Bab I Dan Bab II Rev
-
Upload
dikadikatans -
Category
Documents
-
view
48 -
download
0
description
Transcript of Bab I Dan Bab II Rev
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini berbagai lembaga pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai
dengan pendidikan tinggi ada yang mulai, sedang, dan telah membangun program literasi
informasi. Literasi informasi yang merupakan terjemahan dari information literacy dalam
pengertian ringkas diartikan sebagai keberaksaraan informasi atau kemelekan informasi.
Penguasaan literasi informasi dipandang sangat penting dalam proses pembelajaran sehingga
menjadi bagian dari program pendidikan. Dalam lingkup yang lebih luas, bahwa program literasi
informasi sebenarnya adalah program pemberdayaan masyarakat khususnya dalam bidang
informasi.
Dengan berkembangnya teknologi informasi memberikan dampak yang besar terhadap
akses informasi di Perpustakaan. Pustakawan selain dituntut ketrampilannya di dalam
memberikan informasi yang cepat tepat dan akurat kepada user perpustakaan. Pustakawan juga
harus mempromosikan sumber-sumber apa saja yang ada di perpustakaan. Apalagi dengan
adanya e-books, e-journals, e-newspaper. Koleksi perpustakaan berkembang dalam bentuk
digital mendorong pustakawan untuk lihat dalam menyampaikan informasi ke user perpustakaan,
agar pengguna melek informasi atau dengan istilah literasi informasi.
Menurut Bundy dalam Hasugian (2009:200) “Literasi informasi adalah seperangkat
keterampilan yang diperlukan untuk mencari, menganalisis dan memanfaatkan informasi”. Tidak
jauh berbeda dengan pengertian di atas dalam laporan penelitian America Library Association’s
Presidental Commite on Information Literacy (1989:1) dikatakan bahwa“information literacy is
a set of abilities requiring individuals to recognize when information is needed and have the
ability to locate, evaluate, and use effectivelly the needeed information”
Mencari informasi dapat dilakukan ke perpustakaan, toko buku, pusat-pusat informasi, di
Internet dan sebagainya. Menelusur adalah upaya untuk menemukan kembali informasi yang
yang telah disimpan. Jika ke pepustakaan diperlukan alat penelusuran yaitu katalog, sedangkan
untukmencari informasi ke Internet diperlukan search engine. Dalam konteks perpustakaan dan
informasi, literasi informasi selalu dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan memanfaatkan
2
secara benar sejumlah informasi yang tersedia baik di dalam perpustakaan maupun yang berada di
luar gedung perpustakaan.
Kemampuan dalam mengidentifikasi, mencari, menemukan, mengevaluasi dan
memanfaatkan informasi disebut literasi informasi. Pengertian informasi berkembang sejalan
dengan berkembangnya teknologi informasi itu sendiri. Informasi juga hasil dari adaptasi dan
pengembangan institusi pendidikan, organisasi profesional serta personal. Format informasi yang
beragam istilah, hingga beragam bentuk seperti; visual, komputer, digital, jaringan juga menjadi
kajian literasi.
Istilah literasi informasi bukan merupakan kemampuan baru yang muncul sebagai
tuntutan dalam era informasi. Kebutuhan akan penguasaaan kemampuan ini telah ada sejak
bertahun-tahun yang lalu, yang berubah hanyalah jumlah dan bentuk dari informasi yang
tersedia. Walaupun kebutuhan untuk mencari, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang
dibutuhkan secara efektif telah ada sejak lama, tetapi kemampuan yang harus dimiliki pada era
informasi saat ini telah terus berkembang dan menjadi lebih kompleks. Mahasiswa dituntut untuk
memiliki kemampuan literasi informasi. Dengan memiliki kemampuan literasi informasi
seseorang mengetahui kapan dan mengapa membutuhkan informasi, tahu bagaimana dan dimana
mendapatkan informasi tersebut, mampu mengevaluasi apakah informasi yang didapatkan tepat,
dan akhirnya dapat menggunakan dan mempresentasikan dengan benar.
Semua keterampilan tersebut adalah penting dan merupakan sebagian dari literasi
informasi. Mungkin selama ini kita menyadari ada keterampilan atau kemampuan yang perlu
dimiliki para mahasiswa untuk dapat belajar secara mandiri, tapi tidak menyadari bahwa
keterampilan yang kita sajikan belum mencukupi bagi mereka untuk dapat belajar secara mandiri
sehingga dalam proses belajar mengajar, mahasiswa sering mendapatkan kesulitan dalam
memahami tugas yang diberikan sehingga apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan tugas yang
diberikan.
Sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan. Universitas X menyediakan Perpustakaan
yang dilengkapi dengan beragam bahan pustaka yang terdiri dari buku literatur baik dalam
bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Inggris, majalah, jurnal ilmiah serta buku ilmu
pengetahuan lainnya. Fasilitas Perpustakaan Universitas Xtelah digunakan oleh mahasiswa,
dosen, karyawan dan alumni Universitas X. Hal ini sesuai dengan tujuan universitas yaitu
3
menunjang Tridarma Perguruan Tinggi dengan fungsinya sebagai sumber informasi bagi
pelaksanaan proses belajar dan mengajar, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan X selanjutnya disebut UPT UX membawahi empat
perpustakaan yaitu Perpustakaan Fakultas, Perpustakaan Pasca Sarjana, Perpustakaan Digital dan
Perpustakaan Audiovisual. Perpustakaan untuk program profesional dan sarjana terletak
beberapa lokasi kampus yaitu di kampus D - depok , kampus E - kelapa dua, kampus J –
Kalimalang. Perpustakaan program pasca sarjana terletak di kampus C - kenari. Sedangkan
perpustakaan audio visual dan Jurnal Elektronik terdapat di kampus depok. Semua cabang
Perpustakaan Universitas X menggunakan sistem informasi perpustakaan yang terintergrasi satu
dengan yang lainnya.
