BAB II LANDASAN TEORI -...

22
http:// digilib.unimus.ac./id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka A.1. Payudara (Mamma) A.1.1. Lokasi dan Deskripsi Mamma adalah kelenjar asesoris kulit yang berfungsi menghasilkan susu. Mamma terdapat pada laki-laki dan perempuan. Bentuk mamma sama pada laki-laki dan perempuan yang belum dewasa. Papilla mammaria kecil dan di kelilingi oleh daerah yang berwarna gelap, disebut areola mamma. Jaringan mamma tersusun atas sekelompok kecil sistem saluran yang terdapat di dalam jaringan penyambung dan bermuara di daerah areola. Dasar mamma terbentang dari dari iga kedua sampai keenam dan dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaries media. Sebagian besar glandula mammaria terletak di dalam fascia superficialis. Sebagian kecil, yang disebut processus axillaris, meluas ke atas dan lateral, menembus fascia profunda pada pinggir caudal musculus pectoralis major, dan sampai ke axilla. Setiap payudara terdiri dari 15-20 lobus, yang tersusun radier dan berpusat pada papilla mammaria, dan mempunyai ampulla yang melebar tepat sebelum ujungnya. Dasar papilla mammaria dikelilingi oleh areola. Tonjolan-tonjolan halus pada areola diakibatkan oleh kelenjar areola di bawahnya. 10 Lobus-lobus kelenjar dipisahkan oleh septa fibrosa. Septa dibagian atas kelenjar berkembang dengan baik dan terbentang dari kulit sampai ke fascia profunda, dan berfungsi sebagai ligamentum suspensorium. Glandula mammaria dipisahkan dari fascia profunda yang membungkus otot-otot di bawahnya oleh spatium

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI -...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

A.1. Payudara (Mamma)

A.1.1. Lokasi dan Deskripsi

Mamma adalah kelenjar asesoris kulit yang berfungsi

menghasilkan susu. Mamma terdapat pada laki-laki dan perempuan.

Bentuk mamma sama pada laki-laki dan perempuan yang belum

dewasa. Papilla mammaria kecil dan di kelilingi oleh daerah yang

berwarna gelap, disebut areola mamma. Jaringan mamma tersusun

atas sekelompok kecil sistem saluran yang terdapat di dalam jaringan

penyambung dan bermuara di daerah areola.

Dasar mamma terbentang dari dari iga kedua sampai keenam

dan dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaries media.

Sebagian besar glandula mammaria terletak di dalam fascia

superficialis. Sebagian kecil, yang disebut processus axillaris, meluas

ke atas dan lateral, menembus fascia profunda pada pinggir caudal

musculus pectoralis major, dan sampai ke axilla.

Setiap payudara terdiri dari 15-20 lobus, yang tersusun radier

dan berpusat pada papilla mammaria, dan mempunyai ampulla yang

melebar tepat sebelum ujungnya. Dasar papilla mammaria dikelilingi

oleh areola. Tonjolan-tonjolan halus pada areola diakibatkan oleh

kelenjar areola di bawahnya.10

Lobus-lobus kelenjar dipisahkan oleh septa fibrosa. Septa

dibagian atas kelenjar berkembang dengan baik dan terbentang dari

kulit sampai ke fascia profunda, dan berfungsi sebagai ligamentum

suspensorium. Glandula mammaria dipisahkan dari fascia profunda

yang membungkus otot-otot di bawahnya oleh spatium

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

retromammaria yang berisi jaringan ikat jarang. Di antara kelenjar

susu dan fascia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut

mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut ada

jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang memberi rangka

untuk payudara.10,11

A.1.2. Fisiologi

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi

hormon. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak

melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan

menopouse. Sejak pubertas pengaruh esterogen dan progesteron yang

diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan

duktus berkembang dan timbulnya asinus. Pada masa pubertas,

glandula mammaria membesar dan akan berbentuk setengah

lingkaran. Salurannya memanjang, meskipun demikian pembesaran

kelenjar terutama disebabkan karena penimbunan lemak.10,11

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid.

Sekitar hari ke-8 haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa

hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-

kadang timbul benjolan nyeri dan tidak rata. Selama beberapa

menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga

pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada

waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

terlalu besar. Begitu haid mulai, semuanya berkurang.

Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada

kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan

duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.

Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior laktasi. Air

susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian

dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.11

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

Perubahan patologi dan fungsional payudara tampak sesuai

dengan pertambahan umur, dari masa pubertas, hamil, melahirkan

sampai usia lanjut.

