BAB II TELAAH PUSTAKA - UKSW...2.1. Kinerja Sekolah Pengelompokan penyelenggaraan pendidikan dasar...

38
19 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Kinerja Sekolah Pengelompokan penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah di Indonesia dalam UU 20/2003 dan PP Nomor 9 Tahun 2005 Pasal 11 dan 16 terdapat beberapa kategori atau jenis sekolah di Indonesia. Sekolah jenis pertama, pada ujung kontinum paling kiri adalah sekolah formal standar atau sekolah potensial (calon SSN), yaitu sekolah yang relatif masih banyak kekurangan/kelemahan dalam memenuhi kriteria sekolah yang sesuai dengan Standar Nasional Pen- didikan. Dan dipertegas dengan PP Nomor 19 Tahun 2005 pasal 11 ayat 2 dan 3 bahwa kategori sekolah formal standar adalah sekolah yang belum memenuhi (masih jauh) dari SNP. Selanjutnya Sekolah jenis kedua, adalah kategori sekolah formal mandiri atau sekolah standar nasional (SSN), pada jenis ini sekolah hampir atau sudah memenuhi delapan SNP, meliputi standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana dan prasarana, standar tenaga pendidik dan ke- pendidikan, standar manajemen, standar pembiayaan dan standar penilaian. Dan sekolah harus memiliki standarisasi dari kedelapan aspek tersebut secara

Transcript of BAB II TELAAH PUSTAKA - UKSW...2.1. Kinerja Sekolah Pengelompokan penyelenggaraan pendidikan dasar...

  • 19

    BAB II

    TELAAH PUSTAKA

    2.1. Kinerja Sekolah

    Pengelompokan penyelenggaraan pendidikan

    dasar dan menengah di Indonesia dalam UU 20/2003

    dan PP Nomor 9 Tahun 2005 Pasal 11 dan 16 terdapat

    beberapa kategori atau jenis sekolah di Indonesia.

    Sekolah jenis pertama, pada ujung kontinum paling kiri

    adalah sekolah formal standar atau sekolah potensial

    (calon SSN), yaitu sekolah yang relatif masih banyak

    kekurangan/kelemahan dalam memenuhi kriteria

    sekolah yang sesuai dengan Standar Nasional Pen-

    didikan. Dan dipertegas dengan PP Nomor 19 Tahun

    2005 pasal 11 ayat 2 dan 3 bahwa kategori sekolah

    formal standar adalah sekolah yang belum memenuhi

    (masih jauh) dari SNP.

    Selanjutnya Sekolah jenis kedua, adalah kategori

    sekolah formal mandiri atau sekolah standar nasional

    (SSN), pada jenis ini sekolah hampir atau sudah

    memenuhi delapan SNP, meliputi standar kompetensi

    lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana

    dan prasarana, standar tenaga pendidik dan ke-

    pendidikan, standar manajemen, standar pembiayaan

    dan standar penilaian. Dan sekolah harus memiliki

    standarisasi dari kedelapan aspek tersebut secara

  • nasional. Sekolah jenis ketiga, adalah kategori sekolah

    formal mandiri dan memiliki keunggulan lokal.

    Ditegaskan dalam Pasal 14 PP Nomor 19 Tahun 2005

    bahwa keunggulan lokal ini dapat merupakan bagian

    dari pendidikan kelompok mata pelajaran agama dan

    akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian,

    IPTEK, estetika atau kelompok mata pelajaran

    pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan

    (panduan pelaksanaan pembinaan SMP SSN 2008: 6).

    Pengertian kinerja adalah ukuran kuantitatif dan

    kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian

    suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan

    dengan memperhitungkan indikator masukan, proses

    dan output (SPM:56). Sedangkan menurut Akdon

    (2011:281) Kinerja adalah unjuk kerja, prestasi kerja,

    tampilan hasil kerja, capaian dalam memperoleh hasil

    kerja, tingkat kecepatan/efesiensi/produktivitas/efek-

    tifitas dalam mencapai tujuan. Kinerja merupakan

    status kondisi dari suatu pelaksanaan kerja dalam

    mencapai tujuan, sasaran atau sesuatu yang di-

    inginkan. Kinerja organisasi ditunjukkan dengan ber-

    bagai ukuran keberhasilan atau tingkat capaian kinerja

    tertentu dalam mencapai tujuan atau sasaran, yang

    diukur dengan ukuran kinerja ataupun indikator

    kinerja.

  • 21

    Moeheriono (2012:95) mengungkapkan bahwa

    kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pen-

    capaian pelaksanaan suatu program atau kebijakan

    dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi

    organisasi yang dituangkan melalui perencanaan

    strategis suatu organisasi. Perencanaan strategis dalam

    mengembangkan visi bersama secara terus-menerus

    sebagai komitmen bersama,meliputi (1) melakukan

    analisa secara komprehensif terhadap komitmen

    internal dan eksternal perusahaan, (2) melakukan

    analisa secara komprehensif terhadap isu-isu strategi

    secara periodik, (3) melakukan peninjauan ulang secara

    periodik terhadap rencana strategi. Adapun dalam

    perencanaan kinerja sesuai dengan rencana strategi,

    yang meliputi: (1) menetapkan kegiatan untuk me-

    wujudkan target kinerja organisasi, (2) menetapkan

    anggaran berdasarkan kinerja organisasi, (3) me-

    ngembangkan mekanisme pemantauan dan pe-

    ngendalian, (4) melakukan evaluasi kinerja organisasi

    secara periodik.

    Kinerja sekolah menunjukkan deskripsi kerja

    yang baik mengacu pada proses dan produk yang

    diinginkan serta situasi kegiatan sekolah. Sergiovanni

    (1987 dalam Sagala, 2013:183) mengatakan bahwa

    sekolah yang efektif dapat mempengaruhi kepuasan

    kerja yang secara eksplisit muncul sebagai performansi

  • dan kinerja kepala sekolah serta personal sekolah

    lainnya dalam bentuk, kehadiran , kesehatan fisik dan

    kesehatan mental. Penilaian kinerja kepala sekolah,

    guru dan tenaga kependidikan akan bertitik tolak pada

    aktivitas, perilaku, dan produktivitasnya dalam me-

    ngelola sekolah menjadi sekolah dengan manajemen

    dan layanan belajar yang bermutu dan mampu ber-

    saing dalam mutu dengan sekolah sejenis. Kinerja

    sekolah adalah kesediaan para personal sekolah

    merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi, dan

    kesempatan untuk melakukan sesuatu kegiatan dan

    menyempurnakan sesuai dengan tanggungjawabnya

    dan sesuai pula dengan hasil yang diharapkan.

    Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa kinerja

    sekolah potensial atau formal standar merupakan

    gambaran pelaksanaan sekolah potensial atau formal

    standar yang dilakukan para personal sekolah dalam

    memenuhi Standar Nasional Pendidikan dengan indi-

    kator kinerja atau standar minimum berdasarkan

    standar yang telah ditetapkan oleh Badan Akreditasi

    Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M) yang dituang-

    kan dalam perencanaan strategis.

  • 23

    2.2. Standar Mutu Pendidikan

    2.2.1. Konsep Mutu

    Kinerja sekolah membutuhkan standar kinerja

    yang dijadikan pedoman dalam peningkatan mutu

    sekolah. Dalam standar mutu, diperlukan pemahaman

    tentang konsep mutu pendidikan. Dalam konteks

    pendidikan banyak pendapat tentang mutu. Menurut

    Sallis (2012 : 49) terdapat 3 pengertian konsep mutu.

    Pertama, mutu sebagai konsep yang absolut (mutlak),

    sesuatu dikatakan bermutu jika memenuhi standar

    yang tertinggi dan tidak dapat diungguli, sehingga

    mutu dianggap sesuatu yang ideal yang tidak dapat

    dikompromikan, jika dikaitan dengan pendidikan mutu

    absolut bersifat elit karena hanya sedikit lembaga

    pendidikan yang dapat memberikan pendidikan

    dengan high quality kepada siswa dan sebagian besar

    siswa tidak dapat menjangkaunya.

    Konsep mutu Kedua, mutu dalam konsep relatif,

    terdapat 2 aspek yaitu mutu yang berdasarkan pada

    standar dan mutu yang memenuhi kebutuhan

    pelanggan. Mutu yang berdasarkan pada standar, mutu

    diukur dan dinilai berdasarkan persyaratan kriteria

    dan spesifikasi (standar-standar) yang telah ditetapkan

    lebih dulu. Pemenuhan standar ini ditujukan oleh

    produsen secara konsisten sehingga hasilnya sesuai

    dengan spesifikasi yang ditetapkan. Upaya menjaga

  • kualitas secara konsisten berdasarkan sistem yang

    dianut dan dimiliki oleh lembaga produsen tersebut

    biasa disebut “penjaminan mutu” atau “quality

    assurance”. Sedangkan mutu relatif dalam memenuhi

    kebutuhan pelanggan, dengan mengakomodasi ke-

    inginan konsumen, bahwa dalam penetapan standar

    untuk produk yang dihasilkan memperhatikan syarat-

    syarat yang dikehendaki pelanggan. Mutu dalam

    konsep relatif ini terus berkembang dan lembaga dapat

    terus melakukan inovasi untuk meningkatkan spe-

    sifikasi dan standar serta menyesuaikan dengan

    kebutuhan pelanggannya.

    Selanjutnya konsep Ketiga, mutu menurut

    pelanggan, mutu merupakan sesuatu yang didefi-

    nisikan oleh pelanggan, yang intinya adalah kepuasan

    pelanggan, sejauh mana mampu memuaskan kebu-

    tuhan dan keinginan pelanggan. Dalam konteks

    pendidikan kepuasan pelanggan (siswa, orang tua,

    masyarakat) mengenai tata layanan pendidikan dan

    prestasi yang dicapai siswa.

    Dalam praktek penyelenggaaan pendidikan

    konsep mutu diatas digunakan secara integrasi. Mutu

    dalam pengertian relatif (standar) diterapkan dengan

    mengacu pada sejumlah standar yang telah digunakan

    untuk melakukan pengecekan standar yang berkaitan

    dengan kinerja satuan pendidikan dan kelayakan

  • 25

    pengelolaan satuan pendidikan yang disebut dengan

    standar pelayanan minimum (SPM) dan Sistem

    Akreditasi Sekolah.

    Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu

    mencakup input, proses dan output pendidikan

    (Depdiknas, 2001:5). Input pendidikan adalah segala

    sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk

    berlangsungnya proses. Output pendidikan merupakan

    kinerja sekolah yang dapat diukur dari kualitasnya,

    efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensi, inovasi dan

    moral kerjanya.

    Pengertian mutu pendidikan dalam Peraturan

    Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009

    tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan pasal (1)

    ayat(1) menyebutkan mutu pendidikan adalah tingkat

    kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari

    penerapan Sistem Pendidikan Nasional.

    Dalam hal ini konsep mutu dalam penye-

    lenggaraan pendidikan berdasarkan standar yang

    dilaksanakan secara integrasi melalui mutu input,

    proses dan output dalam pemenuhan terhadap standar

    nasional pendidikan sesuai Sistem Pendidikan

    Nasional.

    2.2.2. Standar Nasional Pendidikan

    Standar mutu pendidikan di Indonesia ditetap-

    kan dalam Standarisasi Nasional yang dikenal dengan

  • Standar Nasional Pendidikan (SNP). Standar kinerja

    adalah ukuran tingkat kinerja yang diharapkan

    tercapai dan yang dinyatakan dalam suatu pernyataan

    kuantitatif. Penetapan standar kinerja dapat bersumber

    dari peraturan perundang-undangan yang berlaku,

    keputusan manajemen, pendapat para ahli, atau atas

    dasar pengalaman dari pekerjaan yang sama tahun-

    tahun sebelumnya, dalam Akdon (2011 : 169)

    Standar kinerja yang ada di negara kita

    berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku seperti dalam Standar Nasional Pendidikan

    yang berlaku di negara kita. Menurut Peraturan

    Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005

    tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan telah

    diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

    2013, bahwa yang dimaksud dengan Standar Nasional

    Pendidikan adalah kriteria minimum tentang berbagai

    aspek yang relevan dalam pelaksanaan pendidikan

    nasional yang harus dipenuhi oleh penyelenggara dan

    atau satuan pendidikan, yang berlaku di seluruh

    wilayah hukum NKRI.

    Adapun SNP tersebut mencakup: 1) Standar

    Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai

    kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,

    pengetahuan, dan keterampilan; 2) Standar Isi adalah

    kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat

  • 27

    Kompetensi untuk mencapai Kompetensi lulusan pada

    jenjang dan jenis pendidikan tertentu; 3) Standar

    Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan

    pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk

    mencapai Standar Kompetensi Lulusan. 4) Standar

    Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria

    mengenai pendidikan prajabatan dan kelayakan

    maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. 5)

    Standar Sarana dan Prasarana adalah kriteria

    mengenai ruang belajar, tempat berolahraga, tempat

    beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja,

    tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi serta

    sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang

    proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi

    informasi dan komunikasi. 6) Standar Pengelolaan

    adalah kriteria mengenai perencanaan, pelaksanaan,

    dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat

    satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau

    nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas

    penyelenggaraan pendidikan. 7) Standar Pembiayaan

    adalah kriteria mengenai komponen dan besarnya

    biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama

    satu tahun. 8) Standar Penilaian Pendidikan adalah

    kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen

    penilaian hasil belajar Peserta Didik.

