BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A....

30
BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. Tanggung Jawab keluarga terhadap Pendidikan anak 1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah kelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak atau suami, isteri dan anak-anaknya. 1 Pengertian keluarga menurut undang-undang nomor 10 tahun 1992 pasal 1 ayat 10 menjelaskan bahwa:”keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat” yang terdiri dari suami isteri dan anak. 2 Menurut Jalaluddin Rahmad, keluarga adalah dua orang atau lebih yang tinggal bersama dan terikat karena darah, perkawinan dan adopsi. 3 Dalam memberikan pengertian tentang keluarga, Muhaimin dan Abdul Mujib mengungkapkan bahwa dalam Islam keluarga dikenal dengan istilah usrah, nasl, dan nasb. Keluarga dapat diperoleh melalui keturunan (anak cucu), perkawinan (suami isteri), persusuan dan pemerdekaan. 4 Menurut Elisabeth B Hurlock, bahwa keluarga adalah: “The familiy is the most important part of the child’social net work people, thing and life in general5 artinya keluarga merupakan bagian terpenting untuk anak dalam hubungan sosial masyarakat, segala sesuatu dalam kehidupan pada umumnya. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu atau 1 Lubis Salam, Menuju Keluarga Sakinah, (Surabaya: Terbit Terang, t.th.), hlm. 7. 2 Suratman Efendi, dkk., Fungsi Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia, (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995), hlm. 34. 3 Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, 1999), Cet. 10, hlm. 120-121. 4 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Triganda karya, 1993), hlm. 298. 5 Elisabeth B. Hurlock, Child Development, (Mengrow Hill, international student Edition, 1978), hlm. 494.

Transcript of BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A....

Page 1: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

BAB II

PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA

A. Tanggung Jawab keluarga terhadap Pendidikan anak

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah kelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu dan

anak-anak atau suami, isteri dan anak-anaknya.1

Pengertian keluarga menurut undang-undang nomor 10 tahun 1992

pasal 1 ayat 10 menjelaskan bahwa:”keluarga adalah unit terkecil dalam

masyarakat” yang terdiri dari suami isteri dan anak.2

Menurut Jalaluddin Rahmad, keluarga adalah dua orang atau lebih

yang tinggal bersama dan terikat karena darah, perkawinan dan adopsi.3

Dalam memberikan pengertian tentang keluarga, Muhaimin dan Abdul

Mujib mengungkapkan bahwa dalam Islam keluarga dikenal dengan istilah

usrah, nasl, dan nasb. Keluarga dapat diperoleh melalui keturunan (anak

cucu), perkawinan (suami isteri), persusuan dan pemerdekaan.4

Menurut Elisabeth B Hurlock, bahwa keluarga adalah: “The familiy

is the most important part of the child’social net work people, thing and

life in general”5 artinya keluarga merupakan bagian terpenting untuk anak

dalam hubungan sosial masyarakat, segala sesuatu dalam kehidupan pada

umumnya.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga

adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu atau

1 Lubis Salam, Menuju Keluarga Sakinah, (Surabaya: Terbit Terang, t.th.), hlm. 7. 2 Suratman Efendi, dkk., Fungsi Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya

Manusia, (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995), hlm. 34. 3 Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, 1999), Cet. 10, hlm. 120-121. 4 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Triganda karya,

1993), hlm. 298. 5 Elisabeth B. Hurlock, Child Development, (Mengrow Hill, international student Edition,

1978), hlm. 494.

Page 2: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

17

suami, isteri dan anak karena adanya ikatan darah atau perkawinan dan

adopsi.

2. Fungsi Keluarga

Keluarga adalah pokok pertama yang mempengaruhi pendidikan

seseorang. Lembaga keluarga adalah lembaga yang kuat berdiri di seluruh

penjuru dunia sejak zaman purba merupakan tempat manusia mula-mula di

gembleng untuk mengarungi hidupnya.

Sekurang-kurangnya ada tujuh fungsi keluarga, yang bila dilihat

dari segi pendidikan akan sangat menentukan kehidupan seseorang.

1 Fungsi ekonomis: setiap keluarga diharapkan mampu berfungsi

meningkatkan keterampilan dalam usaha ekonomi produktif,

sehingga tercapainya upaya penigkatan pendapatan keluarga guna

memenuhu kebutuhan keluarga.6

2 Fungsi sosial: keluarga memberikan prestise dan status kepada

anggota-anggotanya

3 Fungsi edukatif: memberikan pendidikan kepada anak-anak dan juga

remaja

4 Fungsi protektif: keluarga melindungi anggota-anggotanya dari

ancaman fisik, ekonomi, dan psiko-sosial

5 Fungsi religius: keluarga memberikan pengalaman keagamaan

kepada anggota-anggotanya

6 Fungsi rekreatif: keluarga merupakan fungsi rekreasi bagi anggota

anggotanya.

7 Fungsi afektif: keluarga memberikan kasih sayang dan melahirkan

keturunan.7

6 Suratman Efendi, op. cit., hlm. 40. 7 Jalaluddin Rahmat, op. cit., hlm. 121.

Page 3: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

18

Dalam buku yang berjudul tentang Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah

dijelaskan bahwa fungsi keluarga terdiri dari:

1. Pengalaman pertama masa kanak-kanak

2. Menjamin kehidupan emosional anak

3. Menanamkan dasar pendidikan moral anak

4. Memberikan dasar pendidikan kesosialan.8

3. Tanggung Jawab Keluarga terhadap Pendidikan Anak

Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya

mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih

sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun

sosial budaya yang diberikan merupakan faktor yang kondusif untuk

mempersiapkan anak menjadi pribadi dan menjadi anggota masyarakat

yang sehat.9

Di lingkungan keluarga orang tua memikul tanggung jawab

terhadap pendidikan pada anaknya, hal ini di sebabkan karena secara alami

anak pada masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah ibu dan

ayahnya. Orang tua selalu berusaha mengenalkan kepada anak tentang

segala hal yang mereka ingin beritahukan kepada anak. Anak biasanya

bertanya kepada orang tuanya “apa ini”, dan “apa itu”, lalu orang tua

memberi tahu bahwa ini adalah kopyah bapak dan ini adalah mekena ibu

untuk salat, begitu seterusnya mulai dari hal yang baik hingga hal buruk,

mulai dari hal yang kongkrit sampai hal yang abstrak.10

Jadi secara implisit orang tua bertanggung jawab terhadap

pendidikan anaknya di karenakan dua hal, yaitu orang tua di taqdirkan

untuk menjadi orang tua bagi anaknya (kodrati),dan orang tua

berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya.11

8 Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Bumi Akasara,

1992), hlm 75 dan 76 9 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2000), hlm. 37. 10 Herry Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacaan Ilmu, 1999) , hlm. 87 11 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, op. cit., hlm. 32.

Page 4: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

19

Dalam melaksanakan pendidikan agama bagi anak, orang tua

merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Dikatakan

pendidik pertama dikarenakan orang tua adalah orang yang pertama

mendidik anaknya, dan pendidik utama di karenakan orang tua mempunyai

pengaruh yang besar bagi perkembangan anaknya.

