HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH...
-
Upload
duongnguyet -
Category
Documents
-
view
235 -
download
5
Transcript of HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH...
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DENGAN PROFESIONALITAS MENGAJAR GURU DI SDIT
CAHAYA BANGSA MIJEN SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Kependidikan Islam
Oleh:
DEWI ISTIANA
(073311029)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dewi Istiana
NIM : 073311029
Jurusan : Kependidikan Islam
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 22 Desember 2011
Saya yang menyatakan,
Dewi Istiana
NIM. 073311029
iii
iv
NOTA PEMBIMBING Semarang, 5 Desember 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DENGAN PROFESIONALITAS MENGAJAR GURU DI SDIT
CAHAYA BANGSA MIJEN SEMARANG
Nama : Dewi Istiana
NIM : 073311029
Jurusan : Kependidikan Islam
Program Studi : Kependidikan Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Fatkurroji, M.Pd
NIP: 19771130 200701 1 032
v
NOTA PEMBIMBING Semarang, 5 Desember 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DENGAN PROFESIONALITAS MENGAJAR GURU DI SDIT
CAHAYA BANGSA MIJEN SEMARANG
Nama : Dewi Istiana
NIM : 073311029
Jurusan : Kependidikan Islam
Program Studi : Kependidikan Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing II
Drs. Wahyudi, M.Pd
vi
ABSTRAK
Judul : Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan
Profesionalitas Mengajar Guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen
Semarang
Penulis : Dewi Istiana
Nim : 073311029
Skripsi ini membahas hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan
profesional mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang. Kajiannnya
dilatar belakangi oleh begitu pentingnya keberadaan guru dan kepala sekolah
dalam proses pembelajaran dan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dan
bagaimana cara kepala sekolah dalam berinteraksi dengan bawahan sangat
mempengaruhi akan berhasil atau tidaknya sekolah yang dipimpinnya, serta turut
mempengaruhi profesionalitas mengajar guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Ada atau tidaknya hubungan
antara kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru, 2)
Seberapa besar hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
profesionalitas mengajar guru.
Penelitian ini menggunakan metode angket, observasi dan dokumentasi.
Subjek penelitian sebanyak 21 responden, menggunakan teknik populasi.
Pengumpulan instrumen untuk menjaring data x dan y.
Dapat penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik
data statistik. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis product
moment. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa: Terdapat hubungan positif
antara kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di
SDIT Cahaya Bangsa Mijen, ditunjukkan oleh koefisien korelasi rxy = 0,468,
kemudian dikonsultasikan dengan harga rtabel pada taraf signifikan 5% = 0,433.
artinya rhitung lebih besar dari pada rtabel menunjukkan korelasi antara x dan y
signifikan. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif kepemimpinan kepala
sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen
Semarang dengan tingkat kontribusi sebesar 21,9%.
Hasil penelitin ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan
bagi mahasiswa, seluruh lembaga pendidikan, guru dan kepala sekolah khususnya.
vii
MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyiroh:6)
viii
PERSEMBAHAN
Seiring berjalannya waktu, telah jauh langkah yang kutempuh, rasa syukur yang
dalam tercurah kehadirat Ilahi Robbi yang telah memberikan kebahagiaan
kepada hamba-Nya, telah banyak do’a, harapan, kasih sayang dan dorongan.
Yang mengenang dikalbu, dengan segenap rasa dan asa, kupersembahkan skripsi
ini yang tidak mungkin usai tanpa mereka yang telah mendorong penulis untuk
segera menyelesaikannya. Bagi penulis, mereka adalah “mentari” yang terus
memberi cahaya dan semangat dalam hidup, dan untuk itu, penulis mengucapkan
banyak terima kasih dan salam silaturahmi untuk mereka semua. Skripsi ini
penulis persembahkan untuk mereka...
1. Ayah dan Bundaku tercinta (Bp. Sodri & Ibu Partini), yang selalu
mengisi relung hati dan derai darahku dengan cinta dan kasih sayang,
yang telah mengajariku tentang arti kehidupan, mereka yang tak akan
pernah dapat tergantikan dengan apapun, atas segala pengorbanan harta,
jiwa dan dorongan semangatnya. Terimakasih atas doa dan pengorbanan
yang tak terhingga selama ini, semoga karya ini menjadi wujud baktiku
kepadanya.
2. Kakakku tersayang (Sulis), yang selama ini telah memberikan semangat
serta dukungan moril maupun real hingga akhir studiku.
3. Adikku tersayang (Lukman), dia adalah alasanku untuk dewasa
4. Mon Amour (Nizar Rizky), yang selalu memotivasi dan membuat penulis
terpacu untuk menyelesaikan naskah ini, dia yang telah mendewasakanku
untuk lebih bisa memaknai arti kehidupan, pengorbanan, kasih sayang
dan keikhlasan. Terimakasih telah mewarnai jalanku dalam proses
pembuatan skripsi ini.
5. Sahabat-sahabat KI-07, persahabatan yang kalian berikan telah
mengajariku arti kebersamaan dan pertolongan. Terimakasih untuk
semuanya. Semoga Allah senantiasa meneguhkan ukhuwah di antara kita.
6. Rekan seperjuangan fakultas tarbiyah angkatan 2007.
7. Almamaterku tercinta, IAIN Walisongo Semarang.
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat,
karunia dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Profesionalitas Mengajar
Guru Di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang pada Program Sarjana 1 Jurusan
Kependidikan Islam IAIN Walisongo Semarang.
Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Saw, yang telah membawa umat dari alam kegelapan menuju alam
yang penuh dengan nur Islam.
Penulis yakin bahwa skripsi tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa
rahmat Allah Swt., serta bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung, baik secara material maupun spiritual. Oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
2. Bapak Dr. Mustofa Rahman, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Kependidikan
Islam
3. Bapak Fatkurroji, M.Pd sebagai pembimbing I (Bidang Materi) dan Bapak
Drs. Wahyudi, M.Pd sebagai pembimbing II (Bidang Metodologi).
4. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
5. Bapak Kepala sekolah dan Ibu Ari selaku waka sekolah bagian kepegawaian
di SDIT Cahaya Bangsa.
6. Semua pihak dan seluruh rekan seperjuangan KI 2007 dan teman-teman
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo angkatan 2007, atas segala bantuan yang
telah diberikan kepada penulis.
7. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang secara
tidak langsung turut membantu penyusunan skripsi ini.
x
Kepada mereka semua, penulis ucapkan “jazakumullah khairan katsiran“.
Semoga amal baiknya di terima dan di lipat gandakan oleh Allah SWT. Jauh dari
pada itu penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini kurang mendekati
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan sumbangsih dari pembaca
berupa kritik dan saran yang membangun guna bisa tercapainya penyusunan karya
lain di kemudian hari. Dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis dan pembaca. Amin
Semarang,22 Desember 2011
Penulis,
Dewi Istiana
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. ii
PENGESAHAN ...................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ........................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................. vi
MOTTO .................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN .................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................. ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 5
BAB II : LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka ...................................................................... 6
B. Kerangka Teoritik ................................................................. 7
1. Profesionalitas Mengajar Guru ........................................ 7
2. Kepemimpinan Kepala Sekolah ...................................... 17
C. Rumusan Hipotesis ...............................................................
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................... 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 36
C. Populasi dan Sampel ........................................................... 36
D. Variabel dan Indikator Penelitian ......................................... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 38
F. Teknik Analisis Data ........................................................... 41
xii
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SDIT Cahaya Bangsa .............................. 44
B. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas .......................................... 45
C. Deskriptif Data Hasil Penelitian ............................................ 48
D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 60
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 62
B. Saran-Saran ......................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) dengan penuh tanggung jawab
membimbing anak-anak didik menuju kedewasaan.1 Rendahnya kualitas sumber
daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan
dan perkembangan ekonomi nasional Penataan sumber daya manusia perlu
diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang
berkualitas baik pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai
dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.2 Dikatakan lebih lanjut oleh
Mulyasa tentang pentingnya pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas
perlu lebih ditekankan, karena berbagai indikator menunjukkan bahwa pendidikan
yang ada belum mampu menghasilkan sumber daya sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan kebutuhan pembangunan.
Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan
kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh
dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.3
Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan
tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan
efisien.
Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan
menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki
komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala
1Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998, hlm.293 2E, Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS
dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. hlm. 4. 3E, Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, hlm. 25.
2
sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui
program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu kepala
sekolah sebagai pemimpin tertinggi sangat berpengaruh dalam menentukan
kemajuan sekolah harus mempunyai kemampuan administrasi, memiliki komitmen
tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah yang baik harus
dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan
kemampuan tenaga kependidikan. harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan
kemampuan serta ketrampilan-ketrampilan untuk memimpin sebuah lembaga
pendidikan.4 Dalam Al- Qur’an surat As-Syu’ara ayat 215 Allah berfirman5:
ôÙÏ�÷z$#uρ y7 yn$uΖy_ Ç yϑÏ9 y7 yèt7̈?$# z ÏΒ š ÏΖÏΒ÷σßϑø9 $# ∩⊄⊇∈∪
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman”.
Sebagai pemimpin formal, kepala sekolah bertanggung jawab atas
tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya menggerakkan para bawahan ke arah
pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Tipe kepala sekolah yang baik adalah kepala sekolah yang mempunyai sifat
dan perilaku kepemimpinan yang baik sehingga mampu menciptakan iklim sekolah
yang baik dan memberikan kepuasan kerja yang tinggi bagi para guru atau
bawahannya. Kepala Sekolah dalam perannya sebagai seorang pemimpin harus
mampu mengarahkan orang lain untuk melakukan tug as-tugas yang diinginkannya
dan menciptakan profesionalitas para guru dalam bekerja.
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar,
yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial
di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di
bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya
4 Nizar Rizky, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pendidikan, http://amore-
course.blogspot.com/2011/12/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.html 5 Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya,( Semarang: CV Al-Waah, 1995) hlm 377.
3
sebagai tenaga professional.6 Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai peran
yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan,
dalam arti guru harus selalu menciptakan suasana yang kondusif dalam lingkungan
pendidikan dan menjalankan tugasnya di dalam kelas dengan semaksimal mungkin
demi tercapainya tujuan pendidikan. Guru memiliki peranan yang sangat sentral,
baik sebagai perencana, pelaksana, maupun evaluator pembelajaran.7
Guru dalam pandangan masyarakat modern, dipandang sebagai sosok yang
memiliki kecakapan keilmuan yang terlatih atau ahli dan dapat melakukan transfer
keilmuan kepada orang lain. Guru tak ubahnya sebagai penjual jasa yang dibayar
oleh negara atau satuan pendidikan tempat guru mengabdikan diri. Asumsi yang
menempatkan guru sebagai tenaga pengajar, melakukan transfer keilmuan belaka.
Sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini
guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan,
tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai
pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.8
Tenaga pendidik mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan
pengetahuan, ketrampilan, dan karakter peserta didik, karena itu tenaga pendidik
yang profesional akan melaksanakan tugasnya secara profesional sehingga
menghasilkan siswa yang lebih bermutu. Untuk meningkatkan profesionalitas
mengajar guru, banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah
kepemimpinan kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan orang yang
berperan penting dalam mengatur aktivitas proses belajar mengajar dan kepala
sekolah juga bertanggung jawab langsung terhadap pelaksanaan segala jenis dan
bentuk peraturan atau tata tertib yang harus dilaksanakan baik oleh guru maupun
siswa. SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang adalah termasuk SD yang terbilang
6 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005, hlm. 125 7A.M Effendi, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Profesionalisme Guru Dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010, http://smart-feel.blogspot.com/2011/01/profesionalisme-guru-dalam-mengajar.html
8Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 125.
4
baru, karena SD tersebut baru berdiri 6 tahun, meskipun SD tersebut terbilang baru,
akreditasi yang diraih pun baik, Oleh karena itu bagaimana cara kepala sekolah
dalam berinteraksi dengan bawahan sangat mempengaruhi akan berhasil atau
tidaknya sekolah yang dipimpinnya, serta turut mempengaruhi profesionalitas
mengajar guru dalam proses belajar mengajar. Kepala sekolah juga memegang
peranan penting karena kepala sekolah bertanggung jawab penuh untuk mengelola
dan memberdayakan guru-guru agar terus meningkatkan kemampuan kerjanya.
Untuk keperluan tersebut, penulis melakukan penelitian mengenai: “Hubungan
Kepemimpinan kepala sekolah dengan Profesionalitas mengajar guru di SD IT
Cahaya Bangsa Mijen Semarang”.
B. Rumusan Masalah
Dari judul penelitian yang penulis kemukakan diatas, terdapat permasalahan
yang penulis rumuskan yaitu:
1. Adakah hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas
mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa?
2. Seberapa besar hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas
mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan skripsi ini adalah
1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan
profesionalitas mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa
2. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan kepemimpinan kepala sekolah
dengan profesionalitas mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa
5
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritik
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan kepemimpinan
kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa Mijen
Semarang dan seberapa besar hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan
profesionalitas mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa Mijen Semarang.
2. Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini dapat memberikan deskripsi atau gambaran
tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SD
IT Cahaya Bangsa Mijen Semarang.
6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menjelaskan isi skripsi dengan
menyampaikan beberapa kajian pustaka yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini.
Skripsi karya Aliyati Janah 3105111, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang 2009 dengan judul Pengaruh persepsi guru tentang supervisi kepala
madrasah terhadap profesionalisme guru di MA Salafiyah Simbangkulon Buaran
Pekalongan Tahun 2009/2010,9 dengan hasil studinya memaparkan bagaimana
persepsi guru tentang pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan
bagaimana pengaruhnya terhadap profesionalisme guru MA Salafiyah. Dalam skripsi
Aliyati Janah ini menyinggung arti pentingnya persepsi guru dalam tugas supervisi
kepala sekolah terhadap profesionalisme guru, maka tidak ada kesamaan dengan
pembahasan hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas
mengajar guru.
Skripsi karya Aini Maghfiroh 3105269 yang berjudul Peran kepala sekolah
sebagai supervisor dalam peningkatan mutu guru PAI di SMP Nasima Semarang.10
Skripsi tersebut menjelaskan tentang pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh
kepala sekolah dan problematika yang dialami oleh kepala sekolah sebagai
supervisor untuk meningkatkan mutu guru. Dalam skripsi ini hanya menunjukkan
peran kepala sekolah sebagai supervisor yang memegang kunci bagi perbaikan dan
kualitas guru. Akan tetapi dalam pembahasannya tidak ditemukan tentang hubungan
kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru.
Skripsi Nur Hidayah 3102021, IAIN Walisongo Semarang tahun 2007,
dengan skripsinya yang berjudul Kepemimpinan Kepala Sekolah Profesional Dalam
9Aliyati Janah, Pengaruh persepsi guru tentang supervisi kepala madrasah terhadap
profesionalisme guru di MA Salafiyah Simbangkulon Buaran Pekalongan Tahun 2009/2010, (Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009)
10Aini Maghfiroh, Peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam peningkatan mutu guru PAI di SMP Nasima Semarang. (Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009)
7
Mencapai Visi dan Misi Pendidikan di SDI. Hj. Isriati Semarang.11 Telah
memberikan pandangan yang positif bagi para kepala sekolah secara umum untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara utuh. Dalam skripsi ini memang
dijelaskan tentang kepemimpinan, akan tetapi dalam skripsi ini tidak ada kesamaan
dengan hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar
guru.
Dari beberapa referensi yang telah disebutkan dan dijelaskan diatas, Skripsi
karya Aliyati Janah mementingkan persepsi guru dalam tugas supervisi kepala
sekolah terhadap profesionalisme guru. Dan skripsi karya Aini Maghfiroh fokus pada
peran kepala sekolah sedangkan pada skripsi karya Nur Hidayah memang dijelaskan
tentang kepemimpinan akan tetapi yang menjadi fokus penelitiannya adalah
kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan visi dan misi sekolah. Dari
penjelasan tersebut jelas terlihat adanya perbedaan antara karya-karya ilmiah tersebut
dengan tema penelitian yang hendak penulis bahas, selain itu penulis belum
menemukan pembahasan khusus tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan
profesionalitas mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa Mijen Semarang.
B. Kerangka Teoritik
Untuk memudahkan pemahaman judul skripsi ini terlebih dahulu akan penulis
uraikan mengenai istilah-istilah dan pengertian dari judul yang dimaksud.
Hal ini penulis lakukan agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam menafsirkan
apa yang tertera pada judul tersebut. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan
antara lain sebagai berikut:
1. Profesionalitas Mengajar Guru
a. Pengertian Profesionalitas Mengajar Guru
Profesi menurut bahasa adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb). Sedangkan profesionalitas
11Nur Hidayah, Kepemimpinan Kepala Sekolah Profesional Dalam Mencapai Visi dan Misi
Pendidikan di SDI. Hj. Isriati Semarang, (Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009)
8
yang berarti kemampuan untuk bertindak secara professional.12 Membicarakan
profesionalitas maka cakupannya ada dua, yakni cakap dalam melakukan
pekerjaan dan jujur dalam menjalaninya.13
Hal penting yang harus diperhatikan dalam profesionalisme staf pengajar
(guru) adalah diusahakan agar guru bangga akan profesinya sebagai pengajar.
