Bab II Rev Disca

30
Laporan Praktik Kerja Lapangan Pembangunan Gedung Laboratorium FIK. Tahap II di UNESA BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN A. Deskripsi dan Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan pekerjaan di dalam suatu proyek merupakan proses penggunaan tenaga, pikiran dan metode yang tepat untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas serta ketetapan waktu pelaksanaan pekerjaan tersebut. Pekerjaan proyek pembangunan gedung laboratorium FIK Unesa tahap II, dibagi dalam 3 (tiga) zone. Dalam pelaksanaan kegiatan proyek ini sangat dibutuhkan masukan, baik dari pihak owner, konsultan perencana maupun kontraktor yang berkaitan erat dengan pengendalian dan pelaksanaan proyek. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor mengadakan atau menyediakan material dan peralatan yang memadai untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan tersebut. Waktu pelaksanaan proyek pembangunan gedung laboratorium FIK Unesa tahap II adalah 5 bulan yang dimulai 3 Oktober 2012 sampai 19 Februari 2013, sebenarnya kontrak PKL kami yaitu mulai tanggal 8 oktober 2012 – 15 Desember 2012 karena pekerjaan molor dan pengamatan yang saya lakukan kurang jadi saya tetap lanjut sampai 15 maret 2013 yaitu berupa pekerjaan struktur dan 17

description

hgj

Transcript of Bab II Rev Disca

PAGE 17 Laporan Praktik Kerja Lapangan Pembangunan Gedung Laboratorium FIK. Tahap II di UNESA

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Deskripsi dan Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan pekerjaan di dalam suatu proyek merupakan proses penggunaan tenaga, pikiran dan metode yang tepat untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas serta ketetapan waktu pelaksanaan pekerjaan tersebut. Pekerjaan proyek pembangunan gedung laboratorium FIK Unesa tahap II, dibagi dalam 3 (tiga) zone. Dalam pelaksanaan kegiatan proyek ini sangat dibutuhkan masukan, baik dari pihak owner, konsultan perencana maupun kontraktor yang berkaitan erat dengan pengendalian dan pelaksanaan proyek.

Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor mengadakan atau menyediakan material dan peralatan yang memadai untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan tersebut. Waktu pelaksanaan proyek pembangunan gedung laboratorium FIK Unesa tahap II adalah 5 bulan yang dimulai 3 Oktober 2012 sampai 19 Februari 2013, sebenarnya kontrak PKL kami yaitu mulai tanggal 8 oktober 2012 15 Desember 2012 karena pekerjaan molor dan pengamatan yang saya lakukan kurang jadi saya tetap lanjut sampai 15 maret 2013 yaitu berupa pekerjaan struktur dan finishing. Adapun pekerjaan persiapan yang sudah ditentukan oleh pihak owner (sumber:Spesifikasi Teknis pembangunan gedung laboratorium FIK. Unesa tahap II) Spesifikasi Teknis pembangunan gedung laboratorium FIK. Unesa tahap II yaitu:1. Penjagaan termasuk juga perawatan, pemeliharaan dan perbaikan selama berlangsungnya pekerjaan.

2. Pengadaan air untuk pekerjaan.

3. Pembuatan gudang-gudang dan los kerja beserta perawatannya, ukuran disesuaikan dengan gambar.

4. Pembuatan Direksi Keet beserta fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan beserta perawatannya.

5. Pengadaan alat-alat bantu lainnya.Untuk proyek pembangunan yang dilaksanakan memiliki ruang lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut (Persyaratan Teknis Data Centre Surabaya):a. Lingkup Pekerjaan

Bangunan Gedung Lab. 4 lantai b. Pekerjaan Persiapan

Pengukuran Pemasangan bouwplank Direksi Keet Pengadaan air dan listrik kerja Peralatan site Administrasi dan dokumentasi Keamanan lingkungan

c. Pekerjaan Struktur yang mencakup:

Pekerjaan tanah Pondasi tiang pancang Pemasangan perancah Kolom beton Balok beton Plat beton Ring balok dan konsol beton Tangga beton

d. Pekerjaan Arsitekur yang mencakup:

