BAB II PEMBAHASAN · 2013-09-24 · perkembangan lainnya. Menurut Lindeman ... Adam Smith...
Transcript of BAB II PEMBAHASAN · 2013-09-24 · perkembangan lainnya. Menurut Lindeman ... Adam Smith...
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Pendidikan Orang Dewasa
Pemahaman awal mengenai belajar dan mengajar sebagian besar diawali dari studi
pendidikan pada anak serta pengalaman mengajar anak-anak. Kebanyakan proses belajar
mengajar didasarkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses transmisi pengetahuan.
Dimana hal ini kemudian dikenal dengan Paedagogi, yang diartikan sebagai suatu ilmu dan
seni dalam mengajar anak-anak. Semakin berkembangnya teknologi, mobilitas penduduk,
perubahan dan perkembangan zaman yang semakin menuntut kemampuan individu dewasa.
Maka dirasa perlu untuk mengalami perubahan khususnya pada pendidikan. Pendidikan tidak
lagi sekadar hanya merupakan sebagai suatu upaya untuk transmisikan pengetahuan, tetapi
sebagai suatu proses penemuan sepanjang hayat akan apasaja yang butuh kita ketahui.
Untuk membedakan dengan Paedagogi, muncullah teori baru yang
disebut Andragogi yang berasal dari bahasa yunani yaitu andro yang berarti “orang dewasa”
dan agogos yang berarti “memimpin”. Dalam paedagogi, berlangsung dalam bentuk
identifikasi dan peniruan. Berbeda halnya dengan andragogi, dimana berlangsung dalam
bentuk pengarahan diri sendiri untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran orang dewasa mencerminkan suatu proses di mana orang dewasa menajdi
perduli dan mengevaluasi tentang pengalamannya. Untuk itu, pembelajaran orang dewasa
tidak dimulai dengan mempelajari materi pelajaran, tetapi berdasarkan harapan bahwa
pembelajaran dimulai dengan memberikan perhatian pada masalah-masalah yang
trjadi/ditemukan dalam kehidupannya (lingkungan pkerjaan, masyarakat, dan lain-lain. oleh
karenanya pembelajaran orang dewasa tentu saja berbeda dengan pembelajaran fase
perkembangan lainnya.
Menurut Lindeman (1986), konsep pembelajaran orang dewasa merupakan pembelajaran
yang berpola non otoriter, lebih bersifat informal yang pada umumnya bertujuan untuk
menemukan pengertian pengalamandan/atau pencarian pemikiran guna merumuskan perilaku
standar. Dengan demikian, teknik pembelajaran orang dewasa adalah bagaimna membuat
pembelajaran menjadi selaras dengan kehidupan nyata.
B. Sejarah Pendidikan Orang Dewasa
Ditemukannya istilah andragogi dimulai dari tahun 1833, oleh alexander Kapp, Kapp
menjelaskan andragogi dengan menggunakan istilah Pendidikan Orang Dewasa terutama
dalam menjelaskan teori pendidikan yang dilahirkan ahli filsafat Plato. Secara runtut berikut
ini dijelaskan sejarah perkembangan penggunaan istilah andragogi dari tahun ke tahun
sebagai teori pendidikan baru di samping teori pedagogy.
Pada abad 18 sekitar tahun 1833: Alexander Kapp menggunakan istilah Pendidikan
Orang Dewasa untuk menjelaskan teori pendidikan yang dikembangkan dan dilahirkan ahli-
ahli filsafat seperti Plato. Juga pendidikan orang dewasa Bangsa Belanda Gernan Enchevort
membuat studi tentang asal mula penggunaan istilah andragogi. Setelah era Kapp, pada abad
19 tepatnya tahun 1919, Adam Smith memberikan sebuah argumentasi tentang pendidikan
untuk orang dewasa “pendidikan juga tidah hanya untuk anak-anak, tetapi pendidikan juga
untuk orang dewasa”. Tiga tahun setelah Adam Smith tepatnya tahun 1921: Eugar
Rosenstock menyatakan bahwa pendidikan orang dewasa meggunakan guru khusus, metode
khusus dan filsafat khusus.
