BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 2.1 -...

10
5 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar 2.1.1 Hakikat Belajar Belajar adalah perubahan perilaku yang dialami siswa dikarenakan adanya interaksi dengan lingkungannya, Quthb (2005, hal. 14). Belajar adalah suatu proses pemerolehan perubahan tingkah laku secara keseluruhan, untuk dijadikan pengalaman dirinya sendiri baik di dalam ataupun di lingkungannya, oleh Drs. Slameto dalam (Djamarah, 1999). Kedua argumen yang tercantum diatas, belajar dapat diartikan sebagai perubahan yang ada pada diri siswa yang disebabkan karena adanya pengalaman yang ia dapat, baik dari dalam dirinya sendiri maupun dari lingkungannya. 2.1. 2 Hasil Belajar Pengetian hasil belajar menurut beberapa ahli diantaranya Hamalik (2001) menyatakan bahwa bila seorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. (Anni, 2006) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Sedangkan dalam pengartian Sudjana (2004, hal. 22) memaparkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki anak setelah mendapatkan pengalaman belajar. Hasil belajar dibagi menjadi tiga, yaitu; 1. Keterampilan dan kebiasaan 2. Pengetahuan dan pengertian 3. Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah Hasil belajar yang didapat siswa dipengaruhi oleh berapa faktor, yaitu dari dalam diri siswa dan dari luar siswa itu sendiri, Sudjana (1989, hal. 39). Aspek bidang kognitif (penguasaan intelektual),bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai), dan bidang psikomotor (kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku)

Transcript of BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 2.1 -...

Page 1: BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4363/3/T1_292009082_BAB II… · Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi

5

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Belajar dan Hasil Belajar

2.1.1 Hakikat Belajar

Belajar adalah perubahan perilaku yang dialami siswa dikarenakan adanya

interaksi dengan lingkungannya, Quthb (2005, hal. 14).

Belajar adalah suatu proses pemerolehan perubahan tingkah laku secara

keseluruhan, untuk dijadikan pengalaman dirinya sendiri baik di dalam ataupun di

lingkungannya, oleh Drs. Slameto dalam (Djamarah, 1999).

Kedua argumen yang tercantum diatas, belajar dapat diartikan sebagai

perubahan yang ada pada diri siswa yang disebabkan karena adanya pengalaman

yang ia dapat, baik dari dalam dirinya sendiri maupun dari lingkungannya.

2.1. 2 Hasil Belajar

Pengetian hasil belajar menurut beberapa ahli diantaranya Hamalik (2001)

menyatakan bahwa bila seorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku

pada orang tersebut.

(Anni, 2006) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh

pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Sedangkan dalam pengartian

Sudjana (2004, hal. 22) memaparkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki anak setelah mendapatkan pengalaman belajar. Hasil belajar dibagi

menjadi tiga, yaitu;

1. Keterampilan dan kebiasaan

2. Pengetahuan dan pengertian

3. Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan

bahan yang ada pada kurikulum sekolah

Hasil belajar yang didapat siswa dipengaruhi oleh berapa faktor, yaitu dari dalam

diri siswa dan dari luar siswa itu sendiri, Sudjana (1989, hal. 39). Aspek bidang

kognitif (penguasaan intelektual),bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan

nilai), dan bidang psikomotor (kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku)

Page 2: BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4363/3/T1_292009082_BAB II… · Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi

6

adalah aspek-aspek yang dipandang sebagai hasil belajar siswa, Sudjana (1989,

hal. 49). Pada umumnya hasil belajar dapat dinilai melalui tes. Tes tersebut

merupakan tes uraian maupun tes obyektif (Sudjana, 2011, hal. 55).

Jadi, hasil belajar dapat diartikan sebagai keterampilan yang diperoleh

setelah adanya proses pembelajaran dengan segala faktor penunjangnya baik

internal maupun eksternal, dilihat dari hasil tes yang diberikan.

2.2 Model Pembelajaran SQ3R

2.2.1 Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran dalam pengartian Sagala (2003) adalah penyediaan dan

pemanfaatan sumber belajar yang terjadi secara alami sehingga siswa dapat

mempelajari nilai yang benar. Pengertian lain didapat dari Dimyati dan Mudjiono

(1999), dimana pembelajaran adalah kegiatan oleh guru secara terprogram dalam

desain instruktional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan

pada penyediaan sumber belajar.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai segala bentuk kegiatan yang

memanfaatkan sumber belajar agar siswa mendapat nilai-nilai yang benar secara

aktif.

2.2.2 Model Pembelajaran

“Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran

yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari

penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran” (Sudrajat, 2008).

