BAB II LANDASAN TEORI -...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI -...
http:// digilib.unimus.ac./id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
A.1. Payudara (Mamma)
A.1.1. Lokasi dan Deskripsi
Mamma adalah kelenjar asesoris kulit yang berfungsi
menghasilkan susu. Mamma terdapat pada laki-laki dan perempuan.
Bentuk mamma sama pada laki-laki dan perempuan yang belum
dewasa. Papilla mammaria kecil dan di kelilingi oleh daerah yang
berwarna gelap, disebut areola mamma. Jaringan mamma tersusun
atas sekelompok kecil sistem saluran yang terdapat di dalam jaringan
penyambung dan bermuara di daerah areola.
Dasar mamma terbentang dari dari iga kedua sampai keenam
dan dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaries media.
Sebagian besar glandula mammaria terletak di dalam fascia
superficialis. Sebagian kecil, yang disebut processus axillaris, meluas
ke atas dan lateral, menembus fascia profunda pada pinggir caudal
musculus pectoralis major, dan sampai ke axilla.
Setiap payudara terdiri dari 15-20 lobus, yang tersusun radier
dan berpusat pada papilla mammaria, dan mempunyai ampulla yang
melebar tepat sebelum ujungnya. Dasar papilla mammaria dikelilingi
oleh areola. Tonjolan-tonjolan halus pada areola diakibatkan oleh
kelenjar areola di bawahnya.10
Lobus-lobus kelenjar dipisahkan oleh septa fibrosa. Septa
dibagian atas kelenjar berkembang dengan baik dan terbentang dari
kulit sampai ke fascia profunda, dan berfungsi sebagai ligamentum
suspensorium. Glandula mammaria dipisahkan dari fascia profunda
yang membungkus otot-otot di bawahnya oleh spatium
http:// digilib.unimus.ac./id
retromammaria yang berisi jaringan ikat jarang. Di antara kelenjar
susu dan fascia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut ada
jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang memberi rangka
untuk payudara.10,11
A.1.2. Fisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi
hormon. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak
melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan
menopouse. Sejak pubertas pengaruh esterogen dan progesteron yang
diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan
duktus berkembang dan timbulnya asinus. Pada masa pubertas,
glandula mammaria membesar dan akan berbentuk setengah
lingkaran. Salurannya memanjang, meskipun demikian pembesaran
kelenjar terutama disebabkan karena penimbunan lemak.10,11
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid.
Sekitar hari ke-8 haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa
hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-
kadang timbul benjolan nyeri dan tidak rata. Selama beberapa
menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada
waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras
terlalu besar. Begitu haid mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada
kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan
duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior laktasi. Air
susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.11
http:// digilib.unimus.ac./id
Perubahan patologi dan fungsional payudara tampak sesuai
dengan pertambahan umur, dari masa pubertas, hamil, melahirkan
sampai usia lanjut.
Payudara merupakan organ tubuh wanita yang paling peka
terhadap gangguan keseimbangan hormonal. Payudara juga
merupakan organ yang sangat sensitif terhadap perubahan hormonal,
akibatnya payudara menjadi bagian organ tubuh yang paling sering
terpengaruh berbagai kondisi patologis yang ada hubungannya
dengan hormon terutrama esterogen. Akibat pengaruh hormon inilah
payudara menjadi cenderung untuk mengalami perubahan neoplastik,
baik yang bersifat jinak (benigna) maupun ganas (maligna).12
A.2. Kanker Payudara
Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan
kelenjar, saluran jaringan, serta jaringan penunjang kelenjar. Kanker
payudara terjadi karena adanya kerusakan gen yang mengatur
pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel pada payudara, sehingga sel-sel ini
tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat dikendalikan. Sel-sel kanker ini
dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh.6,12
Sifat dari sel induk mamma yang menyebabkan jenis sel mamma
berbeda. Keseimbangan antara proliferasi sel, diferensiasi sel dan
kematian sel dianggap penting untuk perkembangan normal mamma.
