BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi...

70
23 BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia membagi fakta cerita menjadi tiga bagian yaitu alur, karakter, latar dan tema. Sarana cerita terdiri dari judul, sudut pandang, gaya bahasa dan nada, simbolisme dan ironi. 1. Fakta Cerita Fakta cerita terdiri dari tiga macam elemen yaitu tema, tokoh atau karakter, latar dan alur. Elemen-elemen tersebut berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita, apabila dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan “unsur faktual” atau “tingkatan faktual cerita”. Struktur faktual merupakan salah satu aspek cerita yang disorot dari satu sudut pandang (Stanton, 2007:22). Unsur-unsur yang berkaitan dengan fakta cerita adalah sebagai berikut: a. Alur Alur merupakan rangkaian peristiwa di dalam sebuah cerita. Bertindak sebagai tulang punggung cerita, hendaknya alur mempunyai bagian awal, bagian tengah dan bagian akhir yang nyata, meyakinkan dan logis sehingga dapat menciptakan kejutan dan memunculkan ketegangan (Stanton, 2012:28). Alur dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro, biasanya menggunakan alur spiral di mana cerita

Transcript of BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi...

Page 1: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

23

BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis Struktural Robert Stanton

Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian

yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia membagi fakta cerita menjadi tiga bagian

yaitu alur, karakter, latar dan tema. Sarana cerita terdiri dari judul, sudut pandang,

gaya bahasa dan nada, simbolisme dan ironi.

1. Fakta Cerita

Fakta cerita terdiri dari tiga macam elemen yaitu tema, tokoh atau karakter,

latar dan alur. Elemen-elemen tersebut berfungsi sebagai catatan kejadian

imajinatif dari sebuah cerita, apabila dirangkum menjadi satu, semua elemen ini

dinamakan “unsur faktual” atau “tingkatan faktual cerita”. Struktur faktual

merupakan salah satu aspek cerita yang disorot dari satu sudut pandang (Stanton,

2007:22). Unsur-unsur yang berkaitan dengan fakta cerita adalah sebagai berikut:

a. Alur

Alur merupakan rangkaian peristiwa di dalam sebuah cerita. Bertindak

sebagai tulang punggung cerita, hendaknya alur mempunyai bagian awal,

bagian tengah dan bagian akhir yang nyata, meyakinkan dan logis sehingga

dapat menciptakan kejutan dan memunculkan ketegangan (Stanton, 2012:28).

Alur dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama”

karya Ki Purbo Asmoro, biasanya menggunakan alur spiral di mana cerita

Page 2: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

24

yang diungkapkan itu seolah maju tetapi sebenarnya waktu terjadinya dalam

satu waktu.

1. Bagian-bagian Alur

a) Bagian awal

Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama”

karya Ki Purbo Asmoro memiliki bagian awal cerita bermula dari

keresahan dan kebingungan hati Raden Arjuna kepada Ki Lurah

Badranaya (Semar) melihat rakyatnya yang menderita dan masih

terkena marabahaya. Hal tersebut terbukti dalam kutipan berikut.

Kutipan:

Arjuna: Kakang Semar, atiku kaya rinujit, jantungku kaya disigar.

Ruhara iki matumpa-tumpa, prasasat saben sasi nora nana

kendhaté. Perihing rasaku ndulu panguripaning wong cilik

ingkang padha reréyogan, padha ngungsi urip golèk boga

sapulukan, kringeté padha dalewéran, nangis saenggon-enggon,

isih katempuh bebaya … (Hal. 149).

Terjemahan:

Arjuna: Kakang Semar, hatiku seperti disayat, jantungku serasa

dibelah. Kekacauan ini bertumpuk-tumpuk, seolah setiap bulan

tanpa ada hentinya. Pedihnya rasaku melihat kehidupannya wong

cilik yang semakin menderita, mengungsi hidup mencari sesuap

nasi, keringatnya bercucuran, tangis dimana-mana, masih terkena

marabahaya …

Sementara itu, di negeri Astina Begawan Bisma membawa kabar

gembira agar kerusakan negeri dan rakyat tidak berlarut-larut. Ia

menyuruh Prabu Duryudana untuk menggunakan kesempatan meraih

anugerah dari Tuhan yaitu tentang Pepakem Makutharama agar dapat

memperbaiki negeri Astina. Anugerah tersebut akan diturunkan di

Page 3: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

25

Swelagiri, tepatnya di Pertapan Kutarunggu seperti dalam kutipan

berikut.

Kutipan:

… Mula kang saka iku, rèhning wektu dina samengko déwa

bakal ngandhapkaké kanugrahan mau ing Swélagiri, mapan ana

ing Pertapan Kutharunggu, ing kono ana titah tiban ingkang

panitaya déning Hyang Manon tinanggenah ambabar Pepakem

Makutharama. Mula kang saka iku, réhning iku wujud

wahyuning kamulyan, mara gage wengakna lawanging atimu,

munggaha menyang Swélagiri, nyandanga tumuruning

kanugrahan, sokur bisa kanggo nambak rengkaning Praja

Ngastina, Duryudana. (hal. 170)

Terjemahan:

… Oleh karena itu, karena diwaktu mendatang dewa akan

menurunkan anugerah tadi di Swelagiri, tepatnya ada di Pertapan

Kutharunggu, disana ada seseorang yang dipercaya Tuhan untuk

membeberkan Pepakem Makutharama. Oleh karena itu, karena

itu wujudnya wahyu anugerah kemuliaan, segeralah buka pintu

hatimu, naiklah ke Swelagiri, gunakanlah kesempatan turunnya

anugerah, semoga dapat memperbaiki rusaknya Negeri Hastina,

Duryudana.

Duryudana ternyata tidak berminat untuk mencari wahyu,

kemudian datanglah Adipati Karna ke negeri Astina dan

diperkenankanlah Karna untuk mendapatkan anugerah Pepakem

Makutharama tersebut. Hal itu terbukti dalam kutipan dibawah ini.

Kutipan:

Duryudana: … Yen Sampéyan arep golék wahyu ‘mang golék.

‘Ning kula mboten kongkon, lan kula mboten kepéngin golék

wahyu. Yén arep golék ‘mang golék. Yén sampéyan kurang mukti

kurang mulya, ‘mang golék wahyu! (hal. 173)

Page 4: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

26

Terjemahan:

Duryudana: … Apabila kamu ingin mencari wahyu ‘carilah.

‘tetapi saya tidak menyuruh, dan saya tidak berkeinginan mencari

wahyu. Apabila ingin mencari ‘carilah. Apabila kamu kurang

bahagia kurang mulia, ‘carilah wahyu!

b) Bagian tengah

Alur bagian tengah pada Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas

Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro adalah berangkatnya

Adipati Karna menuju Pertapaan Kutharunggu yang berada di puncak

Gunung Swelagiri. Ia dihadang oleh Anoman yang menjadi abdi dari

Begawan Kesawasidi. Adipati Karna menyampaikan kedatangannya

ke Pertapaan Kutharunggu karena ingin bertemu dengan Begawan

Kesawasidi dengan cara memohon ampunan agar memperoleh

Pepakem Makutharama. Ia meminta Anoman untuk mengantarkannya

ke Kutharunggu akan tetapi Anoman menjawab bahwa belum saatnya

Adipati Karna menemui Begawan Kesawasidi. Adipati Karna pun

merasa diremehkan oleh Anoman dan mengajaknya bertanding seperti

dalam kutipan berikut.

Kutipan:

Karna: Anoman, lakuku iki ora ana sambung rapeté karo Sata-

Kurawa. Nanging Narpati Basukarna kaceluk rasaku, kaya

ketotog prenajaku kepéngin mulyakaké praja kanthi srana aku

éntuk wangsiting déwa, lamun ta déwa bakal ngudhunaké

kanugrahan Pepakem Makutharama ingkang disalirani déning

Sang Panembahan Késawasidi. Mula kang saka kuwi, rèhning

Page 5: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

27

kowé cantriké, kepasang yoga katuju ing enu, gage aku larapna,

aku kepéngin sapejagong ketemu klawan Begawan Késawasidi.

Anoman: kula nuwun sèwu, sakmenika dèrèng wancinipun.

Karna: lho sebabé?

Anoman: menika nedheng nglampahi tri ratya, sang adi

panembahan mahas ing asepi. Mangké manawi sampun purna

saged pepanggihan kaliyan sinten kéwala.

Karna: Iblis laknat! Kowé nyepèlèkaké Narpati Ngawangga,

anggepmu apa? ... (hal. 222)

Terjemahan:

Karna: Anoman, perjalanku ini tidak ada hubungan dengan

Kurawa. Tetapi Narpati Basukarna terpanggil rasaku, seperti

terketuk dadaku berkeinginan untuk memuliakan negara dengan

sarana aku mendapat wangsit (anugerah) dewa. Jika dewa akan

menurunkan anugerah Pepakem Makutharama yang diwakili oleh

Sang Panembahan Kesawasidi. Oleh karena itu, kebetulan sekali

kamu abdinya, aku berkeinginan untuk berbicara bertemu dengan

Begawan Kesawasidi.

Anoman: saya mohon maaf, sekarang belum saatnya.

Karna: lho sebabnya?

Anoman: itu sedang menjalani tiga kerajaan, Sang pendhita yang

agung. Nanti apabila sudah selesai dapat bertemu dengan siapa

saja.

Karna: Iblis laknat! Kamu meremehkan raja Awangga,

anggapanmu apa? …

Ia dipancing Anoman untuk mengeluarkan senjata andalannya

yaitu Kunthawijayadanu untuk membunuh Anoman, namun senjata

tersebut terlempar jauh ke angkasa dan berhasil dipegang oleh

Anoman. Karna pun merasa sedih karena telah melakukan perbuatan

tersebut. Ia bersumpah tidak akan kembali ke Astina apabila senjata

tersebut tidak kembali dan lebih baik mati di Hutan Duryapura seperti

dalam kutipan berikut.

Page 6: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

28

Kutipan:

Karna: Hyang Agung, kénging menapa kula gadhah gegayuhan

ingkang mekaten parandéné kula malah kécalan handeling dhiri?

Kénging menapa pusaka kedah uwal saking angganing Narpati

Ngawangga? Lajeng menapa ginanipun anggèn kula tumitah

wonten ing alam padhang menika, Pikulun?

Sangkuni: Adhuh Nggèr, Nggèr, kula ngertos sepinten risaking

raos paduka Anggér Ngawangga. Mangmula ta mangmula, kala

wau ingkang Sinuwun rak sampun ngèngetaken bilih boten badhé

ngupaya wahyu, nanging Paduka mbrekuneng, raos paduka

kepéngin ngupaya tumedhaking kanugrahan …

Karna: Paman, kados ical bebayuning angga kula. Pangèsthining

tékad kula mboten badhe wangsul, taunana windonana manawi

tanpa Kyai Wijayadanu lowung kula ènthèngaken pejah kula

wonten ing wana ngriki Paman (Hal. 232).

Terjemahan:

Karna: Tuhan, kenapa saya mempunyai cita-cita seperti ini saya

malah kehilangan kepercayaan diri? Kenapa pusaka harus lepas

dari tangannya Narpati Awangga? Kemudian apa gunanya aku

hidup di alam terang (dunia) ini, Tuhan?

Sangkuni: Aduh nak, nak, saya mengerti seberapa rusaknya

perasaan paduka nak Awangga. Maka dari itu tadi Sinuwun (Raja)

sudah mengingatkan apabila tidak ingin mencari wahyu tetapi

paduka bersikeras, rasa paduka ingin mengupayakan datangnya

anugerah …

Karna: Paman, seperti hilang kekuatan badanku. Tekadku bulat

saya tidak akan pulang, bertahun-tahun, berwindu-windu meski

tanpa Kyai Wijayadanu lebih baik saya mati berada di hutan ini

paman

Raden Janaka secara bersamaan berangkat menuju tengah hutan

Duryapura. Keberangkatannya pun diikuti oleh para punakawan. Ia

bertemu dengan Saudara Bayu yang terdiri dari Hanoman, Jajalwreka,

dan Mahambira. Tujuan Arjuna tersebut tak lain adalah untuk mencari

Anugerah. Akibat kesucian hati Arjunalah maka ia berhak

Page 7: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

29

mendapatkan wahyu makutharama dari Begawan Kesawasidi seperti

dalam kutipan berikut.

Kutipan:

Késawasidi: Jagad mangèstungkara, Radèn, Radèn. Ora ngira

babar pisan sucining atimu lair tumus ing batin. Kang mangkono

pun bapa dadi mantep jroning rasa, ateges ing ndonya ing bumi

iki, isih ana pithataning manungsa ingkang pantes dadi tuk

sumbering pepadhang. Mula Radèn, ora bakal kainan lamun ta

mung jenengpara Radèn ingkang pantes kadunungan kanugrahan.

Radèn, ayo, ayo manjing jroning sanggar pamujan. Weningna

ciptanira, ya ing kéné wahyuning panunggal. Kowé kudu

midhangetaké kanti terwaca mungguh apa ingkang dadi warana

sejati, murih raharjaning jagad raya iki, Radén (Hal. 306)

Terjemahan:

Kesawasidi: Dunia mendoakan, Radèn, Radèn. Tidak mengira

sama sekali sucinya hatimu lahir dan batin. Yang begitu saya

menjadi mantap dalam rasa, maksudnya di dunia ini, masih ada

manusia pilihan yang pantas menjadi sumber penerang. Maka

Radèn, tidak akan salah jika hanya dirimu Radèn yang pantas

mendapatkan keanugerahan. Radèn, ayo, ayo masuk ke dalam

sanggar pemujaan. Heningkan pikiranmu, ya di sini wahyunya

keutamaan. Kamu harus mendengarkan dengan sungguh-sungguh

tentang apa yang menjadi sarana sejati, terhadap keselamatan

jagad raya (dunia) ini, Radén.

c) Bagian akhir

Alur bagian akhir dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas

Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro ini adalah Raden

Arjuna menerima anugerah berupa Wahyu Makutharama dari

Begawan Kesawasidi. Wahyu tersebut berisi tentang delapan ajaran

kepemimpinan yang tergambarkan dalam ajaran hasthabratha. Hal itu

terbukti dalam kutipan berikut.

Page 8: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

30

Kutipan:

Kesawasidi: Sayektiné panjenenganingsun iku minangka dadi

warana amedhar warananing ga’ib, amung Makutharama ingkang

wis kaujar jroning pawarta, sejatiné walèh-walèh apa yaiku

ingkang sinebut Hasthabrata. “Hastha” iku werdiné wolu,

“brata” tegesé laku. Dadi ing kéné Hasthabrata mono mujudaké

wulang hambeg utama wolung bab, ingkang kudu ditetepi déning

ratu. Sapa waé kang jumeneng nata lamun bisa netepi

Hasthabrata, panjenengané wenang sinebut nalendra ingkang

mawa makutha. Krana apa, makutha mono tandha sejatining ratu,

Radèn (hal. 307).

Terjemahan:

Kesawasidi: Sebenarnya dirimulah itu sebagai menjadi cara

menjabarkan berbagai hal ga’ib, hanya Makutharama yang sudah

terujar dalam berita, sejatinya tidak bosan apa yaitu yang disebut

Hasthabrata. “Hastha” itu artinya delapan, “brata” artinya

tindakan. Jadi di sini Hasthabrata itu berwujud ajaran sifat utama

delapan bab, yang harus dipegang oleh raja (pemimpin). Siapa saja

yang duduk menjadi raja harus bisa menerapkan Hasthabrata,

dirinya berhak disebut raja (pemimpin) yang memakai mahkota.

