BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan...

35
12 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II.1.1 Tinjauan Mengenai Wisma Atlet Wisma merupakan bangunan untuk tempat tinggal, kantor, dsb; gerha. (Menurut KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia). Wisma Atlet merupakan bangunan untuk tempat tinggal sementara yang dikhususkan bagi para olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan. Atlet merupakan olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan dan kecepatan). (Menurut KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia). Menurut KONI cabang-cabang olahraga yang ada di Indonesia adalah : basket, voli, sepak bola, futsal, sepak takraw, baseball, softball, atletik, panahan, bulu tangkis, tinju, sepeda, berkuda, gulat, anggar, taekwondo, renang, canoe, hockey, bola tangan, senam, judo, berlayar, menembak, tennis, tenis meja, angkat besi, bina raga. Cabang-cabang olahraga tersebut dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu olahraga individu dan beregu. Cabang olahraga beregu, diantaranya adalah : basket, voli, sepak bola, futsal, sepak takraw, baseball, softball, hockey, bola tangan, berlayar. Sedangkan cabang olahraga individu, yaitu : atletik, senam, panahan, tinju, sepeda, berkuda, gulat, anggar, bulu tangkis, tennis, tennis meja, taekwondo, renang, judo, menembak, angkat besi, bina raga. Wisma Atlet merupakan bangunan untuk tempat tinggal sementara yang dikhususkan bagi para olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan. II.1.2 Tinjauan Mengenai Perilaku Manusia Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.

Transcript of BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan...

Page 1: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

12  

BAB II

TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

II.1 Tinjauan Umum

II.1.1 Tinjauan Mengenai Wisma Atlet

Wisma merupakan bangunan untuk tempat tinggal, kantor, dsb; gerha.

(Menurut KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Wisma Atlet merupakan bangunan untuk tempat tinggal sementara yang

dikhususkan bagi para olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan

atau pertandingan.

Atlet merupakan olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan

atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan dan kecepatan). (Menurut KBBI :

Kamus Besar Bahasa Indonesia). Menurut KONI cabang-cabang olahraga

yang ada di Indonesia adalah :

basket, voli, sepak bola, futsal, sepak takraw, baseball, softball, atletik,

panahan, bulu tangkis, tinju, sepeda, berkuda, gulat, anggar, taekwondo,

renang, canoe, hockey, bola tangan, senam, judo, berlayar, menembak,

tennis, tenis meja, angkat besi, bina raga. Cabang-cabang olahraga tersebut

dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu olahraga individu dan beregu.

Cabang olahraga beregu, diantaranya adalah : basket, voli, sepak bola,

futsal, sepak takraw, baseball, softball, hockey, bola tangan, berlayar.

Sedangkan cabang olahraga individu, yaitu : atletik, senam, panahan, tinju,

sepeda, berkuda, gulat, anggar, bulu tangkis, tennis, tennis meja, taekwondo,

renang, judo, menembak, angkat besi, bina raga.

Wisma Atlet merupakan bangunan untuk tempat tinggal sementara yang

dikhususkan bagi para olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan

atau pertandingan.

II.1.2 Tinjauan Mengenai Perilaku Manusia

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan

atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku

merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.

Page 2: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

13  

Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau

perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

(dikutip dari Notoatmodjo, 2003).

J.B. Watson (1878-1958) memandang psikologi sebagai ilmu yang

mempelajari tentang perilaku karena perilaku dianggap lebih mudah diamati,

dicatat, dan diukur. Perilaku mencakup perilaku yang kasatmata seperti

makan, menangis, memasak, melihat, bekerja, dan perilaku yang tidak

kasatmata, seperti fantasi, motivasi, dan proses yang terjadi pada waktu

seseorang diam atau secara fisik tidak bergerak.

Meninjau dari perilaku manusia dalam psikologi, bahwa psikologi

dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang mempunyai hubungan dengan

tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia tidak lepas dari hubungan

dengan lingkungan yang nantinya dapat mempengaruhi diri atau jiwanya.

Dalam interaksi ini, ia akan menggambarkan pengalamannya dengan cara

yang berbeda-beda, dan pada gilirannya akan mampu mengubah intensitas

nilai yang berkaitan dengan interaksi manusia. Hasil interaksi ini akan

melahirkan masalah baru dalam psikologi umum maupun psikologi khusus.

Psikologi umum lebih mengamati dan menyelidiki kegiatan-kegiatan psikis

manusia diantaranya intelegensi, pemikiran, perasaan, kehendak dan

sebagainya. Sedangkan psikologi khusus lebih terfokus pada penyelidikan

dari segi perkembangan anak, pemuda, dewasa, dan orang tua. Tingkah laku

yang terdapat pada diri manusia berkaitan erat dengan psikologi umum dan

khusus. Psikologi khusus yang membahas perkembangan manusia masing-

masing akan memiliki perilaku/tingkah laku yang berbeda-beda. Hal ini juga

disesuaikan dengan psikologi umum yang banyak membahas tentang

pemikiran, perasaan, intelegensi, kehendak dan sebagainya.

Pembahasan psikologi yang berkaitan dengan tingkah laku manusia

oleh James mengatakan bahwa tingkah laku manusia tersusun melalui gerak.

Gerak adalah suatu reaksi terhadap perangsang luar. Reaksi di dalam

pemikiran James dibagi menjadi 2 bagian, yakni reaksi pembawaan dan

Page 3: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

14  

reaksi yang diperoleh dari hidup. Reaksi pembawaan terdiri dari rasa takut,

cinta dan marah. Sedangkan reaksi yang diperoleh dari luar adalah reaksi

pembawaan yang telah berubah karena kebiasaan dan latihan.

II.1.3 Tinjauan Mengenai Ruang

Arsitektur adalah kristalisasi dari pandangan hidup sehingga arsitektur

bukan semata-mata teknik dan estetika bangunan atau terpecah-pecah

menjadi kelompok-kelompok seperti ranah keteknikan, seni, atau sosial. The

fine spirit (F.L.Wright), memberi arti bahwa arsitektur bukanlah sekedar

benda statis atau sekumpulan objek fisik yang kelak akan lapuk.

Mempelajari arsitektur berarti juga mempelajari hal-hal yang tidak

kasatmata sebagai bagian dari realitas, realitas yang konkret dan realitas

yang simbolik.

Hal ini juga menunjukkan adanya perbedaan antara dunia pikir yang

ideal dan dunia nyata, atntara the transcendent ideal dan the transient,

corruptible physical state sehingga dalam perancangan arsitektur selalu

meliputi kedua hal ini. Pemenuhan kebutuhan di satu sisi juga harus

diimbangi dengan keberhasilan pemenuhan kebutuhan di sisi lain.

Arsitektur berperan dalam mewadahi dan menata aktivitas dan perilaku

manusia dalam relasi dan interaksinya dengan orang lain. Sebelum

merancang sebuah ruang untuk berbagai kegiatan manusia, harus dipahami

terlebih dahulu tentang perilaku mereka. Ruang harus menjadi perhatian

perancang dan mungkin menjadi aspek yang paling berpengaruh pada tahap

analisa dalam merancang penyelesaian sebuah masalah desain.

