BAB II Manusia sebagai Mahluk Pedagogik

6
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pedagogik Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa yunani,yaitu paedagogie. Paedagogie asal katanya adalah pais yang artinya anak dan again yang terjenahannya adalah membimbing dengan demikian maka paedagogie berarti bimbingan yang diberikan kepada anak sedangkan orang yang memberikan bimbingan pada anak disebut paedagogie.dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie tersebut berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa. Pedagogik atau ilmu mendidik adalah ilmu atau teori yang sistematis tentang pendidikan yang sebenarnya bagi anak atau untuk anak sampai ia mencapai kedewasan. 2 Menurut Umar Tirtarahardja 3, manusia lahir telah dikaruniai dimensi hakekat manusia yang masih dalam wujud potensi belum teraktualisasi menjadi wujud aktualisasi. Dari kondisi potensi menjadi wujud aktualisasi terdapat rentang proses yang mengandung pendidikan untuk berperan dalam memberikan jasanya. Seseorang yang dilahirkan dengan bakat seni, misalnya, memerlukan pendidikan untuk proses menjadi seniman terkenal. B. Tujuan Pedagogik Secara umum, tujuan pedagogik adalah : 1. Memanusiakan manusia, menjadikan seseorang dewasa demi kebahagiaan dalam menjalani kehidupan. 2 Tim Pengembang Ilmu Pendididikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, hlm.34 3 Umar Tirtarahardja dan La Sula, Pengantar Pendidikan, hlm. 24

description

Ini adalah penggalan dari makalah mengenai Manusia sebagai Mahluk Pedagogik

Transcript of BAB II Manusia sebagai Mahluk Pedagogik

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian Pedagogik

    Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa yunani,yaitu paedagogie.

    Paedagogie asal katanya adalah pais yang artinya anak dan again yang terjenahannya adalah

    membimbing dengan demikian maka paedagogie berarti bimbingan yang diberikan kepada

    anak sedangkan orang yang memberikan bimbingan pada anak disebut paedagogie.dalam

    perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie tersebut berarti bimbingan atau

    pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa.

    Pedagogik atau ilmu mendidik adalah ilmu atau teori yang sistematis tentang pendidikan

    yang sebenarnya bagi anak atau untuk anak sampai ia mencapai kedewasan.2

    Menurut Umar Tirtarahardja3, manusia lahir telah dikaruniai dimensi hakekat manusia

    yang masih dalam wujud potensi belum teraktualisasi menjadi wujud aktualisasi. Dari kondisi

    potensi menjadi wujud aktualisasi terdapat rentang proses yang mengandung pendidikan

    untuk berperan dalam memberikan jasanya. Seseorang yang dilahirkan dengan bakat seni,

    misalnya, memerlukan pendidikan untuk proses menjadi seniman terkenal.

    B. Tujuan Pedagogik

    Secara umum, tujuan pedagogik adalah :

    1. Memanusiakan manusia, menjadikan seseorang dewasa demi kebahagiaan dalam

    menjalani kehidupan.

    2 Tim Pengembang Ilmu Pendididikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, hlm.34 3 Umar Tirtarahardja dan La Sula, Pengantar Pendidikan, hlm. 24

  • 2. Agar anak di kemudian hari mampu memahami dan menjalani kehidupan dan

    kelak dapat menghidupi diri mereka sendiri, dapat hidup secara bermakna, dan

    dapat turut memuliakan kehidupan.

    3. Mengembangkan kepribadian anak didik yang sehat

    C. Aliran-aliran dalam Pedagogik

    1. Aliran nativisme

    Tokoh aliran ini adalah Schoupenhaur seorang filosof dari Jerman yang

    berpendapat bahwa : The world is my idea, the world like a man is trough will and

    trough idea. Aliran ini berpandangan bahwa anak yang baru lahir membawa bakat,

    kesanggupan, dan sifat-sifat tertentu.