Pekerjaan pasangan batu bata Pekerjaan plesteran Pekerjaan lantai Pekerjaan dinding dan kolom Pekerjaan kusen pintu dan jendela Pekerjaan daun pintu dan jendela Pekerjaan kaca Pekerjaan cat Pekerjaan handle, alat penggantung dan pengunci Pekerjaan water proofing Pekerjaan finishing beton Pekerjaan plafond Pekerjaan atap Pekerjaan railing Pekerjaan sanitair Pekerjaan grill penutupe. Pekerjaan Instalasi (meliputi elektrikal dan mekanikal) yaitu :

Instalasi listrik Pekerjaan ventilasi udara Pekerjaan air (plumbing) Pekerjaan proteksi/ pemadam kebakaran. Instalasi penangkal petir Instalasi telepon Instalasi suara (sound system) Instalasi keamanan1. Mekanisme Perencanaan Pekerjaan Dalam perencanaan proyek ini pemilik menunjuk Tim Perencanaan pembangunan gedung laboratorium Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNESA Tahap II. Dalam pelaksanaan proyek, perusahaan harus membuat time schedule agar mengetahui adanya kemajuan atau keterlambatan proyek.2. Spesifikasi Produk

Dalam pelaksanaan pembangunan gedung laboratorium Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Tahap II di Universitas Negeri Surabaya UNESA, spesifikasi produk yang dihasilkan berupa konstruksi bangunan seluas 5.760 M2 terdiri dari empat lantai dengan menggunakan pondasi tiang pancang dan konstruksi utama beton bertulang konvensional. 3. Kebutuhan Sumber Daya

Sumber daya di sini mencakup modal, sarana dan peralatan, teknologi serta tenaga kerja. Untuk modal pelaksanaan proyek pembangunan Gedung Laboratorium FIK Tahap II di Universitas Negeri Surabaya dimiliki oleh owner selaku pemilik. Sarana dan peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan proyek pembangunan Gedung Laboratorium FIK Tahap II di Universitas Negeri Surabaya adalah bor dan hammer untuk pemasangan pondasi tiang pancang, mesin molen atau truk mixer yang digunakan untuk membuat adukan, spesi atau pengecoran, alat pemotong tulangan, gergaji mesin, vibrator, back go dan lain-lain.4. Pengaturan dan Penyediaan Tenaga Kerja.

Dalam manajemen proyek, pengaturan atau organisasi mencakup tentang mengatur dan menyediakan tenaga kerja serta ketetapan penentuan dan pengaturan pembagian tugas antara perorangan dan kelompok, dapat juga diartikan sebagai hubungan timbal balik yang berimbang antara atasan dan bawahan.5. Uraian Jenis dan Spesifikasi Proyek

Dalam pelaksanaan Proyek pembangunan Gedung Laboratorium FIK Tahap II di Universitas Negeri Surabaya ini ada beberapa jenis pekerjaan dalam pelaksanaan proyek diantaranya sebagai berikut: a. Pekerjaan Persiapan

Pembersihan lahan. Pembuatan direksi keet. Pengukuran. Air kerjab. Pekerjaan Sipil

1) Pekerjaan Galian sampai Lantai Kerja Pekerjaan galian. Pemasangan bouwplank.

Pekerjaan pondasi tiang pancang. Pekerjaan urugan. Pekerjaan lantai kerja.2) Pekerjaan Bekisting dan Perancah3) Pekerjaan Pembesian Kolom, Balok dan Plat4) Pekerjaan Pengecoran Kolom, Balok dan Platc. Pekerjaan Arsitektur

1) Pekerjaan Pasangan dan Plesteran

2) Pekerjaan Plafond3) Pekerjaan Pelapis Lantai dan dinding

4) Pekerjaan Kusen dan Partisi

5) Pekerjaan Pengecatan

d. Pekerjaan Plumbing1) Instalasi Air Bersih dan Kotor

2) Tandon Air, Septiktank dan Resapan

Tandon air bawah. Septiktank kecil. Septiktank besar. Resapan. Lain-lain.3) Saluran Keliling Gedung.4) Instalasi Listrik

