BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar...

23
6 BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian Wiwik Rahayu, Darminto dan Topowijono pada tahun 2014 dengan judul Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Profitabilitas Perusahaan. Dalam penelitian ini populasinya adalah perusahaan-perusahaan dalam kategori pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian tahun 2012 hingga tahun 2013. Hasil penelitian menunjukan pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh signifikan terhadap ROA dan ROE. Semakin baik pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan akan semakin menaikan kinerja dan mencapai laba. Penelitian Multafia Almar, Rima Rachmawati dan Asfia Murni pada tahun 2012 adalah Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Profitabilitas Perusahaan. Sampel Penelitiannya adalah perusahaan industri semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 2010. Hasil penelitian menyatakan, bahwa pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan yang diukur dengan ROA dan NPM serta memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keduanya. Sehingga dapat dikatakan, bahwa semakin tinggi pengungkapan CSR perusahaan akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Transcript of BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar...

Page 1: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

6

BAB II

TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian Wiwik Rahayu, Darminto dan Topowijono pada tahun

2014 dengan judul Pengaruh Pengungkapan Corporate Social

Responsibility terhadap Profitabilitas Perusahaan. Dalam penelitian ini

populasinya adalah perusahaan-perusahaan dalam kategori pertambangan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian tahun

2012 hingga tahun 2013. Hasil penelitian menunjukan pengungkapan

corporate social responsibility berpengaruh signifikan terhadap ROA dan

ROE. Semakin baik pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan akan

semakin menaikan kinerja dan mencapai laba.

Penelitian Multafia Almar, Rima Rachmawati dan Asfia Murni pada

tahun 2012 adalah Pengaruh Pengungkapan Corporate Social

Responsibility terhadap Profitabilitas Perusahaan. Sampel Penelitiannya

adalah perusahaan industri semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2008 – 2010. Hasil penelitian menyatakan, bahwa pengungkapan

corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap profitabilitas

perusahaan yang diukur dengan ROA dan NPM serta memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap keduanya. Sehingga dapat dikatakan, bahwa

semakin tinggi pengungkapan CSR perusahaan akan meningkatkan

profitabilitas perusahaan.

Page 2: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

7

Penelitian yang dilakukan oleh Henny Retno Sari dan Yazid Yud

Padmono pada tahun 2014 tentang Pengaruh Pengungkapan Corporate

Social Responsibility dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas.

Menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode tahun 2010-2012. Hasil penelitian menunjukan, bahwa

pengungkapan CSR mempunyai pengaruh positif terhadap profitabilitas,

sedangkan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh negatif terhadap

profitabilitas. Kondisi ini dapat mengindikasikan perlunya peranan

manajemen yang cukup baik dalam mengelola aset yang dimiliki oleh

perusahaan untuk menghasilkan profitabilitas yang tinggi.

Penelitian Fipit Fitriani, Nurleli dan Yuni Rosdiana pada tahun 2015

tentang Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Profitabilitas dengan

Variabel Moderator Pengungkapan Informasi Lingkungan. Dalam

penelitian ini populasinya adalah perusahaan-perusahaan manufaktur sektor

industri dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kategori

tahun 2012 – 2013. Hasil penelitian menunjukan, bahwa variabel kinerja

lingkungan yang di ukur dengan PROPER berpengaruh signifikan terhadap

variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA. Hal ini dikarenakan,

kinerja lingkungan yang baik membuat citra perusahaan meningkat dan

menjadi nilai tambah bagi perusahaan dimata para stakeholders sehingga

dapat meningkatkan profitabilitas.

Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian terdahulu dapat

disimpulkan bahwa, ada pengaruh pengungkapan corporate social

Page 3: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

8

responsibility dan citra perusahaan terhadap profitabilitas perusahaan yang

mana semakin tinggi tingkat pengungkapan informasi sosial suatu

perusahaan kepada masyarakat maka akan semakin tinggi pula profitabilitas

yang diterima oleh perusahaan tersebut.