  • Hubungan dari kedelapan Standar Nasional

    Pendidikan seperti paparan Mendikbud tentang

    sosialisasi Kurikulum 2013 bahwa pengembangan

    pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan,

    dengan tantangan untuk memenuhi, maka program

    dan kegiatan yang dilaksanakan pemerintah untuk

    mengupayakan agar penyelenggaraan pendidikan dapat

    mencapai standar yang ditetapkan, dalam Widyastono

    (2014:120) seperti berikut :

    Gambar 2.1. Pengembangan Pendidikan berdasarkan

    Standar Nasional Pendidikan

    Negara mempunyai standar untuk mencapai

    mutu pendidikan yang diharapkan. Sebagai pem-

    banding standar yang berlaku di negara kita tersebut

    dan standar yang berlaku di negara Amerika pada

    Kurikulum

    - Peningkatan Kualifikasi & Sertitikasi

    - Pembayaran Tunjangan Sertifikasi

    - Uji Kompetensi dan Pengukuran kinerja

    Sedang Dikerjakan

    Telah dan terus Dikerjakan

    - Rehab Gedung Sekolah - Penyediaan Lab dan Perpustakaan

    - Penyediaan Buku

    - BOS - Bantuan Siswa Miskin

    - BOPTN/Bidik Misi (di PT)

    Manajemen Berbasis Sekolah

  • 29

    Universtas Oklahoma yaitu 1) standar visi dan tujuan

    2) standar hubungan masyarakat dan sekolah 3)

    standar administrasi dan organisasi, 4) standar

    kurikulum, pembelajaran, penilaian dan iklim, 5)

    standar staf sekolah, 6) standar pelayanan kepada

    siswa, 7) standar program media, 8) standar program

    aktivitas siswa 9) standar biaya, 10) standar sarana,

    11) standar akreditasi, dan 12) standar peraturan

    dan deregulasi dalam Jurnal Barresi Janet

    (2012/1013).

    Selain Standar Nasional Pendidikan yang ber-

    laku di negara kita juga ada standar akreditasi. Dalam

    pengelolaan sekolah ada standar pelayanan minimum

    yang harus dipenuhi. Dalam Standar Pelayanan

    Mininum (SPM) kriteria atau indikator kinerja sekolah

    diadaptasi dari komponen-komponen sekolah yang

    menjadi bahan penilaian berdasarkan standar yang

    ditetapkan oleh Badan Akreditasi Sekolah Nasional

    (BASNAS),dan sekarang diganti dengan Badan

    Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M),

    sekolah yang memenuhi standar minimal akan

    dinyatakan “terakreditasi”, Sedangkan pada konsep

    penilaian kinerja yang lebih bernuansa pembinaan

    berkesinambungan. Penilaian dilakukan melalui

    serangkaian kegiatan proses perbandingan kondisi

    sekolah dengan kriteria (standar) yang telah ditetapkan.

  • Standar tersebut meliputi; (a) standar input: aspek

    tenaga kependidikan, aspek kesiswaan, aspek sarana

    prasarana, dan pembiayaan (b) standar proses: aspek

    kurikulum dan bahan ajar, aspek Proses Belajar

    Mengajar, aspek penilaian dan aspek manajemen dan

    kepemimpinan (c) standar output: aspek prestasi

    belajar siswa, aspek prestasi guru dan kepala sekolah,

    dan aspek prestasi sekolah. Standar penilaian ini terdiri

    dari berbagai aspek dan sub aspek, yang bersifat

    menyeluruh. Hasil yang diperoleh dapat meng-

    gambarkan secara utuh kondisi kelayakan dan kinerja

    sekolah tersebut.SPM (2005:56)

    Dengan menggunakan instrumen akreditasi yang

    komprehensif, hasil akreditasi diharapkan dapat

    memetakan secara utuh profil sekolah/madrasah.

    Proses akreditasi sekolah/madrasah berfungsi untuk

    hal-hal berikut.: (1) Dari sisi pengetahuan, yakni

    sebagai informasi bagi semua pihak tentang kelayakan

    dan kinerja sekolah dilihat dari berbagai unsur terkait,

    mengacu pada standar yang telah ditetapkan beserta

    aspek-aspek sekaligus indikatornya. (2) Dari sisi

    akuntabilitas, yakni sebagai bentuk pertanggung

    jawaban sekolah kepada masyarakat, apakah layanan

    yang dilaksanakan dan diberikan oleh sekolah telah

    memenuhi harapan atau keinginan masyarakat. (3)

    Dari sisi pembinaan dan pengembangan, yakni sebagai

  • 31

    dasar bagi sekolah, pemerintah, dan masyarakat dalam

    upaya peningkatan atau pengembangan mutu

    sekolah.(Depdiknas ,2009:7).

    Dalam Sisdiknas (2003) akreditasi adalah kegia-

    tan penilaian kelayakan program dalam satuan pendi-

    dikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

    Akreditasi sekolah merupakan kegiatan penilaian yang

    dilakukan oleh pemerintah dan/atau lembaga mandiri

    yang berwenang untuk menentukan kelayakan program

    dan/atau satuan pendidikan pada jalur pendidikan

    formal dan non-formal pada setiap jenjang dan jenis

    pendidikan, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan,

    sebagai bentuk akuntabilitas publik yang dilakukan

    dilakukan secara obyektif, adil, transparan dan

    komprehensif dengan menggunakan instrumen dan

    kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional

    Pendidikan.(Sisdiknas, 2003:23).

    Standar Nasional Pendidikan merupakan acuan

    atau pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan di

    sekolah dan negara kita memberikan jaminan atas

    penyelenggaraan pendidikan bermutu dalam peme-

    nuhan delapan Standar sebagai jaminan mutu ekster-

    nal yang dilakukan pemerintah dengan melakukan

    akreditasi sekolah.

