BAB II Prop rev

download BAB II Prop rev

of 42

Transcript of BAB II Prop rev

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    1/42

    8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. TINJAUAN UMUM TENTANG KINERJA

    a. Pengertian Kinerja

    Menurut Yaslis Ilyas (2001) kinerja adalah penampilan hasil kerja

    personal baik kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja

    dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personal.

    Penampilan hasil kerja terbatas kepada personal yang memangku jabatan

    struktur, tetapi juga kepada kesehatan jajaran personal di dalam

    organisasi. Sedangkan menurut A. Dharwa (1991) Kinerja adalah sesuatu

    yang dikerjakan atau produk jasa yang dihasilkan atau diberikan oleh

    seseorang atau sekelompok orang.

    Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang

    diperlihatkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Kinerja adalah

    penampilan hasil karya personal, baik kuantitas maupun kualitas dalam

    suatu organisasi, kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun

    kelompok kerja personil. Penampilan hasil karya tidak terbatas pada

    personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga

    pada keseluruhan jajaran personil di dalam organisasi.Menurut Rivai dan

    Basri (2005), kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang

    secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas

    dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja,

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    2/42

    9

    target, sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan

    telah disepakati bersama. Kinerja adalah hasil dari kombinasi upaya yang

    dikerahkan oleh individu dengan tingkat kemampuan yang mereka miliki

    (menggambarkan keahlian, pelatihan, informasi, dan lain -lain) dengan

    demikian upaya berkombinasi dengan kemampuan untuk menghasilkan

    tingkatan kerja tertentu.

    Selanjutnya Gibson yang dikutip dalam Ilyas (2004) menyatakan

    setiap karyawan mempunyai hasil kerja yang berbeda, sedangkan

    Casio (2003) mengemukakan, kinerja merupakan suatu jaminan

    bahwa seseorang pekerja atau kelompok mengetahui apa yang

    diharapkannya dan memfokuskan kepada kinerja yang efektif.

    b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

    Menurut Darma (2005) bahwa faktor-faktor tingkat kinerja staf

    meliputi: mutu pekerjaan, jumlah pekerjaan, efektifitas biaya dan inisiatif.

    Sementara karakteristik individu yang mempengaruhi kinerja meliputi:

    umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, penempatan kerja dan

    lingkungan kerja (rekan kerja, atasan, organisasi, penghargaan dan

    imbalan).

    Menurut Gibson yang dikutip dalam Ilyas (2004) menyatakan

    terdapat tiga kelompok variable yang mempengaruhi kinerja dan perilaku

    yaitu: (1) variabel individu, yang meliputi kemampuan, ketrampilan, fisik

    maupun mental, latar belakang, pengalaman dan demografi, umur dan

    jenis kelamin, asal usul dan sebagainya. Kemampuan dan ketrampilan

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    3/42

    10

    merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu, sedangkan

    demografi mempunyai hubungan tidak langsung pada perilaku dan

    kinerja, (2) variabel organisasi, yakni sumber daya, kepemimpinan,

    imbalan, struktur dan desain pekerjaan, (3) variabel psikologis, yakni

    persepsi, sikap, kepribadian, belajar, kepuasan kerja dan motivasi.

    Persepsi, sikap, kepribadian dan belajar merupakan hal yang komplek

    dan sulit diukur. Serta kesempatan tentang pengertiannya sukar dicapai,

    karena seseorang individu masuk dan bergabung ke dalam suatu

    organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang, budaya dan ketrampilan

    yang berbeda satu sama lainnya.

    Menurut Hayadi dan Kristiani (2007) kinerja merupakan

    gambaran tingkat suatu pelaksanaan kegiatan atau program dalam

    usaha mencapai tujuan, misi, dan visi organisasi. Istilah kinerja sering

    dipakai untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu atau

    kelompok individu. Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas

    penilaian pencapaian target-target tertentu yang mempuyai tujuan

    strategis organisasi. Hasil pengukuran terhadap capaian kinerja sebagai

    dasar bagi pengelola organisasi untuk perbaikan kinerja periode

    berikutnya.

    Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personel

    dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Penilaian

    kinerja merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas

    kerja personel dan usaha untuk mempertinggi kerja personel dalam

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    4/42

    11

    organisasi. Penilaian kinerja adalah proses penelusuran kegiatan

    pribadi personel pada masa tertentu yang menilai hasil karya yang

    ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem manajemen (Prihadi,

    2004).

    Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja kader posyandu

    diantaranya adalah pelatihan, dan motivasi. (Sahrul, 2006). Motivasi

    sumber daya manusia dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh berbagai

    hal dan beraneka baik antar individu maupun di dalam diri individu pada

    waktu-waktu berlainan. Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan

    tingkat upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan organisasi, yang

    dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi suatu kebutuhan

    individual (Robbins, 2001). Kinerja merupakan hasil dari perilaku

    karyawan, dalam perspektif teori harapan (expectancy), kinerja adalah

    merupakan hasil perkalian dari motivasi dan kemampuan (ability) (Gibson,

    1997)

    Penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap

    penampilan kerja personel dengan membandingkan standar baku

    penampilan.Kegiatan penilaian kinerja ini membantu dalam pengambilan

    keputusan oleh manajer dan memberi umpan balik kepada personel

    tentang pelaksanaan pekerjaannya. Melalui penilaian ini manajer akan

    mengetahui apakah pekerjaan itu sudah sesuai atau belum dengan

    uraian tugas yang telah disusun sebelumnya. Dengan melakukan

    penilaian yang demikian seorang pimpinan akan menggunakan uraian

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    5/42

    12

    tugas sebagai tolak ukur.

    Bila pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan uraian tugas, berarti

    pekerjaan itu berhasil dilaksanakan dengan baik, bila di bawah

    standar uraian tugas tersebut berarti pelaksanaan pekerjaan tersebut

    kurang baik.

    C. Kinerja Kader Posyandu.

    Secara umum kader diartikan sebagai tenaga sukarela yang

    tertarik dalam bidang tertentu yang tumbuh di masyarakat yang merasa

    berkewajiban untuk melaksanakan dan meningkatkan serta membina

    kesejahteraan termasuk bidang kesehatan.

    Kader adalah seorang atau tim sebagai ten aga Posyandu yang

    berasal dari dan dipilih oleh masyarakat setempat yang memenuhi

    ketentuan dan diberi tugas serta tanggung jawab untuk melaksanakan

    pemantauan, pertumbuhan dan perkembangan Balita dan memfasilitasi

    kegiatan lain .

    Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh

    masyarakat setempat yang disetujui dan dibina oleh LKMD. Dalam

    melaksanakan kegiatannya bertanggung kepada masyarakat melalui

    LKMD, mau dan mampu bekerja secara sukarela serta mempunyai waktu

    untuk bekerja bagi masyarakat.