Pada tahun 1926: The American For Adult Education mempublikasikan bahwa
pendidikan orang dewasa mendapat sumbangan dari: 1) Aliran ilmiah seperti Edward L
Thorndike. Dan 2) Aliran artistik seperti Edward C. Lindeman. Edward Lindeman
menerbitkan buku “Meaning Of Adul Education” yang pada intinya buku tersebut berisi
tentang: 1) Pendekatan Pendidikan orang dewasa dimulai dari situasi, 2) Sumber utama
pendidikan orang dewasa adalah pengalaman si belajar ia juga menyatakan ada empat asumsi
pendidikan orang dewasa, yaitu: (1) orang dewasa termotivasi belajar oleh kebutuhan
pengakuan. (2) orientasi orang dewasa belajar adalah berpusat pada kehidupan, (3)
pengalaman adalah sumber belajar, (4) pendidikan orang dewasa memperhatikan perbedaan
bentuk, wktu, tempat dan lingkungan. Pada perkembangan selanjtnya Edward C. Lindeman
menerbitkan journal of Adult Education.
Pada tahun 1928: Edward L. Thorndike menyususn buku “Adult Learning” yang
merupakan buku P endidikan Orang Dewasa pertama dari aliran Scientific. Pada tahun
berikutnya tepatnya tahun 1929: Lawrence P. jacks menulis dalam journal Adult of
education, bahwa pendapatan dan kehidupan adalah dua hal yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan. Ia mengistilahkan pendidikan orang dewasa (POD) dengan Continuing School
dan berbasis pada pendapatan dan kehidupan. Tahun 1930: Arceak AB mengenalkan istilah
pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup dalam rangka pendidikan untuk
manusia.
Pada tahun itu Robert D. Leigh menyimpulkan dari hasil studinya dalam journal Adult
Education bahwa belajar orang dewasa sangat berkaitan erat dengan pengalaman sehari-hari,
sehingga pengetahuan baru harus berdasar pengalaman hidup sehari-hari. Pada tahun tahun
1931; David L Mackage menulis dalam Journal Adult Education bahwa isi dan metode
pembelajaran harus selalu dihasilkan untuk Pendidikan orang dewasa. Tahun 1936: Lyman
Buson menyusun buku “Adult Education” dimana buku tersebut membahas secara terperinci
tentang tujuan pendidikan orang dewasa sebagai sebuah bentuk sosial untuk mencapai
kesamaan tujuan program pada semua institusi pendidikan orang dewasa.
Pada tahun 1938: Alan Rogers menulis dalam journal Adult Education bahwa salah satu
tipe pendidikan orang dewasa adalah berdasarkan dan penggunaan metode baru sebagai
prosedur atau langkah pada pembelajarannya. Sekitar tahun 1939: Rat Herton menulis dalam
journal Adult Education bahwa pada High School, pebelajar orang dewasa mempunyai
beberapa pengetahuan atau kecakapan sehingga proses belajar harus seperti yang dimulai
atau dilakukan pebelajar tersebut. Pemikiran tersebut sejalan dengan pendapat Ben H.
Cherrington yang ditulis dalam journal Adult Education, bahwa pada pendidikan orang
dewasa yang demokratis, pebelajar menggunkan metode belajar aktif mandiri dan bebas
memilih belajar dan hasil belajar. Anggapan tersebut dipertegas lagi oleh Wandell Thoman
dalam journal Adult Education, bahwa pendidikan orang dewasa berbeda dengan sekolah di
dalam keindividualan dan tanggung jawab sosial. Pendidikan orang dewasa membuat arah
khusus bagi individu serta lebih diarahkan untuk memberikan sumbangan pada dan
mengorganisir sumbangan tersebut pada tujuan sosial. Kejelasan isi dan proses pembelajaran
pendidikan orang dewasa ditegaskan pada tahun 1940 oleh Harold dalam journal Adult
Education, dia menyatakan, bahwa tidak hanya isi pengajaran, tetapi juga metode mengajar
harus di ubah. Pengajaran harus menempatkan latihan, dimana pebelajar dapat berpartisipasi
secara luas. Beberapa elemen perlu diadakan kerjasama dalam program pendidikan orang
dewasa.