Tubuh manusia yang berupa daging berbungkus kulit, tidak mampu

menembus dinding yang masif. Lalu bagaimana cara kita mencapai

keinginan kita yaitu menembus dinding? Tentu saja dengan membuat lubang

pada dinding. Pintu dipasang untuk membedakan jenis ruang atau menjaga

privasi. Dengan demikian, jelas fungsi arsitektur adalah mengakomodasi

kebutuhan tubuh kita.

Page 4: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

15  

Arsitektur adalah pengalaman ruang bagi tubuh manusia. Ini yang

dipahami Traceurs dan sering dilupakan oleh para arsitek. Traceurs mencoba

mengubah paradigma itu dan memberi pemaknaan baru mengenai arsitektur.

Traceur memandang arsitektur sebagai ‘rintangan’ yang harus dilalui oleh

tubuh mereka sendiri. Arsitektur adalah sarana pembelajaran bagi tubuh

manusia agar menjadi lebih baik secara fisik dan mental.

Ruang dalam arti luas adalah suatu bagian dimana berbagai komponen-

komponen lingkungan hidup bisa menempati dan melakukan proses

lingkungan hidupnya. Dengan demikian, dimana pun terdapat suatu

komponen, berarti disitu telah terdapat ruang. Sedangkan pengertian ruang

yang lebih sempit berasal dari bahasa Latin spatium yang berarti ruangan

atau luas (extent) dan bahasa Yunani yaitu tempat (topos) atau lokasi

(choros) dimana ruang memiliki ekspresi kualitas tiga dimensional. Kata

oikos dalam bahasa Yunani yang berarti pejal, massa dan volume, dekat

dengan pengertian ruang dalam arsitektur, sama halnya dengan kata oikos

yang berarti ruangan (room). Dalam pemikiran Barat, Aristoteles

mengatakan bahwa ruang adalah suatu yang terukur dan terlihat, dibatasi

oleh kejelasan fisik, enclosure yang terlihat sehingga dapat dipahami

keberadaanya dengan jelas dan mudah.

II.2 Tinjauan Khusus

II.2.1 Tinjauan Terhadap Istirahat Atlet

Menurut Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, agar diperoleh latihan yang

efektif pada atlet dan juga dalam upaya untuk mempersiapkan diri untuk

menghadapi pertandingan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, salah

satunya adalah atlet harus berada dalam keadaan sepenuhnya relaks,

diperlukan istirahat yang cukup agar tetap sehat dan kuat. Istirahat yang

cukup sama pentingnya dengan komitmen untuk berlatih keras. Tanpa

istirahat, maka kondisi fisik dan mental para atlet dapat terganggu. Istirahat

merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas

dari kegelisahan (ansietas).  

Page 5: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

16  

Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar kegiatan atlet

sehari-hari adalah sebagai berikut :

05.00 – 06.00 bangun, mandi

06.00 – 08.00 latihan fisik

08.00 – 09.00 sarapan, briefing

09.00 – 11.00 latihan tambahan teknik

11.00 – 15.00 break

15.00 – 18.00 latihan teknik

18.00 – 22.00 bebas

22.00 tidur

Dapat dilihat bahwa waktu istirahat atlet adalah ±16jam, para atlet

menghabiskan waktu istirahatnya di luar maupun di dalam kamar. Kegiatan

istirahat yang dilakukan dalam kamar, yaitu tidur, mengobrol, maupun

membaca. Beberapa kegiatan tersebut, dapat mereka lakukan di dalam

kamar mereka di wisma atlet.

Menurut Dr. Edlund (2010) ada beberapa jenis istirahat aktif,

diantaranya adalah :

1. Sosialisasi

Ini didefinisikan sebagai menghabiskan waktu bersama teman dan

hubungan dan bahkan mengobrol dengan rekan-rekan. Menurut penelitian

terbaru, sosialisasi membantu manusia terhindar dari kanker, melawan

penyakit menular dan kemudahan depresi serta mengurangi resiko kematian

akibat serangan jantung. Hanya mengobrol dengan teman-teman telah

terbukti mengurangi tingkat hormon stres dan memberikan manfaat

hormonal dan psikologis.

2. Istirahat Mental

Salah satu ide dari pentingnya istirahat mental adalah untuk

mendapatkan kondisi 'khusyuk' pada suatu hal yang sederhana. Membaca

buku dapat dikategorikan sebagai istirahat mental.

Page 6: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

17  

3. Istirahat Fisik

Cara terbaik untuk melakukan istirahat fisik ini adalah dengan tidur.

Tidur berasal dari kata bahasa latin "somnus" yang berarti alami periode

pemulihan, keadaan fisiologi dari istirahat untuk tubuh dan pikiran. Tidur

merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik

(Lanywati, 2001) Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang di alami

seseorang, yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan

yang cukup (Guyton 1981 : 679).

Perilaku istirahat atlet dibagi menjadi 2, yaitu perilaku istirahat untuk

cabang olah raga beregu/kelompok dan cabang olahraga individu.

Berdasarkan sejumlah penelitian Weiberg dan Gould (dalam buku Dasar-

Dasar Psikologi Olahraga, 2000) mengutip beberapa laporan hasil penelitian

tentang atlet sebagai berikut:

Atlet yang bermain dalam olahraga beregu cenderung lebih ekstrovert, dan

lebih dependen (menggantungkan diri pada orang lain). Sedangkan Humara

(dalam buku Psikologi Olahraga Prestasi, 2008) menyatakan bahwa

olahraga yang bersifat individual menciptakan tekanan yang lebih besar

dibandingkan dengan cabang olahraga beregu.  

Dari penelitian tersebut diambil kesimpulan bahwa atlet dalam olahraga

beregu dapat beristirahat dalam kamar yang dapat menampung orang yang

lebih banyak dibanding dengan atlet olahraga individual karena atlet dalam

olahraga beregu cenderung menggantungkan diri pada orang lain dan

cenderung ekstrovert. Agar para atlet dapat beristirahat dengan nyaman,

kamar atlet akan dirancang menjadi 2 tipe, yaitu kamar untuk atlet beregu

dan kamar atlet individual.

II.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Istirahat

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi istirahat seseorang

menurut Kozier (1993) adalah faktor usia, lingkungan, kelelahan (fatigue),

gaya hidup, stress psikologis, alkohol dan stimulant, diet, merokok,

motivasi, sakit, dan medikasi. Sedangkan menurut Potter dan Perry (1993)

Page 7: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

18  

faktor yang mempengaruhi istirahat individu meliputi keadaan sakit fisik,

obat dan zat, gaya hidup, pola tidur, stres emosional, lingkungan, latihan dan

kelelahan, dan asupan kalori. Sementara itu menurut Craven dan Hirnle

(2000) mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi istirahat individu

meliputi kebutuhan (need); lingkungan, hubungan kerja shift, nutrisi dan

metabolisme, pola eliminasi, latihan dan termoregulasi, kewaspadaan

(vigilance), kebiasaan dan gaya hidup, sakit, medikasi dan zatkimia, dan

kondisi alam perasaan (mood).