Gangguan dalam menyeimbangkan ketiganya dimungkinkan berperan
dalam perkembangan kanker. Namun, tidak sepenuhnya dipahami
seberapa normal mekanisme yang mengontrol diferensiasi sel,
pertumbuhan sel dan kematian sel pada peran jaringan payudara manusia
dalam perkembangan tumor atau perlindungan dari tumor tersebut.6
A.2.1. Karsinogenesis
Kemajuan dalam transformasi eksperimen sel manusia telah
menunjukkan bahwa kerusakan jalur pengaturan utama dalam sel
http:// digilib.unimus.ac./id
cukup untuk memberikan sebuah fenotip tumorigenik ke berbagai sel
normal. Peristiwa yang menyebabkan karsinogenesis awalnya
disederhanakan menjadi tiga fase berbeda, yaitu inisiasi, promosi,
dan progessi. Tahap inisisai dianggap cepat, melibatkan pengikatan
dan perusakan sel DNA oleh krsinogen atau perubahan dalam
stabilitas genotipe normal dan fenotipe sebagai akibat dari kolaps
lokal dalam proses interseluler sistem. Mutasi pada gen penting ini
bersifat sinergis dan irreversibel.6
Pada tahap promosi, terbentuk sel yang akan menjadi kanker,
sel calon kanker pada fase ini masih tahap awal biasa disebut
initiated cell, pembentukan ini dipicu oleh pemicu tumor, misalnya
mitogen (senyawa organik yang berperan dalam siklus sel sebagai
stimulasi kelanjutan proses menuju mitosis). Tahap ini dianggap
reversibel dan mungkin tergantung pada berbagai faktor ekstraseluler
lainnya, seperti hormon dan kompatibilitas imunologi.
Tahap perkembangan merupakan perpanjangan dari fase
promosi, dimana sel terus menerus proliferasi oleh karena pemicu
tumor yang memungkinkan kerusakan sel yang disebabkan oleh
proses inisiasi semakin banyak.6
A.2.2. Etiologi Kanker Payudara
Sampai saat ini penyebab kanker payudara belum diketahui
secara pasti, karena penyebab kanker payudara termasuk
multifaktorial, dimana faktor hormonal, riwayat keluarga dan faktor
lain yang bersifat eksogen merupakan faktor risiko yang memiliki
kaitan erat dengan terjadinya kanker payudara.12
Faktor hormonal (endogen) yang diduga memegang peranan
dalam proses terjadinya kanker payudara adalah hormon estrogen.
Hal ini termasuk awal usia menarche dan atau onset terlambat
menopause, tidak memiliki anak obesitas pascamenopause, yang
mendukung konversi androgen menjadi estrogen di jaringan lemak
http:// digilib.unimus.ac./id
perifer. Kadar hormon esterogen yang berlebihan dapat memicu
pertumbuhan sel-sel kanker payudara, namun mekanismenya belum
jelas diketahui.6,7,12
A.2.3. Klasifikasi kanker payudara
Berdasar pada tahap penyakit, kanker payudara dapat
dikategorikan sebagai kanker payadura non-invasif dan kanker
payudara invasif.
1. Karsinoma payudara non-invasif
mengacu pada kanker payudara yang terlokalisir dan tidak
menyebar (metastasis) ke jaringan sekitarnya. Tempat asal
karsinoma payudara non-invasif adalah duktus (tabung yang
mengalirkan susu dari lobulus ke puting) dan lobulus (sumber
produksi susu). Terdapat dua bentuk yaitu :
a. ductal carcinoma in situ (DCIS)
Ductal carcinoma in situ, tipe yang paling umum dari kanker
payudara non-invasif, mengacu pada sel-sel neoplastik dalam
saluran susu payudara yang belum menyebar melalui dinding
duktus ke jaringan payudara di sekitarnya.
b. lobular carcinoma in situ (LCIS)
Lobular carcinoma in situ adalah kanker payudara non-
invasif yang di mulai dari kelenjar penghasil susu, yang
disebut juga lobulus, tempat dimana LCIS terlokalisasi.
DCIS dan LCIS menggambarkan bahwa tidak ada bukti
penyebaran kanker di luar tempat asal kanker itu bermula,
sehingga disebut stadium 0.
2. Karsinoma payudara invasif
Karsinoma payudara invasif (infiltrasi) adalah kaker
payudara yang telah menyerang atau metastasis ke jaringan
sekitarnya. Berdasar pada tahap penyebaran tumor, secara klinis
diklasifikasikan sebagai stadium I (sel menyebar tetapi tidak
http:// digilib.unimus.ac./id
terdeteksi pada kelenjar getah bening), stadium II, stadium III
dan stadium IV kanker payudara. Berdasarkan tempat asal,
kanker payudara invasif dibedakan menjadi :
a. Invasif Ductal Carcinoma (IDC)
Invasif Ductal Carcinoma merupakan subtipe kanker
payudara yang paling umum, yaitu sekitar 80% dari semua
kanker payudara invasif. Invasif Ductal Carcinoma berasal
dari duktus (saluran) susu payudara dan menerobos membran
basal saluran, kemudian tumbuh ke jaringan lemak sekitarnya
dan bermetastasisi ke bagian lain dari tubuh melalui sistem
peredaran darah (darah dan limfatik).
b. Invasif Lobular Carcinoma (ILC)
Invasif Lobular Carcinoma berasal dari lobus dan
bermetastasis ke bagian lain dari tubuh. Hanya 10% dari
semua jenis kanker payudara invasif adalah ILC.