Orang tua sebagai pendidik utama dan pertama bagi anaknya

hendaklah mampu menanamkan nilai-nilai agama dengan menggunakan

metode yang sesuai dengan usia dan kemampuan anak agar tujuan yang

diharapkan orang tua yakni memiliki anak yang berkepribadian baik,

beriman dan bertaqwa dapat tercapai, karena keluarga merupakan fondasi

bagi pembentukan jiwa keagamaan bagi anak-anaknya dan dari situlah

anak menjadikan segala perilaku orang tua dan didikannya sebagai

identifikasi.

Orang tua sebagai pendidik, apabila mereka berpendidikan tinggi,

maka akan sangat berpengaruh baik terhadap mutu pendidikan yang

diberikan kepada anaknya, dan pada gilirannya maka akan semakin baik

pula derajat masyarakatnya.12 Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya

merupakan pendidikan dasar yang tidak bisa diabaikan, karena pada

kebanyakan keluarga ibulah yang selalu mendampingi anaknya. Ia

memberikan makan, minum, memperhatikan dan selalu bergaul dengan

anaknya. Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawab sebagai anggota

keluarga, bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak antara lain:

Sumber pemberi kasih sayang

Pengasuh dan pemelihara.

Tempat mencurahkan isi hati

Pengatur kehidupan dalam rumah tangga

Pembimbing pada anak-anaknya.

12 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosda

karya, 2000), hlm. 138

Page 5: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

20

Adapun tanggung jawab orang tua terhadap anaknya sekurang-

kurangnya meliputi:

Memelihara dan membesarakan anak

Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmani maupun rohani dari

gangguan penyakit dan penyelewengan

Memberikan pengajaran sehingga anak mempunyai pengetahuan yang

cakap

Membahagiakan anak baik dunia maupun akhirat.13

Diantara cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga untuk

menanamkan semangat keagamaan pada diri anak antara lain:

1. Memberi tauladan yang baik tentang beriman kepada Allah SWT dan

berpegang teguh kepada ajaran-ajaran agama Islam

2. Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar Islam semenjak kecil

sehingga menjadi kebiasaan dan dilakukan atas kesadaran dan

kemauannya sendiri

3. Meyiapkan suasana keluarga yang Islami

4. Membimbing mereka membaca bacaan-bacaan agama Islam yang

berguna

5. Menyuruh anak mengikuti aktifitas-aktifitas keagamaan.14

Memang tidak sepenuhnya kepribadian anak dipengaruhi oleh

lingkungan keluarga, bisa juga kepribadian anak dipengaruhi oleh dari luar

lingkungan keluarga. Namun pendidikan yang ditanamkan orang tua tetap

membawa dasar yang paling dalam bagi pendidikannya. Hal ini

menunjukkan bahwa tanggung jawab yang dipikul oarng tua terhadap

pendidikan anaknya memerlukan pemikiran dan perahtian yang besar.15

13 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta Bumi Aksara, 2000), cet. 4, hlm. 38. 14 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, (Bandung, Al –

Maarif, t. th), hlm 351 15 Herry Noer Aly, op. cit, hlm. 88

Page 6: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

21

4. Identifikasi Anak Usia 6-12 Tahun

Anak usia 6-12 tahun (masa usia sekolah dasar) sering disebut

sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada umur

berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar, sebenarnya sukar

dikatakan karena kematangan tidak ditentukan oleh umur semata-mata.

Namun pada umur 6 atau 7 tahun, biasanya anak telah matang untuk

memasuki sekolah dasar. Pada masa keserasian sekolah ini secara relatif

anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya.

Karakteristik anak usia 6-12 tahun dapat dibagi menjadi dua;

� Karakteristik Anak Usia 6-9 Tahun

1.) Perkembangan otot-otot halusnya sudah terjadi, sehingga anak

sudah mampu melakukan gerak ruku’ dan sujud secara mantap.

2.) Kecerdasan pikiran anak sudah berkembang, anak suka

mendengar cerita, kisah atau dongeng yang diceritakan orang

tuanya. Anak suka pergi ke masjid bersama orang tuanya.

3.) Kecenderungan untuk bergaul dengan teman sebaya sangat besar.

Anak ingin melakukan apa yang dilakukan oleh temannya.

4.) Anak sensitif terhadap perlakuan keras dari orang tua.

5.) Keberagamaan sungguh-sungguh namun belum dengan

pemikirannya.16

6.) Anak suka meniru atau mencontoh perilaku orang yang lebih

dewasa.17

� Karakteristik Anak Usia 9-12 Tahun

1.) Rasa ingin tahu dan ingin belajar sangat tinggi.18

16 Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: Remaja Rosdakarya

Offset, 1996), hlm. 100-109. 17 Ahmad Subino Hadi Subrata,, Keluarga Muslim Masyarakat Modern, (Bandung:

Remaja Rosdakarya Offset, 1994), hlm. 73. 18 Syamsu Yusuf, op. cit., hlm. 25.

Page 7: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

22

2.) Kecerdasan pikirannya masih berjalan cepat, sehingga kemampuan

memahami hal-hal yang abstrak semakin meningkat.

3.) Anak telah mampu menghubungkan agama dan masyarakat.

Misalnya mereka tahu bahwa masjid adalah milik orang Islam,

gereja milik orang kristen dan lain sebagainya.

4.) Perkembangan keimanan semakin bersungguh-sungguh. Harapan,

angan-angan, kasih sayang, dan perkenaan dengan Allah terhadap

do’a semakin keras dan juga semakin bersungguh-sungguh.19

5.) Anak mulai kritis terhadap kesalahan-kesalaahn yang dilakukan

orang lain

6.) Anak mulai memperhatikan diri sendiri20

7.) Anak suka memperlihatkan sikap tidak bersahabat dengan

lingkungan. Mereka cenderung berlaku kurang ajar, suka menggu

serta menyakiti

8.) Anak memiliki kemampuan kemampuan bacaan salat, karena

perkembangan intelektualnya sudah memungkinkan itu.21

Dari karakteristik anak usia 6-12 tahun yang telah di sebutkan diatas

secara singkat, maka dapatlah orang tua menentukan sikap dalam

mendidik anak-anaknya. Ada beberapa pedoman umum yang dapat diikuti

oleh orang tua dalam mendidik anaknya, antara lain:

Orang tua hendaknya membantu anak-anak dalam memecahakan

masalahnya. Misal, menjawab peratanyaan anak tentang dunia dan

lingkungannya.

Orang tua dalam mendidik anaknya hendaknya jangan memaksa tetapi

menganjurkan.

19 Ahmad Tafsir, op. cit., hlm. 105, 106 dan 110. 20 Kartini Kartono, Peran Keluarga Memandu Anak, (Jakarta; Raja wali Pers. t.th), hlm

44 21 Imron Hasan, Pedoman Mendidik Anak Menjadi Salih dan Salihah, (Yogyakarta;

Bintang Cemerlang, 2001), hlm. 130

Page 8: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

23

Mengarahkan anak pada hal yang positif.