Menurut Joyce, model pembelajaran adalah suatu susunan yang digunakan

untuk pedoman dalam perencanaan pembelajaran agar terarah sedemikian rupa

sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Trianto (2007, hal. 5). Pengertian model

pembelajaran menurut Depdiknas (2005, hal. 3) adalah suatu konsep untuk

mengajarkan materi dalam mencapai tujuan tertentu yang mencakup strategi,

pendekatan, metode serta teknnik.

Page 3: BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4363/3/T1_292009082_BAB II… · Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi

7

Jadi, model pembelajaran adalah suatu rancangan untuk digunakan sebagai

acuan mengajarkan materi pada proses belajar-mengajar agar tujuan yang hendak

didapat tercapai.

2.2.3 Model Pembelajaran SQ3R

Pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) adalah

strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan

menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan

sintaks: Survey ,Question , Read, Recite, dan Review, (Slameto; dkk, 2011-2012).

Metode belajar SQ3R adalah kiat yang dirancang untuk memahami isi teks. SQ3R

dikembangkan oleh Francis P. Robinson di Universitas Negeri Ohio Amerika

Serikat. Alokasi waktu yang diperlukan dalam metode belajar SQ3R relatif sama

dengan metode mempelajari teks biasa, tetapi hasil pembelajaran dapat

diharapkan lebih memuaskan, karena siswa menjadi pembaca aktif, dan terarah

langsung pada intisari teks, (Syah, 1995, hal. 130)

Francis P. Robinson dalam Mushlihin (Al-Hafizh, 2012) mengemukaka

Model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) bersifat

praktis dan bisa diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar.

Jadi model pembelajaran SQ3R adalah pedoman dalam perencanaan

pembelajaran untuk membaca dan mengambil intisari dari bacaan.

2.2.4 Kelebihan Model Pembelajaran SQ3R

Menurut (Al-Hafizh, 2012) melalui model SQ3R, siswa dapat ;

1. terbiasa berpi kir terhadap bahan bacaan sehingga siswa menjadi lebih aktif

dan telatih untuk bisa membuat pertanyaan.

2. berusaha untuk memikirkan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang

mendalami isi bacaan atau teks tersebut.

3. saling bertukar pendapat dalam memahami konsep materi yang disajikan

dalam uraian teks.

Page 4: BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4363/3/T1_292009082_BAB II… · Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi

8

2.2.5 Langkah Penerapan SQ3R

Adapun langkah-langkah yang ada pada model pembelajaran SQ3R (Syah,

1995).

1. Survey (Memeriksa dan Meneliti).

Pada langkah ini guru perlu membantu dan mendorong siswa untuk memeriksa

atau meneliti secara singkat seluruh isi bacaan. Hal ini bertujuan agar siswa

mengetahui panjangnya teks, judul, bagian (heading) dan judul sub-bagian

(subheading), istilah dan kata kunci, dan sebagainya.

2. Question (Bertanya).

Langkah berikutnya, guru memberi petunjuk kepada siswa untuk menyusun

pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan dengan bacaan.

3. Read (Membaca).

Langkah ketiga, guru menyuruh siswa untuk membaca secara aktif untuk mencari

jawaban dari pertanyaan yang telah disusun pada langkah kedua. Dalam langkah

ini, membaca aktif yakni memfokusksan pada paragraf-paragraf yang

diperkirakan mengandung jawaban yang sekiranya relevan dengan pertanyaan

tadi.

4. Recite (mengomunikasikan setiap jawaban yang telah di temukan).

Langkah keempat, guru menyuruh siswa menyebutkan lagi jawaban dari

pertanyaan yang telah disusun. Dalam tahapan ini diusahakan siswa dilatih untuk

tidak membuka catatan jawaban. Jika sebuah pertanyaan tak terjawab, siswa tetap

disuruh menjawab pertanyaan berikutnya. Dan seterusnya.

5. Review (Mengulangi).

Langkat terakhir guru menyuruh siswa meninjau ulang seluruh pertanyaan dan

jawaban secara singkat.

2.2.6 Langkah-Langkah Penerapan SQ3R dalam Standar Proses

Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi

lulusan. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan

Page 5: BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4363/3/T1_292009082_BAB II… · Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi

9

proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses

pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

No. Pembelajaran dalam

Standar Proses Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Kegiatan pembuka

- Guru menyiapkan

buku dan sumber

belajarn lain, serta

menjelaskan

langkah kegiatan

- Siswa menyiapkan diri

untuk belajar

2. Kegiatan inti:

- Explorasi

- Elaborasi

- Konfirmasi

- Mendampingi

siswa memeriksa

teks bacaan

- Mengarahkan

siswa membuat

soal dari teks

yang diperiksa

- Mengarahkan

siswa menjawab

dan melengkapi

soal yang dibuat

dengan cara

membaca teks

bacaan

- Menyuruh siswa

menkomunikasian

apa yang diingat

dari teks dan

jawaban

- Memeriksa isi teks

yang sudah ditentukan

guru

- Membuat pertanyaan

dari teks yang sudah

diperiksa

- Menjawab/melengkapi

pertanyaan yang dibuat

dengan membaca

teks/sumber lain

- Memaparkan apa yang

diingat dari pertanyaan

dan jawaban serta

sumber lain

Page 6: BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4363/3/T1_292009082_BAB II… · Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi

10

pertanyaan

3. Kegiatan penutup

- Mengulas

kembali apa

yang dipelajari

dari teks

- Mengulas kemabli

apa yang dipelajari

dari teks dan

mengambil

kesimpulan

Tabel 2.1 Penerapan SQ3R pada Standar Proses

2.3 Ilmu Pengetahuan Alam

Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah

pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan

kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa

Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan

mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak

dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint"

Agus. S dalam Wikipedia (2013).

(Puskur, 2009) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA

bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-

konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Menurut H.W Fowler dalam (Trianto, 2012) IPA adalah pengetahuan yang sudah

sistematis, tersusun dan dirumuskan, yang berdasarkan pada pengamatan ataupun

deduksi, serta berkaitan dengan gejala-gejala kebendaan.

Pendapat lain dari Wahyana dalam Trianto (2012, hal. 136) IPA adalah

sekumpulan pengetahuan yang sistematis, dimana penggunaannya terbatas pada

gejala-gejala alam. IPA dapat digolongkan menjadi tiga bidang, yakni biologi,

fisika, dan kimia.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan

kumpulan teori sistematis yang meliputi penguasaan konsep, fakta, prinsip yang

menuntut sikap ilmiah dan hasilnya terwujud dalam produk ilmiah.

Page 7: BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4363/3/T1_292009082_BAB II… · Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi

11

Tujuan pengajaran IPA menurut (Aprianto, 2008) adalah untuk memahami

konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan pengetahuan sehari-hari, memiliki

ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan alam sekitar,

mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di

lingkungan sekitar, bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri,

bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri, mampu menerapkan berbagai

konsep IPA, mampu menggunakan teknologi sederhana, mengenal dan memupuk

rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan

Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Depdiknas dalam Trianto (2012), tujuan dan fungsi IPA berdasarkan

kurikulum berbasis kompetensi:

1. menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

2. mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah

3. mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi

4. menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan

pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengajaran IPA

untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan nilai positif melalui proses IPA

dalam memecahkan masalah serta dapat memanfaatkan teknologi sederhana dari

aplikasi IPA.

2.4 Langkah Pembelajaran untuk Penelitian

Langkah pembelajaran yang ditentukan oleh peneliti adalah, sebagai berikut:

1. Mengambil nilai tes IPA semester 1 sebagai nilai tes kondisi awal.

2. Menentukan materi yang sesusai dengan silabus semester 2 dari SD N 1

Soborejo Pringsurat.

3. Membuat RPP dengan model pembelajaran SQ3R.

4. Tindakan.

5. Memberikan tes kondisi akhir.

6. Membandingkan hasil nilai tes kondisi awal dengan nilai tes kondisi akhir.

Page 8: BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4363/3/T1_292009082_BAB II… · Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi

12

2.5 Kajian Hasil Penelitian Relevan

2.5.1 Kajian Hasil Penelitian Relevan Model SQ3R pada Mapel IPA

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa SD kelas V

dengan menerapkan strategi SQ3R (survey, question, read, recite, review) pada

judul Penerapan Strategi SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) untuk

Meningkatkan Minat Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA pokok Bahasan Bumi dan

Alam Semesta, dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran.

Pada siklus I yaitu: perhatian 7,18% keaktifan 10,46%, nilai hasil belajar 43,12%

mengalami peningkatan pada siklus II yaitu: perhatian 8,81%, keaktifan 11,37%,

nilai hasil belajar 67,81. Dianggap siklus I dan II belum tuntas maka peneliti

melanjutkan dengan siklus yang ke III. Adapun perubahan pada siklus III

perhatian 10,25%, keaktifan 13,12% dan hasil belajar menjadi 94,68%. Rohman

(2011).

2.5.2 Kajian Hasil Penelitian Relevan Model SQ3R pada Hasil Belajar

Penelitian oleh (Sri, 2009) denga judul Upaya Meningkatka Hasil Belajar

Mapel SKI dengan Menggunakan Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,

Review) Materi Pokok Dinasti Al-Ayyubiah pada Siswa Kelas VIII A Mts NU

Nurul Huda Mangkang Kulon Tahun Ajaran 2009/2010. Didapatkan hasil

terjadinya peningkatan hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran

dengan menggunakan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review).