3. Subtipe yang kurang umum adalah kanker payudara inflamasi,
biasanya ditandai dengan tidak adanya massa tumor sehingga
lebih sulit untuk dideteksi oleh teknik pemeriksaan seperti
mamografi. Subtipe ini hanya 3% dari keseluruhan kanker
payudara, tapi insiden dari subtipe ini terus meningkat.
4. Kanker payudara dapat dikategorikan ke dalam sub-jenis
berdasarkan karakteristik yang lebih rinci seperti ekspresi
biomarker molekuler, misalnya reseptor hormon (protein pada
permukaan sel-sel payudara yang memungkinkan hormon
meningkat). Contohnya adalah reseptor esterogen, reseptor
progesteron, dan reseptor faktor pertumbuhan epidermal manusia
2 (HER 2). Sub-kelompok yang menunjukkan klinikopathological
yang berbeda dan karakteristik kelangsungan hidup sangat
penting untuk klasifikasi pasien dalam identifikasi pilihan
pengobatan. Kanker payudara triple-negatif adalah kanker
http:// digilib.unimus.ac./id
payudara yang ditandai dengan tiak adanya ketiga reseptor, lebih
banyak terjadi pada wanita muda <50 tahun.6.
A.2.4. Faktor Risiko Kanker Payudara
Faktor risiko yang erat hubungannya dengan kanker payudara yaitu :
1. Umur
Pertambahan umur merupakan satu-satunya faktor
risiko terkuat kanker payudara di masyarakat. Kanker payudara
adalah penyakit yang jarang terjadi sebelum usia 30 tahun,
setelah itu insiden meningkat tajam dengan bertambahnya umur
sampai sekitar usia 50 tahun. Setelah itu, kejadian kanker
payudara tetap meningkat seiring pertambahan usia, tetapi pada
tingkat yang lebih lambat.6,12
Ketergantungan kejadian kanker payudara pada usia
cukup kuat, selain dari berbagai kerusakan genetik yang terjadi
selama umur hidup, telah lama terbukti berhubungan pula
dengan durasi paparan hormon ovarium.6
2. Riwayat Perkawinan
Wanita yang tidak kawin mempunyai risiko 2-4 kali
lebih tinggi dibandingkan wanita yang kawin dan memiliki
anak. Riwayat perkawinan dihubungkan juga dengan paritas,
umur melahirkan anak pertama, riwayat menyusui anak dan
pemakaian kontrasepsi.12
3. Usia Melahirkan Anak Pertama
Wanita yang melahirkan anak pertama pada usia setelah
35 tahun memiliki risiko 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan
wanita yang melahirkan anak pertama di bawah usia 35
tahun.12
4. Usia Haid Pertama (Menarche) dini
Bila haid pertama datang sebelum usia 12 tahun, maka
wanita akan mengalami siklus esterogen yang lebih lama.
http:// digilib.unimus.ac./id
Hormon esterogen dapat merangsang pertumbuhan duktus
dalam kelenjar payudara. Keterpajanan hormon esterogen lebih
lama dapat menimbulkan perubahan sel-sel duktus kelenjar
payudara. Perubahan tersebut dapat berupa hipertrofi dan
proliferasi yang abnormal sehingga dapat berubah menjadi
kanker. Menarche kurang dari 12 tahun mempunyai risiko 1,7-
3,4 kali lebih tinggi daripada wanita dengan menarche pada
usia lebih dari 12 tahun.12
5. Menopause Terlambat
Batas terjadinya menopause umumnya adalah 52 tahun.