Keberhasilan suatu perpustakaan berujung pada pelayanan yang diberikan secara
maksimal. Kepuasan pengguna terhadap pelayanan yang diberikan akan menjadikan gambaran
kualitas suatu perpustakaan. Realitas yang ada dilapangan, mahasiswa S1 masih bertanya ke
pada pustakawan dalam memanfaatkan sumber-sumber elektronik yang ada di Perpustakaan
Universitas X, ketidaktahuan dalam mengakses, apalagi memanfaatkan secara optimal sumber-
sumber elektronik. Inilah yang membuat prihatin, oleh sebab itu penulis akan meneliti: Kajian
Terhadap Kemampuan Mahasiswa S1 Universitas X Terhadap Pemanfaatan Sumber-
Sumber Elektronik Yang Ada di Perpustakaan X dan Tinjauannya Menurut Islam
Tinjauannya menurut Islam, dalam QS. Al Alaq, ayat 1-5, artinya:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Membaca adalah aktivitas yang sangat bermanfaat karena membaca adalah pintu
pertama dibukakannya ilmu pengetahuan. Bahkan didalam islam wahyu yang pertama kali turun
adalah perintah membaca (Q.S. AL- ‘ALAQ:1-5). Membaca merupakan aspek terpenting dalam
proses belajar mengajar seseorang terutama dalam kaitannya dengan 4 (empat) keterampilan
berbahasayaitu : menyimak/mendengar, berbicara/bercakap, membaca dan menulis. Dalam
sejarah Islam, membaca merupakan amanat pertama kerasulan Muhammad dengan diturunkan
Surat Al alaq di gua Hira sebagai perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui
4
malaikat Jibril untuk membaca (iqro). Aktivitas membaca memiliki peran penting sebagai cara
untuk mentrasfer berbagai ilmu pengetahuan (konsep, teori, istilah) yang tersebar di berbagai
tempat (tex book, virtual ) kepada si pembaca.
Kemudiaan dalam menyampaikan informasi Rasullullah SAW mencontohkan:
a) Berkata-kata dengan perkataan yang benar (Qaulan Sadidan), sebagaimana firman Allah:
د�يد� ه� اس� الل ق وا ات وا آم�ن ذ�ين� ال �ه�ا ي� أ �ا ي
ق�و�ال� وا و�ق ولArtinya : ‘Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
dengan perkataan yang benar”. (QS. Al- Ahzab : 70)
b) Berkata-kata dengan perkataan yang baik (Qaulan Ma’rufan), sebagaimana firman Allah :
ا وف� ع�ر� م و�ال� ق م� له� ول�وا وق�
Artinya : “Ucapkanlah kepada mereka dengan perkataan yang baik”. (QS. Al-Nisa’ : 5)
c) Berkata-kata dengan perkataan yang pantas, sebagaimana firman Allah :
ال� و� ق م� له� ل� ق� ف ا وه ج� تر� ب�ك ر م�ن� �ة م ح� ر اب�ت�غاء م� عن�ه� ن& ت�ع�ر�ض ا �م& إ وور� ي�س� ام
Artinya: “Dan jika kamu berpaling kepada mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu
yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas”. (QS. Al-
Isra’ : 28)
d) Berkata-kata dengan perkataan yang lemah lembut, sebagaimana firman Allah:
ى يخ�ش و� أ يتذك&ر� لعل&ه� لي�ن�ا و�ال� ق له� وال ق� ف
Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan mereka ingat dan takut”. (QS. Thaha: 44)
e) Berkata-kata dengan perkataan yang mulia, sebagaimana firman Allah :
ا كر�يم� و�ال� ق ا م له� ل� وق�Artinya: “Ucapkanlah kepada mereka dengan ucapan yang mulia”. (QS. Al-Isra’ : 23)
f) Meneliti pesan (message), sebagaimana firman Allah Cara ini juga telah ditempuh dan
5
dicontohkan rasulullah SAW dan para sahabat dengan cara berjalan ke pemukiman
penduduk. Namun tidak semua informasi benar adanya, untuk itu diperlukan penelitian
terhadap informasi yang diterima, sebagaimana firman Allah :
�ق م� ف�اس� �ن� ج�اء�ك وا إ ذ�ين� آم�ن �ه�ا ال ي� �ا أ وا ق�و�م�ا ي ص�يب �ن� ت وا أ ن �ي �ب , ف�ت �إ �ب �ن ب
�اد�م�ين� م� ن �ت �ى2 م�ا ف�ع�ل �ح وا ع�ل ص�ب �ةف�ت ه�ال �ج� ب
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu. (Q.S. Al-Hujurat : 6)
Perpustakaan merupakan bagian dari budaya suatu bangsa khususnya yang berkenaan
dengan budaya literasi (keberaksian) budaya baca, budaya tulis, dokumentasi dan informasi.
Perpustakaan merupakan salah satu simbol peradaban untuk manusia dapat disimpulkan bahwa
masyarakat yang telah memiliki perpustakaan yang sudah berkembang dan maju maka
masyarakat itulah yang telah diindikasikan berpendidikan yang tinggi.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimanakah kemampuan mahasiswa S1 Universitas X dalam memanfaatkan sumber-
sumber elektronik di Perpustakaan Universitas X?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui kemampuan mahasiswa S1 dalam memanfaatkan sumber-sumber elektronik
yang disediakan oleh Perpustakaan Universitas X.
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam Proposal Penelitian ini, penulis mengharapkan:
1. Manfaat Akademis
Sebagai masukan kepada Universitas X untuk membuat program Literasi Informasi
di Perpustakaan Universitas X.
6
2. Manfaat Praktis
Sebagai motivasi pustakawan untuk meningkatkan kompetensi khususnya di
Perpustakaan Universitas X.
Sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan manajemen khususnya
dalam meningkatkan layanan perpustakaan terhadap user.
