Bab II Pembahasan

13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam pelayananan keperawatan adalah menjaga dan mempertahankan integritas kulit klien agar senantiasa terjaga dan utuh. Intervensi dalam perawatan kulit klien akan menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. Kerusakan integriritas kulit dapat berasal dari luka karena trauma dan pembedahan, namun juga dapat disebabkan karena tertekannya kulit dalm waktu yang lama yang menyebabkan iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Kozier, 1993). Dekubitus merupakan problem yang serius karena dapat mengakibatkan meningkatnya biaya, lama perawatan dirumah sakit karena memperlambat program rehabilitasi bagi penderita (Potter, Perry, 1993). Selain itu dekubitus juga dapat menyebabkan nyeri yang berkepanjangan, rasa tidak nyaman, tergangu dan frustasi yang menghinggapi para pasien dan meningkatkan biaya dalam penaganan. Perawat sebagai kesehatan yang memiliki tanggung jawab utama dalam mencegah kejadian dekubitus perlu mnerapkan pengetahuan terbaik yang dimilikinya dalam mencegah berkembangnya kejadina dekubitus (Moore, et al , 2004). B. Tujuan 1

description

abses

Transcript of Bab II Pembahasan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu aspek penting dalam pelayananan keperawatan adalah menjaga dan mempertahankan integritas kulit klien agar senantiasa terjaga dan utuh. Intervensi dalam perawatan kulit klien akan menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. Kerusakan integriritas kulit dapat berasal dari luka karena trauma dan pembedahan, namun juga dapat disebabkan karena tertekannya kulit dalm waktu yang lama yang menyebabkan iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Kozier, 1993). Dekubitus merupakan problem yang serius karena dapat mengakibatkan meningkatnya biaya, lama perawatan dirumah sakit karena memperlambat program rehabilitasi bagi penderita (Potter, Perry, 1993). Selain itu dekubitus juga dapat menyebabkan nyeri yang berkepanjangan, rasa tidak nyaman, tergangu dan frustasi yang menghinggapi para pasien dan meningkatkan biaya dalam penaganan. Perawat sebagai kesehatan yang memiliki tanggung jawab utama dalam mencegah kejadian dekubitus perlu mnerapkan pengetahuan terbaik yang dimilikinya dalam mencegah berkembangnya kejadina dekubitus (Moore, et al, 2004).

B. Tujuan 1. Megetahui anatomi fisiologi sistem yang mendasari kasus dekubitus2. Mengetahui pengertian dari dekubitus3. Mengetahui faktor penyebab terjadinya dekubitus4. Mengetahui perjalanan timbulnya dekubitus5. Mengetahui diagnose keperawatan pada dekubitus

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan di antara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu lama (National Pressure Ulcer Advisory Panel [NPUAP], 1989a, 1989b).Ulkus Dekubitus (Luka akibat penekanan, Ulkus kulit, Bedsores) adalah kerusakan kulit yang terjadi akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka panjang.Dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus-menerus sehingga mengakibtakan ganguan sirkulasi darah setempat (Hidayat,2009).Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi pada individu yang berada di atas kursi atau di atas tempat tidur , sering kali pada inkontinensia dan malnutrisi ataupun individu yang mengalami kesulitan makan sendiri, serta mengalami gangguan tingkat kesadaran.