Wanita yang masih mendapatkan haid di atas umur 52 tahun
dapat dikatakan mengalami menopause terlambat. Beberapa hal
yang dapat menyebabkan menopause terlambat adalah
idiopatik, fibromioma uteri maupun tumor ovarium.13
Wanita yang mengalami menopause di atas usia 55
tahun memiliki risiko lebih besar terkena kanker payudara
dibandingkan dengan wanita yang menopause sebelum usia 55
tahun. Hal ini berkaitan dengan usia yang demikian lama
mengalami sirkulasi hormon sepanjang hidupnnya.12
6. Riwayat Menderita Tumor Jinak Payudara
Wanita yang pernah mengalami tumor jinak pada
payudara memiliki risiko terkena kanker payudara 2,5 kali
lebih tinggi daripada wanita yang tidak pernah mengalami
tumor jinak pada payudaranya.12
7. Riwayat Menyusui
Wanita yang tidak menyusui anaknya memiliki risiko
kanker payudara lebih tinggi dibandingkan wanita yang
menyusui anaknya. Pada wanita yang tidak menyusui anaknya
terdapat gangguan keseimbangan esterogen, prolaktin dan
progesterone sehingga reseptornya tinggi dan lebih peka
terhadap keterpajanan esterogen, akibatnya keadaan itu
http:// digilib.unimus.ac./id
memudahkan mutasi sel normal menjadi kanker. Fungsi
prolaktin adalah menstimulir terjadinya laktasi sehingga
kelenjar payudara berfungsi dengan normal, dan menstimulasi
sekresi hormon progesterone yang bersifat melindungi wanita
dari kanker payudara.12
8. Paritas
Tingginya paritas berkaitan dengan penurunan risiko
kanker payudara. Perempuan dengan pengalaman kehamilan
aterm, risiko terkena kanker payudara lebih rendah di
bandingkan dengan wanita nullipara. Sebelum kehamilan sel-
sel kelenjar susu berada dalam keadaan status kerentanan yang
berbeda-beda, status kerentanan tersebut juga membedakan
tingkat berfungsinya struktur penghasil susu selama kehamilan.
Kehamilan dapat menginduksi pola spesifik dalam payudara
manusia, menurunkan jumlah sel payudara yang rentan atau
rawan, saat sel payudara tersebut mencapai diferensiasi penuh.6
9. Paparan Radiasi Sebelumnya
Frequensi keterpaparan terhadap radiasi pengion dari
sinar-X diagnostik yang terlalu sering merupakan salah satu
faktor risiko kanker payudara. Jika paparan terjadi pada usia
muda, risiko kanker payudara seumur hidup jauh lebih tinggi.
Risiko ini terutama dianggap tertinggi pada masa pubertas dan
masa sekitar kehamilan pertama, ketika sel duktus payudara
secara aktif sedang berkembang. Risiko ini biasanya meningkat
secara konsisten seumur hidup. Pada perempuan dengan
kecenderungan riwayat keluarga atau genetik dengan kanker
payudara, terbukti bahwa paparan tahunan radiasi pengion
dengan dosis rendah dari mammografi dapat meningkatkan
risiko kanker payudara.6
http:// digilib.unimus.ac./id
Wanita yang pernah mengalami radiasi di dinding dada
mengalami risiko 2-3 kali lebih tinggi daripada wanita yang
tidak pernah mengalami radiasi di dinding dada.12
10. Penggunaan Hormon
Meskipun terapi pengganti hormon (hormone
replacement therapy) direkomendasikan untuk gejala
menopause dekade yang lalu, hampir 2 dekade kemudian
dilaporkan bahwa mulai muncul hubungan hormone
replacement therapy dengan peningkatan kejadian kanker
payudara. Di AS, hampir 40% wanita pascamenopause
menggunakan hormone replacement therapy untuk pencegahan
osteoporosis dan untuk mengendalikan gejala menopause.
Meskipun begitu, fakta bahwa hormone replacement therapy
meningkatkan risiko kanker payudara pascamenopause, dan
risikonya diperkirakan bervariasi dengan peracikan dan
penyiapan hormone replacement therapy.
