BAB II THT Penelitian

download BAB II THT Penelitian

of 10

Transcript of BAB II THT Penelitian

  • 8/18/2019 BAB II THT Penelitian

    1/10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Definisi

    Tonsilektomi adalah operasi pengangkatan satu atau kedua tonsil palatina.

    Tonsiloadenoidektomi adalah pengangkatan tonsil palatina dan jaringan limfoid di nasofaring

    yang dikenal sebagai adenoid atau tonsil faringeal.1,2,3,5

    2.2. Epidemiologi

    Tonsilektomi merupakan prosedur operasi yang praktis dan aman, namun tidak berarti

    tonsilektomi merupakan operasi minor karena tetap memerlukan keterampilan dan ketelitian

    yang tinggi dari operator dalam pelaksanaannya. Di AS karena kekhaatiran komplikasi,

    tonsilektomi digolongkan pada operasi mayor. Di !ndonesia, tonsilektomi digolongkan pada

    operasi sedang karena durasi operasi pendek dan teknik tidak sulit.

    "ada aal tahun 1#$% dan 1#&%'an, telah dilakukan 1 sampai 2 juta tonsilektomi,

    adenoidektomi atau gabungan keduanya setiap tahunnya di Amerika Serikat.  Angka ini

    menunjukkan penurunan dari aktu ke aktu dimana pada tahun 1##$, diperkirakan 2(&.%%%

    anak'anak di baah 15 tahun menjalani tonsilektomi, dengan atau tanpa adenoidektomi. Dari

     jumlah ini, 2)(.%%% anak *($,)+ menjalani tonsiloadenoidektomi dan 3#.%%% lainnya

    *13,$+ menjalani tonsilektomi saja. Tren serupa juga ditemukan di Skotlandia. Sedangkan

     pada orang deasa berusia 1$ tahun atau lebih, angka tonsilektomi meningkat dari &2 per 

    1%%.%%% pada tahun 1##% *2.#1# operasi menjadi &( per 1%%.%%% pada tahun 1##$ *3.2%%

    operasi.1

    Di !ndonesia, data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi atau

    tonsiloadenoidektomi belum ada. -amun, data yang didapatkan dari S/"-0 selama 5

    tahun terakhir *1###'2%%3 menunjukkan keenderungan penurunan jumlah operasitonsilektomi. enomena ini juga terlihat pada jumlah operasi tonsiloadenoidektomi dengan

     punak kenaikan pada tahun kedua *2&5 kasus dan terus menurun sampai tahun 2%%3 *152

    kasus. Sedangkan data dari rumah sakit atmaati dalam 3 tahun terakhir *2%%2'2%%)

    menunjukkan keenderungan kenaikan jumlah operasi tonsilektomi dan penurunan jumlah

    operasi tonsiloadenoidektomi.1

    2.3. Embriologi dan Anaomi Tonsil

    2.3.1. Embriologi

    1

  • 8/18/2019 BAB II THT Penelitian

    2/10

    "ada permulaan pertumbuhan tonsil, terjadi in4aginasi kantong brakial ke !! ke

    dinding faring akibat pertumbuhan faring ke lateral. Selanjutnya terbentuk fosa tonsil

     pada bagian dorsal kantong tersebut, yang kemudian ditutupi epitel. agian yang

    mengalami in4aginasi akan membagi lagi dalam beberapa bagian, sehingga terjadi

    kripta. 6ripta tumbuh pada bulan ke 3 hingga ke $ kehidupan janin, berasal dari epitel

     permukaan. "ada bulan ke 3 tumbuh limfosit di dekat epitel tersebut dan terjadi nodul

     pada bulan ke $, yang akhirnya terbentuk jaringan ikat limfoid. 6apsul dan jaringan ikat

    lain tumbuh pada bulan ke 5 dan berasal dari mesenkim, dengan demikian terbentuklah

    massa jaringan tonsil.1

    2.3.2. Anaomi 1, $, &

    0inin aldeyer merupakan jaringan limfoid yang mengelilingi faring. agian

    terpentingnya adalah tonsil palatina dan tonsil faringeal *adenoid. /nsur yang lain

    adalah tonsil lingual, gugus limfoid lateral faring dan kelenjar'kelenjar limfoid yang

    tersebar dalam fosa osenmuller, di baah mukosa dinding posterior faring dan dekat

    orifisium tuba eustahius.

    a. Tonsil Palaina

    Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa

    tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior *otot palatoglosus

    dan pilar posterior *otot palatofaringeus. Tonsil berbentuk o4al dengan panjang 2'5 m,

    masing'masing tonsil mempunyai 1%'3% kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil.

    Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya

    dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh7

    ' 8ateral9 m. konstriktor faring superior 

    ' Anterior 9 m. "alatoglosus

    ' "osterior 9 m. "alatofaringeus

    ' Superior 9 palatum mole

    ' !nferior 9 tonsil lingual

    2

  • 8/18/2019 BAB II THT Penelitian

    3/10

    :ambar 1. 0a4um oral

    Seara mikroskopik tonsil terdiri atas 3 komponen yaitu jaringan ikat, folikel

    germinati4um *merupakan sel limfoid dan jaringan interfolikel *terdiri dari jaringan

    linfoid. Tedapat klasifikasi ukuran tonsil palatine, yaitu 7

    :ambar 2. ;ubungan ukuran tonsil dan besarnya obstruksi pernapasanan yang terjadi

    /kuran ini berkaitan dengan ada atau tidaknya tanda'tanda obstruksi

     pernapasan. Tonsil alaupun para pakar anatomi menyangkal adanya kapsul ini, tetapi para

    3

  • 8/18/2019 BAB II THT Penelitian

    4/10

    klinisi menyatakan baha kapsul adalah jaringan ikat putih yang menutupi )?5 bagian

    tonsil.

    d. Pli$a Triang#laris

    Diantara pangkal lidah dan bagian anterior kutub baah tonsil terdapat plika

    triangularis yang merupakan suatu struktur normal yang telah ada sejak masa embrio.

    Serabut ini dapat menjadi penyebab kesukaran saat pengangkatan tonsil dengan jerat.

    6omplikasi yang sering terjadi adalah terdapatnya sisa tonsil atau terpotongnya pangkal

    lidah.

    e. Pendara%an

    Tonsil mendapat pendarahan dari abang'abang A. karotis eksterna, yaitu 1 A.

    maksilaris eksterna *A. fasialis dengan abangnya A. tonsilaris dan A. palatina

    asenden@ 2 A. maksilaris interna dengan abangnya A. palatina desenden@ 3 A.

    lingualis dengan abangnya A. lingualis dorsal@ ) A. faringeal asenden. 6utub baah

    tonsil bagian anterior diperdarahi oleh A. lingualis dorsal dan bagian posterior oleh A.

     palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh A. tonsilaris. 6utub

    atas tonsil diperdarahi oleh A. faringeal asenden dan A. palatina desenden. ena'4ena

    dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik 

    melalui pleksus 4ena di sekitar kapsul tonsil, 4ena lidah dan pleksus faringeal.

    :ambar 3. "embuluh darah yang memperdarahi tonsil palatina

    f. Aliran gea% bening

    Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening

    ser4ikal profunda *deep jugular node bagian superior di baah .

    Sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus

    4

  • 8/18/2019 BAB II THT Penelitian

    5/10

    torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh

    getah bening aferen tidak ada.

    g. Persarafan

    Tonsil bagian atas mendapat sensasi dari serabut saraf ke melalui ganglion

    sfenopalatina dan bagian baah dari saraf glosofaringeus.

    %. Im#nologi Tonsil

    Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit, %,1'%,2+ dari

    keseluruhan limfosit tubuh pada orang deasa. "roporsi limfosit dan T pada tonsil

    adalah 5%+75%+, sedangkan di darah 55'&5+715'3%+. "ada tonsil terdapat sistim imun

    kompleks yang terdiri atas sel *sel membran, makrofag, sel dendrit dan A"0s

    *antigen presenting cells yang berperan dalam proses transportasi antigen ke sel

    limfosit sehingga terjadi sintesis imunoglobulin spesifik. Buga terdapat sel limfosit ,

    limfosit T, sel plasma dan sel pembaa !g:.

    Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi

    dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama

    yaitu 1 menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif@ 2 sebagai organ

    utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.

    2.3.3. Tonsil !aringeal &Adenoid'

    Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan

    limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. 8obus atau segmen tersebut

    tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah eruk dengan elah atau

    kantong diantaranya. 8obus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di

     bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus.

    Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Baringan adenoid di nasofaring

    terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, alaupun dapat meluas ke fosa

    osenmuller dan orifisium tuba eustahius. /kuran adenoid ber4ariasi pada masing'

    masing anak. "ada umumnya adenoid akan menapai ukuran maksimal antara usia 3'&

    tahun kemudian akan mengalami regresi.

    2.4. Indikasi Tonsilektomi

    !ndikasi tonsilektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat perbedaan

     prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsilektomi pada saat ini. Dulu tonsilektomi

    diindikasikan untuk terapi tonsilitis kronik dan berulang. Saat ini, indikasi yang lebih utama

    adalah obstruksi saluran napas dan hipertrofi tonsil.

    5

  • 8/18/2019 BAB II THT Penelitian

    6/10

    /ntuk keadaan emergency  seperti adanya obstruksi saluran napas, indikasi

    tonsilektomi sudah tidak diperdebatkan lagi *indikasi absolut. -amun, indikasi relatif 

    tonsilektomi pada keadaan non emergency dan perlunya batasan usia pada keadaan ini masih

    menjadi perdebatan. Sebuah kepustakaan menyebutkan baha usia tidak menentukan boleh

    tidaknya dilakukan tonsilektomi.1

    1. Indi$asi Absol# *AAC

    a. "embengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat,

    gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner 

    b. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase

    ". Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam

    d. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi

      2. Indi$asi (elaif *AAC'

    a. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan

    terapi antibiotik adekuat

    b. ;alitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan

     pemberian terapi medis

    ". Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang

    tidak membaik dengan pemberian antibiotik 'laktamase resisten

    "ada keadaan tertentu seperti pada abses peritonsilar *Euinsy, tonsilektomi dapat

    dilaksanakan bersamaan dengan insisi abses.

    Saat mempertimbangkan tonsilektomi untuk pasien deasa harus dibedakan apakah

    mereka mutlak memerlukan operasi tersebut atau hanya sebagai kandidat. Dugaan keganasan

    dan obstruksi saluran nafas merupakan indikasi absolut untuk tonsilektomi. Tetapi hanya

    sedikit tonsilektomi pada deasa yang dilakukan atas indikasi tersebut, kebanyakan karena

    infeksi kronik. Akan tetapi semua bentuk tonsilitis kronik tidak sama, gejala dapat sangat

    sederhana seperti halitosis, debris kriptus dari tonsil *Fcryptic tonsillitisG dan pada keadaan

    yang lebih berat dapat timbul gejala seperti nyeri telinga dan nyeri atau rasa tidak enak di

    tenggorok yang menetap. !ndikasi tonsilektomi mungkin dapat berdasarkan terdapat dan

     beratnya satu atau lebih dari gejala tersebut dan pasien seperti ini harus dipertimbangkan

    sebagai kandidat untuk tonsilektomi karena gejala tersebut dapat mempengaruhi kualitas

    hidup alaupun tidak menganam nyaa.1

    6

  • 8/18/2019 BAB II THT Penelitian

    7/10

    2.). Konraindi$asi

    Terdapat beberapa keadaan yang disebutkan sebagai kontraindikasi, namun bila

    sebelumnya dapat diatasi, operasi dapat dilaksanakan dengan tetap memperhitungkan imbang

    Fmanfaat dan risikoG. 6eadaan tersebut adalah71,3

    1. :angguan perdarahan

    2. isiko anestesi yang besar atau penyakit berat

    3. Anemia

    ). !nfeksi akut yang berat

    2.*. Te$ni$ +perasi Tonsile$omi

    Terdapat beberapa teknik operasi tonsilektomi. "emelihan teknik operasi tersebut

    difokuskan pada mortalitas seperti nyeri, perdarahan peri dan paska operasi, durasi operasi,

    serta kemampuan dan pengalaman ahli bedah, dan juga ketersedian teknologi yang

    mendukung. Di !ndonesia teknik terbanyak yang dilakukan adalah teknik :ullotine dan

    diseksi1

    1. ,ara -#illoine

    Diperkenalkan pertama kali oleh "hilip "hysik *1(2( dari "hiladelphia, sedangkan

    ara yang masih digunakan sampai sekarang adalah modifikasi Sluder. Di negara'negara

    maju ara ini sudah jarang digunakan dan di !ndonesia ara ini hanya digunakan pada anak'

    anak dalam anestesi umum. Teknik 7

    a. "osisi pasien telentang dalam anestesi umum. Cperator di sisi kanan berhadapan

    dengan pasien.

     b. Setelah relaksasi sempurna otot faring dan mulut, mulut difiksasi dengan pembuka

    mulut. 8idah ditekan dengan spatula.