B. Teori dan Kajian Pustaka

1. Corporate Social Responsibility

a. Sejarah Singkat Corporate Social Responsibility

Gema CSR mulai terasa pada tahun 1950-an. Pada waktu itu,

persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula

terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai

kalangan. Mereka menganggap buku yang bertajuk Social

Responsibility of the Businessman karya Howard R. Bowen yang

ditulis pada tahun 1953 merupakan literatur awal yang menjadi

tonggak sejarah modern CSR. Dan karena karyanya itu Bowen

diganjar dengan sebutan “Bapak CSR” (Yusuf Wibisono, 2007).

Dalam dekade 1960-an, pemikiran Bowen terus

dikembangkan oleh berbagai ahli sosiologi bisnis lainnya seperti

Keith Davis yang memperkenalkan konsep “Iron Law of Social

Responsibility”. Dalam konsepnya, Davis berpendapat bahwa

penekanan pada tanggung jawab sosial perusahaan memiliki

korelasi positif dengan size atau ukuran perusahaan, studi ilmiah

yang dilakukan Davis menemukan bahwa semakin besar perusahaan

atau lebih tepat dikatakan, semakin besar dampak suatu perusahaan

Page 4: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

9

terhadap masyarakat sekitarnya, semakin besar pula bobot tanggung

jawab yang harus dipertahankan perusahaan itu pada masyarakatnya

(Untung, 2008).

Tahun 1971, Committee for Economic Development (CED)

menerbitkan Social Responsibilities of Business Corporations.

Penerbitan yang dapat dianggap sebagai code of conduct bisnis

tersebut dipicu adanya anggapan bahwa kegiatan usaha memiliki

tujuan dasar untuk memberikan pelayanan yang konstruktif untuk

memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat (Untung, 2008).

Pada tataran global, tahun 1992 diselenggarakan KTT Bumi

(Earth Summit). KTT yang diadakan di Rio de Jenairo Brazil ini

menegaskan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable

development) yang didasarkan atas perlindungan lingkungan hidup,

pembangunan ekonomi dan sosial sebagai hal yang harus dilakukan.

CSR kian bergema setelah diselenggarakannya World Summit on

Sustainable Development (WSSD) tahun 2002 di Johannesburg

Afrika Selatan. Sejak saat itulah, definisi CSR mulai berkembang

(Wibisono, 2007).

Tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR (corporate

social responsibility) kini jadi frasa yang semakin populer dan

marak diterapkan perusahaan di berbagai belahan dunia.

Menguatnya terpaan prinsip good corporate governance seperti

Page 5: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

10

fairness, transparency, accountability, dan responsibility telah

mendorong CSR semakin menyentuh “jantung hati” dunia bisnis.

b. Pengertian Corporate Social Responbility

Definisi CSR adalah sebagai komitmen perusahaan untuk

melaksanakan kewajibannya didasarkan atas keputusan untuk

mengambil kebijakan dan tindakan dengan memperhatikan

kepentingan stakeholders dan lingkungan dimana perusahaan

melakukan aktivitasnya berlandaskan pada ketentuan hukum yang

berlaku (Wahyudi & Azheri, 2011)

Menurut The World Bussiness Council Suistainable

Development: “Corporate Social Responsibility is the countinouing

commitment by business to contribute to economic development

while improving the quality of life of the workforce and their families

as well as of the community and society at large”. Yang artinya CSR

sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi

pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerjasama dengan

para karyawan serts perwakilan mereka, keluarga, komunitas

setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas

kehidupan dengan cara yang bermanfaaat baik bagi bisnis maupun

untuk pembangunan.

Berdasarkan beberapa definisi Corporate Social

Responsibility (CSR), dapat disimpulkan bahwa CSR merupakan

bentuk pertanggunjawaban perusahaan kepada stakeholder secara

Page 6: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

11

sosial dan lingkungan dalam hal yang berkaitan dengan aktivitas

operasional perusahaan.

c. Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Pengungkapan CSR adalah pengungkapan informasi yang

berkaitan dengan tanggungjawab perusahaan dilaporan tahunan.

