BAB II Produktivitas Kerja Karyawan 1. Pengertian...
-
Upload
dinhkhuong -
Category
Documents
-
view
220 -
download
1
Transcript of BAB II Produktivitas Kerja Karyawan 1. Pengertian...
26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
E. Produktivitas Kerja Karyawan
1. Definisi Produktivitas Kerja Karyawan
Pengertian produktivitas kerja karyawan telah
banyak dikemukakan para ahli, baik ahli ekonomi,
manajemen, manajemen sumber daya manusia, maupun
ahli perilaku organisasi.
Siagian (2002) mendefinisikan produktivitas
sebagai kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan
menghasilkan output yang optimal bahkan kalau mungkin
yang maksimal. Hal senada juga dinyatakan oleh Nawawi
(1998), bahwa produktivitas adalah perbandingan terbaik
antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah
sumber kerja yang dipergunakan (input). Dari pengertian
tersebut maka produktivitas dipandang sebagai rasio
antara keluaran (output) dengan masukan (input). Untuk
itu produktivitas kerja dikatakan tinggi jika hasil yang
diperoleh lebih besar daripada sumber kerja yang
dipergunakan. Sebaliknya produktivitas kerja dikatakan
rendah, jika hasil yang diperoleh lebih kecil daripada
sumber kerja yang dipergunakan.
11
27
Produktivitas kerja juga dinyatakan sebagai
efektivitas menunjukkan sejauh mana tujuan, sasaran atau
hasil yang direncanakan dapat dicapai. Sedang efisiensi
menunjukkan sejauhmana sumber daya yang tersedia
digunakan dengan benar. Dengan kata lain, efektivitas
menunjukkan kemampuan untuk mencapai tujuan,
sasaran, atau target yang telah ditetapkan, sedang efisiensi
menunjukkan kemampuan untuk memperoleh keluaran
atau hasil tertentu dengan menggunakan sumberdaya atau
masukan yang minimal (Handoko, 1994 dalam Sasmita,
2007). Beberapa pendapat yang memandang produktivitas
kerja sebagai kombinasi dari efisiensi dan efektivitas
dikemukakan oleh Robbins (1996), bahwa produktivitas
sebagai suatu kinerja yang mencakup keefektifan dan
efisiensi. Pendapat Robbins (1996) sejalan dengan
pendapat Bettignies (1985), produktivitas telah
dirumuskan sebagai hasil penjumlahan (summing-up) dari
efektivitas + efisiensi. Sedang Atmosaeprapto (2001)
memandang produktivitas sebagai fungsi dari efektivitas
pencapaian sasaran dan efisiensi penggunaan masukan.
Produktivitas = f (efektivitas, efisiensi). Hubungan antara
efektivitas dan efisiensi dalam fungsinya sebagai penentu
produktivitas (dalam Sasmita, 2007). Dengan demikian
dapat dikatakan sebagai hasil, produktivitas menunjukkan
ukuran teknis, yang menunjukkan perbandingan antara
28
keluaran yang dihasilkan dengan masukan sumber-sumber
yang digunakan, atau sebagai kombinasi dari efektivitas
dalam mencapai sasaran dan efisiensi dalam penggunaan
sumberdaya masukan.
Aigner (1986) yang dikutip oleh Sasmita (2007),
sebagai suatu proses, pengertian produktivitas intinya
mengandung makna “the will” (keinginan) dan “effort”
(upaya) manusia untuk berusaha meningkatkan kualitas
kehidupan dan penghidupan disegala bidang. Berkaitan
dengan pendapat tersebut Kopelman (1985) juga
menyatakan produktivitas sebagai “state of mind-mind
being confident that tomorrow can better than to day
through one’s own effort”, artinya suatu sikap mental
yang selalu berusaha dan mempunyai pandangan bahwa
mutu kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan
hari esok lebih baik dari hari ini. Definisi tersebut sejalan
dengan pengertian produktivitas yang dinyatakan oleh
Dewan Produktivitas Nasional seperti yang dikutip oleh
Umar (2003) yaitu suatu sikap mental yang selalu
berusaha dan mempunyai pandangan bahwa mutu
kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari
esok lebih baik dari hari ini. Sikap mental yang demikian
membuat orang selalu mencari perbaikan-perbaikan dan
peningkatan-peningkatan. Orang yang memiliki sikap
seperti itu akan terdorong menjadi dinamis, kreatif,
29
inovatif, dan terbuka, namun tetap kritis dan tanggap
terhadap ide-ide baru dan perubahan-perubahan.