Memberikan jawaban pada pertanyaan anak dengan jujur.

Memberikan kebebasan pada anak untuk selalu bertanya.

Menciptakan suasana rumah yang enak. Contoh, tenteram, rukun,

gembira, dan aman.22

5. Masalah Ibu yang Bekerja di Luar Rumah

Realitas sosial dewasa ini memperlihatkan dengan jelas betapa

kecenderungan manusia pada aktifitas kerja ekonomis makin terasa makin

menjadi kuat dan keras. Pergulatan manusia untuk mendapatkan

kebutuhan hidup dan untuk sebagian orang mencari kesenangan

materialistis-konsumtif telah melanda hampir semua orang, baik laki-laki

maupun perempuan. Fenomena ini semakin nyata dalam era industrial

sekarang ini. Bahkan realitas sosial juga memperlihatkan bahwa perburuan

manusia mencari kesenangan ekonomi dan “sesuap nasi”oleh kaum

perempuan, baik yang masih lajang maupun yang sudah berkeluarga

semakin meningkat dari waktu kewaktu. Tak pelak lagi bahwa kaum

perempuan yang disebut terakhir ini pada gilirannya harus melakukan

kerja ganda.

Bila dulu wanita dikenal hanya sebagai ibu rumah tangga saja,

yang bertanggung jawab untuk menyediakan makanan, membersihkan

rumah, mencuci pakaian dan menjaga anak, namun pendidikan dan status

ekonomi menyebabkan banyaknya wanita Indonesia yang memiliki profesi

yang terampil.23 Contohnya profesi wanita sebagai guru, dokter, astronot,

menteri, tukang batu, pekerja pabrik dan lain sebagainya.

Keluarga mempunyai beberapa fungsi, di antaranya adalah fungsi

ekonomi. Dalam fungsi ekonomi ini keluarga harus dapat memenuhi

kebutuhan anak yang bersifat materi baik kebutuhan sehari-hari, biaya

22 Kartini Kartono, op. cit, hlm. 47 dan 48 23 Kathleen H. Liwijaya Kuntaraf, Komunikasi Keluarga Kunci Kebahagiaan Anda,

(Indonesia: Publishing House Offset, 1999), hlm. 229.

Page 9: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

24

pendidikan dan lain sebagainya. Dalam era globalisasi ini kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi semakin meningkat, biaya hidup dan

pendidikan semakin mahal, gaya hidup yang serba modern, banyaknya

PHK, pendapatan yang pas-pasan. Hal ini tentunya menuntut seorang istri

untuk membantu suami dalam mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan

keluarga. Bekerja dalam Islam orientasinya adalah masa depan yang

mempunyai arti bukan hanya sesaat atau satu masa saja. Keberhasilan

bekerja dalam Islam diajarkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan

pribadi saja melainkan untuk memenuhi kepentingan sesama manusia di

samping untuk keperluan agama. Oleh karena itu bekerja jangan dijadikan

alasan untuk tidak mendidik anaknya.

Dari gejala tersebut di atas menyebabkan para ibu mempunyai

peran ganda yang lebih berat, sehingga waktu untuk anak-anaknya menjadi

berkurang. Betapapun orang harus mengikuti perubahan yang berlangsung

pada zamannya. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana menyesuaikan

diri dengan perubahan dan tuntutan zaman untuk mencari pola mengasuh

anak yang sesuai dengan kondisi itu.

Para ibu yang bekerja, yang terpenting adalah pembagian waktu

antara pekerjaan dan perhatian pada anak. Kalau waktu digunakan untuk

anak-anak seoptimal mungkin dengan mengikuti langkah-langkah yang

dianjurkan, maka hal itu akan sangat mengurangi persoalan-persoalan

yang timbul.24

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh seorang ibu yang

bekerja di luar rumah untuk mengurangi bebannya, antara lain;

Delegasikan pekerjaan yang dapat didelegasikan pada orang lain

Bekerja di luar rumah, hanya bila anak-anak sudah sekolah

Dapatkan penjaga anak yang baik

24 Alex Sobur, komunikasi orang Tua dan Anak, (Bandung: Angkasa, t.th) hlm. 88.

Page 10: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

25

Supervisi penjagaan dari orang tua tetap ada.25

Kalau ibu bekerja berarti harus meninggalkan anak untuk beberapa

saat. Tetapi ada manfaat yang dapat diperoleh dari ketidakhadiran tokoh

ibu dalam keluarga. Diantaranya, menciptakan kesempatan bagi anak

untuk menyadari betapa penting artinya kehadiran ibu di rumah.26

Menurut psikolog Sinto Adelar, sisi positif meninggalkan anak

adalah anak menjadi cepat mandiri dibanding dengan anak-anak yang terus

menerus dibantu. Anak-anak yang biasa ditinggal orang tua menjadi

terbiasa memenuhi kebutuhannya sendiri dan belajar mencari kesibukan

sendiri. Ditambah lagi mereka terbiasa memegang tanggung jawab.27

Ada beberapa kemungkinan juga yang terjadi pada anak yang

ditinggalkan oleh ibunya yang bekerja di luar rumah yaitu : Anak

kehilangan peran dan fungsi ibu sehingga proses tumbuh kembangnya

kehilangan haknya untuk dibina, dibimbing, diberikan kasih sayang,

perhatian dan sebagainya.28 Anak-anak yang kurang mendapat perhatian

dan kasih sayang dari orang tua itu selalu merasa tidak aman dan merasa

kehilangan tempat berpijak atau tempat berlindung, mereka merasa sangat

sengsara di hati, sedih, malu dan seribu satu penderitaan batin lainnya. Di

kemudian hari mereka akan mengembangkan reaksi kompensatoris

berbentuk dendam dan sikap bermusuhan terhadap dunia luar. Anak-anak

mulai “menghilang” dari rumah, lebih suka bergentayangan di luar

keluarga sendiri dan mencari keseimbangan hidup yang imajiner di

tempat-tempat lain sehingga pola hidupnya menjadi tidak hygienis.29

25 Kathleen H. Liwijaya, op. cit., hlm. 235. 26 Alex Sobur, op. cit., hlm. 91. 27 Sintha Ratnawati,Kumpulan Artikel Kompas, Keluarga Kunci Sukses Anak.,

(Jakarta:Kompas, 2000), hlm. 32. 28 Dadang Hawari, Al-Qur’an dan Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa, (Jakarta: PT.

Dana Bhakti Prima Jaya, t.th), hlm. 172. 29 Kartini kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, (Bandung:

Mandar Maju, 1989), hlm. 169.