    Kader posyandu adalah sosok insan berjiwa sosial merupakan

    ujung tombak di lapangan. Dengan motivasi dan dedikasi yang patut

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    6/42

    13

    dibanggakan dapat mengangkat harkat da n martabat bangsa di mata

    dunia.

    Adanya kader dalam program pemerintah dapat mempermudah

    terciptanya pelaksanaan program pengembangan Kesehatan Masyarakat

    karena perannya sebagai mata rantai penghubung antara masyarakat

    dengan lembaga pemerintah.

    Menurut Depkes RI (1999) Posyandu adalah bentuk operasional

    dari perpaduan keluarga berencana kesehatan dimana terdapat

    pertemuan antara pelayan profesional (tenaga kesehatan) dan non

    profesional (kader) yang diselenggarakan atas usaha masyarakat yaitu

    swakelola oleh masyarakat.

    Keriteria kader Posyandu adalah sebagai berikut:

    a. Di utamakan berasal dari anggota masyarakat setempat.

    b. Dapat membaca dan menulis huruf latin.

    c. Mempunyai jiwa pelopor, pembaharuan dan penggerak masyarakat.

    d. Bersedia bekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu

    luang.

    Mengingat tugas kader bukanlah tenaga profesional dan teknis,

    melainkan hanya membantu di dalam memberikan pelayanan kesehatan

    dasar, untuk itu perlu adanya pembagian tugas yang di emban padanya,

    baik menyangkut jumlah maupu jenis pelayan.

    Adapun tugas kader adalah sebagai berikut (Depkes, 2006):

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    7/42

    14

    Tugas-tugas kader dalam rangka menyelenggarakan posyandu dibagi

    dalam 3 kelompok yaitu :

    a. Tugas sebelum hari buka posyandu atau disebut juga tugas pada

    H-Posyandu yaitu berupa tugas-tugas persiapan oleh kader agar

    kegiatan pada hari buka posyandu berjalan dengan baik meliputi:

    1. Menyiapkan alat dan bahan yaitu alat penimbangan bayi,

    kartu menuju sehat (KMS), alat peraga, alat pengukur LILA,

    obat-obatan akan dibutuhkan (pilbesi, vitamin A, Oralit, dll

    sesuai dengan kebutuhan), Bahan / mater i penyuluhan.

    2. Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu

    memberitahukan ibu-ibu untuk datang ke posyandu, serta

    melakukan pendekatan ke tokoh-tokoh masyarakat agar bisa

    membantu memotivasi untuk datang ke posyandu.

    3. Menghubungi kerja posyandu, yaitu menyampaikan rencana

    kegiatan kepada kantor desa dan meminta mereka untuk

    memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada hari

    buka posyandu.

    4. Melaksanakan pembagian tugas yaitu menentukan

    pembagian tugas diantara kader posyandu baik untuk

    persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.

    b. Tugas kader pada hari buka posyandu disebut juga dengan

    pelayanan 5 Langkah, meliputi:

    Kegiatan I :

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    8/42

    15

    1. Mendaftarkan bayi / balita yaitu menuliskan nama balita pada

    KMS dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS.

    1. Mendaftarkan ibu hamil, yaitu menuliskan nama ibu hamil pada

    formulir atau register ibu hamil.

    Kegiatan II :

    1. Menimbang bayi / balita

    2 Mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang akan

    dipindahkan pada KMS.

    Kegiatan III :

    1. Mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan

    balita dari secarik kertas ke dalam KMS anak tersebut.

    Kegiatan IV :

    1. Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan

    data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik

    KMS kepada ibu dari anak yang bersangkutan

    2. Memberikan nasehat kepada setiap ibu dengan mengacu

    pada data KMS anaknya atau dari hasil pengamatan

    mengenai masalah yang dialami sasaran.

    3. Memberikan rujukan kepada Puskesmas apabila diperlukan

    untuk balita, ibu dan menyusui berikut ini:

    a. Balita : Apabila berat badannya dibawah garis merah (BGM)

    pada KMS, 2 kali berturut-turut berat badannya tidak

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    9/42

    16

    naik, kelihatan sakit (lesu, kurus, busung lapar,

    menceret, rabun mata dan sebagainya

    b. Ibu hamil menyusui : Apabila keadaan pucat, kurus, bengkak

    kaki, pusing terus menerus, pendarahan, sesak nafas, gondok

    dan sebagainya.

    4. Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader

    posyandu, misalnya pemberian pil darah (pilbesi) Vit. A,

    oralit dan sebagainya.

    Kegiatan V :

    Merupakan kegiatan pelayanan sektor-sektor biasanya

    dilakukan oleh petugas kesehatan, PLKB, dan lain -lain.

    Pelayanan yang diberikan antara lain :

    a. Pelayanan imunisasi

    b. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

    c. Pengobatan

    d. Pemberian pil tambah darah (pil besi) Vit.A dan obat - obatan

    lainnya.

    e. Pemeriksaan kehamilan bagi Posyandu yang memiliki

    sarana yang memadai dan lain-lain sektor yang terkait.

    c. Tugas-tugas kader setelah hari buka posyandu, meliputi:

    1. Memindahkan catatan-catatan dalam Kartu Menuju Sehat

    (KMS) ke dalam buku register atau Format Sistem Informasi

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    10/42

    17

    Posyandu ( SIP ). Mengadakan pemutakhiran data sasaran

    Posyandu:

    1. Bayi

    2. Anak Balita

    3. Ibu Hamil

    4. Ibu Menyusui

    2. Membuat grafik SKDN, yaitu :

    1. S : Seluruh balita yang bertempat tingal diwilayah kerja

    Posyandu

    2. K : Jumlah balita yang mempunya Kartu MenujuSehat

    atau buku KIA

    3. D : Jumlah balita yang datang dan ditimbang pada hari

    buka Posyandu

    4. N : Jumlah balita yang ditimbang berat badannya dan

    berat badannya naik.

    3. Menilai (mengevaluasi) hasil dan merencanakan kegiatan -

    kegiatan hari buka posyandu pada bulan berikutnya

    4. Kegiatan diskusi kelompok (penyuluhan kelompok)

    bersama ibu-ibu yang lokasi rumahnya berdekatan

    (kelompok dasa wisma).

    5. Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan)

    sekaligus untuk tindak lanjut dan mengajak ibu -ibu datang

    ke Posyandu pada bulan berikutnya.

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    11/42

    18

    d. Paket pelayanan minimal dan paket pilihan posyandu

    Paket pelayanan minimal posyandu adalah kegiatan-

    kegiatan dasar yang merupakan tugas utama kader untuk

    dilaksanakan di posyandu, artinya kegiatan -kegiatan ini

    harus dilaksanakan oleh setiap posyandu di Indonesia.

    Program yang termasuk dalam paket pelayanan minimal

    adalah :

    a. Bayi dan anak balita

    1. Penimbangan bulanan, penyuluhan gizi dan

    kesehatan

    2. Pemberian paket pertolongan gizi : Pemberian

    Makanan Tambahan (PMT),Pemberian Kapsul Vit. A,

    Pemberian Paket Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI

    )Imunisasi lengkap dan pemantauan kasus lumpuh

    layu.