CSR diungkapkan berdasarkan GRI. GRI terdiri dari 3 fokus

pengungkapan, yaitu:

1. Ekonomi

Dimensi ekonomi menyangkut keberlanjutan organisasi

berdampak pada kondisi ekonomi dari stakeholder dan sistem

ekonomi pada tingkat lokal, nasional dan tingkat global,

indikator ekonomi menggambarkan:

a) Arus modal di antara berbagai pemangku kepentingan.

b) Dampak ekonomi utama dari organisasi seluruh masyarakat.

Kinerja keuangan merupakan hal yang mendasar untuk

memahami organisasi dan keberlanjutan. Akan tetapi, informasi

ini biasanya sudah dilaporkan dalam laporan keuangan

(www.globalreporting.org).

2. Lingkungan

Dimensi lingkungan menyangkut keberlanjutan organisasi

berdampak pada kehidupan di dalam sistem alam, termasuk

ekosistem, tanah, udara, dan air. Indikator kinerja lingkungan

terkait dengan input (bahan, energi, air) dan output (gas, limbah

Page 7: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

12

sungai, limbah kering/sampah). Selain itu, kinerja mereka

mencakup kinerja yang berkaitan dengan keanekaragaman

hayati, kepatuhan lingkungan, dan informasi yang berkaitan

lainnya seperti limbah lingkungan dan dampak dari produk serta

jasa perusahaan (www.globalreporting.org).

3. Sosial

Dimensi sosial menyangkut keberlanjutan sebuah organisasi

telah berdampak di dalam sistem sosial yang beroperasi.

Indikator kinerja sosial GRI mengidentifikasi kunci aspek

kinerja yang meliputi tenaga kerja, hak asasi manusia,

masyarakat/sosial dan tanggungjawab produk

(www.globalreporting).

d. Penerapan Corporate Social Responsibility di Indonesia

Salah satu yang menonjol dari praktik CSR di Indonesia

adalah penekanan pada aspek pemberdayaan masyarakat

(community development). Meskipun CSR bukan semata-mata

merupakan Community Development, namun hal ini memang sangat

sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat kita, yang masih

bergelut dengan kemiskinan serta pengangguran. Belum lagi

rendahnya kualitas pendidikan dan kesehatan yang menjadi

penyebab utama sulitnya memutus rantai kemiskinan (Ambadar,

2008).

Page 8: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

13

Belum adanya aturan main bagi perusahaan secara umum,

memaksa pemerintah dan DPR melahirkan sebuah Undang-Undang

baru tentang PT (Perseroan Terbatas) yang didalamnya masuk pasal

tentang kewajiban manjalankan CSR. Perdebatan tentang regulasi

CSR terus bergulir. Pihak yang pro terhadap regulasi CSR,

menyatakan bahwa belum semua perusahaan melakukan CSR,

sehingga perlu ada payung hukum yang “memaksa” agar mereka

mau melakukannya. Tidak hanya itu, dengan adanya regulasi

tentang CSR, maka akan memberikan keseragaman/standarisasi

dalam aplikasi CSR.

Pada sisi yang lain, ada pandangan yang menganggap

regulasi CSR merupakan hal yang mubadzir. Ini muncul karena CSR

merupakan kegiatan yang bersifat discretionary, yang mendorong

perusahaan untuk mau tidak mau melaksanakan CSR. Dengan kata

lain, CSR bukanlah suatu hal yang perlu dipaksakan, mengingat ini

adalah sebuah keberpihakan bisnis yang bersifat sukarela untuk

membangun mayarakat dan lingkungannya. Belum lagi, dengan

mempertimbangkan potensi penyimpangan yang ada di Indonesia,

biaya kegiatan CSR yang diwajibkan hanya akan menjadi lahan

basah bagi sejumlah partai setempat. (Rahman, 2009).

Kekecewaan masyarakat dan pemerintah akan minimnya

peran serta dunia usaha juga bisa dipahami, mengingat peran serta

dunia usaha dalam implementasi CSR selama ini lebih banyak

Page 9: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

14

secara sukarela dan kedermawanan. Sehingga jangkauan program

CSR relatif terbatas dan tidak efektif. Bahkan program CSR yang

mereka laksanakan tidak lebih dari upaya untuk meningkatkan

image perusahaan dimasyarakat, bahkan hanya dimata

konsumennya. (Ambadar, 2008).

