e) tipe fungsi pemberian

perawatan, yaitu keluarga harus mampu merawat anggota keluarga

serta mencegah terjadinya gangguan kesehatan.

2.2.3 Tugas Keluarga

Menurut Bailon & Baglaya (1998) mengklasifikasikan tugas keluarga :

1. Mengetahuimasalah kesehatan

Perubahan keadaan kesehatan anggota dalam keluarga sekecil

apapun perlu diketahui dan menjadi perhatian bagi orangtua atau

keluarga sehingga pengetahuan sejak dini bagi keluarga dapat

menentukan kondisi kesehatan anggota keluarga selanjutnya

menjadi membaik atau memburuk.

2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk keluarga

Keluarga memiliki tugas untuk mencari bantuan yang baik dan

sesuai dengan keadaan dalam keluarga. Keluarga juga harus

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

19  

mampu untuk mempertimbangkan dan memutuskan salah satu dari

keluarganya untuk mengambil tindakan agar masalah kesehatan

dapat diatasi.

3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Kesembuhan anggota keluarga mengalami sakit sangat dipengaruhi

oleh faktor lingkungan dan dukungan keluarga dalam menjalankan

tugas merawat pasien.

4. Menciptakan lingkungan yang nyaman

Tiap keluarga memiliki tugas untuk tetap menciptakan suasana

yang nyaman dan lingkungan yang kondusif karena hal tersebut

dapat menyebabkan kondisi mental yang baik serta meningkatkan

daya tahan keluarga yang mengalami krisis.

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan dalam kesehatan disekitarnya

untuk anggota keluarga

Tiap keluarga memiliki tugas apabila anggota keluarga sakit, maka

keluarga dapat memeriksakan secara rutin agar gejala kekambuhan

dapat dihindari serta dapat merujuk salah satu anggota keluarga

yang mengalami sakit ke pusat pelayanan kesehatan yang tersedia.

2.2.4 Peran Keluarga

Menurut Friedman (2010) peran dalam keluarga meliputi:

1. Tipe peran formal keluarga

Pada peran formal keluarga terdapat suatu peran yang

membutuhkan adanya keterampilan serta kemampuan khusus.

Pada peran formal ini mencakup mencari nafkah, IRT, pengasuh

anak. Apabila pelaku peran tidak mampu menjalani perannya, maka

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

20  

dapat diambil alih oleh anggota keluarga lainnya untuk memainkan

perannya tersebut.

2. Peran-peran informal keluarga

Tipe peran informal ini, keluarga memiliki tuntutan yang tidak sama,

karena didasarkan pada kepribadian seseorang seperti jenis

kelamin, dan usia.

2.2.5 Karakteristik keluarga dalam merawat pasien skizofrenia

Menurut Stuart & Laraia (2008) terdapat beberapa faktor yang

berpengaruh pada sistem kesehatan keluarga meliputi :

1. Usia

Seseorang yang berusia 18-40 (dewasa awal) dan 40-60 (dewasa

madya) sudah mampu untuk berorientasi menjalankan tugas

kelurga salah satunya merawat anggota keluarga yang sakit,

mampu untuk menerima kritikan dan saran, bertanggungjawab,

serta dapat mengambil keputusan dan mencari pertolongan ke

fasilitas kesehatan demi meningkatkan kesehatannya (Hurlock,

2007).

2. Adanya etnis

Etnis berkaitan dengan bahasa, asal kebudayaan, ras, bahasa,

suku dan kebangsaan yang dapat mempengaruhi kesembuhan

gangguan jiwa. Karena kebudayaan maka keluarga sering memilih

pengobatan tradisional sebagai tempat untuk berobat.

3. Jenis kelamin

Antara laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama

untuk mengalami skizofrenia. Laki-laki mempunyai kecenderungan

lebih tinggi untuk mengalami perilaku kekerasan serta gangguan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

21  

kepribadian yang anti sosial. Adapun jenis kelamin perempuan

memiliki gangguan afektif dan anxietas lebih banyak.

4. Pendidikan

Dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan jiwa, peran pendidikan

lebih efektif dibandingkan dengan penghasilan karena pendidikan

dapat dijadikan sumber koping untuk mencegah terjadinya

peningkatan gangguan jiwa.

5. Penghasilan

Penghasilan keluarga yang rendah sangat mempengaruhi

pengambilan keputusan untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan.

Hal ini terjadi karena banyak kebutuhan lain diluar kebutuhan

kesehatan yang harus dipenuhi oleh keluarga.

6. Keyakinan

Pengobatan dapat diperoleh oleh seseorang diantaranya

dipengaruhi faktor keyakinan. Kesejahteraan dan kualitas hidup

seseorang dapat terwujud apabila memiliki keyakinan yang adaptif.

2.2.6 Peran pemberi perawatan keluarga (Caregiver)

Keluarga sebagai caregiver adalah individu yang berfungsi

untuk menjalankan tugas untuk merawat anggota keluarga yang sakit

dimana anggota keluarga tersebut hanya bergantung terhadap

keluarga sehingga keluarga harus bertanggung jawab dan

menanggung segala kebutuhannya. Karakteristik dari caregiver ini

diantaranya secara sukarela memberikan perhatian kasih sayang

terhadap anggota keluarga yang sakit, caregiver dapat meliputi

anggota keluarga sendiri, teman dekat, tenaga sukarela, ataupun

tenaga yang profesional dan dibayar, caregiver tersebut dapat tinggal

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

22  

bersama atau terpisah dengan anggota keluarga yang dirawatnya

(Friedman, 2010).

Menurut Friedman (2010) menjelaskan terdapat

bermacam-macam masalah psikososial yang dialami oleh caregiver

yang berhubungan dengan adanya mekanisme koping keluarga

dikarenakan beban yang meningkat saat merawat anggota keluarga

yang sakit. Masalah psikososial tersebut meliputi koping maladaptif

dengan perilaku merusak, aktivitas sosial yang mengalami

keterbatasan, keterbatasan waktu luang, pelanggaran privasi, adanya

tuntutan peran ganda yang dapat menyebabkan konflik, minimnya

dukungan yang berasal dari anggota keluarga lain, gangguan dalam

hubungan keluarga, gangguan pada rutinitas rumah tangga, kurangnya

bantuan tenaga kesehatan dan terdapat gangguan hubungan

keluarga.

2.3 Beban Dalam Keluarga

2.3.1 Definisi Beban Keluarga

Beban keluarga adalah suatu tingkat pengalaman distres

keluarga yang ditandai dengan meningkatnya emosional dan

ekonomi keluarga akibat memiliki klien gangguan jiwa (Fontaine,

2009). Sedangkan menurut Napolion (2010), beban keluarga

merupakan suatu keadaan akibat ketidakseimbangan antara

kebutuhan dan kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

atau stresor yang terjadi. Menurut WHO (2008), dikatakan bahwa

suatu keluarga yang memiliki anggota keluarga gangguan jiwa, maka

keluarga tersebut menanggung beban yang sangat tinggi yang

meliputi beban fisik, emosional, serta finansial.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

23  

Dari definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa beban

keluarga adalah adanya suatu perasaan negatif atau tidak

menyenangkan yang dirasakan keluarga akibat memiliki anggota

keluarga dengan skizofrenia yang biasanya terdiri dari beban

subyektif serta beban obyektif.

2.3.2 Jenis Beban Keluarga

Menurut Mohr (2006) membagi beban keluarga menjadi tiga jenis

meliputi :

1. Beban Obyektif

Beban yang sering ditemui pada saat keluarga menjalankan tugas

keluarga dalam hal merawat pasien skizofrenia dalam kehidupan

sehari-hari. Beban obyektif ini meliputi beban biaya finansial yang

digunakan untuk pengobatan dan perawatan, transportasi,

makanan, serta tempat tinggal.

2. Beban Subyektif

Beban ini lebih berhubungan dengan distres emosional seperti

merasa cemas dengan masa depan pasien, sedih, frustasi,

bersalah, kesal, serta jenuh. Beban ini sangat dirasakan oleh

keluarga yang merawat pasien skizofrenia terutama dalam jangka

waktu yang telah lama.

3. Beban Iatrogenic

Beban yang disebabkan oleh sistem pelayanan kesehatan jiwa

tidak berfungsi sehingga dapat mengakibatkan kesulitan keluarga

untuk melakukan sistem rujukan, mendapatkan pendidikan

kesehatan dan pemberian intervensi.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

24  

Adapun WHO (2008) mengklasifikasikan beban dalam keluarga

menjadi dua jenis meliputi :

1. Beban obyektif

Beban yang banyak dialami oleh seseorang didalam

kehidupannya seperti terganggunya interaksi sosial, menurunnya

kegiatan kerja, masalah ekonomi, serta terganggunya masalah

kesehatan. Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan

skizofrenia membutuhkan pengobatan secara teratur untuk

pengambilan obat rutin dua minggu atau sebulan sekali. Hal

tersebut membutuhkan biaya transportasi dan biaya berobat yang

tinggi dan apabila didukung dengan keluarga yang tidak memiliki

kartu jaminan kesehatan. Selain masalah biaya, penyakit

skizofrenia juga berpengaruh pada kehidupan sosial, lingkungan

sekitar, serta waktu produktif keluarga untuk bekerja terganggu

karena hanya dihabiskan untuk merawat anggota keluarga dengan

skizofrenia.

2. Beban subyektif

Beban yang berhubungan dengan mental dan psikologis

seseorang seperti perasaan kehilangan, dimana sering muncul

karena setiap keluarga menganggap masa depan pasien seolah

akan berakhir. Selain itu terdapat kesedihan, kecemasan, dan

tidak mampu untuk berhubungan sosial, mekanisme koping, stres

terhadap gangguan perilaku serta terjadi frustasi yang diakibatkan

karena adanya perubahan hubungan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

25  

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Keluarga

Menurut Kaplan & Sadock (2010) bahwa terdapat beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi beban keluarga diantaranya :

1. Perjalanan penyakit

Beban keluarga dalam merawat pasien skizofrenia akan semakin

meningkat apabila didukung juga dengan lamanya pasien menderita

skizofrenia. Selain lama waktu menderitanya, pasien skizofrenia

mengalami ketidakmampuan dalam perawatan diri, berinteraksi

sosial sehingga keluarga yang menanggung pemenuhan

kebutuhannya.

2. Stigma

Penyakit skizofrenia masih sering diartikan sebagai penyakit yang

memalukan bagi setiap keluarga sehingga menyebabkan keluarga

sering diremehkan dan ditelantarkan masyarakat. Hal tersebut

dapat meningkatkan beban keluarga.

3. Pelayanan kesehatan

Beban keluarga dapat berkurang apabila pelayanan kesehatan

khususnya kesehatan mental mudah didapatkan. Sebaliknya

apabila pelayanan kesehatan sulit untuk dijangkau maka dapat

mengakibatkan keadaan klien menjadi buruk serta beban dalam

keluarga semakin bertambah (Nuraenah, 2012)

4. Pengetahuan penyakit

Pengetahuan yang meningkat tentang konsep skizofrenia dapat

mempengaruhi proses pikir keluarga dalam merawat pasien

skizofrenia.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

26  

5. Ekspresi emosi

Menurut Nuraenah (2012) menyatakan bahwa emosi keluarga

berhubungan dengan pengetahuan yang dapat mengakibatkan

emosi meningkat dikarenakan perilaku pasien yang menjadikan

beban. Angka kekambuhan pasien yang meningkat menurunkan

kemandiriannya yang lama-kelamaan keluarga mengalami beban

tinggi.

6. Sistem ekonomi

Perawatan klien dengan skizofrenia membutuhkan waktu dan biaya

yang besar. Menurut Gururaj et al (2008) menyatakan tingkat

ekonomi dan menurunnya kesehatan dapat menyebabkan beban

keluarga meningkat.

2.4 Konsep Mekanisme koping

2.4.1 Definisi Mekanisme Koping

Menurut Stuart & Laraia (2008) mekanisme koping

adalahusaha atau cara yang setiap individu lakukan untuk menangani

dan mengontrol tekanan yang sedang dihadapinya. Koping merupakan

suatu cara yang individu terapkan untuk menyelesaikan suatu

permasalahan yang terjadi, belajar untuk beradaptasi terhadap setiap

keadaan yang mengancam diri. Koping dapat dilihat melalui respon,

tanda gejala, dan pertanyaan pasien melalui interview. Menurut Miller

(2009) mekanisme koping merujuk pada suatu cara untuk mengatasi

sesuatu yang menyebabkan ancaman terhadap diri individu sehingga

individu dapat mengatasi perasaan tidak nyaman seperti kecemasan,

rasa takut, berduka, dan rasa bersalah. Melihat beberapa pengertian

tersebut, mekanisme koping disimpulkan sebagai usaha individu dalam

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

27  

menghadapi suatu kondisi yang mengancam dan perasaan yang tidak

nyaman, serta bagaimana individu tersebut menyelesaikan masalah

yang dihadapinya.

2.4.2 Jenis Mekanisme Koping

Menurut Keliat (2013) pembagian koping terdiri dari dua macam yang

meliputi :

1. Mekanisme koping adaptif

Suatu usaha penyelesaian masalah yang identik dengan

mendukung fungsi pertumbuhan, integrasi, pembelajaran, serta

dapat mencapai tujuan yang ditunjukkan dengan cara memecahkan

masalah secara efektif, berbicara dengan orang lain, teknik

relaksasi, serta dengan aktivitas yang konstruktif.

2. Mekanisme koping maladaptif

Penyelesaian masalah yang dilakukan individu dimana cenderung

menghambat tujuan dan fungsi, membuat lingkungan tidak

nayaman, serta lebih menurunkan kekuatan.

Adapun kategori koping menurut Lazarus & Folkman (1984) adalah :

1. Problem Focused Coping

Koping ini hanya berpusat pada usaha mengatasi masalah yang

dihadapinya serta aktif mencari jalan keluar melalui beberapa cara

seperti meminta bantuan orang lain atau berusaha sendiri untuk

menemukan solusi penyelesaian masalah.

2. Emotional Focused Coping

Penyelesaian suatu masalah dengan cara menerima atau

menghindari masalah yang sedang dihadapi sebagai peristiwa yang

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

28  

menyakitkan atau usaha untuk mengurangi konsekuensi emosional

dari suatu masalah.

2.4.3 Sumber dan Strategi Koping Keluarga

Menurut Friedman et al (2010) menyebutkan terdapat dua tipe strategi

koping keluarga yaitu :

1. Strategi koping keluarga internal

Terdapat beberapa strategi koping intra familial dalam strategi

koping internal yang meliputi : a) mengandalkan kelompok

keluarga, dimana saat keluarga menghadapi suatu masalah maka

keluarga tersebut menggunakan sumber-sumber mereka sendiri.

b) penggunaan humor, terapi humor mampu untuk menurunkan

beban keluarga dalam merawat pasien skizofrenia. c)

pengungkapan bersama, dimana keluarga secara bersama-sama

mengatasi masalah yang sedang dihadapi. d) mengontrol makna

dari suatu masalah serta penyusunan kembali fungsi kognitif. e)

pemecahan suatu masalah secara bersama-sama, keluarga dapat

mengupayakan solusi secara bersama-sama saat memecahkan

masalah. f) fleksibilitas peran, dan g) normalisasi, keluarga

cenderung menormalkan segala sesuatu ketika mereka

melakukan koping terhadap stresor.

2. Strategi koping keluarga eksternal

Adapun strategi koping eksternal meliputi: a) mencari informasi,

ditunjukkan dengan pencarian pengetahuan dan informasi yang

berhubungan dengan stresor sebagai wujud respon secara kognitif

yang dilakukan oleh individu. b) memelihara hubungan afektif

dengan komunitas, dimana keluarga memiliki hubungan yang aktif

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

29  

dengan organisasi-organisasi. c) mencari sistem pendukung sosial.

d) mencari dukungan spiritual, salah satu cara mengatasi suatu

stresor yang berkaitan dengan kesehatan adalah dengan berdoa

dan memiliki kepercayaan kepada Tuhan.

2.4.4 Penatalaksanaan Keperawatan Pada Mekanisme Koping Keluarga

yang Tidak Efektif

Intervensi dalam keperawatan jiwa untuk diagnosa

mekanisme koping keluarga tidak efektif memiliki sasaran pada

individu, keluarga, serta kelompok. Pada intervensi ini terbagi dalam

dua intervensi yang meliputi intervensi keperawatan generalis serta

intervensi keperawatan jiwa lanjutan atau spesialis. Adapun

intervensi generalis meliputi pemberian penyuluhan kesehatan sesuai

dengan masalah yang sedang dihadapi keluarga serta menjelaskan

tentang strategi koping yang dapat digunakan keluarga untuk

mengatasi masalahnya. Adapun intervensi keperawatan jiwa lanjutan

atau terapi spesialis untuk masalah koping keluarga tidak efektif

meliputi :

1. Terapi Individu

a. Acceptance and Commitment Therapy merupakan suatu terapi

dimana bertujuan untuk membantu klien dengan menggunakan

penerimaan psikologi sebagai strategi koping dalam situasi

stress baik eksternal maupun internal yang sulit untuk diatasi.

b. Cognitive therapy merupakan suatu terapi untuk merubah

pikiran negatif menjadi suatu pemikiran yang positif,

mengetahui penyebab perasaan negatif, membantu

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

30  

mengendalikan diri serta pencegahan dan pertumbuhan

pribadi.

c. Behaviour Therapy merupakan suatu terapi dimana dapat

mengubah suatu perilaku yang tidak diharapkan menjadi suatu

perilaku yang diinginkan atau yang adaptif

2. Terapi Keluarga

Family Psychoeducation Therapy merupakan suatu terapi dengan

memberikan pelatihan pada keluarga dengan bekerjasama

terhadap tenaga keperawatan jiwa yang professional sebagai salah

satu tindakan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien

gangguan. Adapun tujuan dari psikoedukasi yakni dapat

mengurangi tingkat kekambuhan pasien, kemandirian pasien

menjadi meningkat, dan memberikan kemudahan penerimaan

pasien dalam lingkungan masyarakat serta keluarga.

3. Terapi kelompok

a. Self help group pada keluarga dengan gangguan jiwa adalah

sekumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai keinginan

untuk berbagi permasalahan, saling membantu pada hal yang

menjadi dialami dan menjadi suatu fokus perhatian yang

bertujuan untuk mengatasi gangguan jiwa serta meningkatkan

kemampuan kognitif dan emosional sehingga perasaan sejahtera

dapat tercapai.

b. Supportive Group Therapy merupakan suatu pemberian terapi

untuk sekelompok orang baik terdiri dari dua atau lebih orang

atau keluarga yang sama-sama merawat anggota keluarga yang

sedang menderita gangguan jiwa dengan cara mengklarifikasi

permasalahan yang sedang dihadapi oleh keluarga sehingga

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

31  

keluarga tersebut memiliki kemampuan untuk menggunakan

sumber pendukung yang telah dimilikinya serta memiliki

kebebasan untuk mengutarakan setiap perasaan dan pikiran

yang dirasakan.

2.5 Terapi Suportif Kelompok

2.5.1 Definisi Terapi Suportif Kelompok

Terapi suportif kelompok merupakan suatu terapi yang

berbeda dengan terapi kelompok lainnya dikarenakan berfokus pada

pendekatan kepribadian untuk mengetahui adanya perubahan pada

sikap dan perilaku akibat faktor biologi, psikologis, serta sosial yang

digunakan untuk menangani koping tidak adaptif (Stuart&Laraia,

2008). Terapi suportif kelompok pada keluarga dengan gangguan

jiwa merupakan suatu terapi suportif yang diberikan pada

sekelompok orang dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah-

masalah sehingga keluarga mampu menggunakan sumber

pendukung untuk membantu memberikan solusi.

Terapi suportif kelompok telah dikembangkan oleh Rockland

mencakup :

1. Terjalinnya hubungan yang suportif pada diri pasien dan terapis

dikarenakan terapi ini menggunakan metode percakapan,

memelihara dan mempertahankan hubungan yang positif.

2. Dapat menurunkan kecemasan dengan selalu tercipta lingkungan

yang terapeutik

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

32  

3. Terapi suportif ini memberikan pendidikan, saran dan dukungan

bagi setiap anggota terapis

4. Kekuatan anggota kelompok terapi menjadi lebih adaptif

5. Melatih keluarga untuk menggunakan mekanisme koping yang

baik

Terdapat beberapa hal yang membedakan terapi suportif

kelompok berbeda dengan terapi lainnya adalah tiap anggota

kelompok terapis dapat berdiskusi dan berinteraksi diluar

pelaksanaan terapi. Terapi suportif kelompok ini memberikan

kesempatan pada anggota terapi untuk berbagi pengalaman tentang

masalah yang dirasakan saat merawat pasien. Padaterapi suportif

kelompok ini, setiap orang di dalam anggota terapi kelompok tersebut

memiliki kebebasan mengungkapkan perasaan stres, frustasi,

perasaan jenuh, masalah yang dihadapi, serta menemukan cara

solusi penyelesaiannya. Pemimpin kelompok bertugas untuk

membantu memfasilitasi (Videbeck, 2008).Pelaksanaan pemberian

terapi suportif dalam satu minggu dapat dilakukan satu atau dua kali

dengan waktu durasi 50 menit untuk setiap sesinya (Townsend,

2009).

2.5.2 Tujuan Terapi Suportif Kelompok

Tujuan dari terapi suportif kelompok adalah meningkatkan

mekanisme koping adaptif, harga diri meningkat, mampu

memecahkan permasalahan, memberikan dukungan pada keluarga

untuk memiliki harapan. Selain itu terapi suportif kelompok

mempererat hubungan pasien dengan terapis sehingga tekanan yang

pasien rasakan dapat diatasi, meningkatkan kekuatan keluarga,

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

33  

meningkatkan keterampilan koping keluarga, meningkatkan

kemampuan keluarga menggunakan sumber koping, meningkatkan

otonomi keluarga dalam pengobatan, serta mengurangi stres dan

koping yang maladaptif (Chien et al, 2006).

2.5.3 Indikasi Terapi Suportif Kelompok

Menurut Klingberg (2010)terapi suportif kelompokbermanfaat

untuk pengontrol perilaku seseorang. Terapi suportif kelompok ini

digunakan untuk berbagai masalah potensi pertumbuhan dan

perkembangan, masalah keperawatan resiko, masalah gangguan

kesehatan jiwa dan fisik. Menurut Kyrous dan Humphreys (2008)

pada pasien skizofrenia, Napza, pasien diabetes mellitus, lansia,

keluarga yang merawat pasien sakit, pasien dengan penyakit kronis.

2.5.4 Aturan Dalam Terapi Suportif Kelompok

Menurut Chien et al (2006) terdapat tata cara terapi suportif

kelompok 1) Terapis harus dapat memimpin dan keluarga secara jujur

mampu untuk berbagi pengetahuan untuk pemecahan masalah serta

menemukan solusi untuk menyelesaikan setiap permasalan. 2) Setiap

pengambilan keputusan disertai dengan keterlibatan dukungan dari

keluarga dan sosial 3) Keluarga harus mampu untuk mengutarakan

permasalahan serta menemukan solusi melalui kelompok. 4) Terapis

merespon pertanyaan keluarga, menghindari introgasi, melakukan

konfrontrasi suportif dan interpretasi. Terapis juga memberikan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

34  

pendidikan kesehatan serta melakukan perubahan lingkungan

keluarga. 5) Kelompok harus menjaga kerahasiaan anggota kelompok

serta kenyamanan secara fisik dan emosi. 6) Harus mampu

menunjukkan rasa empati terhadap permasalahan pada setiap

keluarga. 7) Keluarga harus mengekspresikan pikiran dan

perasaannya. 8) Terapis yang memiliki tujuan terapi harus tetap dijaga

sampai penelitian selesai. 9) Terapis harus tetap berperilaku jujur

kepada seluruh kelompok.

2.5.5 Kelebihan Terapi Suportif Kelompok

Pada terapi suportif kelompok memiliki tujuan membentuk

keluarga menjadi support system. Keluarga dapat menjadi support

system dengan cara pasien didorong untuk mengungkapkan

perasaannya, memperkuat ikatan dengan keluarga lainnya, sehingga

ditemukan suatu solusi penyelesaian masalah. Terapi suportif ini

menyediakan lingkungan yang mendukung dengan difasilitasi satu

atau dua tenaga kesehatan jiwa yang profesional. Tenaga jiwa yang

profesional ini membantu meningkatkan ikatan sosial antara anggota

kelompok, mendorong ekspresi emosional, serta memfasilitasi diskusi

dimana tujuan dari terapi suportif dapat tercapai (Butler et al, 2009).

Terapi suportif kelompok efektif digunakan untuk

meningkatkan kemampuan koping keluarga karena pada terapi suportif

memperlihatkan hubungan saling percaya, memikirkan solusi

penyelesaian masalah. Selain itu mendiskusikan area tabu (masalah

internal), menghargai situasi yang sama dan bertindak bersama,

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

35  

adanya sistem dukungan (mutual support), serta pemecahan masalah

secara individu (Chien et al, 2006).

2.5.6 Prosedur Terapi Suportif Kelompok

Adapun empat sesi dalam terapi suportif kelompok yang

dikembangkan oleh Hernawati dkk (2009) dalam Klingberg (2010)

adalah :

Sesi I : Menemukan sumber pendukung beserta kemampuan positif

Setiap keluarga mendiskusikan masalah yang sedang

dihadapi, cara yang digunakan saat merawat pasien serta hambatan

yang sering ditemui yang diikuti dengan kemampuan setiap keluarga

dalam memanfaatkan sumber pendukung yang dimilikinya. Selain itu

setiap keluarga juga saling memotivasi agar semua keluarga mampu

untuk mengungkapkan pendapatnya. Terapis memberikan umpan balik

positif tentang hal-hal yang sekiranya belum diketahui anggota

kelompok mengenai cara perawatan pasien serta memberikan

reinforcement pada keluarga yang telah mampu mengungkapkan

perasaan dan pengalamannya.

Sesi II : Penggunaan sistem pendukung di dalam keluarga, memonitor,

serta hambatannya

Hasil akhir dari sesi dua ini, anggota kelompok dapat

memanfaatkan sumber pendukung serta mampu role playdengan

memanfaatkan sumber pendukung. Anggota terapis juga mampu

mengungkapkan hambatannya saat memanfaatkan sumber

pendukung sehingga bisa dicari solusi penyelesaiannya.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

36  

Sesi III : Pemanfaatan sumber pendukung di luar keluarga, memonitor,

serta hambatannya

Terapis mengajarkan keluarga untuk memanfaatkan sumber

pendukung luar seperti meminta bantuan terhadap tenaga kesehatan,

tokoh masyarakat, peer support, serta tokoh agama untuk

meringankan beban keluarga saat merawat anggota keluarga dengan

skizofrenia.

Sesi IV : Penilaian hambatan serta hasil dari sumber pendukung di

dalam dan di luar keluarga

Tiap anggota kelopok terapi harus mampu mendiskusikan

hambatan dan menentukan upaya tindak lanjut untuk merawat pasien

skizofrenia.

2.6 Pengaruh terapi suportif kelompok terhadap beban dan mekanisme

koping keluarga

Skizofrenia merupakan terdapatnya tanda-tanda positif yang dialami

seseorang yang meliputi delusi, halusinasi, gangguan bicara serta tingkah

laku katatonik (Stuart & Laraia, 2006). Skizofrenia memiliki pengaruh dan

dampak yang sangat besar terutama pada keluarga. Keluarga sebagai

caregiver merupakan seseorang yang bertugas untuk merawat anggota

keluarga yang sakit yang sangat bergantung untuk pemenuhan

kebutuhannya terhadap caregiver.

Keluarga dalam merawat pasien skizofrenia yang dalam jangka

waktu lama akan merasa terbebani. Beban keluarga ini terbagi menjadi dua

yaitu beban obyektif dan subyektif. Beban obyektif seperti masalah finansial

serta terganggunya rutinitas aktivitas keluarga hampir sama pada seluruh

keluarga. Akan tetapi beban subyektif menunjukkan pengalaman psikologis

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

37  

dari pengasuh yaitu perasaan pengasuh, kekhawatiran dan ketegangan

interpersonal yang mungkin berbeda pada setiap keluarga. Beban keluarga

yang tinggi seringkali ditunjukkan dengan ekspresi emosi yang tinggi seperti

marah-marah menandakan bahwa keluarga masih memiliki mekanisme

koping yang buruk (Hadrys et al, 2011).

Menurut Stuart&Laraia (2008) mekanisme koping adalah cara

individu guna menanggulangi adanya tekanan yang sedang dihadapinya.

Mekanisme koping digunakan untuk menanggapi adanya stresor dan

merespon terhadap beban akibat merawat pasien skizofrenia. Keluarga dapat

menggunakan strategi koping baik internal seperti humor, pengungkapan

bersama, dan normalisasi. Selain itu dengan strategi koping eksternal seperti

mencari informasi, dan dukungan sosial. Mekanisme koping dapat meningkat

dengan cara pemberian psikoterapi salah satunya berupa pemberian terapi

suportif pada keluarga.

Terapi suportif kelompok adalah terapi untuk memfasilitasi setiap

anggota terapi untuk menyampaikan pengalaman dan perasaannya sampai

ditemukan mekanisme koping adaptif. Hasil riset Walker et al (2010)

menunjukkan bahwa terapi suportif dapat menurunkan emosi negatif serta

mengurangi kesakitan pada penderita Kanker. Menurut Chien et al (2006)

terapi suportif kelompok juga dapat meningkatkan kekuatan keluarga, terjadi

peningkatan koping keluarga, kemampuan keluarga menggunakan sumber

koping menjadi meningkat, serta membantu keluarga memiliki kemandirian.

Keluarga dalam merawat pasien skizofrenia sangatlah membutuhkan suatu

terapi yang dapat dijadikan sebagai dukungan untuk memperkuat dalam

merawat pasien skizofrenia. Hal ini didukung dengan penelitian Hernawaty

dkk (2009) menunjukkan bahwa terapi suportif kelompok berpengaruh

terhadap peningkatan kemampuan keluarga saat merawat pasien skizofrenia.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

38  

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

9  

2.7 Mapping Jurnal Tabel 2.1 Mapping Jurnal

Penulis dan Judul

Tujuan Penelitian Variabel yang diteliti

Metodologi Hasil dan Simpulan

Kali, K. P., Gouping, H., Xiu, H. W (2014) Extent of Burden and Coping among Family Caregivers Living with Schizophrenic Patients in Nepal

Untuk mengeksplorasi sejauh mana beban dan strategi koping yang diterapkan oleh keluarga dalam merawat pasien skizofrenia.

Variabel independen: Strategi koping keluarga Variabel dependen: Beban keluarga

Desain penelitian dengan studi cross sectional deskriptif, pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling pada 147 keluarga yang merawat pasien Skizofrenia di Poli Jiwa Rumah Sakit Nepal.

Hasil : - Keluarga mengalami beban ringan

(36,7%) sampai sedang (46,9%). Adapun total rata-rata skor beban adalah 39,27 ± 12,38.

- Strategi koping yang digunakan keluarga mencakup focused coping strategies (menggunakan dukungan instrumental, dukungan emosional, Penerimaan dan agama).

Simpulan : Strategi koping dengan beban keluarga memiliki hubungan signifikan saat melakukan perawatan pada pasien skizofrenia

Kokurcan, A., Ozpolat, A. G. Y., Gogus, A. K. (2015) Burnout in caregivers of patients with

Untuk mengevaluasi beban keluarga dan hal-hal berpengaruh dengan beban meliputi karakteristik sosiodemografi, tanda gejala skizofrenia,

Variabel independen: Sosiodemografi, tanda gejala skizofrenia, dukungan sosial, karakteristik

Data dianalisis menggunakan uji one-way analysis of variance, dan Pearson’s correlation analysis.

Hasil : - Beban keluarga sangat dipengaruhi oleh

dukungan sosial serta tanda gejala skizofrenia yang dialami oleh pasien skizofrenia

- Sosiodemografi serta karakteristik keluarga memiliki pengaruh yang sangat

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

10  

schizophrenia dukungan sosial, serta karakteristik dari keluarga sendiri

keluarga Variabel dependen: beban keluarga

rendah terhadap beban keluarga Simpulan : Dukungan sosial yang buruk menjadi faktor utama terjadinya kelelahan dan meningkatnya beban bagi keluarga sehingga keluarga harus memiliki dukungan sosial yang baik agar dapat memberikan bantuan yang baik pula pada pasien skizofrenia.

Marimbe, B. D Cowan, F Kajawu, L Muchirahondo, F Lund, C (2016) Perceived burden of care and reported coping strategies and needs for family caregivers of people with mental disorders in Zimbabwe

Untuk mengeksplorasi dampak yang dirasakan keluarga saat merawat pasien skizofrenia serta mekanisme koping yang dibutuhkan keluarga

Variabel independent: Beban keluarga Variabel dependen: Strategi koping keluarga

Sebuah sampel terdiri dari 31 keluarga berpartisipasi dalam wawancara mendalam dan diskusi kelompok Peserta juga diperiksa untuk gangguan jiwa umum menggunakan 14 item Shona Gejala Angket. Data kualitatif dianalisis secara tematis menggunakan NVivo 8 data kualitatif perangkat lunak analisis.

Hasil : - Keluarga mengalami peningkatan beban

termasuk dalam beban fisik, psikologis, emosional, sosial dan keuangan dalam mengasuh pasien skizofrenia

- Keluarga menggunakan problem focused coping serta emotional focused coping

- Dua puluh satu (68%) Dari keluarga beresiko melakukan bunuh diri dan dirujuk kepsikiater untuk pengelolaan selanjutnya.

- Keluarga membutuhkan dukungan dari kesehatan profesional untuk membantu agar lebih baik

Simpulan : Keluarga memiliki beban yang sangat tinggi dalam merawat pasien skizofrenia dan sering tidak mengakui saat memiliki pasien

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

11  

skizofrenia sehingga keluarga sangat membutuhkan dukungan dari para tim kesehatan dan pelayanan sosial.

Dewi, E. I (2011) Pengaruh terapi suportif terhadap beban dan kecemasan keluarga dalam merawat anak dengan tunagrahita di SLB Banyumas

Untuk menganalisis terapi suportif terhadap beban dan kecemasan keluarga saat merawat anak dengan tunagrahita di SLB Banyumas.

Variabel independen : Terapi suportif kelompok Variabel dependen: Beban & ansietas

Desain penelitian menggunakan quasi - experimental, pre dan post test with Control - group. Tempat penelitian di SLB C Yakut dan SLB Kuncup Mas Banyumas. Adapun sampel penelitian adalah seluruh keluarga yang memiliki anak tunagrahita yang memenuhi kriteria inklusi.

Hasil penelitian menunjukkan beban dan kecemasankeluarga sebelum dan sesudahpemberian terapi suportif memiliki perbedaan signifikan

Walker, L. M Bischoff, T. F Robinson, J. W (2010) Supportive -Expressive Group Therapy for Women with Advanced

Untuk mengevaluasi terapi suportif kelompok pada pasien kanker ovarium dengan menggali pengalaman baik positif dan negatif yang terkait dengan Terapi suportif

Desain penelitian

Qualitative analysis

Hasil : - Terapi suportif (SEGT) dapat menurunkan

emosi negatif serta mengurangi kesakitan dari penyakit kanker tersebut.

- Terapi suportif (SEGT) dapat membantu mengatasi kemarahan, memulihkan kepercayaan dengan saling berkomunikasi antar anggota kelompok, serta dapat meningkatkan pengetahuan.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

12  

Ovarian Cancer Simpulan : Wanita yang menderita kanker ovarium merasakan bahwa terapi suportif (SEGT) memberikan manfaat yang besar untuk menurunkan penderitaan dari penyakitnya serta masalah dalam biaya pengobatannya.

Kissane, D.W., Grabsch, B., Clarke, D. M., Smith, G. C., Love, A. W., Bloch, S (2007). Supportive-expressive - group therapy for women with metastatic breast cancer: Survival and psychosocial outcome from a randomized control trial.

Untuk membuktikan terapi suportif ekspresif terhadap kelangsungan hidup serta masalah psikososial pada wanita dengan kanker payudara

Variabel

independen:

Terapi suportif

kelompok /

Supportive-

expressive group

therapy

Variabel dependen :

Kelangsungan hidup

serta masalah

psikososial

Desain penelitian

ekspertimen dengan

randomized control trial

Hasil : Terapi suportif (SEGT) dapat membantu memperbaiki DSM-IV gangguan depresi (p =0,002), mengurangi harapan ketidakberdayaan (p=0,004), gejala trauma (p = 0,04) dan meningkatkan fungsi sosial (p = 0,03) Simpulan : Terapi suportif (SEGT) tidak memperpanjang kelangsungan hidup penderita kanker payudara tetapi dapat meningkatkan kualitas hidup, termasuk pengobatan dan perlindungan terhadap depresi

Hernawaty, T., Keliat, B. A., Hastono, S. P.,

Untuk memperoleh gambaran pengaruh terapi suportif

Variabel

independen:

Desain penelitian ini

menggunakan Quasi

Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan yang sangat signifikan pada kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

13  

dan Helena, N. CD. (2009). Pengaruh Terapi Suportif pada Keluarga kepada Kemampuan Keluarga dalam Merawat Klien Gangguan Jiwa di Bogor Barat.

keluarga terhadap peningkatan keluarga saat merawat pasien gangguan jiwa

Terapi Suportif pada

keluarga

Variabel dependen :

Kemampuan

Keluarga Merawat

pasien dengan

Gangguan Jiwa

experimental pre dan

post test with control

group- design,

pengambilan sampel

cluster sampling one

stage.

keluarga saat merawat klien gangguan jiwa setelah diberikan terapi suportif kelompok

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

9  

2.8 Kerangka Teori Penelitian

Berdampak pada masalah psikososial yang dialami keluarga :

1. Mekanisme koping adaptif 2. Mekanisme koping maladaptif

(Keliat, 2013) Strategi koping keluarga :

1. Strategi internal 2. Strategi eksternal

(Friedman, Bowden, & Jones, 2010)

Etiologi Skizofrenia :

1. Model diathesis stress 2. Faktor Neurobiologi 3. Faktor genetika 4. Faktor psikososial (Teori

psikoanalitik, teori pembelajaran, teori keluarga, teori sosial) (Kaplan & Sadock, 2010)

Klasifikasi Skizofrenia :

1. Skizofrenia paranoid 2. Skizofrenia hibefrenik 3. Skizofrenia katatonik 4. Skizofrenia tak terinci 5. Skizofrenia pasca skizofrenia 6. Skizofrenia residual 7. Skizofrenia simplek

(Maslim, 2013)

Pengukuran mekanisme

koping :

Menggunakan alat ukur Brief

COPE Inventory (BCI) yang

terdiri dari 28 item

pernyataan

Berdampak pada beban keluarga:

1. Beban subyektif 2. Beban Obyektif

(WHO, 2008)

Terapi suportif kelompok : Sesi 1 : Menemukan sumber pendukung beserta kemampuan positif Sesi 2 : Penggunaan sistem pendukung di dalam keluarga, memonitor, serta

hambatannya Sesi 3 : Pemanfaatan sumber pendukung di luar keluarga Sesi 4 : Penilaian hambatan serta hasil dari sumber pendukung dalam dan luar

keluarga

Faktor yang mempengaruhi beban keluarga :

1. Perjalanan penyakit 2. Stigma 3. Pelayanan kesehatan 4. Pengetahuan

terhadap penyakit 5. Ekspresi emosi 6. Ekonomi

(Kaplan & Sadock, 2010)

Karakteristik keluarga dalam merawat pasien skizofrenia :

1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Penghasilan 6. Etnis 7. Keyakinan

(Stuart & Laraia, 2008)

Gambar 2.1 Kerangka Teori Pengaruh Terapi Suportif Kelompok Terhadap Beban Keluarga dan Mekanisme Koping Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Skizofrenia

Psikoterapi untuk koping keluarga tidak efektif :

1. Terapi Generalis TAK (Keliat & Akemat, 2005)

2. Terapi Spesialis - Terapi individu: Acceptance and Commitment Therapy (ACT), Cognitive

therapy (CT),Behaviour Therapy (BT) - Terapi keluarga: Family psychoeducation (FPE) - Terapi kelompok : Supportive therapy (ST), Self help group (SHG)

(Workshop UI, 2015)

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 ...repository.ub.ac.id/1603/3/BAB II.pdf · 4. Skizofrenia tak terinci (F20.3) Skizofrenia ini harus memenuhi kriteria umum dalam

9