Page 11: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

26

Ibu yang bekerja di luar rumah juga akan berakibat terjadinya

perubahan pola peran tradisional kepada pola peran non tradisional yakni

dulu suami sibuk bekerja di luar rumah dan istri di rumah mengurusi

keluarga dan mengasuh anak, akan tetapi sekarang seorang ayah sibuk di

rumah mengurusi kebutuhan rumah tangga dan mengasuh anaknya, atau

justru sebaliknya kedua orang tua sibuk bekerja di luar rumah.30

Bekerja dalam arti mencari nafkah merupakan kewajiban bagi

orang tua, khususnya bapak untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang

menjadi tanggung jawabnya. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an

surat al-Baqarah ayat 233 yang berbunyi ;

وعلى المولود له رزقهن وكسوتهن بالمعروف ال تكلف نفس إال وسعها )٢٣٣:البقرة(

“Dan kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani menurut kadar kemampuannya.”31 Dari penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa yang

berkewajiban untuk mencari nafkah atau kebutuhan keluarga adalah ayah

atau suami. Sedang ibu tidak berkewajiban untuk mencari rezeki.

B. Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga

1.Pengertian Pendidikan Agama Islam

Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu

pada term al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari ketiga terminologi

tersebut yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah

term al-tarbiyah.32

30 Save M. Dagun, Psikologi Keluarga, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 139. 31 Departeman Agama Republik Indonesia, Alqur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Al-

Waah, 1989), hlm. 57. 32 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 74.

Page 12: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

27

Al-tarbiyah dalam bahasa arab berasal dari kata dasar rabba,

yarubbu, robban, yang mempunyai arti mengasuh atau memimpin.33

Dalam kamus bahasa indonesia disebutkan bahwa pendidikan

adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok

orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

latihan34. Pendidikan dapat juga diartikan bahwa Education is a process or

an activity wich is directed at producing desirable changes in the behavior

of human beings.35 artinya pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan

mengarahkan untuk menghasilkan suatu perubahan dalam tingkah laku

manusia.

Menurut Ngalim purwanto, pendidika adalah segala usaha orang

dewasa dalam pergaulan dengan anak–anak untuk memimpin

perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan.36

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa dalam rangka

memimpin atau mengasuh anak untuk mengubah sikap dan tingkah laku

anak yang lebih baik, supaya jasmani dan rohani dapat berkembang

sebagai mana mestinya dengan melalui pembiasaan.

Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut Ditbinpaisun adalah

suatu bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah

selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung dalam Islam

secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan

pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan ajaran agama Islam

sebagai pandangan hidupnya.37

33 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: tp., t.th), hlm. 136. 34 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi

3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Cet. 2, hlm. 263. 35 Mc. Donald, Education Psycolog, (Japan: Asian Text Edition, 1959), hlm. 4. 36 Ngalim Purwanto, op. cit, hlm.11 37 Zakiah Darajat, op. cit, hlm. 88.

Page 13: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

28

Menurut Ahmad Tafsir, pendidikan Islam adalah bimbingan yang

diberikan oleh seseorang kepada seseorang atau kelompok orang agar ia

berkembang secara optimal sesuai dengan ajaran Islam.38

Dari hasil rumusan seminar pendidikan Islam se-indonesia tahun

1960 yang dikutuip oleh Muzayyin Arifin dalam bukunya yang berjudul

Filsafat Pendidikan Islam dijelaskan bahwa pendidikan agama adalah

bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam

dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan

mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.39

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

Agama Islam adalah suatu usaha secara sadar dilakukan orang dewasa

untuk membimbing anak agar mereka dapat berkembang secara optimal

sesuai ajaran Islam yaitu menjadi orang yang bertaqwa melalui pengajaran

dan latihan.

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

1). Dasar Pendidikan Agama Islam Dasar pendidikan agama merupakan landasan dan pedoman dalam

melaksanakan pendidikan agama pada anak-anak atau peserta didik.

Ada beberapa dasar dalam melaksanakan pendidikan agama, antara

lain;

a. Dasar Yuridis (Hukum)

Dasar yuridis adalah dasar pelaksanaan pendidikan agama

yang berasal dari peraturan perundang-undangan di Indonesia yang

secara langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan

pendidikan.

a) Dasar Ideal

38 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1994), Cet. 2, hlm. 32. 39 Muzayyin Arifin, op. cit., hlm.15.

Page 14: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

29

Dasar ideal yaitu falsafah negara (pancasila), yang terdapat

pada sila pertama berbunyi: “Ketuhanan Yang Maha Esa”,

memberi pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus

percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau harus beragama.

Maka untuk realisasinya diperlukan pemahaman sejak dini, yaitu

melalui pendidikan agama pada anak yang dilaksanakan dalam

lingkungan keluarga.

b) Dasar Struktural

Dasar pendidikan secara struktural termuat dalam Undang-

Undang Dasar 1945, Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 tentang agama,

yang berbunyi sebaagi berikut:

Ayat 1: Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa.

Ayat 2: Neagra menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut

agamanya dan kepercayannya itu.40

Untuk mewujudkan negara yang berketuhanan, maka

diperlukan pendidikan agama bagi anak-anak, karena tanpa

pendidikan tujuan itu tidak akan tercapai.

c) Dasar Operasional

Dasar operasional yang dimaksud ialah dasar yang secara

langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia.

Hal ini termaktup dalam Undang-Undang Dasar, Bab XIII, pasal

31 ayat 1 dan ayat 5

Ayat 1: Setiap waraga negara berhak mendapatkan pendidikan

Ayat 5: Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi

dengan menjunjung tinggi nilai nilai agama dan persatuan bangsa

untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.41

40 Piagam Jakarta dan Susunan Lengkap Anggota Kabinet Gotong Royang UUD 1945

Hasil Amandeman, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), hlm. 24.

Page 15: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

30

UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab VI tentang Jalur Pendidikan, pasal

30 ayat 3 juga disebutkan bahwa: “Pendidikan keagamaan dapat

diselenggarakan pada jalur formal, informal, dan non formal.”42

Dari pasal di atas jelas bahwa pendidikan agama dapat

dilaksanakan dalam berbagai lingkungan yaitu linkungan keluarga (jalur

informal), lingkungan sekolah (jalur formal), dan lingkungan masyarakat

(jalur non formal).

2) Religius

Dasar yang menjadi pijakan dalam visi religius terhadap

pelaksanaan pendidikan keluarga adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul

SAW. Al-Qur’an adalah sumber kebenaran Islam yang datangnya dari

Allah SWT, sedang Sunnah Rasul sebagai pelaksaan dari hukum-

hukum Al-Qur’an yang kebenarannya tidak diragukan lagi. Dalam Q.S

an-Nahl dijelaskan bahwa:

)١٢٥: النحل ... (أدع إلى سبيل ربك باحلكمة واملوعظة احلسنة

“Serulah (manusia ) kepada jalan tuhanmu yang hikmah dan pelajaran yang baik”43

Dari ayat tersebut jelas bahwa setiap manusia harus dididik

kejalan Allah yang tidak lain adalah melalui Pendidikan Agama Islam

itu sendiri.

Secara lebih khusus pendidikan agama dalam keluarga

disebutkan dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:

)٦ : التحرمي... (يآيهاالذين أمنوا قوا أنفسكم و أهليكم نارا

41 Ibid, hlm. 25. 42 Tim Redaksi Fokus Media, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,

(Bandung: Fokus Media, 2003), hlm. 19. 43 Departemen Republik Indonesia, Op. Cit, hlm. 421.