Payudara merupakan organ tubuh wanita yang paling peka

terhadap gangguan keseimbangan hormonal. Payudara juga

merupakan organ yang sangat sensitif terhadap perubahan hormonal,

akibatnya payudara menjadi bagian organ tubuh yang paling sering

terpengaruh berbagai kondisi patologis yang ada hubungannya

dengan hormon terutrama esterogen. Akibat pengaruh hormon inilah

payudara menjadi cenderung untuk mengalami perubahan neoplastik,

baik yang bersifat jinak (benigna) maupun ganas (maligna).12

A.2. Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan

kelenjar, saluran jaringan, serta jaringan penunjang kelenjar. Kanker

payudara terjadi karena adanya kerusakan gen yang mengatur

pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel pada payudara, sehingga sel-sel ini

tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat dikendalikan. Sel-sel kanker ini

dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh.6,12

Sifat dari sel induk mamma yang menyebabkan jenis sel mamma

berbeda. Keseimbangan antara proliferasi sel, diferensiasi sel dan

kematian sel dianggap penting untuk perkembangan normal mamma.

Gangguan dalam menyeimbangkan ketiganya dimungkinkan berperan

dalam perkembangan kanker. Namun, tidak sepenuhnya dipahami

seberapa normal mekanisme yang mengontrol diferensiasi sel,

pertumbuhan sel dan kematian sel pada peran jaringan payudara manusia

dalam perkembangan tumor atau perlindungan dari tumor tersebut.6

A.2.1. Karsinogenesis

Kemajuan dalam transformasi eksperimen sel manusia telah

menunjukkan bahwa kerusakan jalur pengaturan utama dalam sel

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

cukup untuk memberikan sebuah fenotip tumorigenik ke berbagai sel

normal. Peristiwa yang menyebabkan karsinogenesis awalnya

disederhanakan menjadi tiga fase berbeda, yaitu inisiasi, promosi,

dan progessi. Tahap inisisai dianggap cepat, melibatkan pengikatan

dan perusakan sel DNA oleh krsinogen atau perubahan dalam

stabilitas genotipe normal dan fenotipe sebagai akibat dari kolaps

lokal dalam proses interseluler sistem. Mutasi pada gen penting ini

bersifat sinergis dan irreversibel.6

Pada tahap promosi, terbentuk sel yang akan menjadi kanker,

sel calon kanker pada fase ini masih tahap awal biasa disebut

initiated cell, pembentukan ini dipicu oleh pemicu tumor, misalnya

mitogen (senyawa organik yang berperan dalam siklus sel sebagai

stimulasi kelanjutan proses menuju mitosis). Tahap ini dianggap

reversibel dan mungkin tergantung pada berbagai faktor ekstraseluler

lainnya, seperti hormon dan kompatibilitas imunologi.

Tahap perkembangan merupakan perpanjangan dari fase

promosi, dimana sel terus menerus proliferasi oleh karena pemicu

tumor yang memungkinkan kerusakan sel yang disebabkan oleh

proses inisiasi semakin banyak.6

A.2.2. Etiologi Kanker Payudara

Sampai saat ini penyebab kanker payudara belum diketahui

secara pasti, karena penyebab kanker payudara termasuk

multifaktorial, dimana faktor hormonal, riwayat keluarga dan faktor

lain yang bersifat eksogen merupakan faktor risiko yang memiliki

kaitan erat dengan terjadinya kanker payudara.12

Faktor hormonal (endogen) yang diduga memegang peranan

dalam proses terjadinya kanker payudara adalah hormon estrogen.

Hal ini termasuk awal usia menarche dan atau onset terlambat

menopause, tidak memiliki anak obesitas pascamenopause, yang

mendukung konversi androgen menjadi estrogen di jaringan lemak

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

perifer. Kadar hormon esterogen yang berlebihan dapat memicu

pertumbuhan sel-sel kanker payudara, namun mekanismenya belum

jelas diketahui.6,7,12

A.2.3. Klasifikasi kanker payudara

Berdasar pada tahap penyakit, kanker payudara dapat

dikategorikan sebagai kanker payadura non-invasif dan kanker

payudara invasif.

1. Karsinoma payudara non-invasif

mengacu pada kanker payudara yang terlokalisir dan tidak

menyebar (metastasis) ke jaringan sekitarnya. Tempat asal

karsinoma payudara non-invasif adalah duktus (tabung yang

mengalirkan susu dari lobulus ke puting) dan lobulus (sumber

produksi susu). Terdapat dua bentuk yaitu :

a. ductal carcinoma in situ (DCIS)

Ductal carcinoma in situ, tipe yang paling umum dari kanker

payudara non-invasif, mengacu pada sel-sel neoplastik dalam

saluran susu payudara yang belum menyebar melalui dinding

duktus ke jaringan payudara di sekitarnya.

b. lobular carcinoma in situ (LCIS)

Lobular carcinoma in situ adalah kanker payudara non-

invasif yang di mulai dari kelenjar penghasil susu, yang

disebut juga lobulus, tempat dimana LCIS terlokalisasi.