Ini dibuktikan dengan pra siklus 47,82% dan rata-rata 69,13 meningkat pada

siklus 1 menjadi 69,56% dan rata-rata 69,98 dan siklus 2 menjadi 86,95% dan

rata-rata 76,21.

Dalam penelitian lain oleh (Rafikawanti, 2010) dengan hasil penelitian ini

menunjukan bahwa setelah dilakukan penerapan dengan metode SQ3R dapat

meningkatkan prestasi belajar. Hal ini dapat ditunjukan dengan hasil tes prestasi

belajar Pra Siklus dari 33 siswa, nilai rata-ratanya 57,5 yang mendapat nilai

diatas KKM(60) sebanyak 17 siswa atau 51,5% dan siswa yang mendapat nilai

diatas KKM adalah 16 siswa persentasinya adalah 48,4%. Siklus I nilai rata

61,5%, sebanyak 11 siswa yang di bawah KKM dengan persentasi 33,3 % dan

Page 9: BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4363/3/T1_292009082_BAB II… · Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi

13

yang diatas KKM 22 siswa aatu 61,6%. Siklus II rata-rata 66,6% yang mendapat

nilai di bawah KKM 0 siswa atau 0% dan yang diatas KKM 33 siswa atau 100%.

2. 5. 3 Kajian Hasil Penelitian Relevan Model SQ3R pada Hasil Belajar dan

Mapel IPA

Palupi (2012), hasil penelitian membuktikan bahwa pelaksanaan tindakan

kelas melalui penerapan strategi pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Banyudono dalam proses

pembelajaran Biologi. Rata-rata persentase capaian setiap indikator untuk angket

hasil belajar ranah afektif untuk siklus I 69,48% dan siklus II 78,09% (meningkat

8,61%). Rata-rata nilai persentase capaian setiap indikator yang didapatkan dari

hasil observasi hasil belajar ranah afektif untuk siklus I sebesar 55,35% dan siklus

II 63,76% (meningkat 8,41%). Rata-rata hasil belajar ranah kognitif berdasarkan

tes evaluasi untuk siklus I sebesar 74,84 dan siklus II 85,63 (meningkat 10,79).

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi

pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA

Negeri 1 Banyudono dalam proses pembelajaran Biologi.

Wahyuni (2010) dengan judul Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model

SQ3R dengan LKS Terstruktur dan Tidak Terstruktur terhadap Hasil Belajar

Siswa pada Materi Indera Penglihatan di SMA N 10 Palembang. Penerapan

pembelajaran Model SQ3R dengan LKS Terstruktur maupun Tidak Terstruktur

dapat meningkatkan hasil belajar Biologi siswa berdasarkan nilai pengujian tes

awal dan tes akhir siswa kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 di SMA Negeri 10

Palembang. Tes awal dan tes akhir siswa nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel

13,723 > 2,0211 artinya Model pembelajaran SQ3R dengan LKS Terstruktur

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. menggunakan uji Paired Sampel t Test

menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan LKS Tidak Terstruktur

mampu meningkatkan hasil belajar siswa karena nilai t-hitung lebih besar dari t-

tabel, 14,345 > 2,0195 artinya Model pembelajaran SQ3R dengan LKS Tidak

Terstruktur dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Page 10: BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4363/3/T1_292009082_BAB II… · Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi

14

2.6 Kerangka Pikir

Beberapa siswa kelas V di SD N 1 Soborejo Pringsurat memiliki hasil

belajar yang kurang memuaskan pada mapel IPA. Pada semester 1 tahun ajara

2012-2013, ada 7 siswa dengan nilai dibawah KKM dengan jumlah siswa di kelas

12 anak. Ini membuktikan bahwa hasil belajar mapel IPA di kelas ini rendah. Dari

keadaan awal kelas yang kurang aktif, serta ketertarikan siswa terhadap membaca

yang kurang antusias, dan hasil belajar yang kurang memuaskan, diberi tindakan

pembelajaran menggunakan model pembelajaran SQ3R. Setelah diberi tindakan,

keadaan kelas menjadi lebih aktif dan hasil belajar meningkat.

Gambar 3.1 Kerangka pikir

2.7 Hipotesis Tindakan

Penerapan model pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan hasil belajar

mapel IPA kelas V di SD N Soborejo Pringsurat.

Hasil balajar tidak memuaskan

Penerapan model SQ3R, dengan kelebihan: 1. terbiasa berpikir terhadap bahan bacaan sehingga

siswa aktif dan telatih untuk bisa membuat pertanyaan. 2. berusaha untuk memikirkan jawaban-jawaban dari

pertanyaan yang mendalami isi bacaan. 3. saling bertukar pendapat dalam memahami konsep

materi yang disajikan dalam uraian teks.

Materi dipahami

Siswa aktif, lebih tertarik membaca, perhatian

meningkat

Hasil belajar meningkat