    3. Identifikasi gangguan / penyakit ,pengobatan

    sederhana dan rujukan, terutama untuk diare, radang

    paru-paru (pneumonia)

    b. Ibu hamil

    1.Pemeriksaan kehamilan

    2. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu

    kurang gizi atau Kurang Energi Kronis (KEK)

    3. Pemberian tablet tambah darah (pil besi)

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    12/42

    19

    4. Penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu

    c. Ibu nifas / menyusui

    1. Pemberian kapsul Vit. A

    2. Pemberian Makan Tambahan

    3. Pelayanan nifas bagi ibu dan bayinya dan pemberian

    tablet tambah darah

    4. Pelayanan KB

    5. KIE / penyuluhan tentang makanan selama menyusui

    / ASI eksklusif, perawatan nifas dan perawatan bayi

    baru lahir, pengenalan tanda bahaya dan KB.

    d. Paket pilihan Posyandu merupakan kegiatan di luar

    kegiatan dasar yang disesuaikan dengan masalah /

    kebutuhan yang dirasakan masyarakat di wilayah

    layanan Posyandu masing-masing. Artinya, kegiatan ini

    tidak wajib dilaksanakan setiap posyandu karena

    tergantung pada kebutuhan masing -masing, misalnya:

    - Program samijaga dan perbaikan lingkungan

    permukiman.

    - Perkembangan anak , termasuk kegiatan Bina

    Keluarga Balita (BKB)

    - Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa ( UKGMD)

    - Dan lain-lain.

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    13/42

    20

    Dari seluruh rangkaian pelaksanaan kegiatan posyandu dibuat

    pencatatan dan pelaporan dengan Sistem Informasi Posyandu (SIP).

    Sistem Informasi Posyandu adalah seperangkat alat penyusunan data

    atau informasi yang berkaitan dengan kegiatan, kondisi dan

    perkembangan yang terjadi di setiap Posyandu.

    Manfaat Sistem Informasi Posyandu :

    a. Menjadi bahan acuan bagi kader Posyandu untuk memahami

    permasalahan sehingga bisa mengembangkan kegiatan yang

    tepat dan disesuaikan dengan kebutuhan sasaran.

    b. Menyediakan informasi yang tepat guna dan tepat waktu

    mengenai pengelolaan Posyandu.

    Secara sederhana kinerja kader posyandu dapat dilihat disetiap meja

    posyandu dalam melaksanakan tugasnya, melalui lembar monitoring

    serbagai berikut:

    A. KETERAMPILAN DI MEJA REGISTRASI

    NO ITEM KOMPETENSI

    TINGKAT KOMPETENSI *)

    BAIK KURANG

    1 Kemampuan mengisi formulir pendaftaran

    2 Kerapian dan keteraturan pencatatan

    3 Kemampuan membuat arsip

    *) Beri Tanda berdasarkan pengamatan

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    14/42

    21

    B. KETERAMPILAN DI MEJA PENIMBANGAN

    NO ITEM KOMPETENSI

    TINGKAT KOMPETENSI *)

    BAIK KURANG1 Kemampuan mengecek keakuratan alat

    timbang

    2 Kemampuan bekerjasama dengan anak

    yang ditimbang

    3 Kemampuan membaca hasil

    penimbangan

    *) Beri Tanda berdasarkan pengamatan

    C. KETERAMPILAN DI MEJA PENGISIAN KMS

    NO ITEM KOMPETENSI

    TINGKAT KOMPETENSI *)

    BAIK KURANG

    1 Kemampuan mengisi KMS

    2 Kemampuan mengartikan hasil pengisian

    KMS

    3 Kemampuan mengkomunikasikan hasil

    pengisian KMS dengan pengasuhan anak

    *) Beri Tanda berdasarkan pengamatan

    D. KETERAMPILAN DI MEJA PELAYANAN KESEHATAN

    NO ITEM KOMPETENSI

    TINGKAT KOMPETENSI *)

    BAIK KURANG

    1 Kemampuan mengkomunikasikan perihal

    imunisasi : Jenis, umur, efek samping

    2 Kemampuan mengkomunikasikan perihal

    KB : Jenis dan cara penggunaan

    3 Keterampilan memberikan suplemen : Pil

    besi, Vitamin A, Kapsul Yodium

    *) Beri Tanda berdasarkan pengamatan

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    15/42

    22

    E. KETERAMPILAN DI MEJA PENYULUHAN

    NO ITEM KOMPETENSI

    TINGKAT KOMPETENSI*)

    BAIK KURANG1 Kemampuan memberikan penyuluhan

    perorangan

    2 Kemampuan memberikan penyuluhan

    kelompok.

    *) Beri Tanda berdasarkan pengamatan

    F. KETERAMPILAN DI MEJA STIMULASI

    NO ITEM KOMPETENSI

    TINGKAT KOMPETENSI *)

    BAIK KURANG

    1 Kemampuan memberi contoh

    memberikan stimulasi sesuai umur,

    Bahasa, Sosial, Motorik kasar dan Motorik

    halus.

    2 Kemampuan memilih alat permainan

    edukatif sesuai umur.

    3 Kemampuan membuat APE dengan

    bahan lokal.

    4. Kemampuan mengkomunikasikan cara

    menstimulasi anak kepada orang tua /

    pengasuh

    *) Beri Tanda berdasarkan pengamatan

    Sumber : Depkes RI (2006).

    2. TINJAUAN UMUM TENTANG MOTIVASI KERJA

    1. Pengertian

    Motivasi pada dasarnya adalah proses untuk mencoba

    mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang diinginkan.

    Dengan kata lain motivasi adalah dorongan dari luar terhadap

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    16/42

    23

    seseorang agar mau melakukan sesuatu dorongan disini

    dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan

    kebutuhan-kebutuhan hidup dan merupakan kecendrungan untuk

    mempertahankan hidup (Susilo, 1998).

    Motivasi dapat juga didefenisikan seabgai kesiapan khusus

    seseorang untuk melakukan atau melanjutkan serangkaian aktivitas

    yang ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yang telah

    ditetapkan. Akan halnya motivasi kerja adalah sesuatu hal yang

    berasal dari internal individu (keinginan, harapan, kebutuhan dan

    kesuakaan) yang menimbulkan dorongan atau semangat untuk bekerja

    keras (Ilyas, 1999).

    Selanjutnya The Liang Gie dalam kamus administrasi

    memberikan perumusan motivasi sebagai suatu pekerjaan yang

    dilakukan oleh seorang manajer dalam memberikan inspirasi,

    semangat dan dorongan kepada orang lain, dalam hal ini

    karyawannya, untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian

    dorongan ini bertujuan untuk menggiatkan orang -orang atau karyawan

    agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana

    dikekhendaki dari orang-orang tersebut.