Walaupun kadang-kadang pekerjaan ini tidak mendapat penghargaan
sebagaimana mestinya. Masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa
mengajar itu dapat dilakukan oleh siapa saja. Anggapan ini bisa saja benar, akan
tetapi mengajar yang bagaimana yang guru lakukan, sejauh mana guru
mengindahkan kompetensi yang ingin dicapai, bagaimana guru mendorong
siswanya untuk belajar atau sekadar berdiri di depan kelas dan membicarakan
sesuatu. Berbagai hal seperti tersebut yang sebaiknya dipahami oleh pengajar,
sehingga diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tujuan
institusi.
Sedangkan pengertian mengajar adalah :
1) Mengajar adalah menyuruh anak menghafal.
2) Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan.
3) Mengajar adalah menggunakan satu metode mengajar tertentu.14
Pengertian mengajar dalam arti luas yaitu :
1) Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak. Pada definisi ini
tujuan mengajar ialah penguasaan pengetahuan oleh anak. Anak dianggap
pasif. Pengajaran bersifat teacher centered, karena gurulah yang memegang
peranan utama. Sering ilmu pengetahuan kebanyakan diambil dari buku
pelajaran yang tidak dihubungkan dengan realitas dalam kehidupan sehari-
hari. Pengajaran serupa ini disebut intelektualitas sebab menekankan dari segi
pengetahuan.
12Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005). hlm. 897.
13 Bagus H, Guru Bermoral Profesional, (Yogyakarta: Kreasi Wacana Offiset, 2006). hlm.52. 14 A.M Effendi, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Profesionalisme Guru Dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010, http://smart-feel.blogspot.com/2011/01/profesionalisme-guru-dalam-mengajar. html
9
2) Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan pada anak. Menyampaikan
kebudayaan pada anak berarti mengenalkan kebudayaan bangsanya dan
kebudayaan dunia. Bukan saja hanya mengenalkan akan tetapi ada pula yang
mengharapkan agar anak-anak tidak hanya menguasai kebudayaan yang ada,
tetapi agar mereka juga turut membantu memperkaya kebudayaan itu dengan
menciptakan kebudayaan baru menurut zaman yang senantiasa berubah itu.
3) Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses
belajar mengajar. Dalam hal ini mengajar itu suatu usaha dari pihak guru,
yakni mengatur lingkungan, sehingga terbentuklah suatu suasana yang
sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar, yang belajar adalah anak itu sendiri
berkat kegiatannya sendiri, guru hanya dapat membimbing anak. Oleh karena
itu dimanfaatkannya segala faktor dalam lingkungan, termasuk dirinya, buku-
buku, alat peraga lingkungan, sumber lain dan sebagainya. Dalam hal ini
pengajaran lebih bersifat pupil centered, guru berperan sebagai .manager of
learning. 15
Dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat tahapan sebelum memulai
tugas pengajaran. Adapun tahapan tersebut terdiri dari 3 tahap yaitu :
1) Tahap persiapan atau perencanaan.
Moh. Uzer Usman mengatakan bahwa komponen yang penting
dalam penyusunan program pengajaran adalah sebagai berikut :
a) Penguasaan materi pelajaran
b) Analisis materi pelajaran
c) Program satuan pelajaran
d) Rencana pengajaran16
15A.M Effendi, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Profesionalisme Guru Dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010, http://smart-feel.blogspot.com/2011/01/profesionalisme-guru-dalam-mengajar. html
16Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2010). Cet.9 .hlm.50.
10
Guru diharapkan mampu membuat persiapan mengajar secara teratur
dan tertulis di samping penguasaan bahan yang di perlukan, dan persiapan
yang telah dibuat sebaiknya dikaji kembali sebelum dilaksanakan di depan
kelas, jika ada hal-hal yang perlu direvisi atau disempurnakan.
2) Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini berlangsung pada saat guru memimpin
kegiatan belajar mengajar. Pada tahap ini guru harus senantiasa
mengupayakan dan menjaga agar siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan
belajar mengajar.
Agar kegiatan proses belajar mengajar berjalan dengan baik maka
guru harus menguasai bahan pengajaran yang akan diberikan, memilih
metode yang tepat, menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang
menunjang, mengetahui sistematika bahan yang akan diberikan serta
mengatur tugas siswa.
3) Tahap penilaian atau evaluasi
Pada tahap ini guru melakukan penilaian terhadap kegiatan belajar
mengajar yang baru saja berlangsung. Penilaian tersebut ada yang berkaitan
dengan materi dan juga proses bagaimana murid memperoleh materi
tersebut.
Untuk mengetahui apakah materi yang diberikan dipahami atau tidak,
dapat dilakukan dengan jalan membuat rangkuman inti pelajaran yang
dilakukan murid. Sedangkan untuk menilai terhadap proses bagaimana murid
memahami bahan pelajaran yang diberikan, dapat dilakukan dengan jalan
memberikan soal-soal yang berkaitan dengan pelajaran yang telah
berlangsung.
Berdasarkan definisi mengajar di atas, dapat disimpulkan bahwa
mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses mengatur, mengorganisasikan
lingkungan yang ada disekitarnya sehingga siswa dapat menumbuhkan dan
mendorong siswa melakukan proses belajar mengajar. Serta adanya proses
memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam melakukan belajar
mengajar.
11
Secara umum, mengajar yang baik itu memerlukan keterampilan
dasar untuk mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan bidang ilmu
masing-masing. Menurut Office of Educational Research and Improvement
(1991), untuk mendapatkan status profesional memerlukan ilmu sebagai
ukuran atau standar. Pelaksanaan kegiatan itulah yang akan dipakai sebagai
ukuran untuk menilai cara mengajar seseorang yang selanjutnya akan diukur
dan dijadikan tolok ukur atau standar dalam penilaian profesi mengajar.
Rumusan dari tolok ukur ini akan diperlukan untuk menilai bagaimana
pengajar itu memenuhi pemahaman ilmu dasar dan untuk menilai bagaimana
pengajar itu memenuhi pemahaman ilmu dasar dan untuk pemberian
sertifikat kepada guru yang telah memenuhi standar tersebut.
The National Board for professional Teaching Standards (1998)
mengidentifikasi dan menemukan bahwa pengajar yang efektif akan
mendorong siswanya untuk belajar dan memperlihatkan sebagai seorang
individu yang memahami ilmu pengetahuan tentang mengajar yang
mendalam, terampil, berkemampuan, dan menjalankan semua tugasnya
sebagai pengajar dengan baik diperlihatkan dalam lima usulan, sebagai
berikut:
a) Guru yang berhasil adalah guru yang dapat menyampaikan keahliannya
untuk semua siswanya. Guru akan memperlakukan siswanya sama,
namun mengetahui perbedaan siswanya satu dengan yang lain, sehingga
dapat memperlakukan siswanya sama berdasarkan perbedaan yang telah
diketahuinya. Guru akan menyesuaikan kegiatannya berdasarkan
observasi serta tentang pengetahuannya akan minat, kecakapan,
kemampuan, keterampilan, ilmu pengetahuan, lingkungan keluarga serta
hubungan satu sama lainnya di antara sesama siswa. Guru yang berhasil
akan memahami bagaimana siswanya berkembang dan belajar. Dia akan
mempergunakan teori kognisi dan intelegensi dalam kegiatan
pembelajarannya. Guru sadar bahwa siswanya akan berperilaku sesuai
dengan konteks yang dipengaruhi budaya. Guru akan mengembangkan
kemampuan kognitif dan menghormati cara siswanya belajar. Salah satu
12
hal yang sangat penting adalah mendorong self-esteem, motivasi,
karakteristik, bertanggung jawab terhadap masyarakat, respek terhadap
perbedaan individu, budaya, kepercayaan, dan ras dari siswanya.
b) Guru yang berhasil sangat memahami bidang ilmu keahlian yang akan
diajarkannya dan menghargai bagaimana pengetahuan tersebut diciptakan,
diorganisasikan, dihubungkan dengan ilmu pengetahuan lainnya serta
diterapkan dalam dunia nyata. Dengan tidak melupakan kebijaksanaan
dari budaya dan disiplin ilmu, serta mengembangkan kemampuan dari
siswanya. Guru yang berhasil akan mengetahui bagaimana cara
menyampaikan ilmu keahliannya kepada siswa, guru akan tahu mana
yang sulit diterima oleh siswa sehingga akan menyampaikannya dengan
cara yang dapat diterima. cara guru mengajar akan memungkinkan bahan
ajar diterima siswa dengan baik karena mempunyai strategi mengajar
yang telah dikembangkannya sesuai kebutuhan siswa yang bervariasi
untuk memecahkan masalah yang sesuai dengan kemampuan siswa.
c) Guru yang berhasil akan menciptakan, memperkaya, memelihara, dan
menyesuaikan cara mengajarnya untuk menarik dan memelihara minat
siswa dalam mempergunakan waktu mengajar, sehingga mengajarnya
efektif. Guru juga memberikan pertolongan dalam proses belajar dan
mengajar kepada siswa dan teman sejawatnya. Guru yang profesional
akan tahu cara mana yang tepat yang dapat dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan. Guru juga akan tahu bagaimana mengatur siswa agar dapat
mencapai kompetensi yang diinginkan serta mampu mengarahkan siswa
untuk sampai pada lingkungan belajar yang menyenangkan. Guru yang
profesional harus memahami bagaimana memotivasi siswa termasuk tahu
bagaimana cara mengatasi apabila siswa mengalami kegagalan. Guru juga
harus mampu memahami kemajuan siswa dalam belajar baik perorangan
ataupun kelompok dalam kelasnya, memahami berbagai cara evaluasi
untuk mengetahui perkembangan siswa serta bagaimana
mengkomunikasikan keberhasilan atau kegagalan siswa.
13
d) Guru adalah model dari hasil pendidikan yang akan dijadikan contoh oleh
siswanya, baik keberhasilan dari ilmu pengetahuannya ataupun cara
mengajarnya. Seperti, keingintahuannya, kejujurannya, keramahannya,
keterbukaannya, mau berkorban dalam mengembangkan siswa. Guru juga
harus mampu memanfaatkan ilmu tentang perkembangan individu,
keahlian dalam bidang ilmu dan mengajarnya. Untuk keberhasilan proses
mengajar, guru yang profesional akan selalu memikirkan dan
mengembangkan keberhasilan cara mengajarnya serta selalu
menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan teori, ide,
atau pun realita.
e) Guru yang profesional akan mengkontribusikan serta bekerja sama
dengan teman sejawatnya tentang seluruh kegiatan yang berkaitan dengan
proses belajar mengajar, seperti: pengembangan kurikulum,
pengembangan staf lainnya selain pengajar ataupun kebijakan lainnya dari
seluruh institusi pendidikan. Guru yang baik selalu mendapatkan cara
yang terbaik dalam berhubungan dengan teman sejawatnya untuk
meningkatkan produktivitas hasil pendidikan secara menyeluruh.
Dari kelima aspek tersebut kemudian dikembangkan untuk dirumuskan
tentang sesuatu yang sebaiknya dilaksanakan oleh guru yang dapat dikategorikan
profesional untuk kemudian disusun sebuah tolok ukur (standar), yakni
kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan, memiliki
pengetahuan spesialisasi, memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan
langsung oleh orang lain atau klien, memiliki teknik kerja yang dapat
dikomunikasikan atau communicable, memiliki kapasitas mengorganisasikan
kerja secara mandiri atau self-organization, mementingkan kepentingan orang
lain (altruism), memiliki kode etik, memiliki sanksi dan tanggung jawab
komunitas, mempunyai sistem upah, dan budaya professional.17
17A.M Effendi, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Profesionalisme Guru Dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010, http://smart-feel.blogspot.com/2011/01/profesionalisme-guru-dalam-mengajar. html
14
Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, terdapat Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang-undang
Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) tentang guru dan dosen yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran18.
Sehubungan fungsinya sebagai “pengajar, pendidik, dan pembimbing”,
maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Adams dan Decey dalam Uzer Usman peranan guru antara
lain; guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan,
partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan konselor. Yang akan
dikemukakan disini adalah peranan yang dianggap paling dominan dan
diklasifikasikan sebagai berikut19:
1) Guru Sebagai Demonstrator
Guru hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan
kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat
menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Sebagai pengajar ia pun
harus membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima,
memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya
mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai
kesempatan. Sehingga guru akan dapat memainkan perannya sebagai
pengajar yang baik bila ia menguasai dan mampu melaksanakan ketrampilan-
ketrampilan mengajar.
2) Guru Sebagai Pengelola Kelas
Dalam perannya guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai
lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu
diorganisasikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan dan
menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan
mengajar agar mencapai hasil yang baik.
18 Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005. pasal 20 tentang Guru dan Dosen 19 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. hlm,. 10-11
15
Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan
siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi
yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk
memperoleh hasil yang diharapkan.
3) Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan
merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat
diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi
berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Dalam hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh
guru, yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik,
mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan positif
dengan para siswa. Sedangkan guru sebagai fasilitator hendaknya mampu
mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang
pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara
sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.
4) Guru Sebagai Evaluator
Dalam kegiatan proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi
seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan materi
yang diajarkan sudah cukup tepat. Jadi, jelaslah bahwa guru hendaknya
mampu dan terampil melaksanakan penilaian karena, dengan penilaian guru
dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan
proses belajar mengajar. Melalui evaluasi ini ada umpan balik terhadap proses
belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya sehingga
mencapai hasil yang optimal.
16
b. Tugas Guru
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar
dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokkan terdapat tiga jenis
tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi tugas kemanusiaan, dan tugas
dalam bidang kemasyarakatan.
Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang diluar bidang kependidikan walaupun kenyataannya masih
dilakukan orang di luar kependidikan. Itulah sebabnya jenis profesi ini paling
mudah terkena pencemaran.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar
berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada
siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan
dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia
menjadi idola para siswanya. Pelajaran apa pun yang diberikan, hendaknya dapat
menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam
penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak
akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya. Para
siswa akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Pelajaran tidak dapat
diserap sehingga setiap lapisan masyarakat (homoludens, homopuber, dan
homosapiens) dapat mengerti bila menghadapi guru.
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di
lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat
memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban
mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang
berdasarkan Pancasila.
Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan guru
pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran yang
17
penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan
guru merupakan faktor condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh
komponen mana pun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih-lebih pada era
kontemporer ini.
Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu
bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup
bangsa di tengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang kian
canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi
nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik
untuk dapat mengadaptasikan diri. 20
2. Kepemimpinan Kepala Sekolah
a. Definisi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Suatu kenyataan kehidupan organisasional bahwa pemimpin suatu
organisasi memainkan peranan yang amat penting, dan sangat menentukan
dalam usaha pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Seorang pemimpin baik individu maupun sebagai suatu kelompok tidak
mungkin dapat bekerja dengan sendiri. Pimpinan membutuhkan kelompok orang
lain yang disebut bawahan yang digerakkan sedemikian rupa sehingga para
bawahan itu memberikan pengabdian dan sumbangsihnya kepada organisasi.
Pengabdian tersebut dapat direalisasikan dengan cara bekerja yang efisien,
efektif, dan produktif.
Menurut Kamus Bahasa Inggris kepemimpinan diambil dari kata lead
yang berarti memimpin, sedangkan leader adalah seorang pemimpin dan
leadership adalah kepemimpinan.21
Ngalim Poerwanto mengutip beberapa definisi kepemimpinan dari
Prajudi Atmosudirdjo sebagai berikut :
1) Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian seseorang yang
mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk
20 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. Hlm 6-8 21 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia), h.351.
18
mencontohkannya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu
pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan atau wibawa, yang demikian rupa
sehingga membuat sekelompok orang mau melakukan apa yang
dikehendakinya.
2) Kepemimpinan adalah suatu seni (art), kesanggupan (ability) atau teknik
(technique) untuk membuat sekelompok orang bawahan dalam organisasi
formal atau para pengikut atau simpatisan dalam organisasi informal
mengikuti atau mentaati segala apa yang dikehendakinya, membuat mereka
begitu antusias atau bersemangat untuk mengikutinya atau bahkan berkorban
untuknya.
3) Kepemimpinan dapat dipandang sebagai suatu bentuk persuasi suatu seni
pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui .human relation.
dan motivasi yang tepat, sehingga mereka tanpa adanya rasa takut mau
bekerjasama dan membanting tulang untuk memahami dan mencapai segala
apa yang menjadi tujuan organisasi.22
Hoy dan Miskel mengutip beberapa definisi dari beberapa sumber:
1) Kepemimpinan adalah kekuatan (power) yang didasarkan atas tabiat/watak
seseorang yang memiliki kekuasaan lebih, biasanya bersifat normatif.
2) Kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur baru untuk
mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi untuk mengubah tujuan-tujuan
dan sasaran organisasi.
3) Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan suatu
kelompok yang diorganisasi menuju kepada penentuan dan pencapai tujuan.23
Menurut Isjoni, kepemimpinan merupakan aktivitas orang-orang, yang
terjadi diantara orang-orang, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk orang-
orang sehingga kepemimpinan melibatkan pengikut (followers). Proses
kepemimpinan juga melibatkan keinginan dan niat, keterlibatan yang aktif antara
pemimpin dan pengikut untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama.
22 Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2003),
Cet.XII, h. 25-26. 23 Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm.. 26-27.