Dari teori-teori di atas, dapat dilihat bahwa faktor lingkungan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi istirahat seseorang.

Menurut Loo dalam buku Arsitektur Lingkungan dan Perilaku, lingkungan

diklasifikasikan menjadi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Lingkungan fisik menyangkut dimensi. tempat, densitas, serta suasana suatu

ruang atau tempat (warna, susunan perabot, dll). Dalam hal ini akan dibahas

tentang lingkungan fisik berupa kamar yang mempengaruhi kualitas istirahat

atlet.

II.2.3 Tinjauan Mengenai Desain Ruang Kamar dan Perilaku Atlet

Desain dalam kamus bahasa Indonesia berarti sebagai rancangan.

Desain kamar merupakan perancangan serta perencanaan atau penyusunan

tata ruang di dalam kamar.

Manusia membentuk ruang, ruang membentuk manusia. “People

modify the spaces they live in, in turn are modified by them”, (Edward Soja,

2005 dalam buku Arsitektur, Komunitas Dan Modal Sosial), hal ini

memiliki arti bahwa manusia membentuk dan menggubah ruang, dan

kemudian ruang juga akan membentuk dan menggubah manusia.

Menurut Halpern, perilaku manusia termasuk bentuk-bentuk respon

psikologis, relasi, dan interaksi sosialnya, merupakan suatu produk dari

upaya mempersepsi lingkungan, termasuk lingkungan binaan seperti wisma.

Artinya, tata ruang dalam suatu bangunan, khususnya wisma, secara teoritik

memiliki pengaruh terhadap tumbuhnya berbagai perilaku manusia,

Page 8: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

19  

termasuk dalam interaksi social dan aktivitas bersama guna memecahkan

persoalan bersama dan untuk kemanfaatan bersama.

Dalam arsitektur, fungsi selalu dihubungkan dengan program bangunan,

menyangkut persyaratan ruang, yang didasarkan atas fungsi ruang dan

kecocokannya dengan konteks bangunan. Program misalnya akan

memperlihatkan bentuk-bentuk dan ukuran ruang, siapa yang menggunakan

ruang tersebut dan berapa lama, serta hubungan antar ruang yang

menggambarkan tatanan sosial yang mungkin tercipta dalam bangunan

tersebut (Frederic A. Jules, 1979).

Dalam proses desain diperlukan perencanaan dalam penataan ruang

atau sering disebut dengan zoning. Untuk menyamakan persepsi maka

terlebih dahulu perlu disampaikan beberapa definisi tentang apa yang

dimaksud dengan zona dan zoning. Zona adalah kawasan atau area yang

memiliki fungsi dan karakteristik yang spesifik. Zoning adalah pembagian

kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan karakteristik

semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain.

Dalam kaitannya dengan manusia, hal paling penting dari pengaruh

ruang terhadap perilaku manusia adalah fungsi atau pemakaian ruang

tersebut. Pengaruh ruang-ruang tersebut terhadap perilaku pemakainya

cukup jelas, karena pemakai melakukan kegiatan tertentu di masing-masing

ruang tersebut. Sesuai dengan fungsinya, ruang-ruang tersebut diharapkan

mempunyai bentuk, perabot, dan kondisi ruang tertentu.

Ruang dirancang untuk memenuhi fungsi yang lebih fleksibel. Masing-

masing perancangan fisik ruang tersebut mempunyai variabel independen

yang berpengaruh terhadap perilaku pemakainya. Variabel tersebut adalah

ukuran dan bentuk, perabot dan penataannya, warna serta unsur lingkungan

ruang (suara, temperatur, dan pencahayaan).

Berdasarkan buku Psikologi Arsitektur dan Arsitektur dan Perilaku

Manusia maka disimpulkan bahwa ada beberapa konsep dasar yang perlu

diketahui dalam membentuk sebuah ruang fisikal :

Page 9: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

20  

1. Antropometri

Antropometri sering disebut juga faktor-faktor manusiawi (human

factor). Menurut Grandjean dalam buku Psikologi Arsitektur, data

antropometri digunakan untuk menentukan spesifikasi dimensi fisik ruang,

dalam hal ini adalah kamar, perabotan, peralatan sampai ke pemakaiannya.

Prinsipnya adalah memantaskan atau menyamankan manusia dan untuk

menghindari ketidakcocokan fisik antara dimensi desain dengan dimensi

pemakai. Gambar II.3.1 Antropometri Manusia

(Sumber : Moore dalam Psikologi Arsitektur,2005)

Gambar II.3.2 Dimensi Ruang Kamar dan Manusia

(Sumber : Human Dimension & Interior Space)

Page 10: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

21  

2. Privasi

Irwin Altman menyatakan model pengaturan diri manusia secara

konseptual, dimana manusia menganggap ruang personal dan territorial

menjadi mekanisme utama untuk mendapatkan privasi. Privasi sebagai

kemampuan untuk memisahkan diri orang lain, serta adanya ukuran-ukuran

fisik dari ruang untuk mendapatkan privasi.

• Ruang Personal (personal space)

Manusia mempersepsikan ruang di sekitarnya lengkap dengan isinya dan

tidak berdiri sendiri. Jika isi ruang itu adalah manusia lain, orang langsung

akan membuat suatu jarak tertentu antara dirinya dan orang lain, dan jarak

tersebut sangat ditentukan oleh kualitas hubungan antar orang yang

bersangkutan.

Ruang personal dimiliki oleh setiap orang. Dengan kata lain, ruang

personal ini merupakan bagian dari kemanusiaan seseorang. Dengan tidak

adanya ruang personal, dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman, rasa tidak

aman, stress, adanya ketidakseimbangan, komunikasi yang buruk, dan segala

kendala pada rasa kebebasan. Jadi, ruang personal berperan dalam

menentukan kualitas hubungan seorang individu dengan individu lainnya.

Gambar II.3.3 Dimensi Ruang Personal

(Sumber : Desain Interior Dengan Ilustrasi)

Page 11: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

22  

• Teritorialitas (Territoriality)

Seperti halnya ruang personal, teritorialitas merupakan perwujudan

“ego” seseorang karena orang tidak ingin diganggu atau dapat dikatakan

sebagai perwujudan dari privasi seseorang.

Teritori dibagi dalam beberapa golongan, salah satunya adalah teritori

primer. Teritori primer adalah tempat-tempat yang sangat pribadi sifatnya,

hanya boleh dimasuki oleh orang-orang yang sudah sangat akrab atau sudah

mendapat izin khusus. Teritori ini dimiliki oleh perseorangan atau

sekelompok orang yang juga mengendalikan penggunaan teritori tersebut

secara relatif tetap, berkenaan dengan kehidupan sehari-hari ketika

keterlibatan psikologis penghuninya sangat tinggi. Misalnya, ruang tidur.