Page 16: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

31

“Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka”44 (Q.S At-Tahrim: 6)

Firman Allah di atas menunjukkan betapa pentingnya masalah

pendidikan, pemeliharaan dan pembinaan umat Islam. Bahkan kalau

melihat ayat di atas Allah SWT memberikan tugas ganda kepada

orang yang beriman, bahwa mereka harus bisa menjaga dirinya dan

memelihara keluarganya dari siksa api neraka, yakni orang tua harus

mampu menjaga dirinya dan anak-anak mereka.

Sedang dalam hadis Rasul juga dijelaskan

حدثنا ادم حدثنا ابن ايب ذئب عن الزهري عن ايب سلمة بن عبد الرمحن كل : قال النيب صلى اهللا عليه وسلم: عن أيب هريرة رضي اهللا عنه قال

مو لود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أوينصرانه أو يمجسانه كمثل هيمة هل تهيمة تنتج البعاءالبدى فيها ج45)رواه البخارى. (ر

Menceritakan Adam menceritakan Ibnu Abi Dzi’b dari Azzuhridari Abi Salamah bin Abdirrahman dari Abi Hurairah r.a berkata, telah bersabda Rasul SAW; “Setiap anak yang lahir dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia yahudi atau nasrani atau majusi” seperti binatang yang melahirkan binatang, apakah kamu tahu di dalamnya terdapat kotoran. (H.R Bukhari)

3) Sosial Psikologi

Dilihat dari segi mental psikologi, dalam diri manusia telah

diberi suatu kekuatan atau kemampuan rohani untuk memilih alternatif

mana yang baik dan mana yang buruk. Akan tetapi tuhan memuji

hamba-Nya yang mampu memilih yang baik. Hal ini dapat dipahami

dari firman Allah sebaagi berikut

44 Ibid., hlm. 951. 45 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 1, (Beirut Libanon: Darul Alkutub Al- Alamsyah,

t.t), hlm.421.

Page 17: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

32

وقد . زكهاقد أفلح من . فألهمها فجورها وتقوها. ونفس وما سوها )١٠-٧: الشمس . (خاب من دسها

Dan jiwa serta penyempurnaanya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.46

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pandangan dasar

Islam tentang kemungkinan manusia untuk memperoleh kemajuan

hidupnya terletak pada kemampuan memahami Pendidikan Agama

Islam dan ikhtiariyahnya sendiri melalui pelbagai cara, dimulai dari

sejak lahir sampai meninggal dunia (long life education).

Di samping itu Para psikolog berpendapat, bahwa berdasarkan

hasil penyelidikan, mereka menyatakan bahwa dalam jiwa anak

semenjak kecil telah tumbuh perasaan agama, kemudian akan

berkembang sesuai dengan pengaruh lingkungannya.

Di antara para ahli yang mengemukakan pendapatnya adalah

Sigmun Freud yang mengemukakan pendapatnya bahwa;

Anak-anak semenjak kecilnya telah ada perasaan percaya kepada zat yang Maha Kuasa. Bahkan pada tahun-tahun pertama dalam hidupnya, anak-anak mempunyai anggapan, bahwa orang itu sebagai tuhannya. Karena menurut pandangan mereka orang tua itu sebagai sumber keadilan, sumber kasih sayang, tempat mereka bergantung dan tempat mereka meminta segala keinginannya. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, anak semakin sadar bahwa orang tuanya memiliki kelemahan dan kesalahan.47 Hal ini adalah sangat berbeda dengan apa yang telah mereka

gambarkan semula, maka timbullah keragu-raguan dalam jiwanya. Di

sinilah pentingnya orang tua memberikan kesadaran kepada anak,

46 Departemen Republik Indonesia, op. cit., hlm. 1064. 47 Abdul Ghofir, dkk., Metode Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Graha Nasional,

t.th), hlm. 32.

Page 18: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

33

bahwa orang itu adalah manusia biasa yang dapat berbuat salah,

sedang Yang Maha Kuasa tidak akan berbuat salah itu hanyalah Allah.

Dengan demikian rasa percaya pada anak-anak akan dapat

berkembang dengan benar.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan Pendidikan Agama Islam merupakan sasaran utama yang

dijadikan titik tolak dalam pelaksanaan pendidikan agama. Bila

pendidikan dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan

berakhir pada tercapainya tujuan akhir pendidikan.

Menurut al-Ghazali tujuan pendidikan agama adalah

menyiapkan anak-anak supaya di waktu dewasa kelak mereka cakap

melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat, sehingga terciptanya

kebahagiaan bersama dunia akhirat.48

Sedang dalam buku kapita selekta pendidikan Islam karya

Chabib Thoha, dijelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah

sebagai berikut :

Menumbuhkan sikap dan jiwa yang selalu beribadah kepada Allah

SWT

Menumbuhkan dan mengembangkan ketaqwaan kepada Allah

SWT

Membina dan memupuk akhlaqul karimah

Menciptakan pemimpin-pemimpin bangsa yang selalu amal ma’ruf

nahi mungkar.49

Dalam buku Metodik Khusus Pendidikan Agaam dijelaskan, bahwa

tujuan pendidikan agama Islam untuk anak usia Sekolah Dasar antara

lain:

48 Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

hlm. 48. 49 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),

hlm. 101-103.

Page 19: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

34

Menumbuhkan sikap dan jiwa yang agamis

Menanamkan perasaan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya

Menanamkan ajaran Islam yang bersifat global, seperti rukun Islam

dan lain-lainnya

Membiasakan anak berakhlak mulia dan melatih dan melatih anak-

anak untuk mempraktekkan ibadah yang bersifat praktis, seperti

shalat, puasa dan lain-lainnya

Membiasakan tauladan yang baik50

Pendidikan agama bagi anak usia 6-12 tahun bertujuan

membentuk kepribadian yang di dalamnya terjalin nilai-nilai keimanan,

yang selanjutnya menjadi pengarah dan pengendali bagi perilakunya,

serta selalu dapat mengadakan pilihan terbaik (sesuai dengan ketentuan

Allah) dalam hidupnya.51

3. Materi Pendidikan Agama Islam

Dalam rangka membentuk anak yang saleh dan salehah yakni anak

yang menjalin hubungan baik dengan Allah SWT dan dengan sesama

manusia, maka pokok-pokok pendidikan yang harus diberikan tiada lain

adalah ajaran Islam itu sendiri.

Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan informal, tidak ada

kurikulum yang dijadikan pegangan. Orang tua tidak banyak mengetahui

masalah pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu untuk mencari dan

merumuskan bahan atau materi yang harus dididikkan kepada anak usia 6-

12 tahun oleh orang tua di rumah amatlah sulit.52

Menurut para ulama ajaran Islam secara garis besar dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak. Maka pokok-pokok

50 Abdul Ghafir, Op. Cid, hlm 47. 51 Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga., (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1996),hlm. 112. 52 Ibid, hlm. 50

Page 20: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

35

pendidikan yang harus diberikan kepada anak sedikitnya harus meliputi

pendidikan aqidah, syari’ah dan akhlak.53

1). Aqidah

Aqidah (ketauhidan) adalah keyakinan tentang satu (Esa-Nya) Tuhan

yang tidak boleh dicampuri keragu-raguan dan syakwasangka dalam hati.