19
Dengan demikian, baik pemimpin ataupun pengikut mengambil tanggung jawab
pribadi (personal responbility) untuk mencapai tujuan bersama tersebut. 24
Ada banyak definisi tentang kepemimpinan. Tetapi pada dasarnya
kepemimpinan berarti mempengaruhi orang lain. Sebagian besar perspektif
leadership memandang pemimpin sebagai sumber pengaruh. Pemimpin dalam
memimpin pada dasarnya mempengaruhi dan para pengikut mengikuti sebagai
pihak yang dipengaruhi. Pada dasarnya pula kepemimpinan mengacu pada suatu
proses untuk menggerakkan sekelompok orang menuju ke suatu yang telah
ditetapkan/disepakati bersama dengan mendorong atau memotivasi mereka
untuk bertindak dengan cara yang tidak memaksa. Dengan kemampuannya
seorang pemimpin yang baik mampu menggerakkan orang-orang menuju tujuan
jangka panjang dan benar-benar merupakan upaya memenuhi kepentingan
mereka yang terbaik juga.
Selain itu kepemimpinan juga merupakan suatu kemampuan untuk
menjalankan pekerjaan melalui orang lain dengan mendapatkan kepercayaan dan
kerja sama. Hampir semua aspek pekerjaan dipengaruhi dan tergantung pada
kepemimpinan.
Dari beberapa teori yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah sifat-sifat kepribadian seseorang termasuk didalamnya
kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang
dipimpinnya agar mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya dengan rela, penuh semangat serta tidak merasa terpaksa. Suatu
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi, membimbing,
mengarahkan serta mengelola baik individu maupun kelompok dengan segala
ilmu yang ada agar mereka mau berbuat sesuatu demi tercapainya suatu tujuan
bersama.
Sedangkan kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang
direkrut sekolah untuk mengelola segala kegiatan di sekolah sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan. Secara teoritis istilah “kepala” mempunyai
24 Isjoni, Manajemen Kepemimpinan dalam Pendidikan, (Bandung:Sinar Baru Algensindo,
2007 ), hlm 20
20
pengertian yang tidak sama dengan “pemimpin”, namun dalam prakteknya
keduanya dipahami dalam makna yang identik. Sebagaimana kita ketahui bahwa
kepala lebih menonjol faktor kekuasaannya, sedangkan pemimpin lebih
menonjol kewibawaanya.
b. Karakteristik Kepemimpinan Kepala Sekolah Profesional
Kepala sekolah merupakan profil sentral sebagai pemimpin dalam dunia
pendidikan. Kepala sekolah tidak hanya sekedar sebagai kepala sekolah yang
selalu berhak menonjolkan kekuasaannya saja, akan tetapi lebih diutamakan
fungsinya sebagai pemimpin. Lembaga pendidikan senantiasa mendambakan
profil pemimpin yang ideal dan dapat dijadikan contoh bagi kelompok yang
dipimpinnya, dikarenakan dunia yang dipimpin adalah pendidikan. Maka kepala
sekolah harus mampu menjadi contoh bagi para tenaga kependidikan yang ada di
sekolahnya.
Disamping itu, kepala sekolah juga berperan penting dalam meningkatkan
prestasi siswa. Berkenaan dengan hal ini kepala sekolah harus mampu menjadi
pemimpin yang dapat memberi contoh dalam memotivasi peserta didik untuk
meningkatkan rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan.
Berdasarkan uraian singkat di atas, maka dapat dijelaskan karakteristik
kepala sekolah profesional, antara lain adalah sebagai berikut:
1) Sabar dan penuh pengertian.
2) Mampu menjadi tauladan.
3) Mampu menjadi pendorong/motivator.
4) Menguasai visi.
5) Mempunyai komitmen yang jelas pada proses peningkatan kualitas.
6) Mengkomunikasikan pesan yang berkaitan dengan kualitas.
7) Menjamin kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan dan kebijakan
lembaga/sekolah.
8) Meyakinkan terhadap para pelanggan (peserta didik, orang tua, dan
masyarakat), bahwa terdapat “channel” cocok untuk menyampaikan harapan
dan keinginannya.
9) Pemimpin mendukung pengembangan tenaga kependidikan.
21
10) Tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul tanpa dilandasi
bukti yang kuat.
11) Pemimpin melakukan inovasi terhadap sekolah
12) Menjamin struktur organisasi yang menggambarkan tanggung jawab yang
jelas.
13) Mengembangkan komitmen untuk mencoba menghilangkan setiap
penghalang, baik yang bersifat organisasional maupun budaya.
14) Membangun tim kerja yang efektif.
15) Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring dan
evaluasi. 25
c. Kepala Sekolah sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, membuka
komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Kepribadian kepala sekolah
sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat jujur, percaya diri, tanggung
jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi stabil dan
mampu menjadi teladan. 26
Kepala sekolah sebagai leader harus mempunyai visi, karena visi
merupakan sebagai segala sesuatu yang ingin dicapai secara ideal dari seluruh
yang ingin dicapai secara ideal dari seluruh aktivitas. Visi juga dapat diartikan
sebagai gambaran mental tentang sesuatu yang ingin dicapai di masa depan. Visi
adalah wawasan ke depan yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu.
Dalam implementasinya, kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis
dari tiga sifat kepemimpinannya yakni demokratis, otokratik, dan laissez faire.
Ketiga sifat tersebut sering dimiliki secara bersamaan oleh seorang leader,
sehingga dalam melaksanakan kepemimpinannya, sifat-sifat tersebut muncul
secara situasional. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai leader mungkin
bersifat demokratis dan laissez faire.
25 E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah.hlm. 86. 26 E, Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah. hlm 87.
22
Berikut ini akan dikemukakan satu persatu gaya-gaya kepemimpinan
tersebut di atas:
1) Gaya Kepemimpinan Otokratis
Secara etimologis, otoriter berarti berkuasa sendiri, sewenang-
wenang. Sedangkan secara terminologis kepemimpinan otoriter adalah
.menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau sekelompok kecil orang
yang diantara mereka tetap ada seorang yang ber kuasa. 27
Dalam kepemimpinan yang otokratis, pemimpin bertindak sebagai
diktator terhadap anggota kelompoknya. Baginya pemimpin adalah
menggerakkan dan memaksa seseorang. Kekuasaan pemimpin yang otokrasi
hanya dibatasi oleh undangundang. Penafsirannya sebagai pemimpin tidak
lain adalah menunjukkan dan memberi perintah. Kewajiban bawahan
hanyalah mengikuti dan menjalankannya, tidak boleh membantah ataupun
mengajukan saran.28
Pemimpin yang otokrasi tidak menghendaki rapat-rapat atau
musyawarah. Berkumpul atau rapat berarti untuk menyampaikan instruksi-
instruksi. Setiap perbedaan pendapat di antara anggota-anggota kelompok
diartikan sebagai kepicikan, pembangkangan atau pelanggaran disiplin
terhadap perintah atau instruksi yang telah ditetapkannya.29
Dalam tindakan dan perbuatannya ia tidak dapat di ganggu gugat.
Kekuasaan yang berlebihan ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa
kritik, sikap asal bapak senang atau sikap sumuhan dawuh terhadap
pemimpin dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika
tidak ada pengawasan langsung. Dominasi yang berlebihan ini akan
menimbulkan sifat apatis, sifat agresif pada anggota kelompok terhadap
pemimpinnya.
27Nizar Rizky, Kepemimpinan Kepala Sekola Dalam Pendidikan, http://amore-
course.blogspot.com/2011/12/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.html 28 Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm. 48. 29 Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm.48-49.
23
Beberapa pemimpin otoriter dinilai sebagai benevolent autocrats
(pseudo democratic). Meskipun mereka nampaknya mendengarkan saran-
saran/pendapat-pendapat para anggota kelompok sebelum keputusan dicapai,
toh pada akhirnya keputusan yang diambil adalah atas dasar pendapat
mereka sendiri. Mereka barangkali mempunyai keinginan untuk
mendengarkan dan mempertimbangkan ide-ide bawahan, namun manakala
suatu keputusan dibuat, mungkin lebih otoriter dari pada sebelumnya.30
Seorang pemimpin yang otoriter bersifat ingin berkuasa, sehingga
suasana di sekolah selalu tegang. Pemimpin sama sekali tidak memberi
kebebasan kepada anggota kelompok untuk turut ambil bagian dalam
memutuskan suatu persoalan. Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi,
sehingga tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat mereka.
Kepala sekolah bebas membuat suatu peraturan sendiri dan peraturan
tersebut harus ditaati dan diikuti oleh anggota.
Salah satu contoh, kepala sekolah yang kurang mau mendengarkan
atau mengindahkan pendapat-pendapat, ide-ide dan saran-saran yang kreatif
dari guru-guru atau staf sekolah yang dipimpinnya. Dalam rapat-rapat
sekolah maka kepala sekolah tersebut hanya memajukan dan melaksanakan
ide-ide dan keinginannya sendiri saja untuk diterima dan dijadikan rapat.
Kepemimpinan otoriter menimbulkan suasana kaku, tegang,
mencekam, menakutkan sehingga dapat berakibat lebih lanjut timbulnya
ketidakpuasan. Kepemimpinan otoriter juga memberikan keuntungan antara
lain: disiplin dapat dikontrol dengan baik, semua pekerjaan dapat
berlangsung secara tertib dan teratur, cepat serta tegas dalam membuat
keputusan dan tindakan sehingga untuk sementara produktifitas dapat naik.
Adapun ciri seorang pemimpin yang otokratis adalah :
a) Menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi
b) Mengidentifikasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
c) Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata
30 Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm.100.
24
d) Tidak mau menerima pendapat, saran, dan kritik
e) Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya
f) Cara menggerakkan bawahan dengan pendekatan paksaan dan bersifat
mencari kesalahan/menghukum.31
2) Kepemimpinan Laissez Faire
Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan tipe kepemimpinan
otoriter. Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh
pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan
kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing. Semua
kebijaksanaan, metode dan sebagainya menjadi hak sepenuhnya dari orang
yang dipimpin, seluruh kegiatan tersebut berlangsung tanpa dorongan,
bimbingan dan pengaruh dari pimpinan.
Pimpinan dalam gaya situasi ini berpendapat bahwa tugasnya adalah
menjaga dan menjamin kebebasan tersebut serta menyediakan segala
kebutuhan dan fasilitas yang dibutuhkan organisasi. Dalam kepemimpinan
seperti ini setiap terjadi kekeliruan atau kesalahan maka pimpinan selalu
berlepas tangan karena merasa tidak ikut serta menetapkan keputusan dalam
setiap kegiatan.
Suasana kerja seperti ini akan menimbulkan berbagai hal negatif,
antara lain: menimbulkan kekacauan dalam pelaksanaan tugas, karena pejabat
bekerja secara masing-masing, anggota kelompok tidak merasakan ada
kepemimpinan dalam kelompoknya, apabila muncul masalah maka tidak
pernah terpecahkan sampai tuntas dan memuaskan, banyak program atau
pekerjaan tertunda.32
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak
memberikan pimpinan. Tipe ini diartikan sebagai membiarkan orang-orang
berbuat sekehendaknya. Pemimpin yang termasuk tipe ini sama sekali tidak
memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggotanya. Pembagian
31 Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm. 50-51. 32 Nizar Rizky, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pendidikan, http://amore-
course.blogspot.com/2011/12/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.html
25
tugas dan kerja sama diserahkan kepada anggota kelompok, tanpa petunjuk
atau saran dari pimpinan.
Dengan demikian mudah terjadi kekacauan. Tingkat keberhasilan
organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya seperti ini semata-mata
disebabkan karena kesadaran dan dedikasi dari beberapa anggota kelompok
bukan karena pengaruh dari pemimpinnya. Di dalam tipe kepemimpinan ini,
biasanya struktur organisasinya tidak jelas dan kabur. Segala kegiatan
dilakukan tanpa rencana yang terarah dan tanpa pengawasan dari pimpinan.
Pemimpin demikian biasanya mempunyai ketergantungan yang besar
pada anggota kelompok untuk menetapkan tujuan-tujuan dan alat-alat/cara
mencapainya. Pemimpin pada gaya ini menganggap bahwa peranan mereka
sebenarnya sebagai orang yang berusaha memberikan kemudahan kerja para
pengikut, umpama dengan jalan menyampaikan informasi kepada orang-
orang yang dipimpinnya, serta sebagai penghubung dengan lingkungan yang
ada di luar kelompok.
Dari uraian tersebut dapat diketahui ciri-ciri dari kepemimpinan
Laissez –Faire sebagai berikut :
a) Tidak yakin pada kemampuan sendiri
b) Tidak berani menetapkan tujuan untuk kelompok
c) Tidak berani menanggung resiko
d) Membatasi komunikasi dan hubungan kelompok
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa inti dari kepemimpinan
laissez faire bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian sebenarnya.
Kendatipun demikian, kepemimpinan laissez faire juga memberikan
keuntungan antara lain para anggota (guru) atau bawahan akan dapat
mengembangkan kemampuan dirinya.
3) Kepemimpinan Demokratis
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya
bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah
anggota kelompoknya. Pemimpin demokratis sering mengajak pengikutnya
dalam mengambil keputusan, konsensus dan pemberdayaan. Hubungan
26
dengan anggota kelompok bukan sebagai majikan terhadap buruhnya
melainkan sebagai saudara tua diantara saudara-saudara teman sekerjanya.
Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggotanya agar
bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan
dan usaha-usahanya, ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan
kelompoknya dan mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan
kelompoknya. Dalam melaksanakan tugasnya ia mau menerima dan
mengharapkan saran dan kritik dari kelompoknya. Juga kritik-kritik yang
membangun dari para anggota yang diterimanya sebagai umpan balik dan
dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya.33
Ia mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan menaruh
kepercayaan pula pada anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan
bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Pemimpin yang demokratis
selalu berusaha memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Ia senantiasa
berusaha membangun semangat anggota-anggota kelompok dalam
menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya. Disamping itu, ia juga
memberi kesempatan bagi timbulnya kecakapan memimpin pada anggota
kelompoknya dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan
tanggung jawabnya.34
Pemimpin gaya demikian mengadakan konsultasi dengan para
bawahannya mengenai tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang
diusulkan/dikehendaki oleh pimpinan, serta berusaha memberikan dorongan
untuk turut serta aktif melaksanakan semua keputusan dan kegiatan-kegiatan
yang telah ditetapkan itu. Tipe kepemimpinan ini dipandang berada pada
sebuah bentuk spektrum yang diurutkan mulai dari orang yang bertindak atas
persetujuan dengan bawahan sampai kepada yang membuat keputusan-
keputusan namun sudah berkonsultasi sebelumnya dengan para anggota
33 Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm. 50. 34 Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm. 50.
27
kelompoknya.35
Dalam tipe kepemimpinan ini seorang pemimpin selalu
mengikutsertakan seluruh anggota kelompoknya dalam mengambil
keputusan, kepala sekolah yang demikian akan selalu menghargai pendapat
atau kreasi anggotanya/guru-gurunya yang ada di bawahnya dalam rangka
membina sekolahnya.
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin lebih mementingkan
kepentingan bersama daripada kepentingan sendiri, sehingga terciptalah
hubungan dan kerjasama yang baik dan harmonis, saling bantu membantu di
dalam melaksanakan tugas sehari-hari sudah barang tentu dengan terciptanya
suasana kerja yang sehat ini baik guru, tata usaha dan kepala sekolah bekerja
dengan kegembiraan dan kesenangan hati untuk memajukan rencana
pendidikan di sekolah.
Kalau di sekolah dilaksanakan kepemimpinan pendidikan yang
bersifat demokratis, maka ini merupakan hasil interaksi kelompok, dimana
setiap orang dipandang memiliki potensi dapat memberikan sumbangan
prosedur kooperatif, yang dimanfaatkan secara luas. Pemimpin-pemimpin
yang mengusahakan perbaikan dalam pengajaran akan selalu mencari jalan
untuk mengembangkan potensi kepemimpinan yang terdapat pada orang lain.
Dalam kepemimpinan demokratis kepala sekolah harus sadar bahwa
kurikulum yang ada perlu dipahami benar-benar oleh guru-guru, sehingga
mereka dapat menjabarkannya secara luas dan dapat mengembangkan secara
kreatif. Dalam hal ini kepala sekolah bersama-sama dengan guru memahami
masalah proses belajar mengajar yang efektif, menyusun program-program
kurikulum dan kegiatan-kegiatan tambahannya, termasuk dalam hal ini
program tahunan.
Selain itu kepala sekolah ikut menentukan tinggi rendahnya moral
guru. Untuk itu kepala sekolah harus dapat menciptakan situasi belajar dan
mengajar yang baik untuk mempertinggi moral guru-guru, sehingga mereka
35 Nizar Rizky, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pendidikan,http://amore-
course.blogspot.com/2011/12/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.html
28
dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan dengan rasa tanggung jawab.
Karena moral atau tata cara akhlak/sikap yang tercermin lewat tingkah laku
guru-guru tersebut, sangatlah penting artinya dan menentukan juga terhadap
jalannya proses belajar mengajar. Adapun ciri seorang pemimpin yang
demokratis adalah sebagai berikut :
a) Senang menerima saran, pendapat dan kritikan dari bawahan
b) Mengutamakan kerja sama dalam mencapai tujuan
c) Membuat keputusan bersama dengan anggota kelompok
d) Menjelaskan sebab-sebab keputusan yang dibuat sendiri kepada kelompok
e) Feed back dijadikan sebagai salah satu masukan yang berharga 36
d. Kepala Sekolah sebagai Manager Pendidikan
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manager, kepala
sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga
kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif. Memberi kesempatan kepada
para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong
keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang
menunjang program sekolah.
Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan dan mengendalikan usaha para anggota
organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
1) Perencanaan (Planning)
Perencanaan dapat diartikan sebagai persiapan yang teratur dari setiap
usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam setiap usaha atau
pekerjaan, lebih-lebih yang melibatkan orang banyak, perencanaan
merupakan tahapan permulaan yang sangat penting. Banyak tujuan yang
tidak tercapai karena tidak adanya perencanaan yang baik, sehingga
perencanaan tidak hanya dilakukan pada awal melakukan pekerjaan
melainkan terus menerus dilakukan selam proses kerja berlangsung.
