file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk...

46
SISTEM EKONOMI PANCASILA: LANDASAN YURIDIS, CIRI-CIRI & PROSPEKNYA Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Perekonomian Indonesia Dosen Pengampu: Sukidjo, M.Pd. Disusun Oleh: Kelompok 2

Transcript of file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk...

Page 1: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

SISTEM EKONOMI PANCASILA: LANDASAN

YURIDIS, CIRI-CIRI & PROSPEKNYA

Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok

mata kuliah Perekonomian Indonesia

Dosen Pengampu:

Sukidjo, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 2

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI (R)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2011

Page 2: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

Pokok-Pokok Pikiran: Membangun Koperasi dan Sistem

Ekonomi (Emil Salim)Disusun oleh:

1. Heru Miftakhudin (08404241010)

2. Chandra Widyadewa (08404241012)

3. Lutfiana (08404241029)

4. Mayna Rery Fandani (08404241030)

I. PENDAHULUAN

Sejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara

sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah mengusahakan

kesejahteraan sosial. Cita-cita ini mau dicapai dengan koperasi. Sebagai bangun perusahaan,

koperasi tidak tumbuh dalam sistem ekonomi yang hampa. Bahkan arah perkembangan isi

sistem ekonomi mempengaruhi pertumbuhan koperasi. Demikian pula pertumbuhan koperasi

secara benar, mempengaruhi sistem ekonomi.

Masalah yang dibahas di sini adalah dalam sistem ekonomi yang bagaimanakah di

Indonesia, koperasi dapat tumbuh berkembang ? Begitu pula sebaliknya, bagaimanakah

koperasi mempengaruhi perkembangan sistem ekonomi ?

II. SISTEM EKONOMI PANCASILA

Suatu sistem ekonomi ditentukan oleh jaringan kelembagaan ekonomi dan hubungan

kerjanya dalam ruang lingkup suatu negara, memecahkan masalah-masalah ekonomi untuk

mencapai cita-cita bangsa. Cita-cita bangsa terangkum dalam Pembukaan Undang-Undang

Dasar yang lazim dikenal rumusan Pancasila. Untuk mencapainya perlu dibangun sistem

ekonomi Pancasila. Berdasarkan dokumen-dokumen UUD 45 dan Garis-Garis Besar Haluan

Negara, dapat ditarik ciri-ciri (das Sollen) sistem ekonomi Pancasila sebagai berikut :

Pertama, peranan negara beserta aparatur ekonomi negara adalah penting, tetapi tidak

dominan agar dicegah tumbuhnya sistem etatisme (serba negara). Peranan swasta adalah

penting, tetapi juga tidak dominan agar dicegah tumbuhnya free fight liberailsm. Dalam

sistem ekonomi Pancasila, usaha negara dan swasta tumbuh berdampingan dengan

perimbangan tanpa dominasi berlebihan satu terhadap yang lain. Sistem ekonomi ini memuat

dasar demokrasi ekonomi , sebagai sisi satu dari mata uang “demokrasi”. Sisi lain adalah

Page 3: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

demokrasi politik. Hakekat demokrasi ekonomi adalah tersebarnya (dispersi) kekuatan

ekonomi di masyarakat, dan tidak tersentralisasi di pusat atau terkumpul di beberapa tangan

anggota masyarakat (monopoli dan oligopoli). Dalam konsep demokrasi ekonomi dan politik

ini, hubungan politik dan ekonomi tidak vertikal, tetapi paralel horisontal.

Kedua, dalam sistem ekonomi Pancasila maka hubungan kerja antar lembaga-lembaga

ekonomi tidak didasarkan pada dominasi modal, seperti halnya dalam sistem ekonomi

kapitalis. Juga tidak didasarkan pada dominasi buruh, seperti halnya dalam sistem ekonomi

komunis, tetapi asas kekeluargaan, menurut keakraban hubungan antar manusia. Hubungan

seperti ini mengelak konfrontasi kepentingan antara modal versus buruh. Peranan manusia

tidak ditentukan oleh besar kecil modal yang dimiliki, atau tinggi rendah upah yang diterima.

Peranan manusia ditentukan oleh harkat dirinya selaku manusia. Karena itu pengembangan

diri manusia memegang posisi sentral dalam pembangunan sistem ekonomi Pancasila. Arah

pengembangan tertuju pada pembentukan manusia seutuhnya, sebagai penjelmaan

keselarasan, keseimbangan dan keserasianantara kemajuan lahiriah dan batiniah, antara

manusia dengan Tuhannya, antara manusia dengan masyarakat dan antara manusia dengan

lingkungan alam. Ini memerlukan keselarasan dalam pengembangann iman, budi pekerti dan

rasio dalam diri manusia seutuhnya. Manusia seutuhnya adalah manusia berkualitas, yang

bisa tumbuh berkembang dalam peri kehidupan berkualitas. Sebaliknya, kualitas hidup

merupakan penciptaan dari manusia yang berkualitas.

Ketiga, masyarakat sebagai suatu kesatuan memegang peranan sentral dalam sistem

ekonomi Pancasila. Produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan atau

penilikan anggota-anggota masyarakat. Masyarakat adalah bagian dari unsur ekonomi non-

negara, yakni ekonomi swasta. Dalam ekonomi swasta ini yang menonjol bukan pereorangan

(individual), tetapi masyarakat sebagai kesatuan yang melebihi jumlah orang perorangan.

Tekanan kepada masyarakat tidak berarti mengabaiakan individu. Tetapi langkah tindak

individu harus serasi dengan kepentingan masyarakat. Masyarakat umum terbagi atas sub

sistem masyarakat petani, masyarakat nelayan, masyarakat buruh, masyarakat penawar jasa,

dan sebagainya. Pengelompokan ini dipengaruhi oleh macan sumber daya alam (resources)

yang digunakan masyarakat ini masing-masing dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka

yang penting dalam perkembangan sub sistem masyarakat ini adalah terbukanya kesempatan

memperoleh (acessibility) sumber daya alam begi kelompok masyarakat ini menurut :

1. Macam sumber daya alam seperti tanah untuk petani, laut untuk nelayan, sumber

mineral untuk buruh, jasa untuk penawar jasa, dll.

2. Besar kecilnya sumber daya alam yang bisa dikelola

Page 4: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

3. Sifat penguasaan atas sumber daya alam, seperti permanen(pemilikan) atau sementara

(pinjam, sewa, berburuh, dll.)

Dalam sistem ekonomi Pancasila perlu dibuka kesempatan luas bagi kelompok

masyarakat untuk menggunakan (acessibility) sumber daya alam yang diperlukan bagi

pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dan pintu masuk ini harus terbuka secara adil bagi semua

(equal opportunity), terlepas dari perbedaan suku, agama, ras atau daerah.

Keempat, negara menguasai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi

dan yang merupakan pokok bagi kemakmuran rakyat. Dalam melaksanakan “hak menguasai”

ini, perlu dijaga supaya sistem yang berkembang tidak menjurus ke arah etatisme. Oleh

karena itu, “hak menguasai oleh negara” harus dilihat dalam konteks pelaksanaan hak dan

kewajiban negara sebagai : 1) pemilik, 2) pengatur, 3)perencana, 4) pelaksana, dan 5)

pengawas. Ramuan kelima pokok ini dengan bobot yang berlainan dapat menempatkan

negara dalam kedudukannya untuk menguasai lingkungan alam, sehingga “hak menguasai”

bisa dilakukan 1) dengan memiliki sumber daya alam, 2) tanpa memiliki sumber daya alam,

namun mewujudkan hak menguasai itu melalui jalur pengaturan, perencanaan, dan

pengawasan. Dalam sistem ekonomi Pancasila, negara tidak perlu memiliki semua sumber

daya alam, tetapi tetap bisa meguasainya melalui jalur pengaturan, perencanaan dan

pengawasan.