1.5 Batasan Masalah
Penelitian ini memfokuskan pada mahasiswa S1 yang datang ke Perpustakaan Universitas
X di Jalan Akses UI, Kampus H, Depok. Dengan demikian mahasiswa mampu menggunakan
sumber informasi untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan, baik sumber informasi
tercetak maupun sumber informasi berbasis komputer, serta mampu beradaptasi dengan
teknologi baru dan bisa belajar secara mandiri sepanjang hayat dan menyelesaikan skripsi.
1.6 Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan dengan pendekatan eksperimen, adalah suatu
penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam
kondisi yang terkontrol secara ketat.
Teknik pengumpulan data meliputi:
Pra test (pre test), yaitu test yang diberikan sebelum proses pembelajaran atau pelatihan. Test ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh
peserta didik.
Pelatihan Materi Literasi Informasi.
Test akhir (Post test), yaitu test yang diberikan setelah dilaksanakan proses pembelajaran. Tes tersebut
bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan intelektual (tingkat penguasaan materi) peserta didik.
Biasanya test ini berisi pertanyaan yang sama dengan pra test.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi
Suatu Perpustakaan Perguruan Tinggi diarahkan sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan
informasi sivitas akademik, khususnya mahasiswa. Di perpustakaan, mahasiswa dapat mencari
informasi sesuai dengan kebutuhan dan bidang ilmu mereka masing-masing. Menurut Sjahrial-
Pamuntjak (2000:4) Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah, “ perpustakaan yang tergabung
dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi, baik yang berupa Perpustakaan Universitas,
Perpustakaan Fakultas, Perpustakaan Akademik, dan Perpustakaan Sekolah Tinggi”.
Sedangkan menurut Fahmi (2009:1) Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan, “ sebuah
sarana penunjang yang didirikan untuk mendukung kegiatan civitas akademik, di mana
Perguruan Tinggi itu berada”. Senada dengan kedua pendapat di atas Yuven (2010:1)
menyatakan bahwa, Perpustakaan Perguruan Tinggi (PPT) merupakan unit pelaksana teknis
(UPT) yang bersama-sama dengan unit lain melaksanakan Tri Dharma PT (Perguruan Tinggi)
melalui menghimpun, memilih, mengolah, merawat serta melayankan sumber informasi kepada
lembaga induk khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya.
Ketiga pendapat di atas pada dasarnya mengandung pengertian yang sama, bahwasanya
Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang berada di bawah naungan suatu
Perguruan Tinggi. Perpustakaan didirikan dengan tujuan untuk membantu dan mendukung
Perguruan Tinggi tersebut dalam memenuhi kebutuhan informasi ilmiah sivitas akademika di
Perguruan Tinggi tersebut. Karena tidak dipungkiri lagi bahwa Perpustakaan merupakan pusat
sumber informasi yang selalu berupaya untuk menjawab semua kebutuhan dan permintaan
informasi pengguna perpustakaan.
8
2.1.2 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi
2.1.3 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
2.2. Jenis Layanan Perpustakaan Perguruan Tinggi
2.2.1 Layanan Peminjaman (sirkulasi).
2.2.2. Layanan Referens (Jasa Rujukan).
2.2.3 Layanan Multimedia/ Audiovisual
Menurut PP No. 30 tahun 1990, pasal 34, Unit pelaksana teknis perpustakaan merupakan
unsur penunjang sebagai kelengkapan bagi pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada
masyarakat. Kedudukan di luar lingkup fakultas dan bertanggung jawab langsung kepada
rektor/ketua. Hubungan organisasi antara UPT dan unsul lainnya pada perguruan tinggi/sekolah
tinggi diperlihatkan pada gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Universitas/Sekolah Tinggi
2.2 Organisasi Perpustakaan
Biro
LPMLembaga Penelitian
Fakultas/Jurusan
UPT Perpustakaan
REKTOR/Ketua
PR/PK
9
Organisasi perpustakaan terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian Pengadaan, Pengolahan dan
Pelayanan. Bagian Pengadaan, menurut Evans (1995), biasanya unit mengadakan di
perpustakaan memiliki empat tujuan utama: (1), Untuk mengadakan bahan-bahan secepat
mungkin, (2), Untuk tetap mempertahankan akurasi dalam prosedur kerja, (3), Untuk tetap
mempertahankan sistem/proses kerja yang sederhana untuk mendapatkan harga bahan yang lebih
murah, dan (4), Untuk mengembangkan hubungan kerjasama yang erat dengan vendors
(penjaja). Soeatminah dalam bukunya “Perpustakaan, Kepustakawan dan
Pustakawan” (1992:..) Pada dasarnya proses akuisisi meliputi kegiatan penelusuran informasi
sebelum pemesanan, penyeleksian, memesan bahan-bahan, menerima barang yang dipesan,
pembayaran dan menyimpan data/record pengadaan tersebut. Namun menurutnya keterbatasan
dana, keragaman pemakai, berkembangnya jumlah buku dan majalah yang diterbitkan pada abad
ini, berkembangnya ilmu pengetahuan dengan akibat timbulnya spesialisasi, serta timbulnya
ilmu-ilmu baru dengan produk informasinya memaksa pustakawan harus memeras keringat
untuk mengadakan pemilihan buku.