36 Nizar Rizky, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pendidikan,http://amore-
course.blogspot.com/2011/12/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.html
29
2) Pengorganisasian (Organizing)
Setelah perencanaan dilakukan maka perlu ditetapkan pembagian
tugas diantara orang yang terlibat agar masing-masing tahu apa yang harus
dikerjakan. Inilah yang disebut dengan pengorganisasian. Jadi
pengorganisasian maksudnya adalah proses pembagian tugas-tugas dan
tanggung jawab serta wewenang sehingga tercipta suatu organisasi yang
dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
3) Penggerakan (Actuating)
Menurut George R. Terry actuating adalah tindakan untuk
mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai
sasaran-sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha
organisasi. 37
Usaha penggerakan ini berkaitan erat dengan usaha memberi motivasi
kepada anggota organisasi, jadi agar pemimpin atau kepala sekolah mampu
melaksanakan fungsi ini dengan baik maka dituntut untuk mampu
berkomunikasi, memiliki daya kreasi serta inisiatif yang tinggi dan mampu
mendorong semangat stafnya.
4) Pengawasan (Controlling)
Kegiatan pengawasan dapat berbentuk pemeriksaan, pengecekan,
serta usaha pencegahan terhadap kesalahan yang mungkin terjadi, sehingga
bila terjadi penyimpangan dapat ditempuh usaha-usaha perbaikan
e. Tugas-Tugas Kepemimpinan
Berdasarkan pengertian bahwa kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi tingkah laku yang mengandung indikasi serangkaian tugas
penting seorang pemimpin yaitu: 38
37 Nizar Rizky, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pendidikan,http://amore-
course.blogspot.com/2011/12/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.html 38 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjau Teoritik dan Permasalahannya,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm 40.
30
1) Mendefinisikan visi dan peranan organisasi
Misi dan peranan organisasi dapat dirumuskan dengan baik apabila
seorang pemimpin lebih dulu memahami asumsi struktural sebuah
organisasi.
2) Pemimpin merupakan pengejawatan tujuan organisasi
Dalam tugas ini pemimpin harus mengambil kebijaksanaan kedalam
tatanan atau keputusan terhadap sasaran untuk mencapai tujuan yang
direncanakan.
3) Mempertahankan tujuan organisasi
Pemimpin bertugas untuk mempertahankan keutuhan organisasi
dengan melakukan koordinasi dan kontrol melalui dua cara, yaitu melalui
otoritas, peraturan, literally, melalui pertemuan dan koordinasi khusus
terhadap berbagai peraturan. Mengendalikan konflik internal yang terjadi
dalam organisasi
Pemimpin organisasi mempunyai kekuasaan tertentu yang
dilimpahkan kepadanya. Kekuasaan tersebut merupakan alat dalam
menjalankan tugas kepemimpinannya. Oleh karena itu, agar tugas
kepemimpinannya dapat berjalan dengan baik maka digunakan strategi.
Strategi yang dapat digunakan agar dapat menjalankan kepemimpinannya,
adalah:
a) Pemimpin harus menggunakan strategi yang fleksibel
b) Pemimpin harus menjaga keseimbangan dalam menentukan kebutuhan
jangka panjang dan jangka pendek
c) Pemilihan strategi harus yang memberikan layanan terhadap lembaga
d) Kegiatan yang sama dapat digunakan untuk beberapa aksi dalam strategi.39
f. Kepemimpinan yang Efektif
Kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan kepemimpinan yang kuat
agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk meningkatkan mutu
sekolah. Secara umum kepala sekolah harus memiliki kemampuan mengelola
39 Ara Hidayat dan Imam Machlmi, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip, dan Aplikasi
dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Bandung: PT. Pustaka Educa, 2010), hlm 94-95.
31
sumber daya sekolah. Terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan
sekolah.
Disamping itu diperlukan pemimpin sekolah yang mempunyai
kemampuan berfikir yang strategis, berwawasan luas, fleksibel, atau mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dan mampu memosisikan diri
dengan baik dalam teamwork untuk berkembang dan mengarahkan ke arah
tercapainya tujuan lembaga pendidikan.
Indikator-indikator kepemimpinan kepala sekolah yang efektif sebagai
berikut.
1) Menerapkan pendekatan kepemimpinan partisipatif terutama dalam proses
pengambilan keputusan
2) Memiliki gaya kepemimpinan yang demokratis, lugas, dan terbuka.
3) Menyiapkan waktu untuk berkomunikasi secara terbuka dengan para guru,
peserta didik, dan warga sekolah lainnya.
4) Menekankan kepada guru dan seluruh warga sekolah untuk memenuhi norma-
norma pembelajaran dengan disiplin yang tinggi.
5) Memantau kemajuan belajar peserta didik melalui guru sesering mungkin
berdasarkan data prestasi belajar.
6) Menyelenggarakan pertemuan secara aktif, berkala dan berkesinambungan
dengan komite sekolah, guru, dan warga sekolah lainnya mengenai topik-topik
yang memerlukan perhatian.
7) Membimbing dan mengarahkan guru dalam memecahkan masalah-masalah
kerjanya, dan bersedia memberikan bantuan secara proporsional dan
profesional. 40
Menurut Tracy dan William dalam Wahjosumidjo, menyatakan bahwa
seorang pemimpin harus memiliki kemampuan dasar yang mencakup:41
40 Mulyasa, Menejemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011),
hlm 20. 41 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjau Teoritik dan Permasalahannya, hlm.
386.
32
1) Technical Skills
Berupa kecakapan tentang proses, prosedur, atau teknik-teknik atau
merupakan kecakapan khusus dalam menganalisis hal-hal yang khusus dan
penggunaan fasilitas, peralatan, serta teknik-teknik pengetahuan yang
spesifik.
2) Human Skills
Kecakapan pemimpin untuk bekerja secara efektif dengan kelompok
dan untuk menciptakan kerjasama di lingkungan yang dipimpinnya. Human
Skills menunjukkan ketrampilan yang berkaitan dengan orang atau manusia
yang diantaranya:
a) Mampu mempengaruhi orang lain.
b) Mampu melihat dirinya sendiri atau sikapnya.
c) Mampu menciptakan lingkungan dimana pemimpin dan pegawainya
merasa yakin, suasana menunjukkan kerjasama secara harmonis dan
produktif.
d) Mampu menjadi komunikator dan pemimpin yang efektif.
e) Mampu berhubungan dengan orang lain dan menciptakan lingkungan
yang terpercaya, keterbukaan dan rasa hormat bagi individu
3) Conceptual Skills
Kemampuan untuk memahami kompleksitas organisasi dan bertindak
sesuai dengan tujuan menyeluruh dari lembaga. Conceptual Skills yang
dimaksud antara lain:
a) Kemampuan seorang pemimpin melihat lembaga sebagai satu
keseluruhan.
b) Mengetahui bagaimana lembaga saling bergantung satu sama lain dan
bagaimana pertumbuhan yang terjadi pada satu bagian tertentu akan
berpengaruh terhadap bagian lain.
c) Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh aktivitas, kepentingan
dan perspektif dari individu maupun kelompok satu lembaga sebagai
totalitas.
33
Pemimpin yang efektif digerakkan oleh tujuan-tujuan jangka panjang dan ia
memiliki cita-cita yang tinggi jika dibandingkan dengan orang-orang disekitarnya.
Nabi Muhammad merupakan contoh paling nyata dalam hal ini. Disamping tujuan
ukhrawi, beliau senantiasa menyatakan bahwa kemenangan Islam akan segera datang
dan jazirah Arab akan dipenuhi dengan keamanan dan kemakmuran. Bahkan beliau
juga meletakkan visi yang membimbing bagi umat Islam sepanjang masa, intinya
bahwa masa depan ada di tangan Islam.
Kepemimpinan ini dirasa cocok apabila diterapkan pada saat ini, terutama
sekali di lembaga pendidikan Islam karena di dalam terkandung banyak efek positif
untuk kemajuan sebuah lembaga pendidikan. Nilai-nilai humanisme, otokratis, serba
optimisme menjadi nilai-nilai lebih untuk kepemimpinan disebabkan tipe ini
mempunyai anggapan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang dapat
dikembangkan.
Seorang pemimpin ditentukan untuk bisa menjadi uswah, yang menjadi figur
panutan. Ini memberikan perspektif bahwa terdapat kepemimpinan menurut Islam.
Sebagaimana dikemukakan oleh Vietzal Rivai, kepemimpinan menurut Islam harus
mempunyai prinsip: musyawarah, adil dan kebebasan berfikir. 42
a) Musyawarah
Mengutamakan musyawarah sebagai prinsip yang harus diutamakan
dalam kepemimpinan Islam. Al-Qur’an dengan jelas menyatakan bahwa seorang
yang menyebut dirinya sebagai pemimpin wajib melakukan musyawarah dengan
orang yang berpengetahuan atau orang yang berpandangan baik.
tÏ% ©!$#uρ (#θç/$ yftGó™$# öΝÍκÍh5t� Ï9 (#θãΒ$ s%r& uρ nο4θn=¢Á9 $# öΝèδã� øΒ r&uρ 3“u‘θ ä© öΝæηuΖ÷�t/ $ £ϑÏΒ uρ öΝßγ≈ uΖø%y— u‘
tβθà)Ï�Ζム∩⊂∇∪
“Dan (bagi) orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka (Assyura:38).
42 http://karyailmiah.blogspot.com/2011/07/kepemimpinan-yang-efektif.html
34
Melalui musyawarah memungkinkan komunitas Islam akan turut serta
berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, dan sementara itu pada saat
yang sama musyawarah dapat berfungsi sebagai tempat untuk mengawasi tingkah
laku para pemimpin jika menyimpang dari tujuan semula. Jadi selain sebagai
kontrol sosial, juga tempat sharing ide serta tukar pendapat yang sangat
bermanfaat bagi lembaga pendidikan.
b) Adil
Pemimpin sepatutnya mampu memperlakukan semua orang secara adil,
tidak berat sebelah dan tidak memihak, lepas dari suku bangsa, warna kulit,
keturunan, golongan strata di masyarakat ataupun agama. Alqur’an
memerintahkan setiap muslim dapat berlaku adil bahkan sekalipun ketika
berhadapan dengan para penentang mereka. Keadilan sebagai pilar utama dalam
penetapan hukum, adalah keadaan penting untuk pengambilan kebijakan serta
sistem kerja yang dilakukan pemimpin. Seorang pemimpin diharuskan untuk
tidak membeda-bedakan bawahannya.
c) Kebebasan berfikir
Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu memberikan ruang dan
mengundang anggota kelompok untuk mampu menggunakan kritiknya secara
konstruktif mereka diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat atau
keberatan mereka dengan bebas, serta harus dapat memberikan jawaban atas
setiap masalah yang mereka ajukan. Agar sukses dalam memimpin, seorang
pemimpin hendaknya dapat menciptakan suasana kebebasan berfikir dan
pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, saling kritik dan menasehati satu sama
lain, sehingga para pengikutnya merasa senang mendiskusikan masalah atau
persoalan yang menjadi kepentingan bersama.
Ketiga prinsip tersebut di atas saling bersinergi satu sama lain. Apabila
salah satunya tidak dilaksanakan akan menjadi kurang optimal kepemimpinan
itu. Oleh karena itu diperlukan kerjasama (team work) diantara berbagai pihak
yang terkait yang solid untuk mewujudkannya.43
43 http://karyailmiah.blogspot.com/2011/07/kepemimpinan-yang-efektif.html
35
C. Rumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan.44 Demikian pula dikatakan Sumadi Suryasubrata bahwa
hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya
masih harus diuji secara empiris.45
Sehubungan dengan pendapat tersebut, maka hipotesis yang penulis ajukan
adalah sebagai berikut: ada hubungan yang positif antara kepemimpinan kepala
sekolah dengan profesionalitas mengajar guru. Mengingat bahwa hipotesis adalah
jawaban sementara yang mungkin benar dan mungkin salah, maka penulis akan
melakukan pengkajian lebih lanjut untuk membuktikan apakah hipotesis tersebut
diterima atau ditolak sesuai data yang terkumpul secara empiris.
44 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm: 96 45 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),
Cet..XIV, hlm.21.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian kuantitatif, yaitu
suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai
alat untuk menemukan keterangan mengenai hubungan kepemimpinan kepala
sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen
Semarang. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.46
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat melakukan penelitian di SDIT Cahaya Bangsa yang berlokasi di Jl.
Mijen Permai RT 01/RW 01 Kecamatan Mijen-Kota Semarang. Penelitian
dilaksanakan pada tangal 10 Nopember sampai dengan 10 Desember 2011.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek.47 Sampel adalah
himpunan dari bagian suatu populasi sebagai bagian dari populasi sampai
memberikan gambaran yang benar tentang populasi.48
Dalam hal ini peneliti melibatkan seluruh populasi. Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh guru baik yang berstatus swasta ataupun yang negri
yang seluruhnya berjumlah 21 guru. Untuk lebih jelas sampel penelitian diperjelas di
dalam tabel berikut:
46Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 14 47 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hlm. 11 48 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hlm. 57
37
D. Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai arti nihil. Suharsimi
Arikunto mengatakan bahwa variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian.49 Variabel juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian.50 Adapun yang menjadi variabel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (X)
Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah profesionalitas kepala
sekolah, dengan indikator:
Tabel 3.1
Indikator Kepemimpinan Kepala Sekolah
No. Variabel Sub Variabel Indikator 1. Kepemimpinan
kepala sekolah
1. Akademik Kepemimpinan Kepala Sekolah
1.1 Perencanaan
1.2 Pengorganisasian
1.3 Penggerakan
1.4 Pengawasan 2. Penerapan gaya Kepemimpinan
2.1 Kepemimpinan otoriter
2.2 Kepemimpinan laissez faire 2.3 Kepemimpinan demokratis
2. Variabel Terikat (Y)
Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penilaian ini adalah
efektivitas mengajar guru, dengan indikator.
Tabel 3.2
Indikator Profesionalitas Mengajar Guru
No. Variabel Sub Variabel Indikator
1. Profesionalitas mengajar guru
1. Perumusan tujuan pengajaran
1.1 Merumuskan tujuan pembelajaran
1.2 Menentukan alokasi waktu
49 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006) hlm. 96 50 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 72
38
1.2 Merencanakan materi bahan ajar
1.3 Merencanakan metode pengajaran
2. Pelaksanaan Pengajaran
2.1 Menyajikan materi sesuai
alokasi waktu 2.2 mengguanakan metode
yang telah direncanakan 3. Penilaian Pengajaran dan Evaluasi
3.1 Mampu menindak lanjuti evaluasi belajar
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diharapkan, peneliti menggunakan beberapa
metode, yaitu
a. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode yang ditujukan untuk memperoleh
data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-
peraturan, laporan kegiatan, data yang relevan penelitian51. Metode ini penulis
gunakan untuk mencari data tentang visi misi sekolah, dan daftar guru dan situasi
umum SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang.
b. Metode Kuesioner (Angket)
Metode kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.52 Metode ini penulis gunakan untuk mencari
informasi persepsi guru mengenai kepemimpinan kepala sekolah dan
hubungannya dengan profesionalitas mengajar.
c. Metode Observasi
Observasi adalah mengumpulkan data atau keterangan yang harus
dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan-pengamatan secara
langsung ke tempat yang akan diselidiki, penulis menggunakan teknik ini
51 Riduwan, Dasar-dasar Statistika, (Bandung: alfabeta, 2008), hlm: 58 52 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, hlm.199
39
merupakan teknik Bantu yang digunakan untuk membantu memperoleh data
kenyataan langsung mengenai objek yang diteliti.53 Teknik observasi dalam
penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data didapat secara langsung
dengan apa yang dilihat pada lokasi penelitian.
2. Instrumen Penelitan
Untuk keperluan pengukuran variabel bebas kepemimpinan kepala sekolah
digunakan instrumen penelitian yaitu kuesioner pelaksanaan kepemimpinan kepala
sekolah. Kuesioner digunakan untuk memperoleh data tentang kepemimpinan kepala
sekolah.
Dari variabel penelitian, baik variabel bebas maupun variabel terikat.
Instrumen ini menggunakan skala likert yang terdiri dari empat pilihan. Untuk setiap
butir pernyataan disediakan empat alternatif jawaban A,B,C dan D.
Pemberian skor jawaban dari yang paling tinggi yaitu 4,3,2,1 dengan urutan
yang telah ditentukan dengan kriteria nilai sebagai berikut:
Tabel 3.3
Penilaian Alternatif Jawaban Responden
No. Alternatif Jawaban Pemberian Skor Kriteria Nilai
1.
2.
3.
4.
A
B
C
D
4
3
2
1
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
Kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalitas mengajar guru dapat
diketahui dengan nilai rata-rata perhitungan skoring.
a. Prosedur Pengembangan Instrumen
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen pokok penelitian,
maka kuesioner ini merupakan faktor yang menentukan keberhasilan penelitian.
Untuk itu langkah dan tahap penyusunan kuesioner haruslah melalui prosedur dan
53 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 124
standar agar perangkat pene
pengembangan kuesioner dilakukan sebagai berikut:
1) Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, sub variabel,
dan indikator.
2) Penulisan item kuesioner dan penyusunan skala.