  • 2.2.3 Peningkatan Mutu Pendidikan

    Peningkatan mutu pendidikan harus diupayakan

    untuk mencapai kemajuan sesuai standar yang

    dilandasi oleh komitmen pada perubahan yang

    terencana. Peningkatan mutu pendidikan diperoleh

    melalui dua strategi, yaitu peningkatan mutu yang

    berorientasi akademis untuk memberi dasar minimal

    dalam perjalanan yang harus ditempuh mencapai mutu

    pendidikan yang dipersyaratkan oleh tuntutan zaman,

    dan peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi

    pada ketrampilan hidup yang esensial yang dicakupi

    oleh pendidikan yang berlandaskan luas, nyata dan

    bermakna.(Sagala,2013 :170)

    Untuk mewujudkan peningkatan mutu pendi-

    dikan, khususnya pendidikan di sekolah dapat

    dilakukan dengan cara : 1) meningkatkan kemampuan

    kepala sekolah dalam aspek kepemimpinanya maupun

    manajerialnya; 2) pengembangan kualitas kinerja guru

    mengajar, sehingga dapat mencapai tujuan sesuai

    dengan visi dan misi yang diemban sekolah; 3) kepala

    sekolah harus memiliki visi dan misi yang jelas dan

    realistis; 4) kepemimpinan situasional sebaiknya

    disosialisasikan dan dibudayakan; 5) peningkatan

    kualitas mutu kurikuler dengan mendatangkan pelatih

    yang profesional dari luar sekolah; 6) peningkatan

    alokasi dan dana sumber dari masyarakat untuk proses

  • 33

    pembelajaran; 7) peningkatan program training dan

    diklat bagi guru-guru minimal satu kali dalam satu

    semester; 8) sekolah memprogramkan kerjasama

    dengan lembaga pendidikan formal; 9) sekolah

    membudayakan memberi penghargaan bagi guru-guru

    yang berprestasi (Makawimbang, 2011:54).

    Menurut Makawimbang (2011:52) untuk pe-

    ningkatan mutu diperlukan dasar-dasar program

    peningkatan mutu, yaitu 1) komitmen pada perubahan,

    2) pemahaman yang jelas tentang kondisi yang ada,

    3) mempunyai visi yang jelas tentang kondisi yang

    ada,4) mempunyai rencana yang jelas.

    2.3. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

    Kinerja sekolah dalam memenuhi standar mutu

    diperlukan manajemen peningkatan mutu. Mutu

    menjadi bagian penting dari strategi institusi, kinerja

    sekolah yang harus dibuat secara sistematis dengan

    menggunakan proses perencanaan strategis. Pe-

    rencanaan strategis menjadi salah satu bagian penting

    dari Total Quality Management (TQM), karena kinerja

    sekolah tanpa arahan jangka panjang yang jelas

    sekolah tidak dapat melaksanakan peningkatan mutu.

    Menurut Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

    Sekolah (MPMBS), karakteristik MPMBS dikategorikan

  • menjadi input, proses, dan output (Depdiknas, 2002).

    Selanjutnya, uraian singkat berikut dimulai dari output

    dan diakhiri input, mengingat output memiliki tingkat

    kepentingan tertinggi, sedang proses memiliki tingkat

    kepentingan satu tingkat lebih rendah dari output, dan

    input memiliki tingkat kepentingan dua tingkat lebih

    rendah dari output.

    1. Output yang diharapkan: Sekolah harus memiliki

    output yang diharapkan. Output sekolah adalah

    prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses

    pembelajaran dan manajemen sekolah baik

    akademik maupun non akademik.

    2. Proses: Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki

    sejumlah karakteristik proses sebagai berikut: (a)

    Proses belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi;

    (b) Kepemimpinan sekolah yang kuat; (c) Lingkungan

    sekolah yang aman dan tertib; (d) Pengelolaan tenaga

    kependidikan yang efektif; (e) Sekolah memiliki

    budaya mutu; (f) Sekolah memiliki “teamwork” yang

    kompak, cerdas dan dinamis; (g) Sekolah memiliki

    kewenangan (kemandirian); (h) Partisipasi yang

    tinggi dari warga sekolah dan masyarakat; (i)

    Sekolah memiliki keterbukaan (transparansi)

    manajemen; (j) Sekolah memiliki kemauan untuk

    berubah (psikologis dan pisik); (k) Sekolah melaku-

    kan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan; (l)

    Sekolah responsif dan antisipasif terhadap ke-

  • 35

    butuhan; (m) Memiliki komunikasi yang baik; (n)

    Sekolah memiliki akuntabilitas; (o) Sekolah memiliki

    kemampuan menjaga sustainabilitas atau berke-

    lanjutan.

    3. Input pendidikan: Karakteristik aspek input pen-

    didikan adalah (a) Memiliki kebijakan, tujuan, dan

    sasaran mutu yang jelas; (b) Sumber daya tersedia

    dan siap; (c) Staf yang kompeten dan berdedikasi

    tinggi; (d) Memiliki harapan prestasi yang tinggi; (e)

    Fokus pada pelanggan khususnya siswa; (f) Input

    manajemen.

    Sejalan dengan MPMBS tersebut dalam otonomi

    manajemen sekolah menyangkut kebijakan yang

    dibutuhkan untuk melaksanakan wewenang mulai dari

    perencanaan, pelaksanaan, pendanaan dan evaluasi-

    nya. Menurut Sagala (2013:163) otonomi manajemen

    sekolah dan desentralisasi fungsi manajemen sekolah

    seperti pada Gambar berikut :

  • Gambar 2.2. Otonomi Manajemen Sekolah dan

    Desentralisasi Fungsi Manajemen.

    Input Proses Output

    Perencanaan dan evaluasi program sekolah

    Pengayaan kurikulum dan bahan ajar.

    Pembinaan ketenagaan dan pertumbuhan jabatan profesi.

    Mengelola fasilitas.

    Mengelola keuangan dan anggaran.

    Program kesiswaan.

    Melakukan hubungan sekolah dengan masyarakat.

    Kenyamanan iklim sekolah.

    Proses manajemen sekolah dan

    proses belajar mengajar dalam sistem otonomi

    sekolah

    1. Pelayanan kebutuhan mengajar guru.

    2. Pelayanan belajar siswa oleh guru.

    3. Prestasi belajar siswa dan lulusan yang kompetitif.

    Selektif

    Efektif dan Efisien

    Berkualitas

    Menurut Sallis (2011:73) “Total Quality

    Management” (TQM) dalam dunia pendidikan ada

    beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan: (1)

    Perbaikan yang secara terus-menerus (continuous

    improvement). (2) Menentu-kan standar mutu (quality

    assurance). (3) Perubahan kultur (change of cultur). (4)

    Perubahan organisasi (upside-down organization). (5)

    Mempertahankan hubungan dengan pelanggan

    (keeping close to the custome). Sejalan dengan ini

    pendapat Sallis, Sukmadinata dkk (2008) dalam

    Sunandar (2014) menyatakan 5 prinsip yang harus

    dipedomani dalam proses penjaminan mutu

    pendidikan, yaitu 1) berfokus pada konsumen, 2)

  • 37

    keterlibatan menyeluruh, 3) Pengu-kuran 4) pendidikan

    sebagai sistem dan 5) perbaikan yang berkelanjutan.