Pada tahun 1949: Harry Overstreet menyusun “The Nature Mind” dimana beliau
menyatakan tentang perlunya pemisahan konsep pendidikan orang dewasa. Hal tersebut
dilakukan melalui pemahamnan dan riset, dimana orang dewasa dalam proses pembelajaran
terintegrasi dalam satu kerangka kerja. Sebuah perjalanan panjang tentang lahirnya istilah
andragogi dalam pendidikan, namun pemikiran-pemikiran yang lebih fokus baik dari segi
konsep teori, filsafat maupun pada tahapan implementasi (metodologi) seperti pada; proses
pembelajaran, tujuan pembelajaran, sasaran pembelajaran serta kaitan antara andragogi
dengan masalah ekonomi, sosial, budaya dan politik dimulai pada tahun 1950: dimana
Malcolm Knowles menyusun „Informal Adult Education” yang menyatakan bahwa inti
Pendidikan orang dewasa berbeda dengan Pendidikan tradisional. Disamping itu pula
Malcolm Kanowles mengajukan tiga hal penting pada POD, yakni: 1) Mengubah visi peserta
belajar khususnya dalam program pendidikan orang dewasa. 2) Mengajukan istilan
contiuning learning. 3) Peserta didik pada national training laboratories adalah orang-orang
yang telah bekerja.
Begitu pula pada tahun itu fokus andragogi dilahirkan oleh Heinrich Hanselmanan
menyusun buku yang berjudul “Andragogi: Nature, Possibilities and Boundaries of Adult
Education” yang intinya POD berhubungan dengan pengobatan (bukan medis) dan
pendidikan kembali orang dewasa.
Rogers menyatakan bahwa pendidikan juga dihubungkan dengan perubahan tingkah laku,
dimana hal ini sesuai dengan pembelajaran orang dewasa. Pada tahun 1954: TT Ten Have
memberikan kuliah Andragogi, dimana beliau mengenalkan tiga istilah, yaitu: 1) andragogi
yakni aktivitas secara institusional dan profesional yang terbimbing bertujuan untuk
mengubah orang dewasa, 2) andragogik adalah latar belakang sistem metodologi dan idiologi
yang mengatur proses andragogi secara aktual, 3) andragogi, adalah studi ilmiah tentang
andragogi dan andragogik kedua-duanya. Kurt Lewin menyatakan bahwa belajar terjadi
sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan struktur
kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi internal serta belajar
yang efektif dilakukan melalui kelompok. Tahun 1956: M. Ogrizovic menguraikan tentang
andragogi yang fenologika dan berikutnya tahun 1957: Frans Poggeler menyusun buku
“introduction to andragogi: basic issue in adult education” dimana ia menyebutkan istilah
andragogi untuk pendidikan orang dewasa. Wertheimer, Koffka dan Kohler mengenalkan
hukum dalam pendidikan orang dewasa yaitu: 1) the law of proximily, 2) the law of
similarity and familiarity, 3) the law closure. Pada tahun 1959: M Ogrizovic menyusun buku
“problems of andragogi” bersama dengan Samolovcev, Filipovic dan Sevicevic. Disamping
itu pula Brunner menghasilkan riset tentang pandangan luas dari riset penddidikan orang
dewasa. Tahun 1960: JR Gibb menyusun buku “Teori belajar dalam pendidikan orang
dewasa”.
Samolovcev, Fillpovic dan Savecevic memanjakan peserta belajar pada pendidikan orang
dewasa/andragogi. Tahun 1961: April O. Houle menyatakan bahwa orang-orang dewasa
tertarik pada continuing education dan alasan orang-orang dewasa belajar adalah: 1) the goal
– oriented learners, 2) the activity – oriented learners, 3) the learning– oriented learners.