    2. Aliran empirisme

    Tokoh dalam aliran ini adalah John Locke dan J.B. Watson yang berpendapat

    bahwa anak dilahirkan kedunia dalam keadaan bersih ibarat papan tulis yang masih

    kosong. Pengalaman belajar anak didapatkan dari lingkungannya. Peranan pendidik

    yaitu menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima anak

    sebagai pengalaman belajar.

    3. Aliran konvergensi

    Tokoh aliran ini adalah William Stern. Asumsinya adalah bahwa

    perkembangan individu ditentukan oleh faktor bakat yang merupakan bawaan/turunan

    (heredity) maupun dari pengalaman. Implikasinya adalah bahwa dalam pendidikan

    anak harus memperhatikan faktor bakat dan pengalaman belajar yang didapatkan si

    anak.

  • 4. Aliran naturalisme

    Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau seorang filosof dari Perancis. Ia

    berpandangan bahwa semua anak dilahirkan dengan pembawaan baik, dan

    pembawaan baik anak tersebut akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh

    lingkungan.

    D. Manusia Sebagai Mahluk Pedagogik

    Sejak manusia itu dilahirkan ke dunia ini, sejatinya ia belum menjadi manusia yang

    sempurna secara lahir ataupun batin. Karena di dalam Al Quran, kondisi manusia pada

    waktu itu adalah tanpa mengetahui pengetahuan sedikitpun.4

    ...

    Maka dari itu, secara berangsur-angsur manusia membutuhkan proses pendidikan yang

    mana bertujuan untuk menjadikannya sebagai makhluk ahsani takwim yang secara bahasa

    diartikan sebagai sebaik-baiknya bentuk, dalam artian segala apa yang terdapat dalam diri

    manusia diciptakan dalam bentuk yang komplit.

    Musa Asyari ketika membahas manusia dengan memakai pendekatan semantik,

    menyebutkan bahwa Alquran memperkenalkan dua kata kunci untuk memahami manusia

    secara komprehensif. Kedua kata kunci tersebut adalah al-Insn yang bentuk jamaknya

    al-Ns, memiliki arti melihat, mengetahui dan minta izin. Atas dasar ini, kata tersebut

    mengandung petunjuk adanya kaitan substansial antara manusia dengan kemampuan

    penalaran, yakni dengan penalaran itu manusia dapat mengambil pelajaran dari apa yang

    4 Q.S. al-Nahl (16) ayat 78.

  • dilihatnya, ia dapat mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, dan terdorong untuk

    meminta izin dalam rangka menggunakan sesuatu yang bukan miliknya. Pengertian ini

    menunjukkan dengan jelas adanya potensi manusia untuk dapat didik.

    Kata kunci yang kedua adalah kata al-basyar jamak dari kata basyarah yang artinya

    permukaan kulit kepala, wajah, dan tubuh manusia. Olehnya itu, kata mubsyarah diartikan

    mulmasah yang artinya persentuhan antara kulit laki-laki dengan kulit perempuan.

    Menurut Asy-Syti5 pemakaian kata basyar di beberapa tempat dalam Alquran

    seluruhnya memberikan pengertian anak Adam yang bisa makan dan berjalan di pasar-pasar,

    dan di dalam pasar itu mereka saling bertemu atas dasar persamaan. Dengan demikian, kata

    basyar selalu mengacu kepada manusia dari aspek lahiriyah, mempunyai bentuk tubuh yang

    sama, makan dan minum dari bahan yang sama yang ada dalam alam ini, dan karena

    pertambahan usia maka kondisi tubuhnya akan menurun, menjadi tua dan akhirnya akan mati.

    Dari kedua kata tersebut, kata insan menunjukkan bahwa manusia memiliki kualitas

    pemikiran dan kesadarannya. Hal ini berkaitan dengan kebudayaan termasuk di dalamnya

    adalah pendidikan. Sedangkan kata Basyar merujuk pada dimensi alamiahnya, yang menjadi

    ciri pokok manusia pada umumnya, seperti makan, minum, dan kemudian mati.