    Menurut Sagala (2013:154) konsep MBS perlu

    memperhatikan kajian, penelitian, strategi yang

    bertujuan otonomi sekolah dan partisipasi masyarakat

    mempunyai keterlibatan yang tinggi dengan memberi-

    kan kerangka dasar meningkatkan mutu. Dengan bebe-

    rapa model yaitu 1) peningkatan peranan guru, 2) pe-

    ningkatan wawasan pengelolaan pengajaran melalui

    studi penelitian dan kajian pustaka 3) penyamaan visi

    semua pihak dalam proses perubahan untuk mem-

    fokuskan arah baru merealisasikan penyelenggaraan

    program dengan sistem MBS.

    Dalam implementasi MBS membutuhkan penja-

    minan mutu, kegiatan penjaminan mutu dilakukan

    secara sinergis oleh berbagai pihak, baik pihak internal

    maupun pihak eksternal. Penjaminan mutu secara

    internal dilakukan oleh masing-masing satuan

    pendidikan. Secara internal satuan pendidikan me-

    nerapkan penjaminan mutu manajemen berbasis

    sekolah/madrasah (MBS/M), visi dan misi, menyusun

    program kerja, dan melakukan ujian sekolah/

    madrasah serta evaluasi diri secara menyeluruh. Upaya

    satuan pendidikan dalam peningkatan mutu dilakukan

    secara berkelanjutan sebagai penjaminan mutu yang

    bersifat internal.(Depdiknas, 2009:13).

  • Kajian secara teoritis proses penjaminan mutu

    dikemukakan oleh Fatah, N. (2012) dalam Sunandar

    (2014:54) yang menyatakan strategi penjaminan mutu

    dapat dilaksanakan dengan cara pengukuran dan

    evaluasi melalui audit internal dan audit eksternal

    yang dilakukan oleh badan akreditasi dan self

    assessment yang dilakukan oleh setiap satuan

    pendidikan. Audit internal biasanya dilakukan oleh

    satuan penjaminan mutu yang dibentuk lembaga

    sementara audit eksternal dilakukan oleh badan

    akreditasi yang dibentuk oleh pemerintah.

    Peran BAN-S/M dalam penjaminan mutu pen-

    didikan tidak terlepas dari peran kegiatan akreditasi

    sebagai unsur eksternal yang hasilnya (baik berupa

    peringkat akreditasi maupun rekomendasi tindak

    lanjut) disampaikan kepada setiap satuan pendidikan

    dan berbagai instansi penyelenggara dan pembina

    satuan pendidikan sebagai masukan dalam upaya

    perbaikan, pengembangan, dan penyempurnaan mutu

    dalam rangka penjaminan mutu pendidikan. Pen-

    jaminan mutu yang bersifat eksternal dilakukan oleh

    berbagai pihak atau instansi di luar satuan pendidikan

    yang secara fomal memiliki tugas dan fungsi berkaitan

    dengan penjaminan mutu pendidikan baik secara

    langsung maupun tidak langsung mempengaruhi

    satuan pendidikan dalam meningkatkan mutu secara

  • 39

    berkelanjutan. Empat unsur yang berperan dalam

    penjaminan mutu oleh pihak ekstenal adalah sebagai

    berikut. 1) Penetapan SNP, 2) Pemenuhan SNP, 3)

    Penentuan Kelayakan Satuan/Program, 4) Penilaian

    Hasil Belajar dan Evaluasi kinerja Pendidikan.

    (Depdiknas, 2009 :13).

    Berdasarkan uraian di atas manajemen pe-

    ningkatan mutu berbasis sekolah memiliki karak-

    teristik output, proses dan input, yang mana hal ini

    berkaitan dengan desentralisasi fungsi manajemen

    dalam peningkatan mutu sekolah. Sebagai otonomi

    manajemen sekolah dalam melaksanakan wewenang

    mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pendanaan dan

    evaluasinya, yang dilaksanakan dengan mengacu pada

    penetapan Standar Nasional Pendidikan, pemenuhan

    Standar Nasional Pendidikan, penentuan kelayakan

    satuan program, dan penilaian hasil belajar dan

    evaluasi kinerja pendidikan dengan berfokus pada

    konsumen, keterlibatan menyeluruh, Pengukuran,

    pendidikan sebagai sistem dan, perbaikan yang

    berkelanjutan.

    2.4. Rencana Strategis Dalam Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

    Kinerja sekolah membutuhkan rencana kinerja,

    pelaksanaan kinerja berdasarkan standar mem-

  • butuhkan manajemen strategis. Dalam manajemen

    strategis berkaitan dengan upaya memutuskan

    persoalan strategi dan perencanaan, dan bagaimana

    strategi tersebut dapat dilaksanakan dalam prakteknya.

    Menurut Umar(2002:31) teori manajemen strategi dapat

    diklasifikasikan tiga yaitu strategi generik (Generic

    strategy), yang dijabarkan menjadi strategi utama/

    induk (Grand strategy) selanjutnya dijabarkan menjadi

    strategi fungsional.

    Dari teori ini diperjelas oleh Akdon (2011:39)

    tiga elemen utama dalam manajemen strategis.

    Pertama, terdapat analisis strategis di mana penyusun

    strategis yang bersangkutan berupaya untuk me-

    mahami posisi strategis organisasi yang bersangkutan.

    Kedua, terdapat pula adanya pilihan strategis yang

    berhubungan dengan perumusan aneka macam arah

    tindakan, evaluasinya, dan menentukan pilihan. Ketiga,

    implementasi strategi yang berhubungan dengan

    merencanakan bagaimana pilihan strategi dapat

    dilaksanakan.