Kelima, sistem ekonomi Pancasila tidak bebas nilai. Bahkan sistem nilai (value system)

inilah mempengaruhi kelakuan pelaku ekonomi. Sistem yang dikembangkan bertolak dari

ideologi yang dianut, dalam hal ini ideologi Pancasila. Ideologi Pancasila masih terus

berkembang sesuai dengan dinamika pertumbuhan masyarakat, namun kelima sila secara

utuh harus dijadikan leitstar (bintang pengarahan), ke jurusan mana sistem nilai

dikembangkan. Dalam hubungan ini, maka isi sistem ekonomi Pancasila dikaji dari masing-

masing sila sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa membuahkan sistem ekonomi yang mengimbangi ikhtiar

duniawi dengan ikhtiar untuk akhirat. Etika agama turut mempengaruhi sistem nilai

dan pertimbangan ekonomi.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab bermuara kepada penentangan terhadap praktek

dan ajaran kapitalisme dan komunisme, dan memberi tekanan lebih besar pada nuansa

manusiawi dalam menggalang hubungan ekonomi dalam perkembangan masyarakat

3. Persatuan Indonesia menghasilkan sikap membuka kesempatan ekonomi secara adil

bagi semua, terlepas dari kedudukan suku, agama, ras atau daerah. Sebagai warga

negara Republik Indonesia, semua kita adalah sama di depan hukum

Page 5: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

4. Kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan bermuara pada pelaksanaan demokrasi ekonomi dan

demokrasi politik

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memberi warna egalitarian dan

kegandrungan pada social equity dalam proses pembangunan

Demikianlah ciri-ciri pokok dari sistem ekonomi Pancasila yang harus kita kembangkan

dalam masa pembangunan ini. Sebagai ciri-ciri ideal (das Sollen), ia memberi kita petunjuk

ke arah mana kita harus tumbuh, dan segi mana harus dirombak jika tidak sesuai dengan ciri-

ciri ini. Dan dalam sistem ekonomi Pancasila inilah koperasi dikembangkan. Tetapi sekaligus

fungsi koperasi adalah pula mengarahkan perkembangan ekonomi Indonesia ke arah sistem

ekonomi Pancasila ini.

III.MEMBANGUN KOPERASI

Dalam menjalankan fungsi, koperasi memberi isi pada pembentukan sistem ekonomi

Pancasila, maka koperasi perlu dibangun menjadi lima wahana pokok.

Pertama, koperasi sebagai wahana ekonomi, dan jadi alat untuk memenuhi kepentingan

kelompok masyarakat yang menjadi anggotanya. Sebagai alat ekonomi, sudah lama kita

kenal koperasi ini. Yang penting sekarang adalah agar koperasi sekaligus juga mendoronh

pertumbuhan ke jurusan sistem ekonomi Pancasila. Dalam hubungan ini maka koperasi perlu

menjadi alat juang ekonomi bagi kelompok masyarakat :

1. Yang terbatas kesempatan masuk (acessibility) ke dalam sumber daya alam

2. Yang hanya mengelola sumber daya alam dalam ukuran yang kecil

3. Yang penguasaan atas sumber daya alam bersifat sementara, bahkan sering tidak

pasti, seperti buruh tani, buruh nelayan dll.

Maka bagi mereka yang lemahlah, koperasi dikembangkan manjadi alat perjuangan ekonomi.

Ini menjadi kelompok sasaran (target audience) prioritas. Di samping ini, dikembangkan juga

koperasi sebagai alat juang ekonomi bagi kelompok masyarakat yang lebih luas. Hanya dana

dan tenaga Pemerintah seyogiannya terpusatkan pada kelompok masyarakat yang lemah

ekonomi. Karena kelemahan yang bersifat inhearent, koperasi pegang peranan penting bagi

kelompok lemah ini.

Kedua, koperasi sebagai wahana pendidikan mengembangkan anggota dan masyarakat ke

jurusan konsep “manusia seutuhnya”. Dalam sistem ekonomi Pancasila, kelakuan dan

orientasi manusia harus diubah ke jurusan “manusia seutuhnya” ini. Dengan koperasi maka

manusia diubah, tetapi dengan perubahan atas diri manusia itu maka corak koperasi pun

Page 6: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

berubah dari kedudukannya sekarang sebagai produk ekonomi pasar menjadi produk sistem

ekonomi Pancasila.

Proses pendidikan yang dikembangkan melalui koperasi bukan satu-satunya jalan, juga

perlu dikembangkan jalur-jalur pendidikan formal dan non formal. Arah perkembangan

pendidikan ini adalah menumbuhkan semangat mandiri dalam diri manusia Indonesia.

Dengan tegaknya kemandirian dalam diri kita, maka akan tumbuh harga diri yang bermuara

pada ditegakkannya martabat (dignity) manusia. Jika koperasi ingin menjadi wahana

pendidikan manusia yang mandiri, maka sedini mungkin harus dikembangkan ciri

kemandirian dalam diri koperasi itu sendiri. Suatu masa tenggang waktu harus disusun agar

melepaskan ketergantungan koperasi kepada Pemerintah, dan menegakkan kemandiriannya.

Ketiga, koperasi sebagai wahana pendemokrasian masyarakat. Keadilan sosial,

pemerataan dan social equity ditegakkan melalui koperasi sebagai alat perjuangan. Karena

itu, prinsip “pengutamaan unsur satu anggota satu suara dalam demokrasi ekonomi “ secara

sungguh-sungguh harus bisa dihayati dalam mengelola koperasi. Dengan demikian tanggung

jawab sosial bisa ditumbuhkan. Dan dengan tanggung jawab sosial, lahirlah pelaksanaan

kewajiban sosial untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan sosial. Prinsip demokrasi ini

sudah harus secara nyata ditumbuhkan dalam koperasi , agar kemudian melalui koperasi

ditularkan ke masyarakat luas.

Keempat, koperasi sebagai wahana pengimbang antara aparatur ekonomi negara dan

aparatur ekonomi swasta. Sebagai sesama aparatur ekonomi, masing-masing bersaing

menguasai sumber daya alam dan faktor produksi lainnya. Sistem ekonomi Pancasila

memerlukan suatu pola kebijaksanaan dengan pola persaingan yang mengutamakan

preferensi kepada aparatur ekonomi masyarakat, yakni koperasi. Karena sistem ekonomi

Indonesia menolak etatisme, maka kebijaksanaan yang memberi angin kepada aparatur

ekonomi negara hanya dimungkinkan selagi tidak memperlemah perkembangan koperasi.

Begitu pula fasilitas bagi pengembangan dunia usaha swasta, perlu memperhitungkan faktor

kendala yakni tidak menghambat perkembangan koperasi. Proses ini perlu berlangsung

bertahap namun pasti.

Kelima, koperasi sebagai wahana penghayatan ideologi Pancasila. Koperasi harus

tumbuh berkembang sebagai organisasi sosial yang memuat niali-nilai Pancasila. Inilah yang

menjadi arah, yang mempengaruhi sifat, watak dan corak koperasi. Dalam koperasilah sila-

sila Pancasila dikembangkan lebih luas menjadi daran dan daging. Penterapannya tentu

sejalan dengan pendewasaan penghayatan ideologi di lingkungan masyarakat. Koperasi

adalah bagian dari masyarakat. Bahkan ia adalah bagian masyarakat yang bisa aktif

Page 7: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

memelopori proses perkembangan masyarakat untuk menghayati sistem nilai Pancasila.

Sistem nilai seperti ini tidaklah tumbuh dalam satu dua tahun, tidak pula berkembang dalam

ruang kelas, tetapi tumbuh dalam ruang hidup masyarakat.

Demikianlah lima pokok koperasi sebagai wahana ekonomi, pendidikan, pendemokrasian

masyarakat, wahana pengimbang dan wahana penyebar ideologi. Perkembangan koperasi

sebagai berbagai wahana ini memerlukan dukungan berbagai instansi resmi dan kelompok-

kelompok masyarakat. Perlu pula dituang dalam gerak langkah pembangunan, membangun

koperasi dan membangun sistem ekonomi Pancasila dalam ikhtiar kiprah simultan.

IV. PENUTUP

Kemerdekaan yang Indonesia rebut dari tangan penjajah, membuka kesempatan untuk

menancapkan arah baru dalam perkembangan kehidupan masyarakat. Sistem ekonomi

Pancasila mengandung unsur bagi arah baru tersebut, sehingga memungkinkan perombakan

sistem nilai lama dan diganti dengan yang baru. Dalam proses perombakan ini, koperasi

memegang peranan penting sebagai wahana pembaharu di bidang ekonomi, pendidikan,

politik, aparatur ekonomi dan ideologi.