Karena apa, mahkota itu tanda sejatinya ratu (pemimpin), Radèn.

b. Karakter

Karakter dapat dibagi menjadi dua, yaitu karakter utama atau karakter

mayor dan karakter bawahana atau minor. Stanton berpendapat bahwa

karakter seseorang dapat diketahui dari nama, deskripsi eksplisit dan komentar

pengarang melalui tokoh yang bersangkutan.

Tokoh-tokoh dalam Teks Pakeliran Sedalu Natas Lakon “Makutharama”

karya Ki Purbo Asmoro dapat diklasifikasikan dalam beberapa bagian, yaitu

peran tokoh, fungsi penampilan tokoh, dan tokoh berdasarkan perkembangan

watak.

Page 9: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

31

a) Peran Tokoh

Peran tokoh dalam Teks Pakeliran Sedalu Natas Lakon

“Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro diklasifikasikan menjadi tokoh/

karakter utama (mayor) dan tokoh/ karakter bawahan (minor) yaitu:

1) Tokoh Utama

Tokoh utama merupakan tokoh yang berkaitan dengan semua

peristiwa yang berlangsung dalam sebuah cerita. Tokoh Utama dalam

Teks Pakeliran Sedalu Natas lakon “Makutharama” karya Ki Purbo

Asmoro adalah sebagai berikut.

a. Raden Arjuna

Raden Arjuna merupakan seorang ksatria Madukara yang

menjadi anak ketiga dari para Pandhawa. Ia mempunyai watak

bertekad kuat yang terbukti dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Arjuna: … Tékading raos kula muhung kepéngin nyiswa

Paduka Sang Mahayogi (hal. 304).

Terjemahan:

Arjuna: … Keinginanku hanya ingin menjadi siswa Paduka

Sang Mahayogi.

Arjuna juga mempunyai watak memiliki rasa ingin tahu

yang tinggi. Keingin tahuan tinggi tersebut diungkapkan kepada

Begawan Kesawasidi yang terbukti dalam kutipan berikut.

Page 10: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

32

Kutipan:

Arjuna: Kula kepéngin nyatakaken wasita ingkang kula

tampi, bilih inggih Paduka Sang Panembahan Késawasidi

ingkang badhe ambabar kawruh Pepakem Makutharama ...

(hal. 304)

Terjemahan:

Arjuna: Saya ingin mengetahui dengan sesungguhnya

petunjuk yang saya terima, apabila Paduka Sang

Panembahan Kesawasidi yang akan menjabarkan ajaran

Pepakem Makutharama …

2) Tokoh bawahan

Tokoh bawahan ialah tokoh tambahan yang mendampingi

karakter utama dalam peristiwa yang sedang berlangsung. Karakter

bawahan dalam Teks Pakeliran Sedalu Natas lakon “Makutharama”

karya Ki Purbo Asmoro sebagai berikut.

a. Semar

Semar atau Ki Lurah Badranaya merupakan tokoh

punakawan yang mempunyai watak sebagai momong atau

menuntun kepada kebaikan. Semar cenderung momong kepada

ksatriya-ksatriya yang luhur budinya. Ia memberikan tuntunan

atau piwulang luhur kepada bendaranya. Sifatnya setia sekaligus

sebagai pamong yang memberi masukan atas apa yang harus

dilakukan momongannya.

Page 11: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

33

Watak Semar yang suka memberikan masukan atau nasihat

yang harus dilakukan oleh momongannya yaitu Raden Arjuna. Ia

meminta Arjuna agar jangan bingung dan harus memulainya

dengan dirinya sendiri melalui yang sudah dipesankan kepada

Semar agar berguna bagi orang banyak yang terbukti dalam

kutipan dibawah ini.

Kutipan:

Semar: Den, mboten sisah bingung,. Diwiwiti saka

pribadinipun piyambak-piyambak, mangke tetep piguna

tumpraping tiyang kathah, ngaten nggih ‘Gus, niki mung

piweling mawon … (hal. 150).

Terjemahan:

Semar: Den, jangan bingung. Dimulai dari pribadinya

sendiri-sendiri, nanti tetap berguna bagi orang banyak,

begitu ya ‘Gus, ini hanya berpesan saja …

b. Duryudana

Duryudana dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas

Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro ini merupakan

raja yang sedang bertahta di negeri Astina. Ia memiliki watak

sombong. Kesombongannya terlihat jelas ketika dirinya diminta

kakeknya untuk berbuat kebaikan agar mendapatkan anugerah

berupa Pepakem Makutharama yang terbukti pada kutipan di

berikut.

Page 12: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

34

Kutipan:

Duryudana: … Tanpa wahyu kula ‘pun kuncara, tanpa

wahyu kula ‘pun mulya, tanpa wahyu kula ‘pun wibawa.

Nuwun sèwu, nadyan Pepakem Makutharama menika

pakemipun Prabu Rama, nanging samangké nuwun sèwu,

sampun dédé jamanipun Ramawijaya, samangké jamanipun

Duryudana … (hal. 171).

Terjemahan:

Duryudana: … Tanpa wahyu saya sudah terkenal, tanpa

wahyu saya sudah mulia, tanpa wahyu saya sudah

berwibawa. Mohon maaf, walaupun Pepakem Makutharama

itu pakemnya Prabu Rama, tetapi saat ini maaf, sudah bukan

jamannya Ramawijaya, saat ini jamannya Duryudana …

Duryudana juga memiliki watak yang kurang sopan kepada

orang tua. Watak ketidaksopanan Duryudana dalam Teks

Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya

Ki Purbo Asmoro ini diumpatkan kepada kakeknya sendiri

yaitu Resi Bisma yang terbukti pada kutipan berikut ini.

Kutipan:

Duryudana: … Duryudana ora dibiyantu pandongané

pandhita tuwèk pikun ora pathèken (hal. 173).

Terjemahan:

Duryudana: … Duryudana tidak dibantu doanya pendeta

tua (Resi Bisma), pikun, tidak masalah.

c. Anoman

Anoman merupakan putra dari Dewi Anjani dan Bathara

Guru. Tokoh Anoman dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu

Page 13: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

35

Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro ini

menjadi abdi setia dari Begawan Kesawasidi untuk meneliti

siapa orang yang pantas menerima Pepakem Makutharama.

Terbukti dalam kutipan berikut.

Kutipan:

Anoman: Mula kang iku yayi, ayo tlitinen sakiwa-tengening

gunung kéné. Nanging yèn ra nganti ana suket, bayem, teki,

kutu-kutu, walang wong ataga kang bakal ngarubiru lan

ganggu gawé klawan katentremaning sang mahayogi

ingkang dina iki nedheng mahas ing asepi, kudu bakal

dibalèkaké. (hal. 220).

Terjemahan:

Anoman: Oleh karena itu adik, ayo kita amati kanan kirinya

gunung sini. Namun apabila sampai tidak ada rumput,

bayam, teki, kutu-kutu, hewan hutan belalang, jangkrik

yang akan ikut campur dan mengganggu terhadap

ketenteraman sang mahayogi (Begawan Kesawasidi) yang

hari ini sedang bersemadi di tempat yang sepi, harus

dikembalikan.

d. Adipati Karna

Adipati Karna atau Suryaputra merupakan raja dari kerajaan

Awangga. Adipati Karna merupakan putra tertua dari Dewi

Kunthi dengan Batara Surya. Ia mempunyai watak satriya yang

mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dalam meraih Pepakem

Makutharama. Kepercayaan diri yang tinggi tersebut terbukti

dalam kutipan di berikut.

Page 14: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

36

Kutipan:

Karna: Saka pangarsamu apa isih kurang Narpati

Ngawangga? Ayo wawasen! Ngendi ana satriya ya sipating

naléndra kaya aku, ingkang wis labuh darma gedhé danané

ana ing alam padhang iki? Mula, pangiraku aku ingkang

wenang mboyong pepakem Makutharama (hal. 223)

Terjemahan:

Karna: berdasarkan perasaanmu apa masih kurang Narpati

Awangga? Ayo lihatlah! Dimana ada satriya ya sifatnya raja

seperti saya, yang sudah memiliki usaha besar darma

baktinya dalam dunia ini? Maka, perkiraanku aku yang

berhak membawa pepakem Makutharama.

e. Begawan Kesawasidi

Begawan Kesawasidi adalah pendeta di pertapan

Kutharunggu yang menyampaikan Wahyu Makutharama kepada

Raden Arjuna. Ia merupakan perwujudan lain dari Prabu Kresna.

Ia mempunyai watak bijaksana terbukti dalam kutipan berikut.

Kutipan:

Késawasidi: … Nadyan Karna luput lan dosa menyang

déwa, mbégal kanugrahaning liyan, nanging sing wenang

ngukum Suryaputra kuwi dudu kowé, nanging déwa. Kuwi

kowé wis dosa, merga kuwi prékarane Suryatmaja karo

déwa … (hal 302).

Page 15: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

37

Terjemahan:

Kesawasidi: … Walaupun Karna bersalah dan berdosa

kepada Dewa, meminta dengan paksa anugerah lain, tetapi

yang berhak menghukum Suryaputra (Karna) itu bukan

kamu, tetapi dewa. Itu kamu sudah dosa, karena itu perkara

Suryatmaja (Karna) dengan dewa …

Watak Begawan Kesawasidi terlihat pada kutipan di atas

ketika sedang menasihati Anoman tentang perbuatannnya,

Anoman tidak berhak menghukum Karna, yang berhak

menghukumnya hanyalah dewa, karena Karna telah berbuat

kesalahan kepada dewa.

b) Berdasarkan Fungsi Penampilan Tokoh

Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, maka tokoh dalam Pakeliran

Garap Sedalu Natas lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro

dibedakan menjadi dua macam, yaitu tokoh baik (protagonis) dan tokoh

jahat (antagonis).

1) Tokoh Protagonis

Tokoh protagonis merupakan tokoh yang membawa misi

kebenaran dan kebaikan untuk menciptakan situasi kehidupan

masyarakat yang damai, aman dan sejahtera. Tokoh yang tercermin

dalam karakter ini merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-

nilai yang ideal bagi masyarakat. Tokoh yang termasuk tokoh

Page 16: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

38

protagonis dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas lakon

“Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro yaitu:

a. Begawan Kesawasidi

Begawan Kesawasidi sebagai seorang pendeta kehidupannya

dilingkupi oleh kedamaian. Ia memberikan petuah berupa

Pepakem Makutharama kepada Raden Arjuna karena Raden

Arjuna dianggap sebagai seorang ksatriya yang berhati suci dan

bersungguh-sungguh untuk menumpas kerusakan dunia.

Kutipan:

Késawasidi: Jagad mangèstungkara, Radèn, Radèn. Ora

ngira babar pisan sucining atimu lair tumus ing batin. Kang

mangkono pun bapa dadi mantep jroning rasa, ateges ing

ndonya ing bumi iki, isih ana pithataning manungsa ingkang

pantes dadi tuk sumbering pepadhang. Mula Radèn, ora

bakal kainan lamun ta mung jenengpara Radèn ingkang

pantes kadunungan kanugrahan. Radèn, ayo, ayo manjing

jroning sanggar pamujan. Weningna ciptanira, ya ing kéné

wahyuning panunggal. Kowé kudu midhangetaké kanthi

terwaca mungguh apa ingkang dadi warana sejati, murih

raharjaning jagad raya iki, Radén (Hal. 306)

Terjemahan:

Kesawasidi: Dunia mendoakan, Radèn, Radèn. Tidak

mengira sama sekali sucinya hatimu lahir dan batin. Yang

begitu pun bapa menjadi mantap dalam rasa, maksudnya di

dunia ini, masih ada manusia pilihan yang pantas menjadi

sumber penerang. Maka Radèn, tidak akan kurang hati-hati

jika ta mung hanya dirimu Radèn yang pantas mendapatkan

keanugerahan. Radèn, ayo, ayo masuk ke dalam sanggar

pemujaan. Henimgkan pikiranmu, ya disini wahyunya

keutamaan. Kamu harus mendengarkan dengan sungguh-

sungguh tentang apa yang menjadi sarana sejati, terhadap

keselamatan jagad raya (dunia) ini, Radén.

Page 17: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

39

b. Arjuna

Arjuna sebagai seorang ksatria hidupnya hanya di

darmabaktikan untuk hal kebaikan. Ia tidak ingin membunuh

siapapun orang yang tidak dikenalnya dan tidak bersalah

meskipun orang tersebut mengganggu dirinya. Kesatriyaan

Arjuna dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon

“Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro tersebut seperti dalam

kutipan di bawah ini.

Kutipan:

Mahambira: kondhang ing jagad kowé dadi cagaking

bawana, sekti mandraguna jayèng palagan, nanging endi,

kétogna kaprawiranmu, ayo yèn pancèn kowé bisa mrawasa

aku, aku patènana.

Arjuna: Suthik rasaku aku gawé pepati. Nadyan aku

kondhang ing rèh jaya-kawijayan ‘tosing balung wuleding

kulit, nanging ora tak gunakakè kanggo tak sewenang-

wenang marang pepadhaning titah. Uripku sawutuhé tak-

udhokaké kanggo memayu hayuning jagad, tanpa nggawé

korbaning titah liya kang tanpa dosa. Mula kang saka iku ki

sanak, sing gedhé pangapuramu, yèn aku arep mbok mangsa,

panganen. Nanging aku suthik gawé pepati, luwih-luwih

matèni kowé (hal. 292).

Terjemahan:

Mahambira: terkenal di dunia kamu menjadi tiangnya dunia,

sakti madraguna berjaya di medan peperangan, tapi mana,

perlihatkan keperwiraanmu, ayo jika memang kamu bisa

melukai aku, aku bunuhlah.

Arjuna: Tidak nyaman perasaanku aku membuat kematian.

Meskipun aku terkenal di bab kekuatan kerasnya tulang

alotnya kulit, namun tidak saya gunakakan untuk hal

sewenang-wenang terhadap makhluk hidup. Hidupku

seutuhnya saya dharmabakitkan untuk menjaga kedamaian

dunia, tanpa menimbulkan korban manusia lain yang tanpa

dosa. Oleh karena itu, besar maafmu, apabila aku mau kau

Page 18: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

40

mangsa, makanlah. Akan tetapi, aku tidak akan

menyerangmu, terlebih lagi membunuhmu.

2) Tokoh Antagonis

Tokoh Antagonis merupakan tokoh yang selalu menimbulkan

konflik karena kekuatan antagonis. Tokoh ini merupakan tokoh

oposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tak

langsung, bersifat fisik ataupun batin. Tokoh yang tergolong

antagonis dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas lakon

“Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro yaitu:

a. Sengkuni

Sengkuni merupakan paman para kurawa dari ibunya yang

bernama Dewi Gendari. Ia mempunyai watak licik. Kelicikan

watak Sengkuni tersebut diungkapkan oleh Kuwara dalam Teks

Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya Ki

Purbo Asmoro terbukti dalam kutipan berikut.

Kutipan:

Kuwara: Wong julig. Mbiyen tekan saiki ora ènèng marine

kowe Patih Sengkuni. Éh éh Kurawa, ora bubar tak-sembur

geni mlonyoh dhadhamu kowe (hal. 229)

Terjemahan:

Kuwara: Orang licik. Dulu sampai sekarang tidak ada

perubahan kamu Patih Sengkuni. Heh heh Kurawa, tidak

bubar kusembur api hangus dada kamu.