Tahun 1961: Maslow menyatakan dalam pendidikan orang dewasa, peserta belajar harus
mencapai aktualisasi diri. Carl Rogers menyatakan dalam pendidikan orang dewasa, peserta
belajar harus dapat menunjukan fungsinya. Tahun 1964: Miller menyusun buku “Teaching
and Learning in Adult Education”. Wilbur Hallenbeck menyusun buku “Methods and
Techniques in Adult Education”.
Itulah sekilas perkembangan sejarah andragogi baik dari segi konsep teori maupun
implementasi program pengembangannya di masyarakat. Seperti digambarkan pada awal
pembahasan buku ini, istilah andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp tahun
1833 yaitu yang menjelaskan konsepkonsep dasar teori pendidikan dari Plato. Sehingga
penggunaan istilah andragogi telah dimulai pada abad ke-18 (Cross, 1981). Perkembangan
selanjutnya sejak tahun 1920-an pendidikan orang dewasa (andragogi) telah dirumuskan dan
diorganisasikan secara sistematis. Pendidikan orang dewasa dirumuskan sebagai suatu proses
yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang
hidup. Belajar bagi orang dewasa berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri
untuk bertanya dan mencari jawabannya (Pannen 1997 dalam Suprajitno, 2007:11).
Namun pakar pendidikan orang dewasa yang mengkaji dan mengembangkan secara
konseptual teoritik andragogi adalah Malcolm Knowles (1970). Malcolm Knowles
mendefinisikannya: “andragogi as the art and science to helping adult a learner”
(Srinivasan, 1977:13). Pendidikan orang dewasa berbeda dengan pendidikan anak-anak
(pedagogi). Hal ini karena pedagogi berlangsung dalam bentuk identifikasi dan peniruan,
sedangkan andragogi berlangsung dalam bentuk pengembangan diri sendiri untuk
memecahkan masalah. Jadi, istilah andragogi mulai dirumuskan menjadi teori baru sejak
tahun 1970-an, oleh Malcolm Knowless. Knowless memperkenalkan istilah tersebut teutama
untuk pembelajaran pada orang dewasa.
Malcolm Knowless menyatakan bahwa apa yang kita ketahui tentang belajar selama ini
adalah merupakan kesimpulan dari berbagai kajian terhadap perilaku kanak-kanak dan
binatang percobaan tertentu. Pada umumnya memang, apa yang kita ketahui kemudian
tentang mengajar juga merupakan hasil kesimpulan dari pengalaman mengajar terhadap
kanak-kanak. Sebagian besar teori belajar mengajar didasarkan pada perumusan konsep
pendidikan sebagai suatu proses pengalihan kebudayaan. Atas dasar teori-teori dan asumsi
itulah tercetus istilah “pedagogi” yang akar katanya berasal dari bahasa Yunani, paid (kanak-
kanak) agogos (memimpin). Pedagogi dengan demikian berarti memimpin kanak-kanak, atau
pendefinisi diartikan secara khusus sebagai “suatu ilmu dan seni mengajar kanak-kanak”.
Akhirnya pedagogi didefinisikan secara umum sebagai “ilmu dan seni mengajar anak-anak”.
Penggunaan atau penerapan proses pendidikan atas dasar pendekatan andragogi mulai
dikembangkan beberapa waktu terakhir ini terutama bersamaan dengan berkembangnya
konsep pendidikan nonformal di tengah-tengah masyarakat sebagai model pendidikan
alternatif bagi masyarakat tertentu (masyarakat negara berkembang). Perkembangan teori dan
istilah andragogi berkembang dengan pesat di daratan Eropa, dimana perkembangannya
sangat pesat dan dalam banyak hal jauh melampaui perkembangan yang sama yaitu di
Amerika Serikat. Di Eropa, pendekatan andragogi sudah mulai digunakan dalam penanganan
kasus-kasus dalam bidang pelayanan masyarakat, proses kemasyarakatan kembali,
pendidikan luar sekolah, manajemen personalia, organisasi-organisasi masa, program
pembangunan masyarakat. Dalam keseluruhan proses perkembangan dan pengalaman
penerapan tersebut, ternyata ditemukan banyak bukti yang memperkuat anggapan-anggapan
dasar pendekatan andragogi, sekaligus memperkaya berbagai bentuk metodologi pendidikan
yang didukung oleh perangkat-perangkat teknologi yang lebih berdaya hasil dan tepat guna.