Di sisi lain, penggunaan kontrasepsi oral (oral
contraceptives) sangatlah umum dengan lebih dari 100 juta
wanita di seluruh dunia. Terlepas dari kenyataan bahwa
esterogen-progesteron yang merupakan isi dari kontrasepsi oral
telah sangat berkurang sejak diperkenalkan lebih dari 40 tahun
lalu, Badan International untuk Riset Kanker (the International
Agency for Research on Cancer) tahun 2005 mengelompokkan
kontrasepsi oral esterogen-progesteron sebagai satu kelompok
karsinogen, menunjukkan bahwa ada cukup bukti yang
melibatkan esterogen-progesteron sebagai karsinogenik pada
manusia. Pengurangan isi esterogen-progesteron dari
kontrasepsi oral dalam beberapa tahun terakhir, penelitian lebih
lanjut yang mempertimbangkan proporsi kandungan hormon
seks, bersama-sama dengan jangka waktu paparan.6
http:// digilib.unimus.ac./id
Minum obat yang mengandung hormon esterogen
dalam jangka panjang (pil KB, hormone replacement therapy)
dalam jangka waktu lama (>15 tahun) memiliki resiko kanker
payudara 2-3 kali lebih tinggi daripada wanita yang
mendapatkan terapi hormon dalam jangka waktu kurang dari
15 tahun.12
Esterogen yang tunggal dapat menimbulkan
peningkatan risiko kanker payudara. Penggunaan kombinasi
kontrasepsi oral tidak menimbulkan perubahan risiko yang
bermakna.15
11. Riwayat Keluarga
Sekitar 18% kanker payudara terjadi pada wanita yang
memiliki riwayat penyakit ini pada anak perempuan, ibu atau
saudara perempuan.
Studi genetika telah menunjukkan bahwa proporsi yang
lebih besar dari kanker payudara dengan riwayat keluarga
adalah karena mutasi dari specific germ line dalam sebuah
silsilah keluarga. Berdasar pada kemungkinan terjadinya
penyakit, ada dua gen yang terkait dengan peningkatan
kejadian kanker payudara, yaitu gen dengan penetrasi rendah
dan gen dengan penetrasi tinggi. Contoh gen dengan penetrasi
tinggi adalah mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 yang
menyumbang sekitar 20% dari keseluruhan kanker payudara
dengan riwayat keluarga, dan telah di kaitkan dengan
pewarisan kerentanan terhadap payudara dan kanker ovarium.
Kanker payudara karena faktor keturunan mencapai 5-10% dari
semua kanker payudara, setengah dari yang terkait dengan
mutasi gen BRCA 1 atau 2. Di Finlandia, 21% kanker payudara
dengan riwayat keluarga disebabkan oleh mutasi pada kedua
gen.6
http:// digilib.unimus.ac./id
12. Obesitas
Orang dewasa yang memiliki berat badan berlebihan
(obesitas), memiliki risiko lebih besar terkena kanker payudara
dari yang memiliki berat badan normal. Risiko ini disebabkan
karena jumlah lemak yang berlebihan dalam darah, sehingga
akan meningkatkan pertumbuhan sel-sel kanker. Perempuan
yang mengalami kelebihan berat badan pada usia diatas 30
tahun, dan yang lemak tubuhnya lebih banyak berada pada
bagian tubuh bagian atas, tidak hanya memiliki risiko lebih
besar untuk terkena kanker payudara, tetapi juga memiliki
risiko lebih besar untuk meninggal karena kanker itu.
Pada perempuan premenopouse, tidak ditemukan
hubungan positive untuk BMI dengan risiko kanker payudara.
Mungkin karena kebanyakan esterogen diproduksi oleh
ovarium, yang diatur secara tetap oleh sistem umpan balik
negatif yang melibatkan follicle-stimulating hormon dan
luteinising hormone. Di sisi lain, obesitas pada wanita
premenopause mungkin berhubungan dengan sedikit penurunan
risiko kanker payudara, mungkin karena jarangnya siklus
menstruasi, dengan demikian mengurangi paparan terhadap
hormon ovarium.6,12
13. Kanker payudara pada salah satu payudara
Wanita yang sebelumnya telah mengidap kanker pada
salah satu payudaranya beresiko 5 kali lebih tinggi menderita
kanker payudara pada sisi kontralateralnya.12
14. Konsumsi Makanan tinggi lemak
Wanita yang sering mengkonsumsi makanan tinggi
lemak memiliki risiko 2 kali lebih tinggi daripada wanita yang
tidak sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak.
Angka mortalitas sesuai umur untuk kanker payudara
manunjukkan korelasi yang tinggi dengan konsumsi lemak
http:// digilib.unimus.ac./id
perkapita, perbedaan mungkin berkaitan dengan kebiasaan
diet.12,15
15. Alkohol
Beberapa penelitian telah menghubungkan asupan
alkohol dan risiko kanker payudara. Meta-analisis
menunjukkan peningkatan linier terhadap risiko kanker
payudara dengan peningkatan sekitar 10% untuk setiap 10
gram/hari penambahan asupan etanol.