    . /ntuk tonsil kanan, alat guillotine dimasukkan ke dalam mulut melalui sudut kiri.

    d. /jung alat diletakkan diantara tonsil dan pilar posterior, kemudian kutub baah tonsil

    dimasukkan ke dalam !ubang guillotine. Dengan jari telunjuk tangan kiri pilar anterior 

    ditekan sehingga seluruh jaringan tonsil masuk ke dalam !ubang guillotine.

    e. "iu alat ditekan, pisau akan menutup lubang hingga tonsil terjepit.

    f. Setelah diyakini seluruh tonsil masuk dan terjepit dalam lubang guillotine, dengan

     bantuan jari, tonsil dilepaskan dari jaringan sekitarnya dan diangkat keluar.

    "erdarahan diraat.

    2. ,ara dise$si

    7

  • 8/18/2019 BAB II THT Penelitian

    8/10

    0ara ini diperkenalkan pertama kali oleh >augh *1#%#. 0ara ini digunakan pada

     pembedahan tonsil orang deasa, baik dalam anestesi umum maupun lokal. Teknik 7

    a. ila menggunakan anestesi umum, posisi pasien terlentang dengan kepala sedikit

    ekstensi. "osisi operator di proksimal pasien.

     b. Dipasang alat pembuka mulut Boyle-Davis gag.

    . Tonsil dijepit dengan unam tonsil dan ditarik ke medial

    d. Dengan menggunakan respatorium?enukleator tonsil, tonsil dilepaskan dari fosanya

    seara tumpul sampai kutub baah dan selanjutnya dengan menggunakan jerat tonsil,

    tonsil diangkat. "erdarahan diraat.

    3. ,rogeni" onsile"om

    Tindakan pembedahan tonsil dapat menggunakan aracryosurgery yaitu proses

     pendinginan jaringan tubuh sehingga terjadi nekrosis. ahan pendingin yang dipakai adalah

    freon dan airan nitrogen.1

    /. Te$ni$ ele$ro$a#er

    Teknik ini memakai metode membakar seluruh jaringan tonsil disertai kauterisasi

    untuk mengontrol perdarahan. "ada bedah listrik transfer energi berupa radiasi

    elektromagnetik untuk menghasilkan efek pada jaringan. rekuensi radio yang digunakan

    dalam spektrum elektromagnetik berkisar pada %,1 hingga )hH. "ada teknik ini elektroda

    tidak menjadi panas, panas dalam jaringan terbentuk karena adanya aliran baru yang dibuat

    dari teknik ini. Teknik ini menggunakan listrik 2 arah *A0 dan pasien termasuk dalam jalur 

    listrik *eletrial pathay.

    Teknik bedah listrik yang paling paling umum adalah monopolar blade, monopolar 

    sution, bipolar dan prosedur dengan bantuan mikroskop. Tenaga listrik dipasang pada

    kisaran 1% sampai )% > untuk memotong, menyatukan atau untuk koagulasi.

    ). Te$ni$ (adiofre$#ensi

    "ada teknik ini elektrode radiofrekuensi disisipkan langsung ke jaringan. Densitas

     baru di sekitar ujung elektrode ukup tinggi untuk membuka kerusakan bagian jaringan

    melalui pembentukan panas. Selama periode )'$ minggu, daerah jaringan yang rusak 

    mengeil dan total 4olume jaringan berkurang.

    *. Te$ni$ S$apel 0armoni$

    8

  • 8/18/2019 BAB II THT Penelitian

    9/10

    Skalpel harmonik menggunakan teknologi ultrasonik untuk memotong dan

    mengkoagulasi jaringan dengan kerusakan jaringan minimal. Teknik ini menggunakan suhu

    yang lebih rendah dibandingkan elektrokauter dan laser. Dengan elektrokauter atau laser,

     pemotongan dan koagulasi terjadi bila temperatur sel ukup tinggi untuk tekanan gas dapat

    memeah sel tersebut *biasanya 15%%0')%%%0, sedangkan dengan skalpel harmonik 

    temperatur disebabkan oleh friksi jauh lebih rendah *biasanya 5%%0 '1%%%0. Sistim skalpel

    harmonik terdiri atas generator 11% olt, handpiee dengan kabel penyambung, pisau bedah

    dan pedal kaki.