Semua ini masih merupakan cita-cita dalam makna das Sollen, namun berguna untuk

menetapkan strategi pembangunan untuk membangun sistem ekonomi Pancasila dan

membangun koperasi. Kedua jalur pembangunan ini harus ditempuh simultan, oleh karena

hanya dalam sistem ekonomi Pancasila maka koperasi yang sesungguhnya (genuin) dapat

tumbuh. Dan hanya dengan koperasi yang genuin ini, sistem ekonomi Pancasila tumbuh

berkembang, penuh isi, bermakna dan integritas.

Sumber:

Edi Swasono, Sri. 1985. Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi. Jakarta: UI Press.

Page 8: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

Ekonomi Pancasila dan Kekuasaan Ekonomi (Maruli

Panggabean)Disusun oleh:

1. Erma Elliana Hayati (08404241002)

2. Arning Tyas Erma Y. (08404241015)

3. Rani Rahmawati (08404241032)

4. Ratih Ardha Puspita (08404241039)

A. Pancasila sebagai Suatu Sistem

Sistem ekonomi merupakan totalitas terpadu yang terdiri dari unsur sistem

ekonomi yang saling berhubungan, saling terkait, saling mempengaruhi, dan saling

tergantung dalam mewujudkan tujuan Nasional suatu bangsa. Sistem ekonomi

merupakan bagian dari sistem sosial, oleh karena itu pembangunan yang berlandaskan

sistem Pancasila juga tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dulu hingga

sekarang dan dari hasil pembangunan sub-sistem lainnya dalam sistem sosial

masyarakat yang berlandaskan Pancasila itu. Dengan kata lain, pembangunan dan

pembinaan sistem ekonomi Pancasila tidak terlrpas dari pembangunan serta

pembinaan sistem hukum nasional, pembangunan sistem politik, sistem pertahanan

dan keamanan, sistem norma, moral, nilai etika, dan sistem sosial budaya serta sub-

sisten lainnya dalam sistem sosial masyarakat Indonesia yang berlandaskan Pancasila.

Dalam kaitan ini, hal-hal yang telah tercapai dalam rangka pembangunan

sistem pertahanan dan keamanan serta pembangunan infrastruktur politik setelah

diterimanya Pancasila sebagai satu-satunya asas bernegara, berbangsa dan

bermasyarakat adalah merupakan langkah maju ke arah pembangunan sistem sosial

masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

B. Landasan Sistem Ekonomi Pancasila menurut UUD 1945

Landasan Sistem ekonomi Pancasila yang ada termuat dalam pasal 23, pasal

27 ayat 2, pasal 33 dan pasal 34 UUD 1945. Seperti yang termuat dalam pasal 33

yang berarti dalam penjelasannya Produksi dikerjakan oleh semua, dibawah pimpinan

atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang

diutamakan, bukan kemakmuran orang perorangan. Sebab itu, perekonomian disusun

Page 9: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang

sesuai dengan itu adalah koperasi.

C. Penjabaran Berbagai ketentuan kontitusi di dalam GBHN

Undang-undang hanya memuat aturan pokok dan garis besar sebagai instruksi

kepada pemerintah dan lain penyelenggara negara untuk menyelenggararakan

kehidupan negara dan kesejahteraan sosial. Undang-undang tersebut hanya memuat

37 pasal ditambah 4 aturan peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan. Sejak dari semula,

PPKI mengemanatkan agar undang-undang dan peraturan yang menyelenggarakan

aturaran pokok tersebut hendaknya disusun dan dirubah sesuai dengan dinamika

kehidupan masyarakat dan negara.

Sebagai upaya untuk menjabarkan lebih lanjut ketentuan konstitusi itu agar

tercermin dalam kehidupan realita sehari-hari, sekali dalam llima tahun, MPR

menyusun GBHN seperti yang diamanatkan pasal 3 Udanng-Undang Dasar 1945.

Sebagaimana disebut dalam ketetapan MPR No. IV/MPR /1978. GBHN adalah

merupakan arah dan strategi pembanngunan Nasional untuk mewujudkan masyarakat

adil dan makmur berdasarkan pancasila yang menjadi cita-cita Bangsa Indonesia.

GBHN menggariskan kebijaksanaan, langkah dan sasaran-sasaran untuk mewujudkan

cita-cita nasional sebagaimana dikandung dalam pembukaan dan Batang Tubuh

Undang-Undang Dasar 1945.

Diantara penjabaran ketentuan konstitusi dalam GBHN yang penting bagi

pembinaan sistem Ekonomi Pancasila adalah pengertian tentang:

a. Demokrasi pencasila

b. Upaya untuk mewujudkan tujuan nasional

c. Wawasan Nusantara

d. Triologi Pembangunan Nasional

e. Wujud pengamalan pancasila sila kelima.

Pengertian tentang Demokrasi Ekonomi

Arah pembangunan jangka panjang dalam pola umum pembangunan jangka

panjang dalam GBHN Tahun 1983 memberikan delapan ciri-ciri positif demokrasi

ekonomi yanng perlu dipupuk dan dikembangkan. Sebaliknya ada tiga ciri-ciri

negatif yang harus di hindarkan dalam demokrasi ekonomi. Kedelapan ciri-ciri

positif yanng perlu dipupuk dan dikembangkan dalm demokrasi ekonomi itu

adalah sebagai berikut:

Page 10: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.

2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup

orang banyak.

3) Bumi dan air dan kekayaan alam yanng terkandung di dalamnya dikuasi oleh

negara dan dipergunakan sebesar-besar kemekmuran rakyat

4) Sumber-sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan denagan permufakatan

Lemabaga-lembaga Perwakilan raktyat, serta pengawasan terhadap

kebijaksanaannya ada pada perwakilan rakyat pula.

5) Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yanng dikehendaki

serta mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yanng layak.

6) Hak milik perseorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan

dengan kepentingan masyarakat.

7) Potensi, inisiatif dan dan daya kreasi setiap warga negara diperkembangkan

sepenuhnya dalam batas-batas yanng tida diperkembangkan sepenuhnya dalam

batas-batas yanng tidak merugikan.

8) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelilhara oleh Negara.

Selanjutnya, ciri-ciri negatif yang harus dihindari dalam membina demokrasi

ekonomi adalah sebagai berikut:

1) Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia

dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan

memepertahankan kelemahan struktural posisi Indonesia dalam ekonomi

dunia.

2) Sistem eteisme dalam mana Negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat

dominan serta mendesak da mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit

ekonomi di luar sektor Negaa.

3) Pemusatan kekuasaan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli

yang merugikan rakyat.

Sebagaimana yang tercermin dalam namanya, GBHN hanya memberikan

garis-garis besar yang perlu diperhatikan dalam membina sistem demokrasi

ekonomi. Kecuaili ciri-ciri ke enam dan ketujuh yang lebih spesifik, keenam ciri-

ciri positif lainnya hanya merupakan sekedar pengulangan dari bunti Undang-

Undang Dasar 1945. Sebaliknya dalam ciri-ciri negatif, GBHN hanya menentukan

Page 11: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

batas-batas ekstrim kirii dan ekstrim kanan yang tidak boleh dilampaui dalam

membina demokrasi ekonomi itu.

Pembangunan Nasional dan konsep Tinggal Landas.

Konsepsi Kondisi Tahap Tingga Landas sebenarnya merupakan konsep

politik. Tujuan konsep politi adalah untuk memberikan gambaran tentang sasaran,

tujuan serta arah kebijaksanaan Pemerintah agar dapat menjadi sumber inspirasi serta

pegangan bagi masyarakat luas. Konsep tinggal landas dalam GBHN itu menekankan

pada prinsip kemandiriaan, keselarasan, keserasian serta kesinambungan dalam segala

aspek kehidupan masyarakat. Menurut presiden Soeharto, “pada dasarnya hakekat

tinggal landas dalam pembangunan nasional yang kita maksud adalah membangun

diatas landasan yang kokoh kuat, landasan yang berupa kondisi-kondisi diberbagai

bidang kehidupan”. Sedangkan pengertiannya adalah “dimana terdapat stuktur

ekonomi yang seimbang antara bidang industri yang kuat dengan dukungan pertanian

yang tangguh, sedangkan unsur kebutuhan pokok masyarakat sudah tersedian dan

terjangkau oleh rakyat banyak”.

Mengenai proses eksistensi kemandirian pada tahap Tinggal Landas tersebut yang

dijabarkan oleh KRA-XIX Tahun1986, Lemhannas, adalah sebagai berikut:

1. Manusia Indonesia sebagai objek dan subyek pambanngunan adalah manusia

pembanngunan yang siap menerima dan mampu menyerap pembaharuan

dalam semua aspek kehidupannya. Manusia pembangunan ini dapat mandiri

dan tingkat ketergantunannya kecil.