    Jabaran dari strategi generik ke strategi utama/

    induk dari Fred R. David dalam Umar(2002:4) sebagai

    berikut :

  • 41

    Strategi Generik Strategi Utama/Induk

    Strategi Integrasi Vertikal (Vertical Integration Strategy)

    Strategi Integrasi ke Depan (Forward Integration Strategy)

    Strategi Integrasi ke Belakang (Backward Integration Strategy)

    Strategi Integrasi horisontal (Horizontal Integration Strategy)

    Strategi Intensif (Intensive Strategy)

    Strategi Pengembangan Pasar (Market Dev. Strategy)

    Strategi Pengembangan Produk (Product Dev. Strategy)

    Strategi Penetrasi Pasar (Market Penetration Strategy)

    Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy)

    Strategi Diversifikasi Konsentrik (Concentric Divers. Strategy)

    Strategi Diversifikasi Konglomerat (Conglomerate Divers. Strategy)

    Strategi Diversifikasi Horizontal

    (Horizontal Divers . Strategy) Strategi Bertahan (Devensive Strategy)

    Strategi Usaha Patungan (Joint Venture Strategy)

    Strategi Penciutan Biaya (Retrenchment Strategy)

    Strategi Penciutan Usaha (Diverstiture Strategy)

    Strategi Likuidasi (Liquidation Strategy)

    Perencanaan strategis yaitu merupakan bagian

    dari menejemen strategis yang berfokus pada

    bagaimana menejemen puncak menentukan visi, misi,

    falsafah dan strategi perusahaan untuk mencapai

    tujuan perusahaan dalam jangka panjang .(Umar

    2002:17). Sedangkan West-Burnham 1994 (dalam Bush

    & Colemon 2012 : 51) mendefinisikan perencanaan

    strategis adalah :

    Sebuah proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang (tiga sampai lima tahun) yang menterjemahkan visi dan misi ke dalam

  • outcomes yang signifikan, terukur,dan praktis. Walaupun ini merupakan tanggungjawab utama dari manajemen senior, namun ini merupakan proses yang membutuhkan komunikasi dua arah dalam semua tahap dan harus difokuskan pada tujuan utama dan aktivitas praktis sekolah atau perguruan tinggi.

    Menurut Sagala (2013:56) perencanaan meru-

    pakan urat nadi dalam sebuah manajemen. Peren-

    canaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan

    sumber-sumber daya secara terpadu yang diharapkan

    dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya

    yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif

    dalam mencapai tujuan. Hal ini menunjukkan bahwa

    perencanaan merupakan suatu proses yang

    memungkinkan seorang manajer melihat ke masa

    depan dan menemukan berbagai alternatif arah

    kegiatan.

    Rencana strategis disebut juga rencana pe-

    ngembangan usaha atau institusi, yang merinci tolok

    ukur-tolok ukur yang kelak digunakan institusi dalam

    mencapai misinya. Rencana strategis biasanya disusun

    dalam jangka waktu menengah, diatas tiga tahun.

    Tujuannya adalah untuk memberi sebuah pedoman

    dan arahan kepada institusi, dan rencana bukan

    instrumen yang kaku, namun dapat memodifikasi baik

    internal maupun eksternal sesuai kebutuhannya

    (Sallis, 2011:226).

  • 43

    Berdasarkan sejumlah pengertian diatas, tampak

    bahwa rencana strategis atau perencanaan strategis

    dimaksudkan untuk mencapai tujuan utama sekolah,

    yang mana sekolah dalam melaksanakan manajemen

    strategis berfokus pada perencanaan strategis yang

    dapat digunakan sebagai tolok ukur atau pedoman

    dalam lembaga sekolah dalam mencapai misinya.

    Dengan proses yang dilakukan dalam memanfaatkan

    sumber-sumber daya secara terpadu dengan

    memodifikasi secara internal dan eksternal sesuai

    dengan alternatif arah kegiatan yang ditetapkan sesuai

    kebutuhan sekolah.

    2.5. Strategi Peningkatan Mutu Melalui Akreditasi Sekolah berdasarkan Analisis SWOT

    Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan,

    menurut Stephanie K. Marrus, yang dikutip Sukristono

    (dalam Umar 2002: 31) strategi didefinisikan sebagai

    suatu proses penentuan rencana para pemimpin

    puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang

    organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya

    bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

    Sedangkan Akdon (2011:150) strategi organisasi

    merupakan suatu pernyataan mengenai arah dan

    tindakan yang diinginkan waktu yang akan datang.

    Strategi suatu organisasi yang meliputi: kebijakan,

  • program dan kegiatan manajemen untuk melaksana-

    kan misi organisasi, yang mencakup sasaran kinerja

    yang harus dipenuhi, fokus pada pelanggan, dan

    memperbaiki kinerja pelayanan.

    Prinsip peningkatan mutu secara berkelanjutan

    membawa konsekuensi bahwa sekolah perlu memiliki

    visi ke depan, misi yang jelas, tujuan yang fokus, serta

    perencanaan strategis, dan jangka pendek pada tiap

    satuan pendidikan. Sekolah memiliki kewenangan

    (kemandirian) lebih besar dalam mengelola sekolahnya

    dalam menetapkan sasaran peningkatan mutu,

    menyusun rencana peningkatan mutu, melaksanakan

    rencana peningkatan mutu dan melaksanakan evaluasi

    pelaksanaan peningkatan mutu, memiliki fleksibilitas

    pengelolaan sumber daya sekolah, dan memiliki

    partisipasi yang besar dari kelompok-kelompok yang

    berkepentingan dengan sekolah (Dikti MBS, 2:16).

    Peningkatan mutu tidak terlepas dari pe-

    laksanaan akreditasi sekolah/madrasah memiliki

    manfaat sebagai berikut, (1) dapat dijadikan sebagai

    acuan dalam upaya peningkatan mutu sekolah/

    madrasah dan rencana pengembangan sekolah/

    madrasah, (2) dapat dijadikan sebagai motivator agar

    sekolah/madrasah terus meningkatkan mutu pen-

    didikan secara bertahap, terencana, dan kompetitif baik

    di tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan

  • 45

    regional dan internasional, (3) dapat dijadikan umpan

    balik dalam usaha pemberdayaan dan pengembangan

    kinerja warga sekolah/madrasah dalam rangka me-

    nerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan

    program sekolah/madrasah, (4) membantu meng-

    identifikasi sekolah/madrasah dan program dalam

    rangka pemberian bantuan pemerintah, investasi dana

    swasta dan donatur atau bentuk bantuan lainnya, (5)

    bahan informasi bagi sekolah/madrasah sebagai

    masyarakat belajar untuk meningkatkan dukungan

    dari pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta

    dalam hal profesionalisme, moral, tenaga dan dana, (6)

    membantu sekolah/madrasah dalam menentukan dan

    mempermudah kepindahan peserta didik dari satu

    sekolah ke sekolah lain, pertukaran guru dan

    kerjasama yang saling menguntungkan (Depdiknas,

    2009:6).

    Sallis (2012:221) menyebutkan SWOT adalah

    singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities,

    and Threats (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan

    Ancaman) yang digunakan untuk perencanaan strategis

    pendidikan dan merupakan alat yang efektif untuk

    menempatkan potensi institusi. Analisis SWOT ini

    dibagi dalam dua elemen, analisa internal yang

    berkonsentrasi pada prestasi institusi melalui uji

    kekuatan dan kelemahan yang merupakan hasil audit

  • internal dan analisa lingkungan dalam konteks

    eksternal melalui uji peluang dan ancaman dimana

    institusi beroperasi.