7. Perbaikan dan Perawatan

Waktu yang dijadwalkan untuk perbaikan dan perawatan pada proyek pembangunan Gedung Laboratorium FIK Tahap II di Universitas Negeri Surabaya, adalah selama pekerjaan berlangsung dan setelah serah terima pekerjaan kedua. 8. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)Keselamatan dan kesehatan kerja pada hakekatnya merupakan suatu pengetahuan yang berkaitan dengan 2 kegiatan. Pertama berkaitan dengan upaya keselamatan terhadap keberadaan tenaga kerja yang sedang bekerja. Kedua berkaitannya dengan kondisi kesehatan sebagai akibat adanya penyakit akibat kerja. Tujuan K3 adalah mewujudkan lingkungan kerja yang aman, sehat, sejahtera sehingga akan tercapai suasana lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman, mencapai tenaga kerja yang sehat fisik, sosial, dan bebas kecelakaan, peningkatan produktivitas dan efisien perusahaan, peningkatan kesejahteraan masyarakat tenaga kerja. Pihak kontraktor pada proyek Pembangunan Laboratorium FIK Unesa ini sudah menyiapkan peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) seperti sepatu, helm, sarung tangan, dan lain-lain, namun sosialisasi terhadap para pekerja akan pentingnya penggunaan alat-alat pelindung diri ini masih kurang. Di samping itu juga tidak adanya ketegasan atau pemberian sangsi terhadap para pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri, menyebabkan penggunaan peralatan K3 masih kurang efektif dan efisien.Macam-macam Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada proyek Pembangunan Laboratorium FIK Unesa serta fungsinya dapat dilihat seperti gambar 2.1 berikut ini: (a) (b) (c) (d)Gambar 2.1 Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)a. Sepatu proyek berguna sebagai pelindung alas kaki pekerja dari benda-benda tajam saat beraktifitas di lapangan.

b. Helm proyek berguna sebagai pelindung kepala pekerja apabila ada benda yang jatuh dari atas saat beraktifitas di lapangan.

c. Topeng las berguna melindungi mata dari cahaya las yang menyilaukan pada saat melakukan pekerjaan pengelasan.

d. Kacamata berguna sebagai pelindung mata agar tidak terkena debu dan sebagainya.Keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek Pembangunan Laboratorium FIK Unesa ini masih kurang digalakkan, hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya para pekerja tidak memakai alat pelindung diri pada saat bekerja atau berada di area proyek. Kondisi pekerja pada proyek Pembangunan Laboratorium FIK Unesa dapat dilihat seperti gambar 2.2 berikut ini:

Gambar 2.2 Kondisi pekerja saat memasang bekesting pelat (kiri) dan pengecoran pelat (kanan)9. Peralatan Yang Digunakan

Pada proyek pembangunan Gedung Laboratorium FIK Tahap II ini digunakan peralatan untuk melaksanakan pekerjaan, antara lain:a. Alat pancangAlat pancang adalah alat yang digunakan untuk menancapkan tiang pancang yang sudah ada ke dalam tanah. Dalam proyek ini mesin pancang yang dipakai menggunakan sistem injeksi. Alat pancang yang digunakan dalam proyek ini dapat dilihat seperti pada gambar 2.3. berikut ini:

Gambar 2.3. Alat pancang sistem injeksi b. BuldozerAlat ini digunakan untuk meratakan tanah dengan volume besar. Sehingga dapat mempercepat proses pekerjaan meratakan dan pengolahan tanah. dapat dilihat seperti pada gambar 2.4. berikut ini:

Gambar 2.4. Buldozerc. Mixer Truck

Alat ini digunakan untuk mengangkut campuran beton yang dihasilkan batching plan ke tempat pengecoran karena pada proyek Pembangunan Laboratorium FIK ini menggunakan campuran beton dari ready mix. Truck ini dilengkapi molen dengan kapasitas (6 - 8 m3) Mixer Truck yang digunakan dalam proyek ini dapat dilihat seperti pada gambar 2.5. berikut ini:

Gambar 2.5. Mixer truckd. Concrete PumpsConcrete pumps adalah alat yang digunakan untuk membantu dalam pengecoran balok dan pelat, dengan cara menyalurkan mix beton ke pipa concrete pumps. concrete pumps yang digunakan dalam proyek ini dapat dilihat seperti pada gambar 2.6. berikut ini: Gambar 2.6. Concrete pumps truk e. Molen

Molen adalah alat yang digunakan untuk mengaduk campuran beton dan campuran spesi dalam jumlah kecil. Molen yang digunakan dalam proyek ini dapat dilihat seperti pada gambar 2.7. berikut ini:

Gambar 2.7. Molen

f. VibratorVibrator merupakan alat untuk memadatkan beton cor pada waktu pengecoran berlangsung. Dengan menggunakan alat vibrator, material - material seperti agregat kerikil/koral dapat masuk ke bawah dan merata ke semua bagian plat sehingga hasilnya akan padat, rata dan tidak berongga. Vibrator yang digunakan dalam proyek ini dapat dilihat seperti pada gambar 2.8. berikut ini:

Gambar 2.8. Vibrator g. Mesin pemotong besiAlat ini digunakan untuk membantu dalam memotong besi pada pekerjaan pembesian/ penulangan khususnya besi yang berdiameter kecil yang akan disesuaikan pada gambar dan dapat dilihat seperti pada gambar 2.9. berikut ini: Gambar 2.9. Mesin pemotong besih. Deep well pumpAlat ini digunakan untuk menyedot air pada daerah galian yang berair dan mengalirkan ke luar area proyek dan dapat dilihat seperti pada gambar 2.10. berikut ini:

Gambar 2.10. Deep well pumpi. Pesawat theodolitAlat ini digunakan untuk mengukur tinggi suatu bidang tanah dengan sudut mendatar (horizontal) dan sudut tegak (vertikal). Selain itu juga bisa digunakan untuk mengkur jarak secara optis dan membuat garis lurus. Pada proyek ini pesawat theodolit digunakan untuk menentukan titik-titik pada pengerjaan pengukuran seperti as bangunan dan mengontrol suatu ketinggian agar mendapat posisi yang benar-benar sesuai level yang diinginkan dan dapat dilihat seperti pada gambar 2.11. berikut ini: Gambar 2.11. Pesawat theodolitej. Pesawat waterpassAlat ini digunakan untuk mengukur tinggi suatu bidang tanah dengan bantuan bak ukur dan hanya bisa mengukur sudut mendatar (horizontal) dan dapat dilihat seperti pada gambar 2.12. berikut ini: Gambar 2.12. Pesawat waterpassk. SchaffoldingAlat ini digunakan untuk menyangga beban dalam pembuatan bekesting kolom, balok, shearwall dan plat lantai 2 sampai dengan pelat atap dan dapat dilihat seperti pada gambar 2.13. berikut ini: Gambar 2.13. Scaffoldingl. Perata Pelat/Acian Pelat Perata pelat/acian pelat adalah alat yang digunakan untuk meratakan pelat setelah pelat tersebut dicor. Selain diratakan dengan manual, karena sangat luas maka digunakan mesin perata pelat/acian pelat. Contoh perata pelat/acian pelat bisa dilihat pada gambar 2.14.

Gambar 2.14. Kasutan perata acian pelatm. Alat-alat lainAlat ini digunakan untuk menunjang kemudahan pelaksanaan pekerjaan pelat. Antara lain ember, cangkul, gergaji, sekrup, linggis, roll meter dan lain-lain, dapat dilihat seperti pada gambar 2.15. berikut ini: Gambar 2.15. Alat-alat lain10. Material Yang Digunakana. Semen

Pada proyek pembangunan gedung ini umumnya semen yang dibeli kontraktor yang digunakan untuk pekerjaan non structural misal: pekerjaan bata, plesteran, dan sebagainya ini menggunakan Semen Gersik dan Indo cement. Sedangkan untuk pekerjaan struktural seperti pada plat lantai dan plat pondasi, material beton dikirim dari PT. Surya Beton Indonesia Contoh semen bisa dilihat pada gambar 2.16..Gambar 2.16. Semenb. Air

Air yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah air PDAM. Air ini digunakan segala macam pekerjaan, seperti pembuatan spesi untuk pekerjaan pasangan bata dan plesteran, dan penyemprotan bekisting sebelum dicor, perawatan beton dengan cara penyiraman dan lain sebagainya. Contoh bak air gambar 2.17.

Gambar 2.17. drem penyimpan airc. Agregat halus dan kasar

1. Agregat halusAgregat halus atau disebut pasir yang digunakan dalam proyek ini baik. Sedangkan untuk pekerjaan pengecoran, pasir diserahkan kepada pihak PT. Surya Beton Indonesia. Contoh Agregat halus pada gambar 2.18.

Gambar 2.18 pasir2. Agregat kasar

Dalam proyek ini agregat halus atau kerikil yang biasa digunakan untuk bahan pengecoran pada proyek ini, agregat kasar berupa kerikil atau koral yang biasa digunakan untuk pengecoran seperti kolom, rabat dan plat tangga. Sedangkan pengecoran plat lantai diserahkan pada PT. Surya Beton Indonesia.