Page 19: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

41

c) Berdasarkan Perkembangan Perwatakan

Berdasarkan perkembangan perwatakannya, tokoh dalam Teks

Pakeliran Garap Sedalu Natas lakon “Makutharama” karya Ki Purbo

Asmoro terdiri dari 2 macam yaitu

1) Tokoh Bulat

Tokoh bulat/ kompleks merupakan tokoh yang memiliki dan

diungkapkan berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi

kepribadian dan jati dirinya. Tingkah laku pada karakter ini sering tak

terduga dan memberikan efek kejutan pada pembaca. Tokoh bulat

dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas lakon Makutharama karya

Ki Purbo Asmoro yaitu:

a. Adipati Karna

Adipati Karna atau Karna merupakan kakak tertua

pandhawa dari Dewi Kunti. Ia sudah mempunyai keinginan

untuk mendapatkan Pepakem Makutharama namun gagal dan

merasa malu kepada Raden Arjuna yang terbukti dalam kutipan

berikut.

Kutipan:

Karna: Lha dalah. Wah, ha ha ha. Hem, Permadi, Permadi,

ora mbiyèn ora saiki wong tetekan kanthi tekun katekan

sedyamu, Janaka. Ya ngéné ya ‘dhi. Ya merga saka nggonku

gandrung marang karahayon lan katentreman, aku ora

kuwawa ndulu rusaking jagad Ngastina. Mula yèn Pepakem

Makutharama ingkang wis kok darbé wujud godhong, ora

kétang mung sesuwèk aku njaluk ya ‘dhi. Ora kétang mung

sacawuk, nè wujud banyu aku tètèsana. Tak-nggoné

Page 20: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

42

ngedhem-dhem swasana Negara Ngastina, ya Janaka (hal

313).

Terjemahan:

Karna: Lha dalah. Wah, ha ha ha. Hem, Permadi, Permadi,

tidak dahulu tidak sekarang orang datang dengan tekun

tercapai keinginanmu, Janaka. Ya begini ya dik. Ya karena

aku cinta terhadap keselamatan dan ketentreman, aku tidak

kuat melihat rusaknya dunia Astina. Maka apabila Pepakem

Makutharama yang sudah kamu miliki wujud dedaunan,

tidak hanya cuma sesobek aku minta ya dik. Tidak hanya

cuman segenggam air, apabila berwujud air aku teteskanlah.

Kupakai untuk mendinginkan suasana Negara Ngastina, ya

Janaka.

2) Tokoh Pipih

Tokoh pipih atau tokoh sederhana dalam bentuknya yang asli

adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu

sifat watak yang tertentu saja. Sifat dan tingkah laku seorang tokoh

sederhana bersifat datar, monoton, hanya menceritakan satu watak

tertentu. Tokoh pipih/sederhana dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu

Natas lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro sebagai

berikut.

a. Begawan Kesawasidi

Begawan Kesawasidi dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu

Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro ini karena

dirinya merupakan seorang pendeta, maka hidupnya selalu

diselimuti kedamaian. Ia berperan sebagai seseorang pendeta

penyampai wahyu makutharama kepada Arjuna. Terbukti dalam

kutipan berikut.

Page 21: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

43

Kutipan:

Késawasidi: Sayektiné panjenenganingsun iku minangka

dadi warana amedhar warananing ga’ib, amung

Makutharama ingkang wis kaujar jroning pawarta, sejatiné

walèh-walèh apa yaiku ingkang sinebut Hasthabrata.

“Hastha” iku werdiné wolu, “brata” tegesé laku. Dadi ing

kéné Hasthabrata mono mujudaké wulang hambeg utama

wolung bab, ingkang kudu ditetepi déning ratu. Sapa waé

kang jumeneng nata lamun bisa netepi Hasthabrata,

panjenengané wenang sinebut nalendra ingkang mawa

makutha. Krana apa, makutha mono tandha sejatining ratu,

Radèn (hal. 307).

Terjemahan:

Kesawasidi: Sebenarnya dirimulah itu sebagai menjadi cara

menjabarkan berbagai hal ga’ib, hanya Makutharama yang

sudah terujar dalam berita, sejatinya tidak bosan apa yaitu

yang disebut Hasthabrata. “Hastha” itu artinya delapan,

“brata” artinya tindakan. Jadi di sini Hasthabrata itu

berwujud ajaran sifat utama delapan bab, yang harus

dipegang oleh raja (pemimpin). Siapa saja yang duduk

menjadi raja harus bisa menerapkan Hasthabrata, dirinya

berhak disebut raja (pemimpin) yang memakai mahkota.

Karena apa, mahkota itu tanda sejatinya raja (pemimpin),

Radèn.

c. Latar

Latar merupakan tempat terjadinya peristiwa di dalam sebuah cerita yang

sedang berlangsung. Latar dapat berwujud seperti dekor, suatu tempat, dapat

berwujud waktu, cuaca, atau satu periode sejarah. Latar dalam Teks Pakeliran

Garap Sedalu Natas lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro yaitu:

1) Latar Tempat

Latar tempat merupakan tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya sastra. Secara garis besar latar tempat

Page 22: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

44

dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas lakon Makutharama karya Ki

Purbo Asmoro adalah sebagai berikut.

a. Tawang Gantungan

Tawang gantungan merupakan Negara dari Prabu Dasamuka

setelah perang Alengka dan mati menjadi arwah. Adegan pada

Tawang Gantungan terbukti dalam kutipan di bawah ini:

Kutipan:

Dasamuka: He! Mingkema lambemu, ‘parat! Anggepmu apa?

Sing kandha dosa sapa, hem? Nyatane Dasamuka mapan ing

Taman Gantungan iki aku rumangsa bungah, aku rumangsa

bombong, dene aku isih bisa madeg nalendra, aku isih bisa

jumeneng ratu (hal. 153)

Terjemahan:

Dasamuka: He! Tutup mulutmu, keparat! Menurutmu

bagaimana? Yang bilang dosa siapa, hem? Kenyataannya

Dasamuka tinggal di Taman Gantungan ini aku merasa senang,

aku merasa bangga, dan aku masih bisa menjadi sebagai raja,

aku masih bisa menjadi raja.

b. Praja Ngastina

Praja Astina dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon

“Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro ini merupakan Negara

besar, wilayahnya luas, namanya sudah terkenal tetapi tidak dapat

berkembang karena yang diperjuangkan bertahun-tahun kini porak-

Page 23: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

45

poranda disebabkan oleh tindakan laknat Sang Raja (Prabu

Duryudana) yang terlalu menuruti keinginannya sendiri.

Kutipan:

… Yèn wus kandel panembahé, utama tumindake, suci atine,

yekti para penggedhe miwah para nayaka sanesipun badhe

tumut. Hanenggih menika ta warnane, gumelaring Praja

Hastinapura, Gajahoya, Limanbenawi, ya Kurujenggala. Negeri

jembar, wewengkon wiyar, hadegé wus kawentar, parandené

‘tan bangkit tumangkar, krana ing mangké hambyar buyar

ingkang ginyuh jinangka mataun-taun gagar wigar pating

balesar, labet tingkahing ratu kang anasar, nuruti napsu kang

dèn-umbar marma katekan sedyané kanthi mayar angukup

bandha, hanumpuk dinar … (hal.157-158)

Terjemahan:

Apabila sudah tebal ibadahnya, utama perilakunya, suci hatinya,

sungguh para penguasa sampai para abdi lainnya akan

mengikuti. Ya itulah wujudnya, berdirinya Negara Hastinapura,

Gajahoya, Limanbenawi, ya Kurujenggala. Negeri luas,

wilayahnya luas, namanya sudah terkenal, akan tetapi tidak

bangkit berkembang, dengan keadaan sekarang terpecah belah

yang diinginkan bertahun-tahun gagal total rusak berserakan,

karena tingkahnya pemimpin yang kesasar, menuruti nafsu yang

diumbar hanya menuruti keinginannya dengan mudahnya

merampas harta, menumpuk dinar (uang).

c. Gunung Swelagiri

Gunung Swelagiri merupakan tempat dimana Sang Bayusiwi

bersaudara mengabdikan diri kepada seorang resi yang berada di

puncak Gunung Swelagiri, tepatnya di pertapan Kutharunggu yang

bergelar Begawan Kesawasidi seperti dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Ingkang mapan ing sukuning Wukir Swelagiri, nenggih ingkang

winastan Duryapura. Ana pandhita rewanda seta nenggih ing

nguni bebahu tengening Prabu Ramawijaya, ingkang wus rat

Page 24: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

46

nenggih Hanoman, Kapiwara, Ramandayapati, ya Sang

Bayusuta, Prabanca. Nadyan ta ing kono papaning

rerungkudan, kajeng agung ‘ting jenggleng kang séla-séla

gilang, suprandéné datan wigih ringa-ringa Risang Bayusiwi

miwah para kadang Bayu … (hal 217).

Terjemahan:

Yang terletak di kakinya Gunung Swelagiri, yaitu yang disebut

Duryapura. Ada pendeta berwujud kera putih yang menjadi

tangan kanannya Prabu Ramawijaya, yang sudah mendunia yaitu

Anoman, Kapiwara, Ramandayapati, ya Sang Bayusuta,

Prabanca. Walaupun di sana tempatnya tumbuh ilalang, kayu

besar menjulang, dan batu-batu besar, meskipun demikian tidak

menjadi masalah berhati-hati Risang Bayusiwi dan para saudara

Bayu …

d. Pertapan Candramanik

Pertapan Candramanik atau Padhepokan Candramanik

merupakan tempat dimana Raden Wibisana bersemadi. Pertapan

Candramanik terbukti dalam kutipan berikut.

Kutipan:

Marga-marga kawistingal manghayat rumambar lengkehing

prabata. Asri lamun tinemu ta dinulu, nenggih pinggiring marga

sesekaran hamanca warni: ceplok piring, arum dalu, naga puspa

pinulet lunging gadhung. Mbrengengeng sadpada ingkang

ngisep sarining kembang, yayah pujining brahmana. Anenggih

menika warnane Padhepokan ing Candramanik pertapaning

Sang Kunta Wibisana dahat asri lamun ta dinulu … (hal. 235)

Terjemahan:

Jalan-jalan tampak berkelok-kelok di lembah pegunungan. Asri

jika ditemukan tanpa dilihat, di tepi jalan bunganya berwarna-

warni: ceplok piring, arum dalu, naga puspa dililit oleh julai

gadung. Terdengar nyaring suara kumbang yang menghisap

putik sari, bagaikan pujian brahmana. Inilah Padhepokan

Candramanik tempat pertapaan Sang Kunta Wibisana sangat

indah nan menyenangkan …

Page 25: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

47

e. Pertapan Kutharunggu

Pertapan kutharungu merupakan tempat dimana Begawan

Kesawasidi berada. Pertapan Kutharunggu terletak di Puncak

Gunung Swelagiri seperti dalam kutipan berikut:

Kutipan:

… Tan asanés muhung anggénira ngèstu padha dhateng sang

mahawiku ingkang dhedhépok ing Swélagiri mapan ing

Pertapan Kutharunggu, nenggih kang bebisik Begawan

Késawasidi … (hal. 217)

Terjemahan:

… Tak lain mereka mengabdikan diri kepada Sang Mahawiku

(pendeta) yang bertempat tinggal di Gunung Swélagiri bertempat

di Pertapan Kutharunggu, yang bergelar Begawan Késawasidi

2) Latar waktu

Latar waktu merupakan kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam cerita fiksi. Latar waktu dapat berwujud waktu-waktu (hari, bulan,

dan tahun), cuaca, rentang waktu, dan satu periode sejarah. Latar waktu

dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas karya Ki Purbo Asmoro adalah

sebagai berikut.

Page 26: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

48

a. Mendung

Kutipan:

Mendhung tumiyung, cemeng hanggembuleng ireng keket

ngèbegi kéblat ing ngawiyat. Sirating Sang Hyang Arka

anglayung lir soca ingkang karuna karantan (hal.147)

Terjemahan:

Mendung menggantung, hitam membumbung hitam pekat

memenuhi kiblat di angkasa. Tandanya Sang Hyang Arka (

Dewa Surya) melambai seperti raut muka yang sedih terlunta-

lunta.

b. Siang hari

Waktu siang hari dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas

Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro ditunjukkan pada

sebutan Sang Hyang Arka sebagai simbol dari matahari terbukti pada

kutipan di bawah ini:

Kutipan:

Mendhung tumiyung, cemeng hanggembuleng ireng keket

ngèbegi kéblat ing ngawiyat. Sirating Sang Hyang Arka

anglayung lir soca ingkang karuna karantan (hal. 147)

Terjemahan:

Mendung menggantung, hitam membumbung hitam pekat

memenuhi kiblat di angkasa. Tandanya Sang Hyang Arka (

Page 27: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

49

Dewa Surya) melambai seperti raut muka yang sedih terlunta-

lunta.

c. Malam Hari

Waktu malam hari disimbolkan pada kata sasangka atau yang

berarti bulan, seperti dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Leng-leng myang sasangka,

Wayahe Lagya rumaras, … (hal.158)

Terjemahan:

Kasmaran kepada bulan,

Waktunya baru saja dirasakan, …

2. Sarana Cerita

Sarana cerita dapat diartikan sebagai metode pengarang dalam memilih dan

menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna. Metode semacam

ini perlu karena pembaca dapat melihat berbagai fakta melalui kacamata

pengarang, memahami apa yang dimaksud dengan fakta-fakta tersebut.sehingga

dapat menjadi sebuah pengalaman yang dapat dibagi. Sarana cerita yang terdapat

dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas karya Ki Purbo Asmoro adalah

sebagai berikut.

a. Judul

Judul merupakan kunci dari pada makna dalam sebuah cerita. Judul

berhubungan langsung dengan keseluruhan isi cerita karena menunjukkan

tema, latar dan karakter. Judul dalam karya sastra mempunyai tingkatan-

tingkatan makna yang terkandung dalam cerita, bisa juga dapat berisi

Page 28: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

50

sindiran terhadap kondisi yang ingin dikritisi oleh pengarang satu atau

merupakan kesimpulan terhadap keadaan yang sebenarnya dalam cerita.

Judul dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas karya Ki Purbo Asmoro

ini adalah Makutharama. Makutharama berasal dari dua kata yaitu Makutha

dan Rama. Makutha merupakan Mahkota dan Rama merujuk pada Raden

Ramawijaya. Makna sebenarnya ialah arti khiasan dari mahkotanya

Ramawijaya tentang kepemimpinan yang telah dilakukan oleh Sri Rama

untuk menjadi seorang pemimpin yang sukses. Makutharama berwujud 8

sifat pada ajaran hasthabrata yang mengambil intisari dari unsur alam

seperti matahari, bulan, bintang, bumi, awan, samudera, api, dan angin.

Judul Makutharama ini merupakan lakon carangan yang diimplementasikan

pada epos Mahabharata dengan menjadikan Begawan Kesawasidi sebagai

sosok pemberi ajaran hasthabrata tersebut kepada orang yang tepat yaitu

Raden Arjuna seperti dalam kutipan berikut.

Kutipan:

Késawasidi: Sayektiné panjenenganingsun iku minangka dadi warana

amedhar warananing ga’ib, amung Makutharama ingkang wis kaujar

jroning pawarta, sejatiné walèh-walèh apa yaiku ingkang sinebut

Hasthabrata. “Hastha” iku werdiné wolu, “brata” tegesé laku. Dadi

ing kéné Hasthabrata mono mujudaké wulang hambeg utama wolung

bab, ingkang kudu ditetepi déning ratu. Sapa waé kang jumeneng nata

lamun bisa netepi Hasthabrata, panjenengané wenang sinebut nalendra

ingkang mawa makutha. Krana apa, makutha mono tandha sejatining

ratu, Radèn (hal. 307).