Bagian pengolahan bahan pustaka merupakan salah satu bagian utama dalam proses
pengemasan dan penyajian informasi, Kegiatan ini bertujuan agar para pengguna perpustakaan
dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan. Kegiatan ini meliputi inventarisasi, Klasifikasi,
Penentuan tajuk subjek, Input data, sampai pengrakkan (Shelving)
Bagian layanan perpustakaan merupakan Bagian yang amat penting dan muara dari semua
kegiatan di perpustakaan. Pelayanan perpustakaan berarti kesibukan yang tiada akhir kecuali
pelayanan perpustakaan dinyatakan ditutup. Bahkan ketika perpustakaan ditutup, tugas
pustakawan di bagian pelayanan tidak serta merta terbebas dari pekerjaan. Pustakawan di bagian
pelayanan masih harus melakukan statistik perpustakaan, merapikan berkas peminjaman dan
kartu buku (terutama bagi perpustakaan yang belum menerapkan otomasi perpustakaan),
melakukan pengrakan (selving) dan lain-lain. Walaupun bagian pelayanan ini merupakan bagian
yang secara langsung berhadapan dengan pemakai dan mungkin dianggap bagian yang paling
penting, namun setiap perpustakaan harus menyadari bahwa kelancaran layanan perpustakaan
juga tergantung kepada unit-unit lain di perpustakaan. Pelayanan perpustakaan bukan satu-
satunya kegiatan perpustakaan, namun merupakan satu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan
satu sama lain.
10
2.3 Layanan Pendidikan Pemakai
Tidak semua pemakai perpustakaan dapat atau mampu menggunakan perpustakaan
dengan baik dan benar. Banyak pemakai perpustakaan tidak mengetahui fungsi katalog, cara
penyusunan buku di rak, penggunaan bahan-bahan referens, alat-alat baca seperti alat baca mikro
dan, pada perpustakaan masa kini, komputer. Bahkan pada perpustakaan yang sudah menerapkan
sistem otomasi, pemakai tidak serta merta mengetahui dan menguasai penggunaan katalog
perpustakaan (OPAC). Karena itu perpustakaan perlu dan bahkan pada perpustakaan perguruan
tinggi harus menyelenggarakan pendidikan pemakai. Pemakai juga sering tidak mengetahui
layanan-layanan apa saja yang disediakan perpustakaan, serta bagaimana cara mendapatkan
layanan tersebut. Jadi layanan pendidikan pemakai didefinikan sebagai layanan yang diberikan
kepada pemakai yang berisi penjelasan mengenai cara-cara pemanfaatan baik koleksi maupun
layanan perpustakaan.
Tujuan pendidikan pemakai adalah agar pemakai dapat dengan mudah menggunakan
perpustakaan dengan baik dan benar. Dengan demikian pemakai dapat mencari kebutuhan
informasinya dengan cepat, tepat dan efisien.
Isi pendidikan pemakai antara lain adalah:
Memperkenalkan perpustakaan secara umum seperti tugas dan fungsi yang diemban oleh
perpustakaan, apa saja yang dikoleksi oleh perpustakaan dan jumlahnya berapa, apa saja
layanan yang disediakan oleh perpustakaan dan bagaimana cara memperolehnya.
Keanggotaan perpustakaan seperti siapa yang boleh dan tidak boleh menjadi anggota
perpustakaan, jenis keanggotaan (biasa, luar biasa dan lain-lain), hak-hak anggota,
kewajiban anggota dan sebagainya.
Peraturan dan tata tertib yang harus dipatuhi oleh pemakai perpustakaan seperti peraturan
menjadi pengunjung perpustakaan (misalnya wajib mengisi buku tamu, tidak boleh
membawa tas dan jaket ke ruang baca/ koleksi, tidak boleh membawa makanan/
minuman ke ruang baca/ koleksi dan lain-lain), sanksi bagi pemakai yang melanggar
peraturan (denda bagi peminjam yang terlambat mengembalikan pinjaman, sanksi bagi
peminjam yang menghilangkan buku, sanksi bagi pemakai yang mencuri atau melakukan
penyobekan buku dan sebagainya).
11
Teknik penelusuran informasi seperti bagaimana cara atau teknik penggunaan koleksi
referens, bagaimana cara penelusuran katalog, bagaimana cara penggunaan OPAC,
bagaimana cara atau teknik penelusuran pada secara online atau penelusuran informasi
yang ada di internet, dan lain-lain).
Cara atau teknik penyampaian pendidikan pemakai sangat bervariasi untuk setiap jenis
perpustakaan. Beberapa cara antara lain:
1. Disampaikan secara formal seperti penyelenggaraan pendidikan pemakai di
kelas.
2. Disampaikan secara tidak formal seperti pemberian bimbingan di ruang baca.
Adapun Pendidikan pemakai, istilah yang digunakan di perpustakaan Universita X adalah
Orientasi Perpustakaan.
2.4 Definisi Literasi Informasi
Literasi informasi merupakan kosep lama yang berkembang secara signifikan. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya definisi yang dibuat baik dai bermacam-macam institusi maupun individu.
Paul Zurkowski tahun 1974 (the President of Information Insdustri Association of United States)
pada proposal yang diajukannya kepada National Commision on Libraries and Information
Science bahwa dalam program nasional salah satu yang harus dicapai adalah literasi informasi
secara universal. Zurkowski mengatakan bahwa seseorang yang terlatih dalam menggunakan
sumber-sumber informasi dalam menyelesikan tugas mereka disebut orang yang melek informasi
karena mereka telah belajar teknik menggunakan informasi dengan baik dan keterampilan dalam
menggunakan beragam alat informasi.
Burchinal mengatakan dalam simposium di Texas A U University Library bahwa untuk
menjadi seseorang yang melek terhadap informasi dibutuhkan beberapa keterampilan. Salah
satunya adalah bagaimana menggunakan dan menempatkan informasi yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan masalah dan membuat keputusan secara efektif dan efisien (Burchinal dalam
Diane Lee, 2002).