C. Definisi Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan orang dewasa adalah sebuah proses yang peranan sosial utamanya adalah
membentuk karakteristik status orang dewasa yang menjalankan aktivitas pembelajaran utuh
dan sistematis yang bertujuan memberikan perubahan dalam hal ilmu pengetahuan, tingkah
laku, nilai atau kemampuan
Pendidikan Orang Dewasa juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana orang-
orang yang sudah memiliki peran sosial sebagai orang dewasa melakukan aktivitas belajar
yang sistematik dan berkelanjutan dengan tujuan untuk membuat perubahan dalam
pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan keterampilan. Dimana pendidikan orang dewasa memiliki
beberapa fungsi / tugas yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan POD adalah:
Tugas sebagai guru ( fasilitator )
Tugas sebagai pengembang program (Program Developer)
Tugas sebagai pengelola ( administration )
Tugas sebagai konselor ( Conselor )
Disisi lain, pendidikan orang dewasa yang mencakup berbagai usia, tingkat pendidikan,
lingkungan social memuat tujuan yang dapat dipandang dari sudut permasalahannya terbagi
atas :
1. Tujuan POD bagi pengembang kecerdasan / intelektual warga belajar,
2. Tujuan POD bagi aktualisasi dari indvidu peserta belajar
3. Tujuan POD bagi bagi pengembangan personal dan sosial warga belajar
4. Tujuan POD bagi perubahan sosial (masyarakat)
5. Tujuan POD bagi pengembangan SDM dalam organisasi kerja (efektivitas organisasi)
D. Sifat Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan orang dewasa itu sendiri terjadi di pembelajaran mandiri, di mana pelajar
bertanggungjawab sepenuhnya terhadap desain dan pelaksanaan kegiatan belajar mereka, dan
pendidikan terarah lainnnya, maka belajar bagi orang dewasa memiliki beberapa sifat yaitu:
bersifat subjektif dan unik, maka terlepas dari benar atau salahnya, segala pendapat,
perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya perlu dihargai.
Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri mereka, hanya akan
mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun demikian, pembelajaran orang dewasa
perlu pula mendapatkan kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka
harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa kepercayaan diri tersebut,
maka suasana belajar yang kondusif tak akan pernah terwujud.
Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan pendirian
yang berbeda. Dengan terciptanya suasana yang baik, mereka akan dapat mengemukakan
isi hati dan isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas, walaupun mereka saling berbeda
pendapat.
Keterbukaan seorang pembimbing sangat membantu bagi kemajuan orang dewasa dalam
mengembangkan potensi pribadinya di dalam kelas, atau di tempat pelatihan. Sifat
keterbukaan untuk mengungkapkan diri, dan terbuka untuk mendengarkan gagasan, akan
berdampak baik bagi kesehatan psikologis, dan psikis mereka.
Bagi orang dewasa, terciptanya suasana belajar yang kondusif merupakan suatu fasilitas
yang mendorong mereka mau mencoba perilaku baru, berani tampil beda, dapat berlaku
dengan sikap baru dan mau mencoba pengetahuan baru yang mereka peroleh.
Pada akhirnya, orang dewasa ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu. Bagi
orang dewasa ada kecenderungan ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya.
Dengan demikian, diperlukan adanya evaluasi bersama oleh seluruh anggota kelompok
dirasakannya berharga untuk bahan renungan, di mana renungan itu dapat mengevaluasi
dirinya dari orang lain yang persepsinya bisa saja memiliki perbedaan.
E. Tiga Kebenaran Tentang Pendidikan Orang Dewasa
Ada tiga alasan yang diambil seseorang mengenai pendidikan orang dewasa, dimana hal itu
sangat menyangkut dirinya sendiri yang meliputi:
1. Pertama, kebenaran yang paling sederhana adalah bahwa banyak siswa yang lebih tua
lebih termotivasi daripada siswa muda. Ini memungkinkan siswa yang lebih tua adalah
pijakan terhadap nilai-nilai pendidikan mereka dan ingin memastikan bahwa mereka
mendapatkan hasil maksimal dari investasi mereka. Disamping itu, siswa yang lebih tua
juga mengalami dunia bekerja tanpa gelar dan jadi sangat termotivasi untuk mendapatkan
keuntungan keuangan dan profesional pendidikan.