    Menurut J.Rivanto beberapa faktor yang mempengaruhi

    motivasi adalah atasan, rekan, sarana fisik, kebijkana dan peraturan,

    imbalan jasa uang dan non uang, jenis pekerjaan dan tantangan.

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    17/42

    24

    Motivasi individu uhtuk bekerja dipengaruhi oleh sistem kebutuhannya

    (Susilo, 1998).

    2. Teori Motivasi

    Sebenarnya banyak pembahasan teori -teori motivasi, namun

    yang menonjol adalah pendapat-pendapat dari Abrahan Harold

    Maslow, Douglas Mc Gregor, Frederich Herzberg, dan David Mc

    Clelland.

    a. Teori Maslow

    Menurut Maslow faktor pendorong motivasi yang

    menyebabkan sesorang bekerja berasal dari aneka kebutuhan

    manusia untuk memenuhi kehidupannya. Beliau menyampaikan

    bahwa kebutuhan manusia tersusun secara hirarkis. Bila suatu

    kebutuhan telah dapat dicapai oleh individu, maka kebutuhan yang

    lebih tinggi segera menjadi kebutuhan baru yang harus dicapai.

    Konsekwensinya untuk jangka panjang, personel tidak dapat

    dimotivasi oleh hanya penghargaan dan perasaan sukses saja.

    Yang lebih penting adalah memberikan kepastian penjelasan yang

    cukup dan jaminan keamanan kerja sebagai pegawai tetap.

    Adanya perbedaan tingkat kebutuhan merupakan basis dari

    rancangan insentif untuk memotivasi personel.

    Tingkat kebutuhan manusia menurut Maslow ini tersusun

    sebagai berikut:

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    18/42

    25

    Tingkat I : Kebutuhan fisiologis, seperti pangan, sandang,

    papan dan berkeluarga.

    Tingkat II : Kebutuhan rasa aman : kemanan jiwa, harta,

    lingkungan dimana manusia berada, perlakuan yang

    adil, jaminan hari tua.

    Tingkat III : Kebutuhan sosial : rasa memiliki seperti cinta kasih,

    penerimaan, kebutuhan untuk maju dan tidak gagal,

    dan berserikat.

    Tingkat IV : Kebutuhan penghargaan, otonomi, keberhasilan,

    berkembang, penghargaan, pujian dan merasa

    berharga.

    Tingkat V : Kebutuhan aktualisasi diri berupa kemerdekaan,

    kebebasan, kreatifitas dan memenuhi kebutuhan

    sendiri. Ini merupakan jenis kebutuhan tertinggi

    menurut teori Maslow.

    Teori Maslow mendasarkan atas kebutuhan hidup manusia selama

    24 jam sehari-hari.

    b. Teori X dan Y (Mc. Gregor)

    Mc. Gregor menyampaikan dua konsep tentang manusia

    yang disebut teori X dan Y. Konsep ini merupakan suatu kritik

    terhadap pendekatan manajemen mekanistik yang berbasis pada

    terbatasnya pengetahuan dan sangka buruk tentang manusia. Dia

    tidak pernah mengklaim bahwa teori X dan Y adalah suatu konsep

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    19/42

    26

    yang benar tetapi pendekatan ini dapat digunakan untuk

    merancang instrumen manajemen untuk motivasi personel.

    Teori X berangkat dari pandangan terhadap alamiah

    manusia rata-rata mempunyai sikap sebagai berikut:

    1) Tidak menyukai dan menghindari pekerjaan

    2) Harus dipaksa atau diancam dengan hukuman untuk bekreja

    mencapai tujuan organisasi

    3) Pasif dan maunya dieprintah dibandingkan dengan menerima

    tanggung jawab

    4) Tidak suka mengambil tanggung jawab

    5) Hanya dapat dimotivasi dengan insentif yang berkaitan dengan

    kebutuhan fisiologi atau rasa aman

    6) Mempunyai kapasitas terbatas untuk pemecahan masalah

    secara kreatif

    7) Harus diamati dan dikontrol secara baik untuk menjamin

    penampilan kerja

    Teori Y berangkat dari pandangan alamiah manusia rata -rata

    mempunyai sikap sebagai berikut:

    1) Menemukan pekerjaan adalah alami seperti permainan

    2) Sangat termotivasi oleh kepuasan pekerjaan, bukan oleh

    ancaman, faktor sosial

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    20/42

    27

    3) Mempunyai peranan penting dalam motivasi, mempunyai

    komitmen terhadap tujuan organisasi melalui imbalan yang

    bersifat inisiatif dan aktivitas individual

    4) Menerima dan mencari tanggung jawab, kreatif untuk

    memecahkan masalah organisasi

    5) Makin cocok tujuan organisasi dengan tujuan personil, mereka

    makin ingin dan mampu bekerja dengan baik.

    c. Teori Fredric Herzberg

    Fregrich Herzberg mengemukakan suatu teori yang

    berhubungan langsung dengan kepuasan kerja yang didasarkan

    pada penelitian bersama di Kota Pitsburg dan sekitarnya. Dari hasil

    penelitian ini dikembangkan suatu gagasan bahwa ada dua

    rangkaian kondisi yang mempengarhi seseorang dalam

    pekerjaannya yaitu faktor motivator dan faktor hygiene.

    Faktor-faktor yang berperan sebagai motivator terhadap

    pegawai yakni yang mampu memuaskan dan mendorong orang

    untuk bekerja baik yang terdiri dari:

    1) Keberhasilan pelaksanaan (achievement),

    2) Pengakuan (recognation)

    3) Pekerjaan itu sendiri (the work itself),

    4) Tanggung jawab (responsibilities),

    5) Pengembangan (advancement).

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    21/42

    28

    Menurut Manullang (Susilo, 1998) rangkaian faktor tersebut

    melukiskan hubungan seseorang dengan apa yang dikerjakannya,

    yakni kandungan kerjanya, prestasi pada tugasnya, penghargaan

    atas prestasi yang dicapainya dan peningkatan dalam tugasnya.

    Sedangkan faktor hygiene ini diperbaiki menurut Manullang

    tidak ada pengaruhnya terhadap sikap kerja yang positif, tetapi

    kalau diabaikan atau dibiarkan tidak sehat, maka akan timbul

    ketidakpuasan karyawan. Faktor hygiene pada dasarnya adalah

    hubungan kerja dengan lingkungan kerja dimana karyawan bekerja.

    d. Teori David Mc Clelland

    Menurut Mc Clelland, orang yang mempunyai kebutuhan

    untuk dapat mencapai keberhasilan dalam pekerjaannya atau

    berhasil mencapai sesuatu, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    1) Cukup merupakan tantangan untuk dicapai dengan baik dan

    tepat.

    2) Mereka menentukan tujuan yang sekiranya mereka yakin sekali

    akan dapat dicapai dengan baik dan tepat.