Definisi lain tentang seseorang yang melek informasi memperlihatkan elemen yang sama
tetapi ada yang memperluas atau mempersempitnya. Contohnya Doyle (1992) menentukan
seseorang yang melek informasi adalah seseorang yang:
12
a. Menyadari kebutuhan akan informasi
b. Menyedari informasi yang akurat dan lengkap merupakan satu dasar untuk
membuat keputusan yang tepat.
c. Mengidentifikasi sumber-sumber potensial dari suatu informasi .
d. Membangun strategi pencarian yang tepat.
e. Mengakses sumber-sumber informasi, termasuk dasar teknologi lainnya
f. Mengevaluasi informasi.
g. Mengorganisasikan informasi untuk mengaplikasikan/mempraktekkan.
h. Mengintegrasikan informasi yang baru dengan yang sudah dimiliki (penetahuan
lama), dan
i. Menggunakan informasi dengan kritis dan untuk menyelesaikan masalah.
Literasi merupakan kunci utama dari pembelajaran sepanjang hayat (long life education). Hal
ini senada dengan pernyataan Abdelaziz Abid, Senior Programme Specialist, Communications
and Information Sector of UNESCO dalam Abdul Hak 2005, Bahwa literasi informasi telah
menjadi sebuah isu global, dimana telah banyak inisiatif-inisiatif tentang literasi informasi yang
didokumentasikan di seluruh dunia.
Literasi informasi adalah seperangkat ketrampilan yang diperlukan untuk mencari,
menelusur, menganalisa dan memanfaatkan informasi. Hal ini tidak terlepas jauh dengan
teknologi informasi salah satunya adalah internet. Ketrampilan berikut yang juga penting adalah
ketrampilan menganalisa dan memanfaatkan informasi. Ketrampilan ini memerlukan kecerdasan
logis, rasional dan pertimbangan secara menyeluruh. Jadi ketrampilan ini memerlukan sentuhan
intelektual, emosional dan spiritual. Untuk itu perlu banyak membaca buku, berinteraksi dengan
orang-orang yang positif dan orang-orang yang sukses dalam kehidupan mereka.
Dengan demikian seseorang yang telah mempunyai ketrampilan tersebut akan dapat :
. menyadari kebutuhan akan informasi
. menentukan informasi apa yang dibutuhkan
. menelusur/mengakses informasi yang dibutuhkan secara efisien
. mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya.
. memasukkan informasi pilihan tersebut ke dalam pengetahuan dasar mereka
. memanfaatkan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan
13
. mengerti masalah ekonomi, hukum, sosial dan kebudayaan karena
memanfaatkan informasi
. mengakses dan memanfaatkan informasi sesuai etika dan hukum yang berlaku.
. mengklasifikasi, menyimpan, mengolah dan merancang ulang informasi yang
dikumpulkan atau dihasilkan.
. mengetahui bahwa literasi informasi adalah syarat utama untuk belajar
sepanjang hayat. (Bundy, 2001)
2.5 Model Literasi Informasi
Salah satu model yang banyak diaplikasikan dalam dunia pendidikan dan diakui sebagai
suatu model literasi, disebut dengan big6. Big6 terdiri dari 6 keterampilan dan 12 langkah (setiap
ketrampilan terdiri dari 12 langkah):
1. Perumusan masalah
a. Merumuskan masalah
b. Mengidentifikasi iformasi yang dibutuhkan
2. Strategi pencarian informasi
a. Menentukan sumber
b. Memilih sumber terbaik
3. Lokasi dan akses
a. Mengalokasi sumber secara intelektual dan fisik
b. Menentukan informasi di dalam sumber-sumber tersebut
4. Pemanfaatan informasi
a. Membaca, mendengarkan, meraba, dsb
b. Mengekstrak informasi yang relevan
5. Sintesis
a. Mengorganisakan informasi dari pelbagai sumber
b. Mempresentasikan informasi tersebut
6. Evaluasi
a. Mengevaluasi hasil (efektivitas)
b. Mengevaluasi proses (efisien)
Selain big6, model literasi lain yang juga diakui dan banyak diadaptasi oleh berbagai
institusi dan individu adalah empowering eight. Empowering eight (adalah model informasi yang
14
dihasilkan dari pertemuan dan workshop di Srilangka tahun 2004 dan di India tahun 2005.
Workshop tersebut dihadiri oleh 10 negara Asia Selatan dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Model literasi informasi tersebut adalah:
1. Mengidentifikasi topik atau subyek, sasaran audiens, format yang relevan, jenis-jenis
sumber informasi
2. Eksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan topik
3. Seleksi dan merekam informasi yang relevan dan mengumpulkan kutipan-kutipan yang
sesuai.
4. Organisasi, evaluasi dan menyusun informasi menurut susunan yang logis, membedakan
antara fakta dan opini dan menggunakan alat bantu visual untuk membandingkan dan
mengkontraskan informasi.
5. Penciptaan informasi dengan menggunakan kata-kata sendiri, edit dan pembuatan daftar
pustaka
6. Presentasi, penyebaran atau display informasi yang dihasilkan.
7. Penilaian output berdasarkan masukan dari orang lain.
8. Penetapan masukan, penilaian, pengalaman yang diperoleh untuk kegitan yang akan
datang, dari penggunaan pengetahuan baru yang diperoleh untuk pelbagai situasi
Perbedaan yang terlihat antara model literasi informasi yang disusun oleh Berkowitz dan
Eisenberg dengan literasi informasi yang dihasilkan dari dua Workshop di Srilanka dan India
adalah pada kemampuan ke lima dalam big6 menjadi organisasi, penciptaan dan kemampuan ke
delapan pada empowering eight pada big6.
2.6 Kompetisi Literasi Informasi
Pedoman Internasional mengenai literasi informasi yang dibuat oleh International
Federatio of Library Associations and Institution (IFLA) dengan tujuan menyediakan suatu
kerangka kerja yang bermanfaat untuk para profesional dalam rangka mengembangkan
literasi informasi. Pedoman IFLA juga ditujukan untuk digunakan para profesional di bidang
perpustakan dan informasi untuk menerapkan literasi informasi dalam program pendidikan.