Terjemahan:

Kesawasidi: Sebenarnya dirimulah itu sebagai menjadi cara

menjabarkan berbagai hal ga’ib, hanya Makutharama yang sudah terujar

dalam berita, sejatinya tidak bosan apa yaitu yang disebut Hasthabrata.

Page 29: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

51

“Hastha” itu artinya delapan, “brata” artinya tindakan. Jadi disini

Hasthabrata itu berwujud ajaran sifat utama delapan bab, yang harus

dipegang oleh ratu (pemimpin). Siapa saja yang duduk menjadi ratu

harus bisa menerapkan Hasthabrata, dirinya berhak disebut raja

(pemimpin) yang diberi mahkota. Karena apa, makutha itu tandha

sejatinya ratu (pemimpin), Radèn.

Berdasarkan pada kutipan tersebu, judul lakon relevan dengan isi cerita.

Pengarang mengambil judul Makutharama berdasarkan epos Ramayana yang

diimplementasikan pada epos Mahabharata dengan menjadikannya sebuah

lakon carangan (karangan).

b. Sudut pandang

Sudut pandang merupakan pusat kesadaran tempat kita dalam

memahami setiap peristiwa dalam sebuah cerita. Sudut pandang yang

digunakan dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas lakon Makutharama

karya Ki Purbo Asmoro adalah orang ketiga terbatas. Sudut pandang orang

ketiga terbatas maksudnya ialah pengarang mengacu kepada setiap karakter

dan ia memposisikan dirinya sebagai orang ketiga. Pengarang membuat

karakter seolah-olah bagai tersambar petir, lemah lunglai tak bersemangat

dan sedih bercurucan air mata ketika tokoh Karna kehilangan senjata

andalannya yaitu Kuntawijayadanu sebagai berikut:

Kutipan:

[Karna medal, nawung sungkawa]

Pocapan: yayah sinamber gelap Narpati Ngangga Prabu Karna

Basuséna, nglumpruk sirna karekating angga. Pusaka piningit Kyai

Wijayadanu ingkang kinarya tamènging angga samangké wus anis,

cinepeng mangsah Sang Begawan Kapiwara binet mumbul ndedel

nggayuh ngawiyat. Tambuh-tambuh sotaning ndriya. Dadya mangkana,

brol mijil ingkang waspa, pegat-pegat pangandikanin wong Agung

Ngawangga.

Page 30: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

52

Terjemahan:

[Karna keluar, bersedih]

Narasi: bagai tersambar petir Adipati Awangga Prabu Karna Basusena,

lemah lunglai tak bersemangat. Pusaka andalannya Kyai Wijayadanu

yang sekarang sudah hilanh, dipegang oleh musuh Sang Begawan

Kapiwara, dibawa terbang ke angkasa, tidak jelas apa yang diperbuat,

sambil bercucuran air mata ia mengeluh penuh kesedihan.

Berdasarkan kutipan diatas, pengarang memposisikan dirinya sebagai

orang ketiga tidak terbatas dan membuat tokoh Karna seolah-olah sedih,

lemah lunglai, tak bersemangat, dan bercucuran airmata ketika kehilangan

pusaka andalannya yaitu pusaka Kunta Wijayadanu.

c. Gaya dan Tone

1) Gaya

Gaya merupakan cara pengarang dalam menggunakan bahasa. Gaya

bahasa yang digunakan dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas lakon

Makutharama ini tidak rumit, jelas dan lugas. Perumpamaan yang

terdapat dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon

“Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro adalah sebagai berikut:

(1) mban cindhé mban siladan

Pengarang menggunakan kata tersebut untuk menggambarkan

watak Durna yang pilih kasih dalam mendidik antara Pandhawa dan

Kurawa menurut pendapat Patih Sengkuni seperti pada kutipan

berikut.

Page 31: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

53

Kutipan:

Sengkuni: Cetha manawi guru ingkang lenggah wonten ngriki

menika mban cindhé mban siladan (hal 164)

Terjemahan:

Sengkuni: Jelas bahwa guru yang duduk disini itu mban cindhe

mban siladan (pilih kasih).

(2) mburu uceng kelangan deleg

Perumpamaan yang digunakan oleh pengarang dalam

menggambarkan perasaan Adipati karna yang kehilangan pusaka

andalannya adalah mburu uceng kelangan deleg. Makna dari

perumpamaan tersebut ialah yang dicari belum tentu ketemu malah

kehilangan berlebihan. Perumamaan tersebut diumpatan Sengkuni

kepada Karna yang kehilangan pusaka andalannya seperti dalam

kutipan berikut.

Kutipan:

Karna: Hyang Agung, kénging menapa kula gadhah gegayuhan

ingkang mekaten parandéné kula malah kécalan handeling

dhiri? Kénging menapa pusaka kedah uwal saking angganing

Narpati Ngawangga? Lajeng menapa ginanipun anggèn kula

tumitah wonten ing alam padhang menika, Pikulun?

Sangkuni: Adhuh Nggèr, Nggèr, kula ngertos sepinten risaking

raos paduka Anggér Ngawangga. Mangmula ta mangmula, kala

wau ingkang Sinuwun rak sampun ngèngetaken bilih boten

badhé ngupaya wahyu, nanging Paduka mbrekuneng, raos

paduka kepéngin ngupaya tumedhaking kanugrahan. Manawi

wonten lelampahan kados mekaten menika lajeng kadospundi?

Bebasan “mburu uceng kelangan deleg”. (Hal. 232).

Page 32: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

54

Terjemahan:

Karna: Tuhan, kenapa saya mempunyai cita-cita seperti ini

walaupun demikian saya malah kehilangan andalan diri?

Kenapa pusaka harus lepas dari tangannya Narpati Awangga?

Kemudian apa gunanya aku hidup berada di alam terang (dunia)

ini, Tuhan?

Sangkuni: Aduh nak, nak, saya mengerti seberapa rusaknya

perasaan paduka nak Awangga. Maka dari itu ta maka dari itu,

waktu itu yang tadi Sinuwun (Raja) kan sudah mengingatkan

apabila jika tidak akan mencari wahyu tetapi paduka bersikeras,

rasa paduka ingin mengupayakan datangnya keanugerahan.

Apabila ada kejdian yang seperti itu begitu kemudian

bagaimana? Bebasan “mburu uceng kelangan deleg”.

2) Tone

Tone merupakan sikap emosional dari pengarang yang dituliskan

dalam cerita. Tone dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon

“Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro pengarang menggunakan tone

perasaan yang sia-sia yang diungkapkan melalui Bisma kepada

Duryudana ketika Duryudana diminta untuk berbuat kebaikan namun

dirinya tidak mau. Terbukti dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Bisma: … Mula kang saka kuwi, nèk aku wis nuduhaké dalan bener

kowé tak-‘kon golèk Wahyu Pepakem Makutharama ‘ning mbok

tamplèk kowé emoh, rumangsamu kowé urip cukup, mung kepéngin

mbura-mburu tanpa ngrasakaké marang penandhanging jagad, ora

ana gunané ngecipris Begawan Bisma ana kéné. Tiwas iduku

muncrat-muncrat ning mung dadi angin, lowung aku bali ‘nyang

Talkandha (hal.173).

Terjemahan:

Bisma: .. maka dari itu, kalau aku menjukkan jalan benar kamu saya

suruh mencari Wahyu Makutharama tetapi kamu tolak kamu tidak

mau, perasaanmu kamu hidup cukup, cumin berkeinginan memburu

(harta) tanpa merasakan kepada yang membuat dunia, tidak ada

Page 33: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

55

gunanya Begawan Bisma berbicara disini. Terlanjur ludahku

muncrat-muncrat tetapi hanya menjadi angin, lebih baik aku

kembali ke Talkandha.

d. Simbolisme

Simbolisme merupakan salah satu cara untuk menampilkan gagasan dan

emosi agar tampak nyata. Simbol berwujud detail-detail konkret dan faktual

serta memiliki kemampuan untuk memunculkan gagasan dan emosi dalam

pikiran pembaca. Ada beberapa simbol dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu

Natas karya Ki Purbo Asmoro adalah sebagai berikut:

a. Kebo mulih marang kandhangé

Pengarang menggunakan simbol kebo mulih marang kandhange

untuk menggambarkan Bisma tentang dirinya sendiri yang kembali ke

rumahnya yaitu Negeri Astina yang terbukti dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Bisma: Kurupati sumurupa, tumrap mbahmu Talkandha iki, aku

prapta ana Negara Astina iki rumangsaku kaya déné kebo mulih

marang kandhangé. … (hal. 160)

Terjemahan:

Bisma: Kurawa bangunlah, terhadap eyangmu Talkandha ini, aku

bertemu di Negara Astina ini perasaanku seperti kerbau pulang ke

rumahnya. …

b. sing nandur bakalé ngundhuh

Penggunaan simbol sing nandur bakalé ngundhuh dalam Teks

Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon Makutharama karya Ki Purbo

Page 34: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

56

Asmoro ini menggambarkan Bisma tentang sebab dari hukum karma

yang dinasihatinya untuk Duryudana dan para kurawa seperti dalam

kutipan berikut:

Kutipan:

Bisma: … ukum darma utawa ukum karma, iku ukuming tumindak

sapa sing nandur bakalé ngundhuh, sapa sing nggawé bakalé

nganggo (hal. 172)

Terjemahan:

Bisma: … hukum darma atau hukum karma itu hukumnya perilaku

siapa yang menanam akan mendapatkan hasilnya, siapa yang

berbuat akan menuai.

e. Ironi

Ironi merupakan cara untuk menunjukkan sesuatu yang berlawanan

dengan yang telah diduga sebelumnya. Ironi dibedakan menjadi dua jenis

yaitu ironi dramatis dan tone ironi. Berikut ironi yang terdpat dalam Teks

Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo

Asmoro:

1) Ironi Dramatis

Ironi dramatis muncul ketika kontras diametris antara penampilan

dan realitas dari karakter tokoh tidak sesuai dengan hasil dan

harapannya dengan fakta. Ironi dramatis yang terdapat dalam Teks

Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo

Asmoro terjadi ketika Adipati Karna diberikan kesempatan kepada

Page 35: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

57

Duryudana untuk mencari wahyu makutharama, namun dirinya malah

kehilangan pusaka andalannya yaitu Kuntawijayadanu seperti dalam

kutipan berikut.

Kutipan:

Karna: Hyang Agung, kénging menapa kula gadhah gegayuhan

ingkang mekaten parandéné kula malah kécalan handeling dhiri?

Kénging menapa pusaka kedah uwal saking angganing Narpati

Ngawangga? Lajeng menapa ginanipun anggèn kula tumitah

wonten ing alam padhang menika, Pikulun? (Hal. 232).

Terjemahan:

Karna: Tuhan, kenapa saya mempunyai cita-cita seperti ini

walaupun demikian saya malah kehilangan andalan diri? Kenapa

pusaka harus lepas dari tangannya Narpati Awangga? Kemudian

apa gunanya aku hidup berada di alam terang (dunia) ini, Tuhan?

3. Tema

Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman

manusia, sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat, membuat

cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak (Stanton, 2007:36).

Tema dari Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutaharama” karya

Ki Purbo Asmoro adalah tentang pendidikan karakter kepemimpinan untuk

memperbaiki kerusakan negara dan masyarakatnya. Ajaran tersebut diwujudkan

dalam ajaran Pepakem Makutharama yang diturunkan kepada Raden Arjuna

melalui Begawan Kesawasidi. Penjabaran tema tersebut terbukti pada kutipan

berikut.

Kutipan:

Page 36: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

58

Késawasidi: … Makutharama ingkang wis kaujar jroning pawarta, sejatiné

walèh-walèh apa yaiku ingkang sinebut Hasthabrata. “Hastha” iku werdiné

wolu, “brata” tegesé laku. Dadi ing kéné Hasthabrata mono mujudaké

wulang hambeg utama wolung bab, ingkang kudu ditetepi déning ratu. Sapa

waé kang jumeneng nata lamun bisa netepi Hasthabrata, panjenengané

wenang sinebut nalendra ingkang mawa makutha. Krana apa, makutha

mono tandha sejatining ratu, Radèn (hal. 307).

Terjemahan:

Kesawasidi: … Makutharama yang sudah terujar dalam berita, sejatinya

tidak bosan apa yaitu yang disebut Hasthabrata. “Hastha” itu artinya

delapan, “brata” artinya tindakan. Jadi disini Hasthabrata itu berwujud

ajaran sifat utama delapan bab, yang harus dipegang oleh ratu (pemimpin).

Siapa saja yang duduk menjadi ratu harus bisa menerapkan Hasthabrata,

dirinya berhak disebut raja (pemimpin) yang diberi mahkota. Karena apa,

makutha itu tandha sejatinya ratu (pemimpin), Radèn.

4. Keterkaitan Antar Unsur

Unsur struktural yang terpadat dalam Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon

“Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro dapat menunjukkan adanya hubungan

yang erat antara unsur satu dengan unsur lainnya. Unsur struktural dalam Teks

Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro

meliputi fakta-fakta cerita (karakter, latar, dan alur), sarana sastra (simbolisme,

sudut pandang, gaya dan tone serta ironi) dan tema yang dirangkum menjadi satu

kesatuan utuh dalam sebuah cerita.

Sarana-sarana sastra yang meliputi simbolisme, sudut pandang, gaya dan

tone, dan ironi adalah kekhasan pengarang dalam mengungkapkan ide pada

karyanya sehingga kekhasan tersebut menjadi sebuah cerita yang indah dan dapat

dinikmati oleh para pembaca. Pengarang menggunakan sudut pandang orang

ketiga terbatas, artinya pengarang sepenuhnya mengetahui seluk beluk cerita

yang di sampaikan kepada pembaca. Pengarang membuat karakter sedih, lemah

Page 37: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

59

lunglai, tak bersemangat dan bercucuran air mata ketika salah satu karakter tokoh

kehilangan barang andalannya. Pengarang menyesuaikan tone dengan keadaan

suasana yang ada dalam cerita. Pada situasi sedih, pengarang menggunakan tone

sedih, lunglai, tidak bersemangat dan bercucuran air mata untuk menggambarkan

keadaan yang ada dalam cerita. Adanya sarana cerita dapat memberikan

keindahan tersendiri tentang cerita didalamnya.

Tema yang ada sangat mempengaruhi karakter, latar, serta alur dari karya

sastra itu sendiri. Tema dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon

“Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro ini adalah tentang pendidikan karakter

kepemimpinan. Secara keseluruhan, keterkaitan antar unsur dalam Teks

Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro ini

mempunyai hubungan erat sehingga dapat membentuk estetika di dalam sebuah

karya sastra.

B. Tema Revolusi Mental Kepemimpinan yang Terkandung dalam Teks

Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro

Arti revolusi mental secara denotatif berasal dari dua kata yaitu “revolusi” dan

“mental”. Revolusi merupakan sebuah perubahan, pembaharuan, dan mental

berkaitan langsung dengan watak dan batin manusia. Menurut Romo Benny, Revolusi

mental merupakan sesuatu yang merujuk pada adanya revolusi keadaan. Perubahan

mendasar yang menyangkut kesadaran, cara pikir dan tindakan dari sesuatu yang

negatif ke sebuah tindakan yang positif.