3. Kesesakan dan Kepadatan (Crowding and Density)

Bentuk lain dari persepsi terhadap lingkungan adalah kesesakan

(crowding). Stokols (dalam Arsitektur dan Perilaku Manusia, 2004)

menyatakan bahwa kepadatan adalah kendala keruangan (spatial constraint).

Sementara itu, kesesakan adalah respons subjektif terhadap ruang yang

sesak. Kesesakan dan kepadatan saling berhubungan, semakin banyak

jumlah manusia berbanding luasnya ruangan, makin padatlah keadaannya.

Perancangan Kamar

Kamar tidur merupakan area yang paling pribadi. Seiring perkembangan

zaman, kamar tidur tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk tidur. Sehingga

mengubah yang terstruktur menjadi bentuk-bentuk baru dari pola yang

tradisional dan standar. Kamar tidur saat ini bisa dijadikan juga sebagai tempat

untuk menghabiskan waktu senggang. Berdasarkan literatur yang bersumber

dari buku maupun internet, dalam perancangan ruang kamar, hal-hal detail yang

harus diperhatikan adalah :

• Ukuran dan Proporsi

Faktor manusia, dalam hal ini atlet, merupakan pengaruh utama terhadap

bentuk, proporsi dan skala ruang maupun perabot yang akan digunakannya.

Untuk memberikan kegunaan dan kenyamanan, semuanya itu harus

Page 12: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

23  

dirancang lebih dahulu agar mampu merespon atau berhubungan dengan

dimensi pengguna ruang tersebut, jarak ruang yang diperlukan oleh pola

gerakan, dasar aktivitas yang dilakukan.

- Tempat Tidur dan Meja

Tempat tidur bersama (bunk bed) menggunakan ruang vertikal untuk

tingkat tidur yang bertumpuk. Permukaan meja dan penyimpanan juga

dapat digabungkan ke dalam sistem. Penggunaan sistem ini dapat

membuat kamar lebih efisien dan efektif. Gambar II.3.4 Bunk Bed

(Sumber : Desain Interior Dengan Ilustrasi)

- Lemari Pakaian

Lemari built-in dapat membantu menjaga garis ruangan tetap bersih dan

menghindari kekacauan.

- Pintu dan Jendela

Pintu menentukan jalur pergerakan dan menetapkan aksesibilitas zona-

zona tertentu. Letak pintu berhubungan dengan peletakkan perabot di

dalam kamar, sebisa mungkin hindari pintu berhadapan langsung dengan

tempat tidur karena bermasalah dalam hal privasi. Gambar II.3.5 Pintu Ayun

(Sumber : Desain Interior Dengan Ilustrasi)

Page 13: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

24  

Jendela

Ukuran, bentuk, dan penempatan jendela mempengaruhi integritas visual

permukaan dinding dan rasa lingkup yang diberikan. Jendela dapat

dipandang sebagai area terang di dalam dinding atau bidang gelap di

malam hari. Ventilasi serta cahaya matahari masuk melalui jendela.

Semakin besar dan semakin tinggi jendela, semakin banyak cahaya

matahari yang masuk. Memasukkan cahaya matahari juga dapat

menimbulkan efek buruk ke dalam bangunan, yaitu akan membawa

panas dan silau bagi penghuni ruang, akan tetapi dapat disiasati dengan

overstek atau penggunaan awning pada jendela. Gambar II.3.6 Jendela Berengsel Samping dan Awning

(Sumber : Desain Interior Dengan Ilustrasi)

• Bentuk ruang

Bentuk persegi ruang tidak memiliki arah yang lebih disuka atau dominan.

Persegi adalah figur yang stabil dan damai ketika bersandar pada salah satu

sisinya, tetapi menjadi dinamis ketika berdiri pada salah satu sudutnya.

Meskipun kejelasan dan stabilitas wujud persegi dapat menghasilkan

monotonitas visual, variasi dapat diberikan dengan meragamkan ukuran,

proporsi, warna, tekstur, penempatan, atau orientasinya.

Bentuk ruang yang dibatasi oleh dinding, lantai dan plafond memberi rasa

terlindung, orang yang mendiami atau memandang sebuah ruang akan

menilainya menurut seleranya sendiri. Interpretasi yang muncul bisa timbul

kesan luas, tetapi juga bisa timbul kesan sempit. Bentuk ruang akan

mempengaruhi psikis dari pemakai ruangan, hal ini dapat dengan memakai

bentuk-bentuk dinamis agar menarik, disamping itu disesuaikan karakter

Page 14: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

25  

kegiatan didalamnya. Bentuk dan susunan interior ruang menentukan kesan

yang timbul. Bentuk ruang yang sederhana terdiri dari empat dinding, lantai

dan langit-langit. Bentuk ruang semacam itu jelas dan memberi kesan ke

arah vertical serta horisontal, menyempit atau membebasluaskan. Ruang

yang tidak tinggi atau lebar akan terasa menyesakkan, sebaliknya ruang

yang terlalu tinggi akan menyebabkan kita merasa kecil dan tertelan oleh

ruang tersebut. (Sumber : Wilkening, Fritz, Tata Ruang, Kanisius,

Yogyakarta, 1987 hal 42).

• Kebisingan

Suara yang terlalu keras akan berpengaruh buruk bagi seseorang. Suara juga

dapat mengganggu privasi seseorang, misalnya di sebuah kamar hotel

terdengar dengan jelas suara-suara dari kamar sebelah atau jika letak ruang

tidur berdekatan dengan jalan, sehingga dapat menyebabkan

ketidaknyamanan.

• Penghawaan

Penghawaan dalam bangunan dibagi menjadi 2, yaitu penghawaan alami dan

buatan. Sistem yang paling baik digunakan untuk merancang sistem

sirkulasi udara (penghawaan) yang alami adalah dengan sistem ventilasi

silang (cross ventilation), pada sistem ventilasi silang sirkulasi udara diatur

sedemikian rupa agar bisa mengalir dari satu titik ventilasi udara menuju

titik ventilasi udara lain, dan begitu sebaliknya. Dengan adanya perbedaan

tekanan didalam dan diluar bangunan, maka aliran udara tidak akan

‘terjebak’ di dalam ruang, yang menyebabkan terasa pengap dan panas. Gambar II.3.7 Cross Ventilation tampak atas per unit

 

 

 

 

Page 15: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

26  

Untuk penghawaan buatan dapat dengan penggunaan Air Conditioning

(AC).

• Pencahayaan

Pencahayaan dibagi menjadi dua, yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan

buatan. Pencahayaan dibutuhkan untuk menerangi ruangan agar pengguna

ruangan tersebut dapat melakukan aktivitas, selain itu juga berfungsi untuk

menimbulkan mood tertentu. Mata dan tubuh manusia juga bereaksi

terhadap intensitas cahaya. Cahaya yang terang, cenderung membuat mata

dan tubuh lelah.