B. Etiologi 1. factor ekstrinsik Tekanan: factor tekanan, terutamasekali bila tekanan tersebut terjadi dalam jangka waktu lama yang menyebabkan jaringan mengalami iskemik Pergesekan dan pergeseran: gaya gesakan ialah sebagaifaktor yang menimbulkan luka iskemik (Reichel, 1958). hal ini biasanya akan terjadi apabila pasian diatas tempat tidur kemudian erring merosot, dankulitseringkali mengalami regangan dan tekanan yang mengakibatkan terjadi iskemik padda jaringan Kelembaban: Kondisikulitpada pasien yang sering mengalami lembab akan mengkontribusikulitmenjadi maserasi kemudian dengan adanya gesekan dan pergeseran, memudahkankulitmengalami kerusakan. Kelembaban ini dapat akibat dari inkontinensia, drain luka, banyak keringat dan lainnya.2. Faktor intrinsic Usia: Usia juga dapat mempengaruhi terjadinyaluka dekubitus. Usia lanjut mudah sekali untuk terjadiluka dekubitus. Hal ini karena pada usia lanjut terjadi perubahan kualitaskulitdimana adanya penurunan elastisitas, dan kurangnya sirkulasi pada dermis. Temperatur: Kondisi tubuh yang mengalami peningkatan temperatur akan berpengaruh pada temperatur jaringan. Setiap terjadi peningkatan metabolisme akan menaikkan 1 derajat Celcius dalam temperatur jaringan. Dengan adanya peningkatan temperatur ini akan beresiko terhadap iskemik jaringan. Selain itu dengan menurunnya elastisitaskulit, akan tidak toleran terhadap adanya gaya gesekan dan pergerakan sehingga akan mudah mengalami kerusakankulit. Hasil penelitian didapatkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara peningkatan temperatur tubuh dengan resiko terjadinyaluka dekubitus(Bergstrom N and Braden B 1992, Suriadi dkk, 2003). Nutrisi: Nutrisi merupakan faktor yang dapat mengkontribusi terjadinyaluka dekubitus. Padda fokus ini ada juga yang masih belum sependapat nutrisi sebaggai faktorluka dekubitusnamun sebagian besar dari hasil penelitian mengatakan adanya hubungan yang bermakna pada klien yang mengalamiluka dekubitusdengan malnutrisi. Individu dengan tingkat serum albumin yang rendah terkait dengan perkembangan terjadinyaluka dekubitus. Hypoalbuminea berhubungan denganluka dekubituspada pasien yang dirawat (Allman etal., 1986. Bergstrom, Norvel, and Braden, 1988). Tekanan interface: Tekanan interface adalah suatu pengukuran kualitatif yang didapatkan dari hasil pengukuran pada rongga antara tempat tidur dan tubuh dalam milimeter air raksa (mmHg). Suriadi dan kawan-kawan 2003, dalam penelitiannya melaporkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tekanan interface dan terjadinyaluka dekubitus. Hasil penelitiannya melaporkan juga bahwa semakin tinggi tekanan interface maka semakin beresiko untuk terjadiluka dekubitus. Alasan ini karena dengan meningkatnya tekanan interface dapat menyebabkan sumbatan pada pembuluh kapiler dan gangguan pada sistem limfatik konsekuensinya menghasilkan kerusakan jaringan dan perkembangan padaluka dekubitus. Hasil penelitian lain juga yang menggunakan alat yang sama menemukan bahwa tekanan 40 mmHg atau lebih merupakan resiko untuk terjadiluka dekubituspada pasien dengan usia lanjut (Sugama, 2000).Adapun factor lainnya yang dapat mengkontribusi terjadinya lika dekubitus adalah menurunnya persepsi sensori, imobilisasi dan atau keterbatasan fisik. Ketiga factor ini adalah dampak dari pada lamanya dan intensitas tekanan pada bagian permukaan tulang yang menonjol.C. Manifestasi klinis

Edema

Hiperemis

Kerusakan otot

Kerusakan jaringan kulit

kemerahan

D. Patofisiologi

Tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg-33 mmHg. Kulit akan tetap utuh karena sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih berkisar pada batas-batas tersebut. Tetapi sebagai contoh bila seorang penderita immobil/terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring diatas kasur busa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan daerah tumit mencapai 30-45 mmHg.Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nokrosis jaringan kulit. Percobaan pada binatang didapatkan bahwa sumbatan total pada kapiler masih bersifat reversibel bila kurang dari 2 jam. Seorang yang terpaksa berbaring berminggu-minggu tidak akan mengalami dakubitus selama dapat mengganti posisi beberapa kali perjammnya.Selain faktor tekanan, ada beberapa faktor mekanik tambahan yang dapat memudahkan terjadinya dekubitus; Faktor teregangnya kulit misalnya gerakan meluncur ke bawah pada penderita dengan posisi dengan setengah berbaring

Faktor terlipatnya kulit akiab gesekan badan yang sangat kurus dengan alas tempat tidur, sehingga seakan-akan kulit tertinggal dari area tubuh lainnya.

Faktor teragannya kulit akibat daya luncur antara tubuh dengan alas tempatnya berbaring akan menyebabkan terjadinya iskemia jaringan setempat. Keadaan ini terjadi bila penderita immobil, tidak dibaringkan terlentang mendatar, tetapi pada posisi setengah duduk. Ada kecenderungan dari tubuh untuk meluncur kebawah, apalagi keadaannya basah. Sering kali hal ini dicegah dengan memberikan penhalang, misalnya bantal kecil/balok kayu pada kedua telapak kaki. Upaya ini hanya akian mencegah pergerakan dari kulit, yang sekarang terfiksasi dari alas, tetapi rangka tulang tetap cederung maju kedepan. Akibatnya terjadi garis-garis penekanan/peregangan pada jaringan subkutan yang sekan-akan tergunting pada tempat-tempat tertentu, dan akan terjadi penutupan arteriole dan arteri-arteri kecil akibat terlalu teregang bahkan sampai robek. Tenaga menggunting ini disebut Shering Forces.Sebagai tambahan dari shering forces ini, pergerakan dari tubuh diatas alas tempatnya berbaring, dengan fiksasi kulit pada permukaan alas akan menyebabkan terjadinya lipatan-lipatan kulit (skin folding). Terutama terjadi pada penderita yang kurus dengan kulit yang kendur. Lipatan-lipatan kulit yang terjadi ini dapat menarik/mengacaukan (distorsi) dan menutup pembuluh-pembuluh darah.Sebagai tambahan dari efek iskemia langsung dari faktor-faktor diatas, masih harus diperhatikan terjadinya kerusakan edotil, penumpukan trombosit dan edema. Semua inidapat menyebabkan nekrosis jarigan akibat lebih terganggunya aliran darah kapiler. Kerusakan endotil juga menyebabkn pembuluh darah mudah rusak bila terkena trauma.E. Pathway