    3) Mereka senang dengan pekerjaaan tersebut dan merasa sangat

    meentukan tujuan secara wajar, namun tujuan tersebut

    berkepentingan dengan keberhasilannya sendiri.

    4) Mereka lebih suka bekerja di dalam pekerjaan yang dapat

    memebrikan gambaran bagaimana keadaan pekerjaannya.

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    22/42

    29

    3. TINJAUAN UMUM TENTANG UMUR

    Umur / usia merupakan masa perjalanan hidup seseorang. Usia

    seseorang memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan

    berdasarkan kematangan berfikir yang dilandasi oleh pengalaman.

    Kader dengan usia produktif merupakan faktor penunjang

    terpenting dalam berperan serta terhadap kegiatan, karena kematangan

    berfikir ingatan dan pemahaman terhadap suatu objek masih optimal.

    Kader yang terlalu muda / tua kestabilan emosi belum terbentuk atau pada

    usia lanjut adanya degenerasi berdampak pada ingatan maupun

    pemahaman sehingga peran serta terhadap kegiatan tidak dapat optimal.

    Berkaitan dengan peran serta kader maka dengan umur yang semakin

    tua, produktivitas dan peran serta kader akan cenderung meningkat.

    Dengan asumsi bahwa tingkat kedewasaan teknis dan psikologis

    seseorang dapat dilihat bahwa semakin tua umur seseorang akan

    semakin terampil dalam melaksanakan tugas, semakin kecil tingkat

    kesalahannya dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal itu terjadi karena

    salah satu faktor kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah

    kemampuan belajar dari pengalaman, terutama pengalaman yang

    berakhir pada kesalahan (Efendi, 2008 ). .

    Seseorang yang telah matang dalam tugas perkembangan akan

    menjalankan perannya sesuai yang ada di masyarakat, serta kondisi

    psikologis lebih bijaksana dalam menghadapi segala persolan maka peran

    yang diemban pada masa-masa ini akan terlaksana dengan baik karena

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    23/42

    30

    matangnya berbagai pertimbangan sebagai dasar pengambilan keputusan

    yaituperanserta.(Azwar,1995).

    Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Perjalanan waktu yang

    telah ditempuh oleh kader mempunyai kelebihan khusus dibandingkan

    dengan kader pemula. Makin lama menjadi kader pengalaman yang

    dimiliki semakin banyak sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk

    bertindak / mengambil keputusan. Sebaliknya kader pemula belum

    memiliki banyak pengalaman serta asing dan ragu-ragu. Kondisi ini akan

    menghambat peran sertanya dalam suatu kegiatan .

    Dari sisi lain dengan masa kerja yang lama umur kader juga

    semakin tua. Pada usia tua terjadi proses degeneratif yang berdampak

    pada kemampuan dan peran sertanya sebagai kader. Perasaan bosan

    dengan pekerjaan yang telah lama dilakukan juga memungkinkan

    menurunnya produktivitas dan peran serta kader (Widagdo dan Husodo,

    2009).

    Masa kerja berkaitan dengan peran seseorang sesuai tugasnya di

    masyarakat. Artinya, ada hubungan antara peran serta seseorang deng an

    masa kerja dengan asumsi bahwa semakin lama seseorang bekerja

    dalam organisasi semakin tinggi pula peran sertanya dalam organisasi

    tersebut. Hal itu terjadi karena ia semakin berpengalaman dan

    meningkatkan keterampilannya yang dipercayakan kepadanya (Ef endi:

    2008).

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    24/42

    31

    4. TINJAUAN UMUM TENTANG TINGKAT SOSIAL EKONOMI

    Kata sosial berasal dari kata socius yang artinya kawan ( teman ).

    Dalam hal ini arti kawan bukan terbatas bukan sebagai teman

    sepermainan,teman sekelas,teman sekampung dan sebagainya. Yang

    dimaksud kawan disini adalah mereka ( orang-orang ) yang ada disekitar

    kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai

    sifat yang saling mempengaruhi ( Wahyuni,1986 ).

    Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, Kata sosial berarti segala

    sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat ( KBBI, 2002). Sedangkan

    sosial menurut depsos adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan

    dalam berinteraksi antar manusia dalam kontek masyarakat atau kominiti.

    Sedangkan istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu

    Oikos yang artinya rumah tangga dan Nomos yang artinya mengatur.

    Jadi secara harfiah ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga.

    Dari beberapa pengertian diatas , dapatlah disimpulkan bahwa

    sosial ekonomi dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan

    dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat antara lain dalam sandang,

    pangan, perumahan, pendidikan, dan lain -lain. Pemenuhan yang

    dimaksud berkaitan dengan penghasilan/ pendapatan.

    Pendapatan adalah sejumlah penghasilan dari seluruh anggota

    keluarga baik dalam bentuk uang maupun barang yang dinilai dengan

    sejumlah beras. Tingkat Pendapatan biasanya berupa uang yang

    mempengaruhi dalam pemanfaatan meja penyuluhan. Pendapatan yang

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    25/42

    32

    cukup dapat memperoleh kualitas makanan yang sesuai dengan

    pemanfaatan meja penyuluhan, sehingga dapat dikatakan ada hubungan

    yang erat antara pendapatan dengan pemanfaatan meja penyuluhan.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan yaitu :

    a. Jumlah anggota keluarga yang bekerja, pada keluarga dimana hanya

    ayah yang mencari nafkah tentu berbeda besar pendapatannya dengan

    keluarga yang mengandalkan sumber keuangan dari ayah atau ibu atau

    anggota keluarga yang lain.

    b. Kesempatan kerja yang segera bisa menghasilkan uang misalnya

    pekerjaan di luar usaha tani sangat menentukan besar kecilnya

    pendapatan dalam suatu keluarga. Bila keluarga yang pekerjaan utama

    kepala keluarga bersawah ia juga sebagai makelar hasil -hasil pertanian,

    pamong desa dan lain-lain.

    c. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam usaha memperoleh

    kesempatan kerja. Seseorang yang pendidikan tinggi akan mendapat

    kesempatan memperoleh pekerjaan yang lebih baik bila dibandingkan

    dengan seseorang yang pendidikannya rendah. Pekerja an yang layak

    tersebut akan mendapatkan upah yang lebih tinggi bila dibandingkan

    yang pendidikan rendah.

    Sosial ekonomi seseorang dipengaruhi oleh besarnya pendapatan

    keluarga. Pendapatan adalah sejumlah penghasilan dari seluruh anggota

    keluarga. Semakin tinggi tingkat pendapatan kader maka kader akan

    sekain aktif dalam kegiatan posyandu. Pendidikan seseorang merupakan

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    26/42

    33

    faktor penting dalam memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik bila

    dibandingkan dengan seseorang yang berpendidikan rendah. Tin gkat

    pendapatan akan mempengaruhi tingkat keaktifan atau kinerja kader

    dalam memanfaatkan atau melaksanakan kegiatan posyandu, semakin

    tinggi sosial ekonomi kader maka semakin aktif kader tersebut dalam

    kegiatan posyandu ( Berg, 1986 ).