Page 38: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

60

Revolusi mental dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon

“Makutharama” diwujudkan dengan adanya ajaran Hasthabrata atau yang disebut

sebagai wahyu Makutharama. Ajaran ini diturunkan karena keadaan dunia yang

sedang tidak baik, perilaku pemimpin yang memerintah tidak lagi mengikuti aturan

dan bertindak semena-mena karena merasa berkuasa. Ajaran Hasthabrata dalam

Makutharama berisikan 8 sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

Revolusi mental pada masa sekarang ini kembali dicanangkan pasca kemenangan

Presiden Joko Widodo pada pemilihan presiden 2014 lalu Revolusi Mental menjadi

familiar hingga sekarang. Jargon tersebut menjadi sorotan publik tentang keadaan

Indonesia yang sedang membutuhkan adanya perbaikan mental individu dan

masyarakatnya. Presiden Joko Widodo (Kompas 2014) menyebut bahwa revolusi

mental bukanlah revolusi fisik yang harus menguras tenaga dan menimbulkan

pertumpahan darah antar sesama manusia. Akan tetapi, revolusi mental berkaitan

dengan perubahan diri manusia yang berdasarkan aspek kebudayaan yang bersumber

pada nilai-nilai luhur budaya nusantara.

Kepemimpinan merupakan faktor utama dan terpenting dalam menentukan

sebuah pencapaian untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan menurut Robert J.

House merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, memotivasi, dan

memungkinkan orang lain untuk dapat memberikan sumbangan bagi efektivitas dan

keberhasilan organisasi dimana mereka adalah anggotanya.

Bertumpu pada kedua pemahaman di atas, revolusi mental kepemimpinan

merupakan sebuah agen perubahan dimana perilaku dan karakter dari seorang

Page 39: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

61

pemimpin akan lebih baik dan dapat mempengaruhi orang lain. Penerapan revolusi

mental kepemimpinan sendiri harusnya dilakukan terlebih dahulu kepada diri kita

sendiri. Dukungan dari keluarga dianggap penting karena dari keluargalah karakter

dari diri kita dapat terbentuk. Apabila karakter tersebut sudah terbentuk maka akan

berdampak besar bagi masyarakat, bangsa maupun negara.

Revolusi Mental Kepemimpinan diperlukan Bangsa Indonesia saat ini karena

karakter dari para pemimpin di negeri ini sudah menyimpang jauh ke arah negatif

karena masih maraknya korupsi, kolusi dan nepotisme yang semakin hari semakin

memprihatinkan. Adapun untuk merubah karakter pemimpin dalam menjalankan

revolusi mental kepemimpinan dapat berpedoman pada ajaran Hasthabrata pada Teks

Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro

adalah sebagai berikut.

1. Hambeging Surya (Sifat Matahari)

Matahari merupakan titik pusat dari tata surya. Bagi kehidupan manusia,

matahari mampu memberikan penerangannya melalui cahaya yang di pancarkan

pada waktu siang hari. Matahari mempunyai sifat yaitu sebagai sumber

penerangan dan sumber kehidupan bagi makhluk hidup di muka bumi. Sifat

Matahari dijabarkan dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon

“Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro adalah sebagai berikut.

Page 40: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

62

Kutipan:

Kesawasidi: … Srengéngé mono darbé pakarti madhangi jagad-raya lan

nguripi sagung dumadi. Mengkono uga wong jumeneng ratu, kudu bisa dadi

tuk sumbering pepadhang tumrap saisining praja … (hal. 307)

Terjemahan:

Kesawasidi: … Matahari begitu mempunyai watak menerangi dunia dan

menghidupi makhluk hidup. Begitu juga orang menjadi ratu (pemimpin),

harus bisa menjadi sumber penerangan bagi seluruh negara …

Berdasarkan kutipan di atas, Begawan Kesawasidi memberikan pengetahuan

tentang ajaran hasthabratha tentang pemimpin yang memiliki sifat matahari.

Pemimpin dengan sifat tersebut maksudnya ialah pemimpin yang mampu

menjadikan dirinya sebagai sumber penerang bagi seluruh rakyatnya. Pemimpin

yang mampu menjadi sumber penerangan disini maksudnya ialah seorang

pemimpin harus memiliki tujuan dan mampu memberikan keyakinan kepada

orang-orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin hendaknya juga mampu

mendorong orang yang dipimpinnya mampu mendorong semangat bawahannya

agar dapat mencapai tujuan yang akan dicapainya. Ide-ide pemimpin sebagi

pemberi sumber penerangan ini sangat cemerlang sehingga mampu memberikan

petunjuk dan arahannya kepada bawahannya dengan bijak.

Karakter pemimpin dengan sifat pemberi petunjuk dalam Teks Pakeliran

Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro, tercermin

pada karakter Begawan Kesawasidi. Ia memberikan petunjuk berupa Pepakem

Page 41: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

63

Makutharama atau yang disebut dengan Hastabrata kepada Arjuna yang akan

dijadikan pedoman untuk menjadi seorang pemimpin. Hastha berarti delapan dan

Brata merupakan tindakan atau budi luhur. Ajaran Hasthabrata adalah delapan

ajaran keutamaan menjadi seorang pemimpin. yang terbukti dalam kutipan

berikut.

Kutipan:

Kesawasidi: Sayektiné panjenenganingsun iku minangka dadi warana

amedhar warananing ga’ib, amung Makutharama ingkang wis kaujar

jroning pawarta, sejatiné walèh-walèh apa yaiku ingkang sinebut

Hasthabrata. “Hastha” iku werdiné wolu, “brata” tegesé laku. Dadi ing

kéné Hasthabrata mono mujudaké wulang hambeg utama wolung bab,

ingkang kudu ditetepi déning ratu. Sapa waé kang jumeneng nata lamun

bisa netepi Hasthabrata, panjenengané wenang sinebut nalendra ingkang

mawa makutha. Krana apa, makutha mono tandha sejatining ratu, Radèn

(hal. 307).

Terjemahan:

Kesawasidi: Sebenarnya dirimulah itu sebagai menjadi cara menjabarkan

berbagai hal ga’ib, hanya Makutharama yang sudah terujar dalam berita,

sejatinya tidak bosan apa yaitu yang disebut Hasthabrata. “Hastha” itu

artinya delapan, “brata” artinya tindakan. Jadi disini Hasthabrata itu

berwujud ajaran sifat utama delapan bab, yang harus dipegang oleh raja

(pemimpin). Siapa saja yang duduk menjadi raja harus bisa menerapkan

Hasthabrata, dirinya berhak disebut raja (pemimpin) yang memakai

mahkota. Karena apa, mahkota itu tanda sejatinya raja (pemimpin), Radèn.

2. Hambeging Candra (Sifat Bulan)

Rembulan atau Bulan merupakan penanda pergantian waktu dari siang

menuju malam. Bulan memiliki Sifat dapat memberikan cahaya terang di waktu

malam hari dan memberikan cahaya kedamaian dan ketenteraman yang

dibuktikan pada kutipan berikut.

Page 42: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

64

Kutipan:

Késawasidi: … Rembulan mono darbé pakarti wèh pepadhang ing wanci

bengi, lan manèhé darbé sorot ingkang asipat ayom tur ta ayem. Semono

uga wong dadi ratu kudu bisa wèh pepadhang samangsa prajané pinuju

nandhang pepeteng … (hal.307)

Terjemahan:

Kesawasidi: Rembulan itu mempunyai watak memberi cahaya terang disaat

malam, dan juga memberi cahaya kedamaian dan ketenteraman. Begitu juga

menjadi ratu (pemimpin) harus bisa memberi cahaya terang disaat negaranya

sedang dalam kegelapan.

Berdasarkan pada kutipan di atas sifat Rembulan atau bulan memberikan

makna bahwa pemimpin harus mampu memberikan solusi kepada bawahannya

yang sedang mengalami kerumitan masalah. Adanya kerumitan masalah tersebut

haruslah diperhatikan seorang pemimpin dimana dirinya mampu memberikan

jalan keluar yang baik.

Karakter pemimpin seperti sifat pemberikan solusi dalam Teks Pakeliran

Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro tercermin

pada karakter Semar. Ia memiliki karakter yang dapat memberikan solusi kepada

Arjuna ketika tuannya sedang dirundung kebingungan akan bertindak bagaiman

ketika melihat keadaan negara yang semakin lama semakin rusak karena ulah

para pemimpin kerajaan. Semar memberikan solusinya bahwa bekal Arjuna

dalam bertindak harus dimulai dari dirinya sendiri, nanti tindakan tersebut akan

Page 43: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

65

berguna bagi banyak orang. Bekal Arjuna untuk memperbaiki nusa, bangsa dan

bernegara harus melakukan tindakan; pertama yaitu memperbanyak ibadah,

kedua memperbanyak ilmu untuk bekalnya kelak; dan ketiga hidupnya harus

seimbang, dapat berbuat baik untuk orang banyak, mempunyai cita-cita tinggi,

sabar dan selalu ingat kepada kematian yang terbukti pada kutipan berikut.

Kutipan:

Arjuna: Kakang Badranaya, aku bakal tumindhak nanging kaya wong

kaijènan.

Semar: Den, mboten sisah bingung,. Diwiwiti saka pribadinipun piyambak-

piyambak, mangke tetep piguna tumpraping tiyang kathah, ngaten nggih

‘Gus, niki mung piweling mawon …

Arjuna: jero temen yèn disurasa tembungmu?

Semar: Nggih, nggih Dèn, niku mugi-mugi Sampéyan orak-arik salebeting

batin, terus kanggé garan tumindhak ndandani nusa, bangsa, negari niki,

mèlu urun-urun panemu, lan sampéyan mèlu cancut gumregut. Sakniki niki

wayahé padha tumindhak. Siji, nengenaké panembah, loro tansah golék

kawruh karo sangu, ingkang angka tiga urip saimbang, salajenipun labuh

dhateng bebrayan. Gadhaha gegayuhan luhur nanging kudu sing sabar, lan

ingkang wekasan, kudu éling dhateng wekasaning urip; tegesé wong urip

niki bakalé menyang ngendi. Nèk wong niku kabeh éling nèk bakalé niku

mulih mula-mulanira, mboten badhé wonten wong padha malik kéblat, niku

mboten wonten. (hal. 150).

Terjemahan:

Arjuna: Kakang Badranaya, aku akan bertindak namun seperti orang

sendirian.

Semar: Den, tidak usah bingung, Dimulai dari pribadinya sendiri-sendiri,

nanti tetap berguna bagi banyak orang, begitu ya ‘Gus (Bagus merujuk ke

Arjuna), ini hanya pesan saja …

Arjuna: dalam sekali apabila dirasakan perkataanmu?

Semar: Iya, iya Dèn, itu mudah-mudahan kamu tidak tertata didalam batin,

Kemudian untuk pegangan tindakan membenahi nusa, bangsa, negari ini,

ikut menyumbang gagasan, dan kamu ikut bertindak. Sekarang ini waktunya

semua bertindak. Pertama, lebih menguatkan dalam beribadah, Kedua harus

mencari ilmu dan bekal, yang ketiga hidup seimbang, selanjutnya berkorban

kepada kehidupan. milikilah cita-cita luhur tetapi harus sabar, dan yang

terakhir, harus ingat kepada akhir kehidupan; maksudnya orang hidup itu

nantinya akan menuju kemana. Apabila orang itu semua ingat kalau nantinya

Page 44: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

66

itu akan pulang keasalnya, tidak akan ada orang semua berbalik arah dari, itu

tidak ada.

3. Hambeging Kartika (Sifat Bintang)

Bintang memiliki sifat dapat memancarkan sinar di atas langit ketika malam

hari dan sebagai acuan manusia dalam menentukan arah. Sifat bintang dalam

Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” terbukti pada

kutipan berikut.

Kutipan:

Késawasidi: … Ingkang kaping telu hambeging kartika utawa lintang,

ingkang tansah dadi pepasrèning langit, dadi pandom panengeraning

mangsakala utawa kéblat. Semono uga wong dadi ratu, kudu bisa dadi puser

pepasréning praja lan kudu dadi tuking kasusilan sarta budaya. Kudu wani

dadi tepa tuladha, Raden (hal. 307-308).

Terjemahan:

Yang ketiga yaitu watak bintang, yang senantiasa menjadi hiasan langit.

Menjadi pedoman penanda suatu masa atau kiblat. Begitu juga seorang ratu

(pemimpin) haruslah bisa menjadi pusat panutan negara dan harus menjadi

tuking kesusilaan serta budaya. Harus berani menjadi suri teladan, Raden.

Berdasarkan kutipan di atas, pemimpin yang memiliki sifat bintang haruslah

dapat menjadi sosok teladan dan mempunyai perilaku baik dalam ucapan dan

tindakan yang dilakukanmya. Teladan disini maksudnya ialah seorang pemimpin

dapat meniru watak bintang yang memperindah keadaan malam yang gelap

Page 45: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

67

maksud tuturan tersebut yaitu pemimpin harus memberikan kebahagiaan di

tengah keadaan rakyatnya yang kesusahan.

Karakter pemimpin yang memiliki sifat teladan dalam Teks Pakeliran Garap

Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro tercermin pada

karakter Arjuna seperti kutipan berikut ini.

Kutipan:

Arjuna: Adhuh Panembahan, manawi kula purun nampi lajéng dosa menapa

ingkang badhé kula sandhang? Kula ngertos bilih menika pusaka

Wijayadanu, kagunganipun Kakang Adipati Karna.

Késawasidi: lho, lho. Iki rak sejatiné saka keparenging déwa mbiyén kuduné

Janaka sing ndarbé

Arjuna: nanging nyatanipun mboten mekaten.

Késawasidi: lho, iki ana kalodangan prayoga, tampanen pusaka iki, mbésuk

bakal mahanani sira jaya ing paprangan.

Arjuna:Manawi kula kedah nampi pusakaning Kakang Adipati Karna,

lowung bédhoring senjata Kunta Wijayadanu menika kéwala kapandukna

wonten jaja kula. Luwung kula pejah déning Wijayadanu wonten ngriki

kéwala, Panembahan (Hal. 305).

Terjemahan:

Arjuna: Aduh Panembahan, apabila saya mau menerima kemudian dosa apa

yang akan saya tanggung? Saya mengerti bahwa itu pusaka Wijayadanu,

milik Kakak Adipati Karna.

Kesawasidi: lho lho ini kan seharusnya dari kehendak dewa dulu harusnya

Janaka yang menerima.

Arjuna: tetapi kenyataannya tidak begitu.

Kesawasidi: lho ini ada kelonggaran hati, terimalah pusaka ini, besuk akan

yang membuat dirimu menang dalam perang.

Arjuna: Apabila aku harus menerima pusakanya Kakak Adipati Karna, lebih

baik tajamnya senjata Kunta Wijayadanu itu arahkanlah ke dadaku. Lebih

baik saya mati oleh Wijayadanu disini saja, Panembahan (Hal. 305).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa keteladanan Raden Arjuna diwujudkan

melalui kemurahan hati dirinya terhadap Adipati Karna yang merupakan pemilik

Kuntawijayadanu. Ia menolak pemberian senjata Kunthawijayadanu dari

Page 46: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

68

Begawan Kesawasidi, karena Arjuna tak merasa memiliki senjata tersebut.

Walaupun sebenarnya ia tahu bahwa Kuntawijayadanu merupakan senjata yang

seharusnya diterima oleh Arjuna dari Batara Narada.

4. Hambeging Mendhung (Sifat Awan)

Awan dalam kehidupan sehari-hari memiliki sifat menyejukkan dan

memberi rasa nyaman pada umat manusia. Ketika awan sudah menjadi hujan,

maka sangat bermanfaat bagi tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sifat awan dalam

Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo

Asmoro terbukti pada kutipan berikut.