Berbagai aturan dalam hal kebijakan pemerintah, perhatian

pemerintah terhadap CSR dan lingkungan tertuang dalam UU

Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Bab V Pasal 74,

UU No. 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Pertambangan, UU. No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup, UU. No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan,

UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, UU No. 39 Tahun

1999 Tentang Tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 5 Tahun 1999

Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat, UU. No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, dan

UU. No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara

(Widjaja dkk, 2008).

Disinilah letak pentingnya pengaturan CSR di Indonesia,

agar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang

semula bersifat voluntary perlu ditingkatkan menjadi CSR yang

bersifat mandatory. Dengan demikian dapat diharapkan kontribusi

dunia usaha yang terukur dan sistematis dalam ikut meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Page 10: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

15

2. Citra Perusahaan

Menurut Kotler dan Keller (2009) citra adalah sejumlah keyakinan,

ide dan kesan yang dipegang oleh sesorang tentang sebuah objek. Obyek

meliputi invidu maupun perusahaan yang terdiri dari sekompok orang

didalamnya. Citra dapat terbentuk dengan memproses informasi yang

tidak menutup kemungkinan terjadinya perubahan citra pada obyek dari

adanya informasi penerimaan setiap waktu. Besarnya kepercayaan

obyek terhadap sumber informasi memberikan dasar penerimaan atau

penolakan informasi. Sumber informasi dapat berasal dari perusahaan

secara langsung dan atau pihak-pihak lain secara tidak langsung.

Pengertian citra juga di kemukakan Wibisono (2009) memberikan

pengertian citra sebagai sesuatu yang abstrak dan tidak dapat diukur

secara nominal/matematis, tetapi wujud citra hanya bisa dirasakan dari

hasil penelitian atau nilai yang baik atau buruk dan tanggapan positif

atau negatif. Citra yang positif akan memberikan keuntungan

terciptanya loyalitas pelanggan, kepercayaan terhadap produk/jasa dan

kerelaan pelanggan dalam mencari produk/jasa tersebut apabila mereka

membutuhkan. Sebaliknya citra buruk akan melahirkan dampak negatif

bagi operasi bisnis perusahaan. Selain itu dapat melemahkan daya saing

perusahaan.

Citra perusahaan terbentuk dari komponen-komponen tertentu.

Sumarmi dan Suprihanto (2010) mengemukakan terdapat empat

komponen Citra perusahaan sebagai berikut:

Page 11: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

16

a. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur

lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan.

b. Kognisi adalah suatu keyakinan dari individu terhadap stimulus.

Keyakinan ini akan timbul apabila individu telah mengerti

rangsang tersebut sehingga individu harus diberikan informasi-

informasi yang cukup dan dapat mempengaruhi kognisinya.

c. Motif adalah keadaan dalam pribadi seseroang, yang mendorong

keinginan orang tersebut untuk melakukan kegiatan-kegiatan

tertentu guna mencapai suatu tujuan.

d. Sikap adalah kecendrungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan

merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap

bukan perilaku tetapi merupakan kecendrungan untuk

berperilaku dengan cara-cara tertentu.

3. Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER)

a. Pengertian PROPER

PROPER merupakan suatu program penilaian peringkat

kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Dasar

hukum pelaksanaan program ini mengacu pada UU No. 32 Tahun

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

pasal 63 dan 64 yang menyatakan bahwa dalam melaksanakan

pembinaan dan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab

usaha atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan

Page 12: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

17

atau peraturan perundangundangan perlu diselenggarakan program

penilaian tersebut.