DCIS dan LCIS menggambarkan bahwa tidak ada bukti

penyebaran kanker di luar tempat asal kanker itu bermula,

sehingga disebut stadium 0.

2. Karsinoma payudara invasif

Karsinoma payudara invasif (infiltrasi) adalah kaker

payudara yang telah menyerang atau metastasis ke jaringan

sekitarnya. Berdasar pada tahap penyebaran tumor, secara klinis

diklasifikasikan sebagai stadium I (sel menyebar tetapi tidak

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

terdeteksi pada kelenjar getah bening), stadium II, stadium III

dan stadium IV kanker payudara. Berdasarkan tempat asal,

kanker payudara invasif dibedakan menjadi :

a. Invasif Ductal Carcinoma (IDC)

Invasif Ductal Carcinoma merupakan subtipe kanker

payudara yang paling umum, yaitu sekitar 80% dari semua

kanker payudara invasif. Invasif Ductal Carcinoma berasal

dari duktus (saluran) susu payudara dan menerobos membran

basal saluran, kemudian tumbuh ke jaringan lemak sekitarnya

dan bermetastasisi ke bagian lain dari tubuh melalui sistem

peredaran darah (darah dan limfatik).

b. Invasif Lobular Carcinoma (ILC)

Invasif Lobular Carcinoma berasal dari lobus dan

bermetastasis ke bagian lain dari tubuh. Hanya 10% dari

semua jenis kanker payudara invasif adalah ILC.

3. Subtipe yang kurang umum adalah kanker payudara inflamasi,

biasanya ditandai dengan tidak adanya massa tumor sehingga

lebih sulit untuk dideteksi oleh teknik pemeriksaan seperti

mamografi. Subtipe ini hanya 3% dari keseluruhan kanker

payudara, tapi insiden dari subtipe ini terus meningkat.

4. Kanker payudara dapat dikategorikan ke dalam sub-jenis

berdasarkan karakteristik yang lebih rinci seperti ekspresi

biomarker molekuler, misalnya reseptor hormon (protein pada

permukaan sel-sel payudara yang memungkinkan hormon

meningkat). Contohnya adalah reseptor esterogen, reseptor

progesteron, dan reseptor faktor pertumbuhan epidermal manusia

2 (HER 2). Sub-kelompok yang menunjukkan klinikopathological

yang berbeda dan karakteristik kelangsungan hidup sangat

penting untuk klasifikasi pasien dalam identifikasi pilihan

pengobatan. Kanker payudara triple-negatif adalah kanker

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

payudara yang ditandai dengan tiak adanya ketiga reseptor, lebih

banyak terjadi pada wanita muda <50 tahun.6.

A.2.4. Faktor Risiko Kanker Payudara

Faktor risiko yang erat hubungannya dengan kanker payudara yaitu :

1. Umur

Pertambahan umur merupakan satu-satunya faktor

risiko terkuat kanker payudara di masyarakat. Kanker payudara

adalah penyakit yang jarang terjadi sebelum usia 30 tahun,

setelah itu insiden meningkat tajam dengan bertambahnya umur

sampai sekitar usia 50 tahun. Setelah itu, kejadian kanker

payudara tetap meningkat seiring pertambahan usia, tetapi pada

tingkat yang lebih lambat.6,12

Ketergantungan kejadian kanker payudara pada usia

cukup kuat, selain dari berbagai kerusakan genetik yang terjadi

selama umur hidup, telah lama terbukti berhubungan pula

dengan durasi paparan hormon ovarium.6

2. Riwayat Perkawinan

Wanita yang tidak kawin mempunyai risiko 2-4 kali

lebih tinggi dibandingkan wanita yang kawin dan memiliki

anak. Riwayat perkawinan dihubungkan juga dengan paritas,

umur melahirkan anak pertama, riwayat menyusui anak dan

pemakaian kontrasepsi.12

3. Usia Melahirkan Anak Pertama

Wanita yang melahirkan anak pertama pada usia setelah

35 tahun memiliki risiko 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan

wanita yang melahirkan anak pertama di bawah usia 35

tahun.12

4. Usia Haid Pertama (Menarche) dini

Bila haid pertama datang sebelum usia 12 tahun, maka

wanita akan mengalami siklus esterogen yang lebih lama.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

Hormon esterogen dapat merangsang pertumbuhan duktus

dalam kelenjar payudara. Keterpajanan hormon esterogen lebih

lama dapat menimbulkan perubahan sel-sel duktus kelenjar

payudara. Perubahan tersebut dapat berupa hipertrofi dan

proliferasi yang abnormal sehingga dapat berubah menjadi

kanker. Menarche kurang dari 12 tahun mempunyai risiko 1,7-

3,4 kali lebih tinggi daripada wanita dengan menarche pada

usia lebih dari 12 tahun.12

5. Menopause Terlambat

Batas terjadinya menopause umumnya adalah 52 tahun.