Aqidah inilah yang pertama-tama mendapat prioritas dari seluruh

perjalanan dakwah para Rasul atau Nabi sejak zaman Nabi Adam AS

hingga zaman Rasulullah SAW, karena aqidah ini merupakan landasan

pokok yang kuat bagi setiap manusia dalam beribadah, beramal, dan

berperilaku serta merupakan nilai bagi ketiga hal tersebut.54 Dari aqidah

inilah akan lahir suatu keimanan bagi seseorang, dan keimanan itu

hukumnya wajib untuk diketahui, dipelajari, dan diakui oleh semua

orang, baik laki-laki maupun perempuan, walaupun hanya garis besarnya

saja.55

Materi pendidikan aqidah dewasa ini telah terkemas dalam sebuah

ilmu yang disebutkan dalam tauhid, sebuah disiplin ilmu yang

mempelajari tentang bagaimana cara mentauhidkan Allah dengan dalil-

dalil yang meyakinkan.

Sedemikian mendasarnya pendidikan aqidah bagi anak-anak,

karena pendidikan inilah anak akan mengetahui siapa Tuhannya,

bagaimana bersikap dengan Tuhannya, dan apa saja yang mereka mesti

harus diperbuat dalam hidup ini.56

Ada dua materi pokok yang terkandung dalam pendidikan aqidah

yaitu rukun iman dan rukun Islam.

53 Didi Jubaedi Ismail, Membina Rumah Tangga di Bawah Ridho Ilahi, (Bandung:

Pustaka Setia, 2002), hlm. 199. 54 Nipon Abdul Halim, Anak Shaleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,

2001), hlm. 91. 55 Didi Jubaedi Ismail, op. cit., hlm. 199. 56 Ibid., hlm. 93.

Page 21: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

36

Rukun iman terdiri dari: iman kepada Allah, iman kepada malaikat

Allah, iman kepada kitab Allah, iman kepada Rasul Allah, iman kepada

hari Qiyamat, iman kepada Qadha dan Qadar. Kemudian rukun Islam

terdiri dari: syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji.

Kedua rukun tersebut hendaknya dikenalkan, diajarkan dan

ditanamkan oleh orang tua kepada anak-anaknya sejak dini sehingga

anak tersebut telah memiliki pondasi yang kuat dalam beribadah,

beramal, dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.57

Dari kedua rukun tersebut yakni rukun iman dan rukun Islam

materi yang harus di berikan paad anak usia mulai 7 tahun, kaitannya

dengan pendidikan aqidah harus lebih di titik beratkan pada pendidikan

shalat.58. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul Muhammad SAW:

يعين اليشكري ثنا امساعيل عن سوار ايب محزة قال -حدثنا مؤمل بن هشام وهو سوار بن داود ابو محزة املزين الصرييف عن عمر ابن شعيب : ابو داود

قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم مروا أوالدكـم : عن أبيه عن جده قال وفرقوا بينـهم بالصالة وهم أبناء سبع سنني واضرم عليها وهم أبناء عشر

.)رواه أبو داود (59.ىف املضاجع

Menceritakan Mual bin Hisyam ya’ni Asy syukri Tsana Ismail dari Suwar bin Hamzah berkata Abu Daud: Suwar bin Daud Abu Hamzah Almuzani Asyairofi dari Umar ibn Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya berkata: Rasulullah SAW bersabda: Perintahlah anak-anakmu untuk menjalankan ibadah shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (belum menjalankan shalat), dan pisahlah di antara mereka dalam tempat tidurnya. (HR. Abu Daud).

57Ibid, hlm. 200. 58 Jalaludin, Mempersiapkan anak Shaleh, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2000),

hlm. 129 59 Abu Daud Sulaiman bin Asy-Syajtami, Sunan Abu Dawud, (Beirut: Dar al Fikr, 1990),

hlm. 119.

Page 22: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

37

Dari uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa, orang tua

mempunyai hak kepada untuk melakukan persuasi, mengajak dan

membimbing mereka untuk melakukan shalat lima waktu. Jika anak-anak

telah terbiasa shalat sejak usia dini, maka kebiasaan tersebut akan

membawa pengaruh ketika anak telah menginjak usia dewasa.

Selain shalat, pendidikan aqidah yang perlu di titik beratkan untuk

di ajarkan pada anak usia mulai 6 tahun adalah tentang mengaji Al-

Qur’an. Sebagaimana terjadi pada para ulama’ yaitu imam Syafii hafal

Al-Qur’an ketika ia menginjak usia 7 tahun dan hafal hadis ketika berusia

10 tahun, Sahl bin Abdullah At-Taustari belajar Al-Qur’an sejak Usia

dini dan mulai menghafal Al-Qur’an ketika usia 6 tahun, Ibnu Sina ahfal

dan menekuni Al-qu’an pada usia 10 tahun.60 Dari prestasi beberapa

ulama’ tersebut dapat di jadikan salah satu contoh bagi orang tua dewasa

ini untuk mengambil hikmah guna di jadikan pelajaran bagi anak-anak

mereka, agar mempunyai semangat yang tinggi dalam mempelajari

AlQur’an.

2). Syari’ah

Syari’ah adalah peraturan yang ditetapkan oleh Allah SWT melalui para

Rasul Allah supaya makhluknya hidup berdasarkan peraturan itu,

sehingga mereka berhak memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat

dalam arti yang sebaik-baiknya dan sesempurna-sempurnanya.

Materi syari’ah menyangkut amaliah yang telah ditentukan dengan

adanya patokan-patokan, yakni beberapa perintah dan larangan Allah

SWT, baik amaliah yang berhubungan dengan Allah SWT atau dengan

manusia lainnya.61

Materi syariah secara menyeluruh terkemas dalam sebuah disiplin

ilmu yang dinamakan ilmu fiqih atau fiqih Islam. Fiqih Islam ini tidak

hanya membicarakan tentang hukum dan tata cara shalat belaka,

60 Muhammad Nur Abdul Hafid, Mendidik anak usia Dua Tahun hingga Baligh, (Yogyakarta, Darussalam, 2004), hlm. 104

61 Didi Jubaedi Ismail, op. cit., hlm. 201.

Page 23: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

38

melainkan meliputi pula pembahasan tentang zakat, puasa, haji, tata

ekonomi Islam (muamalat), hukum waris, hukum pidana, tata

peperangan, makan, minum,dan seluruh tata pelaksanaan mentaati

perintah dan menjauhi larangan-Nya.62

Setelah anak tahu kewajiban melaksanakan shalat, maka tugas

orang tua selanjutnya adalah mengajarkan pada anak tentang syarat sah

shalat, rukun shalat, batalnya shalat dan lain seabgainya. Rasulullah

memberikan batasan usia tujuh tahun sebagai awal yang paling baik bagi

anak untuk ajarkan masalah yang berkaitan dengan shalat.63

Tata peribadatan tersebut sebagaimana termaktub dalam fiqih

Islam, hendaklah diperkenalkan sedini mungkin dan sedikit demi sedikit

dibiasakan dalam diri anak, agar kelak mereka tumbuh menjadi insan

yang bertaqwa kepada Allah SWT.