    Menurut Pearce dan Robinson (1997:227) ada

    tiga hal pokok untuk keberhasilan suatu strategi, (1)

    strategi harus konsisten dengan kondisi lingkungan

    persaingan, dengan memanfaatkan peluang yang ada

    dan meminimalkan ancaman, (2) strategi harus

    realistik, dalam hal ini perlu memperhatikan kekuatan

    intern, (3) strategi harus dilaksanakan secara cermat.

    Berdasarkan uraian diatas strategis peningkatan

    mutu melalui akreditasi sekolah dimaksudkan sebagai

    arah dan tindakan yang diinginkan oleh sekolah dalam

    upaya peningkatan mutu sekolah sesuai pada standar

    akreditasi sekolah yang mencakup sasaran kinerja yang

    harus dipenuhi sesuai standar dengan memperhatikan

    hasil audit internal maupun audit eksternal dari

    analisis SWOT.

    Menurut Pearce dan Robinson (1997:234)

    analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara

    untuk membantu analisis strategi, dengan alternatif

    pada gambar dibawah pada sel 1, Strategi Agresif,

    banyak peluang lingkungan dan kekuatan yang

    mendorong pada strategi yang berorientasi pada

    pertumbuhan, sel 2 Strategi Diversifikasi, banyak

    kekuatan-kekuatan tertentu menghadapi lingkungan

  • 47

    yang tidak menguntungkan, sel 3 Strategi Berbenah

    Diri, menghadapi peluang pasar yang impresif tetapi

    dikendalai oleh kelemahan-kelemahan intern, sel 4

    Strategi Defensif menghadapi ancaman lingkungan

    yang besar, sementara posisinya lemah.

    Gambar 2.3. Diagram Analisis SWOT

    Posisi strategi peningkatan mutu melalui akre-

    ditasi dengan analisis SWOT merupakan strategi yang

    digunakan oleh sekolah untuk peningkatan mutu

    sesuai dengan indikator yang ingin dicapai ber-

    dasarkan standar akreditasi, dengan memperhatikan

    hasil analisis internal dan eksternal sehingga diperoleh

    analisis strategi dengan empat kemungkinan, sesuai

    dengan Akdon (2011:306) teknik analisis SWOT

    dengan mengindikasikan beberapa aspek kekuatan dan

    kelemahan secara internal demikian peluang dan

    Peluang (O)

    Kelemahan Internal

    (W)

    Sel 3: Strategi Berbenah diri

    Sel 1: Strategi Agresif

    Sel 4: Strategi Defensif

    Sel 2: Strategi Diversifikasi

    Kekuatan Internal

    (S)

    Ancaman (T)

  • ancaman secara eksternal, kekuatan, kelemahan,

    peluang dan ancaman ini tidak konstan fluktuatif

    adanya dan bahkan cukup labil pengaruhnya. Dalam

    hal ini analisis SWOT memperkenalkan empat tipe

    strategis yang akan digunakan yaitu :

    1. Konsep strategis Aggresive atau juga disebut Kuadran-1 (SO) yaitu bagaimana mencapai sasaran dengan mengoptimalkan kekuatan (strengths) untuk memanfaatkan peluang (opportunities), misalnya dengan menambah frekuensi aktivitas mumpung peluang masih ada.

    2. Konsep strategis Diversification atau juga di-sebut Kuadran-2 (ST) yaitu bagaimana men-capai sasaran dengan mengoptimalkan ke-kuatan (strengths) untuk meminimalkan atau mengatasi ancaman (threats), misalnya dengan mengembangkan aktivitas dan menetapkan alternatif-alternatif pilihan yang ditempuh.

    3. Konsep strategis Turn-around atau juga di-sebut Kuadran-3 (WO) yaitu bagaimana men-capai sasaran dengan menekan meminimal-kan kelemahan (weaknesses) untuk me-manfaatkan peluang (opportunities), misalnya meninjau kembali perencanaan dengan me-nyederhanakan dengan melakukan tindakan efesiensi.

    4. Konsep strategis Defensive atau juga disebut Kuadran-4 (WT) yaitu bagaimana mencapai sasaran dengan meminimalkan kelemahan (weaknesses) untuk menghindari atau meng-atasi ancaman (threats), misalnya dengan mengupayakan mitra baru.

  • 49

    2.6. Langkah-langkah Pengembangan Rencana Strategis

    Langkah-langkah yang digunakan untuk

    Penelitian dan Pengembangan menurut Sugiyono

    (2013:408) rencana strategis peningkatan melalui

    akreditasi adalah sebagai berikut :

    1. Potensi dan Masalah

    Potensi yang dimiliki sekolah secara internal sebagai

    kekuatan sekolah dan secara eksternal peluang bagi

    sekolah untuk mengembangkan. Masalah-masalah

    sekolah secara internal adalah kelemahan yang

    dihadapi sekolah dan masalah-masalah eksternal

    sekolah adalah ancaman yang dihadapi sekolah

    dalam meningkatkan mutu melalui akreditasi

    sekolah. Potensi dan masalah yang ada di sekolah

    sebagai data empirik dalam penelitian ini.

    2. Mengumpulkan informasi

    Setelah potensi dan masalah yang menjadi

    kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

    dikumpulkan sebagai informasi yang digunakan

    sebagai bahan untuk merencanakan suatu strategi

    yang diharapkan dapat dijadikan alternatif dalam

    pemecahan masalah dalam meningkatkan mutu

    melalui akreditasi tersebut. Data yang diperlukan

    diperoleh melalui FGD (Focus Group Discussions),

    wawancara, observasi, dan studi dokumen.

  • 3. Desain Produk

    Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah

    rencana strategis peningkatan mutu melalui

    akreditasi sekolah, yang dapat dijadikan pedoman

    dalam meningkatkan dan mempertahankan

    akreditasi sekolah. rencana ini masih bersifat

    hipotesis karena keefektifannya belum terbukti dan

    akan diketahui setelah melalui pengujian.

    4. Validasi Desain

    Validasi desain dapat dilakukan sebagai proses

    penilaian apakah rencana strategis yang dibuat

    secara rasional akan efektif yang digunakan sebagai

    usaha peningkatan mutu sekolah dengan mengacu

    pada standar akreditasi untuk dilakukan di sekolah.

    Oleh karena itu diperlukan tenaga ahli yang

    berpengalaman atau pakar pendidikan untuk

    menilai produk penelitian ini.