Wanita yang masih mendapatkan haid di atas umur 52 tahun

dapat dikatakan mengalami menopause terlambat. Beberapa hal

yang dapat menyebabkan menopause terlambat adalah

idiopatik, fibromioma uteri maupun tumor ovarium.13

Wanita yang mengalami menopause di atas usia 55

tahun memiliki risiko lebih besar terkena kanker payudara

dibandingkan dengan wanita yang menopause sebelum usia 55

tahun. Hal ini berkaitan dengan usia yang demikian lama

mengalami sirkulasi hormon sepanjang hidupnnya.12

6. Riwayat Menderita Tumor Jinak Payudara

Wanita yang pernah mengalami tumor jinak pada

payudara memiliki risiko terkena kanker payudara 2,5 kali

lebih tinggi daripada wanita yang tidak pernah mengalami

tumor jinak pada payudaranya.12

7. Riwayat Menyusui

Wanita yang tidak menyusui anaknya memiliki risiko

kanker payudara lebih tinggi dibandingkan wanita yang

menyusui anaknya. Pada wanita yang tidak menyusui anaknya

terdapat gangguan keseimbangan esterogen, prolaktin dan

progesterone sehingga reseptornya tinggi dan lebih peka

terhadap keterpajanan esterogen, akibatnya keadaan itu

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

memudahkan mutasi sel normal menjadi kanker. Fungsi

prolaktin adalah menstimulir terjadinya laktasi sehingga

kelenjar payudara berfungsi dengan normal, dan menstimulasi

sekresi hormon progesterone yang bersifat melindungi wanita

dari kanker payudara.12

8. Paritas

Tingginya paritas berkaitan dengan penurunan risiko

kanker payudara. Perempuan dengan pengalaman kehamilan

aterm, risiko terkena kanker payudara lebih rendah di

bandingkan dengan wanita nullipara. Sebelum kehamilan sel-

sel kelenjar susu berada dalam keadaan status kerentanan yang

berbeda-beda, status kerentanan tersebut juga membedakan

tingkat berfungsinya struktur penghasil susu selama kehamilan.

Kehamilan dapat menginduksi pola spesifik dalam payudara

manusia, menurunkan jumlah sel payudara yang rentan atau

rawan, saat sel payudara tersebut mencapai diferensiasi penuh.6

9. Paparan Radiasi Sebelumnya

Frequensi keterpaparan terhadap radiasi pengion dari

sinar-X diagnostik yang terlalu sering merupakan salah satu

faktor risiko kanker payudara. Jika paparan terjadi pada usia

muda, risiko kanker payudara seumur hidup jauh lebih tinggi.

Risiko ini terutama dianggap tertinggi pada masa pubertas dan

masa sekitar kehamilan pertama, ketika sel duktus payudara

secara aktif sedang berkembang. Risiko ini biasanya meningkat

secara konsisten seumur hidup. Pada perempuan dengan

kecenderungan riwayat keluarga atau genetik dengan kanker

payudara, terbukti bahwa paparan tahunan radiasi pengion

dengan dosis rendah dari mammografi dapat meningkatkan

risiko kanker payudara.6

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

Wanita yang pernah mengalami radiasi di dinding dada

mengalami risiko 2-3 kali lebih tinggi daripada wanita yang

tidak pernah mengalami radiasi di dinding dada.12

10. Penggunaan Hormon

Meskipun terapi pengganti hormon (hormone

replacement therapy) direkomendasikan untuk gejala

menopause dekade yang lalu, hampir 2 dekade kemudian

dilaporkan bahwa mulai muncul hubungan hormone

replacement therapy dengan peningkatan kejadian kanker

payudara. Di AS, hampir 40% wanita pascamenopause

menggunakan hormone replacement therapy untuk pencegahan

osteoporosis dan untuk mengendalikan gejala menopause.

Meskipun begitu, fakta bahwa hormone replacement therapy

meningkatkan risiko kanker payudara pascamenopause, dan

risikonya diperkirakan bervariasi dengan peracikan dan

penyiapan hormone replacement therapy.

