BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa...

39
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Kuman penyebab penyakit ini berukuran 0,3-0,6 mikron berbentuk bacilli lurus atau fi lamen. Organ bakteri ini tersusun atas protein, lipid dan polisakarida, sedangkan penyusun organ terbesar adalah lipid yang menyebabkan bakteri tahan terhadap asam. Adanya cord faktor merupakan mikosida yang berhubungan dengan virulensi. Suhu optimal pertumbuhan bakteri ini ini adalah 37°C, bakteri ini sangat mampu bertahan dalam kondisi asam dengan pH optimum 6,5-6,8. Mycobcaterium tuberculosis dikenal dengan bakteri tahan asam yang masuk dalam kategori gram positif. Bakteri ini cenderung sulit untuk diwarnai, akan tetapi ia akan dengan mudah mengikat zat warna Ziehl Niehlsen yang tidak larut dalam alcohol (Crofton et al., 2002). Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TBC (Infodatin tuberkulosis, 2018) Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Ini biasanya menginfeksi paru-paru (TB paru) tetapi juga dapat menyerang jaringan lain (TB ekstra paru). Penyakit ini menyebar saat orang yang terinfeksi TB paru sedang mengeluarkan bakteri ke udara , misalnya dengan batuk. Seluruh keseluruhan, dalam proporsi yang relative kecil (5-15%) dari perkiraan 1,7 miliar orang yang terinfeksi M. tuberkulosis akan mengembangkan penyakit TB selama hidupnya. Namun, kemungkinan pengembangan penyakit TB jauh lebih tinggi di antara orang yang terinfeksi HIV dan juga diantara orang-orang yang terkena dampak faktor risiko seperti gizi buruk, diabetes, merokok dan konsumsi alcohol (WHO, 2017).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium Tuberculosis. Kuman penyebab penyakit ini berukuran 0,3-0,6

mikron berbentuk bacilli lurus atau fi lamen. Organ bakteri ini tersusun atas protein,

lipid dan polisakarida, sedangkan penyusun organ terbesar adalah lipid yang

menyebabkan bakteri tahan terhadap asam. Adanya cord faktor merupakan

mikosida yang berhubungan dengan virulensi. Suhu optimal pertumbuhan bakteri

ini ini adalah 37°C, bakteri ini sangat mampu bertahan dalam kondisi asam dengan

pH optimum 6,5-6,8. Mycobcaterium tuberculosis dikenal dengan bakteri tahan

asam yang masuk dalam kategori gram positif. Bakteri ini cenderung sulit untuk

diwarnai, akan tetapi ia akan dengan mudah mengikat zat warna Ziehl Niehlsen

yang tidak larut dalam alcohol (Crofton et al., 2002). Terdapat beberapa spesies

Mycobacterium, antara lain M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae

dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri

Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan

gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than

Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan

pengobatan TBC (Infodatin tuberkulosis, 2018)

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium Tuberculosis. Ini biasanya menginfeksi paru-paru (TB paru) tetapi

juga dapat menyerang jaringan lain (TB ekstra paru). Penyakit ini menyebar saat

orang yang terinfeksi TB paru sedang mengeluarkan bakteri ke udara , misalnya

dengan batuk. Seluruh keseluruhan, dalam proporsi yang relative kecil (5-15%) dari

perkiraan 1,7 miliar orang yang terinfeksi M. tuberkulosis akan mengembangkan

penyakit TB selama hidupnya. Namun, kemungkinan pengembangan penyakit TB

jauh lebih tinggi di antara orang yang terinfeksi HIV dan juga diantara orang-orang

yang terkena dampak faktor risiko seperti gizi buruk, diabetes, merokok dan

konsumsi alcohol (WHO, 2017).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

6

Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih

menjadi masalah kesehatan masyarakat, dimana menyebabkan jutaan orang

meninggal setiap tahun akibat penyakit TB. Menurut badan kesehatan dunia World

Health Organization (WHO) Tuberkulosis (TB) adalah salah satu dari 10 penyebab

kematian terbesar di dunia. Selain itu juga TB paru merupakan salah satu pembunuh

utama pada penderita human immunodeficiency virus (HIV) (WHO, 2018).

2.2 Epidemiologi Tuberkulosis

Tuberkulosisi merupakan peringkat ke-9 penyebab kematian di seluruh

dunia dan penyebab utama dari satu agen infeksius,, berada di atas HIV/AIDS.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2016,

diperkirakan ada sekitar 1,3 juta kematian TB dengan HIV-negatif (turun dari 1,7

juta pada tahun 2000) dan tambahan 374.000 kematian TB dengan HIV-positif.

Diperkirakan 10,4 juta orang (90% dewasa, 65% laki-laki, 10% dengan infeksi

HIV) yang terserang TB pada tahun 206 (WHO,2017).

Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8

juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara

dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan

seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.2.1 Estimasi Incidence Rate TBC per 100.000 penduduk, 2016

Sebagian besar estimasi insiden TBC pada tahun 2016 terjadi di Kawasan

Asia Tenggara (45%)—dimana Indonesia merupakan salah satu di dalamnya dan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

7

25% nya terjadi di kawasan Afrika. Badan kesehatan dunia mendefinisikan negara

dengan beban tinggi/high burden countries (HBC) untuk TBC berdasarkan 3

indikator yaitu TBC, TBC/HIV, dan MDR-TBC. Terdapat 48 negara yang masuk

dalam daftar tersebut. Satu negara dapat masuk dalam salah satu daftar tersebut,

atau keduanya, bahkan bisa masuk dalam ketiganya. Indonesia bersama 13 negara

lain, masuk dalam daftar HBC untuk ke 3 indikator tersebut. Artinya Indonesia

memiliki permasalahan besar dalam menghadapi penyakit TBC.

Berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis tahun 2013-2014, prevalensi

TBC dengan konfirmasi bakteriologis di Indonesia sebesar 759 per 100.000

penduduk berumur 15 tahun ke atas dan prevalensi TBC BTA positif sebesar 257

per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas.

Gambar 2.2.2 Estimasi Jumlah Kasus Baru (incidence) TBC di

Negara yang Memiliki Paling Sedikit 100.000 Kasus Baru, 2016

(Infodatin Tuberkulosis, 2018).

Secara epidemiologi, sebaran TB lebih banyak menyerang orang dewasa

pada usia produktif. Akan tetapi, semua kelompok usia berisiko TB. Pada kelompok

anak-anak ditemukan satu juta anak-anak (0-14 tahun) jatuh sakit karena TB, dan

170.000 anak-anak meninggal karena TB pada tahun 2015. Risiko TB aktif lebih

besar pada orang yang menderita kondisi yang mengganggu sistem kekebalan

tubuh. Selain itu, perilaku penggunaan tembakau sangat meningkatkan risiko

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

8

penyakit TBC dan kematian. Lebih dari 20% kasus TB di seluruh dunia disebabkan

oleh merokok (WHO, 2015).

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2017 ditemukan

jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 351.893 kasus, meningkat bila dibandingkan

semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2015 yang sebesar 330.729

kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah

penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kasus

tuberkulosis di tiga provinsi tersebut sebesar 44% dari jumlah seluruh kasus baru di

Indonesia . Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur terdapat jumlah penderita

TB BTA Positif 23.183 orang, yang tersebar di seluruh kabupaten maupun kota

dengan urutan terbanyak antara lain Kota Surabaya sebanyak 2.382, Kabupaten

Jember sebanyak 2.153, dan Kabupaten Sidoarjo sebanyak 1.215. Kasus TB pada

anak juga ditemukan dengan umur berkisar antara (0-14 tahun) di Kabupaten

Sidoarjo, dan juga ditemukan 37 orang (1,77%) dari perkiraan pasien anak yang

ada di Sidoarjo 353 orang. Melihat masih banyak anak yang belum di temukan

maka perlunya investigasi kontak yang lebih intensif pada pasien TB terutama

pasien TB terkonfirmasi bakteriologi Target angka keberhasilan pengobatan TB

Paru Tahun 2017 adalah sebesar 90%. Angka keberhasilan pengobatan TB Paru

(TSR) selama Tahun 2017 tercapai 89,64% sedangkan pada tahun 2016 tercapai

sebesar 89,48% (Dinkes Jatim, 2017).

2.3 Etiologi Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman

dari kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis. Terdapat

beberapa spesies Mycobacterium, M, tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M.

leprae dan sebagainya yang juga di kenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA)

(Kemenkes RI, 2014).

TB disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Mtb), penyebaran

bakteri tersebut melalui udara yang mengandung suatu gelembung cairan (droplet

nuclei) yang didapat dari penderita aktif TB. Partikel tersebut berukuran 1-5 μm

sehingga tidak dapat dilihat oleh mata dan dapat bertahan di udara selama beberapa

jam. Saat droplet terhirup melalui mulut atau saluran hidung selanjutnya saluran

pernapasan atas dan masuk ke bronkus kemudian menuju alveolus. Bakteri Mtb

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

9

menyerang paru-paru bagian atas dimana terdapat aliran udara yang baik karena

bakteri Mtb merupakan organisme aerobik obligat sehingga membutuhkan oksigen

untuk tumbuh. Selain itu, bakteri Mtb bersifat parasit intraseluler fakultatif, yaitu

patogen yang dapat hidup serta bereplikasi di dalam maupun di luar sel hospes (sel

fagositik), seperti monosit dan makrofag. Kemampuan ini diatur dengan baik oleh

ESX-1 sebagai sistem sekresi protein bakteri (CDC, 2016; Sakamoto, 2012).