3) Penyuntingan, yaitu
lain-lain yang diperlukan.
4) Uji coba
5) Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban dan peninjauan saran
saran.
b. Uji Instrumen
Pada kuesioner kepemimpina
mengajar
a) Validitas
dari variabel yang diteliti secara tepat.
dengan uji coba perangkat tes. Nilai hasil uji coba tes dianalisis dengan
menggunakan korelasi
sebagai berikut:
Keterangan:
54 Suharsimi Arikunto,
standar agar perangkat penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. Prosedur
pengembangan kuesioner dilakukan sebagai berikut:
Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, sub variabel,
dan indikator.
Penulisan item kuesioner dan penyusunan skala.
Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman pengerjaan dan
lain yang diperlukan.
Uji coba
Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban dan peninjauan saran
Uji Instrumen
Pada kuesioner kepemimpinan kepala sekolah dan
guru dilakukan uji instrumen yaitu validitas dan reliabilitas.
Validitas
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data
dari variabel yang diteliti secara tepat.54 Validitas empiris dapat diketahui
dengan uji coba perangkat tes. Nilai hasil uji coba tes dianalisis dengan
menggunakan korelasi product moment, rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
= koefisien korelasi tiap item
= banyaknya subyek uji coba
∑X = jumlah skor item
∑Y = jumlah skor total
∑ = jumlah kuadrat skor item
∑ = jumlah kuadrat skor total
∑XY = jumlah perkalian skor item dan skor total
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
40
litian ini dapat dipertanggungjawabkan. Prosedur
pengembangan kuesioner dilakukan sebagai berikut:
Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, sub variabel,
Penulisan item kuesioner dan penyusunan skala.
melengkapi instrumen dengan pedoman pengerjaan dan
Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban dan peninjauan saran-
n kepala sekolah dan profesionalitas
guru dilakukan uji instrumen yaitu validitas dan reliabilitas.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data
Validitas empiris dapat diketahui
dengan uji coba perangkat tes. Nilai hasil uji coba tes dianalisis dengan
, rumus yang digunakan adalah
= koefisien korelasi tiap item
= banyaknya subyek uji coba
= jumlah kuadrat skor item
= jumlah kuadrat skor total
XY = jumlah perkalian skor item dan skor total
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 168.
pada tabel
valid jika
b) Reliabilitas
memberikan hasil tes yang tetap,
sejumlah subjek yang sama pada waktu lain, maka hasilnya akan tetap sama
atau relatif sama. Analisis reliabilitas tes pada penelitian ini diukur dengan
menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.
Keterangan:
��∑���
moment
tes yang diujicobakan reliable.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini sering kali digunakan data
statistik. Teknik yang digunakan adalah teknik analisis product moment. Teknik ini
digunakan untuk me
profesionalitas mengajar guru.
Setelah penulis mengumpulkan data maka langkah berikutnya adalah
menganalisis data tersebut. Dalam menganalisa data statistik ada tiga (3) tahap yang
digunakan yaitu:
55 Suharsimi Arikunto,
edisi revisi, hlm. 72.56 Suharsimi Arikunto,
Setelah diperoleh nilai rxy, selanjutnya dibandingkan dengan hasil
pada tabel product moment dengan taraf signifikan 5%. Butir soal dikatakan
valid jika .55
Reliabilitas
Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat
memberikan hasil tes yang tetap, artinya apabila tes tersebut dikenakan pada
sejumlah subjek yang sama pada waktu lain, maka hasilnya akan tetap sama
atau relatif sama. Analisis reliabilitas tes pada penelitian ini diukur dengan
menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.56
��� ����1 �
∑����
Keterangan:
�� = reliabilitas instrument
�� = jumlah varian skor tiap-tiap item
= varians skor total
= bayak item soal
Nilai yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga
moment pada table dengan taraf signifikan 5%. Jika
tes yang diujicobakan reliable.
Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini sering kali digunakan data
statistik. Teknik yang digunakan adalah teknik analisis product moment. Teknik ini
digunakan untuk mengetahui hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan
profesionalitas mengajar guru.
Setelah penulis mengumpulkan data maka langkah berikutnya adalah
menganalisis data tersebut. Dalam menganalisa data statistik ada tiga (3) tahap yang
digunakan yaitu:
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikanedisi revisi, hlm. 72.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
41
selanjutnya dibandingkan dengan hasil r
dengan taraf signifikan 5%. Butir soal dikatakan
Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat
artinya apabila tes tersebut dikenakan pada
sejumlah subjek yang sama pada waktu lain, maka hasilnya akan tetap sama
atau relatif sama. Analisis reliabilitas tes pada penelitian ini diukur dengan 56
tiap item
yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga r product
pada table dengan taraf signifikan 5%. Jika maka item
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini sering kali digunakan data
statistik. Teknik yang digunakan adalah teknik analisis product moment. Teknik ini
ngetahui hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan
Setelah penulis mengumpulkan data maka langkah berikutnya adalah
menganalisis data tersebut. Dalam menganalisa data statistik ada tiga (3) tahap yang
dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007),
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 196.
1. Analisis pendahuluan
Dalam analisis ini data dari masing
caranya antara lain :
a. Penskoran
Pada bagian ini penulis akan menganalisa data yang telah terkumpul
melalui angket yang telah disebar kepada responden, dengan ketentuan:
- Alternatif jawaban A mendapat nilai 4
- Alternatif jawaban B mendapat nilai 3
- Alternatif jawaban C mendapat nilai 2
- Alternatif jawaban D mendapat nilai 1
b. Menentukan kualifikasi dan interval nilai
c. Menentukan tabel frekuensi
d. Mencari rata
e. Mencari standar deviasi
SD
57 Riduwan,58 Sudjana, 59M. Iqbal Hasan,
lisis pendahuluan
Dalam analisis ini data dari masing-masing variabel akan ditentukan, adapun
caranya antara lain :
Penskoran
Pada bagian ini penulis akan menganalisa data yang telah terkumpul
melalui angket yang telah disebar kepada responden, dengan ketentuan:
Alternatif jawaban A mendapat nilai 4
Alternatif jawaban B mendapat nilai 3
Alternatif jawaban C mendapat nilai 2
ernatif jawaban D mendapat nilai 157
Menentukan kualifikasi dan interval nilai 58
Dimana: R= H-L+1 dan K= 1+ (3,3) Log N
Keterangan:
R= Range /rentang
H= Nilai tertinggi
L= Nilai terendah
K= Jumlah interval
N= Jumlah responden
Menentukan tabel frekuensi
Mencari rata-rata (Mean) dari variable X dan Y
∑∑
=f
fxX
Mencari standar deviasi
( )
∑∑ −
=f
xxf 21
Riduwan, Dasar-Dasar Statistika, hlm. 39.
Sudjana, Metode Statistika, (Jakarta: Tarsito, 1996), cet. 6., hlm 47
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Statistik 1, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005, hlm. 118
42
masing variabel akan ditentukan, adapun
Pada bagian ini penulis akan menganalisa data yang telah terkumpul
melalui angket yang telah disebar kepada responden, dengan ketentuan:
L+1 dan K= 1+ (3,3) Log N
X dan Y59
, (Jakarta: Tarsito, 1996), cet. 6., hlm 47
, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005, hlm. 118
43
2. Analisis Uji Hipotesis
Analisis ini digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan.
Dalam analisis uji hipotesis, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mencari antar prediktor dan kriterium melalui teknik korelasi moment tangkar
dari Pearson dengan rumus:60
∑ ∑∑
=))(( 22 yx
xyrxy
Diketahui bahwa:
∑ ∑∑ ∑
−=N
YXXYxy
))((.1
N
XXx ∑
∑∑ −=
222
)(.2
∑∑
∑ −=N
YYy
22
)(.3
b. Uji koefisien korelasi determinasi61
KD= r2 x 100%
3. Analisis lanjutan
Analisis ini akan menguji signifikansi untuk membandingkan r_hitung yang
telah diketahui r_tabel= (rt 5% atau rt 1%) dengan kemungkinan:
a. Jika r_hitung > rt 5% atau 1%, maka hasilnya signifikan atau hipotesis yang
diajukan diterima (ada hubugan)
b. Jika r_hitung < rt 5% atau 1% maka hasilnya non signifikan atau hipotesis yang
diajukan ditolak (tidak ada hubungan).
60Sutrisno Hadi, Statistik jilid 2, (Yogyakarta:Andi, 2000), hlm. 241 61Riduwan, Dasar-dasar Statistika, hlm. 228
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SDIT Cahaya Bangsa
1. Sejarah Singkat Berdirinya SDIT Cahaya Bangsa
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Cahaya Bangsa merupakan satu unit
pendidikan di lingkungan Yayasan Cahaya Mutiara Bangsa Semarang dengan akta
notaris Ida Widiyanti, SH. Nomor 03 tanggal 5 April 2007 serta SK Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia No C-2318.HT.01.02.TH.2007.
Kehadiran SDIT Cahaya Bangsa di tengah-tengah masyarakat untuk
memberikan pendidikan yang komprehensif dan menyeluruh kepada putra putri
bangsa ini.
Keterpaduan pengembangan (optimalisasi) dan kualitas fikriyah (kognitif),
jasadiyah (fisik/psikomotorik) dan ruhaniyah (afektif) menjadi konsentrasi
pendidikan di lembaga ini. Sistem pendidikan yang integral, sumber daya yang
berkualitas dan kurikulum yang sistematis menjadi ciri-ciri pendidikan ini.
Harapannya adalah agar dapat melahirkan generasi rabbani yang cerdas,
berketrampilan dan mandiri serta berakhlak mulia.
Dengan semangat untuk beribadah, mencari ridha Allah dan sebagai rasa
kepedulian dan tanggung jawab terhadap generasi bangsa ini, SDIT Cahaya Bangsa
hadir untuk melayani kebutuhan sesama dalam bidang pendidikan.
2. Visi Misi dan Tujuan SDIT Cahaya Bangsa
a. Visi
Terwujudnya pendidikan dasar Islam yang kompetitif dan mampu melahirkan
generasi muslim terbaik menuju kejayaan bangsa.
b. Misi
Menyelenggarakan pendidikan dasar yang berorientasi pada kekuatan imtaq dan
pengembangan iptek sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah
45
c. Tujuan
SDIT Cahaya Bangsa bertujuan untuk membentuk pribadi yang memiliki sifat-
sifat mulia. Pribadi yang memiliki akidah yang bersih, benar dalam beribadah,
mulia akhlaknya, cerdas dan luas ilmunya serta memiliki amal-amal yang mulia.
3. Keadaan Guru dan Siswa SDIT Cahaya Bangsa
a. Guru
Guru merupakan salah faktor penentu dalam proses belajar mengajar.
Maka ketersediaan tenaga pendidik dalam suatu lembaga pendidikan yang
berkualitas dan mempunyai dedikasi yang tinggi sangat penting adanya. Di
SDIT Cahaya Bangsa, memiliki tenaga pendidik dan karyawan sebanyak 25
orang.
b. Siswa
Berkenaan dengan kondisi siswa di SDIT Cahaya Bangsa semarang
sangat variatif, ada yang pintar secara akademis, ada yang mempunyai kelebihan
yang lain seperti kemampuan menjalin hubungan sosial, ada yang aktif ada yang
pendiam, dan masih banyak karakter siswa yang tidak bisa teridentifikasi secara
lengkap, sebab butuh waktu yang lebih panjang untuk mempelajari mereka.
Keragaman tersebut ada karena mereka berasal dari latar belakang atau
background keluarga yang tidak sama.
B. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Sebelum instrumen disebarkan kepada responden, terlebih dahulu
dilakukan uji coba instrumen. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah
butir soal pada angket tersebut sudah memenuhi kualitas instrumen yang baik atau
belum. Adapun alat yang digunakan dalam pengujian analisis uji coba instrumen
meliputi uji validitas dan uji reliabilitas.
1) Uji Validitas
Data uji validitas ini disebarkan kepada 21 guru di sekolah lain. Uji
validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya butir angket
tersebut. Data uji validitas dapat dilihat pada lampiran.
46
Butir angket yang tidak valid akan di drop (dibuang) dan tidak
digunakan. Sedangkan butir angket yang valid digunakan sebagai alat untuk
memperolah data. Dari item soal variable X ada 18 item soal valid dan 12 item
soal tidak valid
Hasil analisis perhitungan validitas butir soal (hitungr ) dikonsultasikan
dengan harga kritik r product momen, dengan taraf signifikan 5 %. Bila harga
tabelhitung rr > maka butir soal tersebut dikatakan valid. Sebaliknya bila harga
tabelhitung rr < maka butir soal tersebut dikatakan tidak valid.
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas butir soal pada lampiran
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.1
Analisis Perhitungan Validitas Butir Soal Kepemimpinan Kepala
Sekolah
No Soal Validitas
Keterangan hitungr tabelr
1 0,118 0,433 Tidak Valid 2 1,366 Tidak Valid 3 0,437 Valid 4 0,284 Tidak Valid 5 1,386 Valid 6 0,631 Valid 7 0,423 Tidak Valid 8 0,607 Valid 9 0,522 Valid 10 0,484 Valid 11 0,727 Valid 12 3,842 Valid 13 0,390 Tidak Valid 14 0,418 Tidak Valid 15 0,542 Valid 16 0,611 Valid 17 0,878 Valid 18 1,556 Valid 19 0,587 Valid 20 0,318 Tidak Valid 21 0,712 Valid 22 0,548 Valid
47
23 0,388 Tidak Valid 24 1,921 Valid 25 0,219 Tidak Valid 26 0,289 Tidak Valid 27 0,410 Tidak Valid 28 0,442 Valid 29 0,805 Valid 30 0,003 Tidak Valid
Dari item soal variable Y ada 10 item soal valid dan 5 item soal tidak valid
Tabel 4.2
Analisis Perhitungan Validitas Butir Soal Profesionalitas Mengajar Guru
No Soal Validitas
Keterangan hitungr tabelr
1 0,431 0,433 Tidak Valid 2 0,447 Valid 3 0,562 Valid 4 0,668 Valid 5 0,795 Valid 6 0,846 Valid 7 0,162 Tidak Valid 8 0,426 Tidak Valid 9 0,589 Valid 10 0,496 Valid 11 0,562 Valid 12 0,273 Tidak Valid 13 0,021 Tidak Valid 14 0,655 Valid 15 0,498 Valid
2) Uji Reliabilitas
Setelah uji validitas selesai dilakukan, selanjutnya adalah uji
reliabilitas pada instrumen tersebut. Uji reliabilitas digunakan untuk
mengetahui tingkat konsistensi jawaban tetap atau konsisten untuk diujikan
kapan saja instrumen tersebut disajikan.
Harga 11r yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga tabelr product
moment dengan taraf signifikan 5 %. Soal dikatakan reliabilitas jika harga 11r >
tabelr .
48
Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat (di lampiran), koefisien
reliabilitas butir soal untuk pelaksanaan moving class dengan prestasi belajar
diperoleh r11 = 0,852, sedang tabelr product moment yaitu (N)= 21-1=20
dengan taraf signifikan 5 % dan n= 20 diperoleh tabelr = 0,444. Karena 11r >
tabelr artinya koefisien reliabilitas butir soal uji coba memiliki kriteria
pengujian yang tinggi reliabel.
C. Deskriptif Data Hasil Penelitian
1. Analisis Pendahuluan
Pada analisis pendahuluan ini mencakup analisis kepemimpinan kepala
sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen
Semarang. Adapun analisis tersebut terdiri dari dua materi yaitu analisis data angket
tentang kepemimpinan kepala sekolah dan analisis data angket tentang
profesionalitas mengajar guru.
a. Analisis Data Mengenai Kepemimpinan Kepala Sekolah (X)
Untuk mendapatkan data tersebut di SDIT Cahaya Bangsa Mijen, peneliti
menggunakan angket yang telah disebarkan kepada para guru (responden) yang
berjumlah 21 guru. Angket ini terdiri dari 18 item pernyataan, masing-masing
butir pernyataan terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu: A; B; C; dan D, dengan
scoring 4; 3; 2; dan 1.