    Tingkat pendapatan akan mempengaruhi dalam pemanfaatan meja

    penyuluhan yang selanjutnya berperan dalam kesehatan masyarakat.

    Bagi mereka yang berpendapatan sangat rendah dalam pemanfaatan

    meja penyuluhan tidak akan berjalan lancar, sebaliknya apabila tingkat

    pendapatan meningkat dalam pemanfaatan meja penyuluhan akan lancar

    5. TINJAUAN UMUM TENTANG INSENTIF

    Insentif merupakan salah satu jenis penghargaan yang

    dikaitkan dengan prestasi kerja. Menurut Long (1998 ) insentif

    merupakan bagian dari upah berdasarkan kinerja (performance

    pay) yang diberikan dalam bentuk uang dan ditetapkan

    berdasarkan prestasi. Semakin tinggi prestasi kerjanya, semakin

    besar pula insentif yang diberikan. Menurut Agency Theory

    (Jensen dan Meckling, 1976) insentif digunakan untuk mendorong

    karyawan dalam memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil kerjanya.

    Apabila insentif yang diterima tidak dikaitkan dengan prestasi kerja,

    tetapi bersifat pribadi, maka karyawan akan merasakan adanya

    ketidakadilan. Dengan adanya ketidakadilan tersebut akan

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    27/42

    34

    mengakibatkan ketidakpuasan yang pada akhirnya akan

    mempengaruhi perilaku. Namun menurut para peneliti gaji

    berdasarkan kinerja tidak selalu cocok untuk semua jenis

    pekerjaan (Ruky, 2002). Dalam banyak pekerjaan, pengukuran

    prestasi kerja yang tepat tidak mungkin dilakukan dan desain serta

    pelaksanaannya rumit.

    Konsep tentang insentif telah diperkenalkan oleh Frederick

    Taylor pada akhir tahun 1800, bahwa yang dinamakan insentif adalah

    kompensasi yang mengaitkan gaji dengan produktivitas (dalam

    Ruky, 2002). Insentif merupakan penghargaan dalam bentuk

    finansial yang diberikan kepada mereka yang dapat bekerja

    melampui standar yang telah ditentukan.

    Istilah sistem insentif pada umumnya digunakan untuk

    menggambarkan rencana-rencana pembayaran upah yang dikaitkan

    baik secara langsung maupun tidak langsung dengan standar

    produktivitas karyawan. Karyawan yang bekerja dibawah sistem

    insentif berarti prestasi kerja mereka menentukan baik secara

    keseluruhan atau sebagian penghasilan mereka (Handoko, 2001).

    Terdapat keuntungan-keuntungan yang didapat apabila

    merencanakan pemberian perfomance pay yang dirancang dengan

    tepat (Long, 1998 ) yaitu :

    a.Dapat dijadikan sebagai kunci dalam berperilaku dan

    peningkatan motivasi untuk mencapai prestasi.

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    28/42

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    29/42

    36

    karyawan. Ciri-ciri atau karakteristik kepribadian yang dapat

    dijadikan obyek pengukuran adalah kejujuran, ketaatan, disiplin,

    loyalitas, inisiatif, kreativitas, adaptasi, komitmen, motivasi dan lain-

    lain (Ruky, 2002). Karakteristik tersebut harus dipenuhi oleh

    karyawan agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan

    tepat, sehingga akhirnya mempunyai prestasi yang bagus pula.

    Faktor-faktor tersebut merupakan input yaitu apa yang harus

    dimiliki oleh seorang karyawan untuk dapat melaksanakan

    tugasnya (proses) dengan baik (Ruky, 2002).

    Jenis-jenis insentif meliputi:

    1.Insentif individu.

    Insentif individu bertujuan untuk memberikan penghasilan

    tambahan selain gaji pokok bagi individu yang dapat mencapai

    standar prestasi tertentu. Insenti individu dapat diberikan

    berdasarkan kuantitas hasil kerja atau berdasarkan waktu

    (timing).

    2. Insentif kelompok

    Insentif kelompok merupakan insentif yang diberikan karena

    menghasilkan sebuah produk yang membutuhkan kerjasama

    dengan orang lain. Terdapat tiga cara pembayaran insentif

    kelompok yaitu :

    a. Seluruh anggota menerima pembayaran yang sama dengan

    pembayaran yang diterima oleh mereka yang paling tinggi

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    30/42

    37

    prestasinya.

    b. Seluruh anggota menerima pembayaran yang sama dengan

    pembayaran yang diterima oleh mereka yang paling rendah

    prestasinya.

    c. Seluruh anggota menerima pembayaran yang sama

    dengan rata-rata pembayaran yang diterima oleh kelompok.

    Menurut Locke (dalam Ruky, 2002) insentif berupa uang lebih

    dapat meningkatkan produktivitas dibandingkan dengan teknik-

    teknik lainnya, seperti penetapan tujuan, partisipasi karyawan

    dalam pengambilan keputusan dan pemerkayaan pekerjaan (job

    enrichment).

    Adapun syarat-syarat yang patut dipenuhi dalam pemberian

    insentif agar tujuan pemberian insentif dapat diwujudkan

    sebagai berikut :

    1. Sederhana, peraturan dari sistem insentif haruslah singkat,

    jelas dan dapat dimengerti.

    2. Spesifik, karyawan perlu tahu dengan tepat apa yang

    diharapkan untuk mereka yang lakukan.

    3. Dapat dicapai, setiap karyawan seharusnya mempunyai

    kesempatan yang masuk akal untuk memperoleh sesuatu.

    4. Dapat diukur, sasaran yang dapat diukur merupakan dasar

    untuk menentukan rencana insentif.

    Sebuah insentif harus dirancang sedemikian rupa sehingga

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    31/42

    38

    memenuhi kebutuhan dan situasi tertentu yang spesifik. Sistem

    pemberian insentif pada masing-masing organisasi berbeda, dimana

    sistem insentif dapat berjalan dengan baik pada satu organisasi,

    mungkin akan gagal diterapkan pada organisasi yang lain. Program

    insentif yang terbaikpun tetap akan mempunyai beberapa hambatan

    pada waktu diterapkan pertama kali dan membutuhkan beberapa

    penyesuaian sebelum akhirnya menghasilkan apa yang diharapkan.

    Program insentif yang baik memang cenderung meningkatkan

    prestasi individu dan produktivitas. Tetapi beberapa program,

    terutama program yang menekankan prestasi individu, justru

    menghambat peningkatan output karena terjadi kolusi antara

    sesama pekerja. Alasan mereka membuat begitu adalah adanya

    kecurigaan di antara para pekerja/karyawan bahwa output yang

    tidak dibatasi atau dihambat justru akan menyebabkan organisasi

    menurunkan besarnya insentif atau memperkecil kesempatan untuk

    berpindah penugasan. Agar program insentif yang kita rancang efektif,

    kita harus berusaha keras menghilangkan kecurigaan pekerja

    tersebut.