3).Akhlak

Akhlak (budi pekerti) adalah segala tingkah laku, ucapan, dan sikap

yang mempunyai nilai utama dan nilai-nilai hina atau nilai tinggi dan

nilai yang rendah. Oleh karena itu akhlak merupakan nilai atau ukuran

tersendiri bagi sikap manusia.64 Dalam ajaran Islam, akhlak tidak dapat

dipisahkan dari iman. Iman merupakan pengakuan hati dan akhlak adalah

maknawi, sedang akhlak adalah bukti keimanan dan perbuatan yang

dilakukan dengan kesadaran.65

Akhlak terbagi menjadi dua yakni;

Akhlak mahmudah (terpuji)

Akhlak mazmumah (tercela)

Dari dua akhlak tersebut, manusia dapat dibedakan mana manusia

yang memiliki akhlak mahmudah dan mana manusia yang memiliki

62 Nipan Abdul Halim, op. cit., hlm. 91. 63 Muhammad Nur Abdul Hafid, op. cit, hlm 129 64 Nipon Abdul Halim, op. cit, hlm. 201. 65 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung, remaja

Rosdakarya, 1995), hlm. 67

Page 24: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

39

akhlak mazmumah. Dalam Islam alat ukurnya adalah Al-Qur’an dan

Hadis. Apa yang baik menurut Al-Qur’an dan Hadis, maka itulah yang

baik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari.66

Di antara contoh akhlak yang diajarkan oleh Luqman kepada

anaknya adalah;

Akhlak anak terhadap ibu dan bapak

Akhlak anak terhadap orang lain

Akhlak dalam penampilan diri.

Sebagaimana tergambar dalam ayat 14, 15, 18, 19, surat Luqman.

Akhlak terhadap kedua orang tua (ibu dan bapak), dengan berbuat

baik dan berterima kasih kepada keduanya. Dan ingatlah bagaimana

susahnya ibu mengandung dan menyusui anak sampai umur dua tahun.

(Ayat 14).

Bahkan anak harus tetap hormat dan memperlakukan kedua orang

tuanya dengan baik, kendatipun mereka menyekutukan Tuhan, hanya

dilarang mengikuti ajakan mereka meninggalkan iman-tauhid. (Ayat 15)

Adapun akhlak terhadap orang lain, adalah adab sopan santun

dalam bergaul, yaitu tidak sombong dan angkuh serta berjalan sederhana

dan bersuara lemah lembut.(18-19)

Pendidikan akhlak dalam rumah tangga dilaksanakan dengan

contoh atau teladan dari orang tua. Contoh yang terdapat dalam perilaku

dan sopan santun dalam pergaulan antara ibu dan bapak, perlakuan

terhadap anak-anak mereka, dan perlakuan orang tua terhadap orang lain

di lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.67

Peran dan tanggung jawab kedua orang tua dalam mengenalkan,

mengajarkan dan menanamkan pendidikan akhlak terhadap anak-

66 Didi Jubaedi Ismail, loc. cit. 67 Subino Hadi Subrata, (eds), Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, (Bandung:

PT. Remaja Rosda Karya, 1994), hlm. 62.

Page 25: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

40

anaknya sangat penting, karena anak umur 6-12 tahun sudah mengetahui

dan memahami mana perbuatan yang tercela sehingga memiliki fondasi

yang sangat kuat akan sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari

bila ia dewasa nanti.

Dari ketiga meteri tersebut hendaknya ditanamkan atau diberikan

pada anak-anak mereka sejak dini. Anak usia 6-12 tahun memiliki

kecenderungan untuk beribadah sungguah-sungguh, dan kecerdasan

pikirannya berjalan dengan lancar, serta kecenderungan untuk meniru

perilaku orang dewasa sangat tinggi, maka dari itu orang tua dalam

mendidik anaknya agar anak mempunyai kepribadian yang beriman dan

bertaqwa kepada Allah SWT.

4. Metode Pendidikan Agama Islam

Metode secara umum diartikan sebagai cara mengerjakan sesuatu,

sedang dalam pengertian letter lijk, kata “metode” berasal dari bahasa Greek

yang terdiri dari “Meta” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan.

Jadi metode ialah jalan yang dilalui.68 Dalam hal ini penulis mengartikan,

bahwa metode pendidikan agama dalam keluarga adalah jalan yang dilalui

orang tua dalam mendidik anaknya dalam bidang pendidikan agama yang

dilaksanakan dalam lingkungan keluarga.

Ada beberapa metode pendidikan agama yang dapat diterapkan dalam

lingkungan keluarga antara lain;

1). Pendidikan dengan keteladanan

Keteladanan atau contoh adalah salah satu metode pendidikan nilai

yang dilakukan dengan cara atau melalui contoh yang baik.69

Pandidikan dengan keteladanan berarti mendidik dengan cara

memberi contoh yang baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir dan lain

sebagainya. Pendidikan dengan keteladanan dapat dikatakan metode yang

paling berpengaruhdan berhasil guna dalam mendidik anak. Hal ini

68 Muyyin Arifin, op. cit., hlm. 15. 69 Amin Syukur, Metodologi Studi Islam, (Semarang: Gunung jati, t.th), hlm. 206.

Page 26: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

41

disebabkan karena pada umumnya orang lebih mudah menerima segala

sesuatu yang konkrit bila di bandingkan dengan yang abstrak.70 Anak usia 6

tahun pola fikirannya masih inderawi. Artinya anak belum ammpu

memahamihal yang maknawi (abstrak), oleh karena itu pendidikan iman dan

taqwa anak, belum dapat menggunakan kata-kata (verbal), akan tetapi di

perlukan contoh atau teladan yang terlaksana di dalam keluarga sesuai

dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Misalnya ibu bapak yang

saleh sering terlihat oleh anak, mereka sedang shalat, berdoa dengan

khusyuk meminta kepada Allah, membaca Al-Qur’an, didalam lingkungan

keluarga banyak figura yang terpajang di dinding, dan macam hiasan yang

bernafaskan Islam.71

Islam melihat pentingnya metode keteladanan, untuk itu Allah SWT

mengutus Muhammad Saw sebagai teladan yang baik bagi umat muslim di

sepanjang sejarah, dan bagi umat manusia di setiap saat dan tempat, sebagai

pelita yang menerangi dan purnama yang memberi petunjuk. Hal ini sesuai

dengan firman Allah Q.S al Ahzab ayat 21:

)٢١: األحزاب. (لقد كان لكم في رسول اهللا أسوة حسنة

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik”. (Q.S al-Ahzab:21).72

Dalam keluaraga, orang tua sebagai teladan dituntut untuk

memberikan contoh kepada anaknya tentang pengalaman sehari-hari

dalam melakukan shalat lima waktu, shalat jum’at, puasa Ramadhan,

berperilaku jujur dan lain sebagainya.