Gambar 2.19. koral/krikild. Beton untuk pengecoran

Beton yang digunakan untuk proyek ini menggunakan mutu K-350 yang diserahkan kepada pihak PT. Surya Beton Indonesia.f. Besi tulangan

Besi tulangan yang digunakan adalah besi polos dan besi ulir. Semua tulangan yang bersilangan harus diikat dengan baik menggunakan kawat pengikat (bendrat). Contoh besi tulangan polos dan besi sengkang dapat dilihat pada gambar 2.20. Gambar 2.20. Besi tulangan

g. Kayu bekisting, papan triplek dan multipleks Penggunaan kayu untuk keperluan bekisting menggunakan kayu meranti ukuran 5/7, 6/15, dan 6/10 cm. Kayu ini digunakan untuk usuk-usuk bekisting dan penguat bekisting. Sedangkan untuk bekisting pelat digunakan papan multiplek dengan tebal 9 mm. Kayu-kayu tersebut diusahakan tidak rusak setelah dijadikan bekisting, agar dapat digunakan kembali. Syarat kayu untuk bekisting adalah kayu memiliki permukaan yang halus, rata, dan tidak bergelombang atau bengkok seperti pada gambar 2.21 berikut ini: Gambar 2.21 Kayu, papan multiplek

B. Kontrol Kualitas (Quality Controls)Pengontrolan terhadap kualitas bahan sangat diperlukan untuk mengetahui apakah bahan yang akan dipakai telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Dalam proyek ini dilakukan beberapa macam pengetesan untuk kontrol kualitas, yaitu Slump Test, Tes Silinder beton, Tes kubus beton, tes begesting dan besi.1. Slump Test

Slump Test adalah suatu cara untuk mengetahui atau mengontrol konsistensi dari suatu campuran beton yang mana akan berpengaruh terhadap kelayakan campuran beton tersebut. Hasil slump test ini berupa nilai slump yang dibatasi oleh syarat-syarat kelayakan. Nilai slump yang disyaratkan dalam proyek ini adalah 8 -12 cm. Rata-rata nilai slump yang didapat pada proyek ini adalah 10 - 12 cm.

Bila nilai slump terlalu besar, hal ini menunjukkan bahwa campuran beton tersebut mudah dilaksanakan, tetapi hal ini juga menunjukkan bahwa campuran beton tersebut mudah mengalami penurunan kualitas. Nilai slump yang terlalu kecil menunjukkan bahwa beton sulit untuk dikerjakan. Apabila setelah dilakukan pengecekan dengan slump test memenuhi, maka diambil 3 sample benda uji yang disimpan dalam tabung uji untuk disimpan oleh pihak kontraktor pelaksana yang diambil dari satu concrete mixer truck.a. Peralatan untuk melakukan slump test :1) Kerucut Abrams, yaitu sebuah kerucut terpancung dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm.

2) Sebuah batang besi untuk merojok, memiliki diameter 16 mm dan panjang 60 cm

3) Pelat baja datar.b. Cara melakukan slump test :

1) Kerucut Abrams disiapkan diatas pelat baja

2) Campuran beton dimasukkan ke dalam kerucut Abrams secara bertahap. 3) Campuran beton yang di masukan pada cetakan dilakukan perojokan dengan tongkat besi sebanyak 25 kali, Setelah penuh, bidang atas diratakan dan kemudian kerucut ditarik secara vertikal dengan hati-hati.

4) Penurunan puncak kerucut campuran beton terhadap tinggi mula-mula diukur, hasil pengukuran ini disebut nilai slump.

Gambar 2.22. Pembuatan dan pengecekan batas Slump

2. Pemeriksaan Mutu Pekerjaan Beton StrukturDalam pekerjaan beton struktur, pihak konsultan pengawas dan kontraktor juga melakukan pemeriksaan mutu agar hasil pekerjaan sesuai yang diharapkan pengguna jasa, dengan pengecekan mutu pekerjaan maka penyimpangan-penyimpangan dapat diatasi dari awal. Diagram alur pemeriksaan mutu beton struktur adalah sebagai kontrol dalam pelaksanaan pekerjaan beton. Gambar harus sesuai dengan gambar tender dan RKS. Langkah pertama adalah pembuatan shopdrawing dan persetujuan material, apabila shopdrawing tidak disetujui maka gambar harus diperbaiki dan bila disetujui maka pekerjaan beton bisa mulai dikerjakan. Tabel 2.1. Tentang mutu betonMUTU BETONK225K250K275K300K350K400