Mengikuti pendapat para ahli di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengertian produktivitas pada dasarnya
dapat dilihat sebagai hasil dan juga sebagai proses.
Sebagai hasil, produktivitas menunjukkan ukuran teknis,
yang menunjukkan perbandingan antara keluaran yang
dihasilkan dengan masukan sumber-sumber yang
digunakan, atau sebagai kombinasi dari efektivitas dalam
mencapai sasaran dan efisiensi dalam penggunaan
sumberdaya masukan. Sebagai proses, esensi pengertian
produktivitas mengandung makna sikap mental yang
selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini
harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus
lebih baik dari hari ini. Dalam kontek pekerjaan,
produktivitas berarti, cara kerja hari ini harus lebih baik
dari cara kerja kemarin, dan hasil yang dicapai besok
harus lebih banyak atau lebih baik dari yang diperoleh
hari ini.
2. Teori Produktivitas Kerja
Produktivitas yang diukur oleh daya guna
(efisiensi) penggunaan personel sebagai tenaga kerja,
Produktivitas ini digambarkan dari ketepatan penggunaan
metode atau cara kerja dan alat yang tersedia sehingga
volume dan beban kerja dapat diselesaikan sesuai waktu
30
yang tersedia. Hasil yang diperoleh bersifat non material
yang tidak dapat dinilai dengan uang sehingga
produktivitas kerja ini hanya dapat digambarkan melalui
efisiensi personal dalam melak-sanakan tugas-tugas
pokoknya. Produktivitas ini dapat diperoleh gambarannya
dari dedikasi, loyalitas, kesungguhan, disiplin, ketepatan
penggunaan metode atau cara kerja dan lain-lain yang
tampak selama personal sebagai tenaga kerja
melaksanakan volume dan beban kerjanya.
Faktor kunci yang mempengaruhi tinggi
rendahnya produktivitas adalah sikap orang-orang yang
bekerjasama. Untuk memacu agar karyawan memiliki
produktivitas yang tinggi maka usaha yang harus
dilakukan adalah usaha perbaikan sumber daya manusia,
sehingga akan ditemukan sumber daya manusia yang
profesional. Maister (2004) menekankan profesionalisme
bukan hanya sekedar pengetahuan teknologi dan
manajemen tetapi profesionalisme lebih merupakan suatu
sikap. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Siagian
(2002) menyatakan masalah produktivitas kerja dapat
dilihat masalah keperilakuan, tetapi juga dapat
mengandung aspek-aspek teknis. Untuk mengatasi hal
inilah perlu adanya pemahaman yang tepat tentang faktor-
faktor penentu keberhasilan meningkatkan produktivitas
kerja. Faktor-faktor tersebut adalah :
31
a. Perbaikan terus-menerus
Dalam hal ini diharapkan tidak adanya titik jenuh
dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja, salah
satu implikasinya ialah bahwa seluruh komponen
perusahaan harus melakukan perbaikan secara terus-
menerus
b. Peningkatan Mutu Hasil Pekerjaan
Berkaitan erat dengan upaya melakukan perbaikan
secara terus-menerus ialah peningkatan mutu hasil
pekerjaan oleh semua orang dan komponen
perusahaan. Jika secara tradisional ditekankan
pentingnya orientasi hasil untuk dianut oleh
manajemen, dewasa ini lebih ditekankan lagi orientasi
hasil kerja dengan mutu yang semakin tinggi.
c. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan unsur yang paling
strategik di dalam organisasi. Tidak ada pilihan lagi
bagi manajemen kecuali menerima hal ini.