    6. TINJAUAN UMUM TENTANG POSYANDU

    Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari

    Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat

    antara lain melalui kader-kader yagn terlatih dibidang kesehatan

    menyelenggarakan 5 (lima) program prioritas secara terpadu pada suatu

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    32/42

    39

    tempat dan waktu yang telah ditentukan dengan bantuan pelayanan

    dari petugas Puskesmas, bagi jenis pelayanan dimana msayrakat tidak

    mampu memberikan sendiri (Depkes RI, 2006).

    A.Pengertian Posyandu

    Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam

    pelayanan kesehatan mayarakat dari Keluarga Berencana dari

    masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan

    pelayanan serta pembinaan tehnis dari petugas kesehatan dan keluarga

    berencana yang mempunyai nilai strategi untuk pengembangan sumber

    daya manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai strategi untuk

    pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam

    meningkatkan mutu manusia dimasa mendatang dan akibat dari proses

    pertumbuhan dan perkembangan manusia ada 3 (tiga) intervensi

    (Sembiring, N. 2004), yaitu :

    1. Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang

    ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin

    dalam kandungan ibu sampai usia balita.

    2. Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang

    ditujukan untuk membina tumbuh/kembang anak secara

    sempurna, baik fisik maupun mental sehingga siap menjadi

    tenaga kerja tangguh.

    3. Pembinaan kemampuan kerja (Employment)

    Yang dimaksud untuk memberikan kesempatan berkarya dan

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    33/42

    40

    berkreasi dalam pembangunan bangsa dan negara.

    Agar kegiatan posyandu merupakan kegiatan warga

    masyarakat setempat maka kader dan pemuka masyarakat berperan

    untuk menumbuhkan kesadaran semua warga agar menyadari bahwa

    Posyandu adalah milik warga. Pemerintah khususnya petugas kesehatan

    hanya berperan membantu (Azwar, 2002).

    Dilihat dari indikator-indikator yang ditetapkan oleh Depkes,

    Posyandu secara umum dapat dibedakan menjadi 4 (empat) tingkat yaitu

    : (1) Posyangu Pratama; (2) Posyandu Madya; (3) Posyandu Purnama

    dan (4). Posyandu Mandiri (Depkes RI, 2006).

    1. Posyandu Pratama

    Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang

    ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana

    secara rutin serta jumlah kader terbatas yakni kurang dari 5 (lima)

    orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan

    Posyandu, disamping jumlah kader yang terbatas, dapat pula

    karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat

    dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi

    masyarakat serta menambah jumlah kader.

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    34/42

    41

    2. Posyandu Madya

    Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat

    melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-

    rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan

    kelima kegiatan utamanya masih rendah yaitu < 50%. Intervensi

    yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah

    meningkat cakupan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat

    sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola

    kegiatan Posyandu.

    3. Posyandu Purnama

    Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah

    melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata -

    rata jumlah kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan

    utamanya > 50% serta mampu menyelenggarakan program

    tambahan seta telah memperoleh sumber pembiayaan dari

    dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya

    masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja

    Posyandu.

    4. Posyandu Mandiri

    Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat

    melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-

    rata kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan dari

    kegiatan utamanya > 50%, mampu menyelenggarakan program

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    35/42

    42

    tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana

    sehat yang dikelola masyarakat yang pesertanya lebih dari 50%

    KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu Intervensi

    yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan dana

    sehat, sehingga terjamin kesinambungannya.

    Secara sederhana indikator untuk tiap peringkat Posyandu

    dapat diuraikan sebagai berikut :

    Tabel 2.1. Tingkat Perkembangan Posyandu

    No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    Frekuensi Penimbangan

    Rerata Kader Tugas

    Rerata Cakupan D/S

    Cakupan Kumulatif KIA

    Cakupan Kumulatif KB

    CakupanKumulatif Imunisasi

    Program Tambahan

    Cakupan Dana Sehat

    < 8

    < 5

    < 50%

    < 50%

    < 50%

    < 50%

    -

    < 50%

    >8

    5

    < 50%

    < 50%

    < 50%

    < 50%

    -

    < 50%

    >8

    5

    50%

    50%

    50%

    50%

    +

    < 50%

    >8

    5

    50%

    50%

    50%

    50%

    +

    50%

    Sumber : Depkes RI (2006).

    B.Tujuan Penyelenggara Posyandu

    Secara umum tujuan penyelenggara posyandu adalah

    sebagai berikut (Depkes RI, 2006) :

    1. Mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), anak

    balita dan angka kelahiran

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    36/42

    43

    2. Mempercepat penurunan AKI (Angka Kematian Ibu ), ibu

    hamil dan ibu nifas

    3. Mempercepat diterimanya Norma Keluarga Kecil Bahagia

    dan Sejahtera (NKKBS)

    4. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

    mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan -

    kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan

    5. Meningkatkan daya jangkau pelayanan kesehatan.

    Sasaran dalam pelayanan kesehatan di Posyandu adalah bayi

    (usia kurang dari 1 tahun) anak balita (usia 1-5 tahun),

    ibu hamil, ibu menyusui dan wanita PUS (pasangan usia

    subur).

    C. Manfaat Posyandu

    Adapun manfaat dari Posyandu adalah sebagai berikut :

    1. Bagi Masyarakat

    Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi

    dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan

    penurunan AKI dan AKB.

    2. Bagi Kader

    Pengurus posyandu dan tokoh masyarakat mendapatkan

    informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang ter kait

    dengan penurunan AKI dan AKB.

    3. Bagi Puskesmas

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    37/42

    44

    Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat

    penggerak pembangunan kesehatan masyarakat, pusat

    pelayanan kesehatan strata pertama.

    4. Bagi Sektor Lain

    a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam

    pemecahan masalah sektor terkait, utamanya yang

    terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai

    kondisi setempat

    b. Meningkatkan efesiensi melalui pemberian pelayanan

    secara terpadu sesuai dengan terpoksi masing-masing

    sektor (Wikipedia, 2007).

    D. Program Posyandu

    Program kegiatan yang dilakukan di Posyandu, yang

    sekaligus masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan

    antara lain mencakup: keluarga berencana (KB), kesehatan ibu dan

    anak, imunisasi, peningkatan gizi dan penanggulangan diare

    (Sembiring, 2004).

    1. Keluarga Berencana (KB)

    Pemerintah dalam rangka mengupayakan kesejahteraan

    masyarakat selain melalui pembangunan dalam bidang ekonomi,

    pembangunan fisik maka upaya yang tidak kalah penting adalah

    melalui pertumbuhan penduduk supaya tidak berlebihan. Upaya

    yang menyangkut pertumbuhan penduduk tersebut adalah melalui

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    38/42

    45

    program keluarga berencana (Depkes RI, 2006).