Di sisi lain, penggunaan kontrasepsi oral (oral

contraceptives) sangatlah umum dengan lebih dari 100 juta

wanita di seluruh dunia. Terlepas dari kenyataan bahwa

esterogen-progesteron yang merupakan isi dari kontrasepsi oral

telah sangat berkurang sejak diperkenalkan lebih dari 40 tahun

lalu, Badan International untuk Riset Kanker (the International

Agency for Research on Cancer) tahun 2005 mengelompokkan

kontrasepsi oral esterogen-progesteron sebagai satu kelompok

karsinogen, menunjukkan bahwa ada cukup bukti yang

melibatkan esterogen-progesteron sebagai karsinogenik pada

manusia. Pengurangan isi esterogen-progesteron dari

kontrasepsi oral dalam beberapa tahun terakhir, penelitian lebih

lanjut yang mempertimbangkan proporsi kandungan hormon

seks, bersama-sama dengan jangka waktu paparan.6

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

Minum obat yang mengandung hormon esterogen

dalam jangka panjang (pil KB, hormone replacement therapy)

dalam jangka waktu lama (>15 tahun) memiliki resiko kanker

payudara 2-3 kali lebih tinggi daripada wanita yang

mendapatkan terapi hormon dalam jangka waktu kurang dari

15 tahun.12

Esterogen yang tunggal dapat menimbulkan

peningkatan risiko kanker payudara. Penggunaan kombinasi

kontrasepsi oral tidak menimbulkan perubahan risiko yang

bermakna.15

11. Riwayat Keluarga

Sekitar 18% kanker payudara terjadi pada wanita yang

memiliki riwayat penyakit ini pada anak perempuan, ibu atau

saudara perempuan.

Studi genetika telah menunjukkan bahwa proporsi yang

lebih besar dari kanker payudara dengan riwayat keluarga

adalah karena mutasi dari specific germ line dalam sebuah

silsilah keluarga. Berdasar pada kemungkinan terjadinya

penyakit, ada dua gen yang terkait dengan peningkatan

kejadian kanker payudara, yaitu gen dengan penetrasi rendah

dan gen dengan penetrasi tinggi. Contoh gen dengan penetrasi

tinggi adalah mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 yang

menyumbang sekitar 20% dari keseluruhan kanker payudara

dengan riwayat keluarga, dan telah di kaitkan dengan

pewarisan kerentanan terhadap payudara dan kanker ovarium.

Kanker payudara karena faktor keturunan mencapai 5-10% dari

semua kanker payudara, setengah dari yang terkait dengan

mutasi gen BRCA 1 atau 2. Di Finlandia, 21% kanker payudara

dengan riwayat keluarga disebabkan oleh mutasi pada kedua

gen.6

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

12. Obesitas

Orang dewasa yang memiliki berat badan berlebihan

(obesitas), memiliki risiko lebih besar terkena kanker payudara

dari yang memiliki berat badan normal. Risiko ini disebabkan

karena jumlah lemak yang berlebihan dalam darah, sehingga

akan meningkatkan pertumbuhan sel-sel kanker. Perempuan

yang mengalami kelebihan berat badan pada usia diatas 30

tahun, dan yang lemak tubuhnya lebih banyak berada pada

bagian tubuh bagian atas, tidak hanya memiliki risiko lebih

besar untuk terkena kanker payudara, tetapi juga memiliki

risiko lebih besar untuk meninggal karena kanker itu.

Pada perempuan premenopouse, tidak ditemukan

hubungan positive untuk BMI dengan risiko kanker payudara.

Mungkin karena kebanyakan esterogen diproduksi oleh

ovarium, yang diatur secara tetap oleh sistem umpan balik

negatif yang melibatkan follicle-stimulating hormon dan

luteinising hormone. Di sisi lain, obesitas pada wanita

premenopause mungkin berhubungan dengan sedikit penurunan

risiko kanker payudara, mungkin karena jarangnya siklus

menstruasi, dengan demikian mengurangi paparan terhadap

hormon ovarium.6,12

13. Kanker payudara pada salah satu payudara

Wanita yang sebelumnya telah mengidap kanker pada

salah satu payudaranya beresiko 5 kali lebih tinggi menderita

kanker payudara pada sisi kontralateralnya.12

14. Konsumsi Makanan tinggi lemak

Wanita yang sering mengkonsumsi makanan tinggi

lemak memiliki risiko 2 kali lebih tinggi daripada wanita yang

tidak sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak.

Angka mortalitas sesuai umur untuk kanker payudara

manunjukkan korelasi yang tinggi dengan konsumsi lemak

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

perkapita, perbedaan mungkin berkaitan dengan kebiasaan

diet.12,15

15. Alkohol

Beberapa penelitian telah menghubungkan asupan

alkohol dan risiko kanker payudara. Meta-analisis

menunjukkan peningkatan linier terhadap risiko kanker

payudara dengan peningkatan sekitar 10% untuk setiap 10

gram/hari penambahan asupan etanol.

Alkohol yang terkait peningkatan risiko untuk kanker

payudara pascamenopause mungkin karena akumulasi dari

jaringan adiposa, yang kemudian berfungsi sebagai tempat

produksi hormon endogen yang berhubungan dengan

peningkatan risiko kanker payudara. Di sisi lain hubungan

positif antara konsumsi alkohol dan risiko kanker payudara

pada perempuan premenopause, mungkin karena peningkatan

peredaran androgen seiring peningkatan konsumsi alkohol.

Tingkat peningkatan androgen berhubungan dengan

peningkatan risiko kanker payudara premenopause.6

16. Perokok

Wanita perokok memiliki risiko terkena kanker

payudara 2 kali lebih tinggi daripada wanita tidak merokok.

Hal ini dikarenakan nikotin yang terdapat pada rokok bersifat

karsinogen.12

17. Kepadatan payudara

Gambaran radiologi tingkat kepadatan jaringan

payudara (mammographic density) biasanya mencerminkan

perbedaan komposisi jaringan payudara yang bervarisi di antara

para wanita. Mammographic density merupakan prediktor

risiko kanker payudara dan bisa menjadi penanda awal kanker

payudara. Satu studi menemukan bahwa wanita dengan

kepadatan payudara lebih dari 75% lebih menunjukkan risiko 9

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

kali lipat terkena atipikal hiperplasia (peningkatan sel

abnormal) atau kanker payudara in situ (BCIS) dibandingkan

dengan wanita tanpa kepadatan payudara. Dalam studi lain, 17

dari 22 ductal carcinoma in situ (DCIS) tumor muncul di

quadrant mammographic dengan densitas tertinggi.6

A.2.5. Gejala Kanker Payudara

Kanker payudara pada tahap dini tidak menimbulkan keluhan.

Penderita tidak merasa nyeri dan sakit pada payudaranya, namun

demikian bila diraba terdapat benjolan kecil di payudara. Setelah

melewati stadium dini dan memasuki stadium lanjut gejala serangan

kanker payudara semakin banyak, seperti :

a) Timbul rasa sakit atau nyeri pada payudara

b) Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin membesar

c) Payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai

timbul pembengkakan

d) Luka pada payudara atau puting susu

e) Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu

f) Puting susu tertarik ke dalam (retraksi puting)

g) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange)

Gejala lain yang mungkin timbul adalah berat badan menurun dan

anemia.12

A.2.6. Stadium Kanker Payudara

Stadium Tis : kanker in situ (in situ lobular, intra duktus murni

dan penyakit paget pada puting susu tanpa tumor

yang teraba).

Stadium I : Tumor terbatas pada jaringan payudara, bebas

dari jaringan sekitar, tidak ada fiksasi/infiltrasi

pada kulit dan jaringan dibawahnya (otot). Tumor

dalam diameter yang terbesar 2 cm atau kurang

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

tanpa adanya bukti penyebaran regional atau jauh.

Kelenjar getah bening belum teraba.

Stadium II : Sesuai dengan stadium I, hanya besar tumor 2,5-

5 cm dengan atau tanpa nodus aksila yang dapat

berpindah dengan diameter kurang dari 2 cm,

tetapi tanpa penyebaran yang jauh.

Stadium IIIa : tumor sudah cukup besar (5-10cm), tapi masih

bebas dari jaringan sekitarnya, kelenjar getah

bening aksila masih bebas satu sama lain. Tumor

juga mungkin tidak atau dapat terikat, dengan

penyebaran homolateral regional yang secara

klinik mencurigakan. Pada stadium ini juga tida

ada bukti metastasis yang jauh.

Stadium IIIb : Tumor sudah meluas pada payudara (5-10cm),

fiksasi pada kulit atau dinding dada, kulit merah

dan ada oedema (lebih dari 1/3 permukaan kulit

payudara), ulserasi dan atau nodul satelit,kelenjar

getah bening aksila melekat satu sama lain atau

terhadapa jaringan sekitarnya. Berdiameter lebih

dari 2,5 cm. Tumor atau setiap dimensi dengan

nodus atau edema supraklavikular atau

intraklavikular homolateral metastatik yang tak

meragukan pada lengan, tetapi tanpa metastasis

yang jauh.

Stadium IV : tumor seperti yang lain (stadium I, II,III) dengan

ukuran berapapun disertai kelenjar getah bening

aksila, supraklavikula dan metastasis jauh

lainnya.12,15

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

A.2.7. Pengobatan Kanker Payudara

Sebelum merencanakan terapi karsinoma mamma, diagnosis

klinais dan histopatologik serta tingkat penyebarannya harus

dipastikan dahulu. Diagnosis klinis harus sama dengan diagnosis

histopatologik. Berdasarkan diagnosis tersebut, termasuk tingkat

penyebaran penyakit, disusunlah rencana terapi :

a. Pembedahan

a) Mastektomi

b) Lumpektomi

b. Radioterapi

c. Kemoterapi

d. Terapi Hormonal.11,12

A.3. Paritas

A.3.1. Definisi

Kata paritas berasal dari bahasa Latin, pario, yang berarti

menghasilkan. Para adalah wanita yang pernah melahirkan bayi yang

dapat hidup (viable).

Secara umum, paritas didefinisikan sebagai keadaan

melahirkan anak baik hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa

melihat jumlah anaknya. Dengan demikian, kelahiran kembar hanya

dihitung sebagai satu kali paritas.

Paritas merupakan suatu istilah untuk menunjukkan jumlah

kehamilan bagi seorang wanita yang melahirkan bayi yang dapat

hidup pada setiap kehamilan.

Jumlah paritas merupakan salah satu komponen dari status

paritas yang sering dituliskan dengan notasi G-P-A, dimana G

menyatakan jumlah kehamilan (gestasi), P menyatakan jumlah

paritas, dan A menyatakan jumlah abortus. Sebagai contoh, seorang

wanita dengan status paritas G3P1A1, berarti wanita tersebut telah

pernah mengandung sebanyak dua kali, dengan satu kali paritas dan

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

satu kali abortus, dan saat ini tengah mengandung untuk yang ketiga

kalinya.

A.3.2. Klasifikasi istilah paritas

Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang wanita dapat

dibedakan menjadi:

a) Nullipara

Adalah wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali.

Dalam pengertian lain nullipara adalah seorang wanita yang tidak

pernah menjalani proses kehamilan melebihi minggu ke-20.

b) Primipara

Seorang wanita yang pernah melahirkan hanya sekali atau

beberapa kali melahirkan janin yang hidup atau mati dengan

estimasi lama waktu gestasi antara 20 atau beberapa minggu.

c) Multipara

Seorang wanita yang pernah menjalani waktu kehamilan dengan

sempurna 2 atau lebih dengan waktu gestasi 20 minggu atau

lebih.

d) Grandemultipara

Adalah wanita yang telah melahirkan sebanyak lima kali atau

lebih.

A.3.3. Penentuan paritas

Paritas ditentukan dari jumlah kehamilan yang mencapai 20

minggu dan bukan dari jumlah bayi yang dilahirkan. Oleh itu, paritas

tidak lebih besar apabila yang dilahirkan adalah janin tunggal,

kembar, atau lebih kecil apabila janin lahir mati.

Paritas adalah ringkasan dari riwayat kehamilan dan 2 angka

digunakan untuk dokumentasi. Penambahan kedua angka ini

memberi nilai untuk kehamilan sebelumnya. Sebagai contoh para

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

0+0 berarti tidak mempunyai riwayat kehamilan sebelumnya. Angka

yang pertama merupakan jumlah angka janin yang masih hidup,

ditambah dengan angka janin yang hidup selepas 24 minggu gestasi.

Angka yang kedua merupakan angka kehamilan sebelum 24 minggu

di mana janin tidak dilahirkan hidup.13,14

A.4. Menyusui

A.4.1. Definisi

Menyusui haruslah menjadi prioritas utama public health,

menyusui merupakan salah satu cara untuk mencapai kesehatan optimal

karena menyusui memberikan banyak manfaat. Salah satu alasan yang

mendukung menyusui harus menjadi prioritas kesehatan adalah bahwa

menyusui dapat mencegah penyakit akut maupun kronik, bahkan dapat

mengatasinya. Keuntungan menyusui pada akhirnya akan meningkatkan

kesehatan negara.

Penelitian telah menunjukkan keunikan air susu manusia sebagai

sumber daya yang berharga di dunia. Ribuan penelitian memperlihatkan

banyak keuntungan yang diterima oleh bayi, ibu dan masyarakat.

Beberapa keuntungan tidak sepenuhnya dapat dijelaskan, dan beberapa

penelitian menyatakan hasil yang berlawanan. Hal ini sering disebabkan

kurangnya pengetahuan tentang definisi sebenarnya dari menyusui.

Penelitian yang kurang mengetahui definisi dari menyusui

biasanya menyatakan akibat dari “pernah atau tidak pernah” menyusui

(tidak pernah menyusui di bandingkan dengan pernah menyusui dengan

lamanya waktu yang tidak ditentukan), karenanya sulit untuk mengetahui

manfaat dari menyusui

A.4.2. Manfaat menyusui

a. Resisten Terhadap Penyakit Infeksi

Air susu ibu mengandung agen imunologi, secretory

antibodies, leukosit, dan karbohidrat, yang dapat melawan virus,

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

bakteri dan parasit. Sistem imune bayi belum sepenuhnya

berfungsi sampai bayi berusia 2 tahun, pemberian berbagai

kandungan tersebut memberi keuntungan tersendiri bagi bayi.

b. Meningkatkan Sistem Imun

Air susu ibu mengandung antiinflamatory factors dan

faktor-faktor lain yang mengatur respon sistem imun melawan

infeksi. Terbukti bahwa menyusui menyebabkan sistem imun

bayi berkembang lebih awal.

c. Nutrisi dan Pertumbuhan

Air susu ibu mengandung nutrisi seimbang yang sangat cocok

untuk kebutuhan bayi untuk tumbuh dan berkembang daripada

susu yang lain. Dibandingkan dengan susu sapi, air susu ibu

bertotal protein rendah dan rendah kasein, membuat air susu ibu

lebih mudah dicerna dan tidak menimbulakan tekanan pada ginjal

bayi yang belum matur.

d. Menurunkan Risiko Penyakit Kronik

Penelitian mutakhir menyatakan bahwa menyusui dapat

menurunkan risiko diabetes tipe 1 dan 2, celiac disease, infeksi

usus (inflamatory bowel disease), kanker pada masa kanak-kanak,

dan penyakit alergi/asma. Penggabungan dari beberapa penelitian

menyarankan bahwa penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk

membuktikan beberapa manfaat yang telah disebutkan.

e. Perkembangan

Asam lemak tak jenuh (polyunsaturated fatty acid) yang terdapat

pada air susu ibu sangat penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan otak.

f. Meningkatkan Kesehatan Ibu

Menyusui menyebabkan beberapa efek positif seperti hormonal,

fisik, dan psikososial bagi ibu. Menyusui meningkatkan oksitosin,

yaitu hormon yang merangsang kontraksi uterus, membantu

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

mengeluarkan plasenta, dan untuk meminimalisir perdarahan

postpartum.

Menyusui, khususnya menyusui secara eksklusif, menghambat

permulaan siklus ovarium normal dan kembalinya kesuburan

pada sebagian besar wanita. Ibu yang menyusui bayinya juga

akan memperoleh manfaat psikologi, seperti meningkatkan

percaya diri dan ikatan batin dengan bayinya.

Penelitian telah menunjukkan bahwa menyusui untuk waktu yang

lebih lama (lebih dari 2 tahun) dapat menurunkan risiko

premenopause dan mungkin juga kanker payudara post

menopause. Sebagai tambahan, risiko kanker ovarium lebih

rendah pada waita yang menyusui anaknya di banding yang tidak

menyusui anaknya.17

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

B. KERANGKA TEORI

Kanker Payudara 

Etiologi   Faktor Risiko 

Reproduksi&menstruasi Gaya Hidup  Non‐modifiable 

‐ Diet , Obesitas ‐ Alkohol ‐ Hormon exogen ‐ Rokok ‐ Riwayat 

perkawinan 

‐ Umur ‐ Faktor  keluarga  dan 

genetik ‐ Kepadatan payudara 

paritas  Riwayat menyusui 

‐ Menarche  dini dan  menopouse terlambat 

‐ Usai  melahirkan anak pertama 

‐ Riwayat menderita  tumor jinak payudara 

‐ Riwayat  Kanker payudara unilateral 

‐ Iradiasi payudara 

‐ Jumlah  paritas (Nullipara/tidak) 

‐ Pernah/tidak ‐ Lama menyusui 

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-alaaulilha... · waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras

http:// digilib.unimus.ac./id   

C. KERANGKA KONSEP

D. HIPOTESIS

a. Hipotesis Mayor

Ada hubungan antara paritas dan lama menyusui dengan kejadian kanker

payudara.

b. Hipotesis minor

a) Ada hubungan paritas dengan kejadian kanker payudara

b) Ada hubungan lama menyusui dengan kejadian kanker payudara

 

Variabel bebas

‐ jumlah paritas ‐ lama menyusui

Variabel terikat  

Kanker payudara