Memberdayakan manusia dengan berbagai kiat seperti
: mengangkat harkat dan martabat manusia, manusia
mempunyai hak-hak yang bersifat asasi dan tidak ada
manusia lain termasuk manajemen yang dibenarkan
untuk melanggar hak-hak tersebut. Suatu kiat yang
terbukti ampuh dalam pemberdayaan sumber daya
manusia dalam organisasi ialah penerapan gaya
32
manajemen yang berpartisipatif melalui proses
demokratisasi dalam kehidupan berorganisasi, dan
pemerkayaan mutu kekaryaan.
3. Ciri-Ciri dari Produktivitas Kerja
Menurut Ranfd (dalam Timpe, 1992), ciri
karyawan yang memiliki produktivitas kerja tinggi
meliputi : (Sasmita, 2007)
a. Lebih dari memenuhi kualifikasi pekerjaan
1) Cerdas dan dapat belajar dengan relative cepat
2) Kompeten secara professional
3) Kreatif dan inovatif
4) Selalu meningkatkan diri.
b. Bermotivasi tinggi
1) Memiliki komitmen terhadap pekerjaan
2) Tekun bekerja secara produktif pada suatu tugas
sampai selesai
3) Mempunyai kemauan keras untuk bekerja (Selalu
Sibuk)
4) Bekerja efektif dengan atau tanpa pengawasan
c. Dewasa
1) Berintegritas tinggi, bersikap seadanya, jujur, dan
tulus
2) Mantap secara emosional, dan percaya diri
3) Mandiri, percaya diri, dan berdisiplin tinggi
4) Dapat bekerja dibawah tekanan
33
d. Dapat bergaul dengan efektif
1) Pribadi yang menyenangkan, dapat diterima baik
oleh atasan dan sesama rekan kerja.
2) Berkomunikasi dengan jelas, dan terbuka terhadap
saran-pendengar yang baik.
3) Bekerja produktif dalam rangka upaya tim
4) Bekerja sama berbagi gagasan berbagi
gagasan/membantu teman dalam bekerja.
Dengan demikian dalam penelitian ini karyawan
dikatakan produktif apabila mampu menunjukkan ciri-ciri
lebih dari memenuhi kualifikasi pekerjaan, bermotivasi
tinggi, dewasa, dapat bergaul dengan efektif, maka dapat
dikatakan karyawan memiliki tingkat produktivitas kerja
yang tinggi (Ranfd, Timpe, 1992, dalam Sasmita, 2007).
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas
Kerja
Banyak faktor yang mempengaruhi produktifitas
kerja yang baik yang berhubungan dengan tenaga kerja
maupun yang berhubungan dengan lingkungan
perusahaan dan kebijakan pemerintah secara keseluruhan.
Menurut Anoraga (2001) faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas adalah :
a. Pendidikan, pada umumnya seseorang yang memiliki
tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki
produktivitas kerja yang tinggi.
34
b. Motivasi, dengan mengetahui motivasi dari karyawan,
maka pimpinan dapat membimbing dan mendorong
karyawan untuk bekerja lebih baik.
c. Disiplin kerja, kediplinan dapat dibina melalui latihan-
latihan antara lain dengan bekerja menghargai waktu
dan biaya yang akan memberikan pengaruh positif
terhadap produktivitas kerja karyawan.
d. Ketrampilan, ketrampilan banyak pengaruhnya
terhadap produktivitas karyawan. Ketrampilan dapat
ditingkatkan melalui kursus-kursus, latihan dan lain
sebagainya.
e. Sikap Etika Kerja, sikap seseorang atau kelompok
orang dalam membina hubungan yang serasi, selaras
dan simbang di dalam kelompok itu sendiri maupun
dengan kelompok lain, dan etika dalam hubungan
kerja sangat penting artinya karena dengan terciptanya
hubungan tersebut dalam proses produksi akan
meningkatkan produktivitas kerja.
f. Gizi dan Kesehatan, gizi yang baik akan
mempengaruhi kesehatan karyawan, dan semua itu
akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja
karyawan.
g. Tingkat Penghasilan, Dengan penghasilan yang
cukup, akan memberikan semangat kerja bagi tiap
35
karyawan untuk memacu prestasi kerja sehingga
produktivitas kerja akan tercapai.
h. Lingkungan Kerja dan Iklim Kerja, Hal ini sangat
penting untuk mendapat perhatian karena sering
karyawan enggan bekerja karena tidak ada
kekompakan kerja atau ruang kerja yang tidak
nyaman, hal ini akan mengganggu kerja karyawan.