Secara definisi berdasarkan peraturan menteri Lingkungan

Hidup bahwa PROPER adalah evaluasi ketaatan dan kinerja

melebihi ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

dibidang pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

hidup, serta pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam

Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut PROPER

adalah evaluasi ketaatan dan kinerja melebihi ketaatan penanggung

jawab usaha atau kegiatan dibidang pengendalian pencemaran dan

kerusakan lingkungan hidup, serta pengelolaan limbah bahan

berbahaya dan beracun. Pengawasan tidak langsung adalah

mekanisme dimana perusahaan melaporkan secara mandiri kinerja

pengelolaan lingkungannya untuk pemeringkatan PROPER.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang selanjutnya

disebut AMDAL, adalah kajian mengenai dampak penting suatu

usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup

yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang

penyelenggaraan usaha atau kegiatan.

Upaya Pengelolaan Pingkungan Hidup dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut UKL-

UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha atau

Page 13: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

18

kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup

yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang

penyelenggaraan usaha atau kegiatan sesuai pasal 3 bahwa

pelaksanan Proper dilakukan terhadap usaha kegiatan wajib

AMDAL atau UKP/UPL yang:

1) Produkya di ekspor

2) Terdaftar dalam pasar bursa

3) Menjadi perhatian masyarakat baik regional maupun

nasional

Skala kegiatan yang signifikan menimbulkan dampak terhadap

lingkungan hidup.

b. Metode Penilaian PROPER

1) Pembinaan dan pengawasan lingkungan hidup oleh Kementrian

Lingkungan Hidup

2) Mengevaluasi ketaatan terhadap perizinan lingkungan dan

Peraturan Pemerintah, meliputi:

a) Pemenuhan izin lingkungan.

b) Pengendalian pencemaran air dan udara.

c) Pengelolaan limbah B3.

d) Pengendalian kerusakan lingkungan (khusus untuk

pertambangan).

3) Tahapan meliputi:

a) Perisapan yang dilakukan oleh tim penilai.

Page 14: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

19

b) Pengawasan langsung dilakukan melalui inspeksi lapangan

menggunakan panduan inspeksi yang ditetapkan oleh

Mentri. Sedangkan pengawasan tak langsung dengan

memeriksa laporan ketaatan.

c) Penilaian yang memiliki tahapan penetapan status

sementara, sanggahan dan klarifikasi serta penetapan status

akhir ketaatan. Hasil penilaian hanya tiga yaitu sangat taat,

taat atau tidak taat. Peringkat ketaatan terdapat lima yaitu:

Emas (telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari

yang dipersyaratkan serta melakukan upaya yang berguna

bagi kepentingan masyarakat pada jangka panjang), Hijau

(telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang

dipersyaratkan), Biru (sudah melakukan upaya ketaatan),

Merah (upaya yang dilakukan tidak sesuai perpu) dan

Hitam (melakukan kelalaian yang mengakibatkan

pencemaran).

d) Tindak lanjut.

4) Peringkat kinerja PROPER berorientasi kepada hasil yang telah

dicapai perusahaan dalam pengelolaan lingkungan yang

mencakup 7 (tujuh) aspek, yaitu:

a) Penataan terhadap peraturan pengendalian pencemaran air.

b) Penataan terhadap peraturan pengendalian pencemaran

udara.

Page 15: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

20

c) Penataan terhadap peraturan pengolahan limbah B3.

d) Penataan terhadap peraturan AMDAL.

e) Sistem manajemen lingkungan.

f) Penggunaan dan pengelolaan sumber daya.

g) Community development, participation, and relation.

(sumber: http://proper.menlh.go.id)

c. Tujuan dan Sasaran PROPER

Tujuan dari program penilaian peringkat kinerja perusahaan

dalam pengelolaan lingkungan hidup (PROPER) yaitu:

1) Mendorong terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan.

2) Meningkatkan komitmen para stakeholder dalam upaya

peestarian lingkungan.

3) Meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan secara

berkelanjutan.

4) Meningkatkan kesadaran para pelaku usaha/kegiatan untuk

menaati peraturan perundang-undangan dibidang lingkungan.

5) Meningkatkan penataan dalam pengendalian dampak

lingkungan melalui peran aktif masyarakat.