Penularan bakteri Mycobacterium Tuberculosis terjadi ketika pasien TB

paru mengalami batuk atau bersin sehingga bakteri Mycobacterium Tuberculosis

juga tersebar ke udara dalam bentuk percikan dahak atau droplet yang dikeluarkan

penderita TB paru. Jika penderita TB paru sekali mengeluarkan batuk maka akan

menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak dan percikan dahak tersebut telah

mengandung bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pasien suspek TB paru yang

mengalami gejala batuk lebih dari 48 kali/malam akan menginfeksi 48% dari orang

yang kontak dengan pasien suspek TB paru, sedangkan pasien suspek TB paru yang

mengalami batuk kurang dari 12 kali/malam maka akan dapat menginfeksi 28%

dari orang yang kontak dengan pasien yang suspek TB paru (Kemenkes RI, 2016).

2.4 Patofisiologi Tuberkulosis

Basil tuberkel yang terhirup dan bersarang pada alveoli. Seringkali,

organisme ini dengan segera hancur, tanpa gejala sisa kekebalan dan patologis lebih

lanjut. Jika organisme tidak hancur, mereka berkembang biak dan melukai dan

menghancurkan jaringan alveolus sekitarnya. Hal ini pada gilirannya

menghancurkan sitokin dan faktor kemotaktik yang menarik makrofag, neutrofil,

dan monosit. Biasanya, pertumbuhan organisme akan diperiksa sekali ada respons

imunitas seluler yang adekuat (imunitas bermedia seluler, CMI), yang terjadi dalam

2-6 minggu. Sel dan bakteri membentuk sebuah nodul, sebuah granuloma yang

mengandung basil TB, yang disedut sebagai suatu tuberkel. Pada titik ini,

tergantung pada faktor peamu dan virulensi dari strain, beberapa hasil akhir yang

berbeda dapat dicapai. Kedua, Jika ada pertumbuhan lebih lanjut, basil memasuki

kelejar limfe dan menginfeksi kelenjar getah bening hilus, menyebabkan

limfadenopati. Tuberkel maupun kelenjar getah bening mengalami kasifikasi,

sebagia konsekuensi jangka panjang proses jaringan perut dan penahan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

10

Gabungan tuberkel perifer dan kelenjar limfe hilus yang membesar dan

mengalami klasifikasi disebut komples Ghon. Sebagain besar infeksi yang

berembang sampai titik ini biasanya menunda pemeriksaan, menciptakan infeksi

laten. Sebagian kecil pasien mengalami penyakit primer progresif di paru, dan

sangat sedikit pasien (sering kali kekebalan ditekan melalui satu mekanisme atau

hal lainnya) mengalami penyebaran hematogen, dengan produksi tuberkel yang tak

terhitung di saluran tubuh. Keadaan ini disebut tuberkulosis militer dan

berhubungan dengan mortalitas yang sangat tinggi. Pasien yang memiliki respons

CMI sukses akan mencerminkan memori imunologi infeksi dengan tes mantoux

positif. Tes ini terdiri dari suntikan protein TB intradermal steril ada mengamati

tanda-tanda respon kekebalan, indurasi dari tempat suntikan 48-72 jam setelah

suntikan. Tes mantoux merupakan andalan tes paparan, yang tercakup dalam

rincian lebih besar pada bagian pengobatan dan pencegahan di awal. Infeksi laten

tidak selalu tetap laten.

Sekitar 10% dari pasien akan mengaktifkan kembali infeksi laten mereka

dalam 3 tahun pertama setelah ifeksi, berlanjut menjadi infeksi nekrotik destruktif

dengan gejala konstitusi yang menonjol. Kerusakan jaringan terlihat sebagai efek

dari organisme dan respons kekealan pajemu. Sekelompok tambahan pasien akan

terus berlangsung untuk di kemudian hari megaktifkan kembali dekade setelah

paparan, karena usia, pengobatan, atau penyakit kambuhan mengubah

keseimbangan di antara pejamu dan organisme (Ringel, 2012).

2.5 Manifestasi Klinis Tuberkulosis

Gejala tuberkulosis paru adalah demam 40-41°c, sertaada batuk/batuk

darah, sesak napas dan nyeri dada, malaise, keringat malam, suara khas pada

perkursi dada, bunyi dada, peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit,

pada anak terjadi berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas

atau gagal tumbuh, demam tanpa sesab jelas, dengan atau tanpa wheeze, batuk

kronik > 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze, riwayat kontak dengan pasien TB

paru dewasa (Amin, H, 2015).

Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau

lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,

batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

11

menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang

lebih dari satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan

merupakan gejala TBC yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama

2 minggu atau lebih (Infodatin Tuberkulosis, 2018).

2.6 Diagnosis Tuberkulosis

Diagnosis M. tuberculosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis,

pemeriksaan fisik atau jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan

pemeriksaan penunjang lainnya.

1. Diagnosis TB paru

a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu

sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).

b. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya

kuman TB. Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui

pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.

c. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat

digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan

indikasinya.

d. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan

fototoraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang

khaspada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.

2. Diagnosis TB ekstra paru

a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku

kudukpada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis),

pembesarankelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas

tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya.

b. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis dan

atau histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh yang terkena

(Kemenkes RI, 2011).

2.6.1 Pemeriksaan Mikroskopis Cara Ziehl Neelsen

Pemeriksaan sputum secara mikroskopis untuk diagnosis merupakan

pemeriksaan yang mudah, cepat dan murah. Hasil yang baik didapatkan dengan

membuat sediaan diwarnai dengan cara Tan Thiam Hok (Kinyoun-Gabbett) atau

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

12

cara Ziehl-Neelsen. Pewarnaan tahan asam terlihat bakteri berwarna merah dan

latar belakang berwarna biru, hasil positif ditentukan oleh jumlah bakteri 5.000-

10.000/ml sampel dahak/sputum, hasil negatif belum tentu tidak ada bakteri. Daya

mikroskop cahaya biasa sangat terbatas untuk dapat mendeteksi jumlah bakteri

yang sedikit. Mikroskop fluoresens daya melihat diperbesar sedikit dengan luas

pandangan yang lebih besar karena lensa obyektif yang lebih besar dan gambar

yang terlihat cukup jelas karena berfluoresensi zat warna auramin rhodamin. Hasil

positif secara mikroskop tidak berarti diagnosis definitif (Utji, 2013).

Kendala pada pemeriksaan mikroskopik bergantung pada kualitas

pengambilan sputum. Sputum yang dihasilkan pada pagi hari sering menunjukkan

jumlah konsentrasi Mycobacterium Tuberculosis yang lebih tinggi. Persiapan yang

tepat dan interpretasi atau penafsiran hasil pemeriksanya merupakan hal terpenting

dalam pemeriksaan ini. Dengan demikian, teknisi laboratorium harus dilatih dan

terus diawasi kualitasnya (Kemenkes RI, 2012).

2.6.2 Pemeriksaan Bakteriologi

Pemeriksaan bakteriologi bertujuan menegakkan diagnosis dan menentukan

klasifikasi/tipe, menilai kemajuan pengobatan, dan menentukan tingkat penularan.

Pemeriksaan bakteriologi penting untuk menemukan M. tuberculosis, semua pasien

yang dicurigai tuberkulosis paru diperiksa tiga spesimen dahak dalam dua hari

kunjungan, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS) (PDPI, 2011). Pemerksaan ini di

rekomedasikan untuk semua pasien yang di duga menderita TB paru. Pemeriksaan

sputum berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhsilan pengobatan

dan menenttukan potensi penularan :

S (sewaktu) : dahak ditampung saat pasien terduga TB datang berkunjung

pertama kali ke fasyankes. Saat pulang, pasien membawa sebuah pot dahak

untuk menampung dahak pagi pada hari kedua.

P (Pagi) : dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah

bangun tidur, pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di

fasyankes.

S (sewaktu) : dahak ditampung di fasyankes pada hari kedua, saat

menyerahkan dahak pagi (Kemenkes RI, 2014).

Pemeriksaan sputum merupakan hal yang penting karena dengan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

13

ditemukannya kuman BTA, diagnosis TB sudah bisa ditegakkan. Dikatakan

BTA (+) jika ditemukan dua atau lebih dahak BTA (+) atau 1 BTA (+)

disertai dengan hasil radiologi yang menunjukkan TB aktif (PDPI, 2011).

2.6.3 Pemeriksaan Kultur (Biakan)

Perbenihan padat menggunakan media Kudoh atau Lowenstein Jensen,

dimana media ini mengandung telur, gliserol, garam-garam mineral, malachite

green dan dicampur dengan penicillin untuk membunuh bakteri lainnya. pH media

antara 6,4 - 6,8. Setelah penambahan dengan NaOH bakteri langsung ditanam pada

perbenihan dan dieramkan pada suhu 37oC. Pertumbuhan bakteri aerob obligat

tampak setelah 3 – 6 minggu. Koloni cembung, kering dan berwarna kuning gading

(Girsang, at all , 2006).