Kutipan:

Késawasidi: … Mendhung darbé pakarti karya giris kang padha mulat,

nanging yèn wis tumeka titi wanciné mbabar udan, ingkang tetéla dadi

srana tumuwuh. Wong dadi ratu mengkono, kudu bisa nandukaké singit

wingiting pangaribawa. Nanging tumanduké paréntah kudu bisa dadi srana

kamulyan sarta katentreman (hal. 308).

Terjemahan:

Kesawasidi: Awan mempunyai sifat yang menakutkan kepada siapa saja

yang melihat, tetapi apabila sudah waktunya berubah menjadi hujan, dapat

memberikan kesuburan bagi tumbuhan. Orang menjadi Ratu (pemimpin)

begitu, harus bisa menunjukkan kewibawaannya, tetapi kebijakan

perintahnya harus dapat menjadi sarana kebahagiaan dan ketenteraman.

Page 47: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

69

Berdasarkan pada kutipan di atas, bahwa pemimpin itu harus bisa berwibawa

di hadapan rakyatnya. Berwibawa disini maksudnya ialah bukan gagah, kuat dan

perkasa seperti anggapan orang sekarang, akan tetapi kewibawaan itu dilakukan

dengan cara berperilaku baik, berfikiran jernih sehingga dapat memberikan

manfaat kebahagiaan dan ketenteraman kepada setiap makhluk di muka bumi.

Karakter pemimpin seperti sifat berwibawa dalam Teks Pakeliran Garap

Sedalu Natas Lakon “Makutharama” dapat tercermin pada karakter tokoh

Arjuna seperti dalam kutipan berikut.

Kutipan:

Mahambira: kondhang ing jagad kowé dadi cagaking bawana, sekti

mandraguna jayèng palagan, nanging endi, kétogna kaprawiranmu, ayo yèn

pancèn kowé bisa mrawasa aku, aku patènana.

Arjuna: Suthik rasaku aku gawé pepati. Nadyan aku kondhang ing rèh jaya-

kawijayan ‘tosing balung wuleding kulit, nanging ora tak gunakakè kanggo

tak sewenang-wenang marang pepadhaning titah. Uripku sawutuhé tak-

udhokaké kanggo memayu hayuning jagad, tanpa nggawé korbaning titah

liya kang tanpa dosa. Mula kang saka iku ki sanak, sing gedhé

pangapuramu, yèn aku arep mbok mangsa, panganen. Nanging aku suthik

gawé pepati, luwih-luwih matèni kowé (hal. 292).

Terjemahan:

Mahambira: terkenal di dunia kamu menjadi tiangnya dunia, sakti

madraguna berjaya di medan peperangan, tapi mana, perlihatkan

keperwiraanmu, ayo jika memang kamu bisa melukai aku, aku bunuhlah.

Arjuna: Tidak nyaman perasaanku aku membuat kematian. Meskipun aku

terkenal di bab kekuatan kerasnya tulang alotnya kulit, namun tidak saya

gunakakan untuk hal sewenang-wenang terhadap makhluk hidup. Hidupku

seutuhnya saya darmabaktikan untuk menjaga kedamaian dunia, tanpa

menimbulkan korban manusia lain yang tanpa dosa.

Kutipan di atas menunjukkan bahwa kewibawaan Raden Arjuna terlihat pada

kesaktiannya yang tidak dipergunakan untuk hal semena-mena. Meskipun ia

dipaksa untuk membunuh Mahambira, tetapi dirinya tidak berkeinginan untuk

Page 48: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

70

melakukan hal tersebut. Tujuan dari hidupnya hanya didarmabaktikan seutuhnya

untuk hal kebaikan dan ketenteraman dunia bukan makhluk yang tidak berdosa.

5. Hambeging Bumi (Sifat Bumi)

Bumi diibaratkan sebagai ibu pertiwi yang memiliki peran seperti seorang

ibu yang memelihara, mengasuh, memomong, dan mengayomi bagi manusia di

muka bumi. Sifat bumi dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon

“Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro terbukti dalam kutipan di bawah ini.

Kutipan:

Késawasidi: … Bumi darbé hambeg santosa lan suci. Ratu kudu santosa ing

budi, aja gampang kepanduk ing rembug manis, aja waton manut

hambeging para wadul … (hal. 308).

Terjemahan:

Bumi memiliki sifat sentosa lan suci. Ratu (pemimpin) haru sentosa budinya,

jangan mudah terpengaruh terhadap pembicaraan manis, jangan hanya

menuruti keinginan para pengadu.

Berdasarkan pada kutipan di atas, pemimpin yang bersifat seperti bumi

merupakan pemimpin yang memiliki sifat sentosa budinya. Kesentosaan budi

disini maksudnya ialah sebagai pemimpin hendaknya harus memiliki pendirian

yang teguh (kukuh). Pemimpin hendaknya menurutu kata-hatinya ketika

menentukan sebuah tindakan kedepannya agar tak salah dalam bertindak, maka

dari itu ketika ada para pengadu yang memintanya untuk melakukan hal tersebut

meski kedepannya akan bermanfaat bagi rakyatnya atau tidak hendaknya harus

dipertimbangkan matang-matang terlebih dahulu.

Page 49: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

71

Karakter pemimpin yang memiliki sifat berpendirian teguh tercermin pada

karakter tokoh Adipati Karna yang berpendirian teguh dalam untuk tidak kembali

ke Astina pada saat senjata Kuntawijayadanu lepas dari tangannya seperti dalam

kutipan berikut.

Kutipan:

Karna: Paman, kados ical bebayuning angga kula. Pangèsthining tékad kula

mboten badhe wangsul, taunana windonana manawi tanpa Kyai

Wijayadanu lowung kula ènthèngaken pejah kula wonten ing wana ngriki

Paman (Hal. 232).

Terjemahan:

Karna: Paman, seperti hilang semangatku. Tekadku bulat saya tidak akan

pulang, bertahun-tahun, berwindu-windu meski tanpa Kyai Wijayadanu

lebih baik mudahkanlah saya mati berada di hutan ini paman.

Berdasarkan pada kutipan di atas, Adipati Karna memiliki sifat seperti Bumi,

sifat tersebut diwujudkan dengan keteguhan hati dan pendirian yang kuat

terhadap senjata Kuntawijayadanu miliknya yang dilepaskan dan jatuh ke tangan

Anoman. Ketika dirinya mengeluarkan senjata andalannya tersebut, ia pun

mengungkapkan perasaan sedih dan kecewa kepada Sengkuni karena telah

melepaskan senjata tersebut, sehingga Ia mempunyai pendirian yang kuat bahwa

dirinya tidak akan kembali ke Astina apabila Kunthawijayadanu tidak kembali ke

tangannya. Baginya pusaka Kunthawijadanu merupakan semangat hidupnya.

Dirinya lebih baik mati daripada pulang ke Hastina tanpa senjatanya.

Page 50: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

72

6. Hambeging Samodra (Sifat Samodra)

Samodra berarti lautan. Kenyataannya samodra memiliki sifat luas tak

berpagar. Sifat samodra dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon

“Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro terbukti dalm kutipan berikut.

Kutipan:

Késawasidi: … Segara kuwi jembar tanpa pager tur ta tansah kamot-kamot

madhahi. Mengkono uga dadi ratu, ya kudu jembar rasa budiné, aja

gampang pingget déning panyacat (hal.

Terjemahan:

Kesawasidi: Samudera itu luas tanpa pagar, serta selalu muat menampung

segala-sesuatu. Begitu juga menjadi ratu (pemimpin), ya harus luas rasa

budinya, jangan mudah tergiur bujuk rayu para penyacat.

Berdasarkan pada kutipan di atas, pemimpin yang memiliki sifat samudera

adalah pemimpin yang sabar dan bijaksana. Pemimpin yang bijaksana dalam

kutipan diatas maksudnya ialah tindakannya arif dalam mengambil sebuah

keputusan. Bijaksana juga bisa berarti sopan kepada sesama manusia. Seorang

pemimpin yang bijaksana seperti yang dikatakan di atas, pasti tidak akan pernah

terbujuk rayuan dari para orang yang suka mencela, sebagai contohnya diiming-

imingi jabatan yang jauh lebih tinggi lagi dia tidak akan mudah tergiur.

Karakter pemimpin yang bijaksana pada Teks Pakeliran Garap Sedalu

Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro tercermin pada karakter

Page 51: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

73

tokoh Begawan Kesawasidi dalam menasihati Anoman tentang senjata

Kuntawijayadanu milik Adipati Karna seperti kutipan di bawah ini.

Kutipan:

Anoman: Dosa kula mapan wonten pundi, Panembahan?

Késawasidi: … Nadyan Karna luput lan dosa menyang déwa, mbégal

kanugrahaning liyan, nanging sing wenang ngukum Suryaputra kuwi dudu

kowé, nanging déwa. Kuwi kowé wis dosa, merga kuwi prékarane

Suryatmaja karo déwa. Kanthi gamané prabu Karna mbok colong iki kowé

dosa kang kaping pindo … (hal 302).

Terjemahan:

Anoman: dosa saya dimana, Panembahan?

Kesawasidi: … Walaupun Karna bersalah dan dosa kepada dewa, meminta

paksa anugerah orang lain, tetapi yang berhak menghukum Suryaputra

(Karna) itu bukan kamu, tetapi dewa. Itu kamu sudah dosa, karena itu

perkara Suryatmaja (Karna) dengan dewa. Dengan pusakanya prabu Karna

kamu curi, itu kamu dosa yang kedua …

Karakter Begawan Kesawasidi pada kutipan di atas menunjukkan bahwa

dirinya bijak dalam mengambil sebuah tindakan yang diperbuat oleh Abdinya

yaitu Anoman. Ia menasihati Anoman tentang perbuatan yang mencuri senjata

Kuntawijayadanu milik Adipati Karna, dalam nasihat tersebut, Anoman tidak

berhak menghukum Karna terkait dengan lepasnya senjata Kuntawijayadanu dari

tangan Karna karena urusan tersebut sudah menjadi urusan dari dewa maka

apabila Karna berdosa, yang berhak menghukumnya hanyalah dewa.

7. Hambeging Geni (Sifat Api)

Api merupakan elemen panas yang mudah membakar apapun. Kobaran api

yang semakin lama semakin membesar dapat menjadikan sesuatu menjadi abu

tanpa sisa. Sifat api dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon

“Makutharama” karya ki Purbo Asmoro seperti kutipan berikut.

Page 52: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

74

Kutipan:

Késawasidi: Dahana iku darbé pakarti masésa datan pilih werna, nanging

migunani. Semono uga wong kang dadi ratu, ya kudu wani matrapi pidana

menyang kang perlu kawisésa. Aja mawas kulit daging lan kaluwarga

(hal.308)

Terjemahan:

Kesawasidi: … Api itu memiliki watak memelihara/ melindungi tanpa

memilih warna, tetapi berguna. Begitu juga orang menjadi Ratu (pemimpin),

ya harus berani mengentaskan hukuman terhadap yang perlu ditindakkan.

Jangan pandang kulit daging dan keluarga.

Berdasarkan pada kutipan tersebut, pemimpin yang mempunyai sifat api

ialah pemimpin yang berani dan tanpa pandang bulu. Pemimpin yang berani

yaitu pemimpin yang mampu bertindak dengan sepenuh hati terkait dengan

keputusan yang dibuatnya. Sifat tersebut haruslah dapat menunjukkan keputusan

tersebut dan berani menanggung resikonya.

Pemimpin dengan sifat Api dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas

Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro ditunjukkan pada karakter tokoh

Arjuna yang terbukti pada kutipan berikut.

Kutipan:

Supiyah: Biyuh-biyuh-biyuh-biyuh. Nèk ngono kowé wong sugih kendel

bandha wani? Wani-wani nasak barisaning rota-danawa.

Arjuna: Kowé buta, cacahmu ‘ra sepirowa, suprandéné ngadhang lakuku

Page 53: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

75

Terjemahan:

Supiyah: biyuh-biyuh-biyuh-biyuh. Kalau begitu kamu orang yang kaya

keberanian banda berani? Berani-beraninya melawan barisan raksasa.

Arjuna: kamu raksasa, jumlahmu tidak seberapa, walaupun demikian

menghadang jalnku

Kutipan diatas menunjukkan bahwa Arjuna mempunyai karakter pemberani,

ia tidak takut berhadapan dengan raksasa sekalipun. Keberaniannya tersebut

ditunjukkan ketika Arjuna dihadang oleh 4 hawa nafsu yaitu sufiah, aluamah,

mutmainah, dan amarah.

8. Hambeging Maruta (Sifat Angin)

Angin merupakan unsur pokok dalam kehidupan manusia. Sifat angin dalam

kehidupan sehari-hari manusia dapat menjangkau tempat-tempat yang kecil dan

sempit. Sifat tersebut dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon

“Makutharama” karya ki Purbo Asmoro adalah sebagai berikut:

Kutipan:

Késawasidi: … Angin ngono darbé pakarti mratani ing sabarang

panggonan. Wong dadi ratu kudu tumindak maratani marang saisining

praja; nadyan tumeka papan kang ndhelik lan rungsit, kabèh kudu

kawuningan déning panjenengan nata (hal. 308-309)

Terjemahan:

Page 54: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

76

Kesawasidi: … Angin begitu memiliki watak merata disetiap tempat. Orang

menjadi ratu (pemimpin) harus dapat bertindak adil terhadap seisi negara,

meskipun mencapai tempat yang tersembunyi dan gawat, semua harus.

Berdasarkan kutipan di atas, pemimpin yang bersifat seperti angin

merupakan pemimpin yang memiliki sifat adil terhadap seluruh isi negara.

Pemimpin yang mempunyai sifat adil dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas

Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro tercermin pada karakter Durna

seperti dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Durna: Lho anané aku, upama wani mban cindhé mban siladan, Pandhawa

dadi, kurawa ora dadi; upama pancèn bener ngono, tegesé Pandhawa dadi

merga saka tumindaké dhéwé. Pandhawa dadi merga saka budidayané

dhéwé, Nèk Kurawa ora dadi merga saka salahé dhéwé, dadi wong kok

kesèd, dadi wong ora sregep, hem? Senengané ming nggandhul kancané.

Senengané ora duwé adeg-adeg, ora gelem gawé cathetan dhéwé, ‘ning

ngèndhèl karo kancané. Kaya ngono kuwi ora apik, ora wajib disangoni

kuwi. Angger mung ngingak-nginguk ngétan karo ngulon. Mélu Durmagati

apa mélu Citraksi? Nèk melu Durmagati “lu” (hal. 169).

Terjemahan:

Durna: Lho adanya aku, apabila berani wani mban cindhé mban siladan

(bertindak tidak adil), Pandhawa jadi orang, kurawa tidak jadi orang;

walaupun emang benar begitu, maksudnya Pandawa menjadi orang karena

hanya karena tindakannya sendiri. Pandawa jadi orang hanya karena dari

budidayanya sendiri, apabila Kurawa tidak menjadi orang karena dari

kesalahannya sendiri, jadi orang kok malas, jadi orang enggak rajin, hem?

Sukanya hanya bergantung kepada temannya. Sukanya tidak punya jati diri,

tidak mau membuat catatan sendiri, tetapi hanya menjagakan temannya. Hal

seperti itu tidak baik, tidak wajib dibekali itu. Jika hanya melihat-lihat timur

dan barat. Ikut Durmagati apa ikut Citraksi? Apabila ikut Durmagati “lu”

(hal. 169).