2. Kedua, mahasiswa yang lebih tua biasanya tahu lebih tentang manajemen waktu daripada
siswa tradisional. Mahasiswa non-tradisional biasanya menyeimbangkan kerja, sekolah,
dan keluarga sehingga mereka sangat efisien dan efektif dalam manajer waktu mereka.
Siswa yang lebih tua juga lebih efektif pada memprioritaskan berbagai komitmen mereka
didasarkan atas pengalaman hidup mereka yang lebih besar. Siswa yang lebih tua tahu
lebih banyak tentang orang-orang dan dinamika interpersonal, mereka sendiri pribadi
kekuatan dan kelemahan, dan peristiwa-peristiwa sejarah serta peristiwa terkini.
3. Siswa yang lebih tua telah memimpin melindungi kehidupan dan beberapa siswa yang
lebih muda telah memimpin kehidupan dengan berbagai tantangan. Jika usia Anda adalah
semua yang menghambat Anda kembali dari mengejar gelar Anda kemudian ingat bahwa
usia menawarkan keuntungan sebagai kerugian.
F. Fungsi Dasar Pendidikan Orang Dewasa
Pada dasarnya, fungsi dasar dari pendidikan orang dewasa adalah instruksi, konseling,
perkembangan program dan administrasi. Proses pengembangan program melibatkan
penilaian pada kebutuhan pelajar, membuat dan mengeksekusi keputusan yang diperlukan
dalam aktivitas belajar untuk memposisikan dan mengevaluasi hasil.
Pendidikan orang dewasa sebagai sebuah proses pengembangan program menitikberatkan
bahwa pendidikan orang dewasa lebih distandarisasi seperti dalam program remidi atau
kesempatan kedua yang mensejajarkan kurikulum pendidikan remaja, dan fungsi
pengembangan program tidaklah begitu penting dan berkaitan dengan tugas dalam
penyelenggaraan pendidikan orang dewasa yang mencakup:
A. Guru
Sama halnya dengan guru anak-anak dan remaja, guru untuk orag dewasa juga berperan
dalam mentransfer dan membangkitkan pengetahuan, sikap, nilai-nilai, serta kemampuan
dengan cara yang sistematis. Tingginya struktur sifat mata pelajaran yang akademis dan
mengarah pada kejuruan, penekanan pada setting yang lebih formal yang serupa sekolah
cenderung pada transfer pengetahuan oleh guru merupakan beberapa karakteristik khusus
orang dewasa selaku pelajar. Pada kenyataannya, kepustakaan orang dewasa sering tidak
menyebut kata guru, melainkan sebagai “pemimpin, mentor, dan fasilitator”. Pada
umumnya, yang menjadi guru orang dewasa adalah sukarelawan yang mengajar di
banyak komunitas, seperti dalam asosiasi program pendidikan sukarela.
B. Konselor
Jumlah konselor orang dewasa yang ditunjuk sangatlah sedikit, sehingga kebanyakan
bagian dari konseling yang ada dilakukan oleh guru, pengembang program, dan
administrator. Sebuah studi tentang program pendidikan dasar orang dewasa di kota besar
melaporkan bahwa kebutuhan akan konseling sangatlah besar dan suplai konselor sangat
sedikit, sehingga para guru yang memikulnya tak peduli apakah mereka siap atau tidak.
Konselor biasanya ada untuk pelajar dewasa dalam pendidikan dasar, penyelesaian
sekolah menengah, dan program perguruan tinggi, sedangkan konseling pekerjaan
(biasanya dalam kelompok), bimbingan akademik, dan pengembangan kemampuan studi
lebih condong ke karakteristik lingkup pendidikan yang lebih tinggi.
