BAB II Pena

27
BAB II KONTEKS KONSEPTUAL 2.1 Kajian Terdahulu Untuk menjaga keaslian dari penelitian yang akan dilakukan, maka peneliti memasukkan beberapa kajian dari penelitian yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti lain sekaligus untuk menjadi bahan perbandingan dengan penelitian yang akan dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan kajian dalam penelitian ini adalah : 1. Jurnal Karya Ilmiah dengan judul “Motivasi Belajar Anak Jalanan dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya” dengan sub judul (Studi tentang Anak Jalanan di Traffic Light Pasir Koja Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung) yang ditulis oleh Siti Patimah dari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP Siliwangi Bandung) pada Tahun

description

medical

Transcript of BAB II Pena

BAB II

KONTEKS KONSEPTUAL

1.1 Kajian Terdahulu

Untuk menjaga keaslian dari penelitian yang akan dilakukan, maka peneliti memasukkan beberapa kajian dari penelitian yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti lain sekaligus untuk menjadi bahan perbandingan dengan penelitian yang akan dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan kajian dalam penelitian ini adalah :1. Jurnal Karya Ilmiah dengan judul Motivasi Belajar Anak Jalanan dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya dengan sub judul (Studi tentang Anak Jalanan di Traffic Light Pasir Koja Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung) yang ditulis oleh Siti Patimah dari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP Siliwangi Bandung) pada Tahun 2012. Pada penelitian ini tujuannya adalah untuk mengetahui motivasi belajar pada anak jalanan di traffic light Pasir Koja Bandung, untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi mereka menjadi anak jalanan dan juga untuk mengetahui pembelajaran model apa yang diinginkan oleh anak anak jalanan. Jurnal ini dijadikan sebagai kajian karena berhubungan dengan anak jalanan serta model pembelajaran dan pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode fenomenologi.2. Model Pembelajaran Therapeutic Community bagi Anak Jalanan dengan sub judul (Kasus di Panti Sosial Bina Karya Marga Sejahtera Ciganjeng Kabupaten Ciamis) yang ditulis oleh Achmad Hufad dari Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun 2006. Jurnal ini dijadikan kajian oleh peneliti dikarenakan membahas mengenai anak jalanan dengan model pembelajaran therapeutic community dan tujuan studinya adalah untuk membantu anak jalanan agar dapat hidup normal dan tidak lagi berada di jalanan.3. Strategi Bertahan Hidup Anak Jalanan dengan sub judul (Kasus Anak Jalanan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat) yang ditulis oleh Tina Suhartini dan Nurmala K. Panjaitan dari Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009. Jurnal ini berisi tentang bagaimana anak anak jalanan membentuk strategi pertahanan untuk melanjutkan kehidupan mereka.Jurnal ini dipilih karena membahas mengenai strategi dan juga membahas mengenai anak anak jalanan. Untuk dapat melihat lebih jelas kesamaan dan perbedaan dari penelitian yang akan dibuat dengan penelitian yang telah dibuat dan dijadikan kajian terdahulu, maka peneliti membuat tabel perbandingan sebagai berikut:

Tabel 1. Jurnal Karya Ilmiah1.2 Kajian Teoritis1.2.1 Kajian Literatur1.2.1.1 Definisi KomunikasiKomunikasi secara umum dapat dikatakan sebagai proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Baik secara langsung maupun menggunakan media komunikasi. Menurut Onong Uchjana Effendy (2002), komunikasi berasal dari bahasa Inggris, communication dan bahasa Latin communicatio yang berarti sama. Maksudnya adalah komunikasi dapat berhasil jika terdapat kesamaan makna antara komunikator dan komunikan. Salah satu yang menjadi tujuan dari sebuah komunikasi adalah mengubah sikap dan perilaku seseorang ataupun sekelompok orang sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator.1.2.1.2 Tujuan KomunikasiTujuan komunikasi tersebut sejalan dengan pernyataan Carl I Hoveland (Effendy, 1995:10) bahwa komunikasi adalah proses dimana seorang komunikator menyampaikan perangsang untuk merubah tingkah laku orang lain. Untuk dapat mencapai tujuan dari komunikasi, maka perlu diperhatikan komponen komponen dalam komunikasi, seperti pengirim pesan (komunikator), pesan yang dikirim (message), apa alat pengirim pesan (channel atau media), penerima pesan (komunikan) dan umpan balik (feedback). Agar tujuan komunikasi dapat tercapai, maka komunikator harus menyampaikan maksud dengan baik menggunakan channel atau media yang tepat agar dapat diterima dan dimengerti hingga diberikan feedback atau tanggapan oleh komunikan.Salah satu tujuan komunikasi yang menghendaki adanya perubahan sikap dan perilaku seseorang maupun kelompok, dapat dilihat pada komunikasi yang terjadi dalam pendidikan. Di mana tujuan dari pendidikan adalah untuk dapat merubah tingkah laku peserta didik sesuai dengan yang diinginkan oleh pengajar. Pendidikan (Fakry Gaffar, 2004) diberi arti sebagai suatu proses yang secara rasional, sistematik, dan berencana dilakukan untuk mengubah perilaku manusia menuju tahap kematangan yang dikehendaki.1.2.1.3 PendidikanPendidikan dalam bahasa Inggris disebut sebagai education dan dalam bahasa Latin dikenal dengan educare. Secara etimologis, kata educare berasal dari dua kata kerja yang berbeda, yaitu educare dan educere. Educare dalam bahasa Latin memiliki konotasi melatih atau menjinakkan, sedangkan educere merupakan gabungan dari preposisi ex (artinya keluar dari) dan kata kerja ducere (memimpin) sehingga dapat diartikan bahwa pendidikan merupakan sebuah proses pembimbingan di mana terdapat dua relasi yang bersifat vertikal antara yang memimpin dan yang dipimpin. 1.2.1.4 Peran Guru dalam pendidikanDalam pendidikan, guru sebagai pengembang dan penyelenggara pembelajaran. Guru atau pendidik dengan komitmen yang kuat harus mampu merencanakan, melaksanakan pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan. Seorang pendidik harus mampu mengembangkan pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir sederhana ke tingkat kemampuan berpikir yang lebih kompleks. Dalam prosesnya, pembelajaran menjadi sesuatu yang tidak mudah, sebab dalam kenyataannya, pendidik seringkali menemui kendala yang datang baik dari luar maupun dari dalam sistem pembelajaran, baik fisik maupun non fisik. Oleh karena itu, pembelajaran membutuhkan kemampuan pendidik untuk mengelola pembelajaran dan kemampuan manajemen kelas. 1.2.1.5 Pembelajaran dan Strategi dalam dunia PendidikanPembelajaran sendiri merupakan salah satu dari variabel pendidikan, seperti yang dikemukakan oleh Charles Regeluth (83) bahwa pendidikan memiliki sejumlah variabel, yaitu administrasi, kurikulum, instruksional (pembelajaran), konseling dan evaluasi. Pembelajaran atau instruksional adalah suatu konsepsi dari dua dimensi kegiatan (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diakltualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah kompetensi dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar. Konsep pembelajaran (Corey, 1986 dalam Syaiful Sagala, 2005) adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran merupakan upaya untuk mengembangkan sejumlah potensi yang dimiliki peserta didik, baik mental intelektual, emosional, sosial, nilai moral, ekonomikal, spiritual dan kultural. Pembelajaran dapat juga didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir, yang diperoleh melalui pengalaman. Untuk dapat mengelola pembelajaran yang efektif, seorang pendidik membutuhkan strategi yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapaiStrategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Awalnya kata strategi ini digunakan untuk kepentingan militer saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis, strategi olahraga, strategi ekonomi, strategi pembelajaran dan masih banyak lagi dalam bidang yang lain. Strategi berasal dari kata strategos dalam bahasa Yunani yang berarti memberdayakan semua unsur, seperti perencanaan, cara dan teknik dalam upaya mencapai sasaran. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan strategy yang diartikan sebagai ilmu siasat (perang), siasat, akal. Menurut Shirley (1980) pengertian strategi adalah keputusan keputusan bertindak yang diarahkan dan keseluruhannya diperlukan untuk mencapai tujuan. Sementara J. Salusu (1996) menganggap strategi sebagai suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya untuk mencapai sasaran melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan. Dari pengertian pengertian yang disebutkan di atas mengenai strategi, seluruhnya mengungkapkan bahwa konsep strategi terkait dengan upaya pencapaian tujuan.Dalam konteks pembelajaran, Gilstrap dan Martin (1975) mengartikan strategi sebagai pattern of teacher behavior that are recurrent, applicable to various subject matters, characteristics of more that one teacher and relevant learning. Pengertian senada diungkapkan oleh T. Raka Joni (1980) yang mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai pola umum perbuatan guru murid di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar yang menunjuk kepada karakteristik abstrak daripada rentetan perbuatan guru murid tersebut. Strategi pembelajaran dilihat sebagai sebuah pola pun dikemukakan oleh Didi Supriadie (1995) yang mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah pola umum pengaturan hubungan antara siswa dan guru dan / atau siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungannya dari awal hingga akhir sebuah pembelajaran dengan menggunakan berbagai siasat. Sedangkan menurut David (1976) strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal. Dari rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran dan strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Pendapat tersebut selaras dengan yang dikemukakan oleh Moedjiono (1992/1993) bahwa strategi pembelajaran memiliki dua dimensi yaitu dimensi perancangan dan dimensi pelaksanaan. Di mana dimensi perancangan mencakup pemikiran dan pengupayaan secara strategis untuk merumuskan, memilih dan menetapkan aspek aspek komponen pembentuk sistem pembelajaran. Dalam dimensi pelaksanaan dapat diartikan keputusan bertindak secara strategis dalam menyelaraskan komponen komponen sistem pembelajaran yang telah dirancang agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan.Dari semua definisi tentang strategi pembelajaran yang dikemukakan, seluruhnya mengacu bahwa strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, oleh karena itu sebelum membuat sebuah strategi, sangatlah perlu untuk membuat suatu tujuan yang ingin dicapai. Dalam berbagai hal, strategi seringkali disamakan dengan metode, padahal sebenarnya metode merupakan bagian dari strategi, di mana metode adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan sebuah strategi. Disamping metode pembelajaran, dalam strategi pembelajaran pun terdapat pendekatan, teknik dan taktik, yaitu:1. Pendekatan mengandung makna tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, sedangkan strategi dan metode menunjuk sesuatu yang sudah khusus, maka baik strategi maupun metode dapat tergantung pada pendekatan tertentu. W. Gulo (2002), mengemukakan pendekatan pembelajaran adalah suatu pandangan dalam mengupayakan cara siswa berinteraksi dengan lingkungannya. Perceival dan Ellington (1998), mengemukakan ada dua kategori pendekatan pembelajaran. Kategori pendekatan tersebut adalah pendekatan pembelajaran berorientasi guru (teacher oriented) dan pendekatan pembelajaran berorientasi siswa (learner oriented). Senada dengan Perceival dan Ellington, Menurut Roy Killen (1998) ada dua pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approaches), yangf menurunkan stategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approache), yang menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif. Selain pendekatan, terdapat juga teknik dan taktik yang merupakan bagian dari metode.2. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara berpidato yang efektif dan efisien di siang hari dengan jumlah audiens yang banyak, akan berbeda dengan cara berpidato dengan jumlah audiens yang sedikit. Sedangkan taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. 