    Keluarga Berencana adalah perencanaan kehamilan,

    sehingga kehamilan terjadi pada waktu yang diinginkan. Jarak

    antara kelahiran diperjarang untuk membina kesehatan bagi

    keluarga. Keberhasilan KB harus diikuti dengan penurunan angka

    kematian bayi dan anak balita atau ibu keluarga atau sebaliknya,

    untuk itu maka perlu adanya upaya peningkatan pelestarian

    pemakaian alat kontrasepsi yang efektif serta pengayoman medis

    terhadap penderita. Dalam pelayanan Keluarga berencana di

    posyandu antara lain : pembagian pil KB atau kondom, suntikan KB,

    konsultasi KB, alat kontrasepsi dalam rahim dan susuk (Depkes RI,

    2006).

    2.Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

    Bahwa salah satu hal yang penting untuk mendukung

    keberhasilan melahirkan bayi yang sehat adalah seorang ibu yang

    sehat di waktu kehamilannya. Bayi yang akan lahir dari seorang

    ibu ditumbuhkan oleh gizi di dalam rahim. Zat gizi tersebut diambil

    dari bagian lain tubuh ibu melalui tali pusat. Bila ibu hamil kurang

    makan, maka bayi yang akan dilahirkan kecil dan lemah karena itu

    kesehatan ibu amatlah penting. Didalam program posyandu dalam

    pelayanan kesehatan ibu dan anak yaitu pemberian pil tambah

    darah (ibu hamil), pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT),

    Imunisasi, penimbangan balita, pemberian oralit dan pemberian

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    39/42

    46

    makanan tambahan (PMT) (Depkes RI, 2006).

    Kesehatan ibu hamil yang harus diperhatikan meliputi sebagai

    berikut :

    a. Ibu hamil harus makan lebih banyak dibandingkan dengan

    sebelum hamil

    b.1-2 piring nasi lebih banyak dari biasa dalam satu hari,

    ditambah dengan sayur dan buah

    c. Ibu hamil hendaknya memeriksakan kehamilan secara teratur

    kepada petugas kesehatan minimal 4 kali selama hamil

    d. Mendapatkan imunisasi tetanus toxoid (TT) sebanyak 2 kali

    Sedangkan yang perlu diperhatikan untuk ibu menyusui dan

    nifas mencakup :

    a. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, untuk ibu

    nifas perawatan kebersihan jalan lahir (vagina).

    b. Pemberian vitamin A dosis tinggi,tablet besi, dan vitamin c

    c. Perawatan payudara

    d. Senam ibu nifas

    e. Jika ada tenaga kesehatan dan tersedia ruangan

    dilakukan pemeriksaan kesehtan umum, pemeriksaan

    payudara

    f. Pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan lochia.

    Apabila ada ditemukan kelainan, segera dirujuk ke

    Puskesmas.

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    40/42

    47

    3. Pelayanan Gizi

    Tujuan pelayanan gizi yang utama adalah untuk menurunkan

    angka Kurang Kalori Protein (KKP) dan kebutaan karena kekurangn

    vitamin A pada balita, serta anemia gizi pada ibu hamil. Tujuan ini

    dapat dicapai secara lebih efektif dan efisien dengan jalan

    memadukan kegiatan-kegiatan penyuluhan gizi, pelayanan

    kesehatan dasar dan keluarga berencana di posyandu. Dengan

    demikian sasaran pelayanan gizi di posyandu adalah bayi, anak

    balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur (PUS).

    Pelayanan gizi di Posyandu meliputi : pemantauan

    pertumbuhan melalui penimbangan berat badan balita,

    pendistribusian kapsul vitamin A, zat besi (Fe), pemberian larutan

    oralit, penyuluhan gizi dan pemberian makanan tambahan (Depkes

    RI, 1990).

    4. Imunisasi

    Imunisasi balita berasal dari kata imun yang berarti kebal atau

    resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap

    suatu penyakit tertentu. Tingkat kekebalan terhadap penyakit

    tertentu belum tentu kebal terhadap penyakit lain (Notoatmodjo,

    1997).

    Imunisasi didapatkan oleh anak melalui pemberian vaksin

    secara sengaja. Imunisasi yang diberikan terdiri dari imunisasi BCG

    untuk mencegah penyakit TBC (Tubercolosis), imunisasi DPT untuk

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    41/42

    48

    mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus, imunisasi Polio

    untuk mencegah penyakit kelumpuhan, imunisasi Campak untuk

    mencegah penyakit campak dan imunisasi Hepatitis B untuk

    mencegah penyakit hepatitis (Direktorat Bina Gizi Masyarakat,

    1999).

    Setiap anak sebelum umur 1 tahun harus mendapatkan

    imunisasi lengkap. Imunisasi yang diberikan pada waktu kegiatan di

    Posyandu antara lain BCG, DPT I, II, III, Polio I, II, III,IV, Campak

    pada umur 9 bulan dan Hepatitis B (Depkes RI,1990).

    Menurut program Departemen Kesehatan RI (1996),

    pemberian imunisasi lengkap kepada balita yaitu vaksin BCG satu

    kali, DPT tiga kali, Polio empat kali, Campak satu kali dan Hepatitis

    B tiga kali.

    5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

    Menurut Depkes RI (2002), diare (mencret) adalah buang air

    besar dengan frekuensi yang tidak normal dan konsistensinya lebih

    lembek atau cair. Diare dapat terjadi secara perlahan-lahan,

    bertahap, tiba-tiba dan perkembangannya cepat sekali. Diare adalah

    penyebab utama kematian balita. Penanggulangan d iare dapat

    dilakukan dengan : memberikan oralit, bila oralit tidak ada membuat

    larutan gula garam, asi dan makanan terus diberikan kepada anak

    seperti biasa.

  • 8/6/2019 BAB II Prop rev

    42/42

    Variabel Individu

    - Kemampuan &keterampilan.- Latar belakang :- Individu- Tingkat sosial- Pengalaman- Demografi

    - Umur

    - Etnis

    - Jenis Kelamin

    Perilaku Individu (apayang dikerjakan)

    Kinerja

    (hasil yg dicapai)

    Variabel Organisasi- Sumber daya- Kepemimpinan- Insentif- Struktur

    - Desain pekerjaan

    VariabelPsikologis- Persepsi- Sikap- K epribadian- Belajar- Motivasi

    KERANGKA TEORI

    Kerangka teori faktor yang mempengaruhi kinerja. Berikut gambar

    yang menyatakan 3 kelompok yang mempengaruhi dalam kinerja

    menurut Gibson yang dikutip dalam Ilyas (2004).

    Gambar 2.1.Hubungan Variabel Motivasi Kerja , Ketrampilan dan Insentif

    yang digambarkan oleh Gibson,sebagai Variabel bebas yang

    mempengaruhi Kinerja ( hasil yang ingin dicapai ), sebagai variabel terikat.