2. Aparatur negara adalah aparatur yang bersih dan berwibawa dan berkegiata di

dalam suatu birokrasi yang yang kualitasnya makin terpadu dan sehat

3. Transformsi budaya memerlukan tata nilai yanng baru dengan menngubah tata

nilai yang lama atau tradisioanal disesuaikan dengan budaya pancasila.

4. Produksi nasioanal terjdi dalam suatu proses dengan efisiensi dan

produktivitas yang mannghapus dan menghilanngkan ekonomi biaya tinnggi

5. Disiplin Nasionaldapat menjadi kepribadian bangsa sehingga pembangunan

nasional dapat memperoleh dasar pijakan yang mendukung ke arah

modernisasi dan industrialisasi.

6. Keseimbangan dan keserasian hubungan baik antara pusat dan daerah maupun

antar daerah, tetap terpelihara dan dikembangkan secara positif dan konstruktif

bagi pemanfaatan pembangunan Nasional.

Page 12: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

7. Pembangunan ilmu pengetahuan Dn Teknologi makin meningkat melalui

penelitian dasar dan rekayasa menuju penciptaan nilai tambah.

8. Komunikasi telah mampu untuk mewujudkan keterpaduan kehidupan

bermasyarakat dan bernegara baik secara horizontal maupun vertikal sehingga

menciptakan keterbukaan yang menunjang pemerataann dan stabilitas.

9. Distribusi pendapatan nasional merata dalam rangka mewuudkan asas

keadilan sosial.

10. Pemerataan pembangunan maupun hasil-hasil pembangunan telah tercermin

melalui delapan jalur peemerataan. Peranan dan kemampuan swadaya

masyarakat menjadi bagian yang penting dalam kegiatan pembangunan.

11. Penyerasian dan pemantapan struktur dan kelembagaan aspek-aspek

kehidupan nasioanal sehingga dapat berfungsi secara efisien dan efektif

berlandaskan pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan

Nasional.

12. Peranti lunak berupa peraturan perundang-undangan, doktrin, dan produk

hukum sudah terpadu dan serasi, mengalir dari falsafah pancasila, UUD 1945,

Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional.

Sasaran dan prasarana fisik telah memadai dan dikelola dan efektif sehingga

menunjang produktivitas Nasional

D. Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu

kesatuan politik, satu kesatuan sosial-budaya, satu kesatuan ekonomi dan satu

kesatuan pertahanan-keamanan. Sebagai kesatuan ekonomi, Wawasan Nusantara

mengandung arti bahwa kekayaan (potensial maupun efektif) wilayah Nusantara

adalah merupakan modal dan milik bersama Bangsa. Aspek yang kedua dari kesatuan

ekonomi ialah bahwa keperluan hidup masyarakat harus tersedia secara merata

diseluruh Tanah Air. Aspek rakat harus tersedia secara merata diseluruh Tanah Air.

Aspek yang ketiga dari Wawasan Nusantara dibidang ekonomi harus serasi dan

seimbang diseluruh daerah, tanpa meninggalkan ciri-ciri khas yang seimbang

diseluruh daerah-daerah dalam pengembangan kehidupan ekonominya.

E. Trilogi Pembangunan

Dalam GBHN dan Repelita Indonesia, ketiga sasaran ekonomi makro itu

disebut sebagai Trilogi Pembangunan.

Page 13: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

1. Pemerataan

Garis-Garis Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan delapan langkah-langkah dan

kegiatan pokok yang disebut sebagai Delapan Jalur Pemerataan (DJP). Inti DJP

adalah mewujudkan pemerataan beban serta hasil pembangunan nasional bagi

masyarakat Indonesia, baik secara vertikal, horisontal, maupun regional, tanpa

membedakan latar belakang agama, suku, bangsa, ras serta kepercayaan, jenis

kelamin dan kelompok usia penduduk. Sasaran DJP adalah terwujudnya pemerataan

dalam pemenuhan kebutuhan pokok manusia, pemerataan untuk berusaha dan

memperoleh pekerjaan, maupun untuk memperoleh keadilan hukum.

2. Pertumbuhan

Bila tingkat laju pertumbuhan ekonomi suatu negara lebih besar daripada tingkat laju

pertumbuhan penduduknya, maka tingkat pendapatan per kapita penduduk suatu

negara tersebut menjadi semakin meningkat. Besarnya tingkat laju pertumbuhan

pendapatan per kapita penduduk suatu negara adalah sama dengan selisih antara

tingkat laju pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan dengan tingkat laju

pertambahan jumlah penduduknya. Tingkat laju pertumbuhan pendapatan perkapita

yang positif menunjukkan adanya tambahan kemakmuran. Sebaliknya, penurunan

tingkat pendapatan masyarakat per kapita mencerminkan kemerosotan tingkat

kemakmuran ekonomi penduduk negara tersebut.

Untuk dapat mencapai tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi

diperlukan investasi. Investasi dapat berupa penambahan stock barang modal

terpasang yang telah ada. Barang modal secara fisik seperti ini sangat penting karena

barang modal merupakan alat kerja serta alat bantu yang diperlukan oleh tenaga kerja

untuk memproduksi barang serta jasa. Investasi juga menyangkut peningkatan

kualitas manusia. Manusia merupakan pencipta dan sekaligus operator barang modal.

Tingkat penguasaan teknologi oleh suatu bangsa tercermin pada kecanggihan

peralatan fisik yang diciptakannya.

Selain ditentukan oleh persediaan stok barang modal dan keahlian untuk

menggunakannya, besarnya tingkat produksi barang serta jasa (pendapatan nasional)

yang dapat diprodusir oleh sesuatu bangsa juga tergantung padanilai moral tenaga

kerja bangsa tersebut. Nilai moral itu, antara lain, tercermin pada sikap dan perilaku

hidupnya, disiplin, daya juang, daya tahan serta kretifitasnya. Nilai moral tenaga kerja

Page 14: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

tersebut ikut menetukan produktifitasnya per tenaga kerja ataupun produktifitas per

peralatan kerja.

Semakin besarnya produksi nasional suatu perekonomian sekaligus emperluas

objek dan basis pemungutan pajak yang merupakan sumber penerimaan negara.

Kemampuan negara untuk memungut pajak juga ditentukan pula oleh tingkat

penggunaan unag (monetisasi) dala perekonomian masyarakat, keterbukaan

perekonomian dunia, ketertiban administrasi usaha administrasi negara, ketertiban

hukum serta oleh tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Peningkatan

jumlah dan mutu produksi nasional sekaligus meningkatkan transaksi dengan luar

negeri, baik berupa ekspor dan impor maupun transaksi keuangan melalui kegiatan

pinjam meminjam. Semakin besar surplus produksi nasional yang tidak dikonsumsi

sendiri semakin besar pula bagian dari produksi nasional tersebut yang daapt diekspor

untuk memperoleh devisa. Di samping itu, peningkatan transaksi ekonomi dengan

luar negeri sekaligus meningkatkan penerimaan negara karena administrasi

pemungutan pajak melelui kegiatan ekspor dan impor adalah jauh lebih sederhana

daripada administrasi pemungutan pajak pendapatan ataupun pajak nilai tambah.

3) Stabilitas

Stabilitas ekonomi menyangkut dua aspek, yakni stabilitas internal dan

eksternal. Sasaran – sasaran stabilitas internal adalah untuk mengendalikan tingkat

laju kenaikan harga – harga umum (inflasi) dan untuk menciptakan lapangan

pekerjaan.

F. Pelaku – Pelaku Ekonomi

Ketiga pelaku yaitu sektor negara, sektor koperasi dan sektor swasta secara

terpadu diharapkan dapat bekerja sama sedemikian rupa sehingga saling tunjang –

menunjang menciptakan suatu proses ekonomi yang berlangsung secara

kekeluargaan. Pasal 33 UUD 1945 menyebutkan bahwa cabang produksi yang

penting yang menyangkut hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara sehingga

tidak menjadi obyek usaha orang seorang.

Menurut bunyi pasal 4 UU Nomor 12 tahun 1967 disebutkan fungsi Koperasi

Indonesia adalah:

a. Sebagai alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat

b. Sebagai alat pendemokrasi ekonomi rasional

Page 15: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

c. Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia

d. Sebagai pembina insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi

bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana perekonomian.