Page 55: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

77

Berdasarkan pada kutipan di atas, Durna sebagai guru dari Pandhawa dan

Kurawa memiliki sifat adil dalam membagikan ilmunya. Durna mengajarkan

ilmunya kepada Pandhawa dan Kurawa, tentang kebaikan dan kebenaran supaya

memahami tata karma. Walaupun Durna sudah memberikan ilmunya dengan

Adil, namun pada praktek penerpannya tergantung kepada Pandhawa dan

Kurawa sendiri. Pandhawa memang sukses karena dari perilakunya sendiri, dari

budidayanya sendiri. sedangkan Kurawa tidak menjadi sukses karena dalam

mereka mengikuti pendidikan yang diajarkan oleh Guru Durna, ia malah malas,

tidak rajin, suka menjagakan temannya dan tak punya jati diri.

C. Relevansi Tema Revolusi Mental Kepemimpinan dalam Teks Pakeliran

Garap Sedalu Natas karya Ki Purbo Asmoro dengan Kehidupan Sekarang

Relevansi Tema Revolusi Mental Kepemimpinan dalam Teks Pakeliran Garap

Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro berdasarkan pada

penjabaran Hasthabrata di atas masih sangat relevan dengan kehidupan sekarang yang

terdiri dari sumber penerangan (motivasi), pemberi solusi, teladan, berwibawa,

pendirian teguh, bijaksana, berani dan tegas serta adil seperti pada analisis di bawah

ini.

1. Pemimpin Sifat Matahari (sumber penerangan)

Surya atau Matahari pada penjabaran diatas memiliki arti bahwa pemimpin

harus dapat menjadi sumber penerangan bagi masyarakatnya. Karakter pemimpin

yang harus mampu menjadi sumber penerangan disini maksudnya ialah seorang

pemimpin harus memiliki tujuan dan mampu memberikan keyakinan kepada

orang-orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin hendaknya juga mampu

Page 56: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

78

mendorong orang yang dipimpinnya dalam bersugesti dan mampu mendorong

semangat bawahannya agar dapat mencapai tujuan yang akan dicapainya.

Pemimpin sebagai sumber penerangan ini biasanya berperan dalam

mencetuskan ide-idenya berupa petunjuk yang harus dilakukan bawahannya dan

dapat memberikan dorongan motivasi kepada rakyat atau bawahannya. Posisi dia

sebagai sumber penerangan ini adalah layaknya bapak dengan anaknya,

komandan dengan bawahannya.

Karakter Pemimpin tersebut dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas

Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro tercermin pada karakter

Begawan Kesawasidi sebagai pember pemberi penerangan bagi Arjuna. Melalui

ajaran Hastabrata yang akan dijadikan pedoman untuk menjadi seorang

pemimpin dalam memperbaiki kerusakan dunia dan seisinya. Hastha berarti

delapan dan Brata merupakan tindakan atau budi luhur. Ajaran Hasthabrata

adalah delapan ajaran keutamaan menjadi seorang pemimpin.

Apabila ditinjau pada masa sekarang ini, Pemimpin yang dapat dijadikan

contoh sebagai sumber penerangan ialah Ketua MPR Zulkifli Hasan yang

ditunjukkan melalui motivasi kepada rakyatnya tentang pengatasan kemiskinan

dan kesenjangan seperti pada kutipan berikut.

Kutipan:

Antaranews – Ketua MPR Zulkifli Hasan memotivasi rakyat Indonesia untuk

terus bekerja keras guna mengatasi kemiskinan dan kesenjangan sosial yang

semakin tinggi. Pada kesempatan tersebut, Hasan menjelaskan bahwa

salahsatunya adalah wujud dari hasil reformasi kebijakan pemekaran daerah

pembentukan Kabupaten Sigi. Dalam kebijakan otonomi daerah, dia

mengungapkan bahwa banyak kemajuan yang dicapai tapi masih ada yang

belum tercapai yakni masih banyaknya masyarakat yang hidup miskin.

Page 57: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

79

Menurut dia, seluruh pemangku kepentingan di Indonesia terutama rakyat,

harus bekerja keras untuk mengatasi kesenjangan sosial. Rakyat harus

mempunyai tekad kuat mengubah nasibnya melalui pendidikan, pelatihan

dan bekerja keras Senin, 25 juli 2016)

Berdasarkan kutipan di atas, Zulkifli Hasan sebagai Ketua MPR masuk

dalam karakter pemimpin yang dapat menjadi sumber penerangan bagi

rakyatnya. Motivasi yang ia lakukan ialah dengan cara memberikan dorongan

semangat untuk masyarakat dalam hal ini adalah mengajak rakyat Indonesia

untuk mengentaskan kemiskinan dan kesenjangan sosial untuk turut bekerja

keras membangun bangsa Indonesia kedepannya melalui pendidikan dan

pelatihan.

Karakter Begawan Kesawasidi dan Zulkifli Hasan merupakan sama-sama

memberikan petunjuk dan motivasi kepada murid dan rakyatnya. Hal tersebut

tentu sangat relevan dengan pemimpin yang memiliki sifat seperti matahari.

Apabila dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama”,

Begawan Kesawasidi memberikan petunjuk untuk Raden Arjuna untuk pedoman

dan digunakan sebagai pendidikan karakter berupa ajaran hasthabrata yang

meliputi delapan laku utama seorang pemimpin dalam memerangi kerusakan

dunia, sedangkan pada masa sekarang ini Zulkifli Hasan memotivasi rakyat

Indonesia dalam hal mengentaskan kemiskinan dan kesenjangan sosial dengan

cara mengajak rakyat Indonesia untuk berusaha merubah nasibnya melalui

pendidikan, pelatihan dan bekerja keras.

Page 58: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

80

2. Pemimpin Sifat Bulan (Pemberi Solusi)

Rembulan atau bulan berdasarkan pada penjabaran Teks Pakeliran Garap

Sedalu Natas Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro bermakna bahwa

pemimpin harus mampu memberikan pencerahan dan dapat memberikan jalan

keluar bagi permasalahan yang sedang dialami oleh rakyat dan negaranya.

Karakter pemimpin bulan tersebut, dapat tercermin pada karakter Semar yang

memiliki sifat seperti rembulan, meskipun dia diturunkan ke bumi didaulat

menjadi seorang abdi dari Arjuna, tetapi sebenarnya Semar memiliki latar

belakang seorang dewa. Ia memberikan solusi kepada Arjuna ketika tuannya

sedang dilanda kebingungan melihat keadaan negara yang semakin lama semakin

rusak karena ulah para pemimpin kerajaan. Semar memberikan solusinya berupa

pesan kepada Arjuna dalam bertindak harus dimulai dari dirinya sendiri, nanti

akan berguna bagi banyak orang. Pesan tersebut diharapkan dapat dijadikan

landasan bagi Arjuna dalam memperbaiki nusa, bangsa dan negara. Pesannya

berisi; pertama yaitu memperbanyak ibadah, kedua memperbanyak ilmu untuk

bekalnya kelak; dan ketiga hidupnya harus seimbang, dapat berbuat baik untuk

orang banyak, mempunyai cita-cita tinggi, sabar dan selalu ingat kepada

kematian.

Sekarang ini, karakter pemimpin dengan sifat bulan dapat mencontoh pada

Walikota Bandung dalam memberikan solusi kepada kasus tidak naik kelasnya

siswi DP di SMA N 4 Bandung seperti pada kutipan berikut.

Page 59: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

81

Kutipan:

Pikiran Rakyat - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil urun bicara terkait

kasus tidak naik kelasnya siswi DP di SMA Negeri 4 Bandung. Ia

menawarkan solusi kekeluargaan agar anak tidak mengalami tekanan mental

berkepanjangan. Menurut Ridwan, Pemkot Bandung berkepentingan

menjaga mental siswi DP dalam melewati masa sulit ini. Upaya merangkul

orangtua merupakan bagian untuk menjaga masa depan anak. Mengutip

keterangan pihak sekolah, Ridwan menjelaskan bahwa tidak benar sekolah

tidak memberi kesempatan kepada siswi DP untuk mengikuti ujian susulan.

Bahkan, kesempatan ujian susulan diberikan lebih dari satu kali. (Selasa, 6

September 2016).

Berdasarkan kutipan diatas, Ridwan Kamil mampu menjadi pemimpin yang

dapat memberikan solusi kepada kasus tidak naik kelasnya siswi DP agar dirinya

tidak mengalami tekanan mental. Ia mengajak orang tua DP agar mampu

merangkul anaknya untuk terlibat dalam menjaga masa depan anaknya.

Berdasarkan kepada kedua karakter Semar dan Ridwan Kamil dalam

menjadi seorang pemimpin yang seperti bulan hampir memiliki kesamaan. Semar

memberikan solusi kepada Arjuna agar tuannya tersebut tidak perlu bingung

dalam bertindak membenahi kerusakan bangsa dan negaranya. Petuah yang

diwejangkan dari Semar ke Arjuna lebih bermakna meneladani kehidupan.

Sekarang ini, Karakter tersebut juga terdapat pada Ridwan Kamil dalam

memberikan solusi kepada siswi DP yang tidak naik kelas agar tidak mengalami

tekanan mentalnya. Ia mengajak orang tua agar mampu merangkul anak-anaknya

demi masa depan anak tersebut. Meskipun hanya persoalan yang kecil, namun

dari kasus tersebut dapat bermanfaat nantinya bagi mental anak-anak bangsa

yang dapat membawa Negara ini semakin maju dan berkarakter.

Page 60: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

82

3. Pemimpin Sifat Bintang (Teladan)

Bintang mempunyai arti bahwa pemimpin harus dapat menjadi teladan yang

baik bagi rakyatnya. Pemimpin teladan merupakan pemimpin yang dapat

menginspirasi melalui tindakan, perilaku maupun cara menungkan ide-ide dan

gagasan yang positif bagi setiap orang. sosok pemimpin teladan dalam Teks

Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama” tercermin pada Raden

Arjuna yang keteladanannya diwujudkan melalui kemurahan hati dirinya

terhadap Adipati Karna sebagai pemilik senjata Kuntawijayadanu. Ia menolak

pemberian senjata Kunthawijayadanu dari Begawan Kesawasidi, karena Arjuna

sudah merasa tidak memiliki senjata tersebut. Walaupun sebenarnya ia tahu

bahwa Kuntawijayadanu merupakan senjata yang seharusnya diterima oleh

Arjuna dari Batara Narada. Kuntawijayadanu yang diberikan kepada Arjuna

merupakan inisiatif Begawan Kesawasidi untuk mengetes kejujuran Arjuna

apakah senjata tersebut dikembalikan ke Adipati Karna atau tidak.

Sifat teladan yaitu sifat yang dapat memberi contoh yang baik melalui

perkataan, perilaku dan cara berfikir. Karakter pemimpin yang dapat menjadi

teladan pada masa sekarang ini merupakan pemimpin yang dapat menjadi teladan

bagi bawahnannya sebagai contohnya ialah sikap pemimpin yang apa adanya dan

sederhana pada diri Presiden Joko Widodo manakala menghadiri wisuda anaknya

yaitu Kaesang Pangarep di Anglo-Chinese School Singapura menggunakan

pesawat ekonomi dan tidak dibiayai oleh anggaran negara meskipun merupakan

hal kecil untuk diteladani seperti pada kutipan berikut.

Page 61: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

83

Kutipan:

Beritasatu – Akhir pekan lalu Presiden Joko Widodo bersama Ibu Negara

Iriana menghadiri wisuda anaknya, Kaesang Pangarep di Anglo-Chinese

School Singapura. Ada cerita menarik dimana keberangkatan Orang pertama

di Indonesia tersebut menggunakan penerbangan kelas ekonomi serta

memakai duit pribadi. Hanya pengawalnya yang dibiayai dengan anggaran

negara. Alasan mengapa Jokowi tak menggunakan layanan kepresidenan

cukup sederhana. Kepergiannya ke Negara Singa tersebut tatkala bukan

merupakan agenda kenegaraan melainkan adalah acara pribadi. Bagi Jokowi,

sikap apa adanya, kesederhanaan bukan merupakan upaya pencitraan agar

dirinya menapatkan simpati dari rakyatnya dan mampu menduduki kursi

Presiden RI kembali (25 November 2015).

Berdasarkan dari karakter Arjuna dan Presiden Joko Widodo sama-sama

merupakan sosok pemimpin yang dapat dijadikan suri tauladan. Raden Arjuna

membuktikan bahwa Kuntawijayadanu merupakan bukanlah senjata yang harus

ia terima karena senjata ia bukan yang memiliki senjata tersebut, pemiliknya

melainkan Karna, kakak tertuanya sendiri. Dalam penjelasan di atas,

Kuntawijayadanu digunakan Begawan Kesawasidi untuk mengetes Arjuna

apakah senjata tersebut dikembalikan kepada Karna ataupun tidak. Karena

Arjuna sudah tak berwenang akan senjata tersebut, akhirnya setelah menerima

makutharama senjatanya dikembalikan kepada Karna.

Arjuna mengajarkan kita bagaimana kita harus bersikap jujur dan rendah hati

terhadap barang yang bukan miliknya. Namun, sekarang ini Presiden Joko

Widodo menunjukkan keteladanan tersebut melalui caranya yang sederhana dan

apa adanya. Kesederhanaan dirinya itulah yang dapat menjadi contoh teladan

bagi gagasan Revolusi Mental yang digaungkannya pada waktu pemilihan

presiden 2014 kemarin.

Page 62: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

84

Sikap Presiden tersebut tampak istimewa karena hal-hal yang biasa itu kini

dianggap langka. Elite sibuk mengumpulkan harta. Dapat dibayangkan apabila

apa yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo tersebut dapat juga di diterapkan

oleh para elite pejabat pemerintahan dari pusat sampai ke daerah. Rakyat pasti

akan lebih terbuka pemikirannya bahwa elite negara merupakan elite yang dapat

menjadi contoh yang baik dan menginspirasi sehingga pandangan negative rakyat

terhadap para elit akan terhapus dengan sendirinya. Jika para elite akan

memberikan teladan yang baik maka otomatis akan menarik konstituen yang

lebih permanen, berbeda dengan mereka yang suka menebar pencitraan semata.

4. Pemimpin Sifat Awan (berwibawa)

Awan mempunyai arti bahwa pemimpin harus dapat memiliki kewibawaan

di hadapan rakyatnya seperti kewibawaan karakter Arjuna yang terlihat pada

kesaktiannya yang tidak dipergunakan untuk hal semena-mena. Meskipun ia

dipaksa untuk membunuh Mahambira, tetapi dirinya tidak berkeinginan untuk

bermusuhan ataupun melakukan pembunuhan tersebut kepada Mahambira.

Kewibawaan dari sikap Arjuna tersebut bertujuan untuk hal kebaikan dan

ketenteraman dunia bukan makhluk yang tidak berdosa.

Kewibawaan seorang pemimpin dapat bersumber pada keahlian seseorang

yang ahli dalam bidangnya; kharisma yang dimiliki orang tersebut dan dari

kemampuannya dalam memberikan pengaruh terhadap dirinya sendiri,

kelompoknya, dan nusa bangsanya. Pemimpin yang berwibawa pada masa

sekarang ini sebagai contohnya ialah pada kewibawaan mantan pemimpin KPU,

Page 63: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

85

Alm. Husni Kamil Malik dalam memjadikan proses demokrasi kearah yang lebih

baik dengan aturan-aturan kebijakannya seperti pada kutipan berikut.