tekanan yang terlokalisir

peningkatan tekanan arteri kapiler padakulit

terhambatanya aliran darah

iskemik

nekrotikF. Komplikasi

Infeksi Keterlibatan jaringan tulang dan sendi Anemia Hiperbilirubin Kematian

G. Pemeriksaan penunjang

1) Kultur dan analisis urin: Kultur ini dibutuhakan pada keadaan inkontinensia untuk melihat apakah ada masalah pada ginjal atau infeksi saluran kencing, terutama pada trauma medula spinalis.2) Kultur Tinja: Pemeriksaan ini perlu pada keadaan inkontinesia alvi untuk melihat leukosit dan toksin Clostridium difficile ketika terjadi pseudomembranous colitis.3) Biopsi: Biopsi penting pada keadaan luka yang tidak mengalami perbaikan dengan pengobatan yang intensif atau pada ulkus dekubitus kronik untuk melihat apakah terjadi proses yang mengarah pada keganasan. Selain itu, biopsi bertujuan untuk melihat jenis bakteri yang menginfeksi ulkus dekubitus. Biopsi tulang perlu dilakukan bila terjadi osteomyelitis.4) Pemeriksaan Darah: Untuk melihat reaksi inflamasi yang terjadi perlu diperiksa sel darah putih dan laju endap darah. Kultur darah dibutuhkan jika terjadi bakteremia dan sepsis.5) Keadaan Nutrisi: Pemeriksaan keadaan nutrisi pada penderita penting untuk proses penyembuhan ulkus dekubitus. Hal yang perlu diperiksa adalah albumin level, prealbumin level, transferrin level, dan serum protein level.6) Radiologis: Pemeriksaan radiologi untuk melihat adanya kerusakan tulang akibat osteomyelitis. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan sinar-X,scan tulang atau MRI.H. Penatalaksanaan

1. Perawatanluka dekubitus.2. Terapi fisik, dengan menggunakan pusaran air untuk menghilangkan jaringan yang mati.3. Terapi obat : Obat anti bacterial topical untuk mengontrol pertumbuhan bakteri. Anti biotik prupilaksis agar luka tidak terinfeksi.

4. Terapi dietAgar terjadi proses penyembuhan luka yang cepat, maka nutrisi harus adekuat yang terdiri dari kalori, protein, vitamin, mineral dan air.

I. Diagnosa keperawatan

1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan destruksi mekanis jaringan sekunder terhadap tekanan, gesekan dan fraksi.2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan pembatasan gerak yang diharuskan, status yang dikondisikan, kehilangan control motorik akibat perubahan status mental.3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukkan oral.BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dekubitus terjadi akibat iskemi jaringan yang berlanjut. Tekanan menyebabkan iskemi jaringan dan hal ini lebih berat terjadi bila tubuh dibaringkan pada suatu permukaan yang tidak mengikuti seluruh lekukan bagian tubuh yang di bawah.

Sebagai dasar dari semua faktor penyebab di atas adalah immobilitas. Bila dapat diusahakan pemerataan kontak bagian-bagian tubuh dengan permukaan alas tidur akan dapat mengurangi besarnya faktor tekanan.

Keadaan umum yang jelek ditambah suplai darah ke jaringan berkurang pada lanjut usia juga mempunyai peran untuk terjadinya iskemi jaringan dan timbulnya dekubitus.

Pengelolaan diawali dengan kewaspadaan mengenal penderita dengan resiko tinggi terjadi dekubitus. Suatu sistem skor, skor dari Norton cukup praktis untuk penapisan awal dan penilaian selanjutnya dalam kaitan dengan resiko dekubitus. Setelah terjadi dekubitus tindakan medik disesuaikan dengan stadium/derajat dari dekubitus yang dihadapi.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S.. 2001.Metodologi Penelitian, cetakan ketiga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Djunaedi H. Sjaiful F. D. Mochtar H. 1990 ..Ulkus dekubitus. Cermin Dunia Kedokteran no. 64. Jakarta : Yayasan Penerbitan IDI.

Doenges, Marilynn E. 2000.Rencana Keperawatan : Pedoman Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Handoyo. 2002.Pemakaian Skala Pengukuran Kejadian Dekubitus di RSUD Prof. dr. Margono Purwokerto. Prodi Keperawatan Yogyakarta : PSIK UMY.

Hidayat A.A. 2003.Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.Edisi pertama. Jakarta : Salemba.

8