Keadaan ideal terjadi apabila semua bentuk atau bangun usaha adalah Koperasi,

namun pasal tersebut menyadari sepenuhnya bahwa terwujudnya masyarakat ekonomi

Indonesia yang demikian itu tidak dapat diperoleh dalam sekejap mata, dan bahwa Ekonomi

Pancasilayang idam – idamkan itu selain perlu dilihat secara normatif juga harus disesuaikan

dengan kenyataan – kenyataan yang ada adalah bagian dari proses mewujudkan Ekonomi

Pancasila itu sendiri.

Untuk menunjukkan, bagaimana seharusnya sektor negara sektor, Koperasi dan sektor

swasta berperan dalam sistem ekonomi Pancasila, dibawah ini akan diuraikan masing –

masing sektor tersebut.

a) Sektor negara

Sektor negara di Indonesia menurut Undang Undang dasr 1945, tidak hanya

bertanggung jawab dalam memprodusir “social goods”. Selain dari pada itu sektor negara

juga diberikan peranan untuk memprodusir “private Goods”terutama untuk cabang – cabang

produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak.

Peningkatan peranan sektor negara dalam produksi dan pengadaan “private goods” semakin

menonjol setelah pemerintah mengambil alih kira – kira500 buah perusahaan – perusahaan

milik warga negara Belanda pada tanggal 3 Desember 1957. Dewasa ini terdapat 22

perusahaan negara, baik milik pemerintah pusat (BUMN) maupun pemerintah daerah

(BUMD).

Beberapa masalah mengenai BUMN antara lain :

a. Lapangan usaha

Pengertian tentang cabang – cabang produksi yang penting bagi negara

mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Demikian pula dengan pengertian

tentang cabang – cabang produksi yang mnguasai hajat hidup orang banyak.

Barang kali, cabang – cabang produksi yang akan tetap bersifat strategis

sepanjang masa adalah jalan raya, kereta api, listrik, pelabuhan, telekomunikasi

dan jaringan irigasi.

b. Tujuan Operasi dan Sasaran BUMN

Page 16: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

Tujuan dan sasaran yang dibebankan untuk dicapai oleh BUMN, yakni tujuan

komersil dan non – komersil. Adakalanya tujuan tersebut belum tentu dapat

sejajar sehingga perlu dilakukan trade – offs antara tujuan dan sasaran yang satu

dengan yang lainnya.

c. Pengawasan terhadap BUMN

Dalam sistem ekonomi Pancasila yang meneankan kemandirian dan cara

manajement yang disentralistis, pengawasan Pemerintah terhadap BUMN

seyogyanya bersifat umum saja yang menyangkut sasaran operasi dan garis besar

kebijaksanaan untuk mencapainya. Oleh karenanya, campur tangan yang

berlebihan oleh instansi – instansi pemerintah pada operasi BUMN sehari – sehari

perlu dihindarkan.

d. Masalah Penentuan Tingkat Harga

Untuk mencapai berbagai sasaran ekonomi yang ingin dicapai oleh

pemerintah, seperti stabilitas harga dan pemerataan, adakalanya Pemerintah

menetapkan tingkat harga komoditi – komoditi yang diprodusir oleh BUMN lebih

rendah daripada biaya opportunitas marjinal.

e. Masalah Pembiayaan BUMN

Dalam Sistem Ekonomi Pancasila yang menekankan pada peningkatan

efisiensi dan produktvitas yang menekankan pada peningkatan effisiensi dan

produktivitas, dari BUMN dituntut agar dapat memberi sumbangan barupa balas

jasamodal bagi kas negara. Disamping itu BUMN juga dapat meningkatkan

mobilitas tabungan untuk kut memberikan kontribusi pada pembiayaan

pembangunan nasional.

f. Monopoli BUMN

Hak monopoli dan oligopooli yang dinikmati BUMN hendaknya digunakan

untuk meningkatkan kemakmuran ekonomi rakyat yang sebesar – besarnya dan

bukan justru merugikan rakyat banyak. Oleh karenanya, maka pengawasan atas

mutu barang dan jasa, tingkat harga, serta pelayanan oleh BUMN juga

memperoleh perhatian. Untuk melindungi konsumen, tingkat harga monopoli,

misalnya seyogyanya dapat ditentukan oleh pemerintah pada tingkat

keseimbangan antara permintaan konsumen dengan tingkat pembiayaan rata – rata

jangka panjang monopoli tersebut.

b) Koperasi

Page 17: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

Bagi ekonomi Indonesia yang tengah membangun, koperasi memang potensial

sebagai pranata ekonomi untuk meningkatkan kemakmuran ekonomi rakyat. Koperasi

merupakan pranata ekonomi yang potensial bagi golongan ekonomi lemah serta bagi

pengusaha kecil untuk memobilisasikan modal untuk dapat menjalankan usaha

bersama dengan skala yang lebih besar daripada skala usaha yang dapat diusahakan

oleh mereka masing-masing secara individual. Melalui koperasi masyarakat akan

semakin dapat meningkatkan kesejahteraan serta kemakmuran hidup masyarakatnya.

Oleh karena itu, baik sekali jika koperasi mendapatkan perhatian yang secara khusus

untuk diperhatikan dan dimajukan oleh negara.

c) Sektor Swasta

Sektor swasta terbagi menjadi dua yaitu sektor swasta nasional dan swasta asing.

Keberadaan sektor swasta nasional dan swasta asing dalam perekonomian Indonesia

sangatlah besar khususnya dalam masalah permodalan yang ada. Dengan adanya

sektor swasta tersebut, usaha-usaha yang ada semakin berkembang dan masalah

ketenagakerjaan yang berhubungan dengan pengangguran dapat diatasi secara cukup

signifikan. Hendaknya keberadaan sektor swasta juga perlu mendapatkan perhatian

yang lebih.

Sumber:

Lembaga Pertahanan Nasional (LEMHANAS). 1989. Ekonomi Pancasila Untuk Mendukung

Tinggal Landas dan Pembangunan Jangka Panjang Tahap II. Jakarta: PT. New Aqua Press

Page 18: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

Ekonomi Indonesia: Sosialisme Religius (Sri Edi Swasono)Disusun oleh:

1. Nindya Fauziah (08404241007)

2. Ariani Fera Tantini (08404241020)

3. Tian Wuri Dianing Ratri (08404241027)

4. Desy Swastika Putri (08404241028)

Di Indonesia kita semua dapat menerima paham religious. Perkataan ini dikemukakan oleh Bung Hatta dalam pidatonya di Bukittinggi pada tahun 1932. Kemudian oleh Bung Karno dan pula oleh Presiden Suharto dalam pidato beliau pada Dies Natalis Universitas Indonesia tahun 1975.

Menuurut Bung Hatta, sosialisme Indonesia timbul dari 3 faktor. Singkatnya sebagai berikut:

1. Sosialisme Indonesia timbul karena suruhan agama. Karena adanya etik agama yang menghendaki adanya rasa persaudaraan dan tolong menolong antara sesame manusia dalam pergaulan hidup, orang terdorong ke sosialisme. Melaksanakan bayangan Kerajaan Allah diatas dunia adalah tujuannya. Kemudian, perasaan keadilan yang menggerakkan jiwa berontak terhadap kesengsaraan hidup dalam masyarakat terhadap keadaan yang tidak sama dan perbedaan yang mencolok mata antara kaya dan miskin, menimbulkan dalam kalbu manusia berbagai konsepsi tentang sosialisme. Tuntutan social dan humanism tertanhgkap oleh jiwa Islam, yang menghendaki pelaksanaan dalam dunia yang tidak sempurna, perintah Allah yang Pengasih dan Penyayang serta Adil, supaya manusia hidup dalam sayang menyayangi dan dalam suasana persaudaraan dan tolong menolong serta bersikap adil.

2. Sosialisme Indonesia merupakan ekspresi daripada jiwa berontak bangsa Indonesia yang memeperoleh perlakuan yang sangat tidak adil dari si penjajah. Sosialisme Indonesia terlahir dalam pergerakan menuju kebebasan dari penghinaan dan dari penjajahan, yang

Page 19: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

dengan sendirinya terpikat pula oleh tuntutan social dan humanism yang disebarkan oleh pergerakan sosialisme di Barat.