i. Teknologi, Dengan adanya kemajuan teknologi yang
semakin otomatis dan canggih, dapat mendukung
tingkat produksi dan mempermudah manusia dalam
melaksanakan pekerjaan.
j. Sarana Produksi, Faktor-faktor produksi harus
memadai dan saling mendukung dalam proses
produksi.
k. Jaminan Sosial, Perhatian dan pelayanan perusahaan
kepada setiap karyawan, menunjang kesehatan dan
keselamatan. Dngan harapan agar karyawan semakin
bergairah dan mempunyai semangat untuk bekerja.
l. Manajemen, Dengan manajemen yang baik, maka
karyawan akan terorganisasi dengan baik pula.
Dengan demikian, produktivitas kerja karyawan akan
tercapai.
m. Kesempatan Berprestasi, setiap orang dapat
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya,
36
dengan diberikan kesempatan berprestasi, maka
karyawan akan meningkatkan produktivitasnya.
F. Lingkungan Kerja Fisik
1. Definisi Lingkungan Kerja Fisik
Gie (2000) mendefinisikan lingkungan kerja fisik
sebagai segenap faktor fisik yang bersama-sama
merupakan suatu suasana fisik yang melingkupi suatu
tempat kerja. Nitisemito (2001) mendefinisikan
lingkungan kerja fisik sebagai segala sesuatu yang ada di
sekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya
dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan
misalnya kebersihan, musik dan lain-lain. Menurut
Triguno (1999) lingkungan kerja fisik adalah sarana dan
prasarana yang ada di tempat karyawan bekerja yang
mempengaruhi karyawan didalam menjalankan tugas-
tugas yang dibebankan Sedang lingkungan kerja fisik
menurut Sedarmayanti (2001) adalah semua keadaan
berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang
dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung
maupun scara tidak langsung. Kemudian Moekijat (2002)
mendefinisikan lingkungan kerja fisik sebagai sesuatu
yang berada di sekitar para pekerja yang meliputi cahaya,
warna, udara, suara serta musik yang mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.
37
Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa lingkungan kerja fisik adalah keadaan
fisik dimana para karyawan menjalankan tugas kewajiban
yang mempengaruhinya dalam menjalankan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya sehari-hari.
2. Teori Lingkungan Kerja
Perlengkapan dan mesin-mesin yang
dipergunakan dan tata ruang yang diikuti mempengaruhi
lingkungan kerja fisik perusahaan pada umumnya, akan
tetapi pewngaruh yang lebih besar adalah kondisi-kondisi
kerja fisik dalam kondisi-kondisi mana pekerjaan harus
dilakukan. Kondisi-kondisi pekerjaan ini harus
menyenangkan, enak dan mengakibatkan kebiasaan-
kebiasaan pekerjaan yang baik. Untuk memberikan
kondisi yang demikian memerlukan perencanaan
(Moekijat, 2002).
Diantara faktor-faktor yang penting dari pada
lingkungan kerja fisik dalam kebanyakan perusahaan
adalah : penerangan, kebersihan dan warna, udara, suara,
dan keamanan (Moekijat, 2002).
Perencanaan untuk lingkungan fisik tidak dapat
dipertimbangkan secara dari pada bidang-bidang
perencanaan perusahaan yang penting lainnya. Semua
harus dikoordinir dengan seksama (Moekijat, 2002).
38
3. Ciri-Ciri dari Lingkungan Kerja Fisik
Moekijat (2002) menyatakan bahwa ciri-ciri dari
lingkungan kerja fisik adalah sebagai berikut :
a. Perpindahan pegawai berkurang
Pelaksanaan pekerjaan yang sukses memerlukan
penerangan yang baik. Penerangan yang baik
membantu karyawan untuk melihat dengan cepat,
mudah dan senang. Kondisi tersebut berdampak pada
perpindahan pegawai berkurang.
b. Semangat kerja lebih tinggi
Semangat kerja para pegawai yang lebih baik akan
diperoleh apabila mereka merasa bahwa manajemen
(pimpinan) menaruh perhatian terhadap keadaan baik
mereka, dan apabila suasana pekerja menyenangkan.