Kuat tekan minimum 7 hari (kg/cm2)158175192210245280

Jumlah semen minimum (kg/m3)300300300325350375

Jumlah semen maksimum (kg/m3)550550550550550550

W/C faktor, maksimum0.550.550.550.550.50.5

3. Test Silinder Beton

Test silinder beton dilakukan untuk mengontrol mutu campuran beton, untuk mendapatkan homogenitas campuran yang sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan dengan pelaksanaan dibawah pengawasan instruktur untuk mendapatkan syarat pencampuran semen, pasir, kerikil dan air sesuai dengan kekuatan yang direncanakan. Untuk test ini, setiap dilakukan pengecoran pihak proyek meminta dibuatkan 3 benda uji dari concrete mixer truck dengan ukuran 15x30 cm, dan kemudian benda uji tersebut diuji tekan pada umur beton 14 hari dan 28 hari. Apabila benda uji tersebut diuji tekan pada umur sebelum atau lebih dari 28 hari, maka kekuatan tekannya harus dikalikan dengan faktor atau perbandingan tekan beton terhadap beton berumur 28 hari, seperti pada tabel 2.3 di bawah ini:Tabel 2.2. Perbandingan Kekuatan Beton Pada Berbagai UmurUmur beton (hari)3714212890365

Perbandingan lekat beton0,400,650,880,951,001,201,35

Sumber: PBBI 1971 N.1-2

Proses pelaksanaan tes silinder beton ditunjukkan seperti pada gambar 2.23 dibawah ini:

Gambar 2.23. Pelaksanaan tes silinder beton4. Pemeriksaan Bekisting

Test standar bekisting adalah tes yang dilakukan guna mengecek apakah begisting yang dibuat sudah memenuhi syarat berdasar peraturan dan RKS. Tes ini juga mengecek apakah kayu yang digunakan memenuhi syarat.5. Pemeriksaan Kesesuaian Gambar dengan Pelaksanaan

Tes kesesuaian gambar dengan pelaksanaan adalah tes yang dilakukan oleh quality control bersama dengan pihak pengawas dan kontraktor guna mengetahui apakah desain pelaksanaan atau konstruksi yang dibuat sesuai dengan gambar kerja. Apabila ada kesalahan maka konstruksi harus dibongkar dan diulang hingga sesuai dengan gambar kerja. C. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam proyek pembangunan Gedung Laboratorium FIK Unesa Tahap II mahasiswa mendapatkan masukan ilmu bagaimana menyusun manajemen pembagian sumber daya proyek baik dalam hal tenaga kerja, material dan keuangan. Berbagai masukan ilmu pengetahuan yang baru tersebut sangat memotivasi untuk bersemangat mengikuti praktik kerja lapangan tersebut. Selain itu ada juga beberapa faktor-faktor kesulitan yang ditemui antara lain faktor keselamatan yaitu untuk mendapatkan helm safety sebagai syarat keselamatan mengikuti proyek mengingat tidak adanya pinjaman helm safety dari proyek. Serta sulitnya untuk berkomunikasi dengan seluruh tenaga kerja utama dari tim perencanaan tata ruang kampus/pembangunan fisik Gedung Laboratorium FIK Tahap II di Universitas Negeri Surabaya yang dalam hal ini sebagai kontraktor untuk meminta informasi-informasi mengenai pengerjaan proyek dan data-data yang diperlukan dalam penyusunan laporan. Namun dapat dipahami karena mungkin terlalu sibuknya para tenaga kerja harus berkonsentrasi penuh untuk segera meyelesaikan proses pembangunan tersebut tepat pada waktu yang dijadwalkan.Selama menjalankan kerja praktik baik didalam maupun diluar ruangan diberikan tempat yang baik untuk berdiskusi maupun mengerjakan tugas yang diberikan dengan sesama rekan yang juga melaksanakan kerja praktik, sehingga sangat membantu untuk mengerjakan tugastugas yang diberikan dengan tenang maupun untuk beristirahat sesudah melakukan pemantauan di luar ruangan.Adapun hambatan lain dalam pelaksanaan kerja praktik ini yaitu pentingnya menjaga kekuatan dan daya tahan tubuh saat melakukan kegiatan praktik lapangan, agar tidak mudah sakit serta dapat melakukan praktik kerja lapangan dengan maksimal dan bermanfaat.

PAGE