3. Para pemimpin Indonesia yang tidak dapat menerima marxisme sebagai pandangan yang berdasarkan materialism, mencari sumber-sumber sosialisme dalam masyarakat sendiri. Bagi mereka, sosialisme adalah suatu tuntutan jiwa, kemauan hendak mendirikan suatu masyarakat yang adil dan makmur, bebas dari segala tindasan. Sosialisme dipahamkan sebagai tuntutan institusional, yang bersumber dalam libuk hati yang murni, berdasarkan perikemanusiaan dan keadilan social. Agama menambah penerangannya.

Singkatnya dasar-dasar bagi sosialisme Indonesia terdapat pada masyarakat desa yang kecil, yang bercorak kolektif, yang banyak sedikitnya masih bertahan sampai sekarang. Pandangan yang dikemukakan oleh Bung Hatta di atas kiranya merupakan bahan untuk interpretasi mengenai sosialisme Indonesia. Dari pandangan itulah muncul hakekat BAB XIV (bab kesejahteraan Sosial) yang memuat 2 pasal, yaitu Pasal 33 dan Pasal 34 Undang-Undang dasar 1945. Adanyan tanggung jawab negar terhadap rakyatnya, yang melindungi segenap bangsa Indonesia degnan perhatian yang lebih khusus kepada anak-anak terlantar, melindungi seluruh tumpah darah Indonesia serta penggunaannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, tambahan pula dengan adanya pandangan yang melahirkan hak-hak warga Negara yang menyangkut kesamaan kedudukan dan kelayakan penghidupan sebagai manusia (pasal 27 Undang-Undang dasar 1945), tidak lain dan tidak bukan, memepertegas adanya orientasi sosialistis. Ketentuan mengenai beban pajak, nilai kekayaan (nilai mata uang), anggaran belanja Negara (pasal 23) lebih memperkuat orientasi ini.

Dasar ekonomi Indonesia adalah socialisme, ekonomi Indonesia adalah Ekonomi Sosialis Indonesia. Yaitu ekonomi yang berorientasi kepada:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa (adanya etik dan moral agama, bukan materialisme)

Page 20: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab (tidak mengenal pemerasan/eksploitasi manusia)

3. Persatuan (kekeluargaan, kebersamaan, nasioanalisme dan patriotism ekonomi)

4. Kerakyatan (mengutamakan ekonomi rakyat dan hajat hidup orang banyak, demokrasi ekonomi)

5. Keadilan social (persamaan, kemakmuran masyarakat yang utama, bahkan kemakmuran orang-seorang, social equitry)

Keadilan adalah utama dan didahulukan. Adalah suruhan agama bahwa orang harus berlaku adil tanpa menunggu makmur. Si miskin pun harus berlaku adil, tidak saja si kaya. Dengan demikian, menurut pendapat penulis, Ekonomi Sosialis Indonesia adalah Ekonomi Pancasila.

Sumber:

Sri dan Swasono, Edi. 1985. Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi. Jakarta: UI Press.

Beberapa Ciri dan Landasan Pikiran Sistem Ekonomi Pancasila

(Mubyarto)Disusun oleh:

1. Tiya Arfiyanti (08404241009)

2. Ova Tri Nugroho (08404241018)

3. Lia Lestarini (08404241041)

4. Fieka Praditaliana (08404241042)

Pada dasarnya ciri – ciri Sistem Ekonomi Pancasila diturunkan dari sila – sila Pancasila,

yaitu sebagai berikut :

1. Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial dan moral

2. Ada kehendak kuat dari seluruh anggota masyarakat untuk mewujudkan keadaan

kemerataan sosial dan ekonomi

Page 21: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

3. Prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah pengembangan ekonomi nasional yang kuat

dan tangguh, yang berarti nasionalisme selalu menjiwai setiap kebijaksanaan

ekonomi.

4. Koperasi merupakan soko guru perekonomian nasional

5. Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara sentralisme dan desentralisme

kebijaksanaan ekonomi untuk menjamin keadilan ekonomi dan keadilan sosial dengan

sekaligus menjaga prinsip efisiensi dan pertumbuhan ekonomi

Lima ciri perekonomian Pancasila yang mempunyai kaitan langsung dengan masalah

ekonomi makro beserta cara pengendalian (Boediono) :

1. Peranan dominan dari koperasi, bersama dengan perusahaan-perusahaahn negara dan

perusahaan-perusahaan swasta. Kuncinya adalah bahwa semua bentuk badan usaha

didasarkan pada asas kekeluargaan dan prinsip harmoni, dan bukan pada asas

kepentingan pribadi dan prinsip konflik kepentingan.

2. Memandang manusia secara utuh. “...manusia bukan ‘economic man’ tetapi juga

‘social and religius man’ , dan sifat manusia yang terakhir ini bisa dikembangkan

setarf dengan sifat pertama sebagai motor penggerak kegiatan duniawi (ekonomi)

3. Adanya :kehendak sosial yang kuat ke arah egalitarianisme atau kemerataan sosial”

4. “diberikan nya prioritas utama pada terciptanya suatu “perekonomian nasional” yang

tangguh”

Konsep perekonomian nasional disini ditafsirkan sebagai pemupukan ketahanan

nasioanal dan pemberian prioritas utama pada kepentingan nasional untuk mencapai

suatu perekonomian yang mendiri, tangguh dan terhormat di arena internasional dan

yang didasarkan atas solidaritas dan harmoni di dalam negeri.

5. Pengandalan pada sistem desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan

ekonomi, diimbangi dengan perencanaan yang kuat sebagai pemberi arah bagi

perkembangan ekonomi seperti yang dicerminkan dalam cita-cita koperasi.

Landasan / dasar filsafat ekonomi pancasila :

Dalam menghubungkan ekonomi dan pancasila atau dalam ekonomi pancasila maka

pancasila perlu dijadikan dasar pikir kefilsafatan ekonomi. Dilihat dari ilmu humaniora maka

titik sentral pancasila terletak pada “kemanusiaan”. Disini manusia sebgai individu secara

vertikal mempunyai hubungan hidup pada Tuhannya, sedang horisontal ada hubungan

kebersamaan dengan sesama manusia. Individu yang mempunyai kaitan sakral dan

Page 22: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

kebersamaan yang bersifat kesamaan tiada membeda, melahirkan nilai hidup manusia satu

dan manusia lainnya.

Maka manusia atas dasar kemanusiaan adalah anti penindasan dan anti eksploitasi

dari manusia seorang terhadap lainnya. Atas dasar prinsip tersebut maka pancasila dalam

bidang ekonomi menentang adanya free fight liberalism. Liberalisme dalam bidang ekonomi

membawa pengaruh perlombaan. Kapitalisme dilihat dari satu sisi merupakan alat eksploitasi

yang merajai negara lain dalam bentuk pemasaran dapat menjelma menjadi penjajahan

(imperialisme) sedangkan pancasila dalam mukadimah UUD 45 jelas anti penjajahan.

Dalam pengetrapan hidup ekonomi dengan sendirinya pancasila berprinsip anti kapitalisme

dan imperialisme.

Selain Pancasila, landasan lain juga berasal dari UUD 1945 terutama Pasal 33 yang

selalu mengingatkan pentingnya pengembangan sistem ekonomi yang berdasarkan asas

kekeluargaan. Hal itu dapat tercermin dalam bentuk usaha koperasi. Asas kekeluargaan

diilhami dalam sila – sila Pancasila. Dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa bahwa bangsa

Indonesia selalu berusaha mendekatkan diri kepada Tuhannya. Dengan semangat yang

demikian seluruh bangsa merasa dirinya merupakan satu keluarga besar, sehingga cenderung

bekerja sama. Kesejahteraan materi individual akan lebih dikesampingkan. Kesejahteraan

akan dibagi secara merata dengan cara seadil – adilnya.

Sementara itu, asas Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial lebih menegaskan relevansi

bangun usaha koperasi. Semangat berekonomi koperasi adalah sebagai upaya menahan

proses eksploitasi yang makin menekan sistem ekonomi penajajahan.

Sumber:

Mubyarto. 1990. Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Mubyarto dan Boediono. 1980. Ekonomi Pancasila. Yogyakarta: BPFE.