Pedoman literasi Informasi IFLA merupakan suatu kerangka sistematika yang dibuat dengan
berbagai kontribusi dari para profesional di bidang informasi serta hasil dari diskusi terbutka
di Bauenos Aires. Pedoman ini mecakup konsep literasi informasi dan standar kompetensi
15
internasional yang dapat digunakan untuk melihat literasi informasi individu secara umum.
Pedoman yang dibuat oleh IFLA dapat diadaptasi dan disesuaikan dengan kebutuhan
lembaga yang bersangkutan.
IFLA Information Literacy Standards terdiri dari tiga komponen dasar, yaitu access,
evaluation, use dalam konteks informasi. Tiga komponen inti ini merupakan komponen dasar
yang banyak ditemukan di beberapa standar yang dibuat oleh berbagai asosiasi perpustakaan
di dunia misalnya American Association of School Librarian (AASL), American College
Research Libraries (ACRL), Standing Conference of National and University Libraries
(SCONUL) dan the Australian and New Zealand Institute for Information Literacy. Topiknya
meliputi kemampuan untuk mengenali informasi dan teknoli yang dibutuhkan, membangun
strategi untuk mencari dan menemukan hal tersebut, mengevaluasi informasi dan sumbernya,
mengorganisisr dan menggunakannya sehingga berguna untuk menciptakan pengetahuan
baru dan mengkomunikasikannya
2.7 Standar Kompetisi Di Perguruan Tinggi
Rumusan tentang standar kompetensi literasi informasi untuk pendidikan tinggi pernah
dilakukan oleh Association of College & Research Libraries Standards Committee dan
hasilnya juga diakui oleh Tlie Board of Directors of the Association of College and Research
Libraries (ACRL) dan pada suatu pertemuan yang diselenggarakan oleh American Library
Asociation di San Antonio, Texas (Association of College and Research Libraries, 2000). ACRL
meminta pengesahaan pengumuma standar ini dari para profesional dan asosiasi akreditasi di
perguruan tinggi. Standar kompetensi literasi informasi untuk pendidikan tinggi menyediakan
kerangka kerja untuk mengidentifikasikan individu yang memiliki kompetensi informasi.
Dalam kompetensi ini, ada lima standar dan dua puluh indikator performance. Standar berfokus
pada kebutuhan mahasiswa di pendidikan tinggi. Standar ini juga menampilkan daftar hasil
untuk menilai perkembangan kompetensi informasi mahasiswa. Dalam standar kompetensi
literasi informasi dari ACRL, seseorang disebut information literate jika mampu:
(1) Menentukan sifat dan cakupan informasi yang dibutuhkan
a. Mendefinisikan kebutuhan informasi.
b. Mengidentifikasi beragam jenis dan format dari sumber-sumber nformasi
16
yang potensial.
c. Mempertimbangkan biaya dan manfaat dari pencarian informasi yang
dibutuhkan.
d. Mengevaluasi kembali sifat dan cakupan informasi yang dibutuhkan.
(2) Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien
a. Menyeleksi metode pencarian atau sistem temu kembali informasi yang paling
tepat untuk mencari informasi yang dibutuhkan.
b. Membangun dan menerapkan strategi penelusuran yang efektif.
c. Menemukan kembali informasi secara on-line atau secara pribadi
menggunakan beragam metode.
d. Mengubah strategi penelusuran jika perlu.
e. Mengutip, mencatat, dan mengolah informasi dan sumber-sumbernya.
(3) Mengevaluasi informasi dan sumber sumbernya secara kritis
a. Meringkas ide utama yang dapat dikutip dari informasi yang terkumpul.
b. Mengeluarkan dan menggunakan kriteria awal untuk mengevalusi
informasi dan sumber-sumbernya.
c. Mengumpulkan ide-ide utama untuk membangun konsep baru.
d. Membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan terdahulu untuk
menentukan nilai tambahnya, kontradiksi, atau karakteristik unik
lainnya dari informasi.
e. Menentukan apakah pengetahuan baru memiliki dampak terhadap
sistem nilai seseorang dan menentukan cara untuk menyatukan perbedaan-
perbedaan.
f. Membuktikan kebenaran dari pemahaman dan interpretasi informasi melalui
diskusi dengan individu lain, para ahli, dan/atau praktisi.
g. Menentukan apakah query (pertanyaan) awal perlu direvisi
(4) Menggunakan informasi untuk menyelesaikan tujuan tertentu
a. Menggunakan informasi baru dan yang terdahulu untuk perencanaan dan
penciptaan hasil yang istimewa atau performa.
b. Merevisi proses pengembangan untuk hasil atau performa.
c. Mengkomunikasikan hasil atau performa secara efektif kepada orang
17
lain.
(5) Memahami aspek ekonomi, hukum, dan sosial yang berkaitan dengan penggunaan
informasi.
a. Memahami isu-isu ekonomi, hukum dan aspek sosial ekonomi seputar informasi
dan teknologi informasi.
b. Mengikuti peraturan/hukum serta kebijakan institusi dan etika yang berhubungan
dengan akses dan penggunaan sumber-sumber informasi.
c. Menghargai penggunaan sumber-sumber informasi dalam mengkomunikasikan
produk atau performa.
2.8 Implementasi Literasi Informasi
Langkah 1: Perumusan Masalah
Setelah mendapat tugas seperti disebut di atas, maka langkah pertama adalah memahami
masalah tugas secara keseluruhan dengan cara:
(a) Brainstorming dengan kelompok untuk memastikan bentuk, isi, kebutuhan untuk
menyelesaikan tugas. Cara ini digunakan untuk menggali, mempertajam, dan
mengembangkan gagasan dan penemuan masalah. Brainstorming dapat dilakukan melalui
visualisasi pemikiran kita dan mengajukan pertanyaan. Gunakan pertanyaan 5W1H (what,
when, who, why, where, dan how) untuk memperjelas area topik tugas dan memperjelas
tugas
(b) Clustering dapat digunakan untuk membuat hubungan dari bagian-bagian topik sehingga
tampak relasinya dengan menggunakan bagan dan garis, atau menggunakan gambar sketsa.