Pencahayaan alami merupakan sumber cahaya yang berasal dari alam,

seperti matahari. Matahari merupakan sumber cahaya utama dan dominan,

namun tergantung terhadap beberapa hal, seperti waktu (pada siang hari),

cuaca (berawan atau tidak). Untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup

diperlukan luas jendela sekitar 15%-20% dari luas lantai yang terdapat

dalam ruangan. Sedangkan pencahayaan buatan merupakan pencahayaan

yang bersumber dari alat yang diciptakan oleh manusia, seperti lampu gas,

lampu listrik, dll.

Pencahayaan buatan dibedakan menjadi 3 macam :

1. General Lighting

Pencahayaan merata untuk seluruh ruangan dan dimaksudkan untuk

memberi terang merata.

2. Task Lighting

Pencahayaan fungsional untuk aktivitas tertentu, biasanya disesuaikan

dengan standard kebutuhan penerangan bagi jenis aktivitas yang

bersangkutan.

3. Accent Lighting

Pencahayaan yang secara khusus diarahkan ke obyek tertentu untuk

memperkuat penampilannya (estetik).

Sistem pancaran cahaya ada yang langsung maupun tidak langsung. Sumber

pencahayaan langsung merupakan pencahayaan yang dipancarkan langsung

Page 16: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

27  

ke suatu area. Sedangkan sumber pencahayaan tidak langsung dilakukan

dengan dipantulkan ke dinding ataupun langit-langit dengan menggunakan

metode pencahayaan cornice atau cove, metode ini memberikan pancaran

yang lembut dan tidak langsung menerangi ke area yang diterangi. Dengan

demikian pengguna ruang akan lebih mudah relaks. Kamar tidur sebagai

tempat istirahat pencahayaannya harus lembut, tingkat terang cahaya tidak

perlu terlalu tinggi (warm). Peletakkan titik lampu pun harus diperhatikan

agar pengguna ruang tersebut tidak merasa silau. Gambar II.3.8 Pencahayaan Cove dan Cornice

(Sumber : Desain Interior Dengan Ilustrasi)

• Warna

Warna memainkan peranan penting dalam mewujudkan suasana ruang dan

mendukung terwujudnya perilaku-perilaku tertentu. Pengaruh warna pada

perilaku ternyata tidak selalu sama antara orang satu dengan yang lainnya.

Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, latar belakang

budaya atau kondisi mental. Meskipun demikian, ada warna-warna yang

hampir selalu mempunyai pengaruh sama terhadap respons psikologis.

Misalnya, warna merah selalu dirasakan membawa efek panas dibandingkan

dengan warna hijau. Warna yang mengarah ke warna merah dari spektrum

warna (kuning, orange, merah) umumnya dianggap panas, sementara warna

biru air atau hijau lumut dianggap membawa efek dingin.

Pada ruang, pengaruh warna tidak hanya menimbulkan suasana panas atau

dingin, tetapi warna juga dapat mempengaruhi kualitas ruang tersebut.

Misalnya warna akan membuat seolah-olah ruang menjadi luas, lebih

sempit, lebih semrawut dan warna bisa juga menunjukkan status sosial

pemakainya. Secara umum telah ada ukuran-ukuran nilai dari warna, seperti

Page 17: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

28  

warna terang pada ruang akan menjadikan ruang seolah-olah lebih luas,

demikian pula sebaliknya. Pengaruh warna cukup dominan terhadap

perilaku, di dalam bidang perancangan. Gambar II.3.9 Spektrum Warna

Calm and Peace – Blue Harmony - Green Happiness and Fun – Yellow Energy & Creativity - Orange Neutrality - Gray Hunger, Food, Eating - All Warm Colors: Yellow, Orange, Gold, Red and Brown are all colors that will make you hungry. Most fast food restaurants use warm colors for their logos, packaging and inside their restaurants. Youth, Revival, Renewal - Turquoise Dignity and Self-Respect - Purple Passion - Reds, Purples and Violets Comfort, Home - Browns and Earth Tones Power - Red Environmental, Natural -Green Cleanliness, Purity - White Strength and Stability - Black Royalty - Purple Spirituality - Depends on the faith, but Blue, Orange and Purple are the most popular Solid, Practical - Gray (gray is also the easiest color on the eye) Wealth, Money - Metallics, Green, Black Danger, Alarm - Red Femininity – Pink

Dalam perancangan kamar Wisma Atlet Senayan ini, akan memperhatikan

hal-hal di atas, namun faktor warna akan lebih ditonjolkan dalam

perancangan kamar atlet.

Page 18: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

29  

II.3 Kelengkapan Data dan Relevansi Pustaka Pendukung

II.3.1 State Of The Art (Jurnal Ilmiah)

Berdasarkan studi kasus yang dilakukan oleh M. Sahid Indraswara

mengenai Penempatan Furniture dan Pemakaian Warna dalam Kamar Tidur

Hotel Nugraha Wisata,Bandung, terdapat 3 tipe kamar, diantaranya :

• Kamar Moderate

Pemakaian Warna Lantai. Lantai yang dipakai untuk kamar moderate

menggunakan keramik halus ukuran 30x30cm berwarna merah marun.

Dinding. Untuk finishing pada dinding menggunakan cat warna putih.

Agar dapat dikontraskan dengan perabot yang memakai warna gelap.

Plafond. Untuk plafond menggunakan material anyaman bambu dan

triplek yang disusun tingkat kebawah agar dapat membuat kesan kamar

lebih privat, dengan finishing cat warna putih untuk triplek dan plitur

natural untuk anyaman bambunya.

Furnitur. Untuk furnitur menggunakan finishing cat warna coklat tua

dengan teknik melamin. Gambar II.3.1.1 Denah Kamar Moderate

Page 19: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

30  

• Kamar Superior

Pemakaian Warna Lantai. Lantai yang dipakai untuk kamar Superior

menggunakan karpet berwarna hijau karena disesuaikan dengan konsep

interior natural.

Dinding. Untuk finishing pada dinding menggunakan cat warna putih.

Agar dapat dikontraskan dengan perabot yang memakai warna hijau

metalik.

Plafond. Untuk plafond menggunakan material dari triplek yang

kemudian difinishing dengan cat warna putih untuk memberi kesan

lembut.

Furnitur. Furniture mengunakan warna hijau metalik dengan teknik cat

duco. Gambar II.3.1.2 Denah Kamar Superior

Page 20: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

31  

• Kamar Suite

Pemakaian Warna Lantai lantai yang dipakai untuk kamar Suite

menggunakan karpet berwarna hijau tua.

Dinding. Untuk finishing pada dinding menggunakan cat warna putih.

Plafond. Untuk plafond menggunakan material anyaman bambu dan

triplek, dengan finishing cat warna putih untuk triplek dan plitur natural

untuk anyaman bambunya.

