BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Aktivitas Fisik 2.1.1...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Aktivitas Fisik 2.1.1...
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Aktivitas Fisik
2.1.1 Definisi Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga
(pembakaran kalori), yang meliputi aktivitas fisik sehari-hari dan olahraga, sedangkan
menurut WHO (2010) yang dimaksud dengan aktivitas fisik adalah kegiatan yang
dilakukan paling sedikit 10 menit tanpa henti. Aktivitas fisik dibagi atas tiga tingkatan
yakni aktivitas fisik ringan, sedang, berat. Aktivitas fisik ringan adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan menggerakkan tubuh, aktivitas fisik sedang adalah pergerakan
tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga cukup besar, dengan kata lain adalah
bergerak yang menyebabkan nafas sedikit lebih cepat dari biasanya, sedangkan aktivitas
fisik berat adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga cukup
banyak (pembakaran kalori) sehingga nafas jauh lebih cepat dari biasanya.
2.1.2 Manfaat Aktivitas Fisik
Cara yang paling sederhana untuk meningkatkan kekebalan tubuh adalah dengan
melakukan latihan fisik atau olahraga serta istirahat dan tidur yang cukup. Latihan fisik
ringan sekalipun, seperti aerobik selama 30 menit, mampu mengaktifkan sel darah putih,
yang merupakan komponen utama kekebalan tubuh pada sirkulasi darah. Idealnya
melakukan latihan aerobik selama 30 menit (Yuliarto, 2012).
9
2.1.3 Jenis-Jenis Aktivitas Fisik untuk Usia Dewasa
Menurut WHO (2010), Jenis Aktivitas fisik untuk usia dewasa dibagi menjadi 5
antara lain :
1. Aktivitas bekerja
Aktivitas bekerja sesuatu aktivitas yang dilakukan manusia untuk tujuan tertentu yang
dilakukan dengan cara baik dan benar (Shofianty, Widhiantoro, & Pramudita, 2007).
2. Transportasi
Transportasi merupkan perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat
lain dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin.
Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas
sehari-hari (Ismayanti, 2009).
3. Aktivitas pekerjaan rumah
Pekerjaan yang tidak menghasilkan imbalan atau jasa, aktivitas pekerjaan rumah dapat
dilakukan bertujuan agar rumah dan sekitar rumah terlihat bersih dan rapi, misalnya
mencuci pakaian, mengepel lantai, menyiram tanaman, dll (Poerwopesito, & Utomo,
2011).
4. Olahraga
Olahraga adalah suatu kegiatan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh
kita.Sebelum berolahraga dianjurkan untuk melakukan pemansan supaya terhindar
dari cidera, misalnya jalan pagi, bersepeda, berenang, senam dan lain-lain. (Sari, 2010).
10
5. Rekreasi
Rekreasi adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan seseorang ketika memiliki waktu
luang untuk menyegarkan fikiran dan badan, atau sebagai hiburan setelah menjalani
rutinitas yang membosankan (Graha, 2007)
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Baik faktor
lingkungan makro, lingkungan mikro maupun faktor individual. Secara lingkungan
makro, faktor sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap aktivitas fisik. Pada kelompok
masyarakat dengan latar belakang sosial ekonomi relatif rendah, memiliki waktu luang
yang relatif sedikit bila dibandingkan masyarakat dengan latar belakang sosial ekonomi
yang relatif baik. Segingga kesempatan kelompok sosial ekonomi rendah melakukan
aktivitas fisik yang terprogram serta terukur tentu akan lebih rendah bila dibandingkan
kelompok sosial ekonomi tinggi. Lingkungan sosial ekonomi makro juga berpengaruh
terhadap kondisi fasilitas umum dalam satu Negara. Pada Negara dengan kondisi sosial
ekonomi tinggi akan menyediakan fasilitas umum yang lebih modern seperti tersedia
angkutan umum yang lebih nyaman dan baik, fasilitas escalator dan fasilitas canggih lain
yang memungkinkan masyarakat melakukan aktivitas fsik yang rendah. Sebaliknya pada
Negara dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah, Negara belum mampu
menyediakan fasilitas umum dengan teknologi maju.
Lingkungan mikro yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik adalah pengaruh
dukungan masyarakat sekitar. Masyarakat sudah beralih kurang memperlihatkan
dukungan yang tinggi terhadap orang yang masih berjalan kaki ketika pergi ke pasar,
kantor dan sekolah.