3. Taktik sifatnya lebih individual. Misalnya taktik menggunakan ilustrasi dalam memberikan materi pada peserta didik agar materi yang disampaikan menarik bagi peserta didik.Dalam penggunaan strategi pembelajaran terdapat prinsip prinsip yang tampak dalam Permen Diknas Nomor 19 Tahun 2005 yang mengatakan bahwa proses pembelajaran pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik. Prinsip interaktif melihat bahwa pembelajaran bukan hanya sekedar menyampaikan materi dari pendidik ke peserta didik, tetapi sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang peserta didik untuk dapat belajar.Dengan demikian, proses pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik, antara sesama peserta didik, maupun peserta didik dengan lingkungannya. Dengan interaksi tersebut diharapkan peserta didik akan berkembang baik secara mental spiritual, intelektual, emosional, sosial dan fisik. Prinsip Inspiratif ini dapat dikatakan berhasil jika proses pembelajaran memungkinkan peserta didik mencoba dan melakukan sesuatu. Dalam proses pembelajaran, seorang pendidik harus membuka berbagai peluang agar peserta didik dapat melakukan sesuatu yang terkait dengan materi pembelajaran. Peserta didik perlu dimotivasi untuk mengembangkan inspirasinya sendiri sehingga pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya dapat dikembangkan sendiri agar lebih bermakna dan lebih kontekstual. Prinsip menyenangkan lebih mengutamakan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan menata ruangan yang rapi dan menarik, selanjutnya adalah dengan pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yaitu dengan model pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dan kontekstual. Tidak hanya faktor lingkungan yang dibuat menyenangkan, tetapi sikap dari pendidik yang menyenangkan dan komunikasi antara pendidik dan peserta didik yang lancar tanpa beban akan secara otomatis membuat suasana belajar menjadi menyenangkan. Prinsip selanjutnya adalah menantang. Proses pembelajaran haruslah membuat peserta didik tertantang untuk mengembangkan kemampuan berpikir, kemampuan keterampilan aplikatif dan keterampilan bersosial. Peserta didik perlu dilatih untuk belajar berpikir (learning how to learn) dan belajar melakukan sesuatu (learning how to do). Informasi yang diberikan oleh pendidik seharusnya hanya informasi awal yang sederhana yang perlu diolah dan dikembangkan lagi oleh peserta didik. Prinsip motivasi memberikan daya dorong yang memungkinkan peserta didik untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dalam pembelajaran, pendidik berperan penting menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, dengan jalan menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi pembelajaran bagi kehidupan peserta didik di kemudian hari.1.2.1.6 Definisi Anak dan Anak JalananAnak didefinisikan sebagai seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata anak merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa. Menurut psikologi, anak adalah periode perkembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun tahun sekolah dasar. Berdasarkan UU Peradilan Anak. Anak dalam UU No. 3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun dan belum pernah menikah. Anak jalanan secara umum diketahui oleh masyarakat sebagai anak anak yang hidup di jalanan. Menurut PBB, anak jalanan adalah mereka, anak anak yang menghabiskan waktunya untuk melakukan berbagai aktivitas, baik itu bekerja, bermain dan aktivitas lainnya di jalanan. Sementara itu, pengertian anak jalanan menurut Soedijar (1998), anak jalanan itu berusia di antara tujuh hingga lima belas tahun yang mana mereka memilih untuk mencari penghasilan di jalanan, yang tidak jarang menimbulkan konflik ketenangan, ketentraman dan kenyamanan orang lain di sekitarnya, serta tidak jarang membahayakan dirinya sendiri.Dilihat dari buku Intervensi Psikososial (Departemen Sosial, 2001:20) anak jalanan adalah mereka yang sebagian besar anak yang mau tidak mau, suka tidak suka menghabiskan keseluruhan waktunya di jalanan untuk mencari pendapatan dengan cara berkeliaran di tempat umum, di jalanan serta tempat terbuka lainnya. Artidjo mengartikan anak jalanan atau gelandangan sebagai orang yang tidak mempunyai tempat tinggal dan mata pencaharian yangtetap dan layak atau mereka sering berpindah - pindah dari satutempat ke tempat yang lain, berkeliaran di dalam kota dan makanminum disembarang tempat. Anak anak jalanan memiliki ciri khas baik secara psikologis maupun kreativitasnya, hal ini diungkapkan oleh Saparinah Sadli yang menyebutkan beberapa ciri khas anak jalanan sebagai berikut :a. Mudah tersinggung perasaannya