    5. Perbaikan Desain

    Setelah rencana strategis dalam penelitian ini

    dilakukan validasi, akan dapat diketahui kele-

    mahannya, selanjutnya dicoba untuk memperbaiki

    rencana tersebut. Perbaikan sebelum diberikan

    kepada sekolah dilakukan oleh peneliti. Yang pada

    akhirnya produk ini dapat diberikan kepada sekolah

    sebagai upaya peningkatan mutu melalui akreditasi

    sekolah.

  • 51

    Menurut Rangkuti (2013:23) tahapan perenca-

    naan strategis yaitu: tahap pengumpulan data, tahap

    analisis dan tahap pengambilan keputusan, seperti

    pada Tabel berikut:

    Gambar 2.4 Kerangka Formulasi Strategis

    1. TAHAP PENGUMPULAN DATA

    Evaluasi Faktor Eksternal

    Evaluasi Faktor Internal

    Matrik Profit Kompetitif

    2. TAHAP ANALISIS

    Matrik TOWS SOT

    Matrik BCG

    Matrik IE Matrik Space

    Matrik Grand Strategy

    3. TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

    Matrik Perencanaan Strategis Kuantitatif

    Sumber: Rangkuti, 2013

    Langkah-langkah pengembangan rencana

    strategis dari Sugiyono tersebut sesuai situasi yang

    peneliti hadapi, maka peneliti akan merumuskan

    penggabungan dari Rangkuti tersebut. Perumusan ini

    akan dipakai sebagai dasar untuk melakukan

    penelitian adalah sebagai berikut :

    1. Potensi dan Masalah

    Potensi yang dimiliki sekolah secara internal

    sebagai kekuatan sekolah dan secara eksternal

    peluang bagi sekolah untuk mengembangkan.

    Masalah-masalah sekolah secara internal adalah

    kelemahan yang dihadapi sekolah dan masalah-

    masalah eksternal sekolah adalah ancaman yang

  • dihadapi sekolah dalam meningkatkan mutu

    melalui akreditasi sekolah. Potensi dan masalah

    yang ada di sekolah sebagai data empirik dalam

    penelitian ini.

    2. Tahap Pengumpulan Data

    Dalam pengumpulan data peneliti telah

    melakukan persiapan berupa rancangan untuk

    pelaksanaan pengumpulan data, yaitu instrumen

    yang dijadikan pedoman dalam wawancara, studi

    dokumentasi, FGD, dan observasi. Dalam

    pengumpulan data primer berdasarkan analisis

    SWOT, untuk pembobotan dan penskoran

    dilakukan dalam FGD.

    3. Tahap Analisis Data

    Dalam tahap analisis ini berupa matriks IFAS

    dan EFAS, matriks SWOT, Matriks Internal

    Eksternal (IE) Matrik SPACE (Strategic Position

    and Action Evaluation) dan Matriks Grand

    Strategy.

    4. Tahap pengambilan Keputusan

    Pada tahap ini untuk mengambil keputusan

    berdasarkan Matrik Perencanaan Strategis

    Quantitatif atau QSPM. Dari sini akan diperoleh

    alternatif pilihan dari nilai perhitungan yang

    tertinggi dalam pembobotan dan penskoran.

  • 53

    5. Desain Produk

    Dari hasil keputusan analisis SWOT akan dibuat

    rencana strategis yang sekiranya bisa dijadikan

    sebagai acuan bagi sekolah dalam meningkatkan

    dan mempertahankan mutu melalui akreditasi.

    Namun demikian renstra ini akan dilakukan

    validasi desain kemudian perbaikan desain

    dipadukan sesuai dengan kebutuhan sekolah

    sehingga menghasilkan renstra yang sempurna

    untuk diterapkan disekolah.

    6. Validasi Desain

    Validasi desain dapat dilakukan sebagai proses

    penilaian apakah rencana strategis yang dibuat

    secara rasional akan efektif yang digunakan

    sebagai usaha peningkatan mutu sekolah dengan

    mengacu pada standar akreditasi untuk

    dilakukan di sekolah. Oleh karena itu diperlukan

    pakar atau tenaga ahli yang sudah

    berpengalaman untuk menilai produk ini,

    sehingga dapat diketahui kekuatan dan

    kelemahannya.

    7. Perbaikan Desain

    Setelah rencana strategis dalam penelitian ini

    dilakukan validasi, akan dapat diketahui

    kelemahannya, selanjutnya dicoba untuk

    memperbaiki rencana tersebut. Perbaikan

    sebelum diberikan kepada sekolah dilakukan

  • oleh peneliti. Yang pada akhirnya produk ini

    dapat diberikan kepada sekolah sebagai upaya

    peningkatan mutu melalui akreditasi sekolah.

    2.6. Kerangka Pikir

    Kerangka pikir dalam penelitian ini Rencana

    Strategis peningkatan Mutu Melalui Akreditasi Sekolah

    Pada SD Gugus Jenderal Sudirman Kecamatan

    Tengaran Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut:

    Gambar 2.5

    Kondisi sekolah-sekolah potensial merupakan

    sekolah yang masih banyak kekurangan atau kelemah-

    an untuk memenuhi kriteria sekolah yang sesuai

  • 55

    dengan Standar Nasional Pendidikan. Oleh karena itu

    diperlukan perencanaan strategis untuk mencapai pe-

    menuhan SNP dan akreditasi sekolah. Strategi pe-

    ningkatan mutu mengacu pada akreditasi sekolah me-

    rupakan perencanaan yang berisi tentang kegiatan

    yang didesain untuk memastikan bahwa tujuan dapat

    dicapai melalui tindakan yang tepat dalam rangka

    meningkatkan mutu melalui akreditasi sekolah.

    Dalam mendapat strategi yang tepat lembaga

    pendidikan perlu mengidentifikasi visi, misi dan tujuan

    sekolah yang memberikan arah, fokus serta

    menganalisis lingkungan internal dan eksternal. Dari

    analisis lingkungan internal dan eksternal kemudian

    mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan,

    kelemahan, peluang dan ancaman yang mengacu pada

    8 SNP dan standar akreditasi sekolah. Dengan analisis

    SWOT sebagai bahan untuk dijadikan sebagai dasar

    dalam menentukan rencana strategis dalam hal ini

    produk dari penelitian ini. Produk yang dihasilkan

    sebagai input diusahakan dengan selektif dalam

    manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang

    berupa perencanaan dan hasil dari evaluasi

    pelaksanaan program sebagai acuan dalam proses

    manajemen berbasis sekolah dan proses belajar

    mengajar agar efesien dan efektif untuk menghasilkan

    output yang berkualitas yaitu siswa, guru dan kepala

    sekolah serta sekolah.