Alkohol yang terkait peningkatan risiko untuk kanker
payudara pascamenopause mungkin karena akumulasi dari
jaringan adiposa, yang kemudian berfungsi sebagai tempat
produksi hormon endogen yang berhubungan dengan
peningkatan risiko kanker payudara. Di sisi lain hubungan
positif antara konsumsi alkohol dan risiko kanker payudara
pada perempuan premenopause, mungkin karena peningkatan
peredaran androgen seiring peningkatan konsumsi alkohol.
Tingkat peningkatan androgen berhubungan dengan
peningkatan risiko kanker payudara premenopause.6
16. Perokok
Wanita perokok memiliki risiko terkena kanker
payudara 2 kali lebih tinggi daripada wanita tidak merokok.
Hal ini dikarenakan nikotin yang terdapat pada rokok bersifat
karsinogen.12
17. Kepadatan payudara
Gambaran radiologi tingkat kepadatan jaringan
payudara (mammographic density) biasanya mencerminkan
perbedaan komposisi jaringan payudara yang bervarisi di antara
para wanita. Mammographic density merupakan prediktor
risiko kanker payudara dan bisa menjadi penanda awal kanker
payudara. Satu studi menemukan bahwa wanita dengan
kepadatan payudara lebih dari 75% lebih menunjukkan risiko 9
http:// digilib.unimus.ac./id
kali lipat terkena atipikal hiperplasia (peningkatan sel
abnormal) atau kanker payudara in situ (BCIS) dibandingkan
dengan wanita tanpa kepadatan payudara. Dalam studi lain, 17
dari 22 ductal carcinoma in situ (DCIS) tumor muncul di
quadrant mammographic dengan densitas tertinggi.6
A.2.5. Gejala Kanker Payudara
Kanker payudara pada tahap dini tidak menimbulkan keluhan.
Penderita tidak merasa nyeri dan sakit pada payudaranya, namun
demikian bila diraba terdapat benjolan kecil di payudara. Setelah
melewati stadium dini dan memasuki stadium lanjut gejala serangan
kanker payudara semakin banyak, seperti :
a) Timbul rasa sakit atau nyeri pada payudara
b) Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin membesar
c) Payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai
timbul pembengkakan
d) Luka pada payudara atau puting susu
e) Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu
f) Puting susu tertarik ke dalam (retraksi puting)
g) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange)
Gejala lain yang mungkin timbul adalah berat badan menurun dan
anemia.12
A.2.6. Stadium Kanker Payudara
Stadium Tis : kanker in situ (in situ lobular, intra duktus murni
dan penyakit paget pada puting susu tanpa tumor
yang teraba).
Stadium I : Tumor terbatas pada jaringan payudara, bebas
dari jaringan sekitar, tidak ada fiksasi/infiltrasi
pada kulit dan jaringan dibawahnya (otot). Tumor
dalam diameter yang terbesar 2 cm atau kurang
http:// digilib.unimus.ac./id
tanpa adanya bukti penyebaran regional atau jauh.
Kelenjar getah bening belum teraba.
Stadium II : Sesuai dengan stadium I, hanya besar tumor 2,5-
5 cm dengan atau tanpa nodus aksila yang dapat
berpindah dengan diameter kurang dari 2 cm,
tetapi tanpa penyebaran yang jauh.
Stadium IIIa : tumor sudah cukup besar (5-10cm), tapi masih
bebas dari jaringan sekitarnya, kelenjar getah
bening aksila masih bebas satu sama lain. Tumor
juga mungkin tidak atau dapat terikat, dengan
penyebaran homolateral regional yang secara
klinik mencurigakan. Pada stadium ini juga tida
ada bukti metastasis yang jauh.
Stadium IIIb : Tumor sudah meluas pada payudara (5-10cm),
fiksasi pada kulit atau dinding dada, kulit merah
dan ada oedema (lebih dari 1/3 permukaan kulit
payudara), ulserasi dan atau nodul satelit,kelenjar
getah bening aksila melekat satu sama lain atau
terhadapa jaringan sekitarnya. Berdiameter lebih
dari 2,5 cm. Tumor atau setiap dimensi dengan
nodus atau edema supraklavikular atau
intraklavikular homolateral metastatik yang tak
meragukan pada lengan, tetapi tanpa metastasis
yang jauh.