    Manusia sebagaimana mahluk hidup lain, mempunyai organ-organ penyesuaian

    terhadap alam sekitarnya seperti sistem pengolah energi, sistem indera perasa dan

    sebagainya. Sistem-sistem tersebut bekerja saling mendukung membentuk sistem yang lebih

    besar. Sistem yang kompleks pasti bekerja dengan kendali, seolah ada program canggih yang

    mengendalikan sistem itu. Tanpa adanya program pengendali bagaikan sebuah komputer

    tanpa software.

    5 Aisyah Abd al-Rahman binti Asy-Syti, Al-Maql fi al-Insn Dirsah Qurniyah, Mesir: Dar al-Maarif, 1996, hlm. 13-14.

  • Kelebihan manusia dibanding mahluk lain terletak pada kecerdasannya. Dengan

    kecerdasan manusia dapat membangun karya-karya yang berkembang, menjadi tradisi,

    teknologi, peradaban dan kebudayaan tinggi, semua bermula dari jalan pikiran (kecerdasan).

    Pikiran dalam konteks kecerdasan, itulah yang mengendalikan seluruh sistem organ manusia

    baik sadar maupun tidak.

    Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan mempergunakan

    bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Manusia

    diciptakan Allah SWT. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah

    sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai

    kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan

    Allah Swt. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-

    macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah.6 Adapun tahapan-tahapan dalam proses

    selanjutnya, manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah

    payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan

    dari rahim seorang Ibu yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara

    permatozoa dengan ovum.

    Manusia menurut pandangan Al-Quran tidak menjelaskan asal-usul kejadiannya

    secara rinci. Dalam hal ini Al-Quran hanya menjelaskan mengenai prinsip-prinsipnya saja.

    Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat Nuh ayat 17, Ash-Shaffat ayat 11, Al-

    Mukminuun ayat 12-13, Ar-Rum ayat 20, Ali Imran ayat 59, As-Sajdah ayat 7-9, Al-Hijr ayat

    28, dan Al-Hajj ayat 5.

    6 Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), hlm. 53-112.

  • Pada hakekatnya, manusia terlahir sebagai khalifah dan hamba Allah SWT. Selain

    untuk menyembah Allah SWT, manusia juga sebagai pemimpin di muka Bumi. Maka jelas

    bahwa disini peran manusia sebagai pemimpin, sehingga seorang pemimpin harus mendidik

    anak buahnya. Ibarat seorang ayah yang menjadi pemimpin dalam keluarga, maka sudah

    seharusnya dia membimbing anak dan istrinya menuju rumah tangga yang sakinah,

    mawaddah warrohmah, begitupun dengan guru, dia harus bisa membimbing, mengantar dan

    memimpin peserta didik agar menjadi sosok yang lebih baik.7 Allah menciptakan manusia

    dalam keadaan fitrah dengan dibekali beberapa potensi yakni potensi yang ada dalam jasmani

    dan rohani. Bekal yang dimiliki manusia pun tidak hanya berupa asupan positif saja, karena

    dalam diri manusia tercipta satu potensi yang diberi nama nafsu. Dan nafsu ini yang sering

    membawa manusia lupa dan ingkar dengan fitrahnya sebagai hamba dan khalifah Allah di

    bumi. Untuk itu manusia perlu mengembangkan potensi positif yang ada dalam dirinya untuk

    rnencapai fitrah tersebut. Dan sebagai pendidik pertama di bumi, orang tua adalah yang

    berkewajiban memberikan pengetahuan pertama kepada anak-anaknya.

    Berangkat dari sebuah tanggung jawab dalam menjalankan amanah sebagai pendidik

    merupakan bukti nyata dari tugas kekhalifaan. amanah ini harus diterjemahkan secara

    mendalam mengingat potensi yang dianugerahkan kepada manusia mencakup semua aspek

    pencapaian secara paripurna.

    Dengan dasar ini manusia wajib mewariskan ilmu pengetahuan yang dimiliki melalui

    kegiatan pendidikan. kewajiban orang tua dalam hal pendidikan menjadi hal yang sangat

    mendasar bagi kehidupan anak didik, peranan orang tua sebagai pendidik akan menentukan

    perjalanan anak didiknya dalam menemukan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.

    7 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 74-75.