6) Mengurangi dampak negatif kegiatan perusahaan terhadap

lingkungan.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2015, selain

mempunyai tujuan, program penilaian peringkat kinerja perusahaan

Page 16: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

21

dalam pengelolaan lingkungan hidup (PROPER) juga memiliki

sasaran, yaitu :

1) Mendorong perusahaan untuk menaati peraturan perundang-

undangan melalui instrumen insentif dan disinsentif reputasi.

2) Mendorong perusahaan yang sudah baik kinerja lingkungannya

untuk menerapkan produksi bersih (cleaner production).

d. Indikator Keberhasilan

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, untuk mewujudkan

akuntabilitas pelaksanaan PROPER maka beberapa hal dibawah ini

dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan pelaksanaan

PROPER:

1) Menurunnya beban pencemaran (pollution load) yang

dikeluarkan perusahaan ke lingkungan.

2) Menurunnya tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan.

3) Meningkatnya kualitas lingkungan.

4) Meningkatnya jumlah perusahaan yang menaati peraturan

lingkungan.

5) Meningkatnya kepercayaan para stakeholder terhadap hasil

penilaian kinerja perusahaan yang telah dilakukan.

e. Tata Cara Persiapan dan Pengawasan PROPER

1) Persiapan Pelaksanaan PROPER dilakukan dengan menilai

ketaatan suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap pemenuhan

kewajiban sebagaimana telah diatur dalam peraturan

Page 17: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

22

perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup. Tahap persiapan PROPER meliputi:

a) Pemilihan usaha dan/atau kegiatan yang dinilai kinerjanya

melalui PROPER disebut sebagai peserta PROPER.

Kriteria peserta PROPER adalah usaha dan/atau kegiatan

wajib AMDAL atau UKL-UPL, yang:

i. Hasil dari produknya di ekspor.

ii. Terdaftar dalam pasar bursa.

iii. Menjadi perhatian masyarakat, baik dalam lingkup

regional maupun nasional. Usaha dan/atau kegiatan

yang memperoleh peliputan berita-berita di media

massa skala regional maupun nasional merupakan

peserta potensial PROPER. Selain itu, perhatian dari

pemangku kepentingan strategis seperti lembaga

legislatif, lembaga swadaya masyarakat juga menjadi

bahan pertimbangan penting untuk penapisan peserta

PROPER.

iv. Skala kegiatan cukup signifikan untuk menimbulkan

dampak terhadap lingkungan.

b) Pelaksanaan penguatan kapasitas dikoordinasikan oleh

Kementerian Lingkungan Hidup melalui sekretariat

PROPER. Dalam pelaksanaanya, tim teknis PROPER

Page 18: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

23

menyiapkan materi muatan yang diperlukan terkait

dengan pelaksanaannya.

c) Sosialisasi dilakukan oleh tim teknis PROPER kepada

para pemangku kepentingan terkait untuk meningkatkan

efisiensi dan efektifitas pelaksanaan PROPER. Kegiatan

sosialisasi PROPER dilakukan melalui berbagai metode

seperti pencetakan dan penyebaran brosur dan buklet,

seminar dan lokakarya, dan kegiatan dengan media massa.

2) Pengawasan

Pengawasan PROPER dilakukan melalui mekanisme:

a) Pengawasan Langsung

Pengawasan langsung dilakukan melalui pengumpulan

data, inspeksi lapangan, dan penyusunan berita acara.

b) Pengawasan Tidak Langsung

Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui

pemeriksaan isian laporan ketaatan pengelolaan

lingkungan hidup.

3) Penetapan calon kandidat hijau.

4) Penilaian hijau dan emas.

5) Penentuan peringkat akhir PROPER.

6) Pengumuman.

Page 19: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

24

f. Keuntungan PROPER bagi stakeholders

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup pelaksanaan

PROPER memberikan berbagai keuntungan bagi perusahaan dan

para stakeholder lainnya, antara lain:

1) Sebagai instrumen benchmarking bagi perusahaan untuk

mengukur kinerja pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan

dengan melakukan pembandingan kinerja dengan perusahaan

lainnya secara nasional (non financial benchmarking).

2) Sebagai media untuk mengetahui status ketaatan perusahaan

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) Sebagai salah satu clearing house bagi investor, perbankan,

masyarakat, dan LSM sekitar perusahaan untuk mengetahui

kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan.