C. Pengembang Program / Administrator
Mayoritas pendidik orang dewasa yang bekerja full-time dipekerjakan di peran
administrasi atau semi-administratif yang meliputi pengembangan program dan fungsi
manajemen. Pendidik paruh waktu tentu juga memiliki peran yang sama.
Faktor lain yang menguatkan bercampurnya peran pengembangan program dan peran
administratif dalam pendidikan orang dewasa adalah kekurangan staf pengajar yang full-
time pada kebanyakan pendidikan orang dewasa menyebabkan administrator perlu
memikul fungsi tertentu yang normalnya dikerjakan oleh anggota staf pengajar.
Pada banyak kasus, agen pendidikan orang dewasa adalah suatu sub-unit dari organisasi
yang lebih besar di mana tujuan utamanya bukanlah pendidikan orang dewasa atau
bahkan bukan pendidikan.
D. Studi Kesarjana
Tujuan pendidikan, kurikulum-kurikulum, dan orientasi bidang pendidikan orang dewasa
di masing-masing program kesarjana berbeda-beda. Beberapa program baru, khususnya
yang didirikan dengan bantuan pemerintah pusat di Selatan pada akhir tahun 1960-an,
sangat berorientasi pada pelatihan personil pendidikan dasar orang dewasa. Karena
kelangkaan posisi full-time bagi pendidik orang dewasalah maka studi kesarjana pada
kebanyakan universitas menyanggupi untuk menyiapkan pengembangan program dan
peran administrasi dalam spektrum lingkup yang luas.
G. Riset (Penelitian)
Penciptaan kumpulan ilmu pengetahuan dalam pendidikan perguruan tinggi melalui
pencarian yang sistematis dan teratur telah tertinggal jauh dari perkembangan program
pelatihan sarjana. Pendidik perguruan tinggi telah sangat bergantung pada teori umum
dan penemuan penelitian dalam pendidikan dan ilmu alamiah sosial yang sangat penting
bagi semua pendidik. Bagaimanapun juga, kumpulan ilmu pengetahuan umum yang teruji
belum terpenuhi. Sementara melalui evaluasi/ analisa menyeluruh dari sseluruh
sumbangan para ilmuwan untuk pemahaman kita dari pembelajaran orang dewasa dan
pendidikan adalah tidak mungkin disini, kita harus mengingat secara ringkas
perkembangan-perkembangan yang berarti.
F. Organisasi Profesional
Banyak organisasi dimana pendidik orang dewasa dan institusi pendidikan orang
dewasanya mempunyai banyak tujuan dan dan kondisi yang memberi karakter
pendidikan tinggi saat ini. Organisasi-organisasi ini memenuhi beberapa fungsi penting
untuk kelanjutan perkembangan bidang dan praktisinya. Mungkin fungsi paling penting
dari organisasi pendidikan orang dewasa adalah perkembangannya professional.
G. Identitas Profesional
Sifat pendidikan orang dewasa adalah sebuah usaha yang tidak bisa didominasi oleh
lembaga manapun dan tidak pernah bisa dikurangi untuk satu tujuan atau fungsi selain
memperluas komitmen utnuk manusia dan perkembangan sosial. Dalam beberapa hal,
pendidikan orang dewasa sama dengan sub bidang yang lain dalam pendidikan
professional yang lebih luas, seperti pendidikan atau bimbingn khusus, tetapi di lain hal
sangat berbeda, karena ini tidak terikat pada sekolah-sekolah atau kondisi yang mirip
sekilah dan tujuan-tujuannya.
Daftar Pustaka
http://bassalbagak.blogspot.com/2009/10/makalah-andragogi.html
http://soalusmstan.com/3-kebenaran-penting-tentang-pendidikan-orang-dewasa.html
http://bayoedarkochan.wordpress.com/pendidikan-luar-sekolah/kepemudaan/
http://08113ruthlingga.blogspot.com/2010/02/pengertian-tujuandan-pertimbagan.html
Suprijanto, H. (2007). Pendidikan orang dewasa; dari teori hingga aplikasi. Jakarta : Bumi Aksara
http://skripsi-konsultasi.blogspot.com/2011/03/metode-mengajar-orang-dewasa-andragogi.html