(c) Freewriting adalah menulis bebas tentang apa saja yang berkaitan dengan topik atau
tugas. Gunakan freewriting untuk menyatakan atau menggambarkan proyek secara tulisan.
Hasil dari proses di atas adalah pernyataan atau penjabaran dari tugas yang menjadi rumusan
masalah. Rumusan masalah diperoleh setelah diidentifikasi melalui berbagai cara.
Langkah 2: Strategi Pencarian Informasi
Setelah mampu menyatakan dan menjabarkan masalah dalam tugas, langkah berikutnya
adalah menentukan kebutuhan untuk menjawab masalah. Untuk itu diperlukan strategi
pencarian informasi untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk
18
menyelesaikan tugas/ proyek tersebut. Ada dua langkah penting yang perlu dilakukan yaitu
menentukan sumber dan memilih sumber terbaik. Untuk itu perlu dipahami bahwa tersedia
beragam sumber informasi yang dapat digunakan, baik lokasi maupun bentuk informasinya.
Sumber informasi disini dapat disajikan berupa gambar, citra, foto, teks, diagram, audio,
audio-video, hasil wawancara, laporan, email, spasial dan sebagainya. Namun demikian perlu
diperhatikan bahwa sumber informasi dapat terbagi dalam tiga jenis yaitu:
a. sumber informasi primer: informasi yang diperoleh dari asal informasi tanpa interpretasi,
evaluasi dan perubahan dari pihak ke dua. Contoh: hasil wawancara, hasil survey, penemuan,
kumpulan data mentah, artikel jurnal, surat-surat, karya seni.
b. sumber information sekunder: hasil tulisan tentang suatu kejadian, penemuan dan lainnya
seperti: buku teks, ensiklopedia, komentari, artikel majalah,dsb.
c. sumber informasi tertier: kumpulan informasi yang digunakan untuk menelusuri suatu
sumber informasi, biasanya berisi deskripsi dari sumber informasi. Contoh: abstrak, index,
bibliografi, direktori, petunjuk dari suatu literatur. Untuk masing-masing sumber informasi
tersebut, ada yang tersedia dalam format cetak maupun format elektronik. Misalnya artikel
jurnal ada yang tersedia dalam bentuk elektronikdalam elektronik database dan jurnal
tercetak yang diletakkan di perpustakaan. Buku teks dapat berupa buku tercetak atau e-book
(electronic book). Buku elektronik banyak tersedia graris di internet dan dapat dicari
menggunakan mesin pencari atau search engine.
Berbekal pemahaman terhadap tugas yang diperoleh, sehingga kita dapat menentukan
sumber informasi yang digunakan untuk menyelesaikan tugas tersebut, sehingga dapat
diperinci kebutuhan misalnya: (a) kebutuhan isi: apa informasi yang akan disajikan, untuk
siapa, sedalam/sejauh mana isi, visualisasi, teks, pembagian sub topik, alur isi (dan
seterusnya);
(b) kebutuhan bentuk penyajian: poster, artikel, buku, brosur dan (c) kebutuhan format:
tercetak atau elektronik. Setelah itu, tentukan jenis dan format sumber informasi apa yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas/proyek.
Langkah 3: Lokasi dan Akses Informasi
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam hal ini yaitu mengalokasi sumber secara
intelektual dan fisik dan bagaimana menemukan informasi di dalam sumber-sumber tersebut.
19
Untuk melakukan hal ini perlu diketahui alat-lat pencarian sumber informasi. Alat pencarian
sumber informasi adalah alat yang digunakan untuk mendapatkan sumber informasi. Contoh:
alat lokasi menggunakan OPAC (Online Public Access Catalog) dari Perpustakaan tertentu,
misal katalog online Perpustakaan USU pada www.library.usu.ac.id. Search engine,
directory, meta search, Internet Google, Yahoo, Altavista,Google Directory, Google Image,
dan mungkin spasial atau lokasi dari sejumlah Electronic Database yang diakses online
seperti WEST LAW, PROQUEST, EBSCO, EEE, ACE dan
sebagainya.
Dalam menggunakan alat pencarian di atas hal yang perlu diperhatikan adalah:
(a) Query berupa istilah atau kata-kata penting yang mewakili sumber informasi. Query
biasanya berupa istilah atau kata atau suatu frase. Hindari menggunakan kata yang berupa
stop words seperti: dan, oleh, karena, yang, mana, kapan, saya, dia,
kamu, dengan, which, that, why, before, will, is, am, are, dan sebagainya.
(b) Bahasa query, gunakan bahasa quey yang tepat dengan alatnya. Bahasa Inggris akan
menghasilkan pencarian (recall) yang lebih banyak pada search engine jikadibandingkan
dengan menggunakan bahasa Indoensia. Akan tetapi untuk katalog perpustakaan lokal cukup
dengan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dapat digunakan pada search engine, misalnya
Google, untuk mendapatkan informasi dalam Bahasa Indonesia. Untuk hal ini, dapat
digunakan Google versi Bahasa Indonesia (http://www.google.co.id/)
(c) Penggunaan Operator Boolean untuk
membangun Query. Pada semua alat pencarian di atas, operator Boolean dapat digunakan
untuk merangkai dua atau lebih kata/istilah penelusuan guna membantu mendapatkan sumber
informasi yang tepat dengan kebutuhan. Operator yang digunakan dalam pencarian adalah
AND, OR, dan NOT. Operator AND untuk menggabungkan dua atau lebih istilah yang
digunakan dalam query. Operator OR untuk mencari semua sumber informasi yang
mengandung salah satu kata kunci atau keduanya. Operator NOT untuk mendapatkan sumber
informasi tanpa istilah yang disebut kemudian. Penggunaan operator biasanya disesuaikan
dengan aturan pada search engine. Masing-masing search engine menggunakan simbol
tertentu untuk mewakili ketiga operator tersebut. Beberapa search engine memilikistandar
yang berbeda. Ada search engineyang langsung menggunakan operator AND untuk semua
kata kunci yang dimasukkan oleh pengguna, kecuali pengguna menggunakan operator lain.