4) Sebagai alat promosi bagi perusahaan yang berwawasan

lingkungan terutama untuk meningkatkan daya saing

perusahaan dalam perdagangan.

5) Sebagai bahan informasi bagi pemasok tekhnologi lingkungan

terutama berkaitan dengan tekhnologi yang ramah lingkungan

yang dibutuhkan oleh perusahaan.

6) Meningkatkan citra dan kepercayaan perusahaan dimata

stakeholder.

Page 20: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

25

7) Memberikan ruang partisipatif bagi para stakeholder untuk

terlibat secara langsung dalam upaya pengendalian dampak

lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan perusahaan.

4. Profitabilitas

a. Pengertian Profitabilitas

Menurut Harahap (2004), mengemukakan bahwa

“Profitabilitas atau disebut juga rentabilitas menggambarkan

kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua

kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,

modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya”.

Sedangkan menurut Astuti (2004) mengartikan

“profitabilitas sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk

mengahasilkan laba”. Jadi, profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan memperoleh laba operasionalnya dengan menggunakan

aset yang dimiliki oleh perusahaan. Salah satu ukuran profitabilitas

yang paling penting adalah laba bersih.

Profitabilitas mempunyai arti penting dalam usaha

mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka

panjang, karena profitabilitas menunjukan apakah badan usaha

tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang.

Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha

meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi profitabilitas

Page 21: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

26

suatu badan usaha, maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut

akan semakin terjamin.

b. Tujuan dan Manfaat Profitabilitas

Rasio profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat, tidak

hanya bagi pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi

pihak diluar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki

hubungan atau kepentingan dengan perusahaan. Tujuan penggunaan

rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar

perusahaan adalah:

1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh

perusahaan dalam satu periode tertentu.

2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan

tahun sekarang.

3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri.

5) Untuk mengukur produtivitas seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Manfaat dari penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan atau

badan usaha, yaitu:

1) Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan

dalam satu periode.

Page 22: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

27

2) Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan

tahun sekarang.

3) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri.

5) Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

C. Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh Antara Pengungkapan CSR dengan Profitabilitas

Corporate Social Responsibility dapat menjadi keberlanjutan

apabila program yang dibuat oleh suatu perusahaan benar-benar

merupakan komitmen bersama dari segenap unsur yang ada didalam

perusahaan itu sendiri. Perusahaan dapat meningkatkan informasi

tanggungjawab sosial sebagai keunggulan kompetitif perusahaan.

Penelitian Rahayu, dkk (2014), Almar dkk (2012) dan sari & yazid

(2014) menunjukan variabel pengungkapan Corporate Social

Responsibility memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

profitabilitas. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan

sebagai berikut:

H1 : Corporate Social Responsibility berpengaruh positif

terhadap profitabilitas perusahaan.

Page 23: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/55753/3/BAB II.pdfagar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu

28

2. Pengaruh Antara Citra Perusahaan terhadap Profitabilitas

Citra perusahaan merupakan keyakinan, ide dan kesan yang

dipegang oleh seseorang tentang sebuah objek. Objek tersebut meliputi

individu maupun perusahaan. Citra menunjukan kesan yang positif atau

negatif terhadap perusahaan yang terbentuk dengan memproses

informasi setiap waktu dari berbagai sumber informasi terpercaya.

Penelitian Fitriani, dkk (2015) menunjukan, bahwa peringkat PROPER

berpengaruh signifikan terhadap return on asset (ROA). Berdasarkan

hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

H2 : Citra perusahaan berpengaruh posistif terhadap profitabilitas

D. Kerangka Pemikiran

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengungkapan

tanggungjawab sosial perusahaan yang diukur dengan CSRI dan citra

perusahaan yang diukur dengan PROPER sebagai variabel independen.

Sedangkan, profitabilitas yang diukur dengan ROA sebagai variabel

dependen.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

PROFITABILITAS

(ROA)

β3 Pbiru

PROPER

β1 CSRI

β2 Phijau

β4 Pmerah

β2 Pbiru