Tabel 4.3
Data Hasil Kepemimpinan Kepala Sekolah
SDIT Cahaya Bangsa
No Res
Jawaban Nilai SKOR
A B C D 4 3 2 1
R_1 3 13 1 1 12 39 2 1 54 R_2 6 6 4 2 24 18 8 2 52 R_3 9 8 0 1 36 24 0 1 61 R_4 4 9 5 0 16 27 10 0 53 R_5 6 8 3 1 24 24 6 1 55 R_6 2 11 5 0 8 33 10 0 51 R_7 7 10 1 0 28 30 2 0 60
R_8 R_9 R_10 12R_11 17R_12 R_13 R_14 R_15 R_16 R_17 R_18 R_19 R_20 13R_21 N 110
Dari hasil nilai tersebut, kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi
skor kepemimpinan kepala sekolah dan skor rata
langkah untuk membuat distribusi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Mencari nilai interval
Untuk mencari kualifikasi dan interval dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
�
�
�
5 10 3 0 20 0 4 11 3 0 12 5 0 1 48 17 0 0 1 68 7 10 0 1 28 0 14 3 1 0 1 11 5 1 4 0 16 1 1 0 0 7 11 0 0 9 6 1 0 36 1 15 2 0 4 0 3 15 0 0 13 3 0 2 52 8 8 1 1 32
110 177 72 17 440 537
Dari hasil nilai tersebut, kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi
skor kepemimpinan kepala sekolah dan skor rata
langkah untuk membuat distribusi tersebut adalah sebagai berikut:
Mencari nilai interval
Untuk mencari kualifikasi dan interval dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
� Mencari Range
R= H - L
= 69 – 37
= 32
� Mencari jumlah interval
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 21
= 1 + 3,3 (1,322)
= 1 + 4,363
= 5,363 dibulatkan menjadi 6
� Menentukan interval kelas
i =
49
30 6 0 56 12 22 3 37 15 0 1 64 0 0 1 69 30 0 1 59 42 6 1 49 33 10 1 48 48 2 1 51 21 22 0 43 24 2 0 62 45 4 0 53 9 30 0 39 9 0 2 63 24 2 1 59 537 144 17 1138
Dari hasil nilai tersebut, kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi
skor kepemimpinan kepala sekolah dan skor rata-rata (Mean). Adapun langkah-
langkah untuk membuat distribusi tersebut adalah sebagai berikut:
Untuk mencari kualifikasi dan interval dengan menggunakan rumus
= 5,363 dibulatkan menjadi 6
50
Keterangan :
i = interval kelas R = Rentang nilai (nilai tertinggi-nilai terendah) K = jumlah kelas
i = ������
= ���
= 6,4 dibulatkan menjadi 6
2) Mencari rata-rata hubungan kepala sekolah
Dari hasil tersebut dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Mencari rata-rata (Mean)
Interval if ix ii xf xxi − 2)( xxi −
f ( xxi − )
Mean 37-42 2 39,5 79 -15,10 227,87 455,7324
60,5421
5,1146===
∑∑
i
ii
f
xfx
43-48 2 45,5 91 -9,10 82,72 165,4467 49-54 7 51,5 360,5 -3,10 9,58 67,06349 55-60 5 57,5 287,5 2,90 8,44 42,18821 61-66 4 63,5 254 8,90 79,29 317,1791 67-82 1 74,5 74,5 19,90 396,20 396,1995 Jumlah 21 1146,5 1443,81
3) Kualitas Variabel
Dari kedua frekuensi tersebut diketahui mean dari variabel
kepemimpinan kepala sekolah sebesar 54,60 untuk mengetahui kualitas
varibel tersebut maka dikonsultasikan dalam tabel kualitas, namun
sebelumnya dicari standar deviasinya dengan rumus:
1
)( 2
−
−=∑
n
xxfSd ii
121
1443,81
−=
20
81,1443=
72,1905=
= 8,496
51
Mengubah skor mentah kedalam skala standar (tiga)3 sebagai :
M + 1 SD = 54,60 + 1.8,496 = 63,096 �63 keatas
M – 1 SD = 54,60 – 1.8,496= 28,475 �28-62
�27 kebawah
Jadi tabel kualitasnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah
Mean Interval Kriteria Kesimpulan
54,60
63 ke atas Baik
Cukup
28-62 Cukup
27 kebawah Kurang
Dari tabel diatas dapat dipahami bahwa kepemimpinan kepala sekolah
memiliki kategori cukup . Hal ini dapat dilihat dari besarnya mean variabel
tersebut 54,60.
Setelah data distribusi frekuensi, kemudian di ubah ke bentuk nilai
distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi
Interval Frekuensi Fr (persen) 37-42 2 9,52 43-48 2 9,52 49-54 7 33,33 55-60 5 23,81 61-66 4 19,05 67-82 1 4,76
21 100
Agar lebih mudah dan lebih jelas dipahami, maka dibawah ini
digambarkan grafik mengenai kepemimpinan kepala sekolah di SDIT Cahaya
Bangsa Mijen Semarang.
Grafik
yang menjawab dengan skor pada interval 37
berada pada prosentase 9,52%; skor pada interval 43
berada pada prosentase 9,52%; skor pada interva
berada pada prosentase 33,33%; skor pada interval 55
berada pada prosentase 23,81%, skor pada interval 61
berada pada prosentase 19,05%, dan skor pada interval 67
responden berada pada prosentase 4,76%.
b. Analisis Data Mengenai Profesionalitas Mengajar Guru (Y)
Dari hasil tes tentang profesionalitas mengajar guru telah diketahui data
skor masing
berikut:
No Res A
R_1 9R_2 1
Grafik tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang
Grafik. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Grafik di atas menunjukkan bahwa dari responden sejumlah 21 orang
yang menjawab dengan skor pada interval 37
berada pada prosentase 9,52%; skor pada interval 43
berada pada prosentase 9,52%; skor pada interva
berada pada prosentase 33,33%; skor pada interval 55
berada pada prosentase 23,81%, skor pada interval 61
berada pada prosentase 19,05%, dan skor pada interval 67
sponden berada pada prosentase 4,76%.
Analisis Data Mengenai Profesionalitas Mengajar Guru (Y)
Dari hasil tes tentang profesionalitas mengajar guru telah diketahui data
skor masing-masing responden yaitu sebagaimana dalam pemaparan tabel
Tabel 4.7 Data Hasil Profesionalitas Mengajar GuruJawaban
A B C D 4 3
9 1 0 0 36 31 6 3 0 4 18
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
37-42 43-48 49-54
52
Grafik tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang
Grafik. Kepemimpinan Kepala Sekolah
di atas menunjukkan bahwa dari responden sejumlah 21 orang
yang menjawab dengan skor pada interval 37- 42 sejumlah 2 responden dan
berada pada prosentase 9,52%; skor pada interval 43-48 sejumlah 2 respoenden
berada pada prosentase 9,52%; skor pada interval 49-54 sejumlah 7 responden
berada pada prosentase 33,33%; skor pada interval 55-60 sejumlah 5 responden
berada pada prosentase 23,81%, skor pada interval 61-66 sejumlah 4 responden
berada pada prosentase 19,05%, dan skor pada interval 67-82 sejumlah 1
Analisis Data Mengenai Profesionalitas Mengajar Guru (Y)
Dari hasil tes tentang profesionalitas mengajar guru telah diketahui data
masing responden yaitu sebagaimana dalam pemaparan tabel
Data Hasil Profesionalitas Mengajar Guru Nilai
Jumlah 3 2 1
3 0 0 39 18 6 0 28
55-60 61-66 67-82
R_3 10R_4 3R_5 5R_6 5R_7 10R_8 7R_9 10R_10 9R_11 10R_12 0R_13 3R_14 7R_15 4R_16 0R_17 6R_18 7R_19 0R_20 9R_21 8
N 1231) Mencari nilai interval
Untuk mencari kualifikasi dan interval dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
�
�
�
10 0 0 0 40 03 5 2 0 12 155 4 1 0 20 125 5 0 0 20 1510 0 0 0 40 07 3 0 0 28 910 0 0 0 40 09 1 0 0 36 310 0 0 0 40 00 6 4 0 0 183 7 0 0 12 217 3 0 0 28 94 5 1 0 16 150 6 4 0 0 186 4 0 0 24 127 2 1 0 28 60 5 5 0 0 159 1 0 0 36 38 2 0 0 32 6
123 66 21 0 492 198Mencari nilai interval
Untuk mencari kualifikasi dan interval dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
� Mencari Range
R = H – L
= 40 – 25
= 15
� Mencari jumlah interval
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 21
= 1 + 3,3 (1,322)
= 1 + 4,363
= 5,363 dibulatkan menjadi 6
� Menentukan interval kelas
i =
keterangan :
i = interval kelas
53
0 0 0 40 15 4 0 31 12 2 0 34 15 0 0 35 0 0 0 40 9 0 0 37 0 0 0 40 3 0 0 39 0 0 0 40 18 8 0 26 21 0 0 33 9 0 0 37 15 2 0 33 18 8 0 26 12 0 0 36 6 2 0 36 15 10 0 25 3 0 0 39 6 0 0 38
198 42 0 732
Untuk mencari kualifikasi dan interval dengan menggunakan rumus
= 5,363 dibulatkan menjadi 6
54
R = Rentang nilai (nilai tertinggi-nilai terendah)
K = jumlah kelas
i = ������
= ���
= 2,5 dibulatkan menjadi 3
2) Mencari rata-rata profesionalitas Mengajar Guru
Dari hasil tersebut dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai
berikut:
Tabel 4.8
Mencari Rata-rata (Mean)
Interval if ix ii xf xxi − 2)( xxi −
f ( xxi − )
Mean 25-27 3 26 78 -9 81 243
3521
735===
∑∑
i
ii
f
xfx
28-30 1 29 29 -6 36 36 31-33 3 32 96 -3 9 27 34-36 4 35 140 0 0 0 37-39 6 38 228 3 9 54 40-42 4 41 164 6 36 144 Jumla
h 21 735 -9 171 504
3) Kualitas Variabel
Dari kedua frekuensi tersebut diketahui mean dari variabel kinerja guru
sebesar 35 untuk mengetahui kualitas varibel tersebut maka dikonsultasikan
dalam tabel kualitas, namun sebelumnya dicari standar deviasinya dengan
rumus:
1
)( 2
−
−=∑
n
xxfSd ii
121
504
−=
55
20
504=
25,2=
= 5,019
Mengubah skor mentah kedalam skala standar (tiga)3 sebagai :
M + 1 SD = 35+ 1.5,019= 40,019 �40 ke atas M – 1 SD = 35- 1.5,019= 29,981 � 29-39 � 28 kebawah
Jadi tabel kualitasnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9
Profesionalitas Mengajar guru
Mean Interval Kriteria Kesimpulan
35
40 ke atas Baik
Cukup 29-39 Cukup
28 kebawah Kurang
Dari tabel diatas dapat dipahami bahwa profesionalitas mengajar guru
memiliki kategori cukup . Hal ini dapat dilihat dari besarnya mean variabel
tersebut 35
Setelah data distribusi frekuensi, kemudian di ubah ke bentuk nilai
distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi
Interval Frekuensi Fr (persen) 25-27 3 14,29 28-30 1 4,76 31-33 3 14,29 34-36 4 19,05 37-39 6 28,57 40-42 4 19,05 Total 21 100
Agar lebih mudah dan lebih jelas dipahami, maka dibawah ini
digambarkan grafik mengenai kepemimpinan kepala sekolah dengan
profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang.
Histogram tentang Profesionalitas Mengajar Guru di SDIT Cahaya
yang menjawab dengan skor pada interval 25
berada pada prosentase 14,29%; skor pada interval 28
respoenden berada pada prosentase 4,76%; skor pada interval 3
3 responden berada pada prosentase 14,29%; skor pada interval 34
sejumlah 4 responden berada pada prosentase 19,05%, skor pada interval 37
39 sejumlah 6 responden berada pada prosentase 28,57%, dan skor pada
interval 40
2. Analisis Uji Hipotesis
Untuk membuktikan kebenaran dari hipotesa yang digunakan maka terlebih
dahulu mencari nilai koefisien antara variabel kepemimpinan kepala sekolah (X)
Agar lebih mudah dan lebih jelas dipahami, maka dibawah ini
digambarkan grafik mengenai kepemimpinan kepala sekolah dengan
profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang.
Histogram tentang Profesionalitas Mengajar Guru di SDIT Cahaya
Bangsa Mijen Semarang.
Grafik. Profesionalitas Mengajar Guru
Grafik di atas menunjukkan bahwa dari responden sejumlah 21 orang
yang menjawab dengan skor pada interval 25
berada pada prosentase 14,29%; skor pada interval 28
respoenden berada pada prosentase 4,76%; skor pada interval 3
3 responden berada pada prosentase 14,29%; skor pada interval 34
sejumlah 4 responden berada pada prosentase 19,05%, skor pada interval 37
39 sejumlah 6 responden berada pada prosentase 28,57%, dan skor pada
interval 40-42 sejumlah 4 responden berada pada prosentase 19,05%.
Analisis Uji Hipotesis
Untuk membuktikan kebenaran dari hipotesa yang digunakan maka terlebih
dahulu mencari nilai koefisien antara variabel kepemimpinan kepala sekolah (X)
0
5
10
15
20
25
30
35
25-27 28-30 31-33
56
Agar lebih mudah dan lebih jelas dipahami, maka dibawah ini
digambarkan grafik mengenai kepemimpinan kepala sekolah dengan
profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang.
Histogram tentang Profesionalitas Mengajar Guru di SDIT Cahaya
Bangsa Mijen Semarang.
Grafik. Profesionalitas Mengajar Guru
di atas menunjukkan bahwa dari responden sejumlah 21 orang
yang menjawab dengan skor pada interval 25- 27 sejumlah 3 responden
berada pada prosentase 14,29%; skor pada interval 28-30 sejumlah 1
respoenden berada pada prosentase 4,76%; skor pada interval 31-33 sejumlah
3 responden berada pada prosentase 14,29%; skor pada interval 34-36
sejumlah 4 responden berada pada prosentase 19,05%, skor pada interval 37-
39 sejumlah 6 responden berada pada prosentase 28,57%, dan skor pada
nden berada pada prosentase 19,05%.
Untuk membuktikan kebenaran dari hipotesa yang digunakan maka terlebih
dahulu mencari nilai koefisien antara variabel kepemimpinan kepala sekolah (X)
34-36 37-39 40-42
57
dengan profesionalitas mengajar guru (Y) dengan menggunakan rumus product
moment.
Tabel 4.11 Koefisien Korelasi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X)
Terhadap profesionalitas mengajar Guru (Y) Perhitungan antara X dan Y
No Responden
X Y X² Y² XY
1 54 39 2916 1521 2106 2 52 28 2704 784 1456 3 61 40 3721 1600 2440 4 53 31 2809 961 1643 5 55 34 3025 1156 1870 6 51 35 2601 1225 1785 7 60 40 3600 1600 2400 8 56 37 3136 1369 2072 9 37 40 1369 1600 1480 10 64 39 4096 1521 2496 11 69 40 4761 1600 2760 12 59 26 3481 676 1534 13 49 33 2401 1089 1617 14 48 37 2304 1369 1776 15 51 33 2601 1089 1683 16 43 26 1849 676 1118 17 62 36 3844 1296 2232 18 53 36 2809 1296 1908 19 39 25 1521 625 975 20 63 39 3969 1521 2457 21 59 38 3481 1444 2242
Jumlah 1138 732 62998 26018 40050
Mean X (X ) = N
X∑ Mean Y (Y ) = N
Y∑
= 21
1138 =
21
732
= 54,19 = 34,85
Dari tabel di atas diperoleh:
N = 21
∑x = 1138
∑ y = 732
58
∑ xy = 40050
∑ 2x = 62998
∑ 2y = 26018
Selanjutnya untuk membuktikan hipotesa di atas, dalam penelitian ini
dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisis statistik product moment
satu prediktor. Adapun langkah-langkah dalam pengelolaan data tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Mencari korelasi antara prediktor (x) dengan kriterium (y) dengan
menggunakan teknik korelasi momen tangkar dari pearson, dengan rumus
sebagai berikut:
( )( )∑∑∑
=22 yx
xyrxy
Sebelum mencari rxy harus mencari nilai x2, y2, dan xy dengan rumus sebagai
berikut:
( )N
2
22 ∑∑∑ −=
XXx
( )N
2
22 ∑∑∑ −=
YYy
( )( )N∑∑
∑∑ −=YX
XYxy
Hasil dari masing-masing rumus di atas adalah sebagai berikut:
a. ( )
N
2
22 ∑∑∑ −=
XXx
= 62998 - ( )
21
1138 2
= 62998 - 21
1295044
= 62998 – 61668,8 = 1329,24
59
b. ( )
N
2
22 ∑∑∑ −=
YYy
= 26018 - ( )
21
732 2
= 26018 - 21
535824
= 26018 – 25515,43
= 502,571
c. ( )( )
N∑∑
∑∑ −=YX
XYxy
= 40050 - ( )( )
21
7321138
= 40050 - 21
833016
= 40050 – 39667,43
= 382,571
d. ( )( )∑∑∑
=22 yx
xyrxy
= ( )( )502,5711329,24
571,382
= 668037
571,382
= 335,817
571,382
= 0,468
Dari hasil perhitungan rumus korelasi diatas, rhitung = 0,468, rt(21;5%)=0,433,
rt(21;1%)=0,549.
Berarti rhitung > rtabel untuk 5%, maka Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini
menunjukkan korelasi tersebut SIGNIFIKAN pada taraf 5%, sedangkan untuk taraf
1% korelasi tersebut tidak signifikan, karena rhitung < rtabel, dan menunjukkan bahwa
60
hubungan tersebut masuk pada kriteria SEDANG, karena 0,400 < r� 0,700, serta
arah korelasinya positif.
3. Analisis lanjut
Setelah r (koefisien korelasi) dari variabel X dan variabel Y diketahui,
selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan nilai r product moment untuk
diketahui signifikasinya dan untuk mengetahui apakah hipotesa yang diajukan dapat
diterima atau tidak. Hal ini disebabkan apabila r observasi yang kita peroleh sama
dengan atau lebih besar dari pada r tabel, maka nilai r yang telah kita peroleh itu
signifikan.
Adapun untuk mengetahui apakah nilai r observasi tersebut signifikan atau
tidak adalah dengan cara menunjukkan atau menguji taraf signifikan 5% dan 1%
dengan operasional sebagai berikut :
1. Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di
SDIT Cahaya Bangsa pada taraf signifikan 5% dengan N= 21. Diperoleh ro =
0,468 dan rt = 0,433, maka ro > rt berarti signifikan. Dengan demikian ro
(observasi) lebih besar daripada rt (r dalam tabel), ini berarti hasilnya adalah
signifikan dan ada korelasi (ada hubungan yang positif) antara kedua variabel
tersebut.
2. Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di
SDIT Cahaya Bangsa pada taraf signifikan 1% dengan N= 21. Diperoleh ro =
0,468 dan rt = 0,549, maka ro < rt berarti tidak signifikan. Dengan demikian ro
(observasi) lebih kecil daripada rt (r dalam tabel), ini berarti hasilnya adalah non
signifikan dan tidak ada korelasi (tidak ada hubungan yang positif) antara kedua
variabel tersebut.
Dari kedua pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi 5% dan 1% maka
hasil yang diperoleh adalah r observasi (hasil penelitian) lebih besar hasilnya pada
taraf 5% dan lebih kecil pada taraf 1%. Jadi hipotesis yang telah diajukan dalam bab
satu hasilnya adalah hipotesis diterima kebenarannya pada taraf signifikan 5% dan
ditolak kebenarannya pada taraf signifikan 1%.
Berdasarkan penafsiran akan besarnya koefisien korelasi yang umum
61
digunakan interpretasi berikut :
Tabel 4.12
Kriteria Penafsiran
Besarnya “r” Product Moment Interpretasi 0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y memang
ada korelasi tetapi sangat lemah (dianggap korelasi)
0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi
0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau tinggi
Oleh karena besarnya nilai “r” Product Moment adalah 0,468 maka berada
pada interval (0,40 – 0,70), sehingga dapat diinterpretasikan bahwa: antara
variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang SEDANG atau CUKUP.
Selanjutnya untuk mencari nilai koefisien determinasi (variabel penentu)
antara variabel X dan variabel Y, maka digunakan rumus sebagai berikut :
Koefisien determinasi :
r2 x 100% = (0,468) 2 x 100%
= 0,219 x 100%
= 21,9%
Maka dapat diinterpretasikan bahwa kepemimpinan kepala sekolah tersebut
tergolong sedang (dengan kontribusi sebesar 21,9%) terhadap profesionalitas
mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Dari hasil hipotesis yang diperoleh adalah signifikan, artinya semakin baik
pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah maka semakin tinggi tingkat
profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang. Namun
sebaliknya, semakin buruk pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah maka
semakin rendah pula tingkat profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya
62
Bangsa Mijen Semarang. Karena dari perhitungan rumus korelasi, N=21 hasilnya
rhitung = 0,468, rt(21;5%)=0,433, rt(21;1%)=0,549. Berarti rhitung > rtabel untuk taraf
5%, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan
kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SDIT
Cahaya Bangsa Mijen Semarang. “(Ha) dapat diterima, sedangkan Ho yang
berbunyi “Tidak ada hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan
profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang.” (Ho)
ditolak. Hal ini berarti kepemimpinan kepala sekolah berhubungan dengan
profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang.
2. Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru
di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang adalah SIGNIFIKAN, dan
menunjukkan bahwa hubungan tersebut masuk pada kriteria SEDANG, karena
0,468 berada pada taraf interpretasi 0,400-0,700, dengan tingkat kontribusi
sebesar 21,9%.
63
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian skripsi yang telah dilakukan dengan judul “Hubungan
Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Profesionalitas Mengajar Guru di SDIT
Cahaya Bangsa Mijen Semarang“ dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari hasil perhitungan rumus korelasi diatas, rhitung = 0,468, rt(21;5%)=0,433,
rt(21;1%)=0,549. Berarti r_hitung > r_tabel untuk 5%, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, hal ini menunjukkan korelasi tersebut SIGNIFIKAN pada taraf 5%,
sedangkan untuk taraf 1% korelasi tersebut tidak signifikan, karena rhitung < rtabel.
Berarti rhitung > rtabel. dan menunjukkan bahwa hubungan tersebut masuk pada
kriteria SEDANG, karena 0,468 berada pada kriteria penafsiran 0,400 < r�
0,700, serta arah korelasinya positif.
2. kepemimpinan kepala sekolah dapat diinterpretasikan sedang, dengan kontribusi
sebesar 21,9% terhadap profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa.
Sedangkan sisanya yaitu 100% - 21,9% = 78,1% merupakan pengaruh variabel
lain yang belum diteliti.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitan, ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan
untuk perbaikan pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalitas
mengajar guru dikemudian hari:
1. Bagi Kepala Sekolah
Penerapan kepemimpinan kepala sekolah di SDIT Cahaya Bangsa sudah
cukup baik, hendaknya dipertahankan karena kepemimpinan mempunyai
kedudukan dan peranan yang sangat penting bagi kinerja guru agar guru dapat
melaksanakan pengajaran secara profesional sehingga tercapainya tujuan
pendidikan nasional.
64
2. Bagi Guru
Meskipun pelaksanaan pengajaran di SDIT Cahaya Bangsa sudah baik,
maka hendaknya guru mengajar sesuai dengan bidangnya masing-masing.
C. Penutup
Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT sebagai rasa syukur yang
sangat mendalam sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini, dan berkat rahmat, hidayah dan inayah-Nya, penulis memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
proses pelaksanaan penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir. Semoga bantuan
baik berupa doa, materi maupun tenaga dan pikiran serta dukungan yang diberikan
kepada penulis mendapat balasan dan diterima sebagai amal saleh di hadapan Allah
SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan yang tidak terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang konstruktif dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kelengkapan
skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya. Wa Allahu a’lam bi al-shawab.
DAFTAR PUSTAKA
Ara Hidayat dan Imam Machlmi, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip, dan
Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, Bandung: PT. Pusatka
Educa, 2010,
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2007.
Echols, John M., dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia.
Effendi, A.M, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Profesionalisme Guru
Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kecamatan
Cimaragas Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010, http://smart-
feel.blogspot.com/2011/01/profesionalisme-guru-dalam-mengajar.html
H, Bagus, Guru Bermoral Profesional, Yogyakarta: Kreasi Wacana Offset, 2006
Hadi, Sutrisno, Statistik jilid 2, Yogyakarta: Andi, 2000,
Handoko, T. Hani, Manajemen. Yogyakarta: BPFE, 1995
Hasan, M. Iqbal, Pokok-pokok Materi Statistik 1, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005
Nur Hidayah, Kepemimpinan Kepala Sekolah Profesional Dalam Mencapai Visi dan
Misi Pendidikan di SDI. Hj. Isriati Semarang, (Semarang:Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo, 2009)
http://karyailmiah.blogspot.com/2011/07/kepemimpinan-yang-efektif.html
Isjoni, Manajemen Kepemimpinan dalam Pendidikan, Bandung:Sinar Baru
Algensindo, 2007
Janah, Aliyati. Pengaruh persepsi guru tentang supervisi kepala madrasah terhadap
profesionalisme guru di MA Salafiyah Simbangkulon Buaran Pekalongan
Tahun 2009/2010, (Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009)
Maghfiroh, Aini. Peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam peningkatan mutu
guru PAI di SMP Nasima Semarang. (Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo, 2009)
Mulyasa, E.., Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan
MBS dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004.
Mulyasa, Menejemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT Bumi Aksara,
2011,
Poerwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : Rosdakarya
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Riduwan, Dasar-dasar Statistika, Bandung: Alfabeta, 2010
Rizky, Nizar, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pendidikan, http://amore-
course.blogspot.com/2011/12/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.html
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005.
Soenarjo. Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: CV Al-
Waah, 1995
Sudjana, Metode Statistika, Jakarta: Tarsito, 1996
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003,
Cet..XIV,
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.
Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005. pasal 20 tentang Guru dan
Dosen
Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjau Teoritik dan
Permasalahannya, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1992.
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Indikator Kepemimpinan Kepala Sekolah, 37
Tabel 3.2 Indikator Profesionalitas Mengajar Guru, 37
Tabel 3.3 Penilaian Alternatif Jawaban Responden, 39
Tabel 4.1 Analisis Perhitungan Validitas Butir Soal Kepemimpinan Kepala
Sekolah, 46
Tabel 4.2 Analisis Perhitungan Validitas Butir Soal Profesionalitas Mengajar Guru,
47
Tabel 4.3 Data Hasil Kepemimpinan Kepala Sekolah SDIT Cahaya Bangsa, 48
Tabel 4.4 Mencari rata-rata (Mean) Kepemimpinan Kepala Sekolah, 50
Tabel 4.5 Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah, 51
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kepemimpinan Kepala Sekolah, 51
Tabel 4.7 Data Hasil Profesionalitas Mengajar Guru, 52
Tabel 4.8 Mencari Rata-rata (Mean) Profesionalitas Mengajar Guru, 54
Tabel 4.9 Profesionalitas Mengajar guru, 55
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Profesionalitas Mengajar guru, 55
Tabel 4.11 Koefisien Korelasi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X)
Terhadap profesionalitas mengajar Guru (Y), 56
Tabel 4.12 Kriteria Penafsiran, 60
Lampiran 1
Daftar Nama Responden
No Nama L/P
Tempat Tanggal Lahir 1 Nur Royhana M.A,S.Pd. L 2 Ari Yulianingrum,A.Md. P 3 Nur Kholis, S. Pd. P 4 Zainal Muttaqin,S.Pd.I L 5 Siti Aminah, S.E. L 6 Eva Nuriatulfajr, S.Pd.I P 7 Titi Rohmah, S.Pd.I P 8 Rina Marfungah, S.Pd. P 9 Lilis Suspriyatin, A.Md. P 10 Setya Wartono, S.Pd. P 11 Biya Ebi Praheto L 12 Sholihati, S.Pd. L 13 Khofifah, S.Pd. L 14 Agus Nur Fathon P 15 Syahrul Mubarok L 16 Arin Nur Khomsah, S.Pd. L 17 Atika Manggiasih P 18 Dian Eryka Dwi P., S.Pd. P 19 Diah Farida Hanum L 20 Hanik Mutmainnah P 21 Sakdullah L
Lampiran 2
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER UJI COBA
BAGIAN I : IDENTITAS RESPONDEN 1. Jenis Kelamin : ……………………………. 2. Unit Kerja : ……………………………. 3. Pangkat/Gol : ……………………………. 4. Masa Kerja : ……………………………. 5. Umur : ……………………………. BAGIAN II : PETUNJUK 1. Bacalah instrumen ini secara seksama 2. Jawaban instrumen ini tidak ada yang benar dan salah dan tidak berpengaruh
terhadap konduite Saudara. Jawablah dengan jujur dan apa adanya, agar jawaban yang Saudara berikan dapat memberikan informasi yang berguna sesuai dengan tujuan penelitian ini.
3. Berilah tanda silang pada salah satu pilihan yang paling sesuai dengan apa yang ada pada diri Saudara
4. Pilihlah : A : Selalu B : Sering C : Kadang-kadang D: Tidak pernah
Atas kesediaan Saudara untuk mengisi angket ini penulis sampaikan terima kasih.
Semarang, 20 Oktober 2011
Peneliti,
Dewi Istiana
BAGIAN III: PERNYATAAN A. VARIABEL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
No Indikator Pernyataan Pilihan
A B C D 1.
Perencanaan
Kepala Sekolah mampu menyusun perencanaan KBM sekolah dengan baik
A B C D
2. Kepala sekolah mampu mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan profesionalitas guru
A B C D
3. Kepala sekolah mampu merumuskan faktor eksternal/internal yang menghambat dan mendorong profesionalitas mengajar guru
A B C D
4. Kepala sekolah mampu memilih alternatif tindakan untuk menyelesaikan masalah yang menyangkut profesionalitas guru
A B C D
5. Kepala sekolah mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mendukung profesionalitas mengajar guru
A B C D
6. Kepala sekolah mampu melaksanakan kegiatan akademik
A B C D
7. Kepala sekolah mampu menetapkan jangka waktu yang diperlukan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh para guru
A B C D
8. Kepala sekolah mampu merumuskan tujuan yang akan dicapai oleh para guru
A B C D
9. Kepala sekolah mampu menetapkan alat dan metode untuk meningkatkan efisiensi dalam mencapai tujuan profesionalitas guru
A B C D
10. Kepala sekolah mampu merumuskan rencana evaluasi untuk mengukur pencapaian tujuan profesionalitas mengajar guru
A B C D
11. Pengorganisasian
Kepala sekolah mampu membuat job description sesuai dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang guru
A B C D
12. Kepala sekolah mampu menciptakan suasana harmonis
A B C D
13. Kepala sekolah mampu membina kerja sama yang efektif dengan para guru
A B C D
14. Kepala sekolah mampu berkomunikasi secara efektif kepada para guru
A B C D
15. Kepala sekolah mampu mengatur tugas, tanggung jawab dan wewenang guru untuk mencapai tujuan profesionalitas guru
A B C D
16.
Penggerakan
Kepala sekolah mampu mengkoordinir kegiatan secara efektif dan efisien
A B C D
17. Kepala Sekolah mampu mengarahkan guru untuk memiliki perangakat pengajaran (daftar hadir/buku nilai, silabus, RPP, program semester/tahunan)
A B C D
18. Kepala sekolah mampu memberikan motivasi kepada para guru untuk mencapai tujuan pembelajaran
A B C D
19. Kepala sekolah mampu bekerja sama dengan guru untuk mencapai tujuan
A B C D
20.
Pengawasan
Kepala sekolah mampu menentukan standar kualitas pekerjaan
A B C D
21. Kepala sekolah mampu menilai dan mengukur program yang dilaksanakan maupun hasil yang telah dicapai oleh guru
A B C D
22. Kepala sekolah mampu menentukan dan mengadakan tindakan perbaikan KBM guru
A B C D
23. Kepala Sekolah mampu memberikan saran dan kritik yang membangun ketika mengadakan pengawasan kepada bawahan
A B C D
24. Kepemimpinan
otoriter
Kepala sekolah sering memarahi bawahan A B C D 25. Kepala sekolah Tidak mau menerima
pendapat, saran, dan kritik dari bawahan A B C D
26. Kepala sekolah terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya
A B C D
27. Kepemimpinan
laises faire
Kepala sekolah memberikan kebebasan penuh kepada bawahan untuk menentukan kebijakan
A B C D
28. Kepala sekolah tidak berani menetapkan keputusan tanpa persetujuan bawahan
A B C D
29. Kepemimpinan
demokratis
Kepala sekolah mengutamakan kerja sama dalam mencapai tujuan
A B C D
30. Kepala sekolah membuat keputusaan bersama dengan menampung aspirasi para guru dalam mengambil keputusan
A B C D
B. VARIABEL PROFESIONALITAS MENGAJAR GURU
No. Indikator Pernyataan Pilihan A B C D
1.
Merumuskan tujuan
pembelajaran
Guru membuat kompetensi dasar sesuai dengan standar kompetensi
A B C D
2. Dalam membuat tujuan pembelajaran, guru telah menjangkau aspek kognitif, efektif dan psikomotorik
A B C D
3. Sebelum menyampaikan materi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran terlebih dahulu
A B C D
4. Menentukan alokasi waktu
Guru mampu merumuskan alokasi waktu yang diperlukan untuk pembelajaran
A B C D
5. Merencanakan materi bahan ajar
Guru merencanakan bahan ajar sesuai dengan materi yang akan diajarkan
A B C D
6. Merencanakan metode
pengajaran
Guru merencanakan metode pengajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan
A B C D
7. Menyajikan materi secara
sistematis
Guru menyampaikan materi secara sistematis A B C D 8. Guru mempelajari materi terlebih dahulu
sebelum disampaikan kepada siswa A B C D
9. Menyajikan materi sesuai alokasi waktu
Guru mampu menyampaikan materi secara efektif dan efisien sesuai alokasi waktu yang telah direncanakan
A B C D
10.
Menggunakan metode yang
telah direcanakan
Guru menggunakan metode yang bervariasi ketika mengajar
A B C D
11 Materi yang akan disampaikan menjadi pertimbangan guru dalam menentukan metode mengajar
A B C D
12. Mampu melaksanakan
evaluasi belajar
Guru mampu menyusun alat-alat evaluasi hasil belajar berupa tes tertulis dan tes lisan
A B C D
13. Guru mampu melaksanakan penilaian A B C D 14. Mampu
menindaklanjuti evaluasi belajar
Guru menindaklanjuti hasil penilaian dengan mengadakan remidial
A B C D
15. Guru melakukan perbaikan program untuk menindaklanjuti penilaian hasil belajar
A B C D
Lampiran 3
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DENGAN ROFESIONALITAS MENGAJAR GURU
BAGIAN I : IDENTITAS RESPONDEN 1. Jenis Kelamin : ……………………………. 2. Unit Kerja : ……………………………. 3. Pangkat/Gol : ……………………………. 4. Masa Kerja : ……………………………. 5. Umur : ……………………………. BAGIAN II : PETUNJUK 5. Bacalah instrumen ini secara seksama 6. Jawaban instrumen ini tidak ada yang benar dan salah dan tidak berpengaruh
terhadap konduite Saudara. Jawablah dengan jujur dan apa adanya, agar jawaban yang Saudara berikan dapat memberikan informasi yang berguna sesuai dengan tujuan penelitian ini.
7. Berilah tanda silang pada salah satu pilihan yang paling sesuai dengan apa yang ada pada diri Saudara
8. Pilihlah : A : Selalu B : Sering C : Kadang-kadang D: Tidak pernah
Atas kesediaan Saudara untuk mengisi angket ini penulis sampaikan terima kasih.
Semarang, 20 Oktober 2011 Peneliti,
Dewi Istiana
BAGIAN III: PERNYATAAN C. VARIABEL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
No Indikator Pernyataan Pilihan
A B C D 1.