b. Mudah putus asa dan cepat murung, kemudian nekat tanpa dapat dipengaruhi secara mudah oleh orang lain yang ingin membantunya.

c. Sama seperti anak - anak lain yang selalu menginginkan kasih sayang.

d. Tidak mau bertatap muka saat diajak bicara, mereka tidak mau melihat orang lain secara terbuka.e. Taraf perkembangan yang masih anak anak menyebabkan mereka sangat labil dan tidak mudah dirubah meski telah diberi pengarahan positif.

f. Memiliki keterampilan yang tidak selalu sesuai bila diukur dengan ukuran normatif masyarakat pada umumnya. 1.2.2 Kajian Teori1.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan konteks penelitian yang telah dijabarkan dan pertanyaan serta tujuan penelitian yang telah dibuat oleh peneliti mengenai strategi pembelajaran bagi anak anak jalanan, maka peneliti dapat memberikan gambaran bagaimana alur penelitian yang akan dilakukan agar masalah yang diteliti tetap fokus dan tujuan penelitian dapat tercapai. Berikut adalah gambaran alur masalah yang akan diteliti oleh peneliti.Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan seseorang. Tidak hanya pendidikan nonformal yang penting namun juga pendidikan formal menjadi salah satu aspek penting dalam fase hidup seseorang terutama bagi seorang anak. Seperti yang ditulis dalam pembukaan UUD 1945 dalam alinea keempat, di mana disebutkan beberapa tujuan nasional bangsa Indonesia yang salah satunya adalah mencerdaskan anak bangsa. Maka pendidikan bagi anak anak merupakan kewajiban negara, bahkan negara menjamin pendidikan bagi anak anak Indonesia yang ditulis dalam UUD 1945 pasal 31. Sayangnya tidak semua anak anak di Indonesia dapat menerima pendidikan. Banyak anak anak yang justru harus bekerja untuk menunjang kehidupan sehari hari mereka. Anak anak yang justru banyak menghabiskan waktu mereka di jalanan untuk bermain, bekerja bahkan ada juga yang hingga tidur di jalanan. Anak anak jalanan ini seringkali menjadi anak anak yang terpinggirkan. Banyak dinilai negatif oleh masyarakat. Padahal mereka adalah anak anak yang juga akan menjadi penerus bangsa ini, hanya saja mereka tidak seberuntung anak lain yang dapat menikmati pendidikan di sekolah sekolah formal pada umumnya. Mereka juga berhak untuk bisa mendapatkan pembelajaran pembelajaran seperti anak anak lain yang bersekolah.Karena keadaan yang memprihatinkan inilah, muncul komunitas komunitas yang secara sukarela memberikan pembelajaran pembelajaran bagi anak anak jalanan. Pena adalah satu dari beberapa komunitas yang ada. Komunitas ini sudah sekitar 6 tahun kebelakang mengabdikan diri untuk merangkul anak anak jalanan. Tidak hanya memberikan pembelajaran bagi perkembangan kognitif anak, namun komunitas ini juga membangun karakter dari anak anak jalanan tersebut. Untuk memberikan pembelajaran pada anak anak jalanan tentulah bukan suatu hal yang mudah. Karena lingkungan dan karakter anak anak yang sulit, keras, dan merasa pendidikan bukan hal yang penting serta bukan hal yang menyenangkan, pembelajaran yang diberikan haruslah memiliki strategi khusus yang sesuai dengan anak anak yang menjadi peserta didik. Strategi atraktif adalah strategi yang digunakan oleh komunitas Pena dalam memberikan pembelajaran bagi anak anak didik mereka. Di mana dalam strategi atraktif ini juga terdapat metode dan pendekatan yang berbeda dari yang biasa digunakan oleh pengajar pengajar pada umumnya. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai strategi atraktif yang digunakan dalam pembelajaran serta bagaimana metode dan pendekatan yang digunakan sehingga dapat memancing anak anak jalanan untuk mau mengikuti pembelajaran yang diberikan. Strategi

Pendidikan

Instruksional / pembelajaran

Anak anak Jalanan

Metode

Pendekatan

Respon anak anak jalanan