2). Pendidikan dengan adat kebiasaan

Pada dasarnya manusia dilahirkan atas dasar fitrah, yaitu dengan

naluri tauhid dan iman kepada Allah, namun dalam kehidupannya anak

akan terbentuk kepribadian dan keyakinannya oleh lingkungan. Untuk

70 Herry Noer Aly, hlm178 71 Zakiah Daradjat, op.cit, hlm. 57 72 Departemen Republik Indonesia, op. cit., hlm. 670.

Page 27: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

42

itu menurut Nasih Ulwan, pembiasaan, pengajaran dan pendidikan

mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan

anak di dalam menemukan tauhid yang murni, budi pekerti yang mulia,

rohani yang luhur dan etik religi yang lurus.73

Pada usia anak-anak pengajaran dan pembiasaan mempunyai

potensi dan daya tangkap untuk menerima pengajaran dan pembiasaan.

Untuk itu orang tua harus mempunyai perhatian pada pengajaran yang

mengacu pada pembiasaan anak untuk berbuat baik sejak anak mampu

memahami realita kehidupan.

Adapun metode pembiasaan untuk anak usia 6-12 tahun lebih di

titik beratkan pada pembentukan disiplin. Anak-anak dibiasakan untuk

mentaati peraturan dan penyelesaian tugas atas daasr tanggung jawab.

Untuk itu anak harus dibiasakan melakukan pekerjaan yang tepat waktu

dan berulang-ulang. Lankah awal yang dinilai efektif dalam

pembentukan disiplin adalah shalat. Shalat berbeda dengan puasa dan

zakat, karena keduanya merupakan ibadah wajib tapi dalam jangka

waktu yang cukup lama yaitu satu tahun sekali.74

Dalam lingkungan keluarga, orang tua juga dapat melaksanakan

pendidikan melalui pembiasaan, seperti;

Membaca Basmalah, sebelum memulai sesuatu.

Membaca Hamdalah, sebagai ucapan syukur atas segala hasil dan

kenikmatan yang diterima

Masya Allah, sewaktu keheranan terhadap sesuatu

Astaghfirullah sewaktu terjadi kekeliruan.75

Selain itu, anak juga dibiasakan bagaimana bila makan, berjalan

dengan orang tua, salam ketika hendak pergi dan pulang dari

bepergian, mengucapkan terima kasih, cara bertemu, cara berpakaian

73 Nasih Ulwan, op. cit., hlm. 185. 74 Jalaludin, op.cit, hlm.129 75 Ramayulis, op. cit., hlm. 135.

Page 28: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

43

masuk kamar kecil, mandi, apa yang dibaca ketika hendak tidur dan

bangun tidur, semua itu hendaknya diatur sebaik mungkin sesuai

dengan cara hidup orang muslim.

Metode pembiasaan ini akan menimbulkan kemudahan atau

keentengan, sehingga anak mengerjakan suatu ibadah tanpa adanya

unsur keterpaksaan tapi berdasarkan kesadaran ia sendiri.

3). Pendidikan dengan nasehat

Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-

kata yang didengar, pembawaan itu biasanya tidak tetap, dan oleh

karena itu kata-kata harus diulang-ulang.

Nasehat yang berpengaruh membuka jalannya ke dalam jiwa

secara langsung melalui perasaan. Ia menggerakkannya dan

menggoncangkan selama waktu tertentu, tak ubahnya seperti seorang

peminta-minta yang berusaha membangkit-bangkitkan kenestapaannya

sehingga menyelubungi seluruh jiwanya, tetapi bila tidak dibangkit-

bangkitkan maka kenestapaan itu bangkit lagi.76 Menasehati berarti di

lakukan dengan kata-kata.seabgaimana di lakukan oleh Luqman dalam

emnasehati anaknay agar anak tidak menyekutukan Allah, yaitu “Wahai

anakku janganlah engaku menyekutukan Allah, karean menyekutukan

Allah itu adalah aniaya yang besar”. Bila di pahami Luqman tersebut

menasehati paad anaknya sedikitnya berusia 12 tahun. Sebab

kemampuan meamhami hal yang abstrak (maknawi) terjadi apabila

perekmbangan kecerdasan telah sampai paad taahp mampu memahami

hal di luar ajngkauan alat inderanya ayitu usia 12 tahun.77

Dari ketiga metode tersebut di atas hendaklah orang tua mempu

menggunakan metode yang sesuai dengan materi, usia dan kemampuan

anak, supaya tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.

76 Muhammad Qutub, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Maarif, 1984), hlm. 334. 77Jalaludin Rahmad, Muhtar Gandaatmaja, Pendidikan Islam, (Bandung, PT Reamja

Rasdakarya, 1994), hlm. 59

Page 29: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

44

Selain dari ketiga metode tersebut, keberhasilan orang tua dalam

mendidik anaknya juga dapat di pengaruhi oleh linkungan sekitarnya.

Lingkungan mempunyai pengaruh penting terhadap keberhasilan dalam

mendidik anak. Lingkungan dapat membawa pengaruh yang positif

maupun pengaruh negatif terhadap pertumbuhan jiwa anak, sikap dan

perasaan keagamaannya. Pengaruh tersebut datang dari teman-teman

sebayanya dan masyarakat skitar.

Linkungan dapat membawa pengaruh positif, bilamana

lingkungan dapat memberikan motivasi dan rangsangan bagi anak

untuk melakukan hal-hal yang baik.contoh, anak disekolah telah

mendapat pendidikan agama Islam dari gurunya, dilingkungan rumah

orang tua selalu membimbingnya untuk menjalankan ibadah dan orang

tua juga rajijn menjalankan ibadah, kemudian masyarakat sekitar juga

terdiri dari orang yang aktif menjalankan perintah agama. Dengan

demikian jiwa keagamaan anak akan akan selalu terpupuk dan terbina

dengan baik. Sebaliknya linkungan akan membawa pengaruh negatif

apabila lingkungan tidak dapat memberikan pengaruh yang baik untuk

anak. Contoh, disekolahan anak mendapat pendidikan agaam, dirumah

orang tua jarang membimbingnya dan orang tua tidak taat pada agama,

sedang lingkungan masyarakat sekitar terdapat orang-orang yang tidak

taat pada ajaran agaam, maka dengan demikian jiwa keagamaan anak

tidak akan berjalan denagn baik.78

Keluarga merupakan pusat pendidikan pertama bagi anak, maka

hendaklah orang tua mampu menciptakan suasana yang kondusif dan

agamis, dan orang tua harus selalu memperhatikan lingkungan dimana

anak bergaul dan dengan siapa mereka bergaul. Sehingga jiwa keagaan

anak akan berjalan dengan baik.

78 Abdul Ghafir. op.cit, hlm.55.

Page 30: BAB II PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Sesuai dengan fungsi serta tanggung ... anak-anak lebih mudah dididik

45