Stadium IV : tumor seperti yang lain (stadium I, II,III) dengan
ukuran berapapun disertai kelenjar getah bening
aksila, supraklavikula dan metastasis jauh
lainnya.12,15
http:// digilib.unimus.ac./id
A.2.7. Pengobatan Kanker Payudara
Sebelum merencanakan terapi karsinoma mamma, diagnosis
klinais dan histopatologik serta tingkat penyebarannya harus
dipastikan dahulu. Diagnosis klinis harus sama dengan diagnosis
histopatologik. Berdasarkan diagnosis tersebut, termasuk tingkat
penyebaran penyakit, disusunlah rencana terapi :
a. Pembedahan
a) Mastektomi
b) Lumpektomi
b. Radioterapi
c. Kemoterapi
d. Terapi Hormonal.11,12
A.3. Paritas
A.3.1. Definisi
Kata paritas berasal dari bahasa Latin, pario, yang berarti
menghasilkan. Para adalah wanita yang pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup (viable).
Secara umum, paritas didefinisikan sebagai keadaan
melahirkan anak baik hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa
melihat jumlah anaknya. Dengan demikian, kelahiran kembar hanya
dihitung sebagai satu kali paritas.
Paritas merupakan suatu istilah untuk menunjukkan jumlah
kehamilan bagi seorang wanita yang melahirkan bayi yang dapat
hidup pada setiap kehamilan.
Jumlah paritas merupakan salah satu komponen dari status
paritas yang sering dituliskan dengan notasi G-P-A, dimana G
menyatakan jumlah kehamilan (gestasi), P menyatakan jumlah
paritas, dan A menyatakan jumlah abortus. Sebagai contoh, seorang
wanita dengan status paritas G3P1A1, berarti wanita tersebut telah
pernah mengandung sebanyak dua kali, dengan satu kali paritas dan
http:// digilib.unimus.ac./id
satu kali abortus, dan saat ini tengah mengandung untuk yang ketiga
kalinya.
A.3.2. Klasifikasi istilah paritas
Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang wanita dapat
dibedakan menjadi:
a) Nullipara
Adalah wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali.
Dalam pengertian lain nullipara adalah seorang wanita yang tidak
pernah menjalani proses kehamilan melebihi minggu ke-20.
b) Primipara
Seorang wanita yang pernah melahirkan hanya sekali atau
beberapa kali melahirkan janin yang hidup atau mati dengan
estimasi lama waktu gestasi antara 20 atau beberapa minggu.
c) Multipara
Seorang wanita yang pernah menjalani waktu kehamilan dengan
sempurna 2 atau lebih dengan waktu gestasi 20 minggu atau
lebih.
d) Grandemultipara
Adalah wanita yang telah melahirkan sebanyak lima kali atau
lebih.
A.3.3. Penentuan paritas
Paritas ditentukan dari jumlah kehamilan yang mencapai 20
minggu dan bukan dari jumlah bayi yang dilahirkan. Oleh itu, paritas
tidak lebih besar apabila yang dilahirkan adalah janin tunggal,
kembar, atau lebih kecil apabila janin lahir mati.
Paritas adalah ringkasan dari riwayat kehamilan dan 2 angka
digunakan untuk dokumentasi. Penambahan kedua angka ini
memberi nilai untuk kehamilan sebelumnya. Sebagai contoh para
http:// digilib.unimus.ac./id
0+0 berarti tidak mempunyai riwayat kehamilan sebelumnya. Angka
yang pertama merupakan jumlah angka janin yang masih hidup,
ditambah dengan angka janin yang hidup selepas 24 minggu gestasi.
Angka yang kedua merupakan angka kehamilan sebelum 24 minggu
di mana janin tidak dilahirkan hidup.13,14
A.4. Menyusui
A.4.1. Definisi
Menyusui haruslah menjadi prioritas utama public health,
menyusui merupakan salah satu cara untuk mencapai kesehatan optimal
karena menyusui memberikan banyak manfaat. Salah satu alasan yang
mendukung menyusui harus menjadi prioritas kesehatan adalah bahwa
menyusui dapat mencegah penyakit akut maupun kronik, bahkan dapat
mengatasinya. Keuntungan menyusui pada akhirnya akan meningkatkan
kesehatan negara.
Penelitian telah menunjukkan keunikan air susu manusia sebagai
sumber daya yang berharga di dunia. Ribuan penelitian memperlihatkan
banyak keuntungan yang diterima oleh bayi, ibu dan masyarakat.
Beberapa keuntungan tidak sepenuhnya dapat dijelaskan, dan beberapa
penelitian menyatakan hasil yang berlawanan. Hal ini sering disebabkan
kurangnya pengetahuan tentang definisi sebenarnya dari menyusui.