Peran biakan dan identifikasi M. Tuberkulosis pada pengendalian TB adalah

untuk menegakkan diagnosis TB pada pasien tertentu, yaitu :

- Pasien TB Ekstra Paru

- Pasien Tb Anak

- Pasien TB BTA Negatif

Pemeriksaan tersebut dilakukan jika keadaan memungkinkan dan tersedia

laboratorium yang telah memenuhi standar yang ditetapkan (Kemenkes RI, 2011).

2.6.4 Pemeriksaan Radiologi

Foto thorax memegang peran penting sebagai pendeteksi dini TB paru.

Tuberkulosis sering kali didapatkan pada foto thorax yang awalnya diperiksa untuk

kepentingan medical check-up dan pemeriksaan untuk toleransi operasi. Pada

pasien dengan sputum BTA positif, foto thorax berperan penting dalam menilai luas

lesi serta komplikasi yang terjadi. Pada akhir pengobatan TB, foto thorax berperan

dalam penilaian sekuele di paru serta di pleura. Ada beberapa gambaran radiologi

thorax yang khas pada Tuberkulosis paru. Pola kelainan tersebut yaitu kelainan di

apek berupa infiltrat, ditemukan kavitas atau ditemukannya nodul retikuler.

Sensitivitas dan spesifisitas foto thorax dalam mendiagnosis Tuberkulosis yaitu

86% dan 83% apabila ditemukan ketiga pola kelainan diatas. Tuberkulosis paru

minimal ditemukan 1 dari 3 pola kelainan diatas (Majdanawati, 2016).

2.6.5 Uji Tuberkulin atau Tuberculin Skin Test (TST)

Test ini dilakukan oleh dokter, dimana dokter menyuntikkan kuman TBC

yang sudah dilemahkan dibawah kulit anda. Pembawa kuman TBC akan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

14

memperlihatkan bercak kemerahan dibagian suntikan tersebut dalam waktu 2 hari.

Tetapi sayangnya test ini tidak bisa menjadi sumber informasi untuk mengetahui

apakah infeksi ini bisa menyebar ke orang lain (Andareto, 2015).

TST ini digunakan untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi dengan

M. Tuberkulosis. Pada kebanyaan orang yang terinfeksi TB, sisten kekebalan tubh

akan mengenali tuberculin ini karena tuberculine diekstraksi dari basil tuberkulum

yang menyebabkan infeksi. Dibutuhkan 2 sampai8 minggu setelah infeksi awal oleh

M. Tuberculosis agar sistemkekebalan tubuh dapat bereaksi terhadap tuberculin dan

infeksi akan terdeteksi oleh TST (CDC, 2013).

2.6.6 Uji Kepekaan Obat TB

Uji kepekaan obat TB bertujuan untuk resistensi M. Tuberkulosis terhadap

OAT. Uji kepekaan obat tersebut harus dilakukan di laboratorium yang

tersertifikasi dan lulus pemantapan mutu atau Quality Assurance (QA).

Pemeriksaan tersebut ditujukan untuk diagnosis pasien TB yang memenuhi kriteria

suspek TB-MDR (Kemenkes RI, 2011).

2.7 Faktor Risiko Tuberkulosis

Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB

adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS (Human

Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) dan malnutrisi

(gizi buruk).HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi terinfeksi TB

menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan

tubuh seluler, sehingga jika terjadi infeksi penyerta, seperti tuberkulosis, maka

jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat

akan meningkat pula (Depkes, 2008).

Berikut ini adalah beberapa faktor risiko TB :

1. Umur

Insidensi tertinggi biasanya mengenai usia dewasa muda (usia

produktif).

2. Jenis Kelamin

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak

menderita TB Paru.Hal ini disebabkan laki-laki lebih banyak melakukan

mobilisasi dan mengkonsumsi alkohol dan rokok.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

15

3. Gizi

Penyakit TB dihubungkan dengan keadaan gizi yang buruk, dimana

daya tahan tubuh akan menurun sejalan dengan penurunan status gizi.

Seseorang dengan status gizi dan kekebalan tubuh yang buruk akan mudah

terserang penyakit TB.

4. Merokok

Kasus TB meningkat pada pasien perokok dibandingkan dengan

pasien yang tidak merokok.

5. Status ekonomi

Kemiskinan menghalangi manusia mendapatkan kebutuhan dasar

untuk hidup dan menyebabkan daya tahan tubuh menurun yang

memudahkan terjadinya penyakit infeksi.

6. Penyakit lain

Penyakit lain khususnya penyakit infeksi seperti HIV/AIDS

menyebabkan lebih mudah penderitanya terserang penyakit TB Paru.

Riwayat alamiah pasien TB yang tidak diobati setelah 5 tahun, pasien akan

50% meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang

tinggi dan 25% menjadi kasus kronis yang tetap menular (Depkes, 2008).

2.8 Komplikasi Tuberkulosis

Penderita TB sering terjadi komplikasi dan resistensi. Komplikasi berikut

sering terjadi pada penderita stadium lanjut :

1. Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan

nafas.

2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.

3. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan

jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

4. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan : kolaps

spontan karena kerusakan jaringan paru.

5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal,

dan sebagainya.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

16

6. Insufisiensi Kardio Pululmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

7. Gagal ginjal : Pasien TB dengan gagal ginjal sebaiknya tidak

menggunakan streptomisin dan etambutol dalam pengobatannya. Hal ini karena

kedua obat tersebut diekskresi melalui ginjal. Jika tetap diberikan memungkinkan

obat tersebut tidak dapat dieksresikan dari dalam tubuh karena ketidakmampuan

ginjal. Akibatnya akan menimbulkan efek toksik dalam tubuh. Oleh karena itu

dapat diberikan pengobatan dengan INH, rifampisin, dan pirazinamid untuk pasien

TB dengan gagal ginjal. Ketiga obat tersebut diekskresi melalui empedu dan dapat

diubah menjadi senyawa-senyawa yang tidak toksik. Paduan OAT yang paling

aman untuk pasien TB dengan gagal ginjal adalah 2HRZ/4HR.

Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu perawatan di rumah sakit.

Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA

Negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan

dengan kasus kambuh. Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT tidak

diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan simtomatis. Bila perdarahan berat,

penderita harus dirujuk ke unit spesialistik (Departemen Kesehatan RI, 2005).

2.9 Klasifikasi Tuberkulosis

a. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit:

1) Tuberkulosis paru

adalah Tuberkulosis yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB

dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru. Limfadenitis TB

dirongga dada (hilus dan atau mediastinum) atau efusi pleuratanpa terdapat

gambaran radiologis yang mendukung TB pada paru, dinyatakan sebagai TB

ekstra paru. Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB

ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB paru.

2) Tuberkulosis ekstra paru

adalah Tuberkulosis yang terjadi pada organ selain paru, misalnya: pleura,

kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang.

Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan

bakteriologis atau klinis. Diagnosis TB ekstra paru harus diupayakan berdasarkan

penemuan Mycobacterium tuberculosis. Pasien TB ekstra paru yang menderita

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

17

TB pada beberapa organ, diklasifikasikan sebagai pasien TB ekstra paru pada

organ menunjukkan gambaran TB yang terberat.

b. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:

1) Pasien baru TB

adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya

atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (˂ dari 28 dosis).

2) Pasien yang pernah diobati TB

adalah pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau

lebih (≥ dari 28 dosis). Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil

pengobatan TB terakhir, yaitu:

I. Pasien kambuh adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau

pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil

pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena benar-benar kambuh atau

karena reinfeksi).

II. Pasien yang diobati kembali setelah gagal adalah pasien TB yang pernah

diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.

III. Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)

adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up

(klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai pengobatan pasien setelah putus

berobat /default).

IV. Lain-lain adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir

pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

3) Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

c. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat

Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji dari

Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa :

1) Mono resistan (TB MR) : resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama

saja

2) Poli resistan (TB PR) : resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama

selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan

3) Multi drug resistan (TB MDR) : resistan terhadap Isoniazid (H) dan

Rifampisin (R) secara bersamaan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

18

4) Extensive drug resistan (TB XDR) : adalah TB MDR yang sekaligus juga

resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah

satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan

Amikasin) 5) Resistan Rifampisin (TB RR) : resistan terhadap Rifampisin

dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan

metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip (konvensional).

d. Klasifikasi pasien TB berdasarkan status HIV

1) Pasien TB dengan HIV positif (pasien ko – infeksi TB/HIV) adalah pasien

TB dengan :

a. Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapat ART

b. Hasil HIV positif pada saat diagnosis TB

2) Pasien dengan HIV negatif adalah pasien TB dengan :

a. Hasil HIV negatif sebelumnya

b. Hasil HIV negatif pada saat dignosis TB

3) Pasien dengan status HIV tidak diketahui adalah pasien TB tanpa ada

bukti pendukung hasil tes HIV saat diagnosis TB ditetapkan (Kemenkes RI,

2014).