20
Search engine menggunakan operator OR untuk standar pencarian, kecuali pengguna
menentukan lain.
Langkah 4: Pemanfaatan Informasi
Dengan tersedianya sumber informasi yang mendukung penyelesaian masalah, langkah
berikutnya adalah memanfaatkan informasi. Tahapan yang akan dilakukan dalam hal ini
adalah membaca atau mendengar informasi yang ditemukan dan mengekstraksi informasi
yang relevan tersebut. Hal ini berarti: menentukan bagian informasi yang akan digunakan,
memilah-milah data yang akan dipakai untuk memahami konsep perpustakaan digital seperti
yang disebut dalam masalah, dan melakukan evaluasi sumber informasi yang diperoleh.
Langkah 5: Sintesis
Ada dua tahapan kegiatan yang perlu dilakukan dalam langkah sintesis ini yaitu
mengorganisasikan informasi dari pelbagai sumber dan mempresentasikan informasi
tersebut. Langkah sintesis adalah kegiatan membandingkan, mengelola, menyusun, dan
menggabungkan informasi yang diperoleh untuk dapat membangun suatu produk informasi.
Informasi-informasi yang diperoleh dari sumber informasi berhak cipta seperti buku,
periodikal, citra digital dan data mentah harus diberi pengakuan dengan mematuhi ketentuan
atau cara mengutip suatu informasi. Informasi yang diperoleh dari hasil pencarian dapat
digunakan untuk menghasilkan suatu karya yang baru. Karya baru tersebut tentunya menjadi
produk informasi yang baru. Produk informasi yang dibangun berdasarkan informasi yang
didapat dari sumber informasi lain atau produk informasi lain, milik orang lain yang harus
diakui dengan mencantumkannya dalam kutipan dan/atau dalam bibliografi karya baru
tersebut. Pengakuan terhadap karya orang lain yang informasinya memberi kontribusi atau
dasar pada produk informasi yang dibangun sangat penting dilakukan oleh setiap orang yang
memproduksi karya tulis. Pada proses sintesis ini, informasiinformasi yang dikumpulkan
dipadukan, dianalisis dan kemudian dibentuk menjadi produk informasi yang baru. Produk
informasi baru yang telah selesai dibangun, atau karya baru yang dihasilkan,
selanjutnya dipresentasikan. Presentasi adalah menyajikan produk informasi baru kepada
pembaca atau audiens yang dituju. Berbagai cara untuk menyajikan produk informasi
misalnya melalui publikasi tercetak: buku, artikel jurnal, proceeding, laporan, brosur dan
21
sebagainya; melalui publikasi online/elektronik pada website atau mailing list dan
sebagainya. Masing-masing cara menyajikan atau mempresentasikan tentu memiliki kode
etik dan aturannya.
Langkah 6: Evaluasi
Makna evaluasi dalam langkah ini adalah mengevaluasi hasil penemuan dan pemanfaatan
informasi dengan maksud untuk mengetahui apakah informasi yang diperoleh berdaya guna
atau tidak (efektivitas). Evaluasi juga bermakna untuk menilai seluruh proses yang
dilakukadalam rangka pemecahan masalah dan proses pencarian informasi. Maksud dari
evaluasi ini adalah untuk mengetahui apakah seluruh proses telah berlangsung sesuai dengan
yang diharapkan (efisiensi) atau belum untuk selanjutnya dapat diperbaiki
22
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, 2007, ‘Literasi informasi: keterampilan penting di era global’, Makalah disampaikan pada Seminar Perpustakaan Sekolah : Literasi Informasi dan Aplikasi Library Software,di Perpustakaan Universitas Kristen Petra, Surabaya pada tanggal 13 dan 14 Apri. Diakses pada literasi informasi : ketrampilan penting di era global - Sebatas ...tartojogja.files.wordpress.com/2012/02/literasiinformasi2007abc.pdf
Bundy, A. 2001. For a clever country : information literacy diffusion in the 21st century. < Akses dari http://www. library.unisa.edu.au/about/papers/clever.pdf, tanggal 23
Maret 2013>
Bundy, A. 2004. Australian and New Zealand Information Literacy Framework principles,
standards and practice, 2nd ed., Adelaide: Australian and New Zealand Institute for
Information Literacy, available at www.library.unisa.edu.au/.../Infolit-2nd-edition.p.
Chartered institute of Library and information professionals (CILIP), 2004, Information literacy: definition, available at http://cilip.orguk/get-involved/advocacyinformation-literacy/pages/definition/aspx
Hasugian, Joner, 2003. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan. Medan: USU Press
Kuswara, R, 2012, “Portal pembelajaran online: sarana peningkatan wawasan dan pengetahuan bagi pustakawan”, Makalah disajikan acara Kongres Nasional IPI di Palembang, 27-30 November
Kutha Ratna, Nyoman, Prof. Dr. S.U. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Li KaShing Library, 2010, Strategic plan 2011-2012, rev., Singapore, Singapore management University, avalailable at http://library.smu.edu.sg/aboutus/LKSLstrant Plan 2011-12.pdf.
Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemahan/Penafsir al-Qur’an : 2002.
Sumber: http://www.pemustaka.com/pengadaan-bahan-pustaka.html. <diakses tanggal 22 Mei 2013>
23
Sumber: http://www.pemustaka.com/peran-budaya-baca-terhadap-kemajuan-bangsa.html.
<diakses tanggal 18 Juni 2013>
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2009/12/01/4935/tafsir-surat-al-alaq/#ixzz2WZaHdhQb
.