Penelitian yang kurang mengetahui definisi dari menyusui
biasanya menyatakan akibat dari “pernah atau tidak pernah” menyusui
(tidak pernah menyusui di bandingkan dengan pernah menyusui dengan
lamanya waktu yang tidak ditentukan), karenanya sulit untuk mengetahui
manfaat dari menyusui
A.4.2. Manfaat menyusui
a. Resisten Terhadap Penyakit Infeksi
Air susu ibu mengandung agen imunologi, secretory
antibodies, leukosit, dan karbohidrat, yang dapat melawan virus,
http:// digilib.unimus.ac./id
bakteri dan parasit. Sistem imune bayi belum sepenuhnya
berfungsi sampai bayi berusia 2 tahun, pemberian berbagai
kandungan tersebut memberi keuntungan tersendiri bagi bayi.
b. Meningkatkan Sistem Imun
Air susu ibu mengandung antiinflamatory factors dan
faktor-faktor lain yang mengatur respon sistem imun melawan
infeksi. Terbukti bahwa menyusui menyebabkan sistem imun
bayi berkembang lebih awal.
c. Nutrisi dan Pertumbuhan
Air susu ibu mengandung nutrisi seimbang yang sangat cocok
untuk kebutuhan bayi untuk tumbuh dan berkembang daripada
susu yang lain. Dibandingkan dengan susu sapi, air susu ibu
bertotal protein rendah dan rendah kasein, membuat air susu ibu
lebih mudah dicerna dan tidak menimbulakan tekanan pada ginjal
bayi yang belum matur.
d. Menurunkan Risiko Penyakit Kronik
Penelitian mutakhir menyatakan bahwa menyusui dapat
menurunkan risiko diabetes tipe 1 dan 2, celiac disease, infeksi
usus (inflamatory bowel disease), kanker pada masa kanak-kanak,
dan penyakit alergi/asma. Penggabungan dari beberapa penelitian
menyarankan bahwa penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk
membuktikan beberapa manfaat yang telah disebutkan.
e. Perkembangan
Asam lemak tak jenuh (polyunsaturated fatty acid) yang terdapat
pada air susu ibu sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan otak.
f. Meningkatkan Kesehatan Ibu
Menyusui menyebabkan beberapa efek positif seperti hormonal,
fisik, dan psikososial bagi ibu. Menyusui meningkatkan oksitosin,
yaitu hormon yang merangsang kontraksi uterus, membantu
http:// digilib.unimus.ac./id
mengeluarkan plasenta, dan untuk meminimalisir perdarahan
postpartum.
Menyusui, khususnya menyusui secara eksklusif, menghambat
permulaan siklus ovarium normal dan kembalinya kesuburan
pada sebagian besar wanita. Ibu yang menyusui bayinya juga
akan memperoleh manfaat psikologi, seperti meningkatkan
percaya diri dan ikatan batin dengan bayinya.
Penelitian telah menunjukkan bahwa menyusui untuk waktu yang
lebih lama (lebih dari 2 tahun) dapat menurunkan risiko
premenopause dan mungkin juga kanker payudara post
menopause. Sebagai tambahan, risiko kanker ovarium lebih
rendah pada waita yang menyusui anaknya di banding yang tidak
menyusui anaknya.17
http:// digilib.unimus.ac./id
B. KERANGKA TEORI
Kanker Payudara
Etiologi Faktor Risiko
Reproduksi&menstruasi Gaya Hidup Non‐modifiable
‐ Diet , Obesitas ‐ Alkohol ‐ Hormon exogen ‐ Rokok ‐ Riwayat
perkawinan
‐ Umur ‐ Faktor keluarga dan
genetik ‐ Kepadatan payudara
paritas Riwayat menyusui
‐ Menarche dini dan menopouse terlambat
‐ Usai melahirkan anak pertama
‐ Riwayat menderita tumor jinak payudara
‐ Riwayat Kanker payudara unilateral
‐ Iradiasi payudara
‐ Jumlah paritas (Nullipara/tidak)
‐ Pernah/tidak ‐ Lama menyusui
http:// digilib.unimus.ac./id
C. KERANGKA KONSEP
D. HIPOTESIS
a. Hipotesis Mayor
Ada hubungan antara paritas dan lama menyusui dengan kejadian kanker
payudara.
b. Hipotesis minor
a) Ada hubungan paritas dengan kejadian kanker payudara
b) Ada hubungan lama menyusui dengan kejadian kanker payudara
Variabel bebas
‐ jumlah paritas ‐ lama menyusui
Variabel terikat
Kanker payudara