Kutipan:

GS Sumbar – Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Husni Kamil Malik

meninggal dunia pada kamis (7 Juli 2016) sekitar pukul 21.00 WIB di RS

Pertamina Jakarta. Dimata anggotanya, Husni merupakan sosok yang taat

dan memiliki gaya kepemimpinan yang hebat. Menurut Ketua Divisi Sumber

daya Manusia Komisi Independen Pemilihan Aceh Fauziah, dimatanya ia

menganggap Husni sebagai pemimpin yang berwibawa dalam membawa

KPU. Ia lebih mampu menjadikan proses demokrasi kearah lebih baik

dengan aturan-aturan dan aplikasi yang sangat baik. Ia lebih tampil tenang

dan sangat menyenangkan bagi semua orang. (Kamis, 7 Juli 2016).

Kutipan di atas menjelaskan bahwa kewibawaan Alm. Husni Kamil Malik

terletak pada saat ia memposisikan Komisi Pemilihan Umum sebagai instansi

yang mampu menjadikan proses demokrasi yang lebih baik dengan beberapa

aturan da aplikasinya. Karena kewibaaanya itulah, Alm. Husni dapat menjadi

sosok pemimpin yang dapat menyenangkan bagi para bawahannya.

Berdasarkan pada karakter Arjuna dan Alm. Husni diatas, relevansi

pemimpin harus berwibawa hamper sam. Apabila Arjuna berwibawa karena ia

tak mau menggunakan kesaktiannya untuk bermusuhan dengan Mahambira

meskipun Arjuna terkenal sebagai sosok yang sakti mandraguna di dunia

sekalipun, sedangkan pada masa sekarang ini, kewibawaan Alm. Husni Kamil

Malik terletak pada kebijakna dan aturannya dalam menerapkan aplikasi yang

lebih baik untuk Komisi Pemilihan Umum.

5. Pemimpin Sifat Bumi (Pendirian Teguh)

Bumi dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama”

berarti bahwa pemimpin harus dapat menjadi pemimpin yang memiliki pendirian

Page 64: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

86

teguh dan tidak mudah terbujuk oleh rayuan manis dari para pengadu. Pemimpin

seperti ini, dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama”

karya Ki Purbo Asmoro tercermin pada karakter Adipati Karna yang memiliki

keteguhan hati dan pendirian yang kuat terhadap senjata yang dimilikinya ketika

senjata tersebut jatuh ke tangan Anoman. Ia merasa sangat sedih dan kecewa

sudah melepaskan senjata tersebut sehingga ia mengeluarkan sumpah bahwa

dirinya tidak akan kembali ke Astina apabila Kunthawijayadanu tidak kembali ke

tangannya, meskipun dirinya dihasut oleh para kurawa dan Sengkuni untuk

kembli ke Astina dan tidak melanjutkan perjalanannya dalam mencari

Makutharama. Baginya pusaka Kunthawijadanu merupakan kekuatan dan

semangat dari dirinya. Ia lebih baik mati daripada pulang ke Hastina tanpa

senjatanya.

Pemimpin yang memiliki pendirian teguh merupakan pemimpin yang

mempunyai keyakinan yang keteguhan hati yang kuat terhadap tindakan yang

akan diperbuatnya dan tidak mudah dipengaruhi oleh orang-orang disekitarnya.

Pemimpin yang memiliki pendirian yang teguh pada masa sekarang ini sebagai

contohnya ialah Presiden Jokowi yang menggunakan hak prerogatifnya memilih

pimpinan tertinggi Kepala Kepolisian Republik Indonesia dengan membatalkan

Budi Gunawan sebagai bentuk penolakan indikasi pejabat titipan (KKN),

walaupun atas usulan partai pengusungnya sendiri yaitu PDIP seperti pada

kutipan berikut.

Page 65: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

87

Kutipan:

Voa Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan sikapnya

atas masalah yang terjadi antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Dalam konperensi

pers di Istana Merdeka Jakarta, Rabu (18/2), Presiden Jokowi memutuskan

tidak melantik Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan sebagai Kepala

Kepolisian Negara Republik Indonesia. Presiden Jokowi meminta Budi

Gunawan untuk memberikan kontribusi terbaik kepada Polri agar makin

profesional dan dipercaya masyarakat, dalam posisi dan jabatan apapun yang

nanti akan diamanatkan kepadanya. Pakar hukum tata negara Refly Harun

kepada VOA memastikan, pembatalan pelantikan Budi Gunawan sebagai

Kapolri adalah hak prerogatif Presiden Jokowi, meski yang bersangkutan

sudah mendapat persetujuan dari DPR. Tantangan Presiden kedepan adalah

dari fraksi-fraksi di DPR khususnya fraksi PDIP yang menurut Refly

tentunya kecewa atas dibatalkannya Budi Gunawan sebagai Kapolri. (18

Februari 2015).

Berita di atas menunjukkan bahwa Jokowi sebagai Presiden Republik

Indonesia yang menjadi orang nomor satu di negeri Indonesia haruslah

mempunyai hak prerogatifnya dalam memilih pimpinan tertinggi Kapolri tanpa

harus dipengaruhi oleh usulan-usulan partai yang mengusungnya. Hak

prerogatifnya tersebut dibuktikan pada batalnya Presiden Jokowi memilih Budi

Gunawan sebagai Wakil Kapolri.

Berdasarkan pada kedua karakter Adipati karna dan Presiden Jokowi di atas,

sikap pendirian yang teguh itu diungkapkan dalam hal yang hampir sama. Karna

mengungkapkan pendirian hatinya yang teguh untuk tidak kembali ke Astina

ketika senjata andalannya yaitu Kuntawijayadanu tidak kembali ketangannya.

Sedangkan yang terjadi pada Presiden Jokowi, pendirian teguhnya terletak pada

hak prerogatifnya dalam memilih pimpinan tertinggi Kapolri.

Page 66: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

88

6. Pemimpin Sifat Samudera (Bijaksana)

Samudera memiliki arti bahwa pemimpin harus bijaksana. Karakter

bijaksana dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon “Makutharama”

karya Ki Purbo Asmoro tercermin pada karakter Begawan Kesawasidi pada

kutipan diatas menunjukkan bahwa dirinya bijak dalam mengambil sebuah

tindakan yang diperbuat oleh Abdinya yaitu Anoman. Ia menasihati Anoman

tentang perbuatan yang mencuri senjata Kuntawijayadanu milik Adipati Karna,

dalam nasihat tersebut, Anoman tidak berhak menghukum Karna terkait dengan

lepasnya senjata Kunthawijayadanu dari tangan Karna karena urusan tersebut

sudah menjadi urusan rdari Dewa maka apabila Karna berdosa, yang berhak

menghukumnya hanyalah dewa.

Bijaksana apabila ditinjau pada masa sekarang ini, karakter pemimpin

seperti pada ciri-ciri diatas sebagai contohnya ialah Shaloeky, Bos Sate Klopo

yang menjadikan mobil APVnya sebagai ambulan gratis bagi warga seperti pada

kutipan berikut:

Kutipan:

Detiknews - Shaloeky (Bos Sate Klopo) memenuhi janjinya, membeli

sebuah mobil Suzuki APV dan dijadikan mobil ambulans gratis bagi warga

yang membutuhkannya. Waktu itu, dengan mengeluarkan dana Rp 150 juta

bisa membeli mobil Suzuki APV dan dimodif menjadi mobil ambulans yang

dilengkapi dengan lampu rotator, hingga keranda untuk orang sakit atau

jenazah. Shaloeky menggratiskan layanan ambulans Suzuki APV miliknya

bagi warga yang kurang mampu. Bahkan terkadang dia memberikan uang

duka bagi keluarga tak mampu yang menggunakan ambulans-nya. Namun

untuk keluarga yang terlihat cukup dan mampu, dia tak

sepenuhnya menggratiskan tapi juga tidak memberatkan. Bagi Shaloeky,

kapan lagi bersedekah kalau tidak sekarang. Mumpung masih diberi umur

panjang sebisa mungkin sering-seringlah beribadah.

Page 67: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

89

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Shaloeky merupakan pemimpin yang

bijaksana dalam bertindak, iapun bertanggung jawab terhadap apa yang sudah

diharapkannya bertahun-tahun untuk mempunyai mobil Suzuki APV yang

dijadikan ambulan gratis bagi warga sekitarnya.

Karakter Begawan kesawasidi dan Shaloeky pada kasus diatas, menunjukkan

bahwa keduanya sama-sama dapat menjadi pemimpin yang bijaksana. Begawan

Kesawasidi bijak dalam memberikan nasihat kepada Anoman tentang

perbuatannya, sedangkan sekarang ini, Shalokey, seorang Bos Sate Klopo bijak

dalam berperilaku yang didasari akan tanggung jawab dirinya terhadap apa yang

sudah diharapkan yaitu mempunyai mobil Suzuki APV dan dapat menjadikan

mobil tersebut untuk pelayanan Ambulan Gratis untuk warga.

7. Pemimpin Sifat Api (berani dan tegas)

Api yang dijabarkan pada Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas Lakon

“Makutharama” memberikan makna bahwa pemimpin harus berani dan tegas

tanpa pandang bulu. Karakter pemimpin Api tersebut tercermin pada tokoh

Arjuna yang pemberani, berhadapan dengan raksasa sekalipun. Keberaniannya

tersebut ditunjukkan ketika Arjuna dihadang oleh 4 hawa nafsu yaitu sufiah,

aluamah, mutmainah, dan amarah.

Masa sekarang ini, figur pemimpin dengan sifat berani dan tanpa pandang

bulu sebagai contohnya ialah Presiden Jokowi ketika dirinya menjadi Gubernur

DKI Jakarta dalam mempertahankan Lurah Susan sebagai Lurah Lenteng Agung

yang mayoritas warganya beragama muslim seperti pada kutipan berikut.

Page 68: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

90

Kutipan:

Vivanews - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo kembali membahas

persoalan yang sempat mengemuka di publik, yaitu Lurah Lenteng Agung

Susan Jasmine Zulkifli. Menurut Jokowi, persoalan itu tidak sepele. Jokowi

menceritakan, saat itu dia didatangi sejumlah warga yang dia yakini tidak

mewakili masyarakat Lenteng Agung secara keseluruhan. Mereka

menyampaikan penolakan terhadap Lurah Susan karena daerah tersebut

berpenduduk mayoritas muslim. Jokowi menilai apabila dia menuruti protes

karena masalah agama, maka akan menjadi preseden buruk di kemudian

hari. Sekali dia berikan, kelompok lain pun meminta hal yang sama. Mantan

Walikota Solo itu menegaskan kemajemukan, kebhinekaan Indonesia adalah

anugerah yang tidak boleh dipertentangkan. Kebangsaan menurut Jokowi

sudah final dan wajib terus diperkuat.

Kutipan di atas menunjukkan ketegasan dan keberanian Presiden Jokowi

ketika masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta yang tetap

mempertahankan posisi Lurah Susan yang memiliki agama minoritas di wilayah

tersebut. Jokowi mengatakan bahwa tekadnya sudah bulat dalam memilih Lurah

Susan sebagai Lurah Lenteng Agung. Ia menganggap bahwa Lurah Susah adalah

sebuah anugerah kebinekaan Indonesia yang tidak boleh diperdebatkan.

Berdasaran pada karakter Arjuna dan Presiden jokowi, menunjukkan bahwa

keduanya merupakan pemimpin yang berani dan tegas dalam mengambil

tindakan. Arjuna berani menghadapi raksasa yang berupa 4 nafsu, sedangkan

pada masa sekarang ini, Presiden Jokowi ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta

menunjukkan keberanian dan ketegasannya dalam mempertahankan posisi lurah

Susan sebagai Lurah Lenteng Agung yang beraga minoritas di wilayahnya yang

mayoritas beragama muslim di tengah demo dari Front Pembela Islam di wilayah

tersebut. Baginya, Jokowi tegas dalam memperjuangkan kebhinekaan yang

seharusnya harus di apresiasi.

Page 69: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

91

8. Pemimpin Sifat Angin (Adil)

Angin mempunyai arti merupakan pemimpin yang memiliki sifat adil

terhadap seluruh isi negara. Sifat adil dalam Teks Pakeliran Garap Sedalu Natas

Lakon “Makutharama” karya Ki Purbo Asmoro tercermin pada karakter Durna

sebagai guru dari Pandhawa dan Kurawa memiliki sifat adil dalam membagikan

ilmunya. Durna mengajarkan ilmunya kepada Pandhawa dan Kurawa, tentang

kebaikan dan kebenaran supaya memahami tata karma. Walaupun Durna sudah

memberikan ilmunya dengan Adil, namun pada praktek penerpannya tergantung

kepada Pandhawa dan Kurawa sendiri. Pandhawa memang sukses karena dari

perilakunya sendiri, dari budidayanya sendiri. sedangkan Kurawa tidak menjadi

sukses karena dalam mereka mengikuti pendidikan yang diajarkan oleh Guru

Durna, ia malah malas, tidak rajin, suka menjagakan temannya dan tak punya jati

diri.

Pada masa sekarang ini, pemimpin yang adil ialah pemimpin yang mampu

menempatkan kepentingan pribadi diatas kepentingan kelompok dan dapat

membagi rata satu sama lain. Adilnya pemimpin sekarang terbukti pada karakter

Presiden Jokowi yang meratakan dalam hal pembangunan dari Jawa Sentris ke

Indonesia Sentris seperti pada kutipan berikut:

Indonews.id - Salah satu kelebihan era Presiden Joko Widodo (Jokowi)

adalah ia berhasil membangun ekonomi secara merata di seluruh Indonesia.

Bahkan mantan Walikota Solo ini lebih memfokuskan pembangunan di luar

Jawa agar kesejahteraan itu dinikmati secara merata dan berkeadilan.

Konsep ini disebutnya Indonesia Sentris. Konsep Indonesia Sentris

mengubah pola dan gaya yang dilakukan pemerintahan sebelumnya yang

lebih banyak pembangunan terpusat di pulau Jawa atau Jawa Sentris. Namun

di era pemerintahan Presiden Joko Widodo, pola pembangunan Jawa Sentris

sudah ditinggalkan dan diganti dengan menerapkan konsepsi Indonesia

Page 70: BAB II PEMBAHASAN · A. Analisis Struktural Robert Stanton Teori Struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi 4 bagian yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Dia

92

Sentris sebagai haluan politik negara. Konsep Indonesia Sentris bertujuan

meningkatkan daya saing dan pemerataan pembangunan di seluruh

Indonesia. (29 April 2016)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa sifat Angin yang ditunjukkan dalam

kebijakan Presiden Jokowi dalam meratakan pembangunan dari yang terpusat

hanya Jawa Sentris menjadi Indonesia Sentris agar kesejahteraan dapat dirasakan

penuh keadilan. Konsep Indonesia sentris tersebut akan dibangun kembali oleh

pemerintahan Jokowi agar keluar dari konsepsi Jawa sentris yang telah lama

diterapkan pada pemerintahan sebelumnya.

Berdasarkan dari Karakter Durna dan Presiden Jokowi terlihat kesamaan

dalam berperilaku Adil. Durna berperilaku Adil dalam mendidik Pandawa dan

Kurawa, sedangkan sekarang ini perilaku Adil tersebut diwujudkan oleh Presiden

Jokowi melalui kebijakannya dalam pemerataan pembangunan dari yang dulunya

hanya berpusat di Jawa sentris sekarang harus menjadi Indonesia Sentris. Hal

tersebut untuk mengurangi ketimpangan pembangunan agar merata dalam

keadilan.