2.10 Penatalaksanaan Terapi Tuberkulosis

Tujuan pengobatan TB adalah :

1. menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan

produktivitas pasien

2. mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan

3. mencegah kekambuhan TB

4. mengurangi penularan TB kepada orang lain

5. mencegah perkambangan dan penularan resisten obat

2.11 Tahap Pengobatan Tuberkulosis

2.11.1 Tahap Intensif

Pada tahap ini, penderita mendapatkan OAT setiap hari dan perlu

diawasi secara langsung. Penderita TB tidak akan menular dalam kurun

waktu dua minggu jika pengobatan yang diberikan pada tahap intensif ini

tepat. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif dalam

dua bulan (Depkes, 2014).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

19

2.11.2 Tahap Lanjutan

Pada tahap ini, penderita mendapatkan obat yang lebih sedikit dari

tahap awal namun pengobatan yang dilakukan lebih lama yaitu selama 4-6

bulan. Tahap lanjutan diperuntukkan agar kuman persister (dormant) mati

sehingga tidak menyebabkan kekambuhan. (Depkes, 2014).

2.12 Terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

2.12.1 Terapi Tuberkulosis

Penyakit tuberkulosis aktif diobati dengan terapi kombinasi yang

terdiri atas 3 atau lebih obat (biasanya 4). Selama terapi, pasien dengan TB

aktif umumnya diberikan isoniazid (INH), rifampisin (RIF), pirazinamid

(PZA) dan etambutol (EMB) selama 2 minggu yang merupakan fase intensif.

Kemudian terapi dilanjutkan dengan pemberian isoniazid dan rifampisin

selama 4 bulan lagi (fase lanjutan) untuk memusnahkan sisa bakteri yang

telah masuk kedalam kondisi dormant. Tujuan awal dari terapi kombinasi

tersebut adalah untuk meminimalkan perkembangan resistensi terhadap

streptomisin setelah obat tersebut diperkenalkan pertama kali. Saat ini,

standar terapi untuk infeksi TB sensitif obat sangat efektif dalam pembersihan

bakteri (Hoagland dkk, 2016).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

20

Gambar 2.2.3 Obat lini pertama saat ini untuk terapi MTB

sensitif obat (Hoagland dkk, 2016).

2.13 Terapi Obat Anti Tuberkulosis KDT

Obat anti tuberkulosis KDT (Kombinasi Dosis Tetap) adalah sebuah

pil yang mengandung lebih dari satu bahan aktif. Obat ini kemungkinan berisi

dua, tiga, atau empat bahan aktif yang ada dalam satu tablet. Terdapat sebuah

penelitian yang menunjukkan bahwa farmakokinetik, konsentrasi plasma, dan

absorbsi dari KDT sama dengan obat anti tuberkulosis tunggal. Standar

internasional untuk Perawatan TB (ISTC 2014), merekomendasikan

penggunaan KDT untuk pasien yang menderita tuberkulosis (Gallardo et al,

2016).

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:

1) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin

efektifitas obat dan mengurangi efek samping.

2) Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat

menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

(Depkes RI, 2011).

Tabel I.I Klasifikasi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis

Obat anti-TB lini pertama Kelompok 1

Oral: isoniazid (INH/H),

rifampisin/rifampin (RIF/R),

pirazinamid (PZA/Z), etambutol

(EMB/E), rifapentin (RPT/P) atau

rifabutin (RFB)

Kelompok 2

Aminoglikosida injeksi: streptomisin

(STM/S), kanamisin (Km), amikasin

(Amk).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

21

Polipeptida injeksi: kapreomisin (Cm),

viomisin (Vim)

Obat anti-TB lini kedua

Kelompok 3

Fluoroquinolon oral dan injeksi:

ciprofloksasin (Cfx), levofloksasin

(Lfx), moxifloksasin (Mfx), ofloksasin

(Ofx), gatifloksasin (Gfx)

Kelompok 4

Oral: asam para-aminosaslisilat (Pas),

sikloserin (Dcs), terizidon (Trd),

etionamid (Eto), protionamid (Pto),

Obat anti-TB lini ketiga Kelompok 5

Clofazimin (Cfz), linezolid (Lzd),

amoksisilin plus klavulanat

(Amx/Clv), imipenem plus cilastatin

(Ipm/Cln), klaritomisin (Clr).

(Zumla dkk., 2013)

Tabel I.2 OAT Golongan Pertama

Nama obat Sifat Efek samping

Isoniasid (H) Bakterisidal Neuropati perifer, psikosis toksik,

gangguan fungsi hati, kejang

Rifampisin (R) Bakterisidal Flu syndrome, gangguan

gastrointestinal, urine berwarna merah,

gangguan fungsi hati, trombositopeni,

demam, skinrash, sesak nafas, anemia

hemolitik

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

22

Pirazinamide(Z) Bakterisidal Gangguan gatrointestinal, gangguan

fungsi hati, gout artritis

Streptomisin(S) Bakterisidal Nyeri ditempat suntikan, gangguan

keseimbangan dan pendengaran,

renjatan anafilaktik, anemia,

agranulositosis, trombositopeni

Etambutol(E) Bakteriostatiki Gangguan penglihatan, buta warna,

neuritis perifer

(Kemenkes RI, 2014).

Table I. 3 Kisaran Dosis OAT lini pertama bagai pasien dewasa

OAT Dosis

Harian 3x/ minggu

Kisaran Dosis

(mg/kg BB)

Maksimum

(mg)

Kisaran Dosis

(mg/kg BB)

Maksimum/h

ari (mg)

Isoniasid 5 ( 4 – 6 ) 300 10 ( 8 – 12 ) 900

Rifampisin 10 ( 8 – 12 ) 600 10 ( 8 – 12 ) 600

Pirazinamid 25 ( 20 – 30 ) - 35 ( 30 – 40 ) -

Straptomisin 15 ( 15 – 20 ) - 30 ( 25 – 35 ) -

Etambutol 15 ( 12 – 18 ) - 15 ( 12 – 18 ) 1000

(Kemenkes RI, 2014 ).

Catatan : pemberian streptomisi untuk yang berumur >60 tahun atau pasien dengan

berat badan <50 kg mungkin tidak dapat mentoleransi dosis >500 mg/hari.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

23

Tabel. I.4 Efek Samping OAT Golongan Pertama dan Penatalaksanaan

Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan

Minor

Tidak nafsu makan,

mual, sakit perut

( gangguan GI)

Isoniazid,

Rifampisisn,

Pirazinamid.

Obat diminum malam sebelum

tidur. Apabila masih ada keluhan,

OAT ditelan dengan sedikit

makanan. Apabila keluhan

semakin hebat disertai muntah ,

waspada efek samping berat dan

segera rujuk ke dokter.

Nyeri Sendi Pirazinamid Beri Aspirin, Parasetamol atau

obat anti radang non steroid

Kesemutan hingga

rasa terbakar di

telapak kaki atau

tangan

Isoniazid Beri vitamin B6 (Piridoxin) 50-75

mg/hari

Warna kemerahan

pada air seni (urin)

Rifampisin Tidak membahayakan dan tidak

perlu diberi obat penawar tapi

perlu penjelasan kepada pasien

Flu sindrom

(demam, menggigil,

lemas, sakit kepala,

nyeri tulang)

Rifampisin

dosis

intermiten

Pemberian R diubah dari

intermiten menjadi setiap hari

Mayor

Bercak kemerahan

kulit (rash) dengan

atau tanpa rasa gatal

Isoniazid,

Rifampisisn,

Pirazinamid,

Streptomisin.

Bila keluhan gatal tanparash dan

tidak ada penyebab lain, maka

diberikan antihistamin, namun jika

keluhan disertai rash semua OAT

harus dihentikan dan segeera rujuk

ke dokter.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

24

Gangguan

pendengaran (tanpa

ditemukan serumen)

gangguan

keseimbangan,

penurunan produksi

urine

Streptomisin Streptomisin dihentikan

Ikterus tanpa

penyebab lain (

penyakit kuning)

Isoniazid,

Rifampisisn,

Pirazinamid.

Semua OAT dihentikan sampai

ikterus menghilang

Bingung, mual

muntah (dicurigai

terjadi gangguan

fungsihati apabila

disertai ikterus)

Smua jenis

OAT (RHZ)

Semua OAT dihentikan dan segera

melakukan pemeriksaan fungsi hati

Gangguan

penglihatan

Etambutol Etambutol dihentikan

Pupura, renjatan

(syok), gagagl ginjal

akut

Rifampisin Rifampisin dihentikan

(Kemenkes RI, 2014).

2.13 Terapi Obat Anti Tuberkulosis Lini Pertama

2.13.1 Isoniazid

Gambar 2.2.4 Struktur Kimia Isoniazid (Pubcem.com)

Dosis. Dewasa : 5 mg/kgBB/ hari (4-6 mg/kgBB/hari), anak :10 mg/kgBB

per hari (10-15 mg/kgBB/hari). Untuk dewasa dengan BB 30-45 kg, dosis per hari

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

25

200 mg diberikan dalam dosis tunggal. Untuk pasien dengan BB > 45 kg, per hari

300 mg diberikan dalam dosis tunggal (Pusat Informasi Obat Nasional, 2015).

Mekanisme Kerja. Isoniazid merupakan asam isonikotinat hydrazide,

dimana sebuah molekul kecil yang larut dalam air yang mudah menembus sel.

Mekanisme kerjanya melibatkan penghambatan sintesis asam sel dinding mycolic

melalui jalur oksigen seperti reaksi katalase-peroksidase (Wiener et al., 2012).