Perencanaan
Kepala sekolah mampu merumuskan faktor eksternal/internal yang menghambat dan mendorong profesionalitas mengajar guru
A B C D
2. Kepala sekolah mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mendukung profesionalitas mengajar guru
A B C D
3. Kepala sekolah mampu melaksanakan kegiatan akademik
A B C D
4. Kepala sekolah mampu merumuskan tujuan yang akan dicapai oleh para guru
A B C D
5. Kepala sekolah mampu menetapkan alat dan metode untuk meningkatkan efisiensi dalam mencapai tujuan profesionalitas guru
A B C D
6. Kepala sekolah mampu merumuskan rencana evaluasi untuk mengukur pencapaian tujuan profesionalitas mengajar guru
A B C D
7. Pengorganisasian
Kepala sekolah mampu membuat job description sesuai dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang guru
A B C D
8. Kepala sekolah mampu menciptakan suasana harmonis
A B C D
9. Kepala sekolah mampu mengatur tugas, tanggung jawab dan wewenang guru untuk mencapai tujuan profesionalitas guru
A B C D
10.
Penggerakan
Kepala sekolah mampu mengkoordinir kegiatan secara efektif dan efisien
A B C D
11. Kepala Sekolah mampu mengarahkan guru untuk memiliki perangakat pengajaran (daftar hadir/buku nilai, silabus, RPP, program semester/tahunan)
A B C D
12. Kepala sekolah mampu memberikan motivasi kepada para guru untuk mencapai tujuan pembelajaran
A B C D
13. Kepala sekolah mampu bekerja sama dengan guru untuk mencapai tujuan
A B C D
14.
Pengawasan
Kepala sekolah mampu menilai dan mengukur program yang dilaksanakan maupun hasil yang telah dicapai oleh guru
A B C D
15. Kepala sekolah mampu menentukan dan A B C D
mengadakan tindakan perbaikan KBM guru 16. Kepemimpinan
otoriter Kepala sekolah sering memarahi bawahan A B C D
17. Kepemimpinan laises faire
Kepala sekolah tidak berani menetapkan keputusan tanpa persetujuan bawahan
A B C D
18. Kepemimpinan demokratis
Kepala sekolah mengutamakan kerja sama dalam mencapai tujuan
A B C D
D. VARIABEL PROFESIONALITAS MENGAJAR GURU No. Indikator Pernyataan Pilihan
A B C D 1.
Merumuskan tujuan
pembelajaran
Dalam membuat tujuan pembelajaran, guru telah menjangkau aspek kognitif, efektif dan psikomotorik
A B C D
2. Sebelum menyampaikan materi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran terlebih dahulu
A B C D
3. Menentukan alokasi waktu
Guru mampu merumuskan alokasi waktu yang diperlukan untuk pembelajaran
A B C D
4. Merencanakan materi bahan ajar
Guru merencanakan bahan ajar sesuai dengan materi yang akan diajarkan
A B C D
5. Merencanakan metode
pengajaran
Guru merencanakan metode pengajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan
A B C D
6. Menyajikan materi sesuai alokasi waktu
Guru mampu menyampaikan materi secara efektif dan efisien sesuai alokasi waktu yang telah direncanakan
A B C D
7.
Menggunakan metode yang
telah direcanakan
Guru menggunakan metode yang bervariasi ketika mengajar
A B C D
8. Materi yang akan disampaikan menjadi pertimbangan guru dalam menentukan metode mengajar
A B C D
9. Mampu menindaklanjuti evaluasi belajar
Guru menindaklanjuti hasil penilaian dengan mengadakan remidial
A B C D
10. Guru melakukan perbaikan program untuk menindaklanjuti penilaian hasil belajar
A B C D
HASIL ANGKET UJI COBA VARIABEL X
No. Nama Res
Item soal (x) Total skor (y)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 R_1 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 1 4 3 3 3 91 2 R_2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 1 3 3 95 3 R_3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 2 3 4 4 3 105 4 R_4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 2 2 4 3 3 2 93 5 R_5 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 2 2 2 4 3 3 2 3 3 3 2 1 2 2 1 3 3 4 88 6 R_6 3 3 4 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 1 2 2 4 3 3 3 91 7 R_7 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2 4 4 2 3 4 102 8 R_8 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 2 1 1 3 2 3 4 90 9 R_9 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 4 72 10 R_10 3 4 3 2 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 1 1 2 4 4 4 3 102 11 R_11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 4 4 4 4 101 12 R_12 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 0 3 3 4 1 1 1 2 3 4 3 91 13 R_13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 0 2 3 1 3 3 79 14 R_14 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 83 15 R_15 4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 3 3 3 3 3 3 4 1 2 1 2 1 3 3 78 16 R_16 4 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 4 4 3 3 3 0 2 2 4 2 3 3 1 1 3 2 2 3 4 84 17 R_17 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 1 1 3 2 3 4 3 100 18 R_18 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 2 2 2 3 4 3 93 19 R_19 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 1 2 3 2 3 3 3 93 20 R_20 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 2 3 1 4 4 104 21 R_21 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 1 2 1 2 1 3 4 96 N 70 68 66 63 65 66 69 69 65 71 69 72 71 71 70 69 68 73 72 67 67 69 70 29 35 41 57 50 69 70 1931
Lampiran 4
HASIL ANGKET UJI COBA VARIABEL Y
No. Nama
Res Item soal (Y) Total skor
(Y) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 R_1 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 53 2 R_2 3 3 2 2 2 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 46 3 R_3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 54 4 R_4 4 3 2 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 51 5 R_5 3 2 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 52 6 R_6 3 3 3 2 2 2 3 4 3 3 3 3 3 4 4 45 7 R_7 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 52 8 R_8 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 53 9 R_9 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 50 10 R_10 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 54 11 R_11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 56 12 R_12 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 39 13 R_13 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 51 14 R_14 3 3 2 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 2 3 42 15 R_15 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 49 16 R_16 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 50 17 R_17 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 52 18 R_18 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 1 4 4 55 19 R_19 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 43 20 R_20 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59 21 R_21 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 3 54 N 72 70 66 63 70 71 71 75 73 73 76 68 68 73 71 1060
Lampiran 5
Perhitungan Uji Validitas Variabel X
1. Soal No. 1
Perhitungan antara X dan Y No
Responden X Y X² Y² XY
1 4 91 16 8281 364 2 3 95 9 9025 285 3 3 105 9 11025 315 4 4 93 16 8649 372 5 4 88 16 7744 352 6 3 91 9 8281 273 7 3 102 9 10404 306 8 4 90 16 8100 360 9 2 72 4 5184 144 10 3 102 9 10404 306 11 3 101 9 10201 303 12 3 91 9 8281 273 13 3 79 9 6241 237 14 3 83 9 6889 249 15 4 78 16 6084 312 16 4 84 16 7056 336 17 4 100 16 10000 400 18 3 93 9 8649 279 19 3 93 9 8649 279 20 4 104 16 10816 416 21 3 96 9 9216 288
N = 21 70 1931 240 179179 6449
��� � ��∑� � �∑��∑� �.∑�� � �∑��� �.∑� � �∑��
��� � 21�6449 � �70�1931��21 � 240 � �702 �21 � 179179 � �19312
��� � 135429 � 135170��5040 � 4900 �3762759 � 3728761
��� � 259��140 �33998
��� � 259√4759720
��� � 2592181,678253
��� �0,118
Pada tabel di atas harga kritik dari Products momen
dengan % 5% dan N= 21, di peroleh �&'()*= 0,433, karena
���+�,-./0, maka soal no.1 TIDAK VALID.
2. Soal no. 2 Perhitungan antara X dan Y
No Responden
X Y X² Y² XY
1 4 91 16 8281 364 2 3 95 9 9025 285 3 3 105 9 11025 315 4 4 93 16 8649 372 5 4 88 16 7744 352 6 3 91 9 8281 273 7 3 102 9 10404 306 8 4 90 16 8100 360 9 2 72 4 5184 144 10 4 102 16 10404 408 11 3 101 9 10201 303 12 3 91 9 8281 273 13 3 79 9 6241 237 14 4 83 16 6889 332 15 2 78 4 6084 156 16 3 84 9 7056 252 17 3 100 9 10000 300 18 3 93 9 8649 279 19 3 93 9 8649 279 20 4 104 16 10816 416 21 3 96 9 9216 288
N = 21 68 1931 228 179179 6294
��� � ��∑� � �∑��∑� �.∑�� � �∑��� �.∑� � �∑��
��� � 21�6294 � �68�1931��21 � 228 � �682 �21 � 179179 � �19312
��� � 132174 � 131308��4788 � 4624 �3762759 � 3728761
��� � 866��164 �33998
��� � 866√5575672
��� � 8662361,28609
��� �0,366
Pada tabel di atas harga kritik dari Products momen
dengan % 5% dan N= 21, di peroleh �&'()*= 0,433, karena
���+�,-./0, maka soal no.2 TIDAK VALID.
3. Soal no. 3 Perhitungan antara X dan Y
No Responden
X Y X² Y² XY
1 4 91 16 8281 364 2 3 95 9 9025 285 3 3 105 9 11025 315 4 4 93 16 8649 372 5 3 88 9 7744 264 6 4 91 16 8281 364 7 3 102 9 10404 306 8 3 90 9 8100 270 9 2 72 4 5184 144 10 3 102 9 10404 306 11 3 101 9 10201 303 12 3 91 9 8281 273 13 3 79 9 6241 237 14 3 83 9 6889 249 15 2 78 4 6084 156 16 3 84 9 7056 252 17 4 100 16 10000 400 18 3 93 9 8649 279 19 3 93 9 8649 279 20 3 104 9 10816 312 21 4 96 16 9216 384
N = 21 66 1931 214 179179 6114
��� � ��∑� � �∑��∑� �.∑�� � �∑��� �.∑� � �∑��
��� � 21�6114 � �66�1931��21 � 214 � �662 �21 � 179179 � �19312
��� � 128394 � 127446��4494 � 4356 �3762759 � 3728761
��� � 948��138 �33998
��� � 948√4691724
��� � 9482166,038781
��� �0,437
Pada tabel di atas harga kritik dari Products momen
dengan % 5% dan N= 21, di peroleh �&'()*= 0,433, karena
���1�,-./0, maka soal no.3 VALID.
PERHITUNGAN UJI REALIBILITAS
Total
skor (y)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 R_1 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 1 4 3 3 3 91 8281
2 R_2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 1 3 3 95 9025
3 R_3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 2 3 4 4 3 105 11025
4 R_4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 2 2 4 3 3 2 93 8649
5 R_5 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 2 2 2 4 3 3 2 3 3 3 2 1 2 2 1 3 3 4 88 7744
6 R_6 3 3 4 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 1 2 2 4 3 3 3 91 8281
7 R_7 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2 4 4 2 3 4 102 10404
8 R_8 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 2 1 1 3 2 3 4 90 8100
9 R_9 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 4 72 5184
10 R_10 3 4 3 2 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 1 1 2 4 4 4 3 102 10404
11 R_11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 4 4 4 4 101 10201
12 R_12 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 0 3 3 4 1 1 1 2 3 4 3 91 8281
13 R_13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 0 2 3 1 3 3 79 6241
14 R_14 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 83 6889
15 R_15 4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 3 3 3 3 3 3 4 1 2 1 2 1 3 3 78 6084
16 R_16 4 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 4 4 3 3 3 0 2 2 4 2 3 3 1 1 3 2 2 3 4 84 7056
17 R_17 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 1 1 3 2 3 4 3 100 10000
18 R_18 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 2 2 2 3 4 3 93 8649
19 R_19 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 1 2 3 2 3 3 3 93 8649
20 R_20 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 2 3 1 4 4 104 10816
21 R_21 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 1 2 1 2 1 3 4 96 9216
N 70 68 66 63 65 66 69 69 65 71 69 72 71 71 70 69 68 73 72 67 67 69 70 29 35 41 57 50 69 70 1931 179179
Kuadrat Item Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 R_1 16 16 16 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 16 16 9 9 9 9 9 9 9 9 1 4 1 16 9 9 9
2 R_2 9 9 9 9 9 16 16 16 9 9 9 16 16 16 16 16 16 16 16 9 9 9 9 4 4 4 4 1 9 9
3 R_3 9 9 9 9 9 16 16 16 16 16 16 9 9 16 16 9 16 16 16 16 16 16 16 4 9 4 9 16 16 9
4 R_4 16 16 16 9 9 9 9 9 4 16 9 9 9 9 9 9 9 9 9 16 16 16 9 4 4 4 16 9 9 4
5 R_5 16 16 9 9 9 9 16 16 16 16 16 9 4 4 4 16 9 9 4 9 9 9 4 1 4 4 1 9 9 16
6 R_6 9 9 16 9 4 9 9 9 16 16 9 9 9 9 9 9 9 16 16 9 9 9 9 1 4 4 16 9 9 9
7 R_7 9 9 9 9 9 16 16 16 16 16 9 16 16 9 9 9 9 16 16 16 9 9 16 9 4 16 16 4 9 16
8 R_8 16 16 9 9 16 9 9 9 9 4 9 16 16 9 16 9 9 16 9 4 9 9 9 4 1 1 9 4 9 16
9 R_9 4 4 4 4 4 4 9 4 1 4 4 9 9 9 9 4 4 9 9 9 4 9 9 4 4 4 4 4 9 16
10 R_10 9 16 9 4 16 9 9 16 9 16 16 16 16 16 16 16 9 16 9 16 16 16 16 1 1 4 16 16 16 9
11 R_11 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 1 1 1 16 16 16 16
12 R_12 9 9 9 9 9 9 9 9 16 16 16 16 16 16 9 16 16 9 16 0 9 9 16 1 1 1 4 9 16 9
13 R_13 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 4 4 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 0 0 4 9 1 9 9
14 R_14 9 16 9 9 9 9 9 9 4 9 9 9 9 16 9 9 16 9 9 9 4 4 9 4 4 4 4 1 4 9
15 R_15 16 4 4 4 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 0 9 9 9 9 9 9 16 1 4 1 4 1 9 9
16 R_16 16 9 9 16 9 9 9 9 4 16 9 16 16 9 9 9 0 4 4 16 4 9 9 1 1 9 4 4 9 16
17 R_17 16 9 16 16 16 16 9 16 9 9 16 16 9 9 16 16 9 16 16 9 9 16 16 1 1 9 4 9 16 9
18 R_18 9 9 9 9 9 4 9 9 9 9 9 9 9 9 9 16 16 16 16 16 16 16 16 1 4 4 4 9 16 9
19 R_19 9 9 9 9 9 9 16 16 16 9 9 9 9 9 9 16 16 16 16 9 9 9 9 1 4 9 4 9 9 9
20 R_20 16 16 9 9 16 16 16 9 9 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 9 9 4 4 4 9 1 16 16
21 R_21 9 9 16 16 9 9 9 9 16 16 16 16 16 16 9 16 16 9 16 9 16 16 9 1 4 1 4 1 9 16
N 240 228 214 195 207 214 231 233 215 249 235 254 247 247 240 245 238 261 256 231 223 233 240 49 67 93 173 142 233 240
No. Nama
Res
Item soal (x) Kuadrat
total skor
No. Nama
Res
Item soal (x)
Lampiran 7
Langkah 1: Menghitung variansi skor tiap-tiap item dengan rumus:
��1 �∑��2 ∑���2�
�
��1 �240 70�221
21
��1 �240 233,33
21
��1 �6,6721
��1 � 0,317
Perhitungan yang dilakukan seperti pada langkah di atas, agar dapat memperoleh
��1 , ��2 , ��3 dan seterusnya sampai item terakhir.
Langkah 2: Menghitung varians total dengan rumus
��� ��1 � �2 � �3………��
∑�� �
0,317+0,371+0,313+0,285+0,276+0,313+0,204+0,299+0,657+
0,426+0,394+0,340+0,331+0,331+0,317+0,870+0,848+0,344+
0,435+0,820+0,44+0,299+0,317+0,426+0,412+0,617+0,870+1
,093+0,299+0,317
∑�� �13,599
Langkah 3: menghitung varians total dengan rumus
�� �∑��� ∑������
�
�� �179179 1931��
2121
�� �179179 3728761
2121
�� � 179179 177560,0421
�� � 1618,9621
�� � 77,093
Kemudian di Masukkan Dalam Rumus: ��� � � !�� �
∑"#"$ �
��� � % 3030 1% %1
13,59977,093%
��� � |1,034||1 0,176| ��� � |1,034||0,824| ��� �0,852
��� � 0,852 jika di banding dengan ��'()*dengan (N-1) 15-1=14, pada taraf
signifikansi 5% maka di peroleh ��'()* � 0,532. �,-�./0 1 ��'()* , maka hasilnya reliabel.
Lampiran 8
Pembelajaran Sistem A Ba Ta
Lampiran 9
Proses Mengajar guru
Lampiran 10
Rapat kepala sekolah dan dewan guru
KELUARGA BESAR KI-2007
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama Lengkap : Dewi Istiana
Tempat, Tgl. Lahir : Semarang, 21 Januari 1990
NIM : 073311029
Alamat : Ngadirgo RT 02 RW 02
Mijen-Semarang 50213
No. Handphone : 0856 8452 250
Email : [email protected]
Website : http://i.dewi.blogspot.com
B. Riwayat Pendidikan Formal :
1. MI Miftahus Shibyan Ngadirgo Lulus tahun 2001
2. Mts NU 02 Al-Ma’arif Boja Lulus Tahun 2004
3. MA Negeri Model Kendal Lulus Tahun 2007
4. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Jurusan Kependidikan
Islam angkatan 2007
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Semarang, 22 Desember 2011
Penulis,
Dewi Istiana
073311029