Page 23: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

Landasan Yuridis Sistem Ekonomi Pancasila (Potan Arif

Harahap, Sri Edi Swasono, Padmo Wahyono)Disusun oleh:

1. Rizky Dwita F. (08404241003)

2. Septian Endro Laksono (08404241008)

3. Awan Widyajati (08404241013)

4. Rasyiid Ady Roesidy (08404241016)

5. Ishmatul Fathiyah (08404241021)

I. PENDAHULUAN

1. Latar belakang penulisan

Page 24: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

Sejak tahun 1980 banyak sekali dibicarakan, ditulis dan didiskusikan tentang sistem

ekonomi Pancasila. Orang tidak mempersoalkan lagi apakah ada sistem itu. Sistem ekonomi

pancasila dianggap dan diterima sebagai implikasi dari demokrasi pancasila.

Siapa yang mula-mula mencetuskan istilah sistem ekonomi pancasila belum dapat

dipastikan. Sejauh mana dapat ditelusuri sampai sekarang, Prof. Emil Salim menggunakan

istilah itu dalam suatu artikel dalam harian kompas tanggal 30 November sampai 4 Desember

1966.

Kemudian banyak tulisan tentang sistem ekonomi pancasila dari para ekonom,

terutama Prof. Mubyarto, Dr. Sri-Edi Swarsono dan Prof. Emil Salim sendiri. Tetapi hingga

sekarang belum ada yang sampai pada suatu perumusan yang jelas, apa yang sebenarnya

dimaksud dengan sistem itu. Kerena itu hingga kini sistem itu baru dapat diidentifikasi secara

negatif, yaitu bukan kapitalisme, bukan komunisme, bukan isme-isme lain, bukan pula

sintese atau gabungan dari sistem-sistem tersebut, ringkasannya serba bukan.

Ketidakjelasan ini agak membingungkan umum. Diperoleh kesan, seolah-olah

pemerintah belum mampu atau belum mau menentukan sikap dan mengambil keputusan.

Dalam keadaan masyarakat mengharapkan kejelasan, Presiden Soeharto dengan tegas

mengucapkan: “ Sistem ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi koperasi. Bahwasannya

pada saat sekarang kita belum menggunakan sistem tersebut, hal ini hanya bersifat sementara.

Tetapi nantinya akan melaksanakan sistem ekonomi koperasi secara penuh”. Tidak terdengar

sanggahan ataupun keberatan. Hanya ada tanggapan dari Prof. Mubyarto sebagai berikut: “

Apa yang dikemukakan Presiden Soeharto tentang sistem ekonomi koperasi itu tidak berbeda

dengan sistem ekonomi pancasila.... Dalam pidato kenegaraan tahun 1981 Presiden Soeharto

telah menyebut sistem ekonomo Pancasila”. Prof. Mubyarto menganggap bahwa untuk

menggarap masalah sistem ekonomi Pancasila ini perlu juga bantuan dari disiplin-disiplin

lain dari ekonomi, seperti sosiologi, antropologi, dan politik. Karena eratnya antara ekonomi

dan hukum, para yuris perlu memberikan sumbangan pemikiran, disiplin hukum yang justru

harus memecahkan masalah ini, sebab sistem sosial kita, khususnya sistem ekonomi yang

jitu, bukanlah suatu perubahan yang digerakkan oleh dinamika sosial yang sedang berlaku,

malainkan dengan sengaja diarahkan ke jurusan tertentu oleh UUD 1945. Sebagaimana

dikatakan oleh Prof. Ismail Suny: “... bahwa konstitusi kita menuliskan teori ekonomi dalam

hukum dan kita tidak dapat mengubah dengan begitu saja sistem sosial kita berbeda dengan

apa yang telah dicantumkan dalam UUD.... Dengan ketentuan-ketentuan di atas, Konstitusi

kita membebani kita dengan sistem ekonomi tertentu bagi kita, ialah suatu sistem ekonomi

Page 25: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

Pancasila”. Dengan demikian penggunaan social engineering dalam pembinaan hukum

berlaku disini.

Bagaimana eratnya hubungan ekonomi dengan hukum diuraikan oleh C. Westrate

sebagai berikut: “... Het recht is het kader, waabinnen het economisch level [sic!] betrekking

heeft – de ‘economische constitutie’, de ‘economische orde’. Het recht van een volk zegt ons

grotendeels (want niet alles hangt van het recht af), hoe zijn economisch leven eruit ziet”.

Tentang hal tersebut Max Weber juga pernah menyatakan bahwa “.. an economic system...

could certainly not exsis without a legal order....” Menarik pula tulisan Satjipto Rahardjo

tentang peran hukum: “ Berbicara mengenai peran hukum di dalam pembangunan ini, maka

sebenarnya peranan tersebut sudah mulai nampak pada waktu keputusan-keputusan yang

dibuat oleh para perencana pembangunan harus dijalankan. Keputusan-keputusan ekonomi

hanya akan menjadi ulah akademik (academic exercise) belaka manakala ia tidak mampu

dirumuskan dalam satu atau lain bentuk perundang-undangan. Dengan perumusannya ke

dalam bentuk-bentuk tersebut maka garis-garis kebijaksanaan itu menjadi terurai dengan

jelas, dapat di komunikasikan kepada masyarakat luas dan menjadi sandaran dari kegiatan

yang akan dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam proses pembangunan itu”. Yang

tercantum dalam bab 27 dan Repelita II mengenai pembangunan hukum, yang menyatakan

bahwa: “ Hukum sebagai sarana menunjang perkembangan modernisasi dan pembangunan

yang menyeluruh mencakup segenap bidang pembangunan, sehingga untuk melaksanakan

fungsinya secara efisien dan produktif, perlu pembinaan hukum itu dikaitkan secara langsung

dengan berbagai kebijaksanaan di segenap bidang pembangunan, agar kerangka hukumnya

dapat dimantapkan sebagai pemberi patokan serta pengarahan selanjutnya bagi pembangunan

ekonomi dan perkembangan sosial. Seperti kata Sunaryati Hartono: “.. dalam masyarakat

yang membangun secara berencana pembentukan hukum justru harus mendahului

pelaksanaan pembangunan di lain-lain bidang...”.

Kerena itulah, dalam rangka melengkapi pembahasan sistem ekonomi Pancasia,

mencoba melakukan pendekatan yuridis, dengan membahas landasan hukum dari sistem

ekonomi tersebut.

2. Pembatasan luas lingkup masalah

Landasan sistem ekonomi Pancasila sebagaimana telah sama-sama diketahui ialah

Pasal 33 UUD 1945 dan penjelasannya. Karena itu pembahasan akan dibatasi pada penafsiran

pasal tersebut, dengan menggunakan cara penafsiran gramatikat (taalkunding), penafsisran

ekstensif dan menetapkan konstruksi melalui argumenttum a contrario.

Page 26: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

Yang akan ditawarkan ialah suatu penafsiran baru dari inti pasal 33 UUD 1945, yaitu

koperasi, yang dianggap dapat merugikan jalan ke luar dari keadaan yang nampaknya sebagai

suatu impasse dalam usaha merumuskan dan menjabarkan sisten ekonomi Pancasila.

Dalam melakukan pendekatan yuridis, sebagai lazimnya diadakan tidak lagi

merugikan landasan filosofi dan sosiologis, kerena persoalannya bukan lagi mencari

pembenaran dari sistem ekonomi Pancasila.

3. Metode

Bahan-bahan untuk mendukung tulisan ini saya peroleh melalui penelitian

kepustakaan yang meliputi bahan-bahan hukum sekunder berupa tulisan-tulisan ilmiah.

II. PENAFSIRAN PASAL 33 UUD 1945

1. Penafsiran yang kurang tepat

Pasal 33 UUD 1945 yang tercantum dalam Bab XIV tentang Kesejahteraan Sosial

berbunyi sebagai berikut:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan.

2. Cabang- cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup

orang banyak dikuasai oleh negara.

3. Bumi dan air kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk kemakmuran rakyat sebesar-besarnya.

Kemudian dalam penjelasan pasal tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Dalam Pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk

semua dibawah pimpinan atau penelitian anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah

yang diutamakan, bukan seorang-orang. Sebab itu perekonomian disusun sebagaiusaha

bersama atas asas kekeluargaan. Bangu perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi.

Perekonomian berdasar pada demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi semua orang!

Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup

masyarakat banyak harus dikuasai oleh negara. Kalau tidak, tampuk ekonomi jatuh ke

tangan orang seorang yang berkuasa dan rakyat yang banyak ditindasinya.