Farmakokinetik. Dari. usus sangat cepat difusinya ke dalam

jaringanmdan cairan tubuh, di dalam hati, Isoniazid diasetilasi oleh enzim

asetiltransferase menjadi metabolit inaktif. t ½ nya antara 1 jam dan 4 jam

tergantung pada kecepatan asetilasi. Eksresinya terutama melalui ginjal dan

sebagian besar sebagai asetilisoniazid (Brunton et al., 2011).

Interaksi Obat. Obat antasida dapat meningkatkan pH lambung dan

memperlambat absorbsi dari isoniazid sehingga obat ini dapat di berikan 1 jam

setelah mengkonsumsi isonazid. Isoniazid merupaakan inhibitor darisitkom P450

(CYP450) sehingga dapat meningkatkan kadar plasma dalam obat-batan tertentu

yang memiliki toksisitas yang tinggi. Diantaranya obat-obat tersebut yaitu obat

antikonvulsan, golongan benzodiazepin (diazepam dan triazolam), teofilin, asam

valproat, disulfiram, paracetamol, dan antikoagulan oral. Pada penggunaan

bersamaan antara isoiazid dengan levodopa dapat menyebabkan hipertensi,

palpitasi dan flushing pada wajah (Arbex et al, 2010)..

Efek Samping. mual, muntah, anoreksia, konstipasi, pusing, sakit kepala,

vertigo, neuritis perifer, neuritis optik, kejang, episode psikosis; reaksi

hipersensitivitas seperti eritema multiform, demam, purpura, anemia,

agranulositosis; hepatitis (terutama pada usia lebih dari 35 tahun); sindrom SLE,

pellagra, hiperglikemia dan ginekomastia, pendengaran berkurang,

hipotensi, flushing (Pusat Informasi Obat Nasional, 2015). Efek samping INH

yaitu kesemutan sampai dengan rasa terbakar di telapak kaki atau tangan,

tatalaksana terapi untuk efek samping ini diberikan vitamin B6, (Depkes RI,

2014).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

26

2.13.2 Rifampisin

Gambar 2.2.5 Struktur Kimia Rifampisin

(drugbank.com)

Dosis. Dewasa dalam dosis tunggal, BB <50kg adalah 450 mg, BB >50kg

adalah 600mg (pasien dengan gangguan fungsi hati tidak lebih dari 8mg/kgBB).

Anak : 10-20 mg/kgBB sebagai dosis harian (dosis total tidak lebih dari 600 mg)

(Pusat Informasi Obat Nasional, 2015).

Mekanisme Kerja. Rifampisin adalah bakterisidal terhadap bakteri yang

langsung menembus sebagian besar jaringan dan sel fagosit. Rifampisin dapat

membunuh organisme yang resisten terhadap berbagai jenis obat, seperti

organisme intra-sel dan yang berada di rongga abses dan paru-paru. Mekanisme

kerja Rifampisin dengan menghambat sintesa RNA dari mikrobakterium (Juwita

et al, 2013).

Farmakokinetika. Rifampisin diabsorpsi dengan baik dari saluran cerna.

Untuk masuk ke dalam darah, rifampisin harus melewati membran enterosit.

Membran ini mengandung Pglycoprotein (PGP) yang merupakan transporter

efflux. PGP akan mengikat dan selanjutnya menghidrolisa ATP untuk

menghasilkan energi yang digunakan untuk transport rifampisin melintasi

membran sel (Sampurno, 2015).

Interaksi Obat. Rifampisin merupakan antibiotik semisintetik yang

mempunyai efek bakterisid terhadap mikobakteri dan organisme gram positif.

Pada dosis tinggi juga efektif terhadap organisme gram negatif. Rifampisin

memiliki efek samping gangguan gastrointestinal (saluran cerna) seperti rasa

panas pada perut, sakit epigastrik, mual, muntah, anoreksia, kembung, kejang

perut dan diare (Sari, 2014).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

27

Efek Samping. Gangguan saluran cerna meliputi mual, muntah, anoreksia,

diare, pada terapi intermiten dapat terjadi sindrom influenza, gangguan respirasi

(napas pendek), kolaps dan syok, anemia hemolitik, anemia, gagal ginjal akut,

purpura trombo-sitopenia; gangguan fungsi hati, ikterus; flushing, urtikaria, ruam;

gangguan sistem saraf pusat meliputi sakit kepala, pusing, kebingungan, ataksia,

lemah otot, psikosis. Efek samping lain seperti udema, kelemahan otot, miopati,

lekopenia,, eosinofilia, gangguan menstruasi; warna kemerahan pada urin, saliva

dan cairan tubuh lainnya : tromboplebitis pada pemberian per infus jangka

panjang (Pusat Informasi Obat Nasional, 2015). Rifampisin juga dapat berefek

menghilangkan nafsu makan, untuk itu diperlukan pemberian obat penambah

nafsu makan yaitu curcuma (Depkes RI, 2014).

2.13.3 Pirazinamid

Gambar 2.2.6 Struktur Kimia Pirazinamid

(drugbank.com)

Dosis. Pasien dewasa, kisaran dosis harian yang digunakan adalah

25mg/kgBB (20-30 kg/BB) dengan dosis maksimumumnya 2000 mg. untuk dosis

yang di gunakan pada frekuensi pengobatan 3 kali per minggu sebesar 35mg/kgBB

(30-40/kgBB) (Kemenkes RI, 2014).

Mekanisme Kerja. Pirazinamid mirip dengan isoniazid yaitu memiliki

aktivitas antibakteri dan merupakan spektrum sempit. Obat bakterisida ini aktif

dalam lingkungan asam (pH ± 6). Pirazinamid dianggap prodrug dan diubah oleh

basil tuberkel ke bentuk asam pirazinat oleh enzim pyrazinamidase. Begitu pH

dalam makrofag di turunkan, maka kuman yang berada di “sarang” infeksi yang

menjadi asam akan mati (Wiener et al., 2012).

Farmakokinetik. Reabsorpsinya cepat & sempurna, kadar maksimal

dalam plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam . Distribusinya ke jaringan dan cairan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

28

serebrospinal baik. Kurang lebih 70% pirazinamida diekskresikan lewat urin

(Wiener et al., 2012).

Interaksi Obat. Gangguan fungsi hati: pasien dan keluarga diberitahu cara

mengenal gejala gangguan fungsi hati dan dinasehatkan untuk segera menghentikan

obat dan memeriksakan diri bila timbul nausea persisten, muntah-muntah, lesu atau

ikterus. Penggunaan bersama dengan probenesid, allopurinol, ofloksasin dan

levofloksasin, obat hepatotoksik. Pirazinamid dapat efek obat antidiaberik oral,

serta mengganggu tes untuk menentukan keton urin (Pusat Informasi Obat

Nasional, 2015).

Efek Samping. hepatotoksisitas, termasuk demam anoreksia,

hepatomegali, ikterus, gagal hati; mual, muntah, artralgia, anemia sideroblastik,

urtikaria, flushing, sakit kepala, pusing, insomnia, gangguan vaskular : hipertensi,

hiperurikemia, arthralgia (Pusat Informasi Obat Nasional, 2015).

2.13.4 Etambutol

Gambar 2.2.7 Struktur Kimia Etambutol

(drugbank.com)

Dosis. Dewasa 15-25 mg/kg/hari dengan dosis maksimum 2500 mg. Dosis

yang lebih tinggi harus diberikan pada bulan-bulan awal terapi. Untuk terapi

berkepanjangan, kisaran dosis yang di gunakan harus mendekati 15 mg/kg/hari

untuk menghindari terjadinya toksisitas (WHO, 2014).

Mekanisme Kerja. Etambutol menghambat arabinosyl transferase III,

sehingga mengganggu transfer arabinose dalam biosintesis arabinogalactan, yang

pada gilirannya mengganggu perakitan dinding sel mikobakteri sehingga

metabolisme sel terhambat dan sel mati (Brunton et al., 2011).

Farmakokinetik. Pada pemberian oral sekitar 75-80% etambutol di serap

dari saluran cerna. Kadar puncak dari plasma di capai dalam waktu 2-4 jam setelah

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

29

pemberian. Dosis tunggal 15 mg/kg BB menghasilkan kadar plasmsekitar 5 ml pada

2-4 jam (Preston, 2010).

Interaksi Obat. Garam aluminium seperti dalam obat maag (Aluminium

Hidroksida), dapat menunda dan mengurangi absorpsi etambutol. Jika diperlukan

garam alumunium agar diberikan dengan jarak beberapa jam (Departemen

Kesehatan RI, 2005).

Efek Samping. Etambutol dapat mengakibatkan kebutaan akibat optik

neuritis jika pemberian etambutol tidak dihentikan. Tajam penglihatan akan

kembali normal secara perlahan setelah etambutol dihentikan (Chan, 2007).

2.13.5 Streptomisin

Gambar 2.2.8 Struktur Kimia Streptomisin

(Drugbank.com)

Dosis. injeksi dewasa: 15 mg/kgBB (12-18 mg/kgBB) per hari

(maksimal 1 g) selama 5 hari dalam seminggu atau 25-30 mg/kgBB 2 kali

seminggu. Anak : 20-40 mg/kgBB sehari (maksimal 1 g) atau 25-30 mg/kgBB 2

kali dalam seminggu. Selama masa pengobatan dosis kumulatif tidak boleh lebih

dari 120 g (Pusat Informasi Obat Nasional, 2015).