Penerangan yang baik dsan penggunaan warna yang
tepat dapat membantu meningkatkan semangat kerja
karyawan.
c. Hasil pekerjaan lebih banyak atau mampu memenuhi
standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Perubahan kondisi-kondisi penerangan yang kurang
menjadi kondisi-kondisi penerangan yang baik
hamper selalu mengakibatkan tambahan dalam tingkat
hasil pekerjaan.
39
d. Keletihan berkurang
Pertukaran udara yang cukup terutama dalam ruang
sangat diperlukan, apalagi dalam ruangan tersebut
penuh pegawai. Pertukaran udara yang cukup dalam
ruangan akan menyebabkan kesegaran fisik karyawan
dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Sebaliknya
pertukaran udara yang kurang akan dapat
menimbulkan rasa pengap sehingga mudah
menimbulkan kelelahan dari karyawan. Begitu juga
dengan adanya suara gaduh, karyawan mungkin tidak
menyadari pengaruh kegaduhan suara, tetapi setelah
beberapa waktu orang akan menjadi sangat lelah dan
lekas marah sebagai pengaruh suara yang gaduh.
e. Suasana kantor memungkinkan menjadi tampak
menyenangkan dan menarik pemandangan.
Pewarnaan ruangan kantor yang baik memungkinkan
ruangan menjadi tampak menyenangkan dan menarik
pemandangan.
f. Mengurangi kejenuhan karyawan dalam bekerja.
Warna tidak hanya mempercantik ruangan tempat
bekerja akan tetapi juga membantu karyawan
mengurangi kejenuhan saat bekerja.
g. Kerasan untuk berlama-lama di lingkungan
perusahaan
40
Kebersihan mempunyai kaitan erat dengan kesehatan,
karena kebersihan yang terjaga dapat penyebabkan
karyawan merasa nyaman berada di dalam ruangan
kerja, sehingga secara psikologis karyawan akan
merasa lebih betah untuk berlama-lama dalam ruangan
kantor.
h. Konsentrasi karyawan saat bekerja lebih baik.
Sebagian besar dari pekerjaan merupakan
membutuhkan konsentrasi pikiran, oleh karena itu
diusahakan agar jangan banyak terjadi suara-suara
gaduh. Suara yang gaduh menyebabkan kesulitan
memusatkan fikiran, dalam menggunakan telepon dan
dalam melaksanakan pekerjaan kantor dengan baik.
i. Mutu pekerjaan yang dihasilkan karyawan lebih baik.
Perubahan kondisi-kondisi penerangan yang kurang
menjadi kondisi-kondisi penerangan yang baik hampir
selalu mengakibatkan tambahan dalam tingkat hasil
pekerjaan.
j. Kesenangan dan kesehatan karyawan yang bertambah
baik.
Adanya ventilasi udara yang cukup untuk pertukaran
udara, dan fasilitas-fasilitas seperti : Air Conditioning
mampu meningkatkan kesenangan dan kesehatan
karyawan yang berada di dalamnya. Selain itu dengan
41
adanya hal-hal tersebut mampu memberikan
keuntungan-keuntungan ekonomi bagi perusahaan.
k. Karyawan lebih tenang dalam bekerja.
Warna mempengaruhi proses-proses perasaan,
pengertian, dan pikiran. Misalnya warna biasanya
mempunyai pengaruh yang penting atas tekanan darah
dan ketegangan syaraf. Warna tertentu akan
mempengaruhi pikiran dari beberapa orang dengan
perasaan atau pikiran yang baik, warna lain
mempunyai pengaruh yang sebaliknya. Dengan
demikian pemilihan warna yang tepat akan
mempengaruhi ketenangan karyawan dalam bekerja.
G. Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap
Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja sebagai salah satu orientasi
manajemen dewasa ini, keberadaannya dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhinya
adalah lingkungan kerja fisik karyawan (Anoraga dan
Suyatni, 2001). Sedarmayati (2001) menyatakan bahwa
lingkungan kerja fisik dalam suatu perusahaan sangat penting
untuk diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja
fisik tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu
perusahaan, namun lingkungan kerja fisik mempunyai
pengaruh langsung terhadap para karyawan yang
42
melaksanakan proses produksi tersebut. Lingkungan kerja
yang memusatkan bagi karyawannya dapat meningkatkan
produktivitas kerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak
memadai akan dapat menurunkan produktivitas kerja. Gomes
(2001) juga menyatakan bahwa lingkungan fisik kerja
tidak nyaman akan mengurangi kesempatan bagi pekerja
untuk bekerja secara efisien dan efektif. Seorang karyawan
yang bekerja di lingkungan kerja fisik yang mendukung dia
untuk bekerja secara optimal akan menghasilkan
produktivitas kerja yang baik, sebaliknya jika seorang
karyawan bekerja dalam lingkungan kerja fisik yang tidak
memadai dan mendukung dia untuk bekerja secara optimal
akan membuat karyawan yang bersangkutan menjadi malas,
cepat lelah sehingga produktivitas kerja karyawan tersebut
akan rendah. Menurut Moekijat (2002) untuk mendapatkan
suasana, kerja yang baik, perlu memperhatikan berbagai
faktor penunjang dalam lingkungan kerja fisik, seperti :
penerangan, kebersihan dan warna, udara, suara, dan
keamanan.
Penjelasan tersebut di atas didukung oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wantoro (2006) dengan
subyek karyawan bagian produksi di PT. Poliplas Makmur
Sentosa, menunjukkan bahwa lingkungan kerja fisik yang
diukur melalui indikator : sarana penerangan, pencahayaan
matahari, kebersihan ruang kerja, paduan warna di ruang
43
kerja, ventilasi udara, tingkat gangguan suara, rasa aman
terhadap kepemilikan barang pribadi dan beraktivitas di
lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap
produktivitas kerja karyawan PT. Poliplas Makmur Sentosa
Ungaran dengan kontribusi sebesar 0,424 atau 42,40 %.
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto
(2006) dengan subyek karyawan bagian produksi di PT. Bina
Guna Kimia Ungaran juga menunjukkan bahwa lingkungan
kerja fisik yang diukur dengan indikator : kualitas
penerangan di ruang kerja, kebersihan ruang kerja, kualitas
paduan warna di ruang kerja, kecukupan ventilasi udara, dan
tingkat kebisingan ruang kerja secara signifikan berpengaruh
terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT. Bina Guna
Kimia Ungaran, namun kontribusi yang diberikan dalam hal
ini hanya sebesar 0,250 atau 25,00 %. Dari hasil-hasil
penelitian yang pernah dilakukan tersebut memberikan
sebuah penguatan bahwa lingkungan kerja fisik karyawan
yang nyaman akan mampu meningkatkan produktivitas kerja
karyawan. Namun demikian dalam penelitian tersebut juga
dijelaskan bahwa konstribusi faktor lingkungan kerja fisik
antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya memiliki
pengaruh yang berbeda terhadap produktivitas kerja
karyawannya. Kemudian hasil penelitian yang dilakukan oleh
Amir & Sahibzada dengan judul Dampak Lingkungan
Kantor Terhadap Tingkat Produktivitas Karyawan Di Sektor
44
Swasta Pakistan menunjukkan bahwa confort of level office
memiliki korelasi sebesar 0,468 signifikan pada taraf 0,01
dan office layout memiliki korelasi sebesar 0,376 signifikan
pada taraf 0,01. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Taiwo
(2008) dengan judul Pengaruh lingkungan kerja Pada
Produktivitas Pekerja (Studi Kasus Pada Pekerja Minyak dan
Gas di Lagos, Nigeria) menunjukkan jika kondisi kerja yang
buruk memberikan kontribusi terhadap rendahnya
produktivitas karyawan, dibuktikan nilai t-hitung (3,61) > t-
tabel (2,00).
Dari uraian penjelasan di atas memberikan deskripsi
secara jelas, bahwa lingkungan kerja fisik merupakan salah
satu faktor yang memiliki kontribusi dalam peningkatan
produktivitas kerja karyawan.
H. Hipotesis Penelitian
Ha : Lingkungan kerja fisik dapat dijadikan sebagai
prediktor terhadap produktivitas kerja karyawan Le
Bringin Hotel Salatiga