Page 27: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

Hanya perusahaan yang tidak menguasai hidup orang banyak boleh ada di tangan

orang seorang.

Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok

kemakmuranrakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-

besar kemakmuran rakyat.

Itulah landasan Yuridis dari sistem ekonomi yanh kita dambakan, yaitu ekonomi

Pancasila, sebagai implikasi dari demokrasi pancasila/ Ini sudah diterima umum , baik

cendekiawan maupun awam.

2. Penggolongan Sektor Perekonomian yang Kurang Tepat

Umumnya, juag oleh pemerintah, sekarang ini perekonomian dibagi kedalam tiga

sektor, yaitu:

1. Sektor Perusahaan Negara

2. Sektor Swasta

3. Sektor Koperasi

Kelihatanya penggolongan itu dibuat saja berdasarkan penafsiran arbiter dari kata-kata yang

dimuat dalam Pasal 33 UUD 1945 dan penjelasannya, yaitu:

a. Dikuasai oleh negara disimpulkan menjadi Perusahaan negara

b. Koperasi ditafsirkan sebagai badan usaha bentuk koperasi sperti sekarang.

c. Orang-seorang diartikan sebagai swasta.

Cara penafsiran atau penyimpulan seperti itu tentulah tidak dapat begitu saja diterima sebagai

pembenaran ( justification ) penggolongan itu.

Istilah koperasi yang dimuat dalam kalimat terakhir alenia 1 dari penjelasan itu, tidak

mengacu pada suatu sektor tertentu, melainkan kepada semuja sektor, semua pelaku, semua

perusahaan yang bergerakdalam suatu sistem perekonomian yang disusun sebagai suatu

usaha bersama atas asas kekeluargaan.

Jadi, menurut konteks dari penjelasan Pasal 33 UUD 1945 itu, koperasi bukan

merupakan suatu sektor, melainkan bangun yang harus diperlakukan terhadap semua

perusahaan dalam sistem ekonomi itu. Ini sesuai juga dengan penjelasan Pasal 2 UUD 1945,

yaitu: “Berhubung dengan anjuran mengadakan sistem koperasi dalam ekonomi”

Page 28: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

3. Ketimpangan dalam Pengaturan

Dalam penggolongan sekarang, perusahaan negara, perusahaan swasta, koperasi

dianggap sebagai pelaku-pelaku yang setaraf dan simbang. Perekonomian diatur dengan jelas

dan ketat dengan UU no. 12/ 1967. Sungguh sangat mengherankan bahwa tidak ada UU yang

mengatur dengan jelas tentang perusahaan negara dan swasta, selain dari pasal-pasal yang

tersebar dalam KUH Perdata Dagang Warisan kolonial.

Dalam Pasal 4 UU no.12/ 1967 ditentukan fungsi koperasi sebagai berikut:

a. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat

b. Alat pendemokrasian ekonomi nasional

c. sebagai salah satu urat nadi perekonomian indonesia

d. alat pembina insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa

indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana perekonomian rakyat.

Asas koperasi adalah kekeluargaan dan gotong royong. Fungsi dan asas tersebut

sangat muluk. Tidak dapat dipahami kenapa hal itu untuk koperasi saja. Ini merupakan

dualisme dalam hukum kita sekarang yang menghambat pertumbuhan perekonomian yang

sehat.

4. jalan keluar

Untuk menghilangkan dualisme dala pengaturan perusahaan-perusahaan, seyogyanya

diadakan UU pokok perusahaan yang mengatur segala macam perusahaan, untuk

menggantikan UU koperasi no. 12/1967 dan segala ketentuan dalam KUH perdata.

Perusahaan dibagi dalam dua golongan, yaitu berbentuk badan hukum dan bukan

badan hukum. Perusahaan berupa badan hukum adalah perjan, perum, pesero, PT dan

koperasi. Koperasi dalam bentuk sekarang dapat diteruskan, tapi juga dengan beberapa

perubahan, diantaranya:

a. Jumlah anggota minimal 2 orang dari sebelumnya 20 orang

b. Pemasukan uang untuk modal koperasi tidak usah ditentukan harus sama

c. Sebagai konsekuensi dari b, keuntungan juga tidak harus sama

d. Koperasi boleh bergerak dalam segala bidang perekonomian.

Sama saja halnya dengan istilah demokrasi yang berarti pemerintahan rakyat. Orang

belanda, inggris, amerika, india mengaku menerapkan demokrasi, walaupun coraknya

berlainan. Malahan orang komunis pun menggunakan istilah demokrasi, ditambah lagidengan

Page 29: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

kata rakyat, sehingga menjadi demokrasi rakyat, yang sebenarnya sudah merupakan

pleonasme. Dengn begitu ada istilah demokrasi barat dan demokrasi timur. Kita yang bangasa

indonesia juga mempraktekan demokrasi, buka demokrasi barat, bukan demokrasi timur, tapi

demokrasi pancasila.

Begitu pula dengan istilah koperasi indonesia, yaitu koperasi pancasila. Bagaiman

mengatur atau menyusunya, adalah wewenang kita, tidak perlu kita meniru bangsa lain. Kita

yang harus menilai apakah konsep koperasi yang sudah hampir berumur 150 tahun bisa

diterima bulat-bulat begitu saja, atau perlu kita revisi untuk menyesuaikanya dengan

kebutuhan kita.

Perusahaan-perusahaan bukan badan hukum, seperti firma, CV boleh tetap ada, dengan

ketentuan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut dikelola dengan jiwa dan semangat

koperasi. Semua karyawan harus diikutsertakan sebagai pemegang saham. Prinsip ini sudah

diterapkan pada kebanyakan warung padang.

Ringkasnya, segala macam perusahaan mempunyai hak hidup dan boleh beroperasi, asal saja

dikelola dengan jiwa dan semangat koperasi.

III.KESIMPULAN

1.Ekonomi erat sekali hubunganya dengan hukum. Karena itu, dalam usaha memecahkan

persoalan-persoalan ekonomi, para ahli hukum harus turut menyumbangkan pemikiran .

2.Hambatan selama ini dalam merumuskan dan menyusun sistem ekonomi pancasila ialah

penafsiran yang kurang tepat dari pasal 33 UUD 1945. Kata-kata bangun perusahaan

dalam pejelasan pasal tersebut seharusnya ditafsirkan struktur perusahaan, bukan bentuk

perusahaan. Jadi, bangun koperasi ialah struktur koperasi. Boleh juga diartikan jiwa dan

semangat koperasi. Semua perusahaan harus mempunyai bangun koperasi.

3.Koperasi digunakan dalam dua pegertian: (a) sebagai falsafah yang menjadi landasan dari

suatu sistem ekonomi dengan asas kekeluargaan dan semangat gotong royong.; (b)

sebagai suatu badan usaha seperti koperasi sekarang ini

4.Penggolongan sektor-sektor perekonomian dalam: (a) perusahaan negara; (b) swasta; (c)

koperasi, adalah tidak tepat. Koperasi itu juga swasta. Jadi yang ada hanyalah perusahaan

negara dan perusahaan swasta.

Page 30: file · Web viewSejak semula para Bapak Pendiri Republik Indonesia bermaksud membentuk negara sebagai wahana mengejar cita-cita bangsa. Salah satu cita-cita penting adalah

5.Semua perusahaan, baik yang dikuasai negara maupun swasta harus terbuka dan

merupakan usaha bersama antara pemerintah dan rakyat. Saham-saham perusahaan

negara dapat dibeli oleh rakyat dan saham swasta dapat sibeki oleh pemerintah.

6.Tujuan terakhir ialah tercapainyasuatu masyarakat koperasi indonesia yang utuh

7.Tujuan terkhir adalah tercapainya masyarakat koperasi indonesia yang utuh

8.Sebagai langkah pertama ke arah tercapainya masyarakat koperasi indonesia, seyogyanya

segera dimulai menyusun RUU pokok perusahaan pokok perusahaan, yang mengatur

semua jenis perusahaan

Definisi sistem ekonomi pancasila. Sistem ekonomi pancasila ialah sistem ekonomi yang

berlandaskan bangun koperasi, yang menjiwai semua usaha dan perusahaan di indonesia

dalam suatu masyarakat koperasi indonesia.

Sumber:

Edi Swasono, Sri. 1985. Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi. Jakarta: UI Press.