Furnitur. Furniture mengunakan warna coklat tua, kuning, putih

marmer. Gambar II.3.1.3 Denah Kamar Suite

Berdasarkan penelitian tersebut, disimpulkan bahwa :

Ada hubungan antara pemakaian warna dan penataan furniture terhadap

kesan ruang yang ditangkap oleh pengamat atau pengunjung. Pada

perancangan ruang kamar tidur hotel resort, perlu diketahui kegiatan yang

ada di dalamnya yaitu pengunjung beristirahat dan suasana ruang harus

mendukung kegiatan tersebut. Suasana pada ruang kamar tidur hotel resort

Page 21: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

32  

harus memenuhi suasana tempat beristirahat yaitu suasana santai, nyaman,

hangat, tenang dan aman.

Tujuan tersebut dapat dicapai dengan pengolahan elemen-elemen pada

ruang dalam kamar. Dalam pembahasan ini adalah pemakaian warna dan

penataan furniture. Warna dapat digunakan untuk menekankan atau

memperjelas karakter suatu obyek, memberikan aksen pada bentuk

bahannya dan berpengaruh pada perasaan si pengamat atau pemirsa.

Penataan furniture juga dapat membantu membangun suasana yang ingin

dicapai dari fungsi ruang tersebut. Oleh karena itu, penataan furniture dan

pemakaian warna sangat berperan di dalam proses perancangan sebuah

ruang kamar tidur pada hotel resort dan lingkungan fisiknya sehingga

diharapkan bisa mendukung aktivitas pengunjung yang beristirahat dengan

menginap pada hotel tersebut.

Dari hasil analisis studi kasus pada hotel Nugraha Wisata :

- bila ditinjau dari penataan furniture, ruang ruang tidur hotel Nugraha

Wisata mempunyai bentuk penataan furniture yang berorientasi pada

fungsi sebuah ruang tidur yang lega serta penataan perabot yang serasi

dan indah.

- bila ditinjau dari pewarnaan ruangnya, ruang – ruang tidur pada hotel

Nugraha Wisata menggunakan warna-warna natural yang menimbulkan

kesan alami,hangat, menarik, santai, lembut dan sejuk.

Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ekspresi ruang-

ruang tidur hotel Nugraha Wisata dari ketiga type memiliki kesamaan dalam

memunculkan kesan ruang tidur yang memakai kesan natural, tenang dan

nyaman. Jadi dalam perancangan suatu ruang tidur hotel resort perlu

dimunculkan kesan yang sesuai dengan karakteristik dari hotel resort pada

umumnya. Karakteristik yang muncul berupa suatu kesan keruangan yang

alami, penuh dengan unsur ketenangan, santai dan nyaman. Kesan yang

muncul inilah yang mempunyai pengaruh pada pengunjung yang

membutuhkan suatu ruang yang tenang dan santai. Kesan ruang ini dapat

Page 22: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

33  

muncul melalui pembentukan dan pengolahan perancangan ruang, serta

pewarnaan ruang yang memenuhi syarat perancangan suatu ruang tidur hotel

resort.

Dari pembahasan-pembahasan di atas maka dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa ekspresi warna dan bentuk penataan furniture yang

dihasilkan sangat mempengaruhi keberhasilan suatu perancangan dan

perencanaan ruang tidur. Bentuk ruang dan warna menjadi suatu kesatuan

yang saling mendukung dalam menciptakan suatu makna ruang.

Mengenai penggunaan warna pada interior pada ruang tidur hotel resort,

sebaiknya menggunakan warna-warna yang lebih hangat dan tenang .

Warna-warna yang direkomendasikan berupa:

Warna Merah Keoranyean

Warna merah keoranyean memberi kesan kehangatan, perasaan riang serta

menarik dan menyenangkan. Warna merah lebih santai daripada warna putih

yang berkesan monoton.

Orange

Warna oranye merupakan perpaduan warna merah dan kuning. Warna ini

merupakan warna paling hangat diantara warna yang lainnya. Warna ini

mengekspresikan kegembiraan, ceria, riang dan bersemangat.

Biru

Warna biru termasuk warna dingin yang berwatak tenang, santai, sejuk,

nyaman dan sederhana.

Penggunaan pola-pola dekorasi diharapkan lebih menarik dan tidak

monoton, sehingga dapat diharapkan menarik pengunjung untuk betah

menginap. Untuk menambah faktor pewarnaan pada ruang tidur dapat

digunakan pewarnaan ruang dengan pencahayaan dari lampu-lampu

warna,khususnya lampu-lampu spot yang lebih terfokus pada suatu bagian.

Page 23: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

34  

II.3.2 Studi Banding

Adanya studi literature dan studi banding yang mendukung penulisan

tugas akhir ini, diantaranya adalah :

Wisma Sejahtera Surabaya

Wisma ini berlokasi di Jl. Ketintang Selatan No. 77, Surabaya berfungsi

untuk penginapan sementara bagi masyarakat umum yang membutuhkan,

terdiri dari 2 lantai. Gambar II.3.2.1 Denah Lantai 1 dan 2 Wisma Sejahtera

(Sumber : http://www.wismasejahterasurabaya.blogspot.com)

Terdapat 4 tipe kamar, diantaranya adalah :

- Kamar VIP Single bed (Single Bed Besar, TV, AC, kamar mandi dalam)

- Kamar untuk kapasitas 2 orang (2 Bed, TV, AC, kamar mandi dalam)

- Kamar untuk kapasitas 4 orang (4 Bed, AC, kamar mandi dalam)

- Kamar untuk kapasitas 6 orang (6 Bed, AC, kamar mandi dalam) Gambar II.3.2.2Tipe-Tipe Kamar Wisma Sejahtera

 

Page 24: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

35  

  (Sumber : http://www.wismasejahterasurabaya.blogspot.com)

Kampung Atlet di Surabaya Gambar II.3.2.3 Kampung Atlet di Surabaya

(Sumber : http://digilib.petra.ac.id)

Kampung atlet di Surabaya merupakan proyek yang berfungsi sebagai

sarana hunian bagi para atlet Surabaya pada saat pemusatan latihan daerah.

Fasilitas yang direncanakan yaitu hunian atlet, hunian pelatih, kantor

pengelola, ruang makan, hall of fame, ruang pemanasan, ruang fisik, ruang

rekreasi serta beberapa fasilitas pendukung dan servis. Keunikan desain

kampung atlet ini adalah mengekspos kehidupan dan budaya atlet pada saat

pelatda, yaitu selalu hidup sehat bugar dan berolahraga. Pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan simbolik, dengan tema “bridge” atau

jembatan. Makna jembatan disini tidak diterapkan secara harafiah, namun

diharapkan Kampung Atlet ini akan menjadi “jembatan” bagi masyarakat

untuk sadar dan mencintai olahraga dengan atlet sebagai role modelnya.

Suasana kampung diwujudkan dengan pola penataan massa yang linear,

Page 25: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

36  

keterbukaan, keterikatan dan solidaritas, untuk membentuk suasana yang

membuat atlet merasa nyaman dan betah berada disana ketika pelatda

berlangsung. Pendalaman desain karakter ruang menonjolkan fleksibilitas

desain kamar untuk memberikan suasana privasi namun juga kesempatan

untuk memperoleh ruang kumpul yang akrab. Gambar II.3.2.4 Kamar Atlet di Kampung Atlet Surabaya

(Sumber : http://digilib.petra.ac.id)

Metode pengumpulan data yang dipakai adalah :

- Studi Literatur

Studi pengenalan masalah untuk melengkapi data dan menganalisis masalah

yang berhubungan dengan proyek perencanaan dan perancangan Kampung

Atlet, seperti buku, artikel, majalah, serta situs internet yang mengandung

informasi yang menunjang proses analisa, perencanaan, dan perancangan

proyek.

- Studi Banding

Studi banding dengan bangunan serupa untuk mendapatkan gambaran yang

lebih obyektif tentang arah dan tujuan perancangan serta perencanaan

proyek.

- Survey Lapangan

Pengamatan langsung ke lokasi proyek untuk dapat mengetahui keadaan

lokasi yang sebenarnya.serta mencari potensi-potensi dan kendala yang ada

sehingga tercipta proses dan perencanaan proyek.

- Wawancara

Page 26: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

37  

Melalui proses tanya jawab dengan pihak yang berkaitan langsung, yaitu

para atlet, pelatih, dan pengelola sehingga data yang didapat digunakan

untuk melengkapi laporan perencanaan dan perancangan.

Gelanggang Olahraga Ragunan Foto II.3.2.5 Wisma Atlet Ragunan

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gelora Ragunan berlokasi di Jalan Harsono RM, Pasar Minggu,Jakarta

Selatan dibangun pada tahun 1973 dan diperuntukkan sebagai :

- Tempat penampungan bagi para atlet DKI Jakarta dalam pembinaan prestasi

olahraga.

- Pusat Pendidikan dan Pembinaan olahraga bagi pelajar-pelajar berprestasi

dalam olahraga.

- Training Centre bagi atlet-atlet Nasional sebelum mengikuti event-event

Internasional.

- Tempat penataran organisasi olahraga serta badan-badan fungsional lainnya

pada waktu-waktu tertentu dalam peningkatan Program Kerja Olahraga. Gambar II.3.2.6 Peta Kawasan Gelora Ragunan

Page 27: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

38  

Pada kawasan Gelora Ragunan terdapat Wisma Atlet, yang terdiri dari 3

lantai dimana pada lantai1 lantai 1 terdiri dari 20 kamar untuk wanita, lantai

2 terdiri dari 26 kamar untuk pria, dan lantai 3 terdiri dari 26 kamar untuk

pelatnas.Pencapaian ke Gelora Ragunan ini dapat dikatakan tidak terlalu

mudah karena sedikitnya kendaraan umum yang masuk ke dalam kawasan

ini. Hal tersebut dirasakan oleh beberapa atlet yang tinggal di wisma ini,

mereka mengatakan bahwa sulit untuk berpergian dengan menggunakan

kendaraan umum. Gambar II.3.2.7 Denah Wisma Atlet Ragunan Lantai 1

Gambar II.3.2.8 Denah Wisma Atlet Ragunan Lantai 2 & 3

Wisma ini juga menyediakan kamar untuk disewakan sehingga

masyarakat umum juga bisa menetap di wisma ini. 1 kamar tidur diisi oleh

2-4 orang, dilengkapi dengan ranjang susun, kamar mandi, AC, meja, lemari

pakaian.

Untuk pintu pada kamar wisma atlet ragunan ini menggunakan swing

door dengan ukuran tinggi 2,4m dan lebar 85cm dan juga terdapat 2 buah

jendela dengan ukuran tinggi 2m dan lebar 50cm, dilengkapi pula beberapa

bovenlicht kecil.

Gudang

Kamar

Taman

Plaza

Kantor

Ruang Seminar

Mushola

Page 28: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

39  

Gambar II.3.2.9 Denah Kamar Wisma Ragunan Foto II.3.2.1 Jendela dan Pintu Kamar Wisma Ragunan

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

London Athlete Village Gambar II.3.2.10 London Athlete Village

(Sumber : http://www.thisislondon.co.uk)

Perkampungan atlet London ini didirikan untuk digunakan pada event

Olimpiade 2012. Pada perkampungan atlet ini terdapat fasilitas-fasilitas serta hunian

untuk para atlet sebanyak 2400 unit yang terbagi dalam 14 bangunan, tiap bangunan

memiliki 10 lantai. Luasan kamar tersebut tidak kurang dari 12m², 1 kamar diisi oleh

2 orang atlet. Total tempat tidur pada penginapan atlet tersebut adalah 16.900 buah,

10.500 untuk atlet-atlet, 6.400 untuk team officials.

Page 29: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

40  

Gambar II.3.2.11 Kamar Atlet di Perkampungan Atlet London

(Sumber : http://www.thisislondon.co.uk)

Daegu Athlete Village Gambar II.3.2.12 Daegu Athlete Village

(Sumber : http://daegu2011.blogspot.com)

Perkampungan atlet Daegu berlokasi di Yulha 2 Housing Development District,

Dong-gu, luas lahan yang dipakai untuk hunian atlet sebesar 49.975m². Menurut

Mr.Young Soo Kim, Direktur Daegu Athlete Village, kondisi fisik dan mental atlet-

atlet adalah kunci dari acara perlombaan internasional para atlet. Oleh karena itu,

perkampungan atlet harus memiliki ruang yang nyaman.

Hal utama dalam perkampungan atlet ini adalah kenyamanan. Perkampungan

atlet Daegu berlokasi di depan sungai dan tingkat kepadatan kendaraan pun rendah.

Sebagai tambahan, tidak hanya akomodasi tetapi ada 20 fasilitas penunjang yang

disediakan untuk para atlet, seperti salon, bank, laundry, kantor pos, dll.

Page 30: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

41  

Penginapan untuk para atlet akan dibagi menjadi 4 gaya yang berbeda; ada 528

unit di 9 bangunan dimana tersedia sebanyak 2.032 kamar. Diperkirakan sebanyak

3.500 atlet dan 930 staff dapat tinggal disana. Dalam kamar atlet tersebut tidak hanya

tersedia tempat tidur dan meja, tetapi disediakan juga lampu untuk membaca, coffee

pot, microwaves, meja, dan juga sofa sehingga atlet-atlet dapat beristirahat dengan

nyaman. Gambar II.3.2.13 Kamar Atlet di Perkampungan Atlet Daegu

(Sumber : http://daegu2011.blogspot.com/2011)

Dari studi literatur dan studi banding yang telah dibahas, maka disimpulkan

perilaku istirahat yang mempengaruhi karakteristik kamar sebagai berikut :

Perilaku Istirahat Atlet

Tidur

Mengobrol

Membaca

Karakteristik Kamar

Bentuk

Dimensi dan Proporsi

Penghawaan

Warna

Pencahayaan

Kebisingan

Tabel II.3.2.1 Perbandingan Beberapa Wisma Atlet Wisma Atlet Ragunan London Daegu

Bentuk segiempat segiempat segiempat Perabot Tempat tidur,

lemari, meja kerja dan kursi,

Tempat tidur, lemari,nakas

Tempat tidur,lampu

untuk

Page 31: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

42  

nakas membaca, coffee pot,

microwaves, meja, sofa

Tipe Kamar

adanya perbedaan kamar atlet

cabang olahraga

individu dan beregu,

perbedaan kamar pria dan

wanita

adanya perbedaan

kamar antar pria dan wanita

adanya perbedaan kamar atlet

cabang olahraga

individu dan beregu, antar

pria dan wanita

Kapasitas 2-4 orang 2 orang 1-2 orang Ukuran Kamar ± 4m x 6,5m ± 3m x 4m ± 4m x 5m

Pintu Swing door 200cm x 85cm

Ada Ada

Jendela Ada(2buah) 200cm x 50cm

Ada 240cm x 70cm

Ada 70cm x 120cm

Secara umum, perbandingan wisma atlet dengan wisma umum adalah sebagai berikut :Tabel II.3.2.2 Perbandingan Wisma Atlet dan Wisma Umum

Wisma

Wisma Atlet Wisma Umum

Perabot Secara umum, tempat tidur, lemari, meja kerja dan kursi, nakas

Secara umum, tempat tidur, lemari, meja kerja dan kursi, nakas, TV, sofa/tempat duduk.

Bentuk segiempat segiempat

Tipe Kamar memiliki beberapa macam tipe kamar, adanya perbedaan kamar berdasarkan cabang olahraga dan juga perbedaan gender

memiliki beberapa macam tipe kamar dengan berbagai daya tampung, tidak ada perbedaan kelompok kamar, biasanya untuk hunian sementara keluarga atau keperluan bisnis.

Pintu swing door swing door

Jendela ada ada

Page 32: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

43  

II.3.3 DataTapak

Lokasi tapak yang akan digunakan untuk proyek kali ini adalah di

gedung Wisma Fajar, Senayan. Wisma Fajar, Senayan terdiri dari 3 tower,

yang masing-masing towernya terdapat 10 lantai dan berisi 20 unit. Setiap 1

lantai tipikal Wisma Fajar hanya memiliki 2 unit, kedua unit tersebut

memiliki desain sangat mirip dengan desain unit apartemen pada umumnya.

Hal itu disebabkan pada awalnya bangunan tersebut diperuntukkan sebagai

mess bagi pegawai Singapura di Jakarta, bukan wisma atlet pada umumnya

sehingga sekarang para atlet menempati Hotel Century. Menurut hasil

wawancara, wisma fajar tersebut akan dihancurkan dan di desain sesuai

dengan kebutuhan para atlet.

Wisma Atlet digunakan pada saat pelatihan dan juga pertandingan

dalam skala nasional maupun internasional. Dalam pertandingan Sea Games,

para atlet akan menempati wisma selama ±5bulan, atlet-atlet tersebut juga

akan didampingi pelatihnya dan tim official.

• Lokasi Tapak : Jl Pintu I Gelora Senayan, Jakarta Pusat Gambar II.3.3.1 Peta Lokasi Tapak

(Sumber : Dinas Tata Kota)

• Peruntukan lahan : Hunian bagi atlet

• Luas Lahan : 10891 m²

• KDB : 20 %

U

Page 33: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

44  

20 % x 10891 m² =

2178,2 m²

• KLB : 2,5

2,5 x 10891 m² = 27227,5 m²

• Batas Area Lahan :

- Utara : Jalan Pintu Satu Senayan & Kawasan Gelora

Bung Karno Senayan

- Timur : Hotel Atlet Century, Gedung Pendidikan, &

FX Lifestyle X’nter

- Barat : Gedung Koni Pusat & Jalan Asia Afrika

- Selatan : Wisma Serba Guna

• GSB : 10 m ,dan 8 m

• Ketinggian Maksimum : 24 Lantai

DATA KONDISI TAPAK DAN SEKITARNYA

• Jenis Kegiatan di tapak dan sekitarnya

Diatas tapak : terdapat hunian dan juga kegiatan jual-beli yang berupa

kantin.

Bagian timur : terdapat hunian (Hotel Atlet Centry), perkantoran (Gedung

Pendidikan), dan FX Lifestyle X’nter (bisnis /kegiatan jual

beli).

Barat : terdapat perkantoran (Gedung KONI Pusat).

Utara : terdapat kawasan olahraga.

Selatan : terdapat perkantoran (Wisma Serbaguna).

• Sirkulasi Kendaraan dan Pejalan Kaki

Terdapat pedestrian dengan lebar ±1,2m-1,8m disekitar tapak yang dapat

digunakan oleh pejalan kaki. Tapak juga dikelilingi oleh beberapa jalan

besar, diantaranya :

Jalan Jendral Sudirman

- Kendaraan dapat berlalu lalang melalui 2 arah

- Kepadatan kendaraan relatif tinggi, sering terjadi kemacetan

Page 34: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

45  

- Terdapat jalur busway

Jalan Asia Afrika

- Kendaraan dapat berlalu lalang melalui 2 arah

- Kepadatan kendaraan lebih rendah bila dibandingkan dengan Jalan

Jendral Sudirman, sering terjadi kemacetan

- Dilalui jalur busway

Jalan Pintu Gelora 1

- Kendaraan dapat berlalu lalang melalui 2 arah

- Kepadatan kendaraan lebih rendah bila dibandingkan dengan Jalan

Jendral Sudirman dan Jalan Asia Afrika

- Tidak dilalui jalur busway

Jalan Manila

- Kendaraan dapat berlalu lalang melalui 2 arah

- Kepadatan kendaraan paling rendah bila dibandingkan dengan Jalan

Jendral Sudirman, Jalan Asia Afrika, dan Jalan Pintu Gelora 1

- Tidak dilalui jalur busway

Jalan tersebut ramai dipadati oleh kendaraan pada jam-jam kerja, terutama

pada jam 7-9 pagi, namun pada sore sampai malam hari relatif lebih ramai

karena terdapat kawasan mall (FX), sekitar pukul 5-10 malam.

• Ketinggian Bangunan Sekitar Tapak Gambar II.3.3.2 Jumlah lapis bangunan di sekitar

20‐30 lt

1 lt

1‐2 lt

2‐15 lt

U

Page 35: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00137-AR Bab 2.pdf · 16 Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar

46  

• Orientasi Matahari dan Arah Angin

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 secara geografis

Jakarta terletak pada posisi 6°12' Lintang Selatan dan 106°48' Bujur Timur.

Posisi tersebut menempatkan Jakarta pada posisi sedikit di bagian selatan

garis edar matahari / garis ekuator. Sedangkan arah angin yang ada pada

tapak, sebagian besar datang dari arah barat daya dengan kecepatan 0,6-1,4

m/s.

• Jaringan Pembuangan dan Utilitas

Topografi tapak cenderung rata atau tidak berkontur, terdapat sumur resapan

pada bagian utara tapak untuk jaringan pembuangan, dan sebagian dibuang

ke riol kota. Wisma Fajar juga sudah mengguakan air PAM untuk sumber

air bersih.