Mekanisme Kerja. Streptomisin bersifat bakterisida dengan mekanisme

kerja yaitu menghambat pembentukan protein dengan berikatan pada ribosom S12

dan 16S rRNA merupakan konstituen dari 30S subunit ribosom pada bakteri

(Jagielski et al, 2014). Bila pasien mengalamai alergi terhadap streptomisisn, maka

streptomisin dapat digantikan dengan kanamisisn (Pedoman Diagnosis &

Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia, 2006).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

30

Farmakokinetika. Absorpsi dari streptomisin adalah kadar plasma dicapai

sesudah suntikan im 1 – 2 jam, sebanyak 5 – 20 mcg/ml pada dosis tunggal 500 mg,

dan 25 – 50 mcg/ml pada dosis pertama. Didistribusikan kedalam jaringan tubuh

dan cairan otak, dan akan dieliminasi dengan waktu paruh 2 – 3 jam kalau ginjal

normal, namun 110 jam jika ada gangguan ginjal (Departemen Kesehatan RI,

2005).

Interaksi Obat. Interaksi dari streptomisin adalah dengan kolistin,

siklosporin, Sisplatin menaikkan risiko nefrotoksisitas, kapreomisin, dan

vankomisin menaikkan ototoksisitas dan nefrotoksisitas, bifosfonat meningkatkan

risiko hipokalsemia, toksin botulinum meningkatkan hambatan neuromuskuler,

diuretika kuat meningkatkan risiko ototoksisitas, meningkatkan efek relaksan otot

yang non depolarising, melawan efek parasimpatomimetik dari neostigmen dan

Piridostigmin (Satari, et al., 2013)

Efek Samping. Gangguan kulit/alergi: ruam, indurasi, atau abses di sekitar

lokasi suntikan, mati rasa dan kesemutan di sekitar mulut, vertigo (Pusat Informasi

Obat Nasional, 2015).

2.14 Terapi Obat Anti Tuberkuloss Lini Kedua

2.14.1 Etionamid

Gambar 2.2.9 Struktur Kimia Etionamid (Marriner dkk., 2011).

Dosis. Dewasa oral: 15-20 mg / kg / hari; memulai dosis 250 mg / hari

selama 1-2 hari, kemudian meningkat menjadi 250 mg dua kali sehari selama 1-2

hari, dengan peningkatan bertahap, untuk dosis tertinggi dapat ditoleransi. Rata -

rata dosis orang dewasa: 750 mg / hari (maksimum: 1 g / hari dalam 3-4 dosis

terbagi) (Alsultan and Peloquin, 2014).

Mekanisme Kerja. Etionamid merupakan turunan dari INH (Isoniazid),

yaitu menghambat sintesis asam mikolat (Preston, 2010).

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

31

Farmakokinetik. Bioavailabilitas dari etionamid oral yaitu mendekati

100%. Setelah pemberian oral 500 mg etionamid, diketahui Cmax sebesar 1,4 mg /

L dicapai dalam 2 jam. T½ adalah ~2 jam. Konsentrasi dalam darah dan berbagai

organ kurang lebih sama. Etionamid dimetabolisme di hati. Metabolit akan

dieliminasi dalam urin, dan <1% dari etionamid diekskresikan dalam bentuk aktif

(Brunton et al., 2011).

Efek Samping. Reaksi yang paling umum terhadap etionamid adalah

anoreksia, mual dan muntah, iritasi lambung, dan berbagai macam gejala

neurologis. Hipotensi postural yang parah, depresi mental, kantuk, dan asthenia

adalah umum. Kejang dan neuropati perifer jarang terjadi. Reaksi lain yang

mengacu pada sistem saraf termasuk gangguan penciuman, penglihatan kabur,

diplopia, pusing, parestesia, sakit kepala, gelisah, dan tremor. Pyridoxine (vitamin

B6) meringankan gejala neurologis dan pemberian yang bersamaan dianjurkan.

Ruam kulit alergi yang parah, purpura, stomatitis, ginekomastia, impotensi,

menoragia, jerawat, dan alopecia juga telah diamati. Rasa logam juga dapat dicatat.

Hepatitis telah dikaitkan dengan penggunaan obat sekitar 5% kasus. Tanda dan

gejala hepatotoksisitasjelas ketika pengobatan dihentikan. Fungsi hati seharusnya

dinilai secara berkala pada pasien yang menerima etionamid (Bruton et al., 2011).

2.14.2 Asam Aminosalisilat (PAS)

Gambar 2.2.10 Struktur Kimia Asam Aminosalisilat (PAS)

(Marriner dkk., 2011)

Dosis. Tablet : 500 mg, granul : 4 dalam sachet (Depkes RI, 2005).

Mekanisme Kerja. Asam aminosilisilat sebagai kalsium atau garam

natrium menghambat pertumbuhan M. tuberculosis dengan merusak sintesi folat.

Dikarenakan hal tersebut, Asam aminosilisilat jarang diindikasikan untuk

pengobatan TB dkarenakan memiliki aktivitas antituberkulosis yang rendah dan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

32

aktivitas toksisitas gastrointestinal yang tinggi (dapat menyebabkan mual, muntah

dan diare) (Brunton et al., 2011).

Farmakokinetik. Obat ini memiliki waktu paruh pendek (1 jam), dan 80%

dari dosis diekskresikan dalam urin (Wiener et al., 2012).

Efek Samping. Efek samping aminosalisilat meliputi diare, mual, muntah,

nyeri lambung, memperburuk gejala kolitis, sakit kepala, reaksi hipersensitif

(termasuk ruam dan urtikaria) ; efek samping yang jarang terjadi adalah pankreatitis

akut, hepatitis, miokarditis, perikarditis, gangguan paru-paru (eosinofilia

dan fibrosing alveolitis), neuropati perifer, gangguan darah (agranulositosis,

anemia aplastik, leukopenia, methemoglobinemia, lihat juga rekomendasi di atas),

disfungsi ginjal (nefritis interstisial, sindrom nefrotik), mialgia, artralgia, reaksi

kulit (sindrom seperti lupus erithematous, sindrom Stevens Johnson), alopesia

(Pusat Informasi Obat Nasional, 2015).

2.14.3 Sikloserin

Gambar 2.2.11 Struktur Kimia Sikloserin (Anastasia dkk., 2012)

Dosis. Dosis awal 250 mg setiap 12 jam selama 2 minggu, naikkan sesuai

dengan kadar darah dan respons sampai maksimal 500 mg setiap 12 jam. Anak :

dosis awal 10 mg/kg bb/hari disesuaikan menurut kadar darah dan respon.Catatan:

diperlukan pemantauan terhadap kadar dalam darah terutama pada kelainan fungsi

ginjal atau jika dosis lebih dari 500 mg per hari atau jika tanda-tanda toksisitas;

kadar darah tidak boleh melebihi 30 mg/liter (Pusat Informasi Obat Nasional,

2015).

Mekanisme Kerja. Sikloserin Menghambat ikatan dari dari lapisan

peptidoglikan (Murray, P. R., 2015).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

33

Interaksi Obat Isoniazid: Sikloserin dapat meningkatkan efek depresan

dari isoniazid pada SSP. Vaksin Tifus: Antibiotik dapat mengurangi efek terapi dari

vaksin tipus (Alsultan and Peloquin, 2014).

Efek Samping. Terutama neurologis, termasuk sakit kepala, pusing,

vertigo, mengantuk, tremor, kejang, psikosis, depresi; ruam; anemia megaloblastik;

perubahan pada uji fungsi hati (Pusat Informasi Obat Nasional, 2015).

2.14.4 Kanamisin

Gambar 2.2.12 Struktur Kimia Kanamisin (Song et al, 2011)

Adalah antibiotik yang aktif terhadap bakteri gram-negatif termasuk bakteri

M.Tuberculosis. Kanamisin sama dengan aminoglikosida lainnya yang tidak dapat

di absorbsi secara oral sehingga kanamisin diberikan dengan rute intramuskular

(IM). Cmax dari kanamisin ini adalah 1 jam setelah diinjeksikan dengan t ½ nya 4-

6 jam. Kanamisin diekskresikan melalui ginjal, sehingga dosis untuk kanamisin ini

harus diatur ulang pada pasien gagal ginjal. Efek samping berupa gangguan pada

pendengaran lebih sering terjadi. Sebanyak 20% pasien mengalami gangguan pada

pendengaran setelah 3 bulan pemakaian kanamisin dan sebanyak 60% pasien

mengalami gangguan pendengaran setelah 6 bulan pemakaian kanamisin. Dosis

dari kanamisin ini adalah 15 mg/ kg/ hari (Seth & Kabra, 2011).

Kanamisin telah lama digunakan sebagai obat anti tuberkulosis lini-kedua

untuk pengobatan tuberkulosis yang disebabkan oleh bakteri yang sudah resisten

terhadap streptomisin, tetapi sejak ditemukan amikasin dan kapreomisin yang

relatif kurang toksik maka kanamisin kini mulai ditinggalkan (Syarif et al, 2012).

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

34

2.14.5 Amikasin

Gambar 2.2.13 Struktur Kimia Amikasin (Brennan dkk., 2008)

Dosis. Dosis dewasa 15 mg/kg/hari, 5-7 hari/minggu (dosisi maksimum

dari amikasin ini pada umumnya sebesar 1 gram). Dosis pada pasien dengan umur

> 59 tahun adalah 10 mg/kg/dosis (maksimal 750 mg) 5-7 kali per minggu (WHO,

2014).

Mekanisme Kerja. Amikasin merupakan golongan antibiotic yang bersifat

bakteriasidal yang bekerja dengan cara mengikat subunit ribosom 30S bakteri

sehingga dapat mempengaruhi sintesis polipeptida dan akhirnya menghambat

proses translasi dari baktri tuberkulosis (Kolyva & Karakousis, 2012).

Farmakokinetik. Amikasin berinteraksi apabila di gunakan bersamaan

dengan furosemide. Sekitar 4% amikasin akan berikatan dengan protein plasma,

pada Cmax dari amikasin sendiri yaitu 10-30 µg/ml (WHO, 2014).

Efek Samping. Amikasin lebih mempengaruhi fungsi pendengaran.

Neurotoksisitas (paralisis otot dan apnea), nefrotoksisitas, demam, sakit kepala,

tremor, mual, anemia, hipotensi, dan rash juga telah dilaporkan (Brenann dkk.,

2008).

2.14.6 Kapreomisin

Gambar 2.2.14 Struktur Kimia Kaepromisin (Brennan dkk., 2008)

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

35

Kapreomisin merupakan antibiotik golongan polipeptida makrosiklik yang

diisolasi dari Streptomices kaprelous. Kaepromisin dapat digunakan pada pasien

pengobatan tuberkulosis yang mengalami resisten obat dan juga pada pasien yang

mengalami kegagalan pengobatan yang menggunakan kombinasi Isoniazid dan

Etambutol (Kolyva & Karakousis, 2012).

Dosis. Dosis untuk pasien BB > 50 kg: 1 g/hari. Sedangkan pasien dengan

BB < 50 kg: 500-750 mg/hari dengan kurun waktu penggunaan sekitar 6 sampai 8

bulan (Departemen Health Republic of South Africa, 2014).

Mekanisme Kerja. Kapreomisin sama seperti streptomisin dan kanamisin

yaitu dengan menghambat sintesis protein melalui modifikasi pada struktur ribosom

16S rRNa. Terjadinya resistensi pada kapreomisin umumnya disebabkan karena

adanya penambahan gugus metil ke dalam Rrna (Kolyva & Karakousis, 2012).

Terdapat sekitar 80-90% resistensi silang antara aminoglikosida dengan

kapreomisin. Kapreomisin umumnya tidak digunakan apabila pasien mengalami

resistensi terhadap golongan obat aminoglikosida (Department Health of South

Africa, 2014).

Efek Samping. Kapreomisin menunjukkan banyak efek samping terhadap

pendengaran. Selain itu, 36% dari 722 pasien pengguna kapreomisin mengalami

elevasi blood urea nitrogen (BUN) di atas 20 mg/100 mL. Adanya elevasi BUN

atau gejala kerusakan ginjal lainnya mengindikasikan bahwa pemberian

kapreomisin harus dikurangi dosisnya atau dihentikan. Penentuan fungsi ginjal

secara periodik direkomendasikan selama terapi dengan kapreomisin. Gejala efek

samping yang potensial akibat penggunaan kapreomisin adalah nefrotoksisitas,

hipersensitifitas, hypokalemia, penyumbatan neuromuscular, ototoksisitas

pendengaran dan vestibular, nyeri, pendarahan tidak biasa, dan nyeri pada tempat

injeksi. Luka bernanah dan trombositipenia juga pernah terjadi. Kemungkinan efek

samping lainnya adalah kelainan darah, rash (reaksi alergi), perubahan hasil uji

fungsi liver, dan gangguan konsentrasi komponen kimia (elektrolit) dalam darah

(Brennan dkk., 2008).

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

36

2.14.7 Golongan Fluoroquinolon

Gambar 2.2.15 Struktur Kimia Fluoroquinolon

( Ghosh & Manish, 2011)

Mekanisme Kerja. Fluorokuinolon bekerja menghambat topoisomerase II

(DNA gyrase) dan topoisomerase IV yang diperlukan oleh bakteri untuk replikasi

DNA (Mariana, 2016).

Farmakokinetik. Fluorokuinolon cepat diabsorbsi di saluran pencernaan

dan kadar serum puncak dicapai sekitar 1–3 jam setelah pemberian oral. Kadar

serum puncak yang diperoleh setelah pemberian oral sangat dekat dengan

pemberian secara intra vena. Oleh karena itu, pemberian secara oral lebih disukai.

Fluorokuinolon generasi baru mempunyai perbaikan terhadap parameter

farmakokinetik dibandingkan dengan generasi pertama, untuk siprofloksasin,

bioavailabilitas sekitar 70%, dan pada generasi yang lebih baru (contoh

gatifloksasin, levofloksasin dan moksifloksasin) mempunyai bioavailabilitas

sekitar 85–95%. Waktu paruh golongan fluorokuinolon bervariasi dari sekitar 60–

90 menit untuk asam nalidiksat, 3–5,4 jam untuk siprofloksasin dan 21 jam untuk

sparfloksasin.17 Fluorokuinolon generasi baru juga mempunyai waktu paruh yang

lebih panjang sekitar 5–83 jam dan tidak banyak terpengaruh oleh adanya makanan

dalam saluran pencernaan.17,18 Fluorokuinolon mempunyai ikatan dengan protein

plasma relatif rendah dan menghasilkan penetrasi ke jaringan yang sangat baik,

volume distribusi luas untuk generasi baru sekitar 1,2– 5,5 L/kg dan siprofloksasin

sekitar 3 L/kg. Obat ini dapat berpenetrasi ke jaringan dengan kadar tinggi

khususnya di serebral spinal, ginjal, paruparu, prostat, bronchial, hidung, empedu,

usus, dan saluran kelamin. Penetrasi fluorokuinolon pada cairan serebral spinal

dapat melebihi 50% dari dosis. Oleh karena itu, obat ini sangat baik digunakan

untuk terapi meningitis yang disebabkan bakteri patogen (Mariana, 2016).

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

37

Interaksi Obat. Pada Antasida yang mengandung kalsium, aluminium

atau magnesium yang menyebabkan menggangu absorbs dan konsentrasi dari

fluoroquinolon sehingga fluorokuinolon dapat diberikan 2 jam setelah pemberian

antacid. Suplemen vitamin juga mengandung zink atau besi yang menggangu

absorbs fluoroquinolon. Fluoroquinolon dapat meningkatkan kadar serum pada

teofilin, cyclosporine, glibenklamid serta antikoagulan oral. Pada penggunaan

secara bersamaan dengan golongan NSAID dapat meningkatkan stimulasi CNS dan

mempotensi timbulnya kejang (Arbex et al., 2010).

Efek Samping. Daapat menimbulkan gangguan pencernaan, gangguan

SSP, gangguan ginjal, gangguan penglihatan, gangguan kulit, gangguan hati, atropi

dan tendinitis, gangguan kardiovaskular, gangguan hematologi, reaksi imunologi,

gangguan metabolik, dan teratogenik (Mariana, 2016).

2.15 Kategori Pemberian Obat Anti Tuberkulosis KDT

Panduan OAT yang digunakan di Indonesia (sesuai rekomendasi WHO).

Panduan OAT yang digunakan oleh program Nasional Pengendalian Tuberculosis

di Indonesia adalah:

a. Kategori 1 : 2 (HRZE)/4(HR)3

b. Kategori 2 : 2 (HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

c. Kategori Anak : 2 (HRS)/4(HR) atau 2HRZA(s)/4-10HR

Obat yang digunakan dalam tatalaksan pasien TB resisten obat di Indonesia

terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu kanamisin, kepreomisin, levofloksasin, etionamide,

sikloserine, moksifloksasin, sarta OAT lini-1, yaitu pirazinamid dan etambutol.

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri

dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan

dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu

pasien.

Paket Kombipak.

Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,

Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan

OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien

yang mengalami efek samping OAT KDT.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

38

Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket,

dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin

kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk

satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan (Depkes RI, 2011).

2.16 Panduan KDT Lini pertama dan peruntukannya

2.16.1 Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru :

1. Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.

2. Pasien TB paru terdiagnosis klinis

3. pasienTB ekstra paru

Tabel II.1 Dosis Panduan OAT KDT kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama

56 hari RHZE ( 150/75/400/275)

Tahap Lanjutan 3 kali

seminggu selama 16

minggu 4 RH (150/150 )

30 – 37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT

38 – 54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT

55 – 70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT

≥71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

(Kemenkes RI, 2014).

Tabel II.1.2 Dosis paduan OAT-Kombipak untuk Kategori 1

Dosis per

hari/kali

Tahap

Pengobatan

Lama

Pengobatan

Tablet

Isoniasid

@ 300

mg

Kaplet

Rifampisin

@ 450 mg

Tablet

Pirazinamid

@ 500 mg

Tablet

Etambutol

@ 250

mg

Jumlah

hari/kali

menelan

obat

Intensif 2 Bulan 1 1 3 3 56

Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 48

(Depkes RI, 2011).

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

39

2.16.2 Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3)

Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BAT positif yang pernah diobati

sebelumnya (pengobatan ulang) :

i. Pasien kambuh

ii. Pasien gagal pada pengobatan dengan panduan OAT

kategori 1 sebelumnya

iii. Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat

Tabel II.2 Dosis Panduan OAT KDT kategori

2:2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3)

Berat Badan Tahap Intensif tiap

hari

RHZE(150/75/400/275)

+ S

Tahap Lanjut 3

kali seminggu

RH(150/150) +

E(400)

Selama 56 hari Selama 28

minggu

Selama 20 hari

30 – 37 kg 2 tab 4KDT + 500 mg

streptomisin inj.

2 tab 4KDT 2 tab 2 KDT + 2

tab etambutol

38 – 54 kg 3 tab 4KDT + 750 mg

streptomisin inj.

3 tab 4KDT 3 tab 2 KDT + 3

tab etambutol

55 – 70 kg 4 tab 4KDT + 1000 mg

streptomisin inj.

4 tab 4KDT 4 tab 2 KDT + 4

tab etambutol

≥ 71 kg 5 tab 4KDT + 100 mg

streptomisin inj.

5 tab 4KDT

(>dosis maks)

5 tab 2 KDT + 5

tab etambutol

(Kemenkes RI, 2014).

Tabel II.2.1 Dosis paduan OAT Kombipak untuk Kategori 2 Tahap

Pengobatan

Lama

Pengobatan

Tablet

Isoniasid

@ 300

mg

Kaplet

Rifampisin

@ 450 mg

Tablet

Pirazinamid

@ 500 mg

Etambutol

Strepto

misin

injeksi

Jumlah

Hari

/kali

menela

n

Tablet @

250

mg

Tablet @

440

mg

Tahap

Intensif

2 bulan

1 bulan

1

1

1

1

3

3

3

3

-

-

0,75g

Tahap

Lanjutan

4 bulan 2 1 - 1 2 -

Catatan:

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk

streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

40

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan

aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg)

(Depkes RI, 2011).

2.16.3 Kategori Anak

Untuk mempermudah dalam pemberian OAT pada Anak dan

meningkatkan keteraturan dan kepatuhan minum obat, panduan OAT disediakan

dalam bentuk paket KDT atau FDC. Satu paket dibuat untuk satu pasien untuk sat

masa pengobatan. Paket KDT berisi obat fase intensif, yaitu rifampisin (R) 75 mg,

isoniazid (H) 50 mg, dan pirazinamid (Z) 150 mg, serta obat fase lanjutan, yaitu

rimfapisin (R) 75 mg dan Isoniazid (H) 50 mg dalam satu paket. Dosis yang

dianjurkan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel II.3. Dosis Panduan OAT KDT Kategori Anak

Berat Badan 2 bulan RHZ

(75/50/150 )

4 bulan RH

(75/50)

5 -7 kg 1 tablet 1 tablet

8 – 11 kg 2 tablet 2 tablet

12 – 16 kg 3 tablet 3 tablet

17 – 22 kg 4 tablet 4 tablet

23 – 30 kg 5 tablet 5 tablet

(Kemenkes RI, 2014).

Tabel II.3.1 Dosis OAT Kombipak pada anak

Jenis Obat BB < 10 kg BB 10 – 19 kg BB 20 -37 kg

Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg

Rifampisisn 75 mg 150 mg 300 mg

Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg

Keterangan :

Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit

Anak dengan BB 15-19 kg dapat diberikan 3 tablet.

Anak dengan BB > 33 kg , dirujuk ke rumah sakit.

Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah

OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

41

digerus sesaat sebelum diminum

(Depkes RI, 2011).

2.17 Terapi Penunjang Tuberkulosis

2.17.1 Piridoksin (Vitamin B6)

Penggunaan Piridoksin direkomendasikan untuk semua pasien dewasa yang

memulai pengobatan TB untuk mencegah neuropati perifer yang paling sering

disebabkan oleh Isoniazid. Dosis Pyridoxine: 25 mg setiap hari. Jika pasien

mengalami neuropati perifer pada setiap tahap selama pengobatan TB, dosis dapat

ditingkatkan sampai 50 – 75 mg (hingga maksimum 200 mg) sampai gejala mereda,

kemudian dosis diturunkan ke 25 mg setiap hari (Department of Health, 2014).

2.17.2 Vitamin D

Peran vitamin D sangat penting dalam pertahanan tubuh terhadap TB

melalui aksinya pada peningkatan fagositosis makrofag. Vitamin D baik secara

endogen diproduksi (vitamin D3) atau dikonsumsi (vitamin D2 atau vitamin D3),

harus diaktifkan untuk menghasilkan efek. Pada kasus TB yang menggunakan obat

anti tuberkulosis menjadikan TB resisten pada sebagian pasien, vitamin D sebagai

hormon imunomodulator dijadikan sebagai salah satu terapi penyembuhannya

(Sutaria, 2014).

2.17.3 Steroid

Penggunaan kortikosteroid dianjurkan dalam TB ekstra-paru, terutama

untuk meningitis TB dan perikarditis. Dosis tinggi pengobatan steroid selama 2-4

minggu dan taper off secara bertahap selama beberapa minggu, tergantung pada

kemajuan klinis dianjurkan. Respon terhadap pengobatan dinilai secara klinis

(Department of Health, 2014).

Pada pasien TB yang resistan terhadap obat, penggunaan terapi

kortikosteroid sebagai penunjang telah terbukti tidak meningkatkan mortalitas

ketika pasien pada rejimen yang efektif. Kortikosteroid dapat bermanfaat dalam

kondisi seperti sistem saraf pusat yang parah atau keterlibatan perikardial. Pendapat

ahli adalah bahwa mereka juga dapat membantu dalam insufisiensi pernapasan dan

TB milier. Kortikosteroid dapat melemahkan respon tubuh untuk melawan TB dan

karena itu seharusnya hanya digunakan jika diindikasikan dengan jelas dan jika

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

42

pasien pada rejimen yang efektif.. Jika kortikosteroid digunakan dalam rejimen

yang tidak memadai, ini bisa meningkatkan keparahan pada pasien (WHO, 2014).

2.18 Terapi Non Farmakologi Tuberkulosis

Selain terapi farmakologi, pasien TB juga membutuhkan terapi non

farmakologi yang bertujuan untuk menunjang terapi selain terapi dengan OAT

yang sedang di jalankan oleh pasien. Terapi non farakologi yang diberikan antara

lain :

1. Pemberian O2 atau memberikan fisioterapi dada untuk pengaturan jalan

nafas adalah tindakan utama yang dapat dilakukan bagi pasien TB, untuk

melonggarkan saluran napas, menembalikan kondisi spasme bronkus dan

mengencerkan dahak sehingga dapat mengurangi sesak napas (Hanendya,

2016).

2. Operasi

Operasi dapat dipertimbangkan untuk dilakukan sebagai terapi penunjang

bagi pasien tuberkulosis. Operasi hanya akan dilakukan apabila terdapat

fasilitas yang memadai dan dilakukan oleh ahli bedah toraks yang terlatih.

Fasilitas yang memadahi mencakup langkah-langkah pengendalian bakteri

M.tuberculosis yang kemungkinan besar akan banyak dihasilkan selama

berjalanya proses operasi. Indikasi umum untuk operasi adalah untuk pasien

yang mengalami resistensi terhadap banyak obat-obatan tuberkulosis.

Operasi dapat dilakukan setelah pasien menjalani pengobatan selama dua

sampai enam bulan. Operasi tidak harus dianggap sebagai jalan terakhir dari

pengobatan tuberkulosis (Varaine & Rich, 2014).

3. Pemenuhan kebutuhan gizi pasien (Nutrisi)

Pada pengobatan TB, dapat menyebabkan kekurangan gizi (malnutrisi)

tanpa dukungan nutrisi, dan pasien khususnya yang sudah menderita

kelaparan. Pada pengobatan OAT ini lini kedua juga dapat lebih mengurangi

nafsu makan. Dan pemenuhan nutrisis yang cukup dapat meningkatkan

kepatuhan pasien terhadap pengobatan (WHO, 2014).

4. Pengendalian Lingkungan

Tujuan dari pengendalian lingkungan adalah untuk mengurangi konsentrasi

droplet nuclei di udara dan mengurangi keberadaan benda- benda yang

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tuberkulosiseprints.umm.ac.id/61155/3/BAB II.pdfparu dewasa (Amin, H, 2015). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

43

terkontaminasi sesuai dengan epidemiologi infeksi. Lingkungan yang sehat

akan membantu penderita TB untuk segera sembuh, karena penyakit ini

disebabkan oleh virus sehingga jika penderita berada di lingkungan yang

kotor makan akan menyebabkan virus tersebut semakain berkembang

sehingga akan memperburuk keadaan (Depkes, 2013).

5. Edukasi kepada pasien dan keluarga

Pemberian edukasi kepada pasien serta keluarga pasien mengenai

transmisi/penularan tuberkulosis. Edukasi kepada pasien untuk selalu

menutup mulut ketika batuk/bersin. Idealnya, pasien harus tidur di ruang

yang terpisah dengan pintu tertutup dan jendela yang selalu terbuka. Untuk

pasien dengan BTA (+) maka edukasikan untuk menggunakan masker

apabila berada di daerah yang mempunyai sirkulasi udara yang terbatas

(CDC, 2013).