    Dan terdapat beberapa teknik operasi tonsilektomi lainnya.

    2.. Kompli$asi

    Tonsilektomi merupakan tindakan bedah yang dilakukan dengan anestesi umum

    maupun lokal, sehingga komplikasi yang ditimbulkannya merupakan gabungan komplikasi

    tindakan bedah dan anestesi. Sekitar 1715.%%% pasien yang menjalani tonsilektomi meninggal

     baik akibat perdarahan maupun komplikasi anestesi dalam 5'& hari setelah operasi.1,2,(

    2..1. Kompli$asi anesesi

    6omplikasi terkait anestesi terjadi pada 171%.%%% pasien yang menjalani

    tonsilektomi dan adenoidektomi *brookood ent assoiates. 6omplikasi ini terkait

    dengan keadaan status kesehatan pasien. Adapun komplikasi yang dapat ditemukan

     berupa7

    - 8aringospasme

    - :elisah pasa operasi

    - ual muntah

    - 6ematian saat induksi pada pasien dengan hipo4olemi

    - !nduksi intra4ena dengan pentotal bisa menyebabkan hippotensi dan

    henti jantung

    - ;ipersensitif terhadap obat anestesi

    2..2. Kompli$asi beda%

    a. Perdara%an

    erupakan komplikasi tersering *%,1'(,1+ dari jumlah kasus. "erdarahan dapat

    terjadi selama operasi, segera sesudah operasi atau di rumah. 6ematian akibat perdarahan

    terjadi pada 1735.%%% pasien. Sebanyak 1 dari 1%% pasien kembali karena masalah

     perdarahan dan dalam jumlah yang sama membutuhkan transfusi darah.

    9

  • 8/18/2019 BAB II THT Penelitian

    10/10

    "erdarahan yang terjadi dalam 2) jam pertama dikenal sebagai early bleeding ,

     perdarahan primer atau Freactionary haemorrageG dengan kemungkinan penyebabnya

    adalah hemostasis yang tidak adekuat selama operasi. /mumnya terjadi dalam ( jam

     pertama. "erdarahan primer ini sangat berbahaya, karena terjadi seaktu pasien masih

    dalam pengaruh anestesi dan refleks batuk belum sempurna. Darah dapat menyumbat

     jalan napas sehingga terjadi asfiksia. "erdarahan dapat menyebabkan keadaan

    hipo4olemik bahkan syok.

    "erdarahan yang terjadi setelah 2) jam disebut dengan late/delayed bleeding  atau

     perdarahan sekunder. /mumnya terjadi pada hari ke 5'1% pasabedah. "erdarahan

    sekunder ini jarang terjadi, hanya sekitar 1+. "enyebabnya belum dapat diketahui seara

     pasti, bisa karena infeksi sekunder pada fosa tonsilar yang menyebabkan kerusakan

     pembuluh darah dan perdarahan dan trauma makanan yang keras.

    b. Nyeri

     -yeri pasaoperasi munul karena kerusakan mukosa dan serabut saraf 

    glosofaringeus atau 4agal, inflamasi dan spasme otot faringeus yang menyebabkan

    iskemia dan siklus nyeri berlanjut sampai otot diliputi kembali oleh mukosa, biasanya 1)'

    21 hari setelah operasi.

     -yeri tenggorok munul pada hampir semua pasien pasatonsilektomi.

    "enggunaan elektrokauter menimbulkan nyeri lebih berat dibandingkan teknik FoldG

    diseksi dan teknik jerat. -yeri pasabedah bisa dikontrol dengan pemberian analgesik.

    Bika pasien mengalami nyeri saat menelan, maka akan terdapat kesulitan dalam asupan

    oral yang meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi. ila hal ini tidak dapat ditangani di

    rumah, peraatan di rumah sakit untuk pemberian airan intra4ena dibutuhkan.

    ". Kompli$asi lain

    Dehidrasi, demam, kesulitan bernapas, gangguan terhadap suara *171%.%%%,

    aspirasi, otalgia, pembengkakan u4ula, insufisiensi 4elopharingeal, stenosis faring, lesi di

     bibir, lidah, gigi dan pneumonia.

    10