11
Faktor individu seperti pengetahuan dan persepsi tentang hidup sehat, motivasi,
kesukaan berolahraga, harapan tentang keuntungan melakukan aktivitas fisik akan
mempengaruhi seseorang untuk melakukan aktivitas fisik. Apalagi orang yang
mempunyai motivasi dan harapan untuk mencapai kesehatan optimal, akan terus
melakukan aktivitas fisik sesuai anjuran kesehatan. Faktor lain yang juga berpengaruh
terhadap seseorang rutin melakukan aktivitas fisik atau tidak adalah faktor usia, genetik,
jenis kelamin dan kondisi suhu dan gografis (Welis & Rifki, 2007).
2.1.5 Kategori Aktivitas Fisik
International Physical Activity Questionnaire (2005) kategori aktivitas fisik di nilai
berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Tinggi :
Seseorang yang memiliki salah satu kriteria berikut ini sudah diklasifikasikan dalam
kategori tinggi, yaitu :
a. Aktivitas dengan intensitas berat setidaknya mencapai 3 hari. Jumlah minimal
aktivitas fisik 1500 MET menit/minggu.
b. Aktivitas fisik selama 7 hari dengan kombinasi berjalan, intensitas sedang dan
intensitas berat dengan jumlah minimal 3000 MET menit/minggu.
2. Sedang
Seseorang yang tidak memiliki kriteria aktivitas tinggi dan memiliki salah satu kriteria
berikut ini sudah diklasifikasikan dalam kategori sedang, yaitu :
a. Aktivitas dengan intensitas kuat selama 3 hari atau lebih minimal 20 menit per
hari.
b. Aktivitas intensitas sedang dan / atau berjalan selama 5 hari atau lebih setidaknya
30 menit per hari.
12
c. Aktivitas fisik selama 5 hari atau lebih dengan kombinasi kombinasi berjalan,
intensitas sedang dan intensitas yang kuat dengan jumlah minimal 600 MET menit
/ minggu.
3. Rendah
Seseorang yang tidak memenuhi salah satu dari semua kriteria yang telah disebutkan
dalam kategori tinggi maupun kategori sedang
2.1.6 Aktivitas Fisik Pada Penderita Penyakit Jantung
Menurut British Heart Foundation (2013), pada penderita penyakit jantung
dianjurkan melakukan aktivitas fisik untuk membantu keadaan penderita dalam kondisi
baik. Aktivitas fisik yang baik untuk penderita penyakit jantung yaitu aerobik. Aerobik
merupakan aktivitas fisik yang menggunakan otot-otot besar seperti kaki, bahu dan
lengan. Ketika melakukan aerobik tubuh akan membutuhkan lebih banyak oksigen,
jantung dan paru-paru harus bekerja lebih keras. Hal ini membuat jantung dan sirkulasi
menjadi lebih efisien. Aktivitas aerobik juga dapat mempertahankan daya tahan tubuh.
Contoh aktivitas aerobik antara lain: berjalan cepat, bersepeda, senam. Aktivitas aerobik
memiliki tujuan agar jantung dapat berdetak lebih cepat untuk memenuhi gerakan tubuh
saat beraktivitas.
13
2.2 Konsep Kualitas Tidur
2.2.1 Pengertian Kualitas Tidur
Kualitas tidur merupakan kontruksi klinis yang penting. Hal ini dikarenakan
keluhan akan kualitas tidur umum terjadi di masyarakat dan kualitas tidur yang buruk
merupakan gejala penting dari adanya gangguan tidur dan penyakit lainnya. Pentingnya
kualitas tidur terbaik dalam upaya peningkatan kesehatan dan pemulihan individu yang
sakit (Potter & Perry, 2010).
Kualitas tidur adalah karakteristik subjektif dan seringkali ditentukan oleh
perasaan energik atau tidak setelah bangun tidur (Kozier, 2008). Kualitas tidur adalah
kepuasan terhadap tidur, sehingga orang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah,
mudah terangsang dan gelisah, lesu, dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata
bengkak, konjungtiva merah, perhatian terpecah, sakit kepala dan sering menguap atau
mengantuk
2.2.2 Tahapan Tidur
Menurut (Asmadi, 2008) pada hakekatnya tidur dapat diklasifikasikan ke dalam
dua kategori yaitu tidur dengan gerakan bola mata cepat (Rapid Eye Movement-REM), dan
tidur dengan gerakan bola mata lambat (Non-Rapid Eye Movement-NREM).
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal
tersebut berarti tidur REM ini sifanya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan
kedua bola matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot-otot
kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak-
balik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada laki-laki, gerakan otot tidak teratur,
14
kecepatan jantung dan pernapasan tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu dan
metabolisme meningkat. Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka
akan menunjukkan gejala-gejala yang cenderung hiperaktif, kurang dapat mengendalikan
diri dan emosi (emosinya labil), nafsu makan bertambah, serta bingung dan curiga.
Tidur NREM merupakan tidur nyaman dan dalam. Pada tidur NREM
gelombang otak lebih lambat dibandingkna pada orang yang sadar atau tidak tidur.
Tanda-tanda tidur NREM antara lain: mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah
turun, kecepatan pernapasan turun, metabolisme turun, dan gerakan bola mata lambat.
Tidur NREM memiliki empat tahap yang masing-masing tahap ditandai dengan pola
perubahan aktivitas gelombang otak. Keempat tahap tersebut yaitu:
a. Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi dimana seseorang beralih dari sadar
menjadi tidur. Pada tahap I ini ditandai dengan seseorang merasa kabur dan
rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutup mata, kedua bola
mata bergerak ke kiri dan kenan, kecepatan jantung dan pernapasan
menurun secara jelas, pada EEG terlihat terjadi penurunan voltasi
gelombang-gelombang alfa. Seseorang yang tidur pada tahap I ini dapat
dibangunkan dengan mudah.
15
b. Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap II ini
ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun,
tonus otot perlahan-lahan berkurang, serta kecepatan jantung dan
pernapasan menurun dengan jelas. EEG timbul gelombang beta yang
berfrekuensi 14-18 siklus/detik. Gelombang-gelombang ini disebut dengan
gelombang tidur. Tahap II ini berlangsung sekitar 10-15 menit.
c. Tahap III
Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara
menyekuruh. Kecepatan jantung, pernapasan, dan proses tubuh berlanjut
mengalami penurunan akibat dominasi system saraf simpatis. Pada EEG
memperlihatkan perubahan gelombang beta menjadi 1-2 siklus/detik.
Seseorang yang tidur pada pada tahap III ini sulit dibangunkan.
d. Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur dimana seseorang berada dalam keadaan
rileks, jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai, dan
sulit dibangunkan. Pada EEG, tampak hanya terlihat gelombang delta yang
lambat dengan frekuensi 1-2 siklus/detik. Denyut jantung dan pernapasan
menurun sekitar 20-30%. Pada tahap ini dapat terjadi mimpi. Selain itu,
tahap IV ini dapat memulihkan keadaan tubuh.
16
2.2.3 Fisiologis Tidur
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer,
endokrin, kardiovaskular, respirasi, dan muskuloskletal. Tiap kejadian tersebut dapat
diidentifikasi atau direkam dengan elektroensefalogram (EEG) untuk aktivitas listrik
otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan elektromiogram (EMG) dan
elektrookulogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata. Pengaturan dan kontrol
tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian
mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular activating system
(RAS) di batang otak bagian atas diyakini mempunyaisel-sel khusus dalam
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual,
auditori, nyeri dan sensoris raba. Selain itu, juga menerima stimulus dari korteks serebri
(emosi dan proses pikir).
Pada keadaan sadaar, neuron-neuron dalam RAS melepaskan katekolamin,
misalnya neropinefrin. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotonin
dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbular synchronizing regional
(BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang
diterima dari pusat otak reseptor sensorik perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan
system limbic seperti emosi. Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup
matanya dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivasi RAS
menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto & Wartonah,
2015).
17
2.2.4 Siklus Tidur
Kedas, Lux, & Amodes menyatakan bahwa siklus tidur yang umum terjadi terdiri
atas tahap 1 NREM, diikuti oleh tahap 2,3 dan 4 NREM dengan kemungkinan kembali
lagi ke tahap sebelumnya, yaitu tahap 3 dan 2 NREM, sebelum dimulainya tahapa REM
terjadi selama 20% sampai 25% waktu tidur dalam. Tahap REM dimulai kurang lebih 60
menit dalam siklus tidur, dan umumnya empat sampai enam siklus tidur NREM samapai
siklus tidur NREM terjadi setiap malam (Maas, 2011).
2.2.5 Kebutuhan Tidur
Kebutuhan tidur manusia tergantung pada tingkat perkembangan. Tabel berikut
merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia (Hidayat, 2008).
Tabel 2.3 Kebutuhan Tidur Manusia
Usia Tahap Perkembangan Jumlah kebutuhan
0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari
1 bulan-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18 bulan-3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari
3 tahun-6 tahun Masa prasekolah 11-12 jam/hari
6 tahun-12 tahun Masa sekolah 11 jam/hari
12 tahun-18 tahun Masa remaja 8-5 jam/hari
18 tahun-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari
40 tahun-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari
18
2.2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur
Menurut (Asmadi, 2008) kualitas tidur dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas tidur antara lain:
1. Status Kesehatan
Sesorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan untuk dapat tidur nyenyak.
Tetapi pada orang yang sakit dan rasanya nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya
tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga tidak dapat tidur dengan nyenyak.
2. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada
lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak.
Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh maka menghambat sesorang untuk
tidur.
3. Stress psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan neropinefrin darah melalui
system saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM
4. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan
ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur, sebaliknya, minuman yang
mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur.
5. Gaya hidup
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Seseorang yang bekerja
bergantian (misalnya 2 minggu siang diikuti oleh 1 minggu malam) seringkali
mempunyai kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Jam internal tubuh diatur
19
pukul 22, tetapi sebaliknya jadwal kerja memaksa untuk tidur pukul 9 pagi. Seseorang
mampu untuk tidur hanya selama 3 sampai 4 jam karena jam tubuh mempersepsikan
bahwa ini adalah waktu terbangun dan aktif.kesulitan mempertahankan kesadaran
selama waktu kerja menyebabkan penurunan dan bahkan penampilan yang berbahaya.
(Potter & Perry, 2006)
6. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur, ada
pula yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan
menurunkan tidur REM.
7. Aktivitas fisik
Seseorang yang kelelahan menengah (moderate) biasanya memperoleh tidur yang
mengistirahatkan, khususnya jika kelelahan adalah hasil dari kerja atau latihan yang
menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum waktu tidur membuat tubuh
mendingin dan mempertahankan suatu kelelahan yang meningkatkan relaksasi
(Potter & Perry, 2010).
2.2.7 Gangguan Tidur Penderita Penyakit Jantung
Gangguan tidur adalah kelainan yang bisa menyebabkan masalah pada pola tidur,
baik karena tidak bisa tertidur, sering terbangun pada malam hari, atau ketidakmampuan
untuk kembali tidur setelah terbangun. Ketika seseorang mengalami gangguan tidur
maka ada ketegangan pada otak dan otot sehingga dengan mengaktifkan saraf
parasimpatis dengan teknik relaksasi maka secara otomatis ketegangan berkurang
sehingga seseorang akan mudah untuk masuk ke kondisi tidur (Tarwoto & Wartonah,
2015).
20
1) Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memperoleh secara cukup kualitas dan kuantitas
tidur. Tiga macam insomnia, yaitu: insomnia inisial (initial insomnia) adalah
ketidakmampuan untuk tidur; insomnia intermiten (intermittent insomnia) merupakan
ketidakmampuan untuk tetap mempertahankan tidur karena sering terbangun;
insomnia terminal (terminal insomnia) adalah bangun lebih awal, tetapi tetapi tidak
pernah tertidur kemabali. Penyebab insomnia adalah ketidakmampuan fisik,
kecemasan, dan kebiasaan minum alkohol dalam jumlah banyak (Tarwoto &
Wartonah, 2015).
2) Dipsnea Paroksimal Nokturnal
Dispnea paroksimal nokturnal merupakan istilah yang mengacu pada episode akut
sesak nafas yang hebat dan batuk yang umumnya terjadi pada malam hari dan
membangunkan pasien dari tidur, biasanya 1-3 setelah pasien beristirahat. Gejala ini
mungkin disertai dengan batuk atau mengi, kemungkinan karena peningkatan
tekanan pada arteri bronkial menyebabkan kompresi saluran napas, bersama dengan
edema paru intersisial yang menyebabkan peningkatan resistensi saluran napas,
sedangkan dipsnea dapat dihilangkan dengan duduk tegak di sisi tempat tidur
dengan kaki dalam posisi tergantung, pasien dengan gejala ini sering memiliki batuk
yang bersifat menetap dan mengi bahkan setelah mereka telah mengambil posisi
tegak (Pollak, et al 2009).
21
2.2.8 Irama Sirkadian Pada Sistem Kardiovaskuler
Studi epidemiologi telah menunjukkan bahwa peristiwa terkait kardiovaskuler,
seperti infark miokard (serangan jantung), angina, stroke, aritmia, kematian jantung
mendadak, dan kematian yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif lebih sering
terjadi pada pagi hari. Penyebab potensial termasuk tekanan darah tinggi di pagi
hari,puncak dalam waktu pecahnya plak arteri coroner antara 06.00 hingga tengah hari,
fungsi jantung dan resistensi pernapasan pada pria yang lebih tua, hilangnya variasi
diurnal pada vasodilatasi endothelium-dependen pada dini hari sehingga pembuluh
darah tidak dapat memperluas normal ketika jaringan membutuhkan lebih banyak darah,
dan perubahan dinamika detak jantung. Adrenlin, kortisoldan, testosterone, yang
masing-masing mengubah fungsi kardiovaskuler, semua memiliki irama sirkadian
endogen dengan tingkat puncak pada pagi hari, dan ada peningkatan aktivitas otonom
simpatis siang hari, dan peningkatan aktivitas otonom parasimpatis pada malam hari.
Kejadian kardiovaskuler lebih mungkin terjadi pada sekitar waktu terjaga, dan kenaikan
ini disebabkan oleh faktor endogen dan eksogen. Study terbaru mencatat bahwa
kematian mendadak akibat penyakit jantung lebih tinggi selama waktu tidur, dari pada
waktu terjaga, pada individu dengan gejala apnea tidur obstruktif beriko lebih tinggi
dengan individu dengan gejala yang lebih parah dan mungkin berhubungan dengan
perubahan fisiologis yang berhubungan dengan gejala slepp apnea yang terjadi ketika
sedang tertidur (Klerman, 2010).
22
2.2.9 Tanda-Tanda Kualitas Tidur Buruk
Tanda-tanda kualitas tidur yang kurang dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda
psikologis (Hidayat, 2008).
1) Tanda Fisik
Ekspresi wajah (gelap di area sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva
kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan (sering menguap), tidak
mampu berkonsentrasi (kurangnya perhatian), terlihat tanda-tanda keletihan seperti
penglihatan kabur, mual dan pusing.
2) Tahap Psikologis
Menarik diri, apatis dan respon menurun, merasa tidak enak badan, malas berbicara,
daya ingat menurun, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran,
kemampuan memberikan keputusan atau pertimbangan menurun.
2.2.10 Pengukuran Kualitas Tidur
Kualitas tidur individu dapat dianalisa melalui pemeriksaan laboratorium yaitu
electroencephalgraphy (EEG) yang merupakan rekaman arus listrik dari otak. Perekaman
listrik dari permukaan otak ataupun permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya
aktivitas listrik yang terus menerus timbul dalam otak. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
derajat eksitasi otak sebagai akibat dari keadaan tidur, keadaan siaga atau penyakit lain
yang diderita. Tipe gelombang EEG diklasifikasikan sebagai gelombang alfa, betha, tetha
dan delta (Guyton & Hall, 2007).
Tidur adalah pengalaman subjektif. Closs menyatakan bahwa salah satu metode
yang singkat dan efektif untuk mengkaji kualitas tidur adalah dengan menggunakan skala
23
analog visual. Perawat membuat sebuah garis horizontal kurang lebih 10 cm perawat
menuliskan pertanyaan-pettanyaan yang berlawanan pada setiap ujung garis seperti tidur
malam terbaik dan tidur malam terburuk. Kemudian diminta untuk memberi tanda titik
pada garis yang menandakan persepsi mereka terhadap tidur malam. Jarak tanda terebut
diukur dengan millimeter dan diberi nilai angka untuk kepuasan tidur. Skala ini dapat
diberikan berulang-ulang untuk menunjukkan adanya perubahan dari waktu ke waktu
(Potter & Perry, 2010).
Buysse et al (1998) juga mengemukakan alat ukur terhdap kualitas tidur, yaitu
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). PSQI adalah instrument yang efektif dalam
mengukur kualitas tidur dan pola tidur (Smyth, 2012). Item 1-4 merupakan pertanyaan
terbuka tentang kebiasaan individu tidur dan bangun, total waktu tidur, dan sleep latency
(menit). Item 1-18 menggunakan skala Likert, yaitu 0 = tidak selama satu bulan terakhir,
1= krang dari sekali seminggu, 2= sekali atau dua kali seminggu, 3= tiga kali dalam
seminggu. Item 19 menggunakan skala Likert dalam penilaian kualitas tidur secara
keseluruhan, yaitu 0 = very good, 1 = fairly good, 2 = fairly bad, 3 = very bad. Item tambahan
yang dinilai oleh teman sekamar tersebut hanya digunakan untuk informasi klinis dan
tidak ditabulasi dalam penilaian dari instrument ini (Eser et al, 2007).
Sembilan belas item pertanyaan menilai berbagai faktor yang berkaitan dengan tidur
yang berkualitas dan dikelompokkan dalam tujuh komponen, yang masing-masing
memiliki skala 0-3. Ketujuh komponen skor tersebut kemudian dijumlahkan untuk
menghasilkan skor global dari PSQI yang memiliki jangkauan skor 0-21. Skor global
PSQI >5 mengindikasikan ukuran sensitif dan spesifik dari kualitas tidur yang buruk
24
pada inividu. Semakin tinggi skor global yang didapat semakin buruk pula kualitas tidur
individu tersebut (Smyth, 2012).
2.3 Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Kualitas Tidur
Tidur merupakan sebuah siklus. Setiap manusia memliki siklus meskipun setiap
individu memiliki siklus tidur yang berbeda. Irama tidur termasuk dalam irama sirkadian
atau irama 24 jam. Irama sirkadian mempengaruhi pola fungsi fisiologis utama dan pola
perilaku, seperti perubahan suhu, denyut jantung, fluktuasi tekanan darah, sekresi
hormon, kemampuan sensorik, dan suasana hati, irama sirkadian dipengaruhi oleh
cahaya, suhu, tingkat aktivitas fisik, dan rutinitas. Setiap orang memiliki siklus tidur yang
berbeda. Beberapa orang dapat tertidur pada pukul delapan malam, beberapa orang
lainnya dapat tertidur pada pukul dua pagi, hal ini dipengaruhi oleh hal-hal yang telah
disebutkan diatas (Wennaman, et al., 2014).
Aktivitas fisik yang teratur bisa membuat bernapas lebih mudah. Bernapas
menjadi lebih ringan, lancar dan segar. Aktivitas fisik memberikan okesigen dan nutrisi
ke semua sel dan jaringan tubuh. bahkan, aktivitas fisik secara teratur membantu seluruh
system kardiovaskular, sehingga peredaran darah melalui jantung dan pembuluh darah
bekerja lebih efisien. Saat jantung dan paru-paru bekerja lebih efisien, akan memiliki
lebih banyak energi untuk melakukan hal-hal yang dinikmati. Tidur sangat penting bagi
pemulihan kondisi fisik, setelah seharian melakukan aktivitas. Tidur nyenyak dapat
meningkatkan konsentrasi, produktivitas dan suasan hati. Aktivitas fisik menjadi kunci
untuk tidur lebih nyenyak. (Holfeld & Ruthig, 2014).
Aktivitas fisik mempengaruhi kualitas tidur seseorang, akan tetapi semakin keras
seseorang melakukan aktivitas fisik atau berolahraga akan baik kualitas tidurnya.
25
Seseorang yang rutin melakukan aktivitas fisik lebih mungkin tidur kurang dari 6 jam,
atau lebih dari 9 jam. Tidur yang terlalu sedikit atau terlalu banyak dikaitkan dengan
beberapa gangguan kesehatan, termasuk masalah jantung. Melakukan aktivitas atau
olahraga berlebihan atau sebaliknya tidak melakukan aktivitas sama sekali juga tidak baik
untuk pola tidur. Menurut National Sleep Foundation (2013), walaupun kuantitas tidur
seseorang sama-sama 8 jam, namun seseorang yang melakukan aktivitas rutin 10 menit
perhari akan